referat identifikasi-3
description
Transcript of referat identifikasi-3
BAB I
PENDAHULUAN
Seperti diketahui bersama dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi dewasa ini, perkembangan di segala bidang kehidupan yang membawa
kesejahteraan bagi umat manusia, pada kenyataannya juga menimbulkan berbagai
akibat yang tidak diharapkan. Salah satu diantara akibat yang tidak diharapkan
tersebut adalah meningkatnya kuantitas maupun kualitas mengenai cara atau
teknik pelaksanaan tindak pidana, khususnya yang berkaitan dengan upaya pelaku
tindak pidana dalam usaha meniadakan sarana bukti, sehingga tidak jarang
dijumpai kesulitan bagi para petugas hukum untuk mengetahui korban dan atau
pelakunya.
Selain itu kemajuan teknologi yang dijumpai dan pembangunan gedung-
gedung besar dan bertingkat di kota-kota besar yang semuanya mempunyai resiko
terhadap adanya kemungkinan terjadinya musibah kecelakaan massal atau
kebakaran, demikian pula persenjataan perang dan bencana alam yang akan dapat
menghancurkan semua benda dan manusia yang menjadi korbannya sehingga sulit
atau bahkan tidak dapat dikenali lagi. Disitulah semua, identifikasi mempunyai
arti penting baik ditinjau dari segi untuk kepentingan forensik maupun non-
forensik.
Identifikasi forensik merupakan salah satu upaya membantu penyidik
menentukan identitas seseorang yang identitasnya tidak diketahui baik dalam
kasus pidana maupun kasus perdata. Penentuan identitas seseorang sangat penting
bagi peradilan karena dalam proses peradilan hanya dapat dilakukan secara akurat
bila identitas tersangka atau pelaku dapat diketahui secara pasti. Identifikasi
forensik dapat dilakukan dengan metode-metode antara lain yaitu metode visual
yang dilakukan dengan memperlihatkan korban kepada anggota keluarga atau
teman dekatnya untuk dikenali, pemeriksaan dokumen, pemeriksaan perhiasan
yang dikenakan korban, pemeriksaan pakaian, identifikasi medis meliputi
pemeriksaan dan pencarian data bentuk tubuh, tinggi dan berat badan, ras, jenis
1
2
kelamin, warna rambut, warna tirai mata, cacat tubuh/kelainan khusus, jaringan
parut bekas operasi/luka, tato (rajah).
Selain metode pemeriksaan diatas terdapat juga pemeriksaan serologis
dilakukan untuk menentukan golongan darah korban dari bahan darah/bercak
darah, rambut, kuku, atau tulang. Pemeriksaan sidik jari dengan membuat sidik
jari langsung dari jari korban atau pada keadaan di mana jari telah keriput, sidik
jari dibuat dengan mencopot kulit ujung jari yang mengelupas dan mengenakan
pada jari pemeriksa yang sesuai lalu dilakukan pengambilan sidikjari.
Pemeriksaan gigi meliputi pencatatan data gigi (odontogram) dan rahang secara
manual, radiologis, dan pencetakan gigi dan rahang. Odontogram memuat data
jumlah, bentuk, susunan, tambalan, protesa gigi. Metode lainnya yang dapat
digunakan adalah metode eksklusi dilakukan jika terdapat korban yang banyak
dengan daftar tersangka korban pasti seperti pada kecelakaan masal penumpang
pesawat udara, kapal laut (melalui daftar penumpang). Bila semua korban kecuali
satu yang terakhir telah dapat ditentukan identitasnya dengan metoda identifikasi
lain, maka korban yang terakhir tersebut langsung diidentifikasikan dari daftar
korban tersebut.
Upaya identifikasi pada kerangka bertujuan untuk membuktikan bahwa
kerangka tersebut adalah kerangka manusia, ras, jenis kelamin, perkiraan umur,
tinggi badan, parturitas (riwayat persalinan), ciri-ciri khusus, deformitas, dan bila
memungkinkan dapat dilakukan superimposisi serta rekonstruksi wajah. Dicari
pula tanda kekerasan pada tulang. Perkiraan saat kematian dilakukan dengan
memperhatikan keadaan kekeringan tulang.
Pemeriksaan antropologi dilakukan untuk memperkirakan apakah
kerangka adalah kerangka manusia atau bukan. Antropologi adalah studi tentang
umat manusia, budaya dan fisik, disemua waktu dan tempat. Antropologi forensik
adalah aplikasi pengetahuan antopologis dan teknik dalam konteks hukum. Hal ini
melibatkan pengetahuan rinci osteologi (anatomi budayatulang dan biologi) untuk
membantu dalam identifikasi dan penyebab kematian sisa-sisa kerangka, serta
pemulihan tetap menggunakan teknik arkeologi. Antropologi fisik
forensik mengkhususkan diri dalam penelitian dan penerapan teknik yang
3
digunakan unutk menentukan usia saat kematian, seks, afinitas populasi,
perawakannya, kelainan dan atau patologi, dan keistimewaan untuk bahan tulang
modern.Osteologi forensik adalah subdisiplin dari antropologi forensik dan secara
garis besar memfokuskan pada analisa dari rangka manusia untuk tujuan
medikologal. Osteologi forensik paling sering dibutuhkan saat investigasi sisa-sisa
dari tubuh manusia akibat dari kematian wajar yang tidak dapat dijelaskan,
pembunuhan, bunuh diri, atau bencana alam. Meskipun begitu, seiring
meningkatnya frekuensi tersebut, osteolog forensik seringkali diminta untuk
mendampingi dokter spesialis forensik dalam mengkonfirmasi usia dari makhluk
hidup maupun jenazah untuk keperluan peradilan.
Jika dengan pemeriksaan tersebut masih diragukan, misalnya jika yang
ditemukan hanya sepotong tulang saja, maka perlu dilakukan pemeriksaan
serologi (reaksi presipitin), histologi (jumlah dan diameter kanal-kanal Havers),
dan bahkan dengan pemeriksaan DNA.
