Referat Kegawatdaruratan Neurologi Belum Fix
-
Upload
ricky-sunandar -
Category
Documents
-
view
233 -
download
0
Transcript of Referat Kegawatdaruratan Neurologi Belum Fix
7/26/2019 Referat Kegawatdaruratan Neurologi Belum Fix
http://slidepdf.com/reader/full/referat-kegawatdaruratan-neurologi-belum-fix 1/14
Pendahuluan
Kegawatdaruratan adalah suatu keadaan yang terjadinya mendadak mengakibatkan
seseorang atau banyak orang memerlukan penanganan/pertolongan segera dalam arti pertolongan
secara cermat, tepat dan cepat. Kegawatdaruratan neurologi merupakan suatu kondisi di bidangneurologi yang memerlukan tindakan pengobatan segera dan bila tidak dilakukan dapat
menyebabkan kerusakan lebih berat, bahkan kematian.
Penanganan terhadap kegawatdaruratan neurologi harus dilakukan secara segera karena
hal ini menentukan prognosis dari pasien tersebut. Terdapat beberapa kasus kegawatdaruratan
neurologi yang cukup sering ditemui dalam sehari-hari. Kasus-kasus tersebut adalah stroke
iskemik, status epileptikus, dan cedera kepala.
Page | 1
7/26/2019 Referat Kegawatdaruratan Neurologi Belum Fix
http://slidepdf.com/reader/full/referat-kegawatdaruratan-neurologi-belum-fix 2/14
Isi
A. Stroke Iskemik
I. Definisi
Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progresi cepat, berupa
defisit neurologis fokal dan/atau global, yang berlangsung ! jam atau lebih atau langsung
menimbulkan kematian, dan semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non
traumatik. "ila gangguan peredaran darah otak ini berlangsung sementara, beberapa detik hingga
beberapa jam #kebanyakan $% - % menit&, tapi kurang dari ! jam, disebut sebagai serangan
iskemia otak sepintas #transient ischemic attack/T'(&.$
Stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan neurologis yang utama di
'ndonesia. Serangan otak ini merupakan kegawatdaruratan medis yang harus ditangani secara
cepat, tepat, dan cermat.$
II. Etiologi
Stroke iskemik dapat disebabkan oleh kelainan )askuler, kelainan jantung, dan kelainan
darah. *imana kelainan )askuler dapat berupa arterosklerosis, displasi fibromuskuler, inflamasi
# giant cell arteritis, S+, poliarteritis nodosa, angiitis granuloma, arteritis sifilitika, ('*S&,
diseksi arteri, penyalahgunaan obat, sindrom oyamoya, thrombosis sinus, atau )ena.
Kelainan jantung yang dapat menyebabkan stroke iskemik adalah trombus mural, aritmia
jantung, endocarditis infeksiosa dan non infeksiosa, penyakit jantung rematik, penggunaan katup
jantung prostetik, miksoma atrial, dan fibrilasi atrium. Sedangkan kelainan darah yang dapat
menyebabkan stroke iskemik adalah trombositosis, polisitemia, anemia sel sabit, leukositosis,
hiperkoagulasi, dan hiper)iskositas darah.
III. Epidemiologi
*ata di 'ndonesia menunjukkan kecenderungan peningkatan kasus stroke baik dalam hal
kematian, kejadian, ataupun kecacatan. (ngka kematian berdasarkan umur adalah sebesar $,0
#umur !- tahun& dan 1,20 #umur -1! tahun& dan 3,0 #umur 1 tahun&. Kejadian
stroke sebesar $,1/$%%.%%% penduduk dan kecacatan $,10 tidak berubah dan !,30 semakin
memberat. Penderita laki-laki lebih banyak daripada perempuan dan profil usia dibawah !
Page | 2
7/26/2019 Referat Kegawatdaruratan Neurologi Belum Fix
http://slidepdf.com/reader/full/referat-kegawatdaruratan-neurologi-belum-fix 3/14
tahun sebesar $$,20, usia !-1! tahun !,0, dan usia diatas 1 tahun sebesar 33,0. Stroke
menyerang usia produktif dan usia lanjut yang berpotensi menimbulkan masalah baru dalam
pembangunan kesehatan secara nasional di kemudian hari.3 Sekitar 2%0 sampai 20 stroke
adalah stroke iskemik, yang terjadi akibat obstruksi atau bekuan di satu atau lebih arteri besar
pada sirkulasi serebrum.!
