Referat terapi antikonotropik
-
Upload
lyanita-tantri -
Category
Documents
-
view
27 -
download
1
description
Transcript of Referat terapi antikonotropik
REFERAT :TERAPI ANTITROMBOTIK DAN
ANTIKOAGULAN ORAL PADA ATRIAL FIBRILASI
Ivan Firmansyah112010101029
Pembimbing:dr. Dandy, Sp.JP
SMF ILMU PENYAKIT DALAMRSD dr. SOEBANDI JEMBER
2015
TINJAUAN PUSTAKA
• Atrial Fibrilasi• Antitrombotik• Antikoagulan Oral• Rekomendasi dari Evidence Based Practice Guidline
American College of Chest Physicians : Antitrombotic Therapy for Atrial Fibrillation & European Society of Cardiology : Guidelines Management of Atrial FIbrillation
ATRIAL FIBRILASI
DEFINISISuatu gangguan pada jantung (aritmia) yang ditandai dengan
ketidakteraturan irama denyut jantung dan peningkatan frekuensi
denyut jantung, yaitu sebesar 350-650 x/menit
fibrillating atau bergetarnya otot-otot jantung atrium, jadi bukan merupakan suatu kontraksi yang terkoordinasi
tidak efektifnya proses mekanik atau pompa darah jantung
EKG : Tidak adanya gelombang P
Irregularitas RR interval
ATRIAL FIBRILASI
Aktivitas atrium sangat cepat, namun setiap rangsangan listrik itu hanya sedikit mendepolarisasi miokardium atrium tidak ada kontraksi atrium
secara menyeluruh.
ATRIAL FIBRILASI
tidak terbentuk gambaran gelombang P, melainkan defleksi yang disebut gelombang “f” yang bentuk dan iramanya sangat tidak teratur.
Hantaran melalui nodus AV berlangsung acak dan sebagian tidak dapat melalui nodus AV irama QRS tidak teratur
ATRIAL FIBRILASI
Sistem Konduksi Jantung
ATRIAL FIBRILASI
Prevalensi : usia dibawah 50 tahun FA kurang dari 1% dan meningkat > 9% pada usia 80 tahun.
Lebih banyak dijumpai pada laki-laki dibandingkan wanita.
FA merupakan faktor resiko independen yang kuat terhadap kejadian stroke emboli.
Kejadian stroke iskemik pada pasien FA non valvular ditemukan sebanyak 5% per tahun, 2-7 kali lebih banyak dibanding pasien tanpa FA.
Menurut AHA (American Heart Association), 4 jenis :a. AF deteksi pertama
b. Paroksismal AFc. Persisten AF
d. Kronik/permanen AFMenurut ESC, 5 jenis
e. AF deteksi pertamaf. Paroksismal AFg. Persistent AF
h. Long Standing Persistent AFi. Permanent AF
ATRIAL FIBRILASI
KLASIFIKASI
AF paroksismal : kurang dari 7 hari atau AF yang mempunyai episode pertama kali kurang dari 48 jam kecenderungan untuk sembuh sendiri dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa bantuan
kardioversi
ATRIAL FIBRILASI
AF Deteksi Pertama :Semua pasien dengan AF selalu diawali dengan tahap AF deteksi pertama
AF Persisten sifatnya menetap dan berlangsung lebih dari 48 jam tetapi kurang dari 7 hari perlu
penggunaan dari kardioversi untuk mengembalikan irama sinus kembali normal
AF Kronik/ Permanen:sifatnya menetap > 7 hari penggunaan kardioversi dinilai kurang berarti cukup
sulit untuk mengembalikan ke irama sinus yang normal
Peningkatan tekanan/resistensi atrium0Penyakit katup jantung
o Aritmia jantung : takikardia atrial, fluter atrial, AVNRT, sindrom WPW, sick sinus syndrome
o Hipertrofi jantungo Kardiomiopati hipertrofiko Kardiomiopati Dilatasio Hipertensi pulmo (chronic obstructive
pulmonary disease dan cor pulmonal chronic)
o Tumor intracardiac
ATRIAL FIBRILASI
Proses infiltratif dan inflamasio Pericarditis/miocarditiso Amiloidosis dan sarcoidosiso Faktor peningkatan usia
ETIOLOGI
Proses infeksio Demam reumatik , RHD
Penyakit paru o Penyakit paru obstruktif kroniko Hipertensi pulmonal primero Emboli paru akut
Kelainan Endokrino Hipertiroido Feokromositomao Diabetes mellitus
Neurogeniko Strokeo Perdarahan subarachnoido sistem saraf autonom dapat
mencetuskan AF pada pasien yang sensitive melalui peniggian tonus vagal atau adrenergik.