Referat ini bertujuan membahas berbagai hal mengenai identifikasi
forensik ataupun identifkasi secara umum meliputi: pengertian, arti penting,
macam-macam pemeriksaan dan cara atau metode serta sistem identifikasi. Hal-
hal demikian diperlukan untuk memperoleh pemahaman pemahaman dalam
penanganan dan pemeriksaan identifikasi yang komprehensif.
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. DEFINISI IDENTIFIKASI
Identifikasi adalah metode membedakan individu dengan individu lainnya
berdasarkan ciri-ciri karakteristiknya untuk dibedakan dengan individu lain.
Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan
membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang. Identifikasi personal
sering merupakan suatu masalah dalam kasus pidana maupun perdata.
Menentukan identitas personal dengan tepat amat penting dalam penyidikan
karena adanya kekeliruan dapat berakibat fatal dalam proses peradilan.
Peran ilmu kedokteran forensik dalam identifikasi terutama pada jenazah
tidak dikenal, jenazah yang telah membusuk, rusak, hangus terbakar dan pada
kecelakaan massal, bencana alam atau huru-hara yang mengakibatkan banyak
korban mati, serta potongan tubuh manusia atau kerangka. Selain itu identifikasi
forensik juga berperan dalam berbagai kasus lain seperti penculikan anak, bayi
yang tertukar atau diragukan orang tuanya.
Dari sembilan metode identifikasi yang dikenal, hanya metode penentuan
jati diri dengan sidik jari (daktiloskopi) yang tidak lazim dikerjakan oleh dokter,
melainkan dilakukan oleh pihak kepolisian. Delapan metode yang lain, yaitu:
metode visual, pakaian, perhiasan, dokumen, medis, gigi, serologi dan metode
eksklusi.
2.2. DASAR-DASAR IDENTIFIKASI FORENSIK
Dasar hukum dan undang-undang bidang kesehatan yang mengatur
identifikasi jenasah adalah :
A. Berkaitan dengan kewajiban dokter dalam membantu peradilan diatur dalam
KUHP pasal 133 :
1. Dalam hal penyidik untuk membantu kepentingan peradilan menangani
seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang di duga karena
peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan
5
permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter
dan atau ahli lainnya.
2. Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas
untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan
bedah mayat.
3. Mayat yang dikirimkan kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter
pada rumah sakit harus diperlakukan secara baik dengan penuh
penghormatan terhadap mayat tersebut dan diberi label yang memuatkan
identitas mayat, dilak dengan diberi cap jabatan yang diilekatkan pada ibu
jari kaki atau bagian lain badan mayat.
B. Undang-undang Kesehatan Pasal 79
1. Selain penyidik pejabat polisi Negara Republik Indonesia juga kepada
pejabat pegawai negeri sipil tertentu di Departemen Kesehatan diberi
wewenang khusus sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam UU No
8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, untuk melakukan penyidikan
tindak pidana sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.
2. Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berwenang :
a. Melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan serta keterangan.
b. Melakukan pemeriksaan terhadap orang yang diduga melakukan.
c. Meminta keteragan dan bahan bukti dari orang atau badan usaha.
d. Melakukan pemeriksaan atas surat atau dokumen lain.
e. Melakukan pemeriksaan atau penyitaan bahan atau barang bukti.
f. Meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan.
g. Menghentikan penyidikan apabila tidak terdapat cukup bukti
sehubungan dengan tindak pidana di bidang kesehatan.
3. Kewenangan penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dilaksanakan
menurut UU No 8 tahun 1981 tentang HAP.
6
2.3. METODE IDENTIFIKASI
Penentuan identitas personal dapat menggunakan metode identifikasi sidik
jari, visual, dokumen, pakaian dan perhiasan, gigi, serologi, eksklusi, potongan
tubuh manusia, dan kerangka.
2.3.1. Pemeriksaan sidik jari
Metode ini membandingkan gambaran sidik jari jenazah dengan data sidik
jari ante mortem. Sampai saat ini, pemeriksaan sidik jari merupakan
pemeriksaan yang diakui paling tinggi ketepatannya untuk menentukan
identitas seseorang karena dapat dikatakan bahwa tidak ada dua orang yang
mempunyai sidik jari yang sama, walaupun kedua orang tersebut kembar satu
telur. Dua sidik jari dinyatakan identik bila sedikitnya 12 titik (matching point)
yang cocok. Sidik jari manusia tidak akan berubah seumur hidup, kecuali
karena penyakit lepra, luka karena arus listrik ataupun transplantasi kurit ari.
Atas dasar ini, sidik jari merupakan sarana yang terpenting khususnya bagi
kepolisian di dalam mengetahui jati diri seseorang, oleh karena selain
kekhususannya, juga mudah dilakukan secara massal dan murah
pembiayaannya. Walaupun pemeriksaan sidik jari tidak dilakukan dokter,
dokter masih mempunyai kewajiban, yaitu untuk mengambilkan (mencetak)
sidik jari, khususnya sidik jari pada korban yang tewas dan keadaan mayatnya
telah membusuk. Teknik pengembangan sidik jari pada jari yang telah keriput,
serta mencopot kulit ujung jari yang telah mengelupas dan memasangnya pada
jari pemeriksa, baru kemudian dilakukan pengambilan sidik jari, merupakan
prosedur yang harus diketahui oleh dokter.
Sidik jari adalah suatu impresi dari alur-alur lekukan yang menonjol dari
epidermis pada telapak tangan dan jari-jari tangan atau telapak kaki dan jari-
jari kaki, yang juga dikenal sebagai “dermal ridges” atau “dermal papillae”,
yang terbentuk dari satu atau lebih alur-alur yang saling berhubungan. Dari
bayi pun, kita semua sudah mempunyai sidik jari yang sangat identik dan tidak
dimiliki orang lain. Alur-alur kulit di ujung jari dan telapak tangan dan kaki
7
mulai tumbuh di ujung jari sejak janin berusia empat minggu hingga sempurna
saat enam bulan di dalam kandungan.
