REFERAT ispa.doc

40
Referat UPAYA PEMBERANTASAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT MELALUI PERAN AKTIF KADER POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS Oleh Didiek Pangestu Hadi I1A001057 Pembimbing dr. Farida Heriyani BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT (IKM)

Transcript of REFERAT ispa.doc

Referat

Referat

UPAYA PEMBERANTASAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT MELALUI PERAN AKTIF KADER POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMASOleh Didiek Pangestu HadiI1A001057Pembimbing

dr. Farida Heriyani

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT (IKM)FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURATBANJARBARU

April 2008

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI......................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................

1. Latar Belakang........................................................................................

2. Permasalahan..........................................................................................

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN.............................................................

1. Definisi ..................................................................................................

2. Epidemiologi..........................................................................................

3. Etiologi...................................................................................................

4. Klasifikasi...............................................................................................

5. Diagnosis................................................................................................

6. Faktor Resiko .........................................................................................

7. Pengobatan..............................................................................................

8. Pemberantasan ISPA..............................................................................

BAB III KESIMPULAN....................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ii

1

1

3

4

4

4

5

5

6

7

8

14

21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangPenyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama, hal ini disebabkan tingginya angka kesakitan dan kematian pada balita karena ISPA. Di negara berkembang setiap tahun kira-kira 12 juta anak meninggal sebelum ulang tahunnya yang kelima dan sebagian besar terjadi sebelum tahun pertama kehidupanya. Tujuh dari sepuluh kematian itu disebabkan ISPA.1Di Indonesia penyakit infeksi terutama ISPA masih merupakan penyakit utama, baik infeksi saluran pernafasan atas maupun infeksi saluran pernafasan bawah.2 ISPA merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien disarana kesehatan. Sebanyak 40%-60% kunjungan berobat di Puskesmas dan 15%-30% kunjungan berobat dibagian rawat jalan dan rawat inap rumah sakit disebabkan oleh ISPA.1,2ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak. Episode penyakit batuk pilek pada balita di Indonesia diperkirakan sebesar 3 sampai 6 kali per tahun. Ini berarti seorang balita rata-rata mendapat serangan batuk pilek sebanyak 3 sampai 6 kali setahun.1

Sudarti tahun 1999 melaporkan bahwa rendahnya pengetahuan masyarakat berpengaruh pada tindakan masyarakat dalam pencarian pengobatan yang tepat. Pada sisi lain, rendahnya pengetahuan petugas kesehatan tentang ISPA berakibat rendahnya mutu pelayanan kesehatan yang diberikan. Hanya 4% dari yang membawa anaknya berobat kepada petugas kesehatan yang mendapat penjelasan yang memadai tentang ISPA.2

Disamping itu hasil penelitian yang dilakukan Leida tahun 1997 di Kabupaten Cianjur menunjukkan pula bahwa kemampuan petugas dalam menyampaikan pesan masih kurang yakni hanya 20% petugas yang menyampaikan pesan secara benar. Laporan yang sama disampaikan oleh Praptiningsih tahun 2000 bahwa petugas yang memahami komunikasi ISPA hanya 24,75%.2

Di Puskesmas Landasan Ulin Banjarbaru sepanjang tahun 2007 penyakit ISPA menduduki peringkat pertama dari 10 penyakit terbanyak. Selain itu juga pada periode Januari sampai Maret tahun 2008 ISPA masih merupakan kasus terbanyak dari semua kunjungan. Di Puskemas Landasan Ulin Banjarbaru penderita ISPA ditemukan hanya oleh petugas puskesmas dan tidak ada yang ditemukan oleh kader posyandu. Peran aktif dari kader posyandu masih kurang, sehingga salah satu upaya yang diharapkan dapat menurunkan angka kesakitan ISPA adalah dengan meningkatkan peran aktif kader posyandu.1.2 Permasalahan

Bagaimana upaya menurunkan angka kesakitan ISPA melalui peran aktif kader posyandu.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Pengertian Infeksi Saluran Pernafasan Akut dan PneumoniaIstilah ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut dan mulai diperkenalkan pada tahun 1984 setelah dibahas dalam lokakarya Nasional ISPA di Cipanas, istilah ini merupakan padanan istilah bahasa Inggris Acute Respiratory infection (ARI). Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia. Pneumonia dibagi atas derajat beratnya penyakit yaitu pneumonia berat dan pneumonia tidak berat. Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia.1,3,4 Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)

