referat meningioma fathia.docx

download referat meningioma fathia.docx

of 20

Transcript of referat meningioma fathia.docx

  • 7/30/2019 referat meningioma fathia.docx

    1/20

    REFERAT

    MENINGIOMA

    OLEH:

    FATHIA RACHMATINA

    030.08.099

    PEMBIMBING:

    Dr. Vico Lie Bing, Sp.KFR

    KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF

    RS. DR.H. MARZOEKI MAHDI

    PERIODE 25 FEBRUARI 201330 MARET 2013

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

    JAKARTA

  • 7/30/2019 referat meningioma fathia.docx

    2/20

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Meningioma adalah tumor pada meningens, yang merupakan selaput pelindung yang melindungi

    otak dan medulla spinalis. Meningioma dapat timbul pada tempat manapun di bagian otak maupun

    medulla spinalis, tetapi, umumnya lebih sering terjadi di intracranial dibandingkan intraspinal.1

    Kebanyakan meningioma bersifat jinak (benign), sedangkan meningioma malignan jarang terjadi.2

    Meningioma merupakan neoplasma intrakranial nomor 2 dalam urutan frekuensi yakni mencapai

    angka 30% dari keseluruhan tumor intrakranial, dengan angka kejadian 4-5 dari 100,000 penduduk.

    Meningioma lebih sering dijumpai pada wanita daripada pria terutama pada golongan umur antara 60-

    70 tahun dan memperlihatkan kecenderungan untuk ditemukan pada beberapa anggota di satu

    keluarga. Tumor ini paling sering menyerang wanita, dengan ratio wanita banding pria adalah 2:1.3

    Korelasinya dengan trauma kapitis masih dalam penelitian karena belum cukup bukti untuk

    memastikannya. Pada umumnya meningioma dianggap sebagai neoplasma yang berasal dari glioblas

    di sekitar vili arachnoid. Sel di medulla spinalis yang sebanding dengan sel tersebut ialah sel yang

    terletak pada tempat pertemuan antara arachnoideamater dengan duramater yang menutupi radiks.4

    Meningioma dapat tumbuh di mana saja di sepanjang meningen dan dapat menimbulkanmanifestasi klinis yang sangat bervariasi sesuai dengan bagian otak yang terganggu dan seringkali

    berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial.1 Sekitar 40% meningioma berlokasi di lobus

    frontalis dan 20% menimbulkan gejala sindroma lobus frontalis. Sindroma lobus frontalis sendiri

    merupakan gejala ketidakmampuan mengatur perilaku seperti impulsif, apati, disorganisasi, defisit

    memori dan atensi, disfungsi eksekutif, dan ketidakmampuan mengatur mood. Gejala yang paling

    sering timbul meliputi sakit kepala hebat terutama pada pagi hari, kejang, perubahan kepribadian dan

    gangguan ingatan, mual dan muntah, serta penglihatan kabur.5

    Meskipun pada kebanyakan kasus bersifat jinak, namun meningioma dapat menimbulkan masalah

    besar bagi dokter dan pasien terutama dalam hal diagnosis dan penatalaksanaan.2

    Oleh karena hal

    tersebut, maka penyusun memilih judul Meningioma sebagai judul referat ini.

  • 7/30/2019 referat meningioma fathia.docx

    3/20

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    II.1. Anatomi Selaput Otak

    Meningens membentang di bawah lapisan dalam dari tengkorak dan merupakan membran

    pelindung dari otak. Terdiri dari duramater, arachmoideamater dan piamater yang letaknya berurutan

    dari superfisial ke profunda. Perikranium yang masih merupakan bagian dari lapisan dalam tengkorak

    dan duramater bersama-sama disebut juga pachymeningens. Sementara piamater dan

    arachnoideamater disebut juga leptomeningens.6

    Gambar 1. Potongan melintang tengkorak dan meninges5

    Duramater terdiri dari jaringan fibrous yang kuat, berwarna putih, terdiri dari lamina meningialis

    dan lamina endostealis. Pada medulla spinalis lamina endostealis melekat erat pada dinding kanalis

    vertebralis, menjadi endosteum (periosteum), sehingga di antara lamina meningialis dan lamina

    endostealis terdapat ruangan extraduralis (spatium epiduralis) yang berisi jaringan ikat longgar, lemak

    dan pleksus venosus. Pada lapisan perikranium banyak terdapat arteri meningeal, yang mensuplai

    duramater dan sumsum tulang pada kubah tengkorak. Pada enchepalon lamina endostealis melekat

    erat pada permukaan interior kranium, terutama pada sutura, basis krania dan tepi foramen occipitale

    magnum. Lamina meningialis mempunyai permukaan yang licin dan dilapisi oleh suatu lapisan sel,

  • 7/30/2019 referat meningioma fathia.docx

    4/20

    dan membentuk empat buah septa, yaitu falx cerebri, tentorium cerebeli, falx cerebeli, dan diafragma

    sellae.