Detail anatomi ini memperkasar permukaan telapak tangan dan kaki
hingga memperkuat cengkeraman kala memegang atau berjalan. Benda yang
dipegang tidak mudah lepas. Secara resmi, istilah sidik jari digunakan pertama
kali oleh Dr. Nehemiah Grew yang memperkenalkan pada Royal Collage of
Physicians, London pada tahun 1684 tentang tanda-tanda penting yang
ditemukan di ujung-ujung jari manusia. Setahun kemudian, Gouard Bidloo
membuat buku pertama pola sidik jari lengkap. Pada tahun 1788, JCA Mayer
menyatakan bahwa tak ada 2 orang, kembar sekalipun yang memiliki sidik jari
sama persis walaupun masing-masing mempunyai kemiripan individu.
Gambar : Sidik jari pada manusia
8
Tahun 1823, John E Purkinje dari University of Breslau membuat klasifikasi
sidik jari dalam sembilan golongan utama, walau kemudian Francis Galton
berpendapat bahwa hanya ada 3 golongan utama, selebihnya adalah variasi.
2.3.2 Metode Visual
Metode ini dilakukan dengan cara memperlihatkan jenazah pada orang-
orang yang merasa kehilangan anggota keluarga atau temannya. Dengan
memperhatikan dengan cermat atas korban, terutama wajahnya oleh pihak
keluarga atau rekan dekatnya, maka jati diri korban dapat diketahui. Walaupun
metode ini sederhana, untuk mendapat hasil yang diharapkan perlu diketahui
bahwa metode ini baru dapat dilakukan bila keadaan tubuh dan terutama wajah
korban masih dalam keadaan baik dan belum terjadi pembusukan yang lanjut.
Selain itu perlu diperhatikan faktor psikologis, emosi serta latar belakang
pendidikan oleh karena faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi hasil
pemeriksaan. Juga perlu diingat bahwa manusia itu mudah terpengaruh oleh
sugesti, khususnya sugesti dari pihak penyidik.
2.3.3 Pemeriksaan dokumen
Dokumen seperti kartu Identitas (KTP, SIM, Paspor) yang kebetulan
dijumpai dalam saku pakaian yang dikenakan akan sangat membantu
mengenali jenazah tersebut.
Perlu diingat bahwa pada kecelakaan masal, dokumen yang terdapat dalam
tas atau dompet yang berada dekat jenazah belum tentu adalah milik jenazah
yang bersangkutan.
2.3.4 Pemeriksaan pakaian dan perhiasan
Metode ini dilakukan dengan memeriksa pakaian dan perhiasan yang
dikenakan jenazah. Yang perlu diperhatikan dalam pencatatan pakaian antara
lain bahan dari pakaian yang dipakai, model serta adanya tulisan-tulisan
seperti: merek pakaian, penjahit, laundry atau inisial nama. Hal ini dapat
memberikan informasi yang berharga, tentang milik siapa pakaian itu.
9
Bagi korban yang tidak dikenal, menyimpan pakaian secara keseluruhan
atau potongan-potongan dengan ukuran 10 cm x 10 cm, merupakan tindakan
yang tepat agar korban masih dapat dikenali walaupun tubuhnya telah dikubur.
Anting-anting, kalung, gelang serta cincin yang ada pada tubuh korban,
khususnya bila perhiasan itu terdapat inisial nama seseorang yang biasanya
terdapat pada bagian dalam dari gelang atau cincin, akan membantu dokter atau
pihak penyidik didalam menentukan identitas koban. Mengingat kepentingan
tersebut maka penyimpanan dari perhiasan haruslah dilakukan dengan baik.
2.3.5 Pemeriksaan gigi
Pemeriksaan ini meliputi pencatatan data gigi yang dapat dilakukan
dengan menggunakan pemeriksaan manual, sinar x, cetakan gigi serta rahang.
Odontogram memuat data tentang jumlah, bentuk, susunan, tambalan, protesa
gigi dan sebagainya. Bentuk gigi dan rahang merupakan ciri khusus dari
seseorang, sedemikian khususnya sehingga dapat dikatakan tidak ada gigi atau
rahang yang identik pada dua orang yang berbeda, bahkan kembar identik
sekalipun.
Sebagai suatu metode identifikasi pemeriksaan gigi memiliki keunggulan
sebagai berikut :
1. Gigi merupakan jaringan keras yang resisten terhadap pembusukan dan
pengaruh lingkungan yang ekstrim.
2. Karakteristik individual yang unik dalam hal susunan gigi geligi dan
restorasi gigi menyebabkan identifikasi dengan ketepatan yang tinggi.
3. Kemungkinan tersedianya data antemortem gigi dalam bentuk catatan
medis gigi (dental record) dan data radiologis.
4. Gigi geligi merupakan lengkungan anatomis, antropologis, dan morfologis,
yang mempunyai letak yang terlindung dari otot-otot bibir dan pipi,
sehingga apabila terjadi trauma akan mengenai otot-otot tersebut terlebih
dahulu.
5. Bentuk gigi geligi di dunia ini tidak sama, karena berdasarkan penelitian
bahwa gigi manusia kemungkinan sama satu banding dua miliar.
10
6. Gigi geligi tahan panas sampai suhu kira-kira 400ºC.
7. Gigi geligi tahan terhadap asam keras, terbukti pada peristiwa Haigh yang
terbunuh dan direndam dalam asam pekat, jaringan ikatnya hancur,
sedangkan giginya masih utuh.
