referat psikiatri
-
Upload
bn-wahyu-aji -
Category
Documents
-
view
20 -
download
2
description
Transcript of referat psikiatri
…. Aspek-aspek dari teori-teori kognitif dan interpersonal diperoleh dari psikoanalisis. Setiap
pendekatan memberikan suatu penjelasan yang mungkin bermanfaat terhadap memburuknya
pasien yang sedang depresi. Meskipun kegunaan dari terapi-terapi diperoleh dari teori kognitif
(cognitive-behavioral therapy [CBT]) dan teori interpersonal (interpersonal psychotherapy[IPT])
telah teruji dengan lebih baik terhadap depresi dibandingkan dengan terapi psikodinamik
selama ini, tidak ada teori mengenai depresi yang telah teruji empiris secara formal.
ASPEK-ASPEK PSIKODINAMIK DARI GANGGUAN MOOD
Suatu pemahaman psikoanalitik kontemporer terhadap gangguan mood mencakup sebuah
fokus komprehensif pada bantalan biologis, fungsi kognitif, dan gaya serta situasi interpersonal.
Yang unik dari psikoanalisis adalah perhatiannya terhadap tekanan-tekanan intrapsikis bawah
sadar dalam pertimbangannya mengenai gejala-gejala psikologis, termasuk gangguan mood.
Bab ini memfokuskan secara luas pada teori-teori psikoanalitik tentang depresi, meskipun perlu
diperhatikan bahwa hasil dini yang menarik dari penelitian dalam terapi psikodinamik terhadap
depresi saat ini sedang dalam proses. Untuk memberikan suatu deskripsi dari aspek-aspek
mengenai gangguan mood, beberapa ide psikoanalitik mengenai kehidupan mental harus
didefinisikan:
1. Dari sudut pandang psikodinamik, kehidupan mental terdiri dari dua level atau tingkatan:
di dalam ruang lingkup kesadaran dan juga dalam ruang lingkup yang kurang
terjangkau, digambarkan sebagai bawah sadar. Gejala-gejala psikis atau emosional
muncul dari aspek-aspek kehidupan mental yang setidaknya merupakan bagian dari
bawah sadar. Hal ini benar terjadi pada gangguan mood.
2. Psikoanalis telah menemukan hal tersebut berguna untuk menggambarkan pikiran terdiri
dari tiga struktur psikis teoritis dasar: id, ego, dan superego. Singkatnya, id adalah aspek
dari pikiran yang menggolongkan derivat –derivat dorongan dan hasrat. Ego berperan
sebagai perantara antara id dan dunia luar. Hal ini mengandung banyak fungsi
intrapsikis, mencakup aksi motor, persepsi, harga diri, hubungan terhadap realita, dan
kemampuan untuk memodulasi dorongan dan kecemasan. Superego mengandung
sistem nilai seseorang. Superego dapat menghukum dan memberi imbalan pada orang
tersebut, tergantung pada apakah perilakunya sesuai dengan nilai moralnya.
3. Mood adalah keadaan ego pervasif ( yang dapat meliputi/meluas) yang mewarnai
keseluruhan ego dengan keadaan afek yang sama. Tidak seperti halnya respon afektif
sederhana terhadap kejadian-kejadian, mood tidak terfokus, namun general, karena 1
afek terlalu kuat atau karena ego terlalu lemah untuk membatasi suatu respon terfokus.
Karena mood adalah keadaan yang tergeneralisasi, mereka selalu melibatkan beberapa
taraf penyangkalan terhadap perasaan yang berlawanan. Dari suatu pendapat
psikoanalitik, mood selalu membawa suatu kepentingan bawah sadar, kendati dasar
biologis dan neurotransmiternya yang terdokumentasikan dengan baik.
4. Sejak penemuan Sigmund freud’s mengenai pentingnya bawah sadar dalam kehidupan
mental sehari-hari dan kapasitas seseorang untuk mengasingkan pengalaman-
pengalaman didasari emosi yang tidak diinginkan dan menyakitkan menggunakan
mekanisme pembelaan, pemahaman terhadap mood dan gejala-gejala telah diperkuat
oleh pengenalan bahwa fenomena psikis ini menampilkan suatu terobosan mengenai
fantasi bawah sadar menjadi kesadaran. Fantasi-fantasi bawah sadar yang menetap
(persisten) seringkali mendasari gejala-gejala psikologis, mimpi, kepribadian, dan pilihan
hidup yang penting orang-orang.