    Falx cerebri memisahkan kedua belahan otak besar dan dibatasi oleh sinus sagital inferior dan

    superior. Pada bagian depan falx cerebri terhubung dengan krista galli, dan bercabang di belakangmembentuk tentorium cerebeli. Tentorium cerebeli membagi rongga kranium menjadi ruang

    supratentorial dan infratentorial. Falx cerebeli yang berukuran lebih kecil memisahkan kedua belahan

    otak kecil. Falx cerebeli menutupi sinus oksipital dan pada bagian belakang terhubung dengan tulang

    oksipital.6

    Duramater dipersarafi oleh nervus trigeminus dan nervus vagus. Nervus trigeminus mempersarafi

    daerah atap kranial, fosa kranium anterior dan tengah. Sementara nervus vagus mempersarafi fosa

    posterior. Nyeri dapat dirasakan jika ada rangsangan langsung terhadap duramater, sementara jaringan

    otak sendiri tidak sensitif terhadap rangsang nyeri. Beberapa nervus kranial dan pembuluh darah yang

    mensuplai otak berjalan melintasi duramater dan berada di atasnya sehingga disebut juga segmen

    extradural intrakranial. Sehingga beberapa nervus dan pembuluh darah tersebut dapat dijangkau saat

    operasi tanpa harus membuka duramater.6

    Di bawah lapisan duramater, terdapat arachnoideamater. Ruangan yang terbentuk di antara

    keduanya, disebut juga spatium subdural, berisi pembuluh darah kapiler, vena penghubung dan cairan

    limfe. Jika terjadi cedera dapat terjadi perdarahan subdural.6

    Arachnoideamater yang membungkus

    basis serebri berbentuk tebal sedangkan yang membungkus facies superior cerebri tipis dan

    transparant. Arachnoideamater membentuk tonjolan-tonjolan kecil yang disebut granulation

    arachnoidea, masuk kedalam sinus venosus, terutama sinus sagitallis superior. Lapisan disebelah

    profunda, meluas ke dalam gyrus cerebri dan diantara folia cerebri. Membentuk tela chorioidea

    venticuli. Dibentuk oleh serabut-serabut reticularis dan elastic, ditutupi oleh pembuluh-pembuluh

    darah cerebral.

    Di bawah lapisan arachnoideamater terdapat piamater. Ruangan yang terbentuk di antara

    keduanya, disebut juga spatium subarachnoid, berisi cairan serebrospinal dan bentangan serat

    trabekular (trabekula arachnoideae). Piamater menempel erat pada permukaan otak dan mengikuti

    bentuk setiap sulkus dan girus otak. Pembuluh darah otak memasuki otak dengan menembus lapisan

    piamater. Kecuali pembuluh kapiler, semua pembuluh darah yang memasuki otak dilapisi oleh

    selubung pial dan selanjutnya membran glial yang memisahkan mereka dari neuropil. Ruangan

    perivaskuler yang dilapisi oleh membran ini (ruang Virchow-Robin) berisi cairan serebrospinal.

    Plexus koroid dari ventrikel cerebri yang mensekresi cairan serebrospinal, dibentuk oleh lipatan

    pembuluh darah pial (tela choroidea) yang diselubungi oleh selapis epitel ventrikel (ependyma).6

  • 7/30/2019 referat meningioma fathia.docx

    5/20

    Gambar 2. Potongan sagital dari kepala6

    II.2 Etiologi

    Hingga saat ini diyakini radioterapi merupakan factor resiko utama terjadinya meningioma.

    Radiasi dosis rendah seperti pada pengobatan tinea kapitis maupun dosis tinggi seperti pada

    penanganan tumor otak lain (misalnya meduloblastoma) meningkatkan resiko terjadinya meningioma.

    Radioterapi dosis tinggi berhubungan dengan terjadinya meningioma dalam waktu yang relative

    singkat, antara 5-10 tahun. Sementara radiasi dosis rendah membutuhkan waktu beberapa decade

    sampai timbulnya meningioma. Tumor yang timbul akibat radiasi cenderung bersifat multiple dan

    secara histology ganas, serta memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk timbul kembali.

    Trauma kepala diduga dapat menyebabkan tumor meningens, namun sampai saat ini belum ada

    penelitian lebih lanjut yang dapat membuktikan hal tersebut. Foto dental standar bukan merupakan

    factor resiko.1 Namun beberapa penelitian epidemiologi menyebutkan terjadi peningkatan insidens

    meningioma pada pasien dengan riwayat foto dental.2

    Rangsangan endogen dan eksogen via hormonal memainkan peran yang cukup penting juga

    dalam timbulnya tumor meningens. Estrogen dan progesterone diduga merupakan salah satu

    penyebab timbulnya meningioma karena angka prevalensi yang lebih tinggi pada wanita. Reseptor

    estrogen ditemukan pada meningioma, yakni ikatan pada reseptor tipe 2 walaupun tingkat afinitasnya

    terhadap estrogen tidak sekuat reseptor yang ditemukan pada kanker payudara. Sebagai perbandingan,

    reseptor progesterone diekspresikan pada 80% wanita penderita meningioma dan 40% pada pria.