IV. Patofisiologi
4bstruksi dapat disebabkan oleh bekuan #trombus& yang terbentuk di dalam suatu
pembuluh otak atau pembuluh atau organ distal. Pada trombus )askular distal, bekuan dapat
terlepas, atau mungkin terbentuk di dalam suatu organ seperti jantung, dan kemudian dibawa
melalui sistem aretri ke otak sebagai suatu embolus.!
Sumbatan aliran di arteri karotis interna sering merupakan penyebab stroke pada orang
usia lanjut, yang sering mengalami pembentukan plak aterosklerotik di pembuluh darah sehingga
terjadi penyempitan atau stenosis. Pangkal arteri karotis interna #tempat arteri karotis komunis
bercabang menjadi arteri karotis interna dan eksterna& merupakan tempat tersering terbentuknya
aterosklerosis.
Stroke Trombotik
Trombosis pembuluh darah besar dengan aliran lambat adalah salah satu subtipe stroke
iskemik. Sebagian besar dari stroke jenis ini terjadi saat tidur, saat pasien relatif mengalami
dehidrasi dan dinamika sirkulasi menurun. Stroke ini sering berkaitan dengan lesi aterosklerotik
yang menyebabkan stenosis di arteri karotis interna, atau, yang lebih jarang, di pangkal arteri
serebri media atau di taut arteri )ertebralis dan basilaris. Tidak seperti trombosis arteri koronaria
yang oklusi pembuluh darahnya cenderung terjadi mendadak dan total, trombosis pembuluh
darah otak cenderung memiliki awitan bertahap, bahkan berkembang dalam beberapa hari. Pola
ini menyebabkan timbulnya istilah 5stroke-in-e)olution6.!
(kibat dari penyumbatan pembuluh darah karotis ber)ariasi dan sebagian besar
tergantung pada fungsi sirkulus 7illisi. "ila sistem anastomosis arterial pada dasar otak ini dapat
berfungsi normal, maka sumbatan arteri karotis tidak akan memberikan gejala, seperti yang
terjadi pada kebanyakan penderita. Sirkulasi pada bagian posterior tidak memiliki derajat
perlindungan anastomosis yang sama, dan penyumbatan aterosklerotik dari arteri basilaris selalu
Page | 3
7/26/2019 Referat Kegawatdaruratan Neurologi Belum Fix
http://slidepdf.com/reader/full/referat-kegawatdaruratan-neurologi-belum-fix 4/14
mengakibatkan kejadian yang lebih berat, dan biasanya fatal. Penyumbatan arteri )ertebralis,
boeh jadi tidak memberikan gejala.!
ekanisme lain pelannya aliran pada arteri yang mengalami trombosis parsial adalah
defisit perfusi yang dapat terjadi pada reduksi mendadak curah jantung atau tekanan darahsistemik. (gar dapat melewati lesi stenotik intraarteri, aliran darah mungkin bergantung pada
tekanan intra)askular yang tinggi. Penurunan mendadak tekanan tersebut dapat menyebabkan
penurunan generalisata 8"9, iskemia otak, dan stroke. *engan demikian, hipertensi harus
diterapi secara hati-hati dan cermat, karena penurunan mendadak tekanan darah dapat memicu
stroke atau iskemia arteri koronaria atau keduanya.!
Stroke Embolik
Stroke embolik diklasifikasikan berdasarkan arteri yang terlibat, atau asal embolus. (sal
stroke embolik dapat suatu arteri distal atau jantung. Stroke yang terjadi akibat embolus biasanya
menimbulkan defisit neurologik mendadak dengan efek maksimum sejak awitan penyakit.
"iasanya serangan terjadi saat pasien berakti)itas. Trombus embolik ini sering tersangkut di
bagian pembuluh darah yang mengalami stenosis. Stroke kardioembolik, yaitu jenis stroke
embolik tersering, didiagnosis apabila diketahui adanya kausa jantung seperti fibrilasi atrium
atau apabila pasien baru mengalami infark miokardium yang mendahului terjadinya sumbatan
mendadak pembuluh besar otak. mbolus berasal dari bahan trombotik yang terbentuk didinding rongga jantung atau katup mitralis. Karena biasanya adalah bekuan yang sangat kecil,
fragmen-fragmen embolus dari jantung mencapai otak melalui arteri karotis atau )ertebralis.