Infeksi Saluran Pernapasan Akut adalah penyakit infeksi yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran napas, mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah), termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura 1,4

Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari, walaupun beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA dapat berlangsung lebih dari 14 hari, misalnya pertusis.5

ISPA yang berlanjut menjadi pneumonia sering terjadi pada anak kecil terutama apabila terdapat gizi kurang dan dikombinasi dengan keadaan lingkungan yang tidak hygiene. Risiko terutama terjadi pada anak-anak karena meningkatnya kemungkinan infeksi silang, beban immunologisnya terlalu besar karena dipakai untuk penyakit parasit dan cacing, serta tidak tersedianya atau berlebihannya pemakaian antibiotik 4Pneumonia

Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru paru (alveoli). Terjadinya Pneumonia pada anak sering kali bersamaan dengan terjadinya proses infeksi akut pada bronkhus yang disebut bronkopneumonia. Dalam pelaksanaan Pemberantasan Penyakit ISPA semua bentuk Pneumonia (baik Pneumonia maupun bronkopneumonia) disebut Pneumonia saja.1,2II.2 Etiologi

1) Etiologi ISPA

Etiologi ISPA terdiri dari lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari genus streptokokus. Stafilokokus, Pnemokokus, Hemofilus, Bordetella dan Korinebakterium. Virus Penyebab ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus, Adenovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus dan lain-lain.1

Infeksi saluran pernapasan bagian atas yang disebabkan oleh virus, sering terjadi pada semua golongan masyarakat pada bulan-bulan musim dingin.42) Etiologi Pneumonia

Etiologi Pneumonia pada balita sukar untuk ditetapkan karena dahak biasanya sukar diperoleh. Sedangkan prosedur pemeriksaan imunologi belum memberikan hasil yang memuaskan untuk menentukan adanya bakteri sebagai penyebab Pneumonia. Hanya biakan dari aspirat paru serta pemeriksaan spesimen darah yang dapat diandalkan untuk membantu penetapan etiologi Pneumonia. Meskipun pemeriksaan spesimen aspirat paru merupakan cara yang sensitif untuk mendapatkan dan menentukan bakteri penyebab Pneumonia pada balita akan tetapi fungsi paru merupakan prosedur yang berbahaya dan bertentangan dengan etika, terutama jika hanya dimaksudkan untuk penelitian. Oleh karena alasan tersebut diatas maka penetapan etiologi Pneumonia di Indonesia masih didasarkan pada hasil penelitian di luar Indonesia..1

II.3 Gejala dan Klasifikasi ISPA

Tabel 1. Manifestasi Klinis ISPA7ISPA RINGANISPA SEDANGISPA BERAT

Batuk Pilek Serak

Demam -/+

Congekan . 2 minggu tanpa sakit telinga Tanda ISPA ringan Nafas cepat > 50x/menit, (tanda utama) Wheezing

Demam 39oC atau lebih

Sakit Telinga

Campak Tanda ISPA ringan atau sedang Chest Indrawing Stridor

Tak mampu dan tak mau makan

Sianosis

Nafas Cuping Hidung

Kejang

Dehidrasi

Kesadaran Menurun

Selaput Difteri

Klasifikasi ISPA pada Balita

Kriteria untuk menggolongkan pola ISPA pada balita adalah dengan gejala batuk dan atau kesukaran bernapas.

Dalam penentuan klasifikasi dibedakan atas dua kelompok, yaitu kelompok untuk umur 2 bulan - 30 hari rujuk

Obati penyakit lain (bila ada)

Nasehati ibu untuk perawatan di rumah

Bila demam obati

Bila ada wheezing obati

Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, Sedangkan pada penderita pneumoni bila tidak diobati dengan antibiotik, dapat mengakibat kematian.4

A. Pnemonia Berat

Dirawat di rumah sakit. Diberikan antibiotik parenteral, oksigen dan sebagainya. Bila penderita tidak dapat atau tidak mau dirujuk, maka petugas kesehatan dapat memberikan perawatan yang perlu sebagai berikut :10

1. Diobati dengan antibiotik yang efektif

Anak umur 2 bulan sampai 5 tahun :

Diberikan khloramfenikol intramuskuler kepada seorang anak yang tidak mampu minum. Diberikan selama 5 hari dengan takaran dan frekuensi yang sesuai.