  • 7/30/2019 referat meningioma fathia.docx

    6/20

    Lokasi ikatan dengan progesterone lebih jarang pada meningioma yang agresif. Cara kerja reseptor-

    reseptor ini masih belum diketahui, namun inhibitor estrogen dan progesterone telah dicoba sebagai

    terapi walaupun belum ada bukti keberhasilan.1

    Infeksi virus seperti SV-40, termasuk dalam pathogenesis meningioma, namun data yangterkumpul hingga saat ini masih belum meyakinkan. Meningioma diduga timbul melalui proses

    bertahap yang melibatkan aktivasi onkogen dan hilangnya gen supresor tumor. Penelitian genetic

    molecular telah menunjukan beberapa penyimpangan, yang paling sering adalah hilangnya 22q pada

    80% penderita meningioma sporadic. Hal ini mengakibatkan hilangnya NF-2 gen supresor tumor yang

    berlokasi di 22q11 dan berkurangnya produk protein merlin yang bertanggung jawab terhadap

    interaksi sel.1

    Sel yang memiliki defek pada merlin tidak dapat mengenali sel sekitarnya dan terus

    menerus tumbuh. Beberapa kelainan telah dideteksi pada kromosom lain, dan diduga beberapa

    onkogen dan gen supresor tumor terlibat dalam pembentukan meningioma.2

    Beberapa factor pertumbuhan, termasuk epidermal growth factor, PDGF, insulin-like growth

    factors, transforming growth factor I2 dan somatostatin diekspresikan secara berlebih dan dapat

    merangsang pertumbuhan meningioma. Meningioma merupakan tumor yang kaya akan pembuluh

    darah dan mengandung VEGF (vascular endothelial growth factor) dalam konsentrasi yang tinggi.1

    II.3 Klasifikasi

    Meskipun pada kebanyakan kasus bersifat jinak, meningioma secara mengejutkan memiliki

    karakteristik klinis yang sangat luas. Membedakannya secara histologis berhubungan erat dengan

    resiko kejadian berulang yang tinggi. Pada kasus yang jarang, meningioma dapat bersifat ganas.3

    Klasifikasi dari WHO bertujuan untuk memprediksi perbedaan karakteristik klinis dari

    meningioma dengan grading secara histologis berdasarkan statisik korelasi klinikopatologis yang

    signifikan. Berdasarkan tingkat keganasannya meningioma dibagi menjadi 3, yaitu jinak (WHO grade

    1), atipikal (WHO grade 2), dan anaplastik (WHO grade 3).3

  • 7/30/2019 referat meningioma fathia.docx

    7/20

    Tabel 1. Tipe meningioma berdasarkan pengelompokan WHO3

    Tabel 2. Kriteria grading secara histologi menurut WHO3

    Sekitar 80% dari seluruh meningioma merupakan tumor yang tumbuh lambat. Variasi histologi

    yang paling sering terdiagnosa pada regimen patologis adalah meningioma meningotelial,

    fibroblastik, dan transisional. Meningioma meningotelial secara histologis tersusun oleh sel tumor

  • 7/30/2019 referat meningioma fathia.docx

    8/20

    uniform yang membentuk lobulus dikelilingi oleh septa kolagen tipis. Di dalam lobulus, sel tumor

    epiteloid memiliki dinding sel yang menyerupai sinsitium. Pada inti sel terdapat ruangan kosong

    seperti tidak terisi karyoplasma dan protrusi eosinofil sitoplasma, yang disebut juga pseudoinklusi.

    Meningioma fibroblastik terutama disusun oleh sel berbentuk jarum yang menyerupai fibroblas dan

    membentuk fasikula saling berpotongan yang tertanam dalam matriks yang kaya kolagen dan

    retikulin. Meningioma transisional memiliki ciri-ciri gabungan dari kedua meningioma sebelumnya

    dan biasanya muncul dengan gambaran seperti ulir, dimana sel tumor saling membungkus satu sama

    lain membentuk lapisan konsentrik. Yang terakhir memiliki kecenderungan untuk berhialinisasi dan

    berkalsifikasi membentuk kalsifikasi konsentrik yang disebut badan psammoma (artinya seperti pasir

    berdasarkan bentuk mereka yang seperti pasir dan kotor). Tumor yang memiliki banyak gambaran

    badan psammoma disebut juga meningioma psammomatosa.3

    Meningioma jinak yang tergolong dalam grade 1 WHO dapat menginvasi duramater, sinus dura,

    tulang tengkorak, dan kompartmen ekstrakranial seperti bola mata, jaringan lunak, dan kulit.