Gambar : identifikasi gigi pada jenazah
Ketika tidak ada yang dapat diidentifikasi, gigi dapat membantu untuk
membedakan usia seseorang, jenis kelamin,dan ras. Hal ini dapat membantu
untuk membatasi korban yang sedang dicari atau untuk membenarkan/
memperkuat identitas korban.
1. Penentuan Usia
Perkembangan gigi secara regular terjadi sampai usia 15 tahun. Identifikasi
melalui pertumbuhan gigi ini memberikan hasil yang yang lebih baik
daripada pemeriksaan antropologi lainnya pada masa pertumbuhan.
Pertumbuhan gigi desidua diawali pada minggu ke 6 intra uteri. Mineralisasi
gigi dimulai saat 12 – 16 minggu dan berlanjut setelah bayi lahir. Trauma
pada bayi dapat merangsang stress metabolik yang mempengaruhi
pembentukan sel gigi. Kelainan sel ini akan mengakibatkan garis tipis yang
memisahkan enamel dan dentin di sebut sebagai neonatal line. Neonatal line
ini akan tetap ada walaupun seluruh enamel dan dentin telah dibentuk.
Ketika ditemukan mayat bayi, dan ditemukan garis ini menunjukkan bahwa
mayat sudah pernah dilahirkan sebelumnya. Pembentukan enamel dan
dentin ini umumnya secara kasar berdasarkan teori dapat digunakan dengan
melihat ketebalan dari struktur di atas neonatal line. Pertumbuhan gigi
permanen diikuti dengan penyerapan kalsium, dimulai dari gigi molar
11
pertama dan dilanjutkan sampai akar dan gigi molar kedua yang menjadi
lengkap pada usia 14 – 16 tahun.
Gambar : x ray gigi pada anak - anak
2. Penentuan Jenis Kelamin
Ukuran dan bentuk gigi juga digunakan untuk penentuan jenis kelamin. Gigi
geligi menunjukkan jenis kelamin berdasarkan kaninus mandibulanya.
Anderson mencatat bahwa pada 75% kasus, mesio distal pada wanita
berdiameter kurang dari 6,7 mm, sedangkan pada pria lebih dari 7 mm. Saat
ini sering dilakukan pemeriksaan DNA dari gigi untuk membedakan jenis
kelamin.
3. Penentuan Ras
Gambaran gigi untuk ras mongoloid adalah sebagai berikut:
a. Insisivus berbentuk sekop. Insisivus pada maksila menunjukkan nyata
berbentuk sekop pada 85-99% ras mongoloid. 2 sampai 9 % ras
kaukasoid dan 12 % ras negroid memperlihatkan adanya bentuk
seperti sekop walaupun tidak terlalu jelas.
b. Dens evaginatus. Aksesoris berbentuk tuberkel pada permukaan
oklusal premolar bawah pada 1-4% ras mongoloid.
c. Akar distal tambahan pada molar 1 mandibula ditemukan pada 20%
mongoloid.
d. Lengkungan palatum berbentuk elips.
e. Batas bagian bawah mandibula berbentuk lurus.
12
Gambar : gigi untuk Ras Kaukasoid
Gambaran gigi untuk Ras kaukasoid adalah sebagai berikut:
a. Cusp carabelli, yakni berupa tonjolan pada molar 1.
b. Pendataran daerah sisi bucco-lingual pada gigi premolar kedua dari
mandibula.
c. Maloklusi pada gigi anterior.
d. Palatum sempit, mengalami elongasi, berbentuk lengkungan parabola.
e. Dagu menonjol.
Gambar : gigi untuk Ras Negroid
Gambaran gigi untuk ras negroid adalah sebagai berikut:
a. Pada gigi premolar 1 dari mandibula terdapat dua sampai tiga tonjolan.
b. Sering terdapat open bite.
c. Palatum berbentuk lebar.
d. Protrusi bimaksila.
2.3.6 Pemeriksaan serologi
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan golongan darah yang diambil
baik dari tubuh korban atau pelaku, maupun bercak darah yang terdapat di
tempat kejadian perkara. Ada dua tipe orang dalam menentukan golongan
darah, yaitu:
13
Sekretor : golongan darah dapat ditentukan dari pemeriksaan
darah, air mani dan cairan tubuh.
Non-sekretor : golongan darah hanya dari dapat ditentukan dari
pemeriksaan darah.
Proses pewarnaan noda darah ,mengikuti beberapa tahapan yang tujuannya
adalah:
1. Apakah sampelnya benar darah
2. Apakah darahnya dari darah hewan
3. Jika darah manusia, golongan/tipenya apa
4. Apakah dapat ditentukan jenis kelamin, umur, rasnya
Untuk mengetahui apakah sampelnya darah atau tidak maka analisis
menggunakan pewarnaan atau uji crystalin. Kemudian tes benzidin diperkenalkan
dan menjadi popular sampai ditemukan bahwa bahan tersebut adalah
karsinogenik. Kemudian diganti dengan uji “Kastle-Meyer”, yang digunakan
dengan bahan kimis phenoiphtalin. Bila berkontak dengan haemoglobin
phenoilphtalin membebaskan enzim peroksidase yang menyebabkan terjadinya
perubahan warna menjadi warna pink terang. Untuk mendeteksi warna darah yang
hilang, “lominol tes” digunakan, dimana bahan kimia yang disemprotkan pada
karpet atau furniture akan terlihat sinar phosphorescent ditempat gelap bila bahan
tersebut terkena noda darah. Darah yang mengering pada waktu yang lama akan
cenderung mengkristal, atau dapat dibuat menjadi kristal dengan beberapa
perlakuan yaitu dengan campuran garam, dimana uji Kristal dinamakan “tes
Teichman, tes Takayama dan Wgenhaar tes”.