Bila khloramfenikol suntikan tidak tersedia, yang terbaik adalah khloramfenikol oral yang diminumkan atau melalui sonde lambung. Pemberian khloramfenikol oral dosisnya sama dengan khloramfenikol suntikan.

Bila khloramfenikol dalam bentuk apapun tidak tersedia, anak diberikan antibiotik untuk pnemonia yang dipakai di puskesmas (misal suntikan prokain penisilin, tablet kotrimoksasol, ampisilin, amoksisilin). Diberikan selama 5 hari dengan dosos dan frekuesi yang telah ditetapkan. Bila anak muntah-muntah diulangi dosis itu.

Bayi Umur kurang 2 bulan :

Diberikan prokain penisilin dan gentamisin intramuskuler selama 5 hari dengan takaran dan frekuensi yang telah ditetapkan.

Bila prokain penisilin dan gentamisin intramuskuler tidak tersedia, diberikan antibiotik untuk pnemonia yang digunakan di puskesmas secara oral atau dengan sonde lambung (ampisilin, amoksisillin, kotrimoksasol). Diberikan selama 5 hari.

Takaran antibiotik intramuskuler dalam keadaan darurat :

Anak umur 2 bulan sampai 5 tahun :

Khloramfenikol intramuskuler 25 mg per kg BB setiap 6 jam (larutkan 1 g dengan 4 ml air steril dalam vial).

Bayi umur kurang dari 2 bulan :

Prokain penisilin : 50.000 unit per kg BB 1 kali sehari ditambah

Gentamisin intramuskuler : 2,5 mg per kg BB/hari dengan frekuensi pemberian sebagai berikut :

Umur < 1 minggu setiap 12 jam

Umur 1 minggu 2 bulan setiap 8 jam

2. Dijaga agar bayi selalu hangat

Bayi kecil dan sakit cepat kehilangan panasnya, terutama bila udara dingin. Rabalah tangan-tangan dan kaki si bayi. Mereka harus hangat. Menjaga bayi yang sangat kecil agar selalu hangat adalah sangat penting.

Untuk mempertahankan suhu tubuh, jagalah agar tidak basah dan bungkuslah dengan baik. Bungkusan harus longgar agar terdapat udara antara si bayi dan selimut yang hangat dan kering itu. Bila mungkin, usahakan agar bayi selalu berada di samping tubuh ibunya. Sebuah topi atau tutup kepala akan membantu mencegah kehilangan panas dari kepalanya. Jagalah kamar agar tetap hangat bila mungkin.

3. Membersihkan cairan hidung

Bila hidung tersumbat, cairan hidung diisap dengan hati-hati. Hidung yang tersumbat dapat mengganggu pemberian makan.

4. Diobati demam, bila adaDemam meningkatkan pemakaian oksigen. Untuk umur 2 bulan 5 tahun mengatasi demam dengan memberikan parasetamol setiap 6 jam.

5. Mengatur pemberian cairan secara hati-hati

Anak-anak dengan pnemonia berat atau penyakit lain yang sangat berat dapat timbul kelebihan cairan dengan mudah. Mereka jangan diberikan cairan terlalu banyak.

Sebaliknya, anak-anak dengan pnemonia atau penyakit sangat berat lainnya sering kehilangan cairan selama menderita infeksi pernafasan terutama bila terdapat demam.

Mereka akan mengalami shock bila tidak mendapatkan cairan yang cukup. Oleh karena itu, cairan harus diberikan secara hati-hati.

Ibu dianjurkan untuk meneruskan pemberian air susunya. Bila anak sakit terlalu parah, ibu dapat memeras keluar air susunya dan memberikan kepada anak dengan gelas dan sendok dengan hati-hati.

Bila anak tidak mampu minum, dapat dimasukkan melalui sonde lambung. ASI atau susu formula untuk berat badan : < 10 kg = 4 ml/kg/jam; 10 20 kg = 5 6 ml/kg/jam.