    Meskipun invasi ini membuat mereka semakin sulit direseksi, mereka tidak termasuk meningioma

    atipikal maupun malignan. Sebaliknya, invasi otak dihubungkan dengan angka kekambuhan dan

    kematian yang hampir sama dengan meningioma atipikal secara umum, meskipun tumor nampak

    jinak. Meskipun lebih banyak terjadi pada meningioma tipe baru, invasi otak belum dihubungkan

    dengan perubahan genetik tertentu, namun telah dilaporkan terjadi pada tumor tanpa

    ketidakseimbangan kromosom yang jelas.3

    Angka kejadian meningioma atipikal (grade 2 WHO) berkisar antara 15-20% dari keseluruhan

    meningioma. Setelah reseksi total, meningioma jinak dihubungkan dengan angka kekambuhan dalam

    waktu 5 tahun sebanyak 5%. Sebaliknya, angka kekambuhan untuk meningioma atipikal yang

    direseksi total adalah sekitar 40% dalam waktu 5 tahun dan meningkat seiring berjalannya waktu

    pemantauan. Dengan demikian, diagnosis dari meningioma atipikal memperpendek jangka waktu

    pemantauan post operasi.3

  • 7/30/2019 referat meningioma fathia.docx

    9/20

    Gambar 3. Histologi meningioma grade 1 WHO3

    Gambar 4. Histologi meningioma grade 2 WHO3

    Korelasi histologi yang paling dipercaya berhubungan dengan kekambuhan adalah ditemukannyapeningkatan aktivitas mitotik. Namun demikian, jika tidak ditemukan gambaran peningkatan aktivitas

  • 7/30/2019 referat meningioma fathia.docx

    10/20

    mitosis, gambaran histologi lain berhubungan dengan kemungkinan kekambuhan dan dengan

    demikian memiliki implikasi juga. Menurut definisi dari WHO pada tahun 2000, ditemukannya 3 dari

    5 kriteria berikut mengarah pada diagnosis meningioma atipikal, yakni peningkatan selularitas,

    perbandingan yang tinggi antara inti dengan sitoplasma, nukleolus yang menonjol, pertumbuhan tidak

    berpola, dan fokus nekrosis spontan (bukan karena emboli). Masalah invasi otak kurang diperjelas

    dalam skema WHO, meskipun implikasi klinis yang sama menunjukan bahwa hal ini dapat digunakan

    sebagai kriteria lain untuk meningioma atipikal. Tipe meningioma clear-cell dan kordoid dihubungkan

    dengan angka kekambuhan yang lebih besar meskipun tidak memenuhi kriteria di atas. Dengan

    demikian, meningioma tipe ini digolongkan dalam grade 2 WHO berdasarkan definisinya.

    Meningioma clear-cell disusun oleh lembaran sel poligonal dengan sitoplasma jernih kaya glikogen,

    positif untuk asam periodat Schiff, dan perivaskular yang padat serta kolagenisasi interstisial.

    Meningioma kordoid memiliki daerah yang secara histologi mirip dengan kordoma, dengan untaian

    sel-sel tumor epiteloid kecil yang mengandung sitoplasma eosinofilik atau bervakuola yang tertanam

    dalam matrix basofilik kaya musin. Meningioma clear-cell sering timbul pada medula spinalis dan

    fossa posterior, sementara meningioma kordoid lebih sering pada daerah supratentorial. Meskipun

    fitur genetik yang berkaitan dengan meningioma clear-cell masih belum diketahui, suatu translokasi

    yang tidak seimbang pada der(1)t(1;3)(p12-13;q11) diduga sebagai penanda sitogenetik spesifik untuk

    tipe kordoid. Namun, penemuan ini masih harus dibuktikan karena target gen dari translokasi tersebut

    masih belum diketahui.3

    Meningioma anaplastik (grade 3 WHO) terhitung sebanyak 1-3% kasus dari keseluruhan kasus

    meningioma. Tumor ini memiliki karakteristik klinik serupa dengan neoplasma ganas lainnya, yang

    dapat menginfiltrasi jaringan sekitarnya secara luas dan membentuk deposit metastasis. Meningioma

    anaplastik dikaitkan dengan angka kekambuhan sekitar 50-80% setelah tindakan reseksi secara bedah

    dan nilai median harapan hidup kurang dari 2 tahun. Secara histologis, meningioma anaplastik

    memiliki gambaran keganasan dengan index mitosis sebesar 20 atau lebih mitosis per 10 lapang

    pandang mikroskopis. Beberapa meningioma anaplastik sulit dikenali sebagai neoplasma

    meningotelial karena mereka dapat menyerupai sarkoma, karsinoma atau bahkan melanoma.