Untuk membedakan darah manusia dan darah hewan, ahli forensik
menggunakan anti serum atau uji gel. Presipitat. Standar yang disebut presipitin
diperoleh dengan menginjeksikan darah manusia pada hewan percobaan (biasanya
kelinci). Tubuh hewan tersebut akan memproduksi antibody anti-human, yang
kemudian diekstraksi dari serum hewan tersebut, serum tersebut akan membentuk
klot bila dicampur dengan darah manusia.
Untuk melihat golongan atau tipe, ahli forensik harus mengidentifikasi
apakah mereka mempunyai sample yang cukup kualitasnya. Bila cukup langsung
14
dilakukan typing dengan menggunakan sistem A,B,O. pemeriksaan golongan
darah secara tidak langsung (indirect typing) dilakukan pada pewarnaan sample
darah kering dengan teknik yang sering digunakan yaitu “absorption-elution test”.
Dikerjakan dengan penambahan antibody-antiserum yang cocok kedalam sample
yang dianalisis, kemudian dipanaskan untuk memisahkan ikatan antigen-antibodi,
lalu ditambahkan pada sel darah standar (yang sudah diketahui golongan
darahnya) dan dilihat terjadinya koagulasi.
Ahli forensik menggunakan beberapa pewarnaan dan tes nitrat untuk
memperkirakan umur, jenis kelamin, dan ras. Namun uji ini tidak dapat ditentukan
secara pasti, tetapi pada kloting dan kristalisasi dapat membantu memperkirakan
umur, testosterone dan kromosom tes mengarahkan perbedaan jenis kelamin dan
tes genetik yang melibatkan analisis protein dan enzim yang dapat membantu
mengidentifikasi ras.
2.3.7 Metode Eksklusi
Metode ini umumnya hanya dipakai pada kasus dimana banyak terdapat
korban (kecelakaan massal), seperti peristiwa tabrakan kapal udara, tabrakan
kereta api atau angkutan lainnya yang membawa banyak penumpang. Dari
daftar penumpang (passanger list), pesawat terbang, akan dapat diketahui
siapa-siapa yang menjadi korban.
Bila dari sekian banyak korban tinggal satu yang belum dapat dikenali
oleh karena keadaan mayatnya sudah sedemikian rusaknya; maka atas bantuan
daftar penumpang tadi, akan dapat diketahui siapa nama korban tersebut, yaitu
dari daftar penumpang yang ada dikurangi korban lain yang sudah diketahui
identitasnya.
2.3.8 Identifikasi potongan tubuh manusia (kasus mutilasi)
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan apakah potongan berasal dari
manusia atau binatang. Bila berasal dari manusia ditentukan apakah potongan
tersebut berasal dari satu tubuh. Untuk memastikan apakah potongan tubuh
berasal dari manusia dilakukan beberapa pemeriksaan seperti pengamatan
15
jaringan secara makroskopik, mikroskopik dan pemeriksaan serologik berupa
reaksi antigen-antibodi.
2.3.9 Identifikasi kerangka
Upaya identifikasi pada kerangka bertujuan membuktikan bahwa kerangka
tersebut adalah kerangka manusia, ras, jenis kelamin, perkiraan umur, tinggi
badan, ciri-ciri khusus, deformitas dan bila memungkinkan dapat dilakukan
rekonstruksi wajah. Dicari pula tanda kekerasan pada tulang. Perkiraan saat
kematian dilakukan dengan memperhatikan keadaan kekeringan tulang.
Pada saat petugas kepolisian membawa tulang untuk dilakukan pemeriksaan
medis, hal-hal yang biasanya dipertanyakan pihak kepolisian kepada petugas
medis antara lain:
Apakah tulang tersebut adalah tulang manusia atau bukan.
Jika ternyata tulang manusia, tulang dari laki-laki atau wanita.
Umur dari pemilik tulang tersebut.
Waktu kematian.
Apakah tulang-tulang tersebut dipotong, dibakar, atau digigit oleh
binatang.
Kemungkinan penyebab kematian.
a. Membedakan tulang manusia dan tulang hewan
Hal ini merupakan tugas dokter karena pihak kepolisian dan rakyat biasanya
sering acuh, sehingga pernah terjadi kekeliruan dengan tulang binatang, terutama
dengan tulang-tulang anjung, babi, dan kambing. Pengetahuan mengenai anatomi
manusia, berperan penting untuk membedakannya. Jika tulang yang dikirim utuh
atau terdapat tulang skeletal akan sangat mudah untuk membedakannya, tetapi
akan menjadi sangat sulit bila hanya fragmen kecil yang dikirim tanpa adanya
penampakan yang khas. Kesalahan penafsiran dapat timbul bila hanya sepotong
tulan saja, dalamhal ini perlu dilakukan pemeriksaan serologik (reaksi presipitin)
dan histologik (jumlah dan diameter kanal-kanal Havers).
16
Tes presipitin
Tes presipitin yang dikonduksi dengan serum anti human dan ekstrak dari
fragmen juga dapat dapat digunakan untuk mnegetahui apakah tulang tersebut
tulang manusia. Tulang manusia dan binatang juga dapat dibedakan melalui
analisa kimia debu tulang.
Tes presipitin merupakan uji spesifik untuk menentukan spesies dengan cara
terlebih dahulu harus dibuat serum anti manusia. Prinsip pemeriksaan adalah
suatu reaksi antara antigen (bercak darah) dengan antibodi (antiserum) yang dapat
merupakan reaksi presipitasi atau reaksi aglutinasi.
Cara pemeriksaan:
Antiserum ditempatkan pada tabung kecil dan sebagian kecil ekstrak bercak
darah ditempatkan secara hati-hati pada bagian tepi antiserum. Biarkan pada
temperatur ruangan kurang lebih 1,5 jam. Pemisahan antara antigen dan antibodi
akan mulai berdifusi ke lapisan lain pada perbatasan kedua cairan.
