referat mioma H24.doc
-
Upload
nur-hiqmah-aisyah-fitriyani -
Category
Documents
-
view
242 -
download
1
Transcript of referat mioma H24.doc
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mioma uteri adalah tumor jinak pada daerah rahim atau lebih tepatnya otot
rahim dan jaringan ikat di sekitarnya. Mioma belum pernah ditemukan sebelum
terjadinya menarkhe, sedangkan setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma yang
masih tumbuh. Sering ditemukan pada wanita usia reproduksi (20-25%), dimana
prevalensi mioma uteri meningkat lebih dari 70% dengan pemeriksaan patologi
anatomi uterus, membuktikan banyak wanita yang menderita mioma uteri
asimptomatik. Walaupun jarang terjadi mioma uteri bisa berubah menjadi malignansi
(<0,1%).
Kejadiannya lebih tinggi pada usia diatas 35 tahun, yaitu mendekati angka
40%. Tingginya kejadian mioma uteri antara usia 35-50 tahun, menunjukkan adanya
hubungan mioma uteri dengan estrogen. sebanyak 28 orang (71,8%) dan terjadi pada
wanita multipara yaitu sebanyak 26 orang (66,7%). Mioma uteri belum pernah
ditemukan sebelum terjadinya menarche.
Mioma uteri ini menimbulkan masalah besar dalam kesehatan dan terapi yang
efektif belum didapatkan, karena sedikit sekali informasi mengenai etiologi mioma
uteri itu sendiri. Walaupun jarang menyebabkan mortalitas, namun morbiditas yang
ditimbulkan oleh mioma uteri ini cukup tinggi karena mioma uteri dapat
menyebabkan nyeri perut dan perdarahan abnormal. Beberapa teori menunjukkan
bahwa mioma turut berpengaruh terhadap meningkatnya resiko infertilitas. Adanya
hubungan antara mioma dan rendahnya fertilitas ini telah dilaporkan oleh dua survei
observasional (Marshall et al., 1998). Dilaporkan sebesar 27 – 40 % wanita dengan
mioma uteri mengalami infertilitas.
Pengobatan mioma uteri dengan gejala klinik umumnya adalah tindakan
operasi yaitu histerektomi ( pengangkatan rahim ) atau pada wanita yan ingin
mempertahankan kesuburannya, miomektomi ( pengangkatan mioma ) dapat menjadi
pilihan.
1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Mioma uteri adalah neoplasma yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat
yang menumpangnya sehingga dapat disebut juga dengan leiomioma, fibriomioma
atau fibroid. Mioma uteri adalah tumor jinak otot rahim dengan berbagai komposisi
jaringan ikat. Mioma uteri adalah tumor jinak berasal dari miometrium. Mioma uteri
belum pernah tumbuh pada wanita yang belum mengalami menstruasi. Pada masa
menopause mioma uteri akan mengalami pengecilan. Setelah menopause hanya kira-
kira 10% mioma yang masih bertumbuh.. Sebagian besar mioma uteri ditemukan
pada masa reproduksi oleh karena adany rangsangan estrogen. Mioma uteri atau juga
dikenal dengan leiomioma uteri atau fibroid adalah tumor jinak rahim yang paling
sering didapatkan pada wanita.
2.2 Etiologi dan patofisiologi:
Etiologi pasti dari mioma uteri hingga kini masih belum diketahui dengan
jelas. Walaupun mioma uteri banyak terjadi tanpa penyebab, namun dari hasil
penelitian Miller dan Lipschultz yang megutarakan bahwa terjadi mioma uteri
tergantung pada sel-sel otot imatur yang terdapat pada “Cell Nest” yang selanjutnya
dapat dirangsang, terus menerus oleh estrogen. Tumor sering ditemukan pada
perempuan usia reproduksi, terutama 40 - 50 tahun. Tumor jarang ditemukan sebelum
menarche dan dapat mengalami regresi setelah menopause. Tumor bertambah besar
pada kehamilan dan pada pemberian hormone estrogen, maka diduga penyebabnya
timbulnya mioma uteri paling banyak oleh stimulasi hormon estrogen. Meyer, de
Snoo mengemukan patogenesis mioma uteri dengan teori cell nest dan genitoblast.
