Referat-Imunisasi.doc

51
IMUNISASI YANG DIWAJIBKAN PADA ANAK Pendahuluan Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak diimunisasi, berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau resisten terhadap suatu penyakit tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit yang lain. Karena itu Imunisasi harus diberikan secara lengkap. Program imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Pada saat ini, penyakit-penyakit tersebut adalah Difteri, Tetanus, Batuk Rejan (Pertusis), Campak (Measles), Polio dan Tuberkulosa. 1 Pada dasarnya, imunisasi adalah proses merangsang sistem kekebalan tubuh dengan cara memasukkan (baik itu melalui suntik atau minum) suatu virus atau bakteri. Sebelum diberikan, virus atau bakteri tersebut telah dilemahkan atau dibunuh, bagian tubuh dari bakteri atau virus itu juga sudah dimodifikasi sehingga tubuh kita tidak kaget dan siap untuk melawan bila bakteri atau virus sungguhan menyerang. Imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah kepada semua bayi (usia 0-11 bulan) adalah BCG untuk mencegah penyakit tuberculosis, DPT untuk mencegah penyakit Diphteri, Pertusis dan Tetanus, imunisasi campak untuk mencegah penyakit campak, imunisasi polio untuk mencegah penyakit polio, plus 1

description

Referat-Imunisasi.

Transcript of Referat-Imunisasi.doc

Page 1: Referat-Imunisasi.doc

IMUNISASI YANG DIWAJIBKAN PADA ANAK

Pendahuluan

Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak diimunisasi, berarti diberikan

kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau resisten terhadap suatu

penyakit tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit yang lain. Karena itu Imunisasi harus

diberikan secara lengkap.

Program imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian dari

penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Pada saat ini, penyakit-penyakit tersebut

adalah Difteri, Tetanus, Batuk Rejan (Pertusis), Campak (Measles), Polio dan

Tuberkulosa. 1

Pada dasarnya, imunisasi adalah proses merangsang sistem kekebalan tubuh dengan cara

memasukkan (baik itu melalui suntik atau minum) suatu virus atau bakteri. Sebelum

diberikan, virus atau bakteri tersebut telah dilemahkan atau dibunuh, bagian tubuh dari

bakteri atau virus itu juga sudah dimodifikasi sehingga tubuh kita tidak kaget dan siap

untuk melawan bila bakteri atau virus sungguhan menyerang.

Imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah kepada semua bayi (usia 0-11 bulan) adalah

BCG untuk mencegah penyakit tuberculosis, DPT untuk mencegah penyakit Diphteri,

Pertusis dan Tetanus, imunisasi campak untuk mencegah penyakit campak, imunisasi

polio untuk mencegah penyakit polio, plus Hepatitis B untuk mencegah penyakit

Hepatitis B (penyakit hati). Hasil penelitian dari sisi epidemiologis yang membuktikan

manfaat perlunya imunisasi dasar untuk bayi. Hal ini telah tertuang dalam Keputusan

Menteri Kesehatan RI tentang Program Imunisasi tersebut.1,9

Tuberkulosis, Tetanus dan Campak adalah penyakit penyebab kematian utama pada bayi.

Polio juga merupakan ancaman kematian dan kecacatan pada bayi. Penyakit ini belum

ada obatnya tetapi dapat dicegah dengan imunisasi. Sedangkan Hepatitis B adalah

penyakit yang dapat menyebabkan serosis (pengerasan) dan kanker hati. Vaksin yang

digunakan pada program imunisasi dasar tersebut sepenuhnya menggunakan vaksin

1

Page 2: Referat-Imunisasi.doc

produksi dalam negeri yang telah memiliki izin edar dari Badan POM sehingga kualitas

dan mutunya terjamin, ujar Menkes.

Dengan capaian program Imunisasi dasar rutin lebih dari 80%, selama 10 tahun sejak

tahun 1995 sampai 2005, maka di Indonesia tidak ditemukan kasus polio. Tetapi pada

Maret 2005, ditemukan virus polio liar yang berasal dari Nigeria di desa Cidahu Jawa

Barat. Kemudian kasus polio menyebar ke beberapa propinsi. Untuk memutus rantai

penularan pemerintah segera melakukan imunisasi serentak pada daerah-daerah yang

terdapat kasus polio. Kemudian imunisasi dilanjutkan dengan 5 kali putaran Pekan

Imunisasi Nasional pada tahun 2005 dan 2006. Dengan dilakukannya upaya imunisasi

tersebut, sampai saat ini tidak ada lagi kasus polio liar di Indonesia.

Imunisasi BCG dikembangkan sejak 1973. Tahun 1976 mulai dikembangkan imunisasi

DPT di beberapa kecamatan di pulau Bangka. Tahun 1977 ditetapkan sebagai fase

persiapan Pengembangan Program Imunisasi (PPI), kemudian pada tahun 1980 program

imunisasi secara rutin terus dikembangkan dengan memberikan beberapa antigen, yaitu

BCG, DPT, Polio dan Campak. Mulai tahun 1992 diperkenalkan imunisasi Hepatitis B di

beberapa kabupaten di beberapa provinsi dan mulai tahun 1997 imunisasi Hepatitis B

dilaksanakan secara nasional. Sampai saat ini program imunisasi di Indonesia secara rutin

memberikan antigen BCG, DPT, Polio, Campak, dan hepatitis B. 5

Ada penyakit-penyakit yang berhasil dihilangkan dari muka bumi (eradikasi) dengan

melakukan imunisasi, contohnya penyakit cacar sehingga dunia dinyatakan bebas cacar

pada tahun 1976. Target penyakit berikutnya yang akan dieradikasi adalah penyakit

polio.

Vaksin BCG, DPT, Polio, Campak dan Hepatitis B dalam program imunisasi dasar

tersedia di Posyandu, Puskesmas dan sarana kesehatan lainnya. Vaksin-vaksin tersebut

gratis.

Menteri Kesehatan selanjutnya menyatakan, vaksin lain yang sudah beredar di Indonesia,

seperti Invasive Pneumococcal Disease (IPD), Haemophilus Influenza Tipe B (HIB) dan

vaksin kombinasi (MMR=Measles, Mumps and Rubella) walau telah memperoleh izin

edar dari Badan POM, belum ditetapkan sebagai program Imunisasi Nasional.

2

Page 3: Referat-Imunisasi.doc

Gambar 1: Jadwal Imunisasi 2008 (IDAI) 12

MEKANISME IMUNISASI 2,3,4

Enam imunisasi- penyakit yang dapat dicegah (cacar, polio, difteri, pertusis, tetanus, dan

tuberkulosis) membunuh, membutakan, membuat cacat dan menyebabkan kerusakan

mental pada lebih kurang 10 juta anak setiap tahun. Imunisasi lengkap bagi seluruh anak

di dunia dan juga pemusnahan penyakit pada manusia menjadi prioritas internasional.

Program imunisasi meluas (PMI) (The Expanded Program on Immunization = EPI)

adalah usaha bersama WHO dan UNICEF untuk mencapai tujuan ini. 2,3

3

Page 4: Referat-Imunisasi.doc

Rangkaian pendingin (cold chain) diperlukan untuk mengawet vaksin tidak tahan panas.

Evaluasi efektif dan teknik pengamatan untuk memastikan kelansungan hidup vaksin

telah diterapkan. Vaksin baru (HIB, HEP-B) telah siperkenalkan di beberapa bagian

dunia, dan lain-lain termasuk malaria dan demam dengue yang sedand dikembangkan.

Antigen ganda dan vaksin dosis-tunggal baru dan tahan-panas telah diperkenalkan atau

sedang dalam perkembangan tahap akhir. System penghantaran vaksin baru dan praktek-

praktek meminimalkan kehilangan kesempatan untuk bervaksinasi juga telah diterapkan.

Pendanaan sumber dan personil PIM diperluas. Teknik manajemen strategi permusnahan

global disempurnakan, system komunikasi, computer dan penelitian diperkenalkan, dan

tanggungjawab sebenarnya setiap bangsa di dunia diperkuat. 3

Komponen Penggunaan dan contoh

Pengawet, stabilisator, antibiotic Unsur-unsur yang dapat menghambat atau

mencegah pertumbuhan bakteri atau

menstabilkan antigen. Bahan-bahan seperti

air raksa atau antibiotic digunakan. Reaksi

alergi terhadap setiap aditif dapat terjadi.

Adjuvan Garam aluminium yang digunakan pada

beberapa vaksin untuk memperbesar

respons imun (missal toksoid, hepatitis B)

Cairan pelarut Air steril, salin, atau cairan yang lebih

kompleks yang berasal dari media

penumbuh atau system biologis di mana

agen dihasilkan (missal antigen telur, bahan

kultur sel, protein serum) digunakan

Tabel 1:Unsur-unsur pokok vaksin 3

Vaksinasi bererti pemberian setiap vaksin atau toksoid. Imunisasi menggambarkan proses

yang menginduksi imunitas secara artifisial dengan pemberian bahan antigenik, seperti

agen imunobiologis. Pemberian agen imunobiologis tidak dapat disamakan secara

automatis dengan perkembangan imunitas yang cukup.