B. Pnemonia

Diberi obat kotrimoksasol per oral. Bila penderita tidak mungkin diberi kotrimoksasol, atau ternyata dengan pemberian kotrimoksasol keadaan penderita menetap, dapat dipakai obat antibiotik pengganti kotrimoksasol. Antibiotik pengganti kotrimoksasol yaitu ampisilin, amoksisilin atau penisilin prokain. Bila penderita memburuk menjadi pnemonia berat, rujuklah ke RS.10

C. Bukan Pnemonia (batuk pilek biasa)

Diberikan perawatan di rumah : untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat yang merugikan seperti codein, dekstrometorfan, antihistamin. Bila demam diberikan obat penurun demam yaitu parasetamol.10

Tabel 4. Jenis dan Dosis Obat untuk Pengobatan ISPA10

UmurDosis per hari

Parasetamol 500 mgKotrimoksasol 480 mg

2 bulan - 6 bulan4 x 1/8 tablet2 x tablet

6 bulan 3 tahun4 x tablet2 x tablet

3 tahun 5 tahun4 x tablet2 x 1 tablet

Catatan :

Kotrimoksasol diberikan selama 5 hari

Dosis kotrimoksasol berdasarkan berat badan ialah 48 mg/kg BB/hari

Bila digunakan kotrimoksasol tablet pediatrik atau sirup maka perlu diketahui bahwa :

1 tablet dewasa = 4 tablet pediatrik (1 tablet pediatrik = 120 mg)

= 2 sendok takar (10 ml) srup

Dosis parasetamol berdasarkan berat badan adalah 10 mg/kg BB/kali

Antibiotik pengganti kotrimoksasol

Ada 3 jenis antibiotik pengganti kotrimoksasol yaitu: amoksisilin, ampisilin dan penisilin prokain.10Tabel 5. Dosis pemberian amoksisilin/ampisilin10UmurDosis tiap kali pemberian

Kapsul/tablet 250 mgSirup 125 mg/5 ml

2 bulan 6 bulan1/4 sendok (2 ml)

6 bulan 3 tahun1/21 sendok ( 5 ml)

3 tahun 5 tahun12 sendok (10 ml)

Catatan :

Ampisilin diberikan 4 x / hari selama 5 hari

Amiksilin diberikan 3 x / hari selama 5 hari

Prokain penisilin

Diberikan sekali sehari selama 5 hari, dengan suntikan intramuskuler

Dosis: - 2 bulan 6 bulan 300.000 unit.

- 6 bulan 3 tahun 600.000 unit

- 3 tahun 5 tahun 750.000 unit

Obat Batuk

Dianjurkan pemberian obat batuk tradisional atau ekspektoran seperti obat batuk putih (OBP), yang tidak mengandung antihistamin, kodein, dekstrometorfan.10

Contah obat tradisional

Jeruk nipis sendok teh, dicampur dengan kecap atau madu sendok taeh, diberikan 3 kali sehari.10

II.6 Pemberantasan ISPA

Tugas pemberantasan penyakit ISPA merupakan tanggung jawab bersama. Kepala puskesmas bertanggung jawab bagi keberhasilan pemberantasan di wilayah kerjanya. Sebagian besar kematian akibat penyakit pnemonia terjadi sebelum penderita mendapat pengobatan petugas puskesmas. Karena itu peran serta aktif masyarakat melalui aktifitas kader akan sangat membantu menemukan kasus-kasus pnemonia yang perlu mendapat pengobatan antibiotik dan kasus-kasus pnemonia berat yang perlu segera dirujuk ke rumah sakit.10

Berikut ini ialah peran yang diharapkan dari dokter puskesmas, perawat/paramedis/puskesmas/Pustu serta kader kesehatan.10Dokter puskesmas

Membuat rencana aktifitas pemberantasan ISPA sesuai dengan dana/sarana, dan tenaga yang tersedia.

Melakukan supervisi dan memberikan bimbingan penatalaksanaan standar kasus-kasus ISPA kepada perawat/paramedis.

Melakukan pemeriksaan/pengobatan kasus-kasus pnemonia berat/penyakit dengan tanda-tanda bahaya yang dirujuk oleh perawat/paramedis dan merujuknya ke rumah sakit bila dianggap perlu.

Memberikan pengobatan kasus pnemonia berat yang tidak bisa dirujuk ke rumah sakit.

Bersama dengan staf puskesmas memberikan penyuluhan kepada ibu-ibu yang mempunyai anak balita perihal pengenalan tanda-tanda penyakit pnemonia serta tindakan penunjang di rumah.