Iskemik Atriumo Infark miocardial
Obat-obatano Alkoholo Kafein
ATRIAL FIBRILASI
ETIOLOGI
ATRIAL FIBRILASI
Mekanisme AF terdiri dari 2 proses, yaitu :1. proses aktivasi lokal
2. multiple wavelet reentry.
PATOFISIOLOGI
ATRIAL FIBRILASI
PATOFISIOLOGI
Proses aktivasi lokal • Melibatkan proses depolarisasi tunggal atau depolarisasi berulang. • Fokus ektopik yang dominan berasal dari vena pulmonalis superior. • Selain itu, fokus ektopik berasal dari atrium kanan, vena cava superior
dan sinus coronarius. • Fokus ektopik menimbulkan sinyal elektrik yang mempengaruhi
potensial aksi pada atrium menggangu potensial aksi yang dicetuskan oleh nodus SA
ATRIAL FIBRILASI
PATOFISIOLOGI
Multiple wavelet reentry• Tidak tergantung pada adanya fokus ektopik tergantung pada sedikit
banyaknya sinyal elektrik yang mempengaruhi depolarisasi. • Sedikit banyaknya sinyal elektrik dipengaruhi oleh 3 faktor
1. periode refractory2. besarnya ruang atrium3. kecepatan konduksi.
• Pada pembesaran atrium akan disertai dengan pemendekan periode refractory dan penurunan kecepatan konduksi.
• Ketiga faktor meningkatkan sinyal elektrik peningkatan depolarisasi mencetuskan terjadinya AF
ATRIAL FIBRILASI
PATOFISIOLOGI
Aktivitas sistolik pada atrium kiri tidak teratur terjadi penurunan atrial flow velocities stasis pada atrium kiri dan
memudahkan pembentukan terbentuknya thrombus.
ATRIAL FIBRILASI
PATOFISIOLOGI TROMBUS
ATRIAL FIBRILASI
DIAGNOSIS
ANAMNESIS
1. Lamanya timbulnya ( episode pertama, paroksismal, persisten, permanen )
2. Menentukan beratnya gejala yang menyertai : berdebardebar, lemah, sesak nafas terutama saat beraktivitas, pusing, gejala yang menunjukkan adanya iskemia atau gagal jantung kongestif
3. Penyakit jantung yang mendasari, penyebab lain dari FA misalnya hipertiroid.
PEMERIKSAAN FISIK
• Tanda vital : Denyut nadi berupa kecepatan dengan regularitasnya, TD
• JVP• Auskultasi
- HR dan regularitasnya - Ronki pada paru kemungkinan terdapat gagal jantung kongestif- Irama gallop S3 kemungkinan terdapat gagal jantung kongestif,- bising/murmur/bruit kemungkinan adanya penyakit katup jantung
• Hepatomegali : kemungkinan terdapat gagal jantung kanan• Edema perifer : kemungkinan terdapat gagal jantung kongestif
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium : • DL , TSH ( penyakit gondok ), enzim jantung bila dicurigai terdapat iskemia
jantung.
Pemeriksaan EKG : irama ( verifikasi FA ), hipertrofi ventrikel kiri. Pre-eksitasi ventrikel kiri,
identifikasi adanya iskemia.
Foto Rontgen Toraks : • Gambaran emboli paru, pneumonia, PPOK, kor pulmonal.