4

Page 5: Referat-Imunisasi.doc

Imunisasi aktif terdiri dari induksi tubuh untuk mengembangkan pertahanan terhadap

penyakit dengan pemberian vaksin atau toksoid yang meransang sistem imun untuk

menghasilkan antibodi dan respons imun seluler yang melindungi terhadap agen infeksi.

Imunisasi pasif terdiri dari pemberian proteksi sementara melalui pemberian antibodi

yang dihasilkan secara eksogen. Imunisasi pasif terjadi melalui pemindahan antibodi

transplasenta pada janin, yang memberikan proteksi terhadap beberapa penyakit selama

3-6 bulan pertama kehidupan. Dan injeksi globulin imun untuk tujuan pencegahan

spesifik. 3

Agen Definisi

Vaksin Suatu suspensi microorganism hidup yang

dilemahkan atau mati atau bagian antigenic

agen ini yang diberikan pada hospes

potensial untuk menginduksi imunitas dan

mencegah penyakit.

Toksoid Suatu toksin bakteri yang diubah yang

telah dibuat nontoksis tetapi

mempertahankan kemampuan untuk

meransang pembentukan antitoksin.

Globulin imun Suatu larutan yang mengandungi antibody

yang berasal dari darah manusia yang

diperolehi dengan fraksionasi etanol dingin

kumpulan besar plasma dan digunakan

terutama untuk mempertahankan imunitas

orang-orang defisiensi imun atau imunisasi

pasif; tersedia dalam preparat intramuscular

dan intravena.

Antitoksin Antibody yang berasal dari serum binatang,

dari ransangan binatang, dengan antigen

spesifik yang digunakan untuk memberikan

imunitas pasif.

Tabel 2:Agen pengimunisasi 3

5

Page 6: Referat-Imunisasi.doc

Pendekatan utama imunisasi aktif adalah penggunaan agen infeksi hidup, biasanya

dilemahkan dan penggunaan agen yang diinaktifkan atau didetoksifikasi atau ekstraknya

atau produk-produk rekombinasi spesifik (hepatitis B). Kedua pendekatan telah

digunakan untuk banyak penyakit (misal influenza, poliomielitis). Vaksin hidup yang

dilemahkan, diduga menginduksi respon imunologis yang lebih menyerupai respons yang

ditimbulkan oleh infeksi alamiah daripada vaksin mati. Vaksin yang tidak diinaktifkan

atau vaksin mati terdiri atas seluruh organisme yang diinaktifkan ( misal, vaksin pertusis),

eksotoksin yang didetoksifikasi sahaja(misal toksoid tetanus) atau endotoksin terikat pada

protein pembawa, bahan kapsul yang dapat larut (misal polisakharida pneumokokus) atau

bahan kapsul gabungan (misal vaksin gabungan Hib) atau ekstrak beberapa komponen

(misal hepatitis B) atau komponen-komponen organisme (misal, subunit influenza).

Karena organisme hidup pada vaksin memperbanyak diri dalam resipien, produksi

antigen bertambah sampai organisme ini dikurangi oleh mulanya respons imun yang

dimaksudkan untuk diinduksi. Pada resipien yang mengambangkan respons, virus hidup

yang dilemahkan (misal, campak, rubella, parotitis epidemika) diduga memberikan

proteksi seumur hidup dengan satu dosis. Sebaliknya vaksin mati, kecuali antigen

polisakharida yang dimurnikan, tidak menginduksi imunitas permanen dengan satu dosis.

Vaksinasi yang diulang atau booster diperlukan untuk mengembangkan dan

mempertahankan kadar tinggi antibodi. Walaupun lebih banyak antigen yang dimasukkan

pada mulanya dalam vaksin yang tidak diaktifkan, multiplikasi organisme dalam hospes

mengakibatkan ransangan antigenik yang lebih besar oleh vaksin hidup. 3

Determinan respons imun 3

Karena respons imun terhadap antigen spesifik dikendalikan secara genetik, individu

tidak dapat diharapkan berespons sama baik terhadap vaksin yang sama.polimorfisme

yang luas kompleks histokompatibilitas mayor (MHC) pada populasi manusia

mengakibatkan pengenalan pelbagai epitop pada kompleks antigen protein pada berbagai

individu. Untuk memvaksinasi populasi secara efektif, vaksin harus berisi epitop yang

diproses dan diikat pada produk sekurang-kurangnya satu alel MHC pada setiap individu.

Sifat dan besarnya respons terhadap vaksin atau toksoid ditentukan oleh status kimia dan

fisika suatu antigen, cara pemberian, kecepatan katabolik antigen, sifat-sifat genetik

6

Page 7: Referat-Imunisasi.doc

resipien, faktor hospes ( umur, nutrisi, jenis kelamin, status kehamilan, stres, infeksi yang

bersamaan) dan cara bagaimana antigen disajikan. Ada hubungan dosis-respons antara

kadar antigen dan respons puncak yang diperoleh di atas nilai ambang.

Vaksin diberikan secara oral, intradermal, subkutan atau intamuskuler. Rute pemberian

mempengaruhi kecepatan dan sifat respons imun terhadap vaksin atau toksoid. Secara

parentral, vaksin yang diberikan tidak dapat menginduksi IgA sekretorik mukosa.

Program imunisasi rutin berdasarkan umur didasarkan pada perbedaan tergantung umur

pada respons imun. Adanya kadar tinggi bahan antibodi pada umur beberapa bulan

pertama atau maturitas respons imun, mengganggu respons imuna awal pada beberapa

vaksin. 3

Respons imun terhadap vaksin 3

Antibodi protektif yang paling penting adalah antibodi yang mengaktifkan produk-

produk protein bakteri toksik larut (yaitu antitoksin) mempermudah fagositosis dan

digesti intraseluler bakteri (yaitu opsonin), berinteraksi dengan komponen-komponen

komplemen serum untuk merusakkan membran bakteri dengan akibat bekteriolisis(yaitu

lisin). Mencegah profilerasi virus yang infeksius(antibodi neutralisasi), atau berinteraksi

dengan komponen-komponen permukaan bakteri untuk mencegah adhesi terhadap

permukaan mukosa (yaitu anti-adhesin). Banyak dari unsur-unsur struktural

mikroorganisme dan eksotoksin adalah antigenik. Kebanyakan antigen memerlukan

interaksi sel B (tidak tergantung thimus) dan sel T (tergantung thimus) untuk

menghasilkan respon imun (misal campak) tetapi beberapa memulai proliferasi sel B dan

produksi antibodi tanpa pertolongan sel T (misal, polisakarida pneumokokus tipe III).

Langkah pertama dalam induksi respons antibodi tergantung thimus adalah aktivasi sel T

penolong dengan penyajian antigen pada fagosit mononuklear atau sel dendritik, suatu

langkah yang dapat dipermudah dengan penggunaan adjuvan. Penyajian antigen memicu

sekresi kaskade mediator, yang disebut sitokin, yang dibuat atau bekerja pada elemen

sistem imun untuk meransang maturasi sel T penolong yang tidak dibuat-buat dan untuk

menkomunikasikan antar leukosit, dengan menggunakan interleukin untuk mengatur

respons imun. 3

Antibodi yang dibentuk terhadap unsur-unsur pokok vaksin dapat merupakan salah satu

kelas immunoglobulin. Fungsi antibodi sendirian atau bersama dengan komponen-

7

Page 8: Referat-Imunisasi.doc

komponen sistem imun yang lain (misal, komplemen, opsonin) dengan berperan serta

secara lansung dalam neutralisasi toksin (misal, difteria), dengan opsonisasi

virus(poliovirus), dengan memulai atau bergabung dengan komplemen dan menaikan

fagositosis(pneumokokkus); dengan bereaksi dengan limosit nonsensitisasi meransang

fagositosis atau dengan mensensitisasi makrofag meransang fagositosis.

Respons primer terhadap antigen vaksin memerlukan periode laten beberapa hari sebelum

imunitas humoral dan seluler dapat terdeteksi. Antibodi yang bersirkulasi tidak muncul

selama 7-10 hari. Kelas imunoglobulin berubah seiring waktu. Antibodi yang pertama

muncul biasanya adalah IgM, antibodi yang muncul kemudian biasanya IgG. Bila antigen

adalah tergantung thimus antibodi IgG dan IgM pada mulanya disekresikan sel B.

Antibodi IgM memfiksasi komplemen, menimbulkan lisis dan kemungkinan fagositosis.

titer IgM turun ketika titer IgG naik selama minggu ke 2. sesudah ransangan imunogenik.

