Referat Mood Stabilizer

10
Mood Stabilizer Mood stabilizer adalah kelompok obat yang divergen, dikenal berkhasiat terutama untuk mempertahankan stabilitas suasana perasaan, terutama mencegah munculnya kondisi manik pada gangguan afektif bipolar. Kelompok obat ini dikatakan efektif untuk mania akut tetapi kurang efektif untuk depresi. Klasifikasi umum: 1. Garam lithium Lithium carbonat: priadel, theralith 2. Lain-lain: Karbamazepine: tegretol Asam valproat: valproic acid, depakene Natrium divalproate: depakote Secara umum terapi dengan Lithium dimulai dengan dosis terbagi, mulai dari dosis 2-3 kali 300 mg per hari dan kadar plasma stabil dicapai dalam 4-5 hari. Setelah pasien cukup stabil, dosis tunggal sering kali lebih disukai. Bila fungsi ginjal normal, dosis total perhari bisa mencapai 1200-18800 mg lithium yang akan menghasilkan konsentrasi lithium dalam plasma berkisar 0,8-1,2 mEq/L. Dosis pemeliharaan berkisar di tingkat kadar plasma 0,6-1 mEq/L yang dapat dicapai dengan pemberian 900-1200 mg/hari. Efek samping Lithium: - Efek neurologik: o Ringan, nontoxic: disforia, tidak spontan, perlambatan waktu reaksi, kesulitan memori. o Tremor: postural, kadang-kadang efek ekstrapiramidal. o Toxic: tremor, disartria, ataxia, iritabilitas neuromuskular, kejang-kejang, koma, kematian. o Lain-lain: neuropati perifer, peningkatan tekanan intrakranial ringan, hipertensi, myasthenia gravis like syndrome, penurunan ambang kejang. - Endocrine:

description

Mood Stabilizer

Transcript of Referat Mood Stabilizer

Mood StabilizerMood stabilizer adalah kelompok obat yang divergen, dikenal berkhasiat terutama untuk mempertahankan stabilitas suasana perasaan, terutama mencegah munculnya kondisi manik pada gangguan afektif bipolar. Kelompok obat ini dikatakan efektif untuk mania akut tetapi kurang efektif untuk depresi. Klasifikasi umum:1. Garam lithiumLithium carbonat: priadel, theralith2. Lain-lain:Karbamazepine: tegretolAsam valproat: valproic acid, depakeneNatrium divalproate: depakoteSecara umum terapi dengan Lithium dimulai dengan dosis terbagi, mulai dari dosis 2-3 kali 300 mg per hari dan kadar plasma stabil dicapai dalam 4-5 hari. Setelah pasien cukup stabil, dosis tunggal sering kali lebih disukai. Bila fungsi ginjal normal, dosis total perhari bisa mencapai 1200-18800 mg lithium yang akan menghasilkan konsentrasi lithium dalam plasma berkisar 0,8-1,2 mEq/L. Dosis pemeliharaan berkisar di tingkat kadar plasma 0,6-1 mEq/L yang dapat dicapai dengan pemberian 900-1200 mg/hari.Efek samping Lithium: Efek neurologik: Ringan, nontoxic: disforia, tidak spontan, perlambatan waktu reaksi, kesulitan memori. Tremor: postural, kadang-kadang efek ekstrapiramidal. Toxic: tremor, disartria, ataxia, iritabilitas neuromuskular, kejang-kejang, koma, kematian. Lain-lain: neuropati perifer, peningkatan tekanan intrakranial ringan, hipertensi, myasthenia gravis like syndrome, penurunan ambang kejang. Endocrine: Thyroid: goiter, hipotiroid, exopthalmus, hipertiroidism. Parathyroid: hipertiroidism, adenoma. Kardiovaskular: Benign T-wave changes, sinus node dysfunction Renal: Concentrating defect, perubahan morfologis, poliuria (diabetes insipidus), penurunan GFR, sindroma nefrotik, asidosis renal tubular. Kulit: Jerawat, rambut rontok, psoriasis, rash Saluran cerna: Penurunan nafsu makan, mual, muntah, diare. Lain-lain: Perubahan metabolisme karbohidrat, peningkatan berat badan, retensi air.Cara KerjaDikatakan bahwa Lithium memiliki