Hasil pemeriksaan:
Akan terdapat lapisan tipis endapan atau presipitat pada bagian antara dua
larutan. Pada kasus bercak darah yang bukan dari manusia maka tidak akan
muncul reaksi apapun.
b. Jenis kelamin
Penentuan jenis kelamin dari kerangka manusia dapat ditentukan dengan
melihat morfologi dan ukuran dari kerangka. Bagian tulang yang penting untuk
menentukan jenis kelamin adalah pelvis dan tengkorak karena dapat memberikan
hasil yang lebih akurat. Selain itu dapat pula ditentukan menggunakan tulang
lainnya seperti scapula, klavikula, humerus, ulna, radius, sternum, femur, tibia dan
kalkaneus.
Identifikasi jenis kelamin dari tulang panggul
Ada beberapa tulang yang dapat dianalisis untuk menentukan jenis kelamin,
salah satunya adalah kerangka pelvis. Wanita umumnya mempunyai tulang pubis
yang lebih lebar dari laki-laki untuk memungkinkan kepala bayi untuk lewat pada
saat proses kelahiran. Ukuran sudut subpubis lebih dari 90 derajat, sedangkan
17
pada laki-laki <90. Panggul pada wanita lebih lebar, khususnya tulang kemaluan
(os pubis) dan tulang usus (os oschii), sudut pada insisura ischiadika mayor lebih
terbuka, foramen oburatorium mendekati bentuk segitiga. Sangat diagnostik
adalah Arc compose. Di samping itu pada wanita terdapat lengkung pada bagian
ventral tulang kemaluan, yang tidak kentara pada pria. Bagian subpubica dari
ramus ischio-pubicus cekung pada wanita, sedangkan pada pria tulang ini
cembung. Dilihat dari sisi ventral, pada wanita bagian yang sama agak tajam, pada
pria lebih membulat.
Gambar. Perbedaan tulang panggul pada wanita dan laki-laki
Pada panggul, indeks isio-pubis (panjang pubis dikali seratus dibagi panjang
isium) merupakan ukuran yang paling sering digunakan.
- Nilai laki-laki sekitar 83,6
- Nilai wanita sekitar 99,5
Ukuran anatomik lain seperti indeks asetabulo-isiadikum, indeks cotulo-
isiadikum, ukuran pintu atas, tengah dan bawah panggul serta morfologi deskriptif
seperti:
- Insisura isiadikum mayor yang sempit dan dalam pada laki-laki.
- Sulkus preaurikularis yang menonjol pada wanita
- Arkus sub-pubis dan krista iliaka
18
Tabel 1. Identifikasi jenis kelamin dari tulang panggul
CiriBobot
W
Hyperfeminin
-2
Feminin
-1
Netral
0
Maskulin
+1
Hipermaskulin
+2
Sulcus
Praeauricularis
Incisura
ischiadica mayor
Angulus
suppubicus
Os Coxae
Arc Compose
Foramen
obturatorium
Corpus ossis
Ischii
Crista illiaca
Fossa illiaca
Pelvis major
Pelvis minor
3
3
2
2
2
2
2
1
1
1
1
Mendalam,
Batasnya jelas
Sangat terbuka
bentuk V
>100
Rendah,lebar,
sayap luas,
relief otot
kurang jelas
Dua lengkung
Segi tiga sudut
runcing
Sangat
sempit,tuber
ischiadicus
kurang jelas
Bentuk S-nya
sangat dangkal
Sangat rendah
dan lebar
Sangat lebar
Sangat lebar
oval
Lebih dangkal,
tapi jelas
Terbuka bentuk
V
90-100
Ciri feminin
kurang jelas
Dua lengkung
Segi tiga
Sempit
Bentuk S-nya
dangkal
Rendah dan
lebar
Lebar
Lebar, oval
Hanya bekas
Bentuk
peralihan
60-100
Bentuk
peralihan
Dua lengkung
Bentuk tidak
jelas
Sedang
Sedang
Tinggi dan
lebarnya
sedang
Sedang
Lebarnya
sedang, bulat
Hampir tak
kentara
Bentuk U
45-60
Ciri maskulin
kurang jelas
Satu lengkung
Oval
Lebar
Jelas berbentuk
S
Tinggi dan
sempit
Sempit
Sempit
berbentuk harten
Tidak ada
Sempit,jelas
bentuk U
<45
Tinggi,sempit,rel
ief otot sangat
kentara
Satu lengkung
Oval dengan
sudut
Bulat
Sangat lebar
dengan tuber
ischidikus sangat
kuat
Sangat jelas
berbentuk S
Sangat tinggi
dan sempit
Sangat sempit
berbentuk harten
19
Identifikasi Jenis Kelamin dari Tulang Tengkorak
Dimorfism pada tulang tengkorak dapat digunakan untuk membedakan jenis
kelamin. Terdapat beberapa perbedaan tulang tengkorak pria dan winta terlihat
pada tabel berikut.
Tengkorak pria lebih besar, lebih berat dan tulangnya lebih tebal. Seluruh
relief tengkorak (benjolan,tonjolan dsb.) lebih jelas pada pria.
Tulang dahi dipandang dari norma lateralis kelihatan lebih miring pada pria,
pada wanita hampir tegak lurus; benjolan dahi (tubera frontalla) lebih kentara
pada wanita, pada pria agak menghilang. Arci supercilliaris lebih kuat pada laki-
laki; sering hampir tidak kentara pada wanita. Pinggir lekuk mata (orbita) agak
tajam/tipis pada wanita dan tumpul/tebal pada pria. Bentuk orbita pada pria lebih
bersegi empat (menyerupai layar TV dengan sudut tumpul), pada wanita lebih
oval membulat.
Prossesus mastoideus besar dan takiknya (incisura mastoidea) lebih
mendalam pada pria. Perbedaan tengkorak laki-laki dan wanita dapat dilihat pada
tabel 2.