Perubahan dari sintesis IgM ke sintesis yang didominasi IgG dalam sel B memerlukan

kerjasama sel T. Antibodi IgG dihasilkan pada kadar yang tinggi dan bergungsi pada

neutralisasi, presipitasi, dan fiksasi komplemen. Titer IgG mencapai puncak dalam 2-6

minggu. Respon humoral atau seluler yang dipertinggi diperoleh dengan pemajanan

kedua terhadap antigen yang sama. Respons sekunder terjadi dengan cepat, biasanya 4-5

hari. Respons sekunder tergantung pada memori imunologis yang diperantarai oleh sel B

dan sel T dan ditandai oleh proliferasi yang mencolok sel penghasil antibodi atau sel T

efektor. Vaksin polisakharida membangkitkan respons imun yang tidak tergantung sel T

dan tidak ditemukan pada pemberian ulangan. Ikatan polisakharida dengan protein,

mengubahnya menjadi antigen tergantung sel T yang menginduksi memori imunologis

dan respons sekunder terhadap revaksinasi. 3,4

Respons terhadap vaksin biasanya diukur dengan menggunakan kadar antibodi spesifik

dalam serum. Adanya antibodi yang bersirkulasi berkorealsi dengan proteksi klinis pada

beberapa vaksin virus. Titer antibodi berperan sebagai indikator imunitas yang dapat

dipercaya, tetapi sero-konversi hanya mengukur satu parameter respons hospes.

Walaupun antibodi akibat vaksin menurun lewat waktu, revaksinasi atau pemajanan pada

organisme menimbulakan respons sekunder yang terdiri atas antibodi IgG dengan sedikit

IgM atau IgM tidak dapat dideteksi. Respons anamnesis memberi kesan bahwa imunitas

menetap. Tidak adanya antibodi yang dapat diukur mungkin tidak berarti bahwa individu

8

Page 9: Referat-Imunisasi.doc

tidak terproteksi. Sebaliknya ada antibodi saja tidak cukup untuk memaastikan proteksi

klinis sesudah pemberian beberapa vaksin atau toksoid.

Produksi antibodi bebas, ransangan sistem imun oleh vaksinasi dapat mendatangkan

respons yang tidak diharapkan, terutama reaksi hipersensitif. Vaksin campak mati

menginduksi imunitas humoral tidak sempurna dan hipersensitivitas seluler,

mengakibatkan perkembangan sindroma campak atipik pada beberapa anak sesudah

tantangan sebelumnya. 3

Pada imunisasi perlu diingat bahwa 6

Hasil imunisasi bisa optimal jika diberikan tepat waktu sesuai jadwal.

Pada dasarnya imunsiasi aman untuk diberikan, namun ada beberapa kondisi

dimana imunisasi sebaiknya tidak diberikan atau ditunda pemberiannya :

-Sakit demam tinggi atau akut berat.

-Anak menderita gangguan kekebalan tubuh. Misalnya pada orang yang minum

obat yang penurun daya tahan tubuh dalam waktu lama contoh prednisone.

Kanker darah, infeksi HIV/AIDS

Imunisasi harus dilakukan dengan mempergunakan jarum dan alat suntik yang

baru.

Penyakit akan menyebar secara cepat saat orang berdekatan. Semua anak yang

tinggal di kondisi yang padat, khususnya di penampungan pengungsi atau saat

kondisi bencana alam, harus mendapatkan imunisasi sesegera mungkin6

9

Page 10: Referat-Imunisasi.doc

Penggunaan Vaksin BCG untuk Pencegahan Tuberculosis 1,9,10

TBC atau dikenal juga dengan Tuberkulosis adalah infeksi yang disebabkan oleh basil

tahan asam disingkat BTA nama lengkapnya  Mycobacterium Tuberculosis.  

Walaupun TBC dapat menyerang berbagai organ tubuh ,namaun kuman ini paling sering

menyerang organ Paru. Infeksi Primer terjadi pada individu yang sebelumya belum 

memiliki kekebalan tubuh terhadap  M Tuberculosis. Basil TBC terhisap melalui saluran

pernapasan masuk kedalam paru ,kemudian basil masuk lagi ke saluran limfe paru dan

dari ini basil TBC menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Melalui aliran darah

inilah basil TBC menyebar keberbagai Organ tubuh.10,9

Bagaimana mengetahui kita terserang TBC ? TBC dapat kita diagnosa  melalui

pengkajian dari gejala klinis ,pemeriksaan fisik ,gambaran radiologi atau Rontgen Paru 

dan pemeriksaan laboratorium klinis maupun bakteriologis. Gejala klinis yang sering

ditemui pada tuberculosis paru adalah batuk yang tidak spesifik  tetapi progresif.

Pada pemeriksaan fisik kadang kita dapat menemukan suara yang khas tergantung

seberapa luas dan dan seberapa jauh kerusakan jaringan paru yang terjadi.

Pemeriksaan Rontgen dapat menunjukkan gambaran yang bermacam macam dan tidak

dapat dijadikan gambaran diagnostik yang absolut dari Tuberculosis Paru.  

Pada pemeriksaan laboratorium  ,peningkatan  Laju Endap Darah dapat menunjukan 

proses yang sedang aktif ,tapi laju endap darah yang normal bukan berarti menyingkirkan

adanya proses Tuberculosis. Penemuan adanya BTA pada Dahak , bilasan

bronkus ,bilasan lambung ,cairan pleura atau jaringan paru adalah sangat penting untuk

mendiagnosa TBC Paru. Sering dianjurkan untuk pemeriksaan dahak sebanyak 3 kali 

untuk dahak yang diambil pada pagi hari. 10

Vaksin BCG 1,15,16

Bacille Calmette-Guerin merupakan suspensi mikroorganisme yang dilemahkan atau

dimatikan yang diberikan untuk mencegah, meringankan, atau mengobati penyakit yang

menular. Vaksin BCG merupakan suatu attenuated vaksin yang mengandung kultur

strain Mycobacterium bovis dan digunakan sebagai agen imunisasi aktif terhadap TBC

dan telah digunakan sejak tahun 1921 16. Walaupun telah digunakan sejak lama, akan

tetapi efikasinya menunjukkan hasil yang bervariasi yaitu antara 0 – 80% di seluruh

10

Page 11: Referat-Imunisasi.doc

dunia. Vaksin BCG secara signifikan mengurangi resiko terjadinya active tuberculosis

dan kematian. Efikasi dari vaksin tergantung pada beberapa faktor termasuk diantaranya

umur, cara/teknik vaksinasi, jalur vaksinasi, dan beberapa dipengaruhi oleh faktor

lingkungan. 15

Vaksin BCG sebaiknya digunakan pada infants, dan anak-anak yang hasil uji

tuberculinnya negatif dan yang berada dalam lingkungan orang dewasa dengan kondisi

terinfeksi TBC dan tidak menerima terapi atau menerima terapi tetapi resisten terhadap

isoniazid atau rifampin. Selain itu, vaksin BCG juga harus diberikan kepada tenaga

kesehatan yang bekerja di lingkungan dengan pasien infeksi TBC tinggi. Sebelum

dilakukan pemberian vaksin BCG (selain bayi sampai dengan usia 3 bulan) setiap pasien

harus terlebih dahulu menjalani skin test. Vaksin BCG tidak diindikasikan untuk pasien

yang hasil uji tuberculinnya posistif atau telah menderita active tuberculosis, karena

pemberian vaksin BCG tidak memiliki efek untuk pasien yang telah terinfeksi TBC.15

Vaksin BCG merupakan serbuk yang dikering-bekukan untuk injeksi berupa suspensi.

Sebelum digunakan serbuk vaksin BCG harus dilarutkan dalam pelarut khusus yang telah

disediakan secara terpisah. Penyimpanan sediaan vaksin BCG diletakkan pada ruang atau

tempat bersuhu 2 – 8oC serta terlindung dari cahaya. Perlindungan yang diberikan oleh

vaksin BCG dapat bertahan untuk 10 – 15 tahun. Sehingga re-vaksinasi pada anak-anak

umumnya dilakukan pada usia 12 -15 tahun.1,16

Beberapa contoh vaksin BCG yang tersedia di Indonesia adalah : Vaksin BCG kering

(Bio Farma) dan BCG Vaccine SSI (Statent Serum Institut – Denmark).

IMUNISASI BCG 9,1

Ketahanan terhadap penyakit TB (Tuberkulosis) berkaitan dengan keberadaan virus

tubercle bacili yang hidup di dalam darah. Itulah mengapa, agar memiliki kekebalan

aktif, dimasukkanlah jenis basil tak berbahaya ini ke dalam tubuh, alias vaksinasi BCG

(Bacillus Calmette-Guerin).1

11

Page 12: Referat-Imunisasi.doc

Jumlah Pemberian:

Cukup 1 kali saja, tak perlu diulang (booster). Sebab, vaksin BCG berisi kuman hidup

sehingga antibodi yang dihasilkannya tinggi terus. Berbeda dengan vaksin berisi kuman

mati, hingga memerlukan pengulangan. Dosis yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Untuk infants atau anak-anak kurang dari 12 bulan diberikan 1 dosis vaksin BCG

sebanyak 0,05ml (0,05mg).