efek akut dan kronis dalam pelepasan serotonin dan norepinefrin di neuron terminal SSP. Dalam konsentrasi tinggi berefek juga dalam pompa ion transpor membran. Secara teoritis dihipotesiskan 3 cara kerja lithium, yaitu hipotesis Inositol Depletion, Regulasi wnt Pathway dan Synthase Kinase 3beta, serta regulasi Lithium terhadap Adenyl Cyclase. Walaupun cara kerjanya tidak dapat dijelaskan dengan tepat, tetapi ditemukan bahwa Lithium sangat bermanfaat dalam pengobatan Gangguan Afektif. Indikasi utama pemakaian Lithium adalah untuk gangguan afektif bipolar khususnya episode amnik, dengan dosis efektif kadar obat dalam plasma mencapai 1,5 mEq/L dapat berakibat toksik terhadap ginjal. Efek samping yang dapat terjadi adalah:1. Tremor halus2. Diare & muntah-muntah3. Rasa lelah & vertigo4. Ataksia & tremor kasar5. Penurunan kesadaran6. Konvulsi7. Oliguria bahkan dapat terjadi anuria8. Edem

LITHIUMLithium (askalith, lithobid, lithonate) adalah terapi jangka pendek, jangka panjang, dan terapi profilaktik yang paling lazim digunakan untuk gangguan bipolar 1. Obat ini juga digunakan sebagai obat tambahan di dalam terapi gangguan depresif berat, gangguan skizo afektif, skizofrenia yang resisten terapi, anoreksia nervosa, dan bulimia nervosa serta untuk mengendalikan agresi kronis pada anak maupun dewasa.Kerja FarmakologisSetelah konsumsi, lithium diabsorpsi seutuhnya oleh saluran gastrointestinal. Puncak kadar serum dalam 1 hingga 1,5 jam untuk sediaan standar dan 4 hingga 4,5 jam untuk sediaan lepas terkendali. Lithium tidak terikat dengan protein plasma, tidak dimetabolisme, dan didistribusikan dengan tidak sama di seluruh air tubuh. Lithium tidak melintasi sawar darah otak dengan cepat, suatu fakta yang mungkin menjelaskan mengapa overdosis biasanya tidak menjadi masalah dan mengapa intoksikasi lithium membutuhkan waktu yang lama untuk benar-benar pulih. Waktu paruh lithium biasanya 20 jam dan ekuilibrium dicapai setelah 5 hingga 7 jam setelah asupan regular. Lithium hampir seluruhnya di eliminasi oleh ginjal. Karena lithium diabsorpsi oleh tubulus proksimal, bersihan lithium kira-kira seperlima bersihan kreatinin. Pembersihan lithium oleh ginjal menurun pada insufisiensi ginjal (lazim pada orang yang berusia lebih tua) dan pada puerperium serta meningkat selam kehamilan. Lithium diekskresi di dalam ASI dan dalam jumlah yang tidak signifikan di feses serta keringat. Mekanisme kerja terapeutik lithium masih belum pasti. Kemiripan ion lithium dengan ion natrium, kaium, kalsium, dan magnesium mungkin terkait dengan efek terapeutiknya.Efek Pada Organ dan Sistem SpesifikLithium paling sering mempengaruhi tiroid, jantung, ginjal, dan sistem hematopoietik. Lithium menghambat pelepasan hormon tiroid dari tiroid dan dapat menimbulkan hipotiroidisme atau struma; yaitu gangguan yang lebih sering mengenai perempuan dibandingkan laki-laki. Lithium juga menggangu fungsi nodus sinus yang menimbulkan blokade jantung pada orang yang rentan. Lithium mengurangi kemampuan ginjal untuk memekatkan urine. Meskipun efek ini biasanya secara klinis tidak signifikan, hal ini tidak selalu reversibel setelah menghentikan penggunaan lithium. Fibrosis interstitial nonspesifik patologis dilaporkan karena ada temua postmortem pada sejumlah orang yan pernah di terapi lama dengan lithium, tetapi hal ini merupakan hasil yang tidak biasa. Efek utama lithium pada sistem hematopoietik adalah peningkatan produksi leukosit yan secara klinis tidak