*engan demikian, gejala klinis yang ditimbulkannya bergantung pada bagian mana dari sirkulasi
yang tersumbat dan seberapa dalam bekuan berjalan di percabangan arteri sebelum tersangkut.!
Selain itu, embolisme dapat terurai dan terus mengalir sepanjang pembuluh darah
sehingga gejala-gejala mereda. :amun, fragmen kemudian tersangkut di sebelah hilir dan
menimbukan gejala-gejala fokal. Pasien dengan stroke kardioembolik memiliki resiko yang lebih besar menderita stroke hemoragik di kemudian hari, saat terjadi perdarahan petekie atau bahkan
perdarahan besar di jaringan yang mengalami infark beberapa jam atau mungkin hari setelah
proses emboli pertama. Penyebab perdarahn tersebut adalah bahwa struktur dinding arteri
sebelah distal dari oklusi embolus melemah atau rapuh karena kekurangan perfusi. *engan
Page | 4
7/26/2019 Referat Kegawatdaruratan Neurologi Belum Fix
http://slidepdf.com/reader/full/referat-kegawatdaruratan-neurologi-belum-fix 5/14
demikian, pemulihan tekanan perfusi dapat menyebabkan perdarahan arteriol atau kapiler di
pembuluh tersebut.!
V. Gejala Klinis
anifestasi klinis stroke bergantung pada neuroanatomi dan )askularisasinya. ;ejala
klinis dan defisit neurologik yang ditemukan berguna untuk menilai lokasi iskemik.
$. ;angguan peredaran darah arteri serebri anterior menyebabkan hemiparesis dan
hemihipestesi kontralateral yang terutama melibatkan tungkai.
. ;angguan peredaran darah arteri serebri media menyebabkan hemiparesis dan
hemihipestesi kontralateral yang terutama mengenai lengan disertai gangguan fungsi
luhur berupa afasia #mengenai daerah otak dominan& atau hemispatial neglect #mengenai
area otak nondominan&.
3. ;angguan peredaran darah arteri serebri posterior menimbulkan hemianopsia homonim
atau kuadrantanopsi kontralateral tanpa disertai gangguan motorik maupun sensorik.
;angguan daya ingat terjadi bila infark pada lobus temporalis medial. (leksia tanpa
agrafia timbul bila infark terjadi pada korteks )isual dominan dan splenium korpus
kalosum. (gnosia dan prosopagnosia timbul akibat infark pada korteks
temporooksipitalis inferior.
!. ;angguan peredaran darah batang otak menyebabkan gangguan saraf kranial seperti
disartria, diplopia dan )ertigo, gangguan serebelar, seperti ataksia atau hilangkeseimbangan, atau penurunan kesadaran.
. 'nfark lacunar merupakan infark kecil dengan klinis gangguan murni motoric atau
sensorik tanpa disertai gangguan fungsi luhur.
VI. Diagnosis
4leh karena jendela terapi dalam pengobatan stroke akut sangat pendek, maka e)aluasi
dan diagnosis harus dilakukan dengan cepat, sistematik, dan cermat.3
)aluasi gejala dan klinik stroke akut meliputi<
a. (namnesis, terutama mengenai gejala awal, waktu awitan, akti)itas penderita saat serangan,
gejala seperti nyeri kepala, mual, muntah, rasa berputar, kejang, cegukan #hiccup&, gangguan
)isual, penurunan kesadaran, serta faktor risiko stroke #hipertensi, diabetes, dan lain-lain&.3
Page | 5
7/26/2019 Referat Kegawatdaruratan Neurologi Belum Fix
http://slidepdf.com/reader/full/referat-kegawatdaruratan-neurologi-belum-fix 6/14
b. Pemeriksaan fisik, meliputi penilaian respirasi, sirkulasi, oksimetri, dan suhu tubuh.