2. Untuk anak-anak di atas 12 bulan dan dewasa diberikan 1 dosis vaksin BCG sebanyak

0,1 ml (0,1mg). 1,9

Usia Pemberian:

Di bawah 2 bulan. Jika baru diberikan setelah usia 2 bulan, disarankan tes Mantoux

(tuberkulin) dahulu untuk mengetahui apakah si bayi sudah kemasukan kuman

Mycobacterium tuberculosis atau belum. Vaksinasi dilakukan bila hasil tesnya negatif.

Jika ada penderita TB yang tinggal serumah atau sering bertandang ke rumah, segera

setelah lahir si kecil diimunisasi BCG 1,9

Lokasi Penyuntikan:

Lengan kanan atas, sesuai anjuran WHO. Meski ada juga petugas medis yang melakukan

penyuntikan di paha. Pemberian vaksin BCG biasanya dilakukan secara injeksi

intradermal/intrakutan (tidak secara subkutan) pada lengan bagian atas atau injeksi

perkutan sebagai alternatif bagi bayi usia muda yang mungkin sulit menerima injeksi

intradermal. 1,9

Efek Samping:

Umumnya tidak ada. Namun pada beberapa anak timbul pembengkakan kelenjar getah

bening di ketiak atau leher bagian bawah (atau di selangkangan bila penyuntikan

dilakukan di paha). Biasanya akan sembuh sendiri. Beberapa adverse reaction yang

mungkin terjadi setelah pemberian vaksin BCG antara lain:

12

Page 13: Referat-Imunisasi.doc

Nyeri pada tempat injeksi, terjadi ulcer atau keloid karena kesalahan pada saat

injeksi.

Kelebihan dosis dan pemberian vaksin pada pasien dengan tuberculin positif.

Sakit kepala, demam, dan timbul reaksi alergi

BCG-itis diseminasi : jarang terjadi, biasanya berhubungan dengan

imunodefisiensi berat.. 1,9

Tanda Keberhasilan:

Muncul bisul kecil dan bernanah di daerah bekas suntikan setelah 4-6 minggu. Tidak

menimbulkan nyeri dan tak diiringi panas. Bisul akan sembuh sendiri dan meninggalkan

luka parut.

Jikapun bisul tak muncul, tak usah cemas. Bisa saja dikarenakan cara penyuntikan yang

salah, mengingat cara menyuntikkannya perlu keahlian khusus karena vaksin harus

masuk ke dalam kulit. Apalagi bila dilakukan di paha, proses menyuntikkannya lebih

sulit karena lapisan lemak di bawah kulit paha umumnya lebih tebal.

Jadi, meski bisul tak muncul, antibodi tetap terbentuk, hanya saja dalam kadar rendah.

Imunisasi pun tak perlu diulang, karena di daerah endemis TB, infeksi alamiah akan

selalu ada. Dengan kata lain, anak akan mendapat vaksinasi alamiah. 9

Indikasi Kontra:

Vaksin BCG dikontra-indikasikan untuk pasien yang mengalami gangguan pada kulit

seperti atopic dermatitis, serta baru saja menerima vaksinasi lain (perlu ada interval

waktu setidaknya 3 minggu). Vaksin BCG juga tidak diberikan untuk 1,9:

1. Pasien dengan gangguan imunitas (immunosuppressed) seperti pasien HIV, pasien

yang mengkonsumsi obat-obat kortikosteroid (immunosuppressan), atau baru saja

menerima transplantasi organ.

2. Wanita hamil dan menyusui, walaupun belum ada data yang menunjukkan efek bahaya

dari pemberian vaksin BCG terhadap wanita hamil dan menyusui. 1

13

Page 14: Referat-Imunisasi.doc

3. reaksi tuberkulin >5 mm

4. anak menderita gizi buruk

5. menderita sakit kulit yang luas

6. pernah sakit tuberkulosis

14

Page 15: Referat-Imunisasi.doc

Imunisasi Hepatitis B 1,6,9

Infeksi Hepatitis B merupakan masalah kesehatan terutama di negara berkembang dan

padat penduduknya. Salah satu upaya untuk mencegah infeksi tersebut adalah imunisasi

Hepatitis B yang diberikan sedini mungkin. Imunisasi Hepatitis B mulai diintegrasikan ke

dalam Program Imunisasi Nasional sejak tahun 1997 dan hasil cakupan imunisasi tahun

1998/1999 menunjukkan HB1 78,8%, HB2 63,7% dan HB3 71,7%. 6

HEPATITIS B 1

Hepatitis adalah suatu infeksi pada hati. disebabkan oleh virus hepatitis B.

Infeksi biasanya ditularkan dari ibu selama proses persalinan berlangsung. Hepatitis

biasanya tidak ditularkan selama bayi berada dalam kandungan karena virusnya tidak

mudah melewati plasenta (ari-ari). Sebagian besar bayi yang terinfeksi akan mengalami

hepatitis kronis (hepatitis menahun) yang biasanya baru menimbulkan gejala pada masa

kanak-kanak. Hepatitis pada bayi baru lahir merupakan suatu penyakit yang serius, 25%

dari penderita akhirnya meninggal. 1

Pada bayi yang terinfeksi kadang ditemukan gejala berikut:

- pembesaran hati (hepatomegali)

- ascites (penimbunan cairan di dalam perut)

- sakit kuning (jaundice) akibat peningkatan kadar bilirubin.

 

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala, hasil pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan

darah. Wanita hamil secara rutin diperiksa terhadap kemungkinan infeksi oleh virus

hepatitis B. Bayi biasanya baru terinfeksi pada saat persalinan, karena itu kepada bayi

baru lahir yang ibunya menderita hepatitis B, diberikan suntikan immunoglobulin

hepatitis B dalam waktu 24 jam setelah lahir, sebelum terjadinya infeksi. Suntikan ini

akan melindungi bayi untuk sementara. Pada saat yang sama juga diberikan vaksinasi

hepatitis B untuk perlindungan jangka panjang. 1

IMUNISASI HEPATITIS B

Lebih dari 100 negara memasukkan vaksinasi ini dalam program nasionalnya. Apalagi

Indonesia yang termasuk negara endemis tinggi penyakit hepatitis. Jika menyerang anak,

15

Page 16: Referat-Imunisasi.doc

penyakit yang disebabkan virus ini sulit disembuhkan. Bila sejak lahir telah terinfeksi

virus hepatitis B (VHB), dapat menyebabkan kelainan-kelainan yang dibawanya terus

hingga dewasa. Sangat mungkin terjadi sirosis atau pengerutan hati (kerusakan sel hati

yang berat). Bahkan yang lebih buruk bisa mengakibatkan kanker hati.

Banyak jalan masuknya VHB ke tubuh si kecil. Yang potensial melalui jalan lahir. Bisa

sejak dalam kandungan sudah tertular dari ibu yang mengidap hepatitis B atau saat proses

kelahiran. Cara lain melalui kontak dengan darah penderita, semisal transfusi darah. Bisa

juga melalui alat-alat medis yang sebelumnya telah terkontaminasi darah dari penderita

hepatitis B, seperti jarum suntik yang tidak steril atau peralatan yang ada di klinik gigi.

Bahkan juga lewat sikat gigi atau sisir rambut yang digunakan antaranggota keluarga.

Malangnya, tak ada gejala khas yang tampak secara kasat mata. Bahkan oleh dokter

sekalipun. Fungsi hati kadang tak terganggu meski sudah mengalami sirosis. Tidak cuma

itu. Anak juga terlihat sehat, nafsu makannya baik, berat tubuhnya pun naik dengan bagus

pula. Penyakitnya baru ketahuan setelah dilakukan pemeriksaan darah. Gejala baru

tampak begitu hati si penderita tak mampu lagi mempertahankan metabolisme tubuhnya.