Teori “Cell Nest” ditemukan oleh Meyer pada awal tahun 1932. Mioma memiliki
reseptor estrogen yang lebih banyak dibanding miometrium normal. Teori “Cell Nest”
atau teori “Genitoblat” membuktikan dengan pemberian estrogen ternyata
menimbulkan tumor fibromatosa yang berasal dari sel imatur. Mioma uteri terdiri dari
2
otot polos dan jaringan yang tersusun seperti konde diliputi pseudokapsul. Mioma
uteri lebih sering ditemukan pada nulipara, faktor keturunan juga berperan.
Perubahan sekunder pada mioma uteri sebagian besar bersifat degeneratif karena
berkurangnya aliran darah ke mioma uteri. Menurut letaknya, mioma terdiri dari
mioma submukosum, intramuskular dan subserosum.
Diduga setiap tumor berasal dari “original single muscle cell”. Setiap
leiomioma adalah monoclonal dan semua berasal dari satu progenitor miosit.
Disebutkan juga tumor berasal dari”totipotential primitive cell” atau “immature
muscle cell nest” dalam miometrium, yang berproliferasi akibat rangsangan terus-
menerus oleh hormone estrogen, sehingga terbentuk tumor yang terdiri dari jaringan
otot, jaringan ikat fibrous dan banyak pembuluh darah.
Saat ini ada pandangan lain yang menyebutkan bahwa pathogenesis
leiomioma uteri adalah karena adanya transformasi neoplastik yang mungkin
merupakan mutasi somatik miometrium normal ke leiomioma yang dipengaruhi oleh
hormone estrogen, progresteron dan factor pertumbuhan local seperti : epidermal
growth factor, insulin like growth factor dan platelet-derived growth factor. Reseptor
estrogen dan progresteron banyak didapatkan pada leiomioma uteri. Walaupun
inisiator mutasi somatic tidak jelas, namun efek mitogenik progresteron dapat
meningkatkan perkembangan mutasi somatik. Proliferasi mioma merupakan interaksi
kompleks dari estrogen, progresteron dan factor pertumbuhan local, namun semuanya
itu terjadi setelah adanya inisiasi dari tumor formation. Diduga kompleks genetic ikut
berperan dan akhir-akhir ini telah dapat diidentifikasi mutasi pada 2 gen, yaitu HMGI
(X) dan HMGI (Y) yang muncul pada perkembangan mioma uteri.
Pendapat lain mengatakan bahwa awal mula pembentukan tumor adalah
terjadinya mutasi somatik dari sel-sel miometrium. Mutasi ini mencakup rentetan
perubahan kromosom baik secara parsial maupun secara keseluruhan.
3
2.3 Faktor resiko
Tabel 1. Hubungan Faktor resiko pasien terhadap resiko mioma uteri dan pengaruh
hormon
Faktor Efek pada
Resiko
Mekanisme
Postmenopause Menurun Hypoestrogenism
Menarche dini Meningkat Meningkatnya lama paparan terhadap
estrogen
Obesitas Meningkat Meningkatkanya konversi androgen menjadi
estrogen
Kehamilan Menurun Adanya jeda dari paparan estrogen yang
kronis ; remodelling uterus selama involusi
post partum
Pil Kombinasi Menurun Paparan estrogen ditekan oleh progesteron
Merokok Menurun Penurunan level serum estrogen
Ras Afro Amerika Meningkat Perbedaan genetik pada produksi atau
metabolisme hormon
Riwayat Mioma Uteri
pada keluarga
Meningkat Perbedaan genetik pada produksi atau
metabolisme hormon
2.4 Klasifikasi Mioma Uteri
Mioma uteri diklasifikasikan berdasar lokasi dan arah pertumbuhannya. Menurut
tempatnya di uterus dan menurut arah pertumbuhannya, maka mioma uteri dibagi 4
jenis antara lain:
1. Mioma submukosa
2. Mioma intramural 4
3. Mioma subserosa
4. Mioma intraligamenter
Gambar 1 : Jenis-jenis mioma uteri
Jenis mioma uteri yang paling sering adalah jenis intramural (54%), subserosa
(48%), submukosa (6,1%) dan jenis intraligamenter (4,4%).