signifikan.Indikasi TerapeutikGangguan Bipolar 1Episode manikKira-kira 80% pasien manik berespons terhadap terapi lithium, meskipun respons lithium sendiri dapat memerlukan waktu 1 hingga 3 minggu terapi pada konsentrasi terapeutik, karena keterlambatan respons terhadap terapi dengan lithium, benzodiazepine (clonazepam dan lorazepam) atau antipsikotik digunakan 1 hingga 3 minggu pertama untuk mendapatkan pemulihan mania segera. Prediktor respons yang buruk terhadap lithium pada terapi episode manik mencakupp episode campuran dan episode manik disforik, siklus cepat, dan gangguan terkait zat yang juga terjadi bersamaan. Lithium efektif sebagai profilaksis jangka panjang untuk episode manik dan depresif pada kira-kira 70-80% orang dengan gangguan bipolar 1.Episode depresifLithium efektif di dalam terapi gangguan depresif berat dan depresi yang terkait gangguan bipolar 1. Karena antidepresan dapat mencetuskan mania pada orang dengan gangguan bipolar, monoterapi dengan lithium adalah terapi yang ideal untuk mania dan depresi pada orang dengan gangguan bipolar. Lithium juga dapat diresepkan dengan antidepresan sebagai rumatan jangka panjang orang dengan gangguan bipolar. Obat trisiklik dan tetrasiklik dianggap lebih besar kemungkinannya untuk mencetuskan mania berat dibandingkan bupropion atau SSRI. Penguatan terapi lithium dengan valproat atau karbamazepin biasanya ditolerensi dengan baik, dengan sedikit resiko tercetusnya mania.SkizofreniaGejala pada seperlima hingga setengah dari semua pasien dengan skizofrenia jauh berkurang jika lithium diberikan bersamaan dengan obat antipsikotik. Keuntungan terapeutik lithium tidak berhubungan dengan ada atau tidaknya gejala afektif pada pasien ini. Sejumlah pasien skizofrenia yang tidak dapat mengkonsumsi obat antipsikotik bisa mendapatkan keuntungan dari terapi dengan lithium saja. Ledakan agresif intermiten pada beberapa pasien dengan skizofrenia juga dapat dikurangi dengan terapi lithium.Gangguan Skizoafektif dan SkizofreniaDi antara orang-orang dengan gangguan skizoafektif, mereka dengan gejala mood yang dominan lebih cenderung memberikan sespons terhadap lithium dibandingkan mereka dengan gejala psikotik yang dominan. Antagonis serotonin-dopamin (SDA) dan antagonis reseptor dopamin adalah terapi pilihan untuk orang dengan gangguan skizoafektif, sedangkan lithium merupakan agen tambahan yang berguna, terutama untuk orang yang gejalanya resisten terhadap terapi dengan SDA dan antagonis reseptor dopamin. Meskipun demikian, penambahan lithium pada terapi SDA atau antagonis respetor dopamin dapat efektif pada orang dengan gangguan skizoafektif, bahkan saat tidak adanya komponen gangguan mood yang menonjol.AgresiLithium telah digunakan untuk terapi ledakan agresif pada pasien degan skizofrenia, penghuni penjara, anak-anak dengan gangguan tingkah laku dan pasien retardasi mental. Lebih sedikit sukses dilaporkan di dalam terapi agresivitas akibat trauma kepala dan epilepsi. Obat lain untuk terapi agresi mencakup antikonvulsan, antagonis resptor -adrenergik, dan antipsikotik. Terapi pasien agresif memerlukan pendekatan yang fleksibel di dalam penggunaan obat ini bersamaan dengan strategi terapi perilaku dan psikososial.RumatanTerapi rumatan dengan lithium secara nyata menurunkan frekuensi, keparahan, dan lama episode manik serta depresif pada orang dengan gangguan bipolar 1. Lithium memberikan profilaksis yang relatif lebih efektif untuk mania dibandingkan untuk depresi serta strategi