Pemeriksaan kepala dan leher #misalnya cedera kepala akibat jatuh saat kejang, bruit karotis, dan
tanda-tanda distensi )ena jugular pada gagal jantung kongestif&. Pemeriksaan torak #jantung dan
paru&, abdomen, kulit dan ekstremitas.3
c. Pemeriksaan neurologis dan skala stroke. Pemeriksaan neurologis terutama pemeriksaan saraf
kranialis, rangsang selaput otak, sistem motorik, sikap dan cara jalan refleks, koordinasi,
sensorik dan fungsi kognitif. Skala stroke dapat menggunakan Skor Siriraj dan (lgoritma ;ajah
ada #lihat Tabel $&.3
Skor Siriraj
#, = derajat kesadaran& > # = muntah& > # = nyeri kepala& > #%,$ = tekanan diastolik& ? #3 =
penanda atheroma& ? $
*imana <
*erajat kesadaran < % @ kompos mentis, $ @ somnolen, @ stupor / koma
untah < % @ tidak ada, $ @ ada
:yeri kepala < % @ tidak ada, $ @ ada
(teroma < % @ tidak ada, $ @ salah satu atau lebih #diabetes, angina, penyakit pembuluh darah&
Tabel $. (lgoritma ;ajah ada
Penurunan Kesadaran :yeri Kepala "abinski Aenis Stroke
> > > Perdarahan
> - - Perdarahan- > - Perdarahan
- - > 'skemik
- - - 'skemik
VII. Penatalaksanaan
$. Stabilisasi Aalan :apas dan Pernapasan3
Page | 6
7/26/2019 Referat Kegawatdaruratan Neurologi Belum Fix
http://slidepdf.com/reader/full/referat-kegawatdaruratan-neurologi-belum-fix 7/14
Pemantauan secara terus menerus terhadap status neutologis, nadi, tekanan darah, suhu
tubuh, dan Saturasi oksigen dianjurkan dalam B jam, pada pasien dengan defisit
neurologis yang nyata.
Pemberian oksigen dianjurkan pada keadaan dengan saturasi oksigen C 0.
Perbaiki jalan nafas termasuk pemasangan pipa orofaring pada pasien yang tidak sadar."erikan bantuan )entilasi pada pasien yang mengalami penurunan kesadaran atau
disfungsi bulbar dengan gangguan jalan napas.Terapi oksigen diberikan pada pasien hipoksia.
Pasien stroke iskemik akut yang nonhipoksia tidak mernerlukan terapi oksigen.
'ntubasi TT #ndo Tracheal Tube& atau +( #+aryngeal ask (irway& diperlukan pada
pasien dengan hipoksia #p% C1% mmDg atau p84 E% mmDg&, atau syok, atau pada
pasien yang berisiko untuk terjadi aspirasi.
Pipa endotrakeal diusahakan terpasang tidak lebih dari minggu. Aika pipa terpasang
lebih dari rninggu, maka dianjurkan dilakukan trakeostomi.
. Stabilisasi Demodinamik 3
"erikan cairan kristaloid atau koloid intra)ena #hindari pernberian cairan hipotonik
seperti glukosa&.
*ianjurkan pemasangan 8F8 #8entral Fenous 8atheter&, dengan tujuan untuk memantau
kecukupan cairan dan sebagai sarana untuk rnemasukkan cairan dan nutrisi.Gsahakan 8F8 -$ mmDg.
4ptimalisasi tekanan darah #'ihat "ab F.( Penatalaksanaan Tekanan *arah pada Stroke
(kut&"ila tekanan darah sistolik C$% mmDg dan cairan sudah mencukupi, maka obat-obat
)asopressor dapat diberikan secara titrasi seperti dopamin dosis sedang/ tinggi,
norepinefrin atau epinefrin dengan target tekanan darah sistolik berkisar $!% mmDg.
Pemantauan jantung #cardiac monitoring& harus dilakukan selama ! jam pertama setelah
serangan stroke iskemik."ila terdapat adanya penyakit jantung kongestif, segera atasi #konsultasi Kardiologi&.
Dipotensi arterial harus dihindari dan dicari penyebabnya. Dipo)olemia harus dikoreksi
dengan larutan satin normal dan aritmia jantung yang mengakibatkan penurunan curah
jantung sekuncup harus dikoreksi.