    Meningioma anaplastik biasanya memiliki daerah nekrosis yang amat luas. Meskipun demikian,

    embolisasi terapeutik (iatrogenik) harus dikecualikan sebagai penjelasan alternatif sebelum dilakukan

    penilaian.3

  • 7/30/2019 referat meningioma fathia.docx

    11/20

    Gambar 5. Histologi meningioma grade 3 WHO3

    Beberapa tipe meningioma secara konsisten dikaitkan dengan perilaku ganas dan karena itu sesuai

    dengan grade 3 WHO. Meningioma papiler, yang biasanya menyerang anak-anak, menunjukan invasi

    ke otak dan jaringan lokal pada 75% pasien, kekambuhan sekitar 55%, dan metastasi pada 20%

    pasien. Meningioma papiler secara histologi dikenal dari pertumbuhan diskohesif, yang menghasilkan

    bentuk perivaskuler pseudopapiler dan struktur yang menyerupai pseudorosette yang mirip dengan

    gambaran ependimoma. Meningioma agresif lainnya adalah meningioma rabdoid, yang mengandung

    sel rabdoid dengan banyak sitoplasma eosinofilik, nukleus yang terletak eksentris, dan inklusi

    paranuklear yang secara ultrastruktur sesuai dengan bundel ulir dari filamen intermediat. Gambaran

    rabdoid dan papiler keduanya dapat terlihat sebagai perubahan yang berprogresi, karena keduanya

    biasanya timbul pertama kali pada saat kambuh dan meningkat seiring perjalanan waktu.3

    II.4 Tanda dan Gejala

    Meningioma dapat timbul tanpa gejala apapun dan ditemukan secara tidak sengaja melalui MRI.

    Pertumbuhan tumor dapat sangat lambat hingga tumor dapat mencapai ukuran yang sangat besar

    tanpa menimbulkan gejala selain perubahan mental sebelum tiba-tiba memerlukan perhatian medis,

    biasanya di lokasi subfrontal.1

    Gejala umum yang sering muncul meliputi kejang, nyeri kepala hebat,

    perubahan kepribadian dan gangguan ingatan, mual dan muntah, serta penglihatan kabur. Gejala lain

    yang muncul ditentukan oleh lokasi tumor, dan biasanya disebabkan oleh kompresi atau penekanan

    struktur neural penyebab.5

  • 7/30/2019 referat meningioma fathia.docx

    12/20

    Gambar 6. Gejala umum dari meningioma6

    -

    Meningioma falx dan parasagital, sering melibatkan sinus sagitalis superior. Gejalayang timbul biasanya berupa kelemahan pada tungkai bawah.5

    - Meningioma konveksitas, terjadi pada permukaan atas otak. Gejala meliputi kejang,nyeri kepala hebat, defisit neurologis fokal, dan perubahan kepribadian serta

    gangguan ingatan. Defisit neurologis fokal merupakan gangguan pada fungsi saraf

    yang mempengaruhi lokasi tertentu, misalnya wajah sebelah kiri, tangan kiri, kaki

    kiri, atau area kecil lain seperti lidah. Selain itu dapat juga terjadi gangguan fungsi

    spesifik, misalnya gangguan berbicara, kesulitan bergerak, dan kehilangan sensasi

    rasa.5

  • 7/30/2019 referat meningioma fathia.docx

    13/20

    - Meningioma sphenoid, berlokasi pada daerah belakang mata dan paling seringmenyerang wanita. Gejala dapat berupa kehilangan sensasi atau rasa baal pada wajah,

    serta gangguan penglihatan. Gangguan penglihatan disini dapat berupa penyempitan

    lapangan pandang, penglihatan ganda, sampai kebutaan.5 Dapat juga terjadi

    kelumpuhan pada nervus III.1

    - Meningioma olfaktorius, terjadi di sepanjang nervus yang menghubungkan otakdengan hidung. Gejala dapat berupa kehilangan kemampuan menghidu dan gangguan

    penglihatan.5

    - Meningioma fossa posterior, berkembang di permukaan bawah bagian belakang otakterutama pada sudut serebelopontin. Merupakan tumor kedua tersering di fossa

    posterior setelah neuroma akustik.1 Gejala yang timbul meliputi nyeri hebat pada

    wajah, rasa baal atau kesemutan pada wajah, dan kekakuan otot-otot wajah. Selain itu

    dapat terjadi gangguan pendengaran, kesulitan menelan, dan kesulitan berjalan.5

    - Meningioma suprasellar, terjadi di atas sella tursica, sebuah kotak pada dasartengkorak dimana terdapat kelenjar pituitari. Gejala yang dominan berupa gangguan

    penglihatan akibat terjadi pembengkakan pada diskus optikus.5 Dapat juga terjadi

    anosmia, sakit kepala dan gejala hipopituari.1

    - Meningioma tentorial. Gejala yang timbul berupa sakit kepala dan tanda-tandaserebelum.1

    - Meningioma foramen magnus, seringkali menempel dengan nervus kranialis. Gejalayang timbul berupa nyeri, kesulitan berjalan, dan kelemahan otot-otot tangan.1