1. Mioma submukosa
Berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus.
Jenis ini dijumpai 6,1% dari seluruh kasus mioma. Jenis ini sering
memberikan keluhan gangguan perdarahan. Mioma jenis lain meskipun besar
mungkin belum memberikan keluhan perdarahan, tetapi mioma submukosa,
walaupun kecil sering memberikan keluhan gangguan perdarahan.
Mioma submukosa umumnya dapat diketahui dari tindakan kuretase,
dengan adanya benjolan waktu kuret, dikenal sebagai currete bump dan
dengan pemeriksaan histeroskopi dapat diketahui posisi tangkai tumor.
5
Tumor jenis ini sering mengalami infeksi, terutama pada mioma
submukosa pedinkulata. Mioma submukosa pedinkulata adalah jenis mioma
submukosa yang mempunyai tangkai. Tumor ini dapat keluar dari rongga
rahim ke vagina, dikenal dengan nama mioma geburt atau mioma yang
dilahirkan, yang mudah mengalami infeksi, ulserasi dan infark. Pada beberapa
kasus, penderita akan mengalami anemia dan sepsis karena proses di atas.
2. Mioma intramural
Terdapat di dinding uterus di antara serabut miometrium. Karena
pertumbuhan tumor, jaringan otot sekitarnya akan terdesak dan terbentuk
simpai yang mengelilingi tumor. Bila di dalam dinding rahim dijumpai
banyak mioma, maka uterus akan mempunyai bentuk yang berbenjol-benjol
dengan konsistensi yang padat. Mioma yang terletak pada dinding depan
uterus, dalam pertumbuhannya akan menekan dan mendorong kandung kemih
ke atas, sehingga dapat menimbulkan keluhan miksi.
3. Mioma subserosa
Apabila mioma tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada
permukaan uterus diliputi oleh serosa. Mioma subserosa dapat tumbuh di
antara kedua lapisan ligamentum latum menjadi mioma intraligamenter.
4. Mioma intraligamenter
Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya
ke ligamentum atau omentum kemudian membebaskan diri dari uterus
sehingga disebut wondering parasitis fibroid. Jarang sekali ditemukan satu
macam mioma saja dalam satu uterus. Mioma pada servik dapat menonjol ke
dalam satu saluran servik sehingga ostium uteri eksternum berbentuk bulan
sabit.
Apabila mioma dibelah maka tampak bahwa mioma terdiri dari bekas
otot polos dan jaringan ikat yang tersusun seperti kumparan (whorle like
pattern) dengan pseudokapsul yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang
terdesak karena pertumbuhan.
6
Gambar 2 : Representasi gambar uterus normal dan struktur vaskularnya :
A : pelebaran pembuluh darah pada endometrium dan miomerium pada uterus
normal
B : pelebaran pembuluh darah obstruksi fisik pada pembuluh darah miomatus
2.5 Perubahan sekunder pada mioma uteri
1. Atropi
Fibromioma menjadi kecil sesudah menopause ataupun sesudah
kehamilan.
2. Degenerasi hialin
Merupakan perubahan sekunder yang terjadi terutama pada penderita
yang berusia lanjut, yang dapat meliputi sebagian besar atau sebagian kecil
7
mioma uteri seolah-olah memisahkan satu kelompok serabut otot dari
kelompok lainnya.