3. Pemeriksaan (wal 9isik Gmum3
Tekanan darah
Page | 7
7/26/2019 Referat Kegawatdaruratan Neurologi Belum Fix
http://slidepdf.com/reader/full/referat-kegawatdaruratan-neurologi-belum-fix 8/14
Pemeriksaan jantung
Pemeriksaan neurologi umum awal<
i. *erajat kesadaranii. Pemeriksaan pupil dan oculomotor
iii. Keparahan hemiparesis
!. Pengendalian Peninggian Tekanan 'ntrakranial #T'K&3
onitor T'K harus dipasang pada pasien dengan ;8S C dan penderita yang mengalami
penurunan kesadaran karena kenaikan T'K.
Sasaran terapi adalah T'K kurang dari % mmDg dan 8erebral Pressure Point EB% mmDg.
Penatalaksanaan penderita dengan peningkatan tekanan intrakranial meliputi <i. Tinggikan posisi kepala %% - 3%%
ii. Posisi pasien hendaklah menghindari tekanan )ena jugular
iii. Dindari pemberian cairan glukosa atau cairan hipotonik
i). Dindari hipertermia). Aaga normo)olernia
)i. 4smoterapi atas indikasi<
• anitol %. - %.% gr/kg"", selama E% menit, diulangi setiap ! - 1 jam
dengan target H 3$% m4srn/+. 4smolalitas sebaiknya diperiksa kali dalam
sehari selama pemberian osmoterapi
• Kalau perlu, berikan furosemide dengan dosis inisial $ mg/kg"" i.).
)ii. 'ntubasi untuk menjaga normo)entilasi #p84 3 - !% mmDg&. Diper)entilasi
mungkin diperlukan bila akan dilakukan tindakan operatif.
)iii. Paralisis neuromuskular yang dikombinasi dengan sedasi yang adekuat dapat
mengurangi naiknya T'K dengan cara mengurangi naiknya tekanan intratorakal
dan tekanan )ena akibat batuk, suction, bucking )entilator. (gen nondepolariIed
seperti )encuronium atau pancuronium yang sedikit berefek pada histamine dan
blok pada ganglion lebih baik digunakan. Pasien dengan kenaikan krtitis T'K
sebaiknya diberikan relaksan otot sebelum suctioning atau lidokain sebagai
alternati)e.i=. Kortikosteroid tidak direkomendasikan untuk mengatasi edema otak dan tekanan
tinggi intracranial pada stroke iskemik, tetapi dapat diberikan kalau diyakini tidak
ada kontraindikasi.=. *rainase )entricular dianjurkan pada hidrosefalus akut akibat stroke iskemik
serebelar.
Page | 8
7/26/2019 Referat Kegawatdaruratan Neurologi Belum Fix
http://slidepdf.com/reader/full/referat-kegawatdaruratan-neurologi-belum-fix 9/14
=i. Tindakan bedah dekompresif pada keadaan iskemik sereberal yang menimbulkan
efek masa, merupakan tindakan yang dapat menyelamatkan nyawa dan
memberikan hasil yang baik.
. Penanganan Transformasi Demoragik 3
Tidak ada anjuran khusus tentang terapi transformasi perdarahan asimptomatik
#(D(/(S(, 8lass 'b, +e)el of e)idence "&.$ Terapi transformasi perdarahan simtomatik
sama dengan terapi stroke perdarahan, antara lain dengan memperbaiki perfusi serebral
dengan mengendalikan tekanan darah arterial secara hati-hati.
1. Pengendalian Kejang3
"ila kejang, berikan diaIepam bolus lambat intra)ena -%mg dan diikuti oleh
fenitoin, loading dose $-% mg/kg bolus dengan kecepatan maksimum % mg/menit.
"ila kejang belum teratasi, maka perlu dirawat di '8G.
Pemberian antikon)ulsan profilaksis pada penderita stroke iskemik tanpa kejang tidak
dianjurkan.
Pada stroke perdarahan intraserebral, obat antikon)ulsan profilaksis dapat diberikan
selama $ bulan, kemudian diturunkan, dan dihentikan bila tidak ada kejang selama
pengobatan.
B. Pengendalian Suhu Tubuh3
Setiap pederita stroke yang disertai demam harus diobati dengan antipiretika dan
diatasi penyebabnya.
"erikan (setaminofen 1% mg bila suhu lebih dari 32, o8 #(D(/(S( ;uideline&
atau 3B, o8 #S4 ;uideline&.