    - Meningioma spinal, paling sering menyerang daerah dada terhitung sekitar 25-46%dari tumor spinal primer. Gejala yang timbul merupakan akibat langsung dari

    penekanan terhadap medula spinalis dan korda spinalis, paling sering berupa nyeri

    radikular pada anggota gerak, paraparesis, perubahan refleks tendon, disfungsi

    sfingter, dan nyeri pada dada. Paraparesis dan paraplegia timbul pada 80% pasien,

    namun sekitar 67% pasien masih dapat berjalan.1

    - Meningioma intraorbital. Gejala yang dominan terutama pada mata berupapembengkakan bola mata, dan kehilangan penglihatan.5

    - Meningioma intraventrikular, timbul dari sel araknoid pada pleksus koroidales danterhitung sekitar 1% dari keseluruhan kasus meningioma.1 Gejala meliputi gangguan

    kepribadian dan gangguan ingatan, sakit kepala hebat, pusing seperti berputar.5 Selain

    itu dapat juga terjadi hidrosefalus komunikans sekunder akibat peningkatan protein

    cairan otak.1

  • 7/30/2019 referat meningioma fathia.docx

    14/20

    II.5 Pemeriksaan Penunjang

    Meningioma sering baru terdeteksi setelah muncul gejala. Diagnosis dari meningioma dapat

    ditegakan berdasarkan manifestasi klinis pasien dan gambaran radiologis. Meskipun demikian,

    diagnosis pasti serta grading dari meningioma hanya dapat dipastikan melalui biopsi dan pemeriksaanhistologi.5

    Pada CT scan, tumor terlihat isodens atau sedikit hiperdens jika dibandingkan dengan jaringan

    otak normal. Seringkali tumor juga memberikan gambaran berlobus dan kalsifikasi pada beberapa

    kasus.1

    Edema dapat bervariasi dan dapat tidak terjadi pada 50% kasus karena pertumbuhan tumor

    yang lambat, tetapi dapat meluas. Edema lebih dominan terjadi di lapisan white matter dan

    mengakibatkan penurunan densitas. Perdarahan, cairan intratumoral, dan akumulasi cairan dapat jelas

    terlihat. Invasi sepanjang dura serebri sering muncul akibat provokasi dari respon osteblas yang

    menyebabkan hiperostosis pada 25% kasus. Gambaran CT scan paling baik untuk menunjukan

    kalsifikasi dari meningioma. Penelitian membuktikan bahwa 45% proses kalsifikasi adalah

    meningioma.

    Gambar 7. Hasil CT scan meningioma parasagital1

  • 7/30/2019 referat meningioma fathia.docx

    15/20

    Gambar 8. Hasil CT scan meningioma konveksitas1

    Gambar 9. Hasil CT scan meningioma sphenoid1

  • 7/30/2019 referat meningioma fathia.docx

    16/20

    Gambar 10. Hasil CT scan meningioma tentorial1

    Pada MRI, tumor terlihat isointens pada 65% kasus dan hipointens pada sisanya jika

    dibandingkan dengan jaringan otak normal.1

    Kelebihan MRI adalah mampu memberikan gambaran

    meningioma dalam bentuk resolusi 3 dimensi, membedakan tipe jaringan ikat, kemampuan

    multiplanar dan rekonstruksi. MRI dapat memperlihatkan vaskularisasi tumor, pembesaran arteri,

    invasi sinus venosus, dan hubungan antara tumor dengan jaringan sekitarnya.

    Angiografi secara khusus mampu menunjukan massa hipervaskular, menilai aliran darah sinus

    dan vena. Angiografi dilakukan hanya jika direncakan dilakukan embolisasi preoperasi untuk

    mengurangi resiko perdarahan intraoperatif.1

    Gambaran radiografi yang tidak khas seperti kista, perdarahan, dan nekrosis sentral seringkali

    menyerupai gambaran glioma dan muncul pada sekitar 15% kasus meningioma. Meningioma

    malignan sering menunjukan gambaran destruksi tulang, nekrosis, gambaran iregular, dan edema

    yang luas. Diagnosis banding secara radiografi meliputi metastasis dural, tumor meningeal primer

    lain, granuloma dan aneurisma. Metastasis seringkali dikaitkan dengan edema luas dan destruksi

    tulang sementara meningioma dikaitkan dengan edema sedang dan hiperostosis.1

  • 7/30/2019 referat meningioma fathia.docx

    17/20

    II.6 Penatalaksanaan

    Setelah diagnosis meningioma dapat ditegakan, permasalahan berikutnya adalah memutuskan

    diperlukan tindakan pembedahan atau tidak. Beberapa meningioma sering timbul tanpa gejala, hadir

    tiba-tiba dengan kejang, atau melibatkan struktur tertentu sehingga reseksi hampir mustahil dilakukan.Tumor jenis ini tidak memerlukan intervensi segera dan dapat dipantau bertahun-tahun tanpa

    menunjukan pertumbuhan yang berarti. Jika pasien menunjukan gejala yang signifikan seperti

    hemiparesis, atau ada progresi yang jelas terlihat melalui pencitraan radiologi, maka diperlukan

    intervensi segera. Sampai saat ini, penatalaksanaan yang paling penting adalah dengan pembedahan.1