3. Degenerasi kistik
Degenerasi kistik dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana
sebagian dari mioma menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang
tidak teratur berisi seperti agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakan yang
luas dan bendungan limfe sehingga menyerupai limfangioma. Dengan
konsistensi yang lunak ini tumor sukar dibedakan dengan kista ovarium atau
suatu kehamilan.
4. Degenerasi membatu
Degenerasi membatu atau calcareous degeneration, terutama terjadi
pada wanita berusia lanjut oleh karena adanya gangguan dalam sirkulasi.
Dengan adanya pengendapan garam kapur pada sarang mioma maka mioma
menjadi keras dan memberikan bayangan pada foto rontgen.
5. Degenerasi merah
Perubahan ini biasanya terjadi pada kehamilan dan nifas. Patogenesis
diperkirakan karena suatu nekrosis subakut sebagai gangguan vaskularisasi.
Pada pembelahan dapat dilihat sarang mioma seperti daging mentah berwarna
merah disebabkan oleh pigmen hemosiderin dan hemofusin. Degenerasi
merah tampak khas pada kehamilan muda disertai emesis, haus, sedikit
demam, kesakitan, tumor pada uterus membesar disertai nyeri pada perabaan.
Penampilan klinik ini seperti pada putaran tangkai tumor ovarium atau mioma
bertangkai.
6. Degenerasi lemak
Degenerasi lemak jarang terjadi, merupakan kelanjutan degenerasi
hialin.
2.6 Gejala
8
Wanita dengan mioma uteri umumnya mengeluhkan apapun. Keluhan yang
diakibatkan oleh mioma uteri sangat tergantung dari lokasi, arah pertumbuhan, jenis,
besar dan jumlah mioma. Hanya dijumpai pada 20-50% saja mioma uteri
menimbulkan keluhan, sedangkan sisanya tidak mengeluh apapun. Gejala – gejala
yang dapat ditimbulkan oleh mioma uteri :
1. Perdarahan abnormal
Perdarahan merupakan gejala yang paling umum terjadi dan umumnya muncul
dengan menoragia, dan dapat juga terjadi metroragia. Patofisiologi yang mendasari
terjadinya perdarahan ini terkait dengan dilatasi venul. Tumor yang besar pada uterus
akan memberikan tekanan pada sistem vena di uterus, sehingga menyebaban dilatasi
venul pada miometrium dan endometirum. Mioma intramural dan subserous
menimbulkan kejadian menoragi yang hampir sama dengan mioma jenis submukosa.
2. Rasa nyeri
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan
sirkulasi darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan
peradangan. Dismenore umumnya juga ditemukan, pada penelitian yang
dilakukan Lippman (2003) melalui studi population-based cross-sectional,
melaporkan bahwa wanita dengan mioma uteri more lebih sering mengeluhkan
dispareunia atau nyeri pinggul di luar siklus dibanding dengan dismenore.
3. Gejala dan tanda penekanan
Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Penekanan pada
kandung kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra dapat menyebabkan
retensio urine, pada ureter dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada
rectum dapat menyebkan obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh darah dan
pembuluh limfe dipanggul dapat menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul.
4. Infertilitas dan abortus
Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars
intertisialis tuba, sedangkan mioma submukosum juga memudahkan terjadinya
9
abortus oleh karena distorsi rongga uterus. Rubin (1958) menyatakan bahwa
apabila peyebab lain infertilitas sudah disingkirkan, dan mioma merupakan
penyebab infertilitas tersebut, maka merupakan suatu indikasi untuk dilakukan
miomektomi.