Upaya pencegahan adalah langkah terbaik. Jika ada salah satu anggota keluarga dicurigai

kena VHB, biasanya dilakukan screening terhadap anak-anaknya untuk mengetahui

apakah membawa virus atau tidak. Pemeriksaan harus dilakukan kendati anak tak

menunjukkan gejala sakit apa pun. Selain itu, imunisasi merupakan langkah efektif untuk

mencegah masuknya VHB. 1,9

Jumlah Pemberian:

Sebanyak 3 kali, dengan interval 1 bulan antara suntikan pertama dan kedua, kemudian 5

bulan antara suntikan kedua dan ketiga. 9

Usia Pemberian:

Sekurang-kurangnya 12 jam setelah lahir. Dengan syarat, kondisi bayi stabil, tak ada

gangguan pada paru-paru dan jantung. Dilanjutkan pada usia 1 bulan, dan usia antara 3-6

bulan. Khusus bayi yang lahir dari ibu pengidap VHB, selain imunisasi yang dilakukan

16

Page 17: Referat-Imunisasi.doc

kurang dari 12 jam setelah lahir, juga diberikan imunisasi tambahan dengan

imunoglobulin antihepatitis B dalam waktu sebelum berusia 24 jam. 9

Lokasi Penyuntikan:

Pada anak di lengan dengan cara intramuskuler. Sedangkan pada bayi di paha lewat

anterolateral (antero = otot-otot di bagian depan; lateral = otot bagian luar). Penyuntikan

di bokong tak dianjurkan karena bisa mengurangi efektivitas vaksin. 9,1

Efek Samping:

Umumnya tak terjadi. Jikapun ada (kasusnya sangat jarang), berupa keluhan nyeri pada

bekas suntikan, yang disusul demam ringan dan pembengkakan. Namun reaksi ini akan

menghilang dalam waktu dua hari. 9

Tanda Keberhasilan:

Tak ada tanda klinis yang dapat dijadikan patokan. Namun dapat dilakukan pengukuran

keberhasilan melalui pemeriksaan darah dengan mengecek kadar hepatitis B-nya setelah

anak berusia setahun. Bila kadarnya di atas 1000, berarti daya tahannya 8 tahun; di atas

500, tahan 5 tahun; di atas 200, tahan 3 tahun. Tetapi kalau angkanya cuma 100, maka

dalam setahun akan hilang. Sementara bila angkanya nol berarti si bayi harus disuntik

ulang 3 kali lagi. 9

Tingkat Kekebalan:

Cukup tinggi, antara 94-96%. Umumnya, setelah 3 kali suntikan, lebih dari 95% bayi

mengalami respons imun yang cukup. 9

Indikasi Kontra:

Tak dapat diberikan pada anak yang menderita sakit berat.9

17

Page 18: Referat-Imunisasi.doc

POLIO 1,9,14

Poliomielitis atau polio, adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang disebabkan oleh

virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan poliovirus (PV), masuk

ke tubuh melalui mulut, mengifeksi saluran usus. Virus ini dapat memasuki aliran darah

dan mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang

kelumpuhan (paralisis). 1,14

Poliovirus adalah virus RNA kecil yang terdiri atas tiga strain berbeda dan amat menular.

Virus akan menyerang sistem saraf dan kelumpuhan dapat terjadi dalam hitungan jam.

Polio menyerang tanpa mengenal usia, lima puluh persen kasus terjadi pada anak berusia

antara 3 hingga 5 tahun. Masa inkubasi polio dari gejala pertama berkisar dari 3 hingga

35 hari. 14

Anak-anak kecil yang terkena polio seringkali hanya mengalami gejala ringan dan

menjadi kebal terhadap polio. Karenanya, penduduk di daerah yang memiliki sanitasi

baik justru menjadi lebih rentan terhadap polio karena tidak menderita polio ketika masih

kecil. Vaksinasi pada saat balita akan sangat membantu pencegahan polio di masa depan

karena polio menjadi lebih berbahaya jika diderita oleh orang dewasa. Orang yang telah

menderita polio bukan tidak mungkin akan mengalami gejala tambahan di masa depan

seperti layu otot; gejala ini disebut sindrom post-polio. 14

Jenis polio: 1. Polio non-paralisis

2. Polio paralisis spinal

3. Polio bulbar

Tahun 1988, Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO mensahkan resolusi untuk

menghapus polio sebelum tahun 2000. Pada saat itu masih terdapat sekitar 350 ribu kasus

polio di seluruh dunia. Meskipun pada tahun 2000, polio belum terbasmi, tetapi jumlah

kasusnya telah berkurang hingga di bawah 500. Polio tidak ada lagi di Asia Timur,

Amerika Latin, Timur Tengah atau Eropa, tetapi masih terdapat di Nigeria, dan sejumlah

kecil di India dan Pakistan. India telah melakukan usaha pemberantasan polio yang cukup

sukses. Sedangkan di Nigeria, penyakit ini masih terus berjangkit karena pemerintah

18

Page 19: Referat-Imunisasi.doc

yang berkuasa mencurigai vaksin polio yang diberikan dapat mengurangi fertilitas dan

menyebarkan HIV. Tahun 2004, pemerintah Nigeria meminta WHO untuk melakukan

vaksinasi lagi setelah penyakit polio kembali menyebar ke seluruh Nigeria dan 10 negara

tetangganya. Konflik internal dan perang saudara di Sudan dan Pantai Gading juga

mempersulit pemberian vaksin polio.14

Meskipun banyak usaha telah dilakukan, pada tahun 2004 angka infeksi polio meningkat

menjadi 1.185 di 17 negara dari 784 di 15 negara pada tahun 2003. Sebagian penderita

berada di Asia dan 1.037 ada di Afrika. Nigeria memiliki 763 penderita, India 129, dan

Sudan 112.

Pada 5 Mei 2005, dilaporkan terjadi ledakan infeksi polio di Sukabumi akibat strain virus

yang menyebabkan wabah di Nigeria. Virus ini diperkirakan terbawa dari Nigeria ke

Arab dan sampai ke Indonesia melalui tenaga kerja Indonesia yang bekerja di Arab atau

orang yang bepergian ke Arab untuk haji atau hal lainnya.14

Imunisasi Polio9

Vaksin efektif pertama dikembangkan oleh Jonas Salk. Salk menolak untuk

mematenkan vaksin ini karena menurutnya vaksin ini milik semua orang seperti halnya

sinar matahari. Namun vaksin yang digunakan untuk inokulasi masal adalah vaksin yang

dikembangkan oleh Albert Sabin. Inokulasi pencegahan polio anak untuk pertama

kalinya diselenggarakan di Pittsburgh, Pennsylvania pada 23 Februari 1954. Polio

hilang di Amerika pada tahun 1979. 9

Belum ada pengobatan efektif untuk membasmi polio. Penyakit yang dapat menyebabkan

kelumpuhan ini, disebabkan virus poliomyelitis yang sangat menular. Penularannya bisa

lewat makanan/minuman yang tercemar virus polio. Bisa juga lewat percikan ludah/air

liur penderita polio yang masuk ke mulut orang sehat.

Imunisasi polio memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit poliomielitis. Polio bisa

menyebabkan nyeri otot dan kelumpuhan pada salah satu maupun kedua lengan/tungkai.

Polio juga bisa menyebabkan kelumpuhan pada otot-otot pernafasan dan otot untuk

menelan. Polio bisa menyebabkan kematian.

19

Page 20: Referat-Imunisasi.doc

Terdapat 2 macam vaksin polio:

IPV (Inactivated Polio Vaccine, Vaksin Salk), mengandung virus polio yang telah

dimatikan dan diberikan melalui suntikan.

OPV (Oral Polio Vaccine, Vaksin Sabin), mengandung vaksin hidup yang telah

dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan.1,9

Bentuk trivalen (TOPV) efektif melawan semua bentuk polio, bentuk monovalen

(MOPV) efektif melawan 1 jenis polio.Imunisasi dasar polio diberikan 4 kali (polio I,II,

III, dan IV) dengan interval tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi polio ulangan

diberikan 1 tahun setelah imunisasi polio IV, kemudian pada saat masuk SD (5-6 tahun)

dan pada saat meninggalkan SD (12 tahun). 1

Di Indonesia umumnya diberikan vaksin Sabin. Vaksin ini diberikan sebanyak 2 tetes

(0,1 mL) langsung ke mulut anak atau dengan menggunakan sendok yang berisi air gula.

Dosis pertama dan kedua diperlukan untuk menimbulkan respon kekebalan primer,

sedangkan dosis ketiga dan keempat diperlukan untuk meningkatkan kekuatan antibodi

sampai pada tingkat yang tertinggi. Kepada orang yang pernah mengalami reaksi alergi

hebat (anafilaktik) setelah pemberian IPV, streptomisin, polimiksin B atau neomisin,

tidak boleh diberikan IPV. Sebaiknya diberikan OPV. 1

Kepada penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita AIDS, infeksi HIV,

leukemia, kanker, limfoma), dianjurkan untuk diberikan IPV. IPV juga diberikan kepada

orang yang sedang menjalani terapi penyinaran, terapi kanker, kortikosteroid atau obat

imunosupresan lainnya. IPV bisa diberikan kepada anak yang menderita diare.

Jika anak sedang menderita penyakit ringan atau berat, sebaiknya pelaksanaan imunisasi

ditunda sampai mereka benar-benar pulih. IPV bisa menyebabkan nyeri dan kemerahan

pada tempat penyuntikan, yang biasanya berlangsung hanya selama beberapa hari. Masa

inkubasi virus antara 6-10 hari. Setelah demam 2-5 hari, umumnya akan mengalami

kelumpuhan mendadak pada salah satu anggota gerak. Namun tak semua orang yang

terkena virus polio akan mengalami kelumpuhan, tergantung keganasan virus polio yang

20

Page 21: Referat-Imunisasi.doc

menyerang dan daya tahan tubuh si anak. Imunisasi polio akan memberikan kekebalan

terhadap serangan virus polio. 1, 9

Jumlah Pemberian: 9

Bisa lebih dari jadwal yang telah ditentukan, mengingat adanya imunisasi polio massal.