Pada pasien febris atau berisiko terjadi infeksi, harus dilakukan kultur dan hapusan
#trakea, darah dan urin& dan diberikan antibiotik. Aika memakai kateter )entrikuler,
analisa cairan serebrospinal harus dilakukan untuk mendeteksi meningitis.
Aika didapatkan meningitis, maka segera diikuti terapi antibiotic.
2. Pemeriksaan Penunjang3
K;
Page | 9
7/26/2019 Referat Kegawatdaruratan Neurologi Belum Fix
http://slidepdf.com/reader/full/referat-kegawatdaruratan-neurologi-belum-fix 10/14
+aboratorium #kimia darah, fungsi ginjal, hematologi, faal hemostasis, kadar gula
darah, analisis urin, analisa gas darah, dan elektrolit&"ila perlu pada kecurigaan perdarahan subaraknoid, lakukan punksi lumbal untuk
pemeriksaan cairan serebrospinal
Pemeriksaan radiologii. 9oto rontgen dada
ii. 8T Scan
. Status Epileptikus
I. Definisi
+ebih dari satu dekade lalu, Epilepsy Foundation of America #9(& mendefinisikan
Status pileptikus #S& sebagai kejang yang terus-menerus selama paling sedikit 3% menit atau
adanya dua atau lebih kejang terpisah tanpa pemulihan kesadaran di antaranya. *efinisi ini telah
diterima secara luas, walaupun beberapa ahli mempertimbangkan bahwa durasi kejang lebih
singkat dapat merupakan suatu S. Gntuk alasan praktis, pasien dianggap sebagai S jika kejang
terus-menerus lebih dari menit.1
Saat ini, ada beberapa )ersi pengklasifi kasian S sebagai berikut<1
$. ;eneraliIed 8on)ulsi)e Serupakan tipe S yang paling sering dan berbahaya. ;eneraliIed mengacu pada
akti)itas listrik kortikal yang berlebihan, sedangkan con)ulsi)e mengacu kepada akti)itas
motorik suatu kejang.
. Subtle SSubtle S terdiri dari akti)itas kejang pada otak yang bertahan saat tidak ada respons
motorik. Terminologi ini dapat membingungkan, karena subtle S seperti tipe :8S
#:on-con)ulsi)e Status pilepticus&. 7alaupun secara definisi subtle S merupakan
noncon)ulsi)e, namun harus dibedakan dari :8S lain. Subtle S merupakan keadaan
berbahaya, sulit diobati, dan mempunyai prognosis yang buruk.
3. :oncon)ulsi)e S :8S dapat dibagi menjadi kategori, yaitu absence S dan comple= partial S.
Perbedaan tipe ini sangat penting dalam tatalaksana, etiologi, dan prognosisJ focalmotor S mempunyai prognosis lebih buruk.
!. Simple Partial S
Secara definisi, simple partial S terdiri dari kejang yang terlokalisasi pada area korteks
serebri dan tidak menyebabkan perubahan kesadaran. "erbeda dengan con)ulsi)e S,
simple partial S tidak dihubungkan dengan mortalitas dan morbiditas yang tinggi.
II. Etiologi
Page | 10
7/26/2019 Referat Kegawatdaruratan Neurologi Belum Fix
http://slidepdf.com/reader/full/referat-kegawatdaruratan-neurologi-belum-fix 11/14
tiologi dari Status pileptikus tergantung usia dan menentukan prognosis. Setelah usia
1% tahun penyakit serebro)askular beresiko menimbulkan kejang. Penelitian yang dipimpin oleh
ichmon di Firginia GS(, pasien yang berumur lebih dari 1% tahun yang menderita status
epileptikus, 30 di antaranya disebabkan oleh acute cerebro)ascular #8F(&. tiologi lainnya
hipoksia, gangguan metabolik, alkohol, tumor, infeksi trauma, dan idiopatik.B
Pada penelitian di ochester, innesota, GS( mengidentifikasi dementia ditambah
dalam daftar penyebab status epileptikus. Penelitian juga di 8alifornia mengidentifikasi strok
sering menyebabkan generaliIed status epilepticus#;S&.B
III. Patofisiologi
Kejang terjadi akibat lepas muatan paroksismal yang berlebihan dari sebuah fokus kejang
atau dari jaringan normal yang terganggu akibat suatu keadaan patologik. (ktifitas kejang
sebagian bergantung pada lokasi lepas muatan yang berlebihan tersebut. +esi di mesensefalon,
talamus, dan korteks sereprum kemungkinan besar bersifat epileptogenik, sedangkan lesi di
serebelum dan batang otak umumnya tidak memicu kejang.