2.7 Diagnosis
a. Anamnesis
Dalam anamnesis dicari keluhan utama serta gejala klinis mioma lainnya,
faktor risiko serta kemungkinan komplikasi yang terjadi. Biasanya teraba massa
menonjol keluar dari jalan lahir yang dirasakan bertambah panjang serta adanya
riwayat pervaginam terutama pada wanita usia 40-an. Kadang juga dikeluhkan
perdarahan saat kontak seksual.
b. Pemeriksaan Fisik
Mioma uteri mudah ditemukan melalui pemriksaan bimanual rutin uterus.
Diagnosis mioma uteri menjadi jelas bila dijumpai gangguan
c. Laboratorium
Anemia merupakan akibat paling sering dari mioma. Hal ini disebabkan
perdarahan uterus yang banyak dan habisnya cadangan zat besi. Kadang-kadang
mioma menghasilkan eritropoeitin yang pada beberapa kasus menyebabkan
polisitemia. Adanya hubungan antara polisitemia dengan penyakit ginjal diduga
akibat penekanan mioma terhadap ureter yang menyebabkan peninggian tekanan
balik ureter dan kemudian menginduksi pembentukan eritropoetin ginjal.
a. Ultrasonografi
Ultrasonografi transabdominal dan transvaginal bermanfaat dalam
menetapkan adanya mioma uteri. Ultrasonografi transvaginal terutama
bermanfaat pada uterus yang kecil. Uterus atau massa yang paling besar
10
baik diobservasi melalui ultrasonografi transabdominal. Mioma uteri
secara khas menghasilkan gambaran ultrasonografi yang
mendemonstrasikan irregularitas kontur maupun pembesaran uterus.
Adanya kalsifikasi ditandai oleh fokus-fokus hiperekoik dengan bayangan
akustik. Degenerasi kistik ditandai adanya daerah yang hipoekoik.
Gambar 3. Pemeriksaan dengan USG transvagina
b. Histeroskopi
Dengan pemeriksaan ini dapat dilihat adanya mioma uteri submukosa,
jika tumornya kecil serta bertangkai. Tumor tersebut sekaligus dapat
diangkat.
c. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Sangat akurat dalam menggambarkan jumlah, ukuran, dan lokasi
mioma tetapi jarang diperlukan. Pada MRI, mioma tampak sebagai massa
gelap berbatas tegas dan dapat dibedakan dari miometrium normal. MRI
dapat mendeteksi lesi sekecil 3 mm yang dapat dilokalisasi dengan jelas,
11
termasuk mioma submukosa. MRI dapat menjadi alternatif ultrasonografi
pada kasus-kasus yang tidak dapat disimpulkan.
Penatalaksanaan mioma uteri pada wanita hamil
Selama kehamilan, terapi awal yang memadai adalah tirah baring, analgesia dan
observasi terhadap mioma. Penatalaksanaan konservatif selalu lebih disukai apabila
janin imatur. Namun, pada torsi akut atau perdarahan intra abdomen memerlukan
interfensi pembedahan. Seksio sesarea merupakan indikasi untuk kelahiran apabila
mioma uteri menimbulkan kelainan letak janin, inersia uteri atau obstruksi mekanik.
2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan mioma tergantung pada :
1. Ukuran tumor
2. Keluhan atau komplikasi
3. Umur dan paritas penderita
Penderita dengan mioma kecil dan tanpa gejala tidak memerlukan pengobatan,
10-12 minggu, tumor yang berkembang cepat, terjadi torsi pada tangkai, perlu
diambil tindakan operasi.
I. Ukuran mioma kurang dari kehamilan 12 minggu
Tanpa keluhan / komplikasi :
- Tidak tergantung pada umur dan paritas, hanya dilakukan pengawasan dengan
pemeriksaan berkala tiap 3 – 6 bulan sekali. Apabila terjadi pembesaran atau
timbul komplikasi dipertimbangkan operasi.
Dengan keluhan / komplikasi perdarahan :
- Koreksi anemi dengan transfuse bila Hb ≤ 8 gr %
- Kuret dikerjakan bila Hb ≥ 8 gr %, kecuali pada perdarahan profus.