5. Freud awalnya menjabarkan prinsip sentral lainnya dalam pengorganisasian terhadap
kehidupan mental: bahwa orang-orang secara bawah sadar menghindari
ketidaknyamanan dan bahwa ide-ide yang menimbulkan ketidaknyamanan disaring dari
kesadaran melalui represi atau proses-proses yang sekarang disebut sebagai
pembelaan. Secara klinis, taraf dimana ketidaknyamanan dihindari bervariasi dari pasien
ke pasien lainnya, dan Freud kemudian memodifikasi teori aslinya mengenai
masyarakat menghindari ketidaknyamanan. Dalam Beyond the Pleasure Principle, dia
mencoba menjabarkan mekanisme-mekanisme intrapsikis yang dapat menjelaskan
fenomena dimana usaha untuk mengejar kenyamanan diabaikan untuk kebutuhan yang
lebih fundamental untuk mengeluarkan tekanan-tekanan emosional yang kuat untuk
melindungi individu tersebut. Depresi mayor adalah suatu kondisi dimana seseorang
hidup diluar prinsip kenyamanan.
DESKRIPSI-DESKRIPSI PSIKOANALITIK DARI DEPRESI MAYOR
Perumusan-perumusan psikoanalitik menggarisbawahi fenomologi dari aspek-aspek
depresi mayor, membantu membuat latar belakang emosional dari penyakit lebih dapat
dipahami. Meskipun teori-teori ini memberikan banyak ide secara klinis yang dapat
berguna dalam pengobatan pasien-pasien yang demikian, perlu ditekankan bahwa tidak
ada posisi-posisi teoritis yang didukung oleh penelitian yang sistematis. Bidang dari
psikoanalisis telah hampir resisten terhadap terhadap penelitian.perumusan-perumusan
2
psikoanalitik ini, kendati perbedaan-perbedaannya, tidaklah eksklusif satu sama lain.
Bab ini merupakan garis besar dari beberapa rumusan tersebut dan memberikan
gambaran contoh-contoh klinis.
Respon Terhadap Kehilangan Dan Kemarahan Yang Diarahkan Dalam Batin
Pemahaman psikoanalitik klasik terhadap depresi yang ditetapkan oleh Karl Abraham,
Freud, dan Sandor Rado dan menekankan reaksi-reaksi depresif terhadap kehilangan
obyek, dalam kenyataan atau fantasi. Dalam perumusan ini, respon yang mendalam
terhadap kehilangan terjadi sebagian karena kehilangan yang terjadi saat ini
mengundang kehilangan masa kanak-kanak yang terjadi sebelumnya, juga bersifat
fantastik atau realistik. Para penulis ini menekankan ambivalensi depresif atau obyek
yang bermusuhan , beserta perlekatan obyek yang bercirikan oleh dependensi yang
berlebihan, dihiasi dengan suatu penekanan pada kebutuhan terhadap kepuasan dalam
hubungan yang bermuatan emosional. Depresi mayor terjadi hanya setelah ikatan
terhadap obyek tersebut hancur. Dalam Mourning and Melancholia, Freud menyoroti
cara dimana pasien-pasien yang terdepresi secara irasional menyerang diri mereka
sendiri. Dalam perumusannya, hal ini terjadi karena aspek-aspek dari suatu obyek
ambivalen menjadi terinternalisasi ataumelebur menjadi perasaan diri pasien, dan
permusuhan yang diarahkan terhadap obyek malah diarahkan terhadap diri sendiri.
Keadaan hubungan ini berperan menjaga hubungan dengan orang lainnya (obyek
tersebut) dalam realita.
Solomon Asch menjabarkan suatu variasi pada dinamika ini dimana beberapa pasien
menjadi terdepresi bukan karena kehilangan obyek, namun akibat pemeliharaan ikatan
yang tunduk terhadap obyek. Ikatan ini dijaga karena pasien mengartikan pemisahan
sebagai tindakan yang agresif dengan konsekuensi yang destruktif. Kegusaran akibat
memainkan peranan ini diarahkan pada diri sendiri, karena pasien merasa tidak
berharga akibat dari kepasrahan.
Joseph Sandler dan Walter G. Joffe, juga memfokuskan pada fenomena kehilangan
yang menimbulkan depresi, disebut dengan Index Hampstead, suatu pendataan klinis
yang komprehensif dari respon kanak-kanak terhadap pengabaian dan kehilangan,
untuk kasus-kasus depresi kanak-kanak. Mereka menduga bahwa depresi adalah suatu
respon afektif dasar terhadap kehilangan. Mereka menekankan bahwa bukan hanya
orang lain saja yang hilang dan bahwa sang anak merasa dia juga kehilangan perasaan
3
dalam hubungan terhadap obyek yang hilang atau sekumpulan perasaan tentang diri
sendiri sebelumnya. Sehingga, sebagaimana Freud dan Abraham juga perhatikan,
mereka menekankan suatu ikatan simbiotik atau narsistik terhadap obyek. Mereka
memandang depresi di masa depan sebagai usaha melawan perasaan
ketakberdayaaan dan harga diri yang terluka di masa kanak-kanak.
Nn. A., wanita 26 tahun, menampilkan depresi mayor berat dalam konteks kekasihnya
Tn. B mengekspresikan kemarahan yang meningkat padanya dan mengatakan bahwa ia
ingin pindah dari rumah mereka. Nn. A., seorang yang cemas….
4