antidepresan tambahan dapat diperlukan baik secara intermiten atau terus-menerus. Rumatan lithium hampir selalu diindikasikan setelah episode kedua depresi atau mania gangguan bipolar 1 dan harus dipertimbangkan setelah episode pertama untuk remaja atau untuk orang-orang yang memiliki riwayat keluarga dengan gangguan bipolar 1. Orang lain yang mendapatkan keuntungan dari rumatan lithium adalah mereka yang memiliki sistem dukungan yang buruk, meliki resiko tinggi bunuh diri, awitan episode pertama yang mendadak, tidak memiliki faktor pencetus utnuk episode pertama, atau mengalami episode mania. Studi klinis menunjukkan bahwa lithium menurunkan insiden bunuh duru pada pasien gangguan bipolar 1 enam hingga tujuh kali lipat. Lithium juga merupakan terapi yang efektif untuk orang dengan gangguan siklotimik berat.Memulai terapi rumatan setelah episode manik yang pertama dianggap bijaksana berdasarkan pada beberapa pengamatan. Pertama, setiap episode mania meningkatkan resiko terjadinya episode berikutnya. Kedua, di antara orang-orang yang responsif terhadap lithium, kekambuhan 30 kali lebih besar kemungkinannya setelah lithium dihentikan. Ketiga, laporan kasus menggambarkan orang yang awalnya berespons lagi terhadap lithium, berhenti menggunakannya, dan kemudian mengalami kekambuhan tetapi pada episode berikutnya tidak berespons lagi terhadap lithium. Terapi rumatan lithium yang berkelanjutan sering disertai dengan meningkatnya efektivitas serta menurunnya mortilitas. Dengan demikian, suatu episode depresi atau mania yang terjadi setelah rumatan lithium dengan waktu yang relatif singkat tidak selalu menunjukkan kegagalan terapi. Meskipun demikian, terapi lithium saja dapat mulai kehilangan efektivitasnya setelah beberapa tahun penggunan yang berhasil. Jika hal ini terjadi, terapi tambahan dengan antikonvulsan dapat berguna.Dosis rumatan lithium sering dapat disesuaikan untuk mendapatkan konsentrasi plasma yang lebih rendah dari yang diperlukan untuk terapi mania akut. Jika penggunaan lithium akan dihentikan, dosis harus diturunkan bertahap secara perlahan. Penghentian terapi lithium secara mendadak disertai dengan meningkatnya resiko kekambuhan episode manik dan depresif.Perhatian dan Efek SampingEfek samping terapi lithium yang paling lazim adalah meningkatnya rasa haus, poliuria, gangguan lambung, berat badan bertambah, tremor, lelah, dan hendaya kognitif ringan. Gangguan lambung dapat mencakup mual, muntah, dan diare serta sering diredakan dengan membagi lagi dosis, memberikan lithium bersamaan dengan makanan, atau mengganti dengan berbagai sediaan lithium lain., bertambahnya berat badan serta edema tidak mungkin diterapi kecuali dengan mendorong pasien untuk mengurangi makan dan cukup olahraga. Tremor terutama mengenai jari kadang-kadang dapat memburuk pada kadar puncak obat. Gangguan ini dapat dikurangi dengan membagi lagi dosis. Efek samping neurologis yang jarang mencakup gejala parkinson ringan, ataksia, dan disartria. Pasien dengan gangguan otak memiliki resiko mengalami neurotoksisitas. Lithium dapat memperburuk penyakit parkinson. Lithium harus digunakan dengan hati-hati pada pasien diabetik karena dapat mencetuskan bangkitan atau memperburuk gangguan bangkitan. Pasien yang mengalami dehidrasi, lemah, atau memiliki penyakit medis rentan terhadap efek samping dan toksisitas. Leukositoasis merupakan efek samping yang lazim terhadap terapi lithium.Interaksi ObatLithium telah berhasil digunakan bersama