- Tujuan kuret :
- Menghentikan perdarahan
12
- Pemeriksaan PA untuk menyingkirkan kemungkinan keganasan atau
penyakit lain. Bila tidak didapatkan keganasan, tindakan selnjutnya
tergantung pada umur dan paritas penderita.
- Umur < 35 tahun dan masih menginginkan anak dilakukan terapi konservatif,
bila gagal dipertimbangkan operasi.
- Umur > 35 tahun dengan jumlah anak > 2 dilakukan tindakan operasi.
II. Ukuran mioma lebih dari kehamilan 12 minggu
Dengan ataupun tanpa keluhan / komplikasi, dilakukan tindakan tindakan
operasi. Bila ada perdarahan dilakukan kuret dulu unutk menghentikan
perdarahan dan pemeriksaan patologi anatomi (PA) setelah anemianya terkoreksi.
Bila ada infeksi diberikan antibiotic.
III. Konservatif
Pengobatan konservatif ini meliputi :
1. Bila anemia beri tablet zat besi tiap 8 jam/hari
2. Pemberian kombinasi vitamin 1 x 1
3. Makanan tinggi kalori tinggi protein (TKTP)
4. Pengawasan lanjutan secara berkala tiap 3 – 6 bulan untuk melihat
besar tumor dan keluhan
Dapat dipertimbangkan pemberian obat-obatan yang bertujuan menurangi
kadar estrogen dan progresteron dalam darah (missal : GnRH agonist). Terapi
dengan obat-obatan diharapkan dapat memperkecil volume atau
menghentikan pertumbuhan mioma uteri secara menetap belum tersedia
padasaat ini. Terapi medikamentosa masih merupakan terapi tambahan atau
terapi pengganti sementara dari operatif. Preparat yang selalu digunakan
untuk terapi medikamentosa adalah analg GnRH, progesteron, danazol,
gestrinon, tamoksifen, goserelin, antiprostaglandin, agen-agen lain
(gossipol,amantadine).
1. GnRH analog
13
Penelitian multisenter yang dilakukan pada 114 penderita dengan
mioma uteri yang diberikan GnRHa leuprorelin asetat selam 6 bulan,
ditemukan pengurangan volume uterus rata-rata 67% pada 90 wanita
didapatkan pengecilan volume uterus sebesar 20% dan pada 35 wanita
ditemukan pengurangan volume mioma sebanyak 80%.
Efek maksimal dari GnRHa baru terlihat setelah 3 bulan dimana cara
kerjanya menekan produksi estrogen dengan sangat kuat, sehingga
kadarnya dalam darah menyerupai kadar estrogen wanita usia menopause.
Setiap mioama uteri memberikan hasil yang berbeda-beda terhadap
pemberian GnRHa.
Mioma submukosa dan mioma intramural merupakan mioma uteri
yang paling rensponsif terhadap pemberian GnRH ini. Keuntungan
pemberian pengobatan medikamentosa dengan GnRHa adalah:
1. Mengurangi volume uterus dan volume mioma uteri.
2. Mengurangi anemia akibat perdarahan.
3. Mengurangi perdarahan pada saat operasi.
4. Tidak diperlukan insisi yang luas pada uterus saat pengangkatan
mioma.
5. Mempermudah tindakan histerektomi vaginal.
6. Mempermudah pengangkatan mioma submukosa dengan histeroskopi.
2. Progesteron
Goldhiezer, melaporkan adanya perubahan degeneratif mioma uteri
pada pemberian progesteron dosis besar. Dengan pemberian medrogestone
25 mg perhari selama 21 hari dan tiga pasien lagi diberi tablet 200 mg, dan
pengobatan ini tidak mempengaruhi ukuran mioma uteri, hal ini belum
terbukti saat ini.