    II.6.1 Pembedahan

    Pembedahan merupakan penatalaksanaan primer untuk meningioma. Tujuan utamanya adalah

    mengangkat jaringan tumor sebanyak-banyaknya tanpa kehilangan fungsi otak.7 Eksisi komplit dapat

    menyembuhkan kebanyakan meningioma. Faktor-faktor yang berperan dalam pembedahan meliputi

    lokasi dari tumor, defisit nervus kranialis preoperasi, vaskularitas, invasi dari sinus venosus, dan

    keterlibatan arteri. Reseksi sebagian dapat menjadi pilihan jika pengangkatan seluruh tumor dapat

    mengakibatkan kehilangan banyak fungsi otak.1

    Sebelum dilakukan tindakan pembedahan, meningioma digolongkan ke dalam 3 grup berdasarkan

    resiko pembedahannya. Cara penggolongannya menggunakan algoritme CLASS, yakni Comorbidity

    (komorbiditas), Location (lokasi), Age (umur pasien) Size (ukuran tumor), Symptoms and signs(tanda dan gejala). Grup 1 dengan skor CLASS lebih dari +1, memiliki angka keberhasilan yang

    tinggi, yakni pada 98,1% kasus. Grup 2 dengan skor 0 sampai -1 memiliki hasil yang buruk pada

    sekitar 4% kasus. Sementara grup 3 dengan skor di bawah -2 memiliki hasil paling buruk yakni 15%

    dari seluruh kasus.2

    Teknik terbaru saat ini adalah dengan memanfaatkan rekonstruksi 3 dimensi dengan komputer

    untuk membantu ahli bedah dalam merencanakan prosedur operasi. MRI intraoperasi dapat

    menunjukan gambaran langsung selama pembedahan. Embolisasi preoperasi dilakukan untuk

    mengurangi vaskularitas tumor, memfasilitasi pengangkatan tumor, dan mengurangi resiko

    perdarahan. Embolisasi pada ekor dura dapat mengurangi resiko kekambuhan. Namun prosedur ini

    tidak banyak dilakukan mengingat tidak semua rumah sakit memiliki fasilitas maupun personel yang

    terlatih dalam bidang ini.1

    Tindakan pembedahan mampu menghilangkan beberapa gejala neurologis, kecuali neuropati

    kranial yang seringkali sulit dihilangkan. Angka morbiditas akibat pembedahan bervariasi antara 1-

    14%. Setelah reseksi komplit, angka kekambuhan untuk meningioma grade rendah adalah sekitar 20%

    dalam 5 tahun pertama dan 25% dalam 10 tahun. Jika tumor muncul kembali, harus dipertimbangkan

  • 7/30/2019 referat meningioma fathia.docx

    18/20

    untuk dilakukan reseksi ulang. Secara umum, angka harapan hidup 5 tahun untuk pasien berusia di

    bawah 65 tahun adalah sekitar 80%, dan menurun mendekati 50% untuk pasien di atas 65 tahun.1

    II.6.2 Radioterapi

    Indikasi dilakukannya terapi radiasi adalah tumor residual / sisa setelah tindakan pembedahan,

    tumor berulang, dan riwayat atipikal atau malignan. Radioterapi digunakan sebagai terapi primer jika

    tumor tidak dapat dicapai melalui pembedahan atau ada kontraindikasi untuk dilakukan pembedahan.

    Regresi total terlihat pada 95% pasien dalam 5 tahun pertama dan 92% dalam 10 dan 15 tahun setelah

    dilakukan radioterapi dengan atau tanpa eksisi subtotal. Angka regresi tumor untuk 10 tahun pada

    pasien yang dilakukan kombinasi reseksi subtotal dan radiasi adalah 82%, sementara pada pasien

    yang hanya dilakukan reseksi subtotal adalah 18%. Waktu kekambuhan sekitar 125 bulan pada pasien

    yang mendapat terapi kombinasi dan 66 bulan pada pasien yang menjalani reseksi subtotal saja. Pada

    tumor malignan, angka harapan hidup 5 tahun setelah pembedahan dan radiasi adalah 28%. Angka

    kekambuhan tumor maligna adalah 90% setelah reseksi subtotal dan 41% setelah terapi kombinasi.1