dengan antagonis reseptor dopamin selama beberapa tahun. Meskipun demikian, pemberian bersamaan antagonis reseptor dopamin dosis tinggi denga lithium dapat mengakibatkan peningkatan sinergis gejala efek samping neurologis yang dicetuskan lithium. Interaksi ini dapat terjadi dengan penggunaan antagonis reseptor dopamin apapun.Pemberian lithium dan antikonvulsan bersamaan dapat meningkatkan konsentrasi lithium dan memperberat efek samping neurologis yang dicetuskan lithium. Meskipun demikian, jika digunakan dengan bijaksana, pemberian lithium dan antikonvulsan bersamaan dapat memberikan keuntungan terapeutik pada beberapa orang. Terapi kombinasi harus dimulai dengan dosis yang sedikit lebih kecil dari biasanya, dan dosis harus ditingkatkan secara bertahap. Perubahan dari satu terapi mania ke terapi lain harus dilakukan dengan hati-hati, dengan sesedikit mungkin tumpang tindih waktu di antara obat-obat tersebut.Sebagian besar diuretik dapat meningkatkan konsentrasi lithium, ketika terapi dengan diuretik tersebut dihentikan, klinisi mungkin perlu meningkatkan dosis lithium harian seseorang. Diuretik loop dan osmotik, inhibitor carbonate anhydrase, dan zanthine dapat mengurangi konsentrasi lithium di bawah konsentrasi terapeutik. ACE inhibitors dapat menyebabkan peningkatan konsentrasi lithium, sedangkan inhibitor reseptor angiotensin II losartan dan irbesartan tidak mengubah konsentrasi lithium. Suatu kisaran luas obat anti-inflamasi nonsteroid dapat menurunkan bersihan lithium sehinggan meningkatkan kensentrasi lithium.Pemberian lithium dan quetiapine secara bersamaan dapat menimbulkan somnolen tetapi dapat ditoleransi dengan dengan baik. Pemberian lithium dan inhibitor saluran kalsium secara bersamaan harus dihindari karena potensi neurotoksisitas yang fatal. Pemberian lithium dengan ziprasidone secara bersamaan dapat sedikit meningkatkan insiden tremor.Seseorang yang mengkonsumsi lithium dan akan menjalani terapi elektrokonvulsi harus menghentikan konsumsi lithium 2 hari sebelum mulai terapi untuk mengurangi resiko delirium akibat pemberian dua terapi ini secara bersamaan.Penghentian ObatPenggunaan lithium dihentikan jika tidak efektif atau tidak di toleransi. Pasien dapat menghentikan obat untuk alasan lain, seperti hilangnya kreativitas yang ia rasakan ataupun yang sebenarnya, merasa telah sembuh, atau tidak suka merasa dikendalikan oleh obat. Setelah suatu periode stabilitas dengan terapi rumatan, suatu percobaan untuk menghentikan lithium dapat dipertimbangkan, meskipun resiko kekambuhan juga cukup besar (terutama jika terdapat beberapa episode sebelumnya), dan ada laporan kegagalan berespons terhadap lithium ketika terapi dimulai kembali. Penghentian harus dilakukan bertahap selama beberapa minggu, karena semakin mendadak penghentian obat, semakin besar kemungkinan terjadi kekambuhan dini depresi atau mania. Mengajari pasien dan orang lain yang signifikan untuk mengenali tanda-tanda dini kekambuhan merupakan bagian penting proses penghentian obat.Edukasi ObatOrang yang mengkonsumsi lithium harus diberi nasihat bahwa perubahan kandungan garam dan air tubuh dapat mempengaruhi jumlah lithium yang diekskresi sehingga mengakibatkan konsentrasi lithium meningkat atau berkurang. Asupan natrium berlebihan menurunkan konsentrasi lithium. Sebaliknya, terlalu sedikit natrium dapat menyebabkan konsentrasi lithium yang berpotensi toksik. Berkurangnya cairan tubuh dapat menyebabkan dehidrasi dan intoksikasi lithium.