3. Danazol
Merupakan progesteron sintetik yang berasal dari testosteron. Dosis
substansial didapatkan hanya menyebabkan pengurangan volume uterus
14
sebesar 20-25% dimana diperoleh fakta bahwa danazol memiliki substansi
androgenik. Tamaya, dkk melaporkan reseptor androgen pada mioma
terjadi peningkatan aktifitas 5-reduktase pada miometrium dibandingkan
endometrium normal. Mioma uteri memiliki aktifitas aromatase yang tinggi
dapat membentuk estrogen dari androgen.
6. Goserelin
Merupakan suatu GnRH agonis, dimana ikatan reseptornya terhadap
jaringan sangat kuat, sehingga kadarnya dalam darah berada cukup lama.
Pada pemberian goserelin dapat mengurangi setengah ukuran mioma uteri
dan dapat menghilangkan gejala menoragia dan nyeri pelvis. Pada wanita
premenopause dengan mioma uteri, pengobatan jangka panjang dapat
menjadi alternatif tindakan histerektomi terutama menjelang menopause.
Pemberian goserelin 400 mikrogram 3 kali sehari semprot hidung sama
efektifnya dengan pemberian 500 mikrogram sehari sekali dengan cara
pemberian injeksi subkutan. Untuk pengobatan mioma uteri, dimana kadar
estradiol kurang signifikan disupresi selama pemberian goserelin dan
pasien sedikit mengeluh efek samping berupa keringat dingin. Pemberian
dosis yang sesuai, agar dapat menstimulasi estrogen tanpa tumbuh mioma
kembali atau berulangnya peredaran abnormal sulit diterima. Peneliti
mengevaluasi efek pengobatan dengan formulasi depot bulanan goserelin
dikombinasi dengan HRT (estrogen konjugasi 0,3 mg) dan
medroksiprogesteron asetat 5 mg pada pasien mioma uteri.
7. Antiprostaglandin
Dapat mengurangi perdarahan yang berlebihan pada wanita dengan
menoragia, dan hal ini beralasan untuk diterima atau mungkin efektif untuk
menoragia yang diinduksi oleh mioma uteri. Ylikorhala dan rekan-rekan,
melaporkan pemberian Naproxen 500-1000 mg setiap hari untuk terapi
selama 5 hari tidak memiliki efek pada menoragia yang diinduksi mioma,
meskipun hal ini mengurangi perdarahan menstruasi 35,7% wanita dengan
menoragia idiopatik.
15
IV. Tindakan operasi
1. Pada yang masih menginginkan anak, bila mungkin dilakukan
miomektomi :
- Selama pengawasan tumor membesar lebih dari 8 cm dengan USG
- Keluhan perdarahan dan nyeri tidak teratasi dengan obat.
2. Pada usia 35–45 tahun dikerjakan histerektomi dan unilateral
salpingoooforektomi.
3. Pada usia lebih dari 45 tahun dikerjakan histerektomi dan unilateral
bilateral salpingoooforektomi.
Embolisasi Arteri Uterina
Suatu tindakan yang menghambat aliran darah ke uterus dengan cara
memasukkan agen emboli ke arteri uterina. Dewasa ini embolisasi arteri
uterina pada pasien yang menjalani pembedahan mioma. Arteri uterina yang
mensuplai aliran darah ke mioma dihambat secara permanen dengan agen
emboli (partikel polivynil alkohol). Keamanan dan kemudahan embolisasi
arteri uterina tidak dapat dipungkiri, karena tindakan ini efektif.
Proses embolisasi menggunakan angiografi digital substraksi dan dibantu
fluoroskopi. Hal ini dibutuhkan untuk memetakan pengisian pembuluh darah
atau memperlihatkan ekstrvasasi darah secara tepat. Agen emboli yang
digunakan adalah polivinyl alkohol adalah partikel plastik dengan ukuran
yang bervariasi. Katz dkk memakai gel form sebagai agen emboli untuk
embolisasi arteri uterina. Tingkat keberhasilan penatalaksanaan mioma uteri
dengan embolisasi adalah 85-90%.