Gambar. Perbedaan tengkorak wanita dan laki-laki
Tabel 2. Identifikasi jenis kelamin dari tengkorak kepala
No Tanda Pria Wanita
1 Ukuran, volume Besar Kecil
20
endokranial
2 Arsitektur Kasar Halus
3 Tonjolan supraorbital Sedang-besar Kecil-sedang
4 Prosesus mastoideus Sedang-besar Kecil-sedang
5 Daerah oksipital, linea
muskulares dan
protuberensia
Tidak jelas Jelas/menonjol
6 Eminensia frontalis Kecil Besar
7 Eminensia partetalis Kecil Besar
8 Orbita Persegi, rendah relatif kecil tepi
tumpul
Bundar, tinggi relatif besar tepi
tajam
9 Dahi Curam kurang membundar Membundar, penuh, infantil
10 Tulang pipi Berat, arkus lebih ke lateral Ringan, lebih memusat
11 Mandibula Besar, simfisisnya tinggi, ramus
asendingnya lebar
Kecil, dengan ukuran korpus
dan ramus lebih kecil
12 Palatum Besar dan lebar, cenderung seperti
huruf U
Kecil, cenderung seperti
parabola
13 Kondilus oksipitalis Besar Kecil
14 Gigi geligi Besar, M1 bawah sering 5 kuspid Kecil, molar biasanya 4 kuspid
Sudut yang terbentuk oleh rasmus dan corpus mandibulae lebih kecil pada
pria (mendekati 90º). Benjol dagu (protuberia mentalis) lebih jelas/besar pada
pria. Processus coronoideus lebih besar/panjang pada pria.
Tabel 3. Identifikasi jenis kelamin dari mandibula
No Yang membedakan Laki – laki Perempuan
1
2
3
4
5
6
7
Ukuran
Sudut anatomis
Dagu
Bentuk tulang
Mental tubercle
Myelohyoid line
Tinggi pada simphisis
mentii
Lebih besar
Everted
Berbentuk persegi empat
Berbentuk seperti huruf “V”
Besar dan menonjol
Menonjol dan dalam
Lebih
Lebih kecil
Inverted
Agak bulat
Berbentuk seperti huruf “U”
Tidak signifikan
Kurang menonjol dan dangkal
Kurang
21
8
9
10
11
Ramus ascending
Condylar facet
Berat dan permukaan
Gigi
Lebih lebar
Lebih besar
Lebih berat,permukaannya kasar
dengan tempat perlengketan otot
yang menonjol
Lebih besar
Lebih sempit
Lebih kecil
Lebih ringan dengan permukaan
yang halus
Lebih kecil
Identifikasi jenis kelamin dari tulang femur
Tulang panjang laki-laki lebih panjang dan lebih masif dibandingkan
dengan tulang wanita dengan perbandingan 100:90.
Pada tulang-tulang femur, humerus dan ulna terdapat beberapa ciri khas
yang menunjukkan jenis kelamin seperti ukuran kaput dan kondilus, sudut antara
kaput femoris terdapat batangnya yang lebih kecil pada laki-laki, perforasi fosa
olekrani menunjukkan jenis wanita, serta adanya belahan pada sigmoid notch pada
laki-laki.
Tabel 4. Identifikasi jenis kelamin dari tulang femur
No Yang membedakan Laki – laki Perempuan
1
2
3
4
5
6
7
8
Caput
Collum dan corpus
Kecenderungan corpus
bagian bawah ke arah dalam
Diameter vertikal caput
Panjang oblik trochanter
Garis popliteal
Lebar bicondylar
Ciri – ciri umum
Permukaan persendian Lebih dari
2/3 dari bulatan
Membentuk sudut lancip
Kurang
Sekitar 4 – 5 cm
Sekitar 45 cm
Sekitar 14 cm
Sekitar 7 – 5 cm
Berat,permukaan kasar dengan
tempat perlekatan otot yang nonjol
Permukaan persendian
kurang dari 2/3 dari
bulatan
Membentuk sudut tumpul
Lebih
Sekitar 4.15 cm
Sekitar39 cm
Sekitar 10 cm
Sekitar 7 cm
Ringan dengan
permukaan yang halus
22
Gambar . Perbedaan tulang femur pada wanita dan laki-laki
Identifikasi Jenis kelamin dari tulang-tulang lainnya
Jumlah beberapa ukuran pada tulang dada seperti panjang sternum tanpa
xyphoid, lebar sternum pada segmen I dan II, tebal minimum manubrium dan
korpus sternum segmen I dapat untuk menentukan jenis kelamin.
c. Umur
Walaupun umur sebenarnya tidak dapat ditentukan dari tulang, namun
perkiraan umur seseorang dapat ditentukan. Biasanya pemeriksaan dari os pubis,
sakroiliac joint, cranium, artritis pada spinal dan pemeriksaan mikroskopis dari
tulang dan gigi memberikan informasi yang mendekati perkiraan umur. Untuk
memperkirakan usia, bagian yang berbeda dari rangka lebih berguna untuk
menentukan perkiraan usia pada range usia yang berbeda. Range usia meliputi
usia perinatal, neonatus, bayi dan anak kecil, usia kanak-kanak lanjut, usia remaja,
dewasa muda dan dewasa tua.
Pemeriksaan terhadap pusat penulangan (osifikasi) dan penyatuan epifisis
tulang sering digunakan untuk perkiraan umur pada tahun-tahun pertama
23
kehidupan. Pemeriksaan ini dapat dilakukan menggunakan foto radiologis atau
dengan melakukan pemeriksaan langsung terhadap pusat penulangan pada tulang.
Pemeriksaan terhadap penutupan sutura pada tulang-tulang atap tengkorak
guna perkiraan umur sudah lama diteliti dan telah berkembang berbagai metode,
namun pada akhirnya hampir semua ahli menyatakan bahwa cara ini tidak akurat
dan hanya dipakai dalam lingkup dekade (umur 20-30-40 tahun) atau mid-dekade
(umur 25-35-45 tahun) saja.