Melatih semua petugas kesehatan di wilayah puskesmas yang diberi wewenang mengobati penderita penyakit ISPA. Melatih kader untuk bisa mengenal kasus pnemonia serta dapat menyuluh ibu-ibu perihal penyakit ini. Memantau aktifitas pemberantasan penyakit ISPA, mendeteksi hambatan yang ada serta menanggulanginya termasuk aktifitas pencatatan dan pelaporan serta pencapaian target.Paramedis Puskesmas/Pustu

Melakukan penatalaksanaan standar kasus-kasus ISPA sesuai dengan petunjuk yang ada. Melakukan konsultasi kepada dokter puskesmas unruk kasus-kasus ISPA tertentu seperti pnemonia berat, penderita dengan wheezing, stridor. Bersama dokter atau dibawah petunjuk dokter melatih kader Memberikan penyuluhan terutama kepada ibu-ibu.Kader kesehatan :10

Kader adalah para relawan warga masyarakat yang mempunyai kemauan dan kemampuan bekerja secara sukarela dan telah mengikuti latihan kader di bidang kesehatan untuk membantu program kesehatan.

Dilatih untuk bisa membedakan kasus pnemonia (Pnemonia berat dan pnemonia tidak berat) dari kasus-kasus bukan pnemonia.

Memberikan penjelasan dan komunikasi perihal penyakit batuk pilek biasa (bukan pneminia) serta penyakit pnemonia kepada ibu-ibu serta perihal tindakan yang dilakukan oleh ibu yang anaknya menderita penyakit ini.

Memberikan pengobatan sederhana untuk kasus-kasus batuk pilek (bukan pnemonia) dengan tablet parasetamol dan obat batuk tradisional/obat batuk putih.

Merujuk kasus pnemonia berat ke puskesmas?RS terdekat.

Bagi kader-kader di daerah terpencil (atau bila cakupan layanan puskesmas tidak menjangkau daerah tersebut) dapat diberi wewenang mengobati kasus-kasus pnemonia (tidak berat) dengan antibiotik kotrimoksasol.

Mencatat kasus yang ditolong dan dirujuknya.

Latihan kader merupakan kegiatan yang penting dalam program P2 ISPA, sebab kader inilah yang diharapkan mempunyai peranan besar dalam membantu menemukan kasus pnemonia di lapangan. Program tidak akan mencapai hasil maksimal apabila masyarakat, terutama kader belum mampu membedakan apakah seorang balita yang mengalami batuk, menderita pnemonia atau bukan. Oleh karena itu meteri yang paling utama pada pelatihan kader adalah hal-hal praktis yang memberikan ketrampilan dalam mendiagnosa pnemonia, membedakan batuk pilek biasa (bukan pnemonia) dari pnemonia serta segi perawata di rumah. Kegiatan pelatihan juga harus mencakup materi penyuluhan kesehatan masyarakat tentang ISPA, sehingga kelak masyarakat bisa memanfaatkan kader yang telah dilatih.10Tujuan pelatihan kader :

Setelah selesai pelatihan diharapkan kader :101. Mampu mendiagnosa pnemonia pada balita serta merujuk ke fasilitas kesehatan.

2. Mampu memberi penyuluhan kepada masyarakat tentang batuk pilek yang meliputi usaha perawatan di rumah, kewaspadaan akan tanda-tanda penyakit pnemonia.

3. Mampu mengobati batuk pilek yang bukan pnemonia.

4. Untuk kader tertentu : diberikan kemampuan mengobati pnemonia dengan obat antibiotik kotrimoksasol.

5. Mampu mencatat kasus batuk yang ditemukan.

Kader tertentu ialah : kader yang juga akan dilatih untuk mengobati pnemonia. Ada beberapa ketentuan untuk kader tertentu yaitu :10a. Latar belakang pendidikan kader, kalau mungkin tamat SLTP, minimal bisa membaca dan menulis.

b. Selesai pelatihan, kader benar mampu melaksanakan tugasnya.

c. Diingatkan untuk tidak menggunakan tablet kotrimoksasol bagi kasus lain seperti diare, batuk pilek biasa.

Pencatatan dan pelaporan kasus :10a. Kader dilatih untuk mencatat kasus yang diperiksa, catatan ini disimpan di Posyandu.

b. Petugas puskesmas harus mengumpulkan catatan kader yang disimpan di posyandu secara berkala.