*i tingkat membran sel, fokus kejang memperlihatkan beberapa fenomena biokimiawi,
termasuk yang berikut<
'nstabilitas membran sel saraf, sehingga sel lebih mudah mengalami pengaktifanJ :euron-neuron hipersensitif, ambang untuk melepaskan muatan menurun, apabila terpicu
akan melepaskan muatan secara berlebihanJ
Kelainan polarisasi #polarisasi berlebihan, hipopolarisasi, atau selang waktu dalam
polarisasi berubah& yang disebabkan oleh kelebihan asetilkolin atau defisiensi asam
gama-aminobutirat #;("(&JKetidak seimbangan ion yang mengubah keseimbangan asam-basa atau elektrolit, yang
mengganggu homeostasis kimiawi neuron sehingga terjadi kelainan pada depolarisasi
neuron. ;angguan keseimbangan ini menyebabkan peningkatan berlebihan
neurotransmitter eksitatorik atau deplesi neurotransmitter inhibitorik.
Perubahan-perubahan metabolik yang terjadi selama dan segera setelah kejang sebagian
disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan energi akibat hiperaktifitas neuron. Selama kejang,
kebutuhan metabolik secara drastis meningkatJ lepas muatan listrik sel-sel saraf motorik dapat
meningkat menjadi $%%% per detik. (luran darah otak meningkat, demikian juga respirasi dan
Page | 11
7/26/2019 Referat Kegawatdaruratan Neurologi Belum Fix
http://slidepdf.com/reader/full/referat-kegawatdaruratan-neurologi-belum-fix 12/14
glikolisis jaringan. (setilkolin muncul di cairan serebrospinalis #8SS& selama dan setelah kejang.
(sam glutamat mungkin mengalami deplesi selama aktifitas kejang.
Secara umum, tidak dijumpai kelainan yang nyata pada autopsi. "ukti histopatologik
yang seringkali normal menunjang hipotesis bahwa lesi lebih bersifat neurokimiawi bukanstruktural. "elum ada faktor patologik yang secara konsisten ditemukan. Kelainan fokal pada
metabolisme kalium dan asetilkolin dijumpai di antara kejang. 9okus kejang tampaknya sangat
peka terhadap asetilkolin, suatu neurotransmitter fasilitatorikJ fokus-fokus tersebut lambat
mengikat dan menyingkirkan asetilkolin.
Semua kejang diinisiasi oleh mekanisme yang sama. :amun status epileptikus
melibatkan adanya kegagalan dalam pemutusan rantai kejang tersebut. "erbagai studi
eksperimen menemui kegagalan yang mungkin timbul dari kelangsungan kejang terus menerusyang abnormal, eksitasi yang meningkat secara tajam atau pengerahan dan penghambatan yang
tidak efektif. 4bat standar yang digunakan pada status epileptikus lebih efektif apabila diberikan
pada jam pertama berlangsungnya status.1
Status epileptikus dapat menyebabkan cedera otak, khususnya struktur limbik seperti
hipokampus. Selama 3% menit pertama kejang, otak masih dapat mempertahankan homeostasis
melalui peningkatan aliran darah, glukosa darah, dan pemanfaatan oksigen. Setelah 3% menit,
kegagalan homeostasis dimulai dan mungkin akan berperan dalam kerusakan otak. Dipertermi,rhabdomyolisis, hiperkalemia, dan asidosis laktat meningkat sebagai hasil dari pembakaran otot
spektrum luas yang terjadi terus menerus. Setelah 3% menit, tanda-tanda dekompensasi lainnya
meningkat, yakni hipoksia, hipoglikemia, hipotensi, leukosistosis, dan cardiac output yang tidak
memadai.1
erujuk pada respon biokimiawi terhadap kejang, kejang itu sendiri saja nampak cukup,
untuk menyebabkan kerusakan otak. "erkurangnya aliran darah otak #8erebral "lood 9low&,
kurang dari % ml/$%%g/menit, memberikan banyak efek di antaranya terinduksinya :itrit 4ksidaSintase #i:4S& di dalam astrosit dan mikroglia - yang mungkin berhubungan dengan akti)asi :-
methyl-*-(spartate #:*(& receptor yang menyebabkan kematian sel yang cepat hingga 3-
menit saja - yang kemudian bereaksi dengan 4 radikal bebas yang menghasilkan super-radical.