Namun jumlah yang berlebihan ini tak akan berdampak buruk. Ingat, tak ada istilah

overdosis dalam imunisasi

Usia Pemberian:

Saat lahir (0 bulan), dan berikutnya di usia 2, 4, 6 bulan. Dilanjutkan pada usia 18 bulan

dan 5 tahun. Kecuali saat lahir, pemberian vaksin polio selalu dibarengi dengan vaksin

DTP. 9

Cara Pemberian:

Bisa lewat suntikan (Inactivated Poliomyelitis Vaccine/IPV), atau lewat mulut (Oral

Poliomyelitis Vaccine/OPV). Di tanah air, yang digunakan adalah OPV. 9

Efek Samping:

Hampir tak ada. Hanya sebagian kecil saja yang mengalami pusing, diare ringan, dan

sakit otot. Kasusnya pun sangat jarang. Dapat mungkin terjadi berupa kelumpuhan dan

kejang-kejang. 9

Tingkat Kekebalan:

Dapat mencekal hingga 90%.9

Indikasi Kontra:

Tak dapat diberikan pada anak yang menderita penyakit akut atau demam tinggi (di atas

380C); muntah atau diare; penyakit kanker atau keganasan; HIV/AIDS; sedang menjalani

pengobatan steroid dan pengobatan radiasi umum; serta anak dengan mekanisme

kekebalan terganggu.9

21

Page 22: Referat-Imunisasi.doc

Imunisasi DTP 1,9

Dengan pemberian imunisasi DTP, diharapkan penyakit difteri, tetanus, dan pertusis,

menyingkir jauh dari tubuh si kecil. Kekebalan segera muncul seusai diimunisasi.

Usia & Jumlah Pemberian:

Sebanyak 5 kali; 3 kali di usia bayi (2, 4, 6 bulan), 1 kali di usia 18 bulan, dan 1 kali di

usia 5 tahun. Selanjutnya di usia 12 tahun, diberikan imunisasi TT9

Efek Samping:

Umumnya muncul demam yang dapat diatasi dengan obat penurun panas. Jika

demamnya tinggi dan tak kunjung reda setelah 2 hari, segera bawa si kecil ke dokter.

Namun jika demam tak muncul, bukan berarti imunisasinya gagal, bisa saja karena

kualitas vaksinnya jelek, misal. 9

Untuk anak yang memiliki riwayat kejang demam, imunisasi DTP tetap aman. Kejang

demam tak membahayakan, karena si kecil mengalami kejang hanya ketika demam dan

tak akan mengalami kejang lagi setelah demamnya hilang. Jikapun orangtua tetap

khawatir, si kecil dapat diberikan vaksin DTP asesular yang tak menimbulkan demam.

Kalaupun terjadi demam, umumnya sangat ringan, hanya sekadar sumeng. 9

Indikasi Kontra:

Tak dapat diberikan kepada mereka yang kejangnya disebabkan suatu penyakit seperti

epilepsi, menderita kelainan saraf yang betul-betul berat atau habis dirawat karena infeksi

otak, dan yang alergi terhadap DTP. Mereka hanya boleh menerima vaksin DT tanpa P

karena antigen P inilah yang menyebabkan panas. 9

Penyakit DTP yang berbahaya 1,9

1. Difteri

Penyakit yang disebabkan kuman Corynebacterium diphtheriae ini, gejalanya mirip

radang tenggorokan, yaitu batuk, suara serak, dan tenggorokan sakit. Namun, difteri tak

22

Page 23: Referat-Imunisasi.doc

disertai panas sebagaimana yang terjadi pada radang tenggorokan. Gejala lain difteri

adalah kesulitan bernapas (leher seperti tercekik dan napas berbunyi), sehingga wajah dan

tubuh membiru, serta adanya lapisan putih pada lidah dan bibir.

Bakteri penyebab difteri ditularkan saat batuk, bersin, atau kala berbicara. Masa

inkubasinya 1-6 hari. Penderita harus mendapatkan perawatan di rumah sakit dalam

waktu cukup lama, sekitar 2-3 minggu, dan baru boleh pulang setelah penyakitnya benar-

benar hilang 100%. Soalnya, difteri bisa kambuh lagi kalau belum betul-betul sembuh. 1,9

2. Tetanus

Disebabkan oleh bakteri Clostridium Tetani, penyakit ini berisiko menyebabkan

kematian. Infeksi tetanus bisa terjadi karena luka, sekecil apa pun luka itu. Tetanus rawan

menyerang bayi baru lahir, biasanya karena tindakan atau perawatan yang tidak steril.

Gejala-gejala yang tampak antara lain kejang otot rahang, rasa sakit dan kaku di leher,

bahu atau punggung. Kejang-kejang secara cepat merambat ke otot perut, lengan atas dan

paha. Pengobatan dilakukan dengan pemberian antibiotik untuk mematikan kuman,

antikejang untuk merilekskan otot-otot, dan antitetanus untuk menetralisir toksinnya. 1,9

3. Pertusis

Disebut juga kinghoest, batuk rejan, atau batuk 100 hari lantaran batuknya memang

berlangsung lama, bisa sampai 3 bulan. Penyakit ini mudah sekali menular melalui udara

yang mengandung bakteri Bordetella pertussis. Masa inkubasinya 6-20 hari. 1,11

Gejala awalnya seperti flu biasa, yaitu demam ringan, batuk, dan pilek, yang berlangsung

selama 1-2 minggu. Kemudian, gejala batuknya mulai nyata dan kuat, batuk panjang

secara terus-menerus yang berbeda dengan batuk biasa. Tak jarang, karena kuatnya batuk

ini, anak bisa sampai menungging-nungging, muntah-muntah, mata merah, berair, dan

napasnya susah. Gejalanya sangat berat. Bahkan beberapa penderita bisa mengalami

perdarahan. Setelah 2-4 minggu berlalu, batuk mulai berkurang dan kondisi anak mulai

pulih. 1,9

23

Page 24: Referat-Imunisasi.doc

Penderita akan diberi obat antibiotik untuk mematikan kuman, dan obat untuk

mengurangi/menghentikan batuknya. Istirahat yang cukup, banyak minum, dan konsumsi

makanan bergizi akan membantu mempercepat kesembuhan.1,9

24

Page 25: Referat-Imunisasi.doc

CAMPAK (MORBILLI)1

Penyakit Campak (Rubeola, Campak 9 hari, measles) adalah suatu infeksi virus yang

sangat menular, yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis (peradangan selaput

ikat mata/konjungtiva) dan ruam kulit. Penyakit ini disebabkan karena infeksi virus

campak golongan Paramyxovirus

Sebelum vaksinasi campak digunakan secara meluas, wabah campak terjadi setiap 2-3

tahun, terutama pada anak-anak usia pra-sekolah dan anak-anak SD. Jika seseorang

pernah menderita campak, maka seumur hidupnya dia akan kebal terhadap penyakit ini.

Tidak ada pengobatan khusus untuk campak. Anak sebaiknya menjalani tirah baring.

Untuk menurunkan demam, diberikan asetaminofen atau ibuprofen. Jika terjadi infeksi

bakteri, diberikan antibiotik. Vaksin campak merupakan bagian dari imunisasi rutin pada

anak-anak. Vaksin biasanya diberikan dalam bentuk kombinasi dengan gondongan dan

campak Jerman (vaksin MMR/mumps, measles, rubella), disuntikkan pada otot paha atau

lengan atas. Jika hanya mengandung campak, vaksin dibeirkan pada umur 9 bulan.

Dalam bentuk MMR, dosis pertama diberikan pada usia 12-15 bulan, dosis kedua

diberikan pada usia 4-6 tahun. selain itu penderita juga harus disarankan untuk istirahat

minimal 10 hari dan makan makanan yang bergizi agar kekebalan tubuh meningkat.

Imunisasi Campak 7,8,13

Sebenarnya, bayi sudah mendapat kekebalan campak dari ibunya. Namun seiring

bertambahnya usia, antibodi dari ibunya semakin menurun sehingga butuh antibodi

tambahan lewat pemberian vaksin campak. Apalagi penyakit campak mudah menular,

dan mereka yang daya tahan tubuhnya lemah gampang sekali terserang penyakit yang

disebabkan virus Morbili ini. Untungnya, campak hanya diderita sekali seumur hidup.

Jadi, sekali terkena campak, setelah itu biasanya tak akan terkena lagi. 8

Imunisasi campak efektif untuk memberi kekebalan terhadap penyakit campak sampai

seumur hidup. Penyakit campak yang disebabkan oleh virus yang ganas ini dapat dicegah

jika seseorang mendapatkan imunisasi campak, minimal dua kali yakni semasa usia 6 –

59 bulan dan masa SD (6 – 12 tahun). 13

25

Page 26: Referat-Imunisasi.doc

Upaya imunisasi campak tambahan yang dilakukan bersama dengan imunisasi rutin

terbukti dapat menurunkan kematian karena penyakit campak sampai 48%.13

Tanpa imunisasi, penyakit ini dapat menyerang setiap anak, dan mampu menyebabkan

cacat dan kematian karena komplikasinya seperti radang paru (pneumonia); diare, radang

telinga (otitis media) dan radang otak (ensefalitis) terutama pada anak dengan gizi buruk.