Ekokardiografi :kelainan katup, ukuran dari atrium dan ventrikel, hipertrofi ventrikel kiri, fungsi
ventrikel kiri, obstruksi outflow dan TEE ( Trans Esophago Echocardiography ) untuk melihat trombus di atrium kiri
Pemeriksaan fungsi tiroid: • Pada FA episode pertama bila laju irama ventrikel sulit dikontrol.
Uji latih : • identifikasi iskemia jantung, menentukan adekuasi dari kontrol laju irama
jantung.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Mengontrol ketidakteraturan irama jantung
2. Menurunkan peningkatan denyut jantung
3. Menghindari/mencegah adanya komplikasi
tromboembolisme.
Tujuan Pokok
TATALAKSANA
1. Mengembalikan Irama Sinus Jantung
• KARDIOVERSI• Farmakologis• Electrical cardioversion
Electrical Cardioversion
• Fungsi : mengembalikan irama jantung kembali normal atau sesuai dengan NSR (nodus sinus rhythm).
• Pasien FA dengan hemodinamik yang stabil akibat laju irama ventrikel yang cepat disertai tanda iskemia, hipotensi, sinkop segera dilakukan kardioversi elektrik.
• Kardioversi elektrik dimulai dengan 200 Joule tidak berhasil dapat dinaikkan menjadi 300 Joule.
• Pasien dipuasakan dan dilakukan anestesi dengan obat anestesi kerja pendek.
TATALAKSANA
FARMAKOLOGIS
2. Menurunkan peningkatan denyut jantung
1. Digitalis2. β-blocker3. Antagonis Kalsium
TATALAKSANA
3. Mencegah Tromboembolisme
• Antikoagulan Oral : - Warfarin- NOAC : Dabigatran etexilate, Rivaroxaban, Apixaban,
• Antitrombotik : - Aspirin- Clopidogrel
Vitamin K antagonist
WARFARIN
NOAC
ASPIRIN• Hambat sintesis tromboksan
A2 dalam trombosit dan Prostasiklin PGI2 di pembuluh darah dengan hambat secara irreversibel enzim siklooksigenase pengurangan agregasi trombosit
• Dosis efektif : 80-320 mg/hari
KLOPIDOGREL • Hambat agregasi trombosit
yang diinduksi oleh ADP.• Dosis 75 mg/hari
ANTITROMBOTIK
REKOMENDASI TERAPI ANTITROMBOTIK DAN ANTIKOAGULAN ORAL PADA AF
REKOMENDASI
1. Terapi Antitrombotik untuk mencegah tromboemboli direkomendasikan untuk semua pasien AF, kecuali pada pasien dengan low risk (lone AF, <65 tahun, atau
dengan kontraindikasi
2. CHADS2 score direkomendasikan untuk memperkirakan resiko stroke pada pasien non valvular AF
- Pasien AF dengan skor CHADS2 ≥ 2 direkomendasikan penggunaan antikoagulan oral VKA dengan dosisbiasa untuk mencapai INR 2.0-3.0 selama tidak
kontraindikasi
I, A
I, A
REKOMENDASI
3. Pasien AF dengan 1 kriteria mayor atau ≥ 2 faktor resiko non mayor Terapi OAC (VKA dengan target INR 2.0-3.0), selam tidak ada kontraindikasi
4. Pasien dengan 1 faktor resiko non mayor (intermediate risk CHADS score : 1) direkomendasikan pemberian
antirombotik salah satu dari :a. OAC terapi (VKA) [IA] atau b. Aspirin 75-325 mg/hari [IB]
5. Pasien dengan CHADS2 score : 0, tidak ada faktor resiko (<65 tahun, lone Af, dengan tidak ada faktor resiko)
Aspirin 75-325 mg/hari atau no therapy
I, A
I, B
REKOMENDASI
6. Pasien dengan 1 faktor resiko non mayor harus dipertimbangkan terapi OAC daripada aspirin,
didasarkan pada pemeriksaan resiko komplikasi perdarahan dan pilihan pasien
IIa, A
7. Pasien tanpa dengan resiko rendah (usia <65 tahun dengan lone AF, tanpa faktor resiko), dipertimbangkan
Tanpa terapi daripada pemberian aspirindidasarkan pada pemeriksaan resiko komplikasi perdarahan dan pilihan pasien
IIb, A
REKOMENDASI