2.9 Prognosis Mioma Uteri
Histerektomi dengan mengangkat seluruh mioma adalah kuratif. Myomectomi
yang extensif dan secara significant melibatkan miometrium atau menembus
endometrium, maka diharusken SC (Sectio caesaria) pada persalinan berikutnya.
16
Myoma yang kambuh kembali (rekurens) setelah myomectomi terjadi pada 15-40%
pasien dan 2/3nya memerlukan tindakan lebih lanjut.
2.10 Diagnosis Banding Mioma Uteri
Diagnosis banding mioma uteri adalah kehamilan, neoplasma ovarium, dan
adenomyosis
2.11 Komplikasi
1. Degenerasi ganas
Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6 %
dari seluruh mioma serta merupakan 50-75% dari semua sarkoma uterus.
Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang
telah diangkat. Kecurigaaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat
membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause.
2. Torsio (putaran tangkai)
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, sehingga timbul
gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikiana
terjadilah sindroma abdomen akut. Jika torsi terjadi perlahan-lahan, gangguan
akut tidak terjadi. Hal ini hendaknya dibedakan dengan suatu keadaan dimana
terdapat banyak sarang mioma dalam rongga peritoneum. Sarang mioma dapat
mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan karena gangguan sirkulasi
darah padanya. Misalnya terjadi pada mioma yang dilahirkan hingga
perdarahn berupa menorrhagia atau metrorrhagia disertai leukorea dan
gangguan-gangguan yang disebabkan oleh infeksi dari uterus sendiri.
BAB 3
17
PENUTUP
Wiknjosastro (2005) menyatakan bahwa frekuensi kejadian mioma
uteri paling tinggi antara usia 35 – 50 tahun yang mendekati angka 40%,
jarang ditemukan pada usia di bawah 20 tahun. Hal ini disebabkan karena
pada usia sebelum menarche kadar estrogen rendah, dan meningkat pada usia
reproduksi serta akan turun pada usia menopause. Senada dengan pernyataan
di atas, Stoppler (2006) menyatakan bahwa pertumbuhan mioma uteri
disebabkan oleh stimulasi hormon estrogen. Hormon estrogen disekresi oleh
ovarium mulai saat pubertas berangsur-angsur meningkat dan akan
mengalami penurunan bahkan tidak berproduksi lagi setelah usia menopause.
Terapi yang digunakan pada penderita mioma uteri bervariasi.
Penanganan operatif dilakukan apabila ukuran tumor lebih besar daripada
ukuran uterus, pertumbuhan tumor yang cepat, mioma denagn tangkai dan
torsi, bila menjadi penyulit pada kehamilan berikutnya, hipermenorea, dan
penekanan organ sekitarnya. Menurut Derek (2001) histerektomi merupakan
terapi pilihan pada wanita tua, wanita yang tidak ingin memiliki keturunan
lagi dan pasien yang mengalami perdarahan haid berlebihan atau gejala
penekanan oleh massa tumor.
18
DAFTAR PUSTAKA
Derek LJ. 2001. Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi Edisi 6. Jakarta:
Hipokrates,
Ganong, William F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 2. Jakarta:
EGC.
Guyton AC. 2002. Fisiologi Manusia. Jakarta: EGC.
Joedosapoetro MS. 2005. Ilmu Kandungan Edisi Kedua. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka
Prawirohardjo Sarwono. 2010. Ilmu Kandungan Yayasan Bina Pustaka.
Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Scott JR, Disala PJ, Hammond CB. 2002. Danforth Buku Saku Obstetric dan ginekologi. Jakarta: Widya Medika,
Williams. Gynaecology.2008 by The McGraw-Hill Companies
Wiknjosastro H et al.,. 2005. Ilmu Kandungan Edisi Kedua. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka,
19