Hingga kini penyakit campak masih menjadi penyebab utama kematian anak di bawah

umur 1 tahun dan Balita umur 1 – 4 tahun di Indonesia. Diperkirakan lebih dari 30.000

anak/tahun meninggal karena komplikasi campak. Selain itu, campak berpotensi

menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) atau wabah. Imunisasi adalah jalan utama untuk

mencegah dan menurunkan angka kematian anak-anak akibat campak. 13

Selama satu bulan penuh mulai tanggal 10 Agustus sampai 10 September 2007,

Departemen Kesehatan memberikan imunisasi campak melalui kegiatan “Kampanye

Imunisasi Campak”. Program imuniasasi kali ini mencakup dua belas propinsi target,

meliputi Kalbar, Kalteng, Kalsel, Kaltim, Sulut, Gorontalo, Sulbar, Sulteng, Sulsel,

Sultra, Bali dan NTB. Demikian pernyataan Menkes Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP(K)

dalam Jumpa Pers 2 Agustus 2007 di Gedung Depkes mengenai kegiatan Kampanye

Imunisasi Campak. 13

Penularan campak terjadi lewat udara atau butiran halus air ludah (droplet) penderita

yang terhirup melalui hidung atau mulut. Pada masa inkubasi yang berlangsung sekitar

10-12 hari, gejalanya sulit dideteksi. Setelah itu barulah muncul gejala flu (batuk, pilek,

demam), mata kemerah-merahan dan berair, si kecil pun merasa silau saat melihat

cahaya. Kemudian, di sebelah dalam mulut muncul bintik-bintik putih yang akan

bertahan 3-4 hari. Beberapa anak juga mengalami diare. Satu-dua hari kemudian timbul

demam tinggi yang turun naik, berkisar 38-40,5°C. Seiring dengan itu, barulah keluar

bercak-bercak merah yang merupakan ciri khas penyakit ini. Ukurannya tidak terlalu

besar, tapi juga tak terlalu kecil. Awalnya hanya muncul di beberapa bagian tubuh saja

seperti kuping, leher, dada, muka, tangan dan kaki. Dalam waktu 1 minggu, bercak-

bercak merah ini akan memenuhi seluruh tubuh. Namun bila daya tahan tubuhnya baik,

bercak-bercak merah ini hanya di beberapa bagian tubuh saja dan tidak banyak.7

26

Page 27: Referat-Imunisasi.doc

Jika bercak merah sudah keluar, umumnya demam akan turun dengan sendirinya. Bercak

merah pun akan berubah jadi kehitaman dan bersisik, disebut hiperpigmentasi. Pada

akhirnya bercak akan mengelupas atau rontok atau sembuh dengan sendirinya.

Umumnya, dibutuhkan waktu hingga 2 minggu sampai anak sembuh benar dari sisa-sisa

campak. Dalam kondisi ini, tetaplah meminum obat yang sudah diberikan dokter. Jaga

stamina dan konsumsi makanan bergizi. Pengobatannya bersifat simptomatis, yaitu

mengobati berdasarkan gejala yang muncul. Hingga saat ini, belum ditemukan obat yang

efektif mengatasi virus campak. 7

Jika tak ditangani dengan baik campak bisa sangat berbahaya. Bisa terjadi komplikasi,

terutama pada campak yang berat. Ciri-ciri campak berat, selain bercaknya di sekujur

tubuh, gejalanya tidak membaik setelah diobati 1-2 hari. Komplikasi yang terjadi

biasanya berupa radang paru-paru (broncho pneumonia) dan radang otak (ensefalitis).

Komplikasi inilah yang umumnya paling sering menimbulkan kematian pada anak.7

Deskripsi8

Vaksin campak merupakan vaksin virus hidup yang dilemahkan. Setiap dosis (0,5 ml)

mengandung tidak kurang dari 1000 infective unit virus strain CAM 70, dan tidak

lebih dari 100 mcg residu kanamycin dan 30 mcg residu erythromycin. Vaksin ini

berbentuk vaksin beku kering yang harus dilarutkan hanya dengan pelarut steril yang

tersedia secara terpisah untuk tujuan tersebut. Vaksin ini telah memenuhi persyaratan

WHO untuk vaksin campak.

Indikasi8

Untuk Imunisasi aktif terhadap penyakit campak.

Komposisi8

Tiap dosis vaksin yang sudah dilarutkan mengandung :

Virus Campak >= 1.000 CCID50

Kanamycin sulfat <= 100 mcg

Erithromycin <= 30 mcg

27

Page 28: Referat-Imunisasi.doc

Dosis dan Cara Pemberian8

Imunisasi campak terdiri dari dosis 0,5 ml yang disuntikkan secara SUBKUTAN,

lebih baik pada lengan atas. Pada setiap penyuntikan harus menggunakan jarum dan

syringe yang steril. Vaksin yang telah dilarutkan hanya dapat digunakan pada hari itu

juga (maksimum untuk 8 jam) dan itupun berlaku hanya jika vaksin selama waktu

tersebut disimpan pada suhu 2°-8°C serta terlindung dari sinar matahari. Pelarut harus

disimpan pada suhu sejuk sebelum digunakan.

Satu dosis vaksin campak cukup untuk membentuk kekebalan terhadap infeksi.Di

negara-negara dengan angka kejadian dan kematian karena penyakit campak tinggi

pada tahun pertama setelah kelahiran, maka dianjurkan imunisasi terhadap campak

dilakukan sedini mungkin setelah usia 9 bulan (270 hari). Di negara-negara yang

kasus campaknya sedikit, maka imunisasi boleh dilakukan lebih dari usia tersebut.

Vaksin campak tetap aman dan efektif jika diberikan bersamaan dengan vaksin-vaksin

DT, Td, TT, BCG, Polio, (OPV dan IPV), Hepatitis B, dan Yellow Fever. 9

Usia & Jumlah Pemberian:

Sebanyak 2 kali; 1 kali di usia 9 bulan, 1 kali di usia 6 tahun. Dianjurkan, pemberian

campak ke-1 sesuai jadwal. Selain karena antibodi dari ibu sudah menurun di usia 9

bulan, penyakit campak umumnya menyerang anak usia balita. Jika sampai 12 bulan

belum mendapatkan imunisasi campak, maka pada usia 12 bulan harus diimunisasi MMR

(Measles Mumps Rubella). 8

Efek Samping:

Umumnya tidak ada. Pada beberapa anak, bisa menyebabkan demam dan diare, namun

kasusnya sangat kecil. Biasanya demam berlangsung seminggu. Kadang juga terdapat

efek kemerahan mirip campak selama 3 hari. 8

Kontraindikasi

Terdapat beberapa kontraindikasi yang berkaitan dengan pemberian vaksin campak.

Walaupun berlawanan penting untuk mengimunisasi anak yang mengalami malnutrisi.

Demam ringan, infeksi ringan pada saluran nafas atau diare, dan beberapa penyakit

28

Page 29: Referat-Imunisasi.doc

ringan lainnya jangan dikategorikan sebagai kontraindikasi. Kontraindikasi terjadi

bagi individu yang diketahui alergi berat terhadap kanamycin dan erithromycin.

Karena efek vaksin virus campak hidup terhadap janin belum diketahui, maka wanita

hamil termasuk kontraindikasi.

Individu pengidap virus HIV (Human Immunodficiency Virus). Vaksin Campak

kontraindikasi terhadap individu-individu yang mengidap penyakit immune

deficiency atau individu yang diduga menderita gangguan respon imun karena

leukimia, lymphoma atau generalized malignancy. Bagaimanapun penderita HIV,

baik yang disertai gejala ataupun tanpa gejala harus diimunisasi vaksin campak sesuai

jadual yang ditentukan. 8

Bagi anak-anak yang sedang sakit berat seperti diare dan demam tinggi, menurut Jane,

diinstruksikan tidak perlu diimunisasi campak. Para petugas cukup mencatat namanya.