    II.6.3 Terapi Medis

    Interferon saat ini sedang diteliti sebagai inhibitor angiogenesis. Tujuan dari penelitian ini adalah

    untuk menghentikan pertumbuhan pembuluh darah yang mensuplai tumor. Interferon dapat

    dipertimbangkan pada pasien yang mengalami kekambuhan dan meningioma maligna. Hidroxyurea

    dan obat-obat kemoterapi lain diyakini dapat memulai proses kematian sel atau apoptosis padasebagian meningioma. Namun pada uji coba klinis, obat ini dianggap gagal karena meningioma

    bersifat kemoresisten. Inhibitor dari receptor progesteron seperti RU-486 juga sedang dievaluasi

    sebagai pengobatan untuk meningioma. Namun percobaan klinik terbaru, RU-486 tidak menunjukan

    perbaikan apapun. Begitu juga dengan terapi antiestrogen yang tidak menunjukan perbaikan nyata

    ssecara klinis pada percobaan. Beberapa agen molekular seperti penghambat receptor faktor

    pertumbuhan epidermal (Epidermal Growth Factor Receptor / EGFR), inhibitor receptor faktor

    pertumbuhan derivat platelet (Platelet Derived Growth Factor Receptor / PDGFR), dan penghambat

    tirosin kinase masih diuji coba secara klinis. Kebanyakan uji coba ini terbuka untuk pasien dengan

    meningioma yang tidak dapat dioperasi atau yang mengalami kekambuhan.7

    Kortikosteroid dapat

    digunakan untuk mengontrol edema sekitar tumor namun tidak dapat digunakan dalam jangka

    panjang karena efek sampingnya yang merugikan.1

    Tergantung pada lokasi dari tumor, gejala yang ditimbulkan, dan keinginan pasien, beberapa

    meningioma dapat ditunggu dan dipantau secara hati-hati dan teliti.7

  • 7/30/2019 referat meningioma fathia.docx

    19/20

    BAB III

    PENUTUP

    Kesimpulan

    Meningioma adalah tumor pada meningens, yang merupakan selaput pelindung yang melindungi

    otak dan medulla spinalis. Merupakan neoplasma intrakranial nomor 2 dalam urutan frekuensi yakni

    mencapai angka 30% dari keseluruhan tumor intrakranial, dengan angka kejadian 4-5 dari 100,000

    penduduk.

    Hingga saat ini diyakini radioterapi merupakan factor resiko utama terjadinya meningioma. Selainitu rangsangan endogen dan eksogen via hormonal memainkan peran yang cukup penting juga dalam

    timbulnya tumor meningens. Estrogen dan progesterone diduga merupakan salah satu penyebab

    timbulnya meningioma karena angka prevalensi yang lebih tinggi pada wanita. Meningioma diduga

    timbul melalui proses bertahap yang melibatkan aktivasi onkogen dan hilangnya gen supresor tumor.

    Beberapa factor pertumbuhan, termasuk epidermal growth factor, PDGF, insulin-like growth factors,

    transforming growth factor I2 dan somatostatin diekspresikan secara berlebih dan dapat merangsang

    pertumbuhan meningioma.

    Meningioma dapat tumbuh di mana saja di sepanjang meningen dan dapat menimbulkan

    manifestasi klinis yang sangat bervariasi sesuai dengan bagian otak yang terganggu dan berhubungan

    dengan peningkatan tekanan intrakranial. Gejala umum yang sering muncul meliputi kejang, nyeri

    kepala hebat, perubahan kepribadian dan gangguan ingatan, mual dan muntah, serta penglihatan

    kabur.

    Diagnosis dari meningioma dapat ditegakan berdasarkan manifestasi klinis pasien dan gambaran

    radiologis. Meskipun demikian, diagnosis pasti serta grading dari meningioma hanya dapat dipastikan

    melalui biopsi dan pemeriksaan histologi.

    Penanganan pasien dengan meningioma tergantung pada beberapa faktor, meliputi tanda dan

    gejala yang dikeluhkan pasien, umur pasien, serta lokasi dan ukuran dari tumor. Sampai saat ini

    penatalaksanaan utama adalah dengan pembedahan. Namun dapat digunakan radioterapi sebagai

    terapi primer jika tumor tidak dapat dicapai melalui pembedahan atau ada kontraindikasi untuk

    dilakukan pembedahan.

  • 7/30/2019 referat meningioma fathia.docx

    20/20

    DAFTAR PUSTAKA

    1.

    Rowland, Lewis P, ed. 2005. Merritts Neurology. 11

    th

    ed. New York : LippincottWilliams & Wilkins.

    2. Black, Peter, et al. 2007. Meningiomas : Science and Surgery. Clinical Neurosurgery.vol 54 chapter 16 p. 91-99.

    3. Riemenschneider, Markus J, et al. 2006. Histological Classification and MolecularGenetics of Meningiomas. The Lancet Neurology. December vol 5 p. 1045-1054.

    4. Mardjono, Mahar, Priguna Sidharta. 2008. Neurologi Klinis Dasar. Cetakan 13.Jakarta : Dian Rakyat.

    5. 2011. Meningioma [Internet]. Available fromwww.cancer.net[accesed Maret 2013]6. Rohkamm, Reinhard. 2004. Color Atlas of Neurology. Stuttgart : Thieme.7. 2012. Meningioma [Internet]. Available fromwww.abta.org[accesed Maret 2013]

    http://www.cancer.net/http://www.cancer.net/http://www.cancer.net/http://www.abta.org/http://www.abta.org/http://www.abta.org/http://www.abta.org/http://www.cancer.net/