8. Kombinasi terapi aspirin 75-100 mg/hari + klopidogrel 75 mg/hari harus dipertimbangkan untuk pencegahan stroke pada psien yang menolak OAC atau sudah ada kontraindikasi yang jelas pemberian OAC (misal : ketidaksanggupan
melanjutkan monitoring antikoagulasi)
IIa, B
9. Pemeriksaan resiko perdarahan harus dipertimbangkan saat memberi resep VKA atau aspirin dan resiko perdarahan pada pemberian aspirin harus
dipertimbangkan disamakan pada pemberian VKA, terutama pada pasien tua
IIa, A
REKOMENDASI
10. HAS BLED score harus dipertimbangkan sebagai cara menghitung/memperkirakan resiko perdarahan dengan skor ≥ 3
mengindikasikan ‘high risk’ dan pemeriksaan berkala diperlukan, sejak pemberian pertama antitrombotik atau OAC
IIa, B
11. Pasien dengan AF tanpa katup jantung prostetik atau pasien bukan resiko tinggi terjadinya tromboembolism yang sedang akan menjalani operasi atau prosedur
diagnostik yang beresiko perdarahan, penghentian sementara OAC harus dipertimbangkan, tanpa menggantinya dengan heparin sebagai terapi
antikoagulasi selama prosedur dilaksanakan.
IIa, C
REKOMENDASI
10. HAS BLED score harus dipertimbangkan sebagai cara menghitung/memperkirakan resiko perdarahan dengan skor ≥ 3
mengindikasikan ‘high risk’ dan pemeriksaan berkala diperlukan, sejak pemberian pertama antitrombotik atau OAC
IIa, B
REKOMENDASI
11. Pasien dengan AF tanpa katup jantung prostetik atau pasien bukan resiko tinggi terjadinya tromboembolism yang sedang akan menjalani operasi atau prosedur
diagnostik yang beresiko perdarahan, penghentian sementara OAC harus dipertimbangkan, tanpa menggantinya dengan heparin sebagai terapi
antikoagulasi selama prosedur dilaksanakan.
IIa, C
12. Pasien dengan AF dengan katup jantung prostetik atau pasien resiko tinggi terjadinya tromboembolism yang sedang akan menjalani operasi atau prosedur diagnostik yang beresiko perdarahan, penggantian sementara dengan heparin atau LMWHsebagai terapi antikoagulasi selama prosedur dilaksanakan harus
dipertimbangkan.
IIa, B
REKOMENDASI
13. Sesudah dilakukan prosedur bedah, permulaan kembali terapi OAC harus dipertimbangkan dengan dosis maintenance pada keesokan harinya setlah
pembedahan, dengan mengasumsikan bahwa hemostasis stabil
IIa, C
REKOMENDASI
14. Evaluasi berkala untuk menilai keuntungan, resiko, dan perlunya antitrombotic therapy harus dipertimbangkan
IIa, C
15. Pasien AF dengan stroke akut atau TIA, manajemen hipertensi yang tidak terkontrol harus dipertimbangkan terlebih dahulu sebelum pemberian terapi
antitrombotik, dan pemeriksaan CT scan/MRI cerebral dilakukan untuk mengexclude perdarahan cerebral
IIa, C
REKOMENDASI
16. Selama ditemukan adanya infark cerebral, penundaan permulaan antikoagulan harus dipertimbangkan.
IIa, C
17. Pda pasien AF dengan serangan akut TIA, terapi OAC harus dipertimbangkan sesegera mungkin setelah dipastikan tidak adanya infark atau perdarahan
cerebral
IIa, C
REKOMENDASI
18. Pada pasien dengan 1 faktor resiko non mayor ( seperti perempuan, < 65 tahun dengan tanpa faktor resiko) aspirin dapat dipertimbangkan daripada OAC terapi
IIb, C
19. Ketika prosedur bedah memerlukan penghentian sementara OAC lebih dari 48 jam pada pasien resiko tinggi tromboemboli, dipertim,bangkan pemberian
heparin atau LMWH sub kutan.
IIb, C
TERIMAKASIH