Apabila anak tersebut telah sembuh, petugas akan mendatangi rumahnya untuk diberi

imunisasi.7

Kemasan

Vaksin tersedia dalam kemasan vial 10 dosis + 5 ml pelarut dalam ampul. 8

29

Page 30: Referat-Imunisasi.doc

IMUNISASI YANG DIANJURKAN

Ada 7 jenis imunisasi yang non-PPI (Program Pengembangan Imunisasi) alias

dianjurkan. Meski tak wajib, tentu tak ada salahnya bila kita tetap mengimunisasikan si

buah hati, mengingat dampaknya yang berbahaya bila si kecil sampai terkena penyakit

yang seharusnya dapat dicekal oleh imunisasi ini. 1,9

Imunisasi HIB

Sesuai namanya, imunisasi ini bermanfaat untuk mencekal kuman HiB (Haemophyllus

influenzae type B). Kuman ini menyerang selaput otak sehingga terjadilah radang selaput

otak yang disebut meningitis. Meningitis sangat berbahaya karena dapat merusak otak

secara permanen sampai kepada kematian. Selain mengakibatkan radang selaput otak,

kuman ini juga dapat menyebabkan radang paru dan radang epiglotis.1,9

Imunisasi PCV

Jenis imunisasi ini tergolong baru di Indonesia. PCV atau Pneumococcal Vaccine alias

imunisasi pneumokokus memberikan kekebalan terhadap serangan penyakit IPD

(Invasive Peumococcal Diseases), yakni meningitis (radang selaput otak), bakteremia

(infeksi darah), dan pneumonia (radang paru). Ketiga penyakit ini disebabkan kuman

Streptococcus Pneumoniae atau Pneumokokus yang penularannya lewat udara. Gejala

yang timbul umumnya demam tinggi, menggigil, tekanan darah rendah, kurang

kesadaran, hingga tak sadarkan diri. Penyakit IPD sangat berbahaya karena kumannya

bisa menyebar lewat darah (invasif) sehingga dapat memperluas organ yang terinfeksi.

Diperlukan imunisasi Pneumokukus untuk mencekal penyakit ini. 1,9

Imunisasi MMR

Memberikan kekebalan terhadap serangan penyakit Mumps (gondongan/parotitis),

Measles (campak), dan Rubella (campak Jerman). Terutama buat anak perempuan,

vaksinasi MMR sangat penting untuk mengantisipasi terjadinya rubela pada saat hamil.

Sementara pada anak lelaki, nantinya vaksin MMR mencegah agar tak terserang rubela

dan menulari sang istri yang mungkin sedang hamil. Penting diketahui, rubela dapat

menyebabkan kecacatan pada janin. 1,9

30

Page 31: Referat-Imunisasi.doc

Imunisasi Influenza

Influenza merupakan penyakit infeksi saluran napas yang disebabkan virus. Penyakit ini

dapat menular dengan mudah karena virusnya bisa menyebar lewat udara yang bila

terhirup dan masuk ke saluran pernapasan kita langsung tertular.

Sebenarnya, influenza tergolong ringan karena sifatnya yang self-limiting disease alias

bisa sembuh sendiri tanpa diobati. Penderita hanya perlu beristirahat, banyak minum air

putih, dan meningkatkan daya tahan tubuh dengan konsumsi makanan bergizi seimbang. 1,9

Imunisasi Tifoid

Ada 2 jenis vaksin tifoid yang bisa diberikan ke anak, yakni vaksin oral (Vivotif) dan

vaksin suntikan (TyphimVi). Keduanya efektif mencekal demam tifoid alias penyakit

tifus, yaitu infeksi akut yang disebabkan bakteri Salmonella typhi. Bakteri ini hidup di

sanitasi yang buruk seperti lingkungan kumuh, dan makanan-minuman yang tidak

higienis. Dia masuk melalui mulut, lalu menyerang tubuh, terutama saluran cerna.

Gejala khas terinfeksi bakteri tifus adalah suhu tubuh yang berangsur-angsur meningkat

setiap hari, bisa sampai 400c. Basanya di pagi hari demam akan menurun tapi lalu

meningkat di waktu sore/malam. Gejala lainnya adalah mencret, mual berat, muntah,

lidah kotor, lemas, pusing, dan sakit perut, terkesan acuh tak acuh bahkan bengong, dan

tidur pasif (tak banyak gerak).

Pada tingkat ringan atau disebut paratifus (gejala tifus), cukup dirawat di rumah. Anak

harus banyak istirahat, banyak minum, mengonsumsi makanan bergizi, dan minum

antibiotik yang diresepkan dokter. Tapi kalau berat, harus dirawat di rumah sakit.

Penyakit ini, baik ringan maupun berat, harus diobati hingga tuntas untuk mencegah

kekambuhan. Selain juga untuk menghindari terjadi komplikasi karena dapat berakibat

fatal. 1,9

31

Page 32: Referat-Imunisasi.doc

Imunisasi Hepatitis A

Penyebaran virus hepatitis A (VHA) sangat mudah. Penderita akan mengeluarkan virus

ini saat meludah, bersin, atau batuk. Bila virus ini menempel di makanan, minuman, atau

peralatan makan, kemudian dimakan atau digunakan oleh anak lain maka dia akan

tertular. Namun, untuk memastikan apakah anak mengidap VHA atau tidak, harus

dilakukan tes darah. 1,9

Imunisasi Varisela

Memberikan kekebalan terhadap cacar air atau chicken pox, penyakit yang disebabkan

virus varicella zooster. Termasuk penyakit akut dan menular, yang ditandai dengan

vesikel (lesi/bintik berisi air) pada kulit maupun selaput lendir. Penularannya sangat

mudah karena virusnya bisa menyebar lewat udara yang keluar saat penderita meludah,

bersin, atau batuk. Namun yang paling potensial menularkan adalah kontak langsung

dengan vesikel, yaitu ketika mulai muncul bintik dengan cairan yang jernih. Setelah

bintik-bintik itu berubah jadi hitam, maka tidak menular lagi. 1,9

32

Page 33: Referat-Imunisasi.doc

DAFTAR PUSTAKA

1. Ranuh IGN, Hariyono S, Pedoman Imunisasi di Indonesia,Ikatan Dokter

Anak Indonesia, Edisi 2, Jakarta, 2005. hal7-120

2. Kim J Overby. Pediatric Health Supervision dalam Rudolph’s Pediatric ,

Edisi 20, United States of America : 1996. hal 29-36.

3. Behrman, Kliegman, jenson: Nelson Textbook of Pediatrics, 17th edition,

Saunders. Hal 620-623

4. Forfar, Arneil’s : Textbook of pediatrics, 4th edition, EL-BS, hal 902

5. Lusie Wardani, Imunisasi Pada Bayi dan Balita [page on the Internet],

Berikanlah Imunisasi Tepat Waktu Sebagai Pencegah PD3I dalam Dinas

Kesehatan Kota Surabaya; [cited 2009 Aug 16]. Available from:

http://www.surabaya-ehealth.org/e-team/berita/imunisasi-pada-bayi-dan-

balita

6. Badan Litbang Kesehatan. Evaluasi Serologi Imunisasi Hepatitis B pada

Bayi yang telah Mendapat Imunisasi Lengkap di Propinsi Jabar dan

Lampung [abstract]. 2000 [cited 2009 Aug 18];. Available from:GDL

Digital Library. http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?

mod=browse&op=read&id=jkpkbppk-gdl-res-2001-julitasari-250-

imunisasi&q=Anak.

7. Imunisasi Campak [page on the Internet], Pedoman gizi: [cited 2009 Aug

16]. Available from

http://vinadanvani.wordpress.com/2008/05/29/imunisasi-campak/

8. Vaksin Campak Kering [page on the Internet], Biofarma : [cited 2009 Aug

20]. Available from: http://www.biofarma.co.id/ind/product_measles.html

9. Imunisasi [page on the Internet]. Tahukah Bunda: 2009 March 12 [cited

2009 aug 20]. Available from:

http://tahukahbunda.wordpress.com/2009/03/12/imunisasi-wajib/

10. TBC [page on the Internet]. Nusaindah; 2009 May 19 [cited 2009 Aug

20]. Available from: http://nusaindah.tripod.com/kestbc.htm.

11. Depkes Percepat Imunisasi Campak di Mamuju. Sydney Kementerian

Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat [newspaper on the Internet].

33

Page 34: Referat-Imunisasi.doc

2005 Feb 23 [cited 2009 Aug 20]; Available from:

http://www.menkokesra.go.id/content/view/2938/39/

12. Jadwal Imunisasi Anak - Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia

(IDAI) 2008 [image on the Internet]. Jakarta: Ikatan Dokter Anak

Indonesia, 2008 [cited 2009 Aug 16]. Available from :

http://pediatricinfo.wordpress.com/2009/04/20/jadwal-imunisasi-2008-

idai/

13. Imunisasi Campak, 10 Agustus-10 September 2007 [page on the Internet],

Medicinenet, 2007 Aug 3 [cited 2009 Aug 18]. Available from:

http://www.indonesia.go.id/id/index.php?

option=com_content&task=view&id=5036&Itemid=698

14. Poliomielitis [page on the Internet], Wikipedia, 2008 Aug 19 [cited 2009

Aug 20].Acailable from: http://id.wikipedia.org/wiki/Poliomielitis

15. Bacillus Calmette-Guérin [page on the Internet], Wikipedia, 2009 [cited

2009 Aug 16]. Available from :

http://en.wikipedia.org/wiki/Bacillus_Calmette-Gu%C3%A9rin

16. BCG - the current vaccine for tuberculosis [page on the Internet], World

Health Organization 2009 [cited 2009 Aug 16] Available from:

http://www.who.int/vaccine_research/diseases/tb/vaccine_development/

bcg/en/

34