Berikut ini hal-hal yang dilakukan dalam pelatihan kader : 10

1. Memberikan penyuluhan mengenai pengetahuan tentang batuk serta pnemonia pada balita.

Bahan :

Buku pegangan kader dengan judul Penanggulangan Pnemonia pada balita

Materi yang diberikan :

Pengertian pnemonia, cara pemeriksaan anak yang batuk, indikasi rujukan, cara penyuluhan dan cara pencatatan.

Waktu :

Dilakukan selama 30 menit

2. Peragaan kasus dan cara pemeriksaan penderita pnemonia pada balitaAlat peraga :

Video kaset

Monitor (TV)

Timer atau jam tangan

Kalau tidak ada video bisa langsung hanya menggunakan timer atau jam tangan.

Materi :

Menentukan ada tidaknya pnemonia pada balita yang batuk dengan :

Menghitung pernapasan

Melihat tarikan dinding dada kedalam

Metode :

Video kaset diputar, ditunjukkan pernapasan normal, napas cepat, dan tarikan dinding dada kedalam

Latihan menghitung napas dengan melihat kasus dalam video. Dihitung selama 1 menit penuh dengan memakai timer

Menentukan ada tidaknya tarikan dinding dada kedalam dengan melihat video.

Waktu :

Dilakukan selama 1 jam

2. Praktek pemeriksaan dan penatalaksanaan kasus beserta pencatatannya.

Peraga yang dibutuhkan :

Kasus balita yang sakit batuk

Timer

Tablet parasetamol

Alat tulis/formulir pencatatan kader, formulir rujukan.

Materi :

Memeriksa dan mengobati kasus batuk pilek

Mengobati kasus bukan pnemonia

Untuk kader tertentu dilatih juga mengobati kasus pnemonia (tidak berat).

Merujuk kasus pnemonia berat.

Mencatat kasus pnemonia berat

Mencatat kasus-kasus yang diperiksa dan yang dirujuk.

Waktu :

Dilakukan selama 2 Jam

Metode :

Peserta diminta untuk memeriksa kasus yang ada yaitu dengan cara melihat gerakan dinding dada bagian bawah apakah ada atau tidak tarikan dinding dada. Perlu diingat bahwa cara memeriksa yang baik ialah dengan ibu memangku anaknya. Usahakan agar selama pemeriksaan anak tidak menangis/meronta.

BAB III

KESIMPULAN

Dalam upaya menurunkan angka kesakitan, perlu dilakukan promosi penanggulangan ISPA balita yang ditujukan pada masyarakat (terutama ibu balita), tidak cukup hanya dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Melalui peran aktif kader posyandu, diharapkan dapat membantu petugas kesehatan dalam mempromosikan penanggulangan ISPA balita kepada ibu balita sehingga diharapkan dapat menurunkan angka kesakitan ISPA. Salah satu cara untuk meningkatkan peran aktif kader posyandu dengan mengadakan pelatihan kader posyandu.DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut untuk Penanggulangan Pnemonia pada Balita. Departemen Kesehatan RI. Jakarta 2002.

2. Anonim. Pedoman Promosi Penaggulangan Pnemonia Balita. Direktorat Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan. Departemen Kesehatan RI. Jakarta 2002.

3. Hasan R, Alatas H, ed. Pneumonia. Dalam : Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Jilid 2. Bagian FKUI, Jakarta ; 2000 : 1228-12334. Anonim. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut untuk Penanggulangan Pnemonia pada Balita dalam Pelita IV. Departemen Kesehatan RI. Jakarta 1996.

5. Solomon W. Penyakit Pernapasan restriktif. Dalam : Anugerah P (Alih Bahasa). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Edisi 4 Buku 1. EGC, Jakarta ; 1994 : 7106. Nelson, W. Pneumonia. Dalam : Wahab S (alih Bahasa). Nelson Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 Volume 2. EGC, Jakarta ; 2000 : 883-8897. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 1985, Buku Ilmu Kesehatan Anak Jilid 3. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI Jakarta.8. Tim Penyusun Pedoman Kerja Puskesmas. Pedoman Kerja Puskesmas Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 19999. Tim Penyusun departemen Kesehatan. 1987. Buku Paket Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan lingkungan Pemukiman (PPM dan PLP) bagi pekarya Kesehatan Puskesmas cetakan ke 4. Pusat pendidikan dan Latihan Pegawai Departemen Kesehatan RI Jakarta10. Anonim. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut Departemen Kesehatan RI. Jakarta 1992.

EMBED PBrush

PAGE 1