(ktifasi ini menyebabkan pelepasan asam amino eksitatorik aspartat dan glutamat. (kibatnya,
berlangsunglah sebuah mekanisme kerusakan yang dimediasi oleh glutamat - glutamic-mediated
Page | 12
7/26/2019 Referat Kegawatdaruratan Neurologi Belum Fix
http://slidepdf.com/reader/full/referat-kegawatdaruratan-neurologi-belum-fix 13/14
e=citoto=icity-khususnya di hipokampus. Sementara, konsentrasi kalsium ekstraseluler normal
pada neuron-neuron setidaknya $%%% kali lebih besar daripada intraseluler. Selama kejang,
receptor-gated calcium channel terbuka mengikuti stimulasi reseptor :*(. Peningkatan
kalsium intraseluler yang fluktuatif ini akan semakin meningkatkan keracunan sel. (kibatnya
apabila kejang ini terus menerus terjadi, kerusakan otak yang terjadi pun akan semakin besar.B
IV. Gejala Klinis
S dihubungkan dengan perubahan fisiologis sistemik hasil peningkatan kebutuhan metabolik
akibat kejang berulang dan perubahan autonom termasuk takikardi, aritmia, hipotensi, dilatasi
pupil, dan hipertermia. Perubahan sistemik termasuk hipoksia, hiperkapnia, hipoglikemia,
asidosis metabolik, dan gangguan elektrolit memerlukan inter)ensi medis. Kehilangan
autoregulasi serebral dan kerusakan neuron dimulai setelah 3% menit akti)itas kejang yang terus
menerus. S tonik-klonik mempunyai fase sebagai berikut<1
!ase "# Kompensasi
Selama fase ini, metabolisme serebral meningkat, tetapi mekanisme fisiologis cukup untuk
memenuhi kebutuhan metabolik, dan jaringan otak terlindungi dari hipoksia atau kerusakan
metabolisme. Perubahan fi siologis utama terkait dengan mening kat nya aliran darah dan
metabolisme otak, akti)itas otonom, dan perubahan kardio)askuler.1
!ase $# Dekompensasi
Selama fase ini, tuntutan metabolik serebral sangat meningkat dan tidak dapat sepenuhnya
tercukupi, sehingga me nyebabkan hipoksia dan perubahan meta bolik sistemik. Perubahan
autonom tetap berlangsung dan fungsi kardiorespirasi dapat gagal mempertahankan
homeostasis.1
V. Penatalaksanaan
%. %edera Kepala
I. Definisi
II. Etiologi
Page | 13
7/26/2019 Referat Kegawatdaruratan Neurologi Belum Fix
http://slidepdf.com/reader/full/referat-kegawatdaruratan-neurologi-belum-fix 14/14
III. Epidemiologi
IV. Patofisiologi
V. Gejala Klinis
VI. Penatalaksanaan
Daftar Pustaka
$. (nonim. Stroke. *alam< eds. ansjoer (. Kapita selekta kedokteran. Ailid . disi
3. Aakarta< edia (esculapius 9akultas Kedokteran Gni)ersitas 'ndonesiaJ %%%.
h.$B-1.
. *ewanto ;, Suwono 7A, iyanto ", Turana L. Panduan praktis diagnosis M
tatalaksana penyakit saraf. Aakarta< ;8J %%.h.!-3%.3. Pokdi Stroke Perhimpunan *okter Spesialis Saraf 'ndonesia. ;uideline stroke %$$.
Aakarta< P*4SS'J %$$.h.$!.
!. Dartwig . Penyakit serebro)askular. *alam< Price S(,eds. Patofisiologi konsepklinis proses-proses penyakit. Folume . disi 1. Aakarta< Penerbit "uku
Kedokteran ;8J%%.h.$$%-3%.. orris AD. Sistem saraf. *alam< obbins S+, Kumar F,eds. "uku ajar patologi.
Folume . disi !. Aakarta< Penerbit "uku kedokteran ;8J %%. h.!B!-$%.6.
Page | 14