Umur dalam tiga tahapan :
1. Bayi baru dilahirkan
Neonatus, bayi yg belum mempunyai gigi, sangat sulit untuk menentukan
usianya karena pengaruh proses pengembangan yang berbeda pada masing-
masing individu. Bayi dan anak kecil biasanya telah memiliki gigi. Pembentukan
gigi sering kali digunakan untuk memperkirakan usia. Gigi permanen mulai
terbentuk saat kelahiran, dengan demikian pembentukan dari gigi permanen
merupakan indikator yang baik untuk menentukan usia. Beberapa proses
penulangan mulai terbentuk pada usia ini, ini berarti bagian-bagian yang lunak
dari tulang mulai menjadi keras. Namun, ini bukan faktor penentuan yg baik.
Pengukuran tinggi badan diukur :
Streeter : tinggi badan dari puncak kepala sampai tulang ekor
Haase : tinggi badan diukur dari puncak kepala sampai tumit
Umur Panjang Umur Panjang
1 bulan 1 cm 6 bulan 30 cm
2 bulan 4 cm 7 bulan 35 cm
3 bulan 9 cm 8 bulan 40 cm
4 bulan 16 cm 9 bulan 45 cm
5 bulan 25 cm 10 bulan 50 cm
2. Anak dan dewasa sampai umur 30 tahun
Masa kanak-kanak lanjut dimulai saat gigi permanen mulai tumbuh.
Semakin banyak tulang yang mulai mengeras. Masa remaja menunjukkan
24
pertumbuhan tulang panjang dan penyatuan pada ujungnya. Penyatuan ini
merupakan teknik yang berguna dalam penentuan usia. Masing-massing epifisis
akan menyatu pada diafisis pada usia-usia tertentu. Dewasa muda dan dewasa tua
mempunyai metode-metode yang berbeda dalam penentuan usia; penutupan
sutura cranium; morfologi dari ujung iga, permukaan aurikula dan simfisis pubis;
struktur mikro dari tulang dan gigi.
Persambungan speno-oksipital terjadi pada umur 17 – 25 tahun.
Tulang selangka merupakan tulang panjang terakhir unifikasi.
Unifikasi dimulai umur 18 – 25 tahun.
Unifikasi lengkap 25 – 30 tahun, usia lebih dari 31 tahun sudah lengkap
Tulang belakang sebelum 30 tahun menunjukkan alur yang dalam dan
radier pada permukaan atas dan bawah.
3. Dewasa > 30 tahun
Sutura kranium (persendian non-moveable pada kepala) perlahan-perlahan
menyatu. Walaupun ini sudah diketahui sejak lama, namun hubungan penyatuan
sutura dengan penentuan umur kurang valid. Morfologi pada ujung iga berubah
sesuai dengan umur. Iga berhubungan dengan sternum melalui tulang rawan.
Ujung iga saat mulai terbentuk tulang rawan awalnya berbentuk datar, namun
selama proses penuaan ujung iga mulai menjadi kasar dan tulang rawan menjadi
berbintik-bintik. Iregularitas dari ujung iga mulai ditemukan saat usia menua.
Gambar 4. Perkembangan Tengkorak Berdasar Umur
25
Pemeriksaan tengkorak :
Pemeriksaan sutura, penutupan tabula interna mendahului eksterna
Sutura sagitalis, koronarius dan sutura lambdoideus mulai menutup umur
20 – 30 tahun
Sutura parieto-mastoid dan squamaeus 25 – 35 tahun tetapi dapat tetap
terbuka sebagian pada umur 60 tahun.
Sutura spheno-parietal umumnya tidak akan menutup sampai umur 70
tahun.
Pemeriksaan permukaan simfisis pubis dapat memberikan skala umur dari
18 tahun hingga 50 tahun, baik yang dikemukakan oleh Todd maupun oleh
Mokern dan Stewart. Mokern dan Stewart membagi simfisis pubis menjadi 3
komponen yang masing-masing diberi nilai. Jumlah nilai tersebut menunjukkan
umur berdasarkan sebuah tabel.Schranz mengajukan cara pemeriksaan tulang
humerus dan femur guna penentuan umur.
Demikian pula tulang klavikula, sternum, tulang iga dan tulang belakang
mempunyai ciri yang dapat digunakan untuk memperkirakan umur.Nemeskeri,
Harsanyi dan Ascadi menggabungkan pemeriksaan penutupan sutura endokranial,
relief permukan simfisis pubis dan struktur spongiosa humerus proksimal/epifise
femur, dan mereka dapat menentukan umur dengan kesalahan sekitar 2,55 tahun.
d. Ras
Variasi geografi dari rangka manusia digunakan untuk mengidentifikasi ras
manusia atau silsilah seorang individu. Para ahli antropologi forensik membagi
ras ke dalam 3 ras yaitu: Mongoloid, Negroid dan Kaukasoid.
Dibandingkan dengan perhitungan jenis kelamin, usia dan tinggi badan,
penentuan ras lebih sulit, kurang tepat dan kurang dapat dipercaya, karena tidak
ada tanda di rangka. Rangka digunakan sebagai petunjuk untuk menentukan ras
yang bersifat nonmetrik, yang didokumentasikan melalui metode antrostopik yang
sedikit bersifat subjektif dan bervariasi antara satu peneliti dengan peneliti lain.
26
Bagaimanapun perkiraan ras merupakan sebuah cara dalam bidang identifikasi
forensik sebagaimana dengan penentuan usia, jenis kelamin, dan tinggi badan
yang sangat mempengaruhi ras dari masing-masing individu.
Rangka yang digunakan sebagai penentu dari ras sangat difokuskan pada
ciri tengkorak dan gigi geligi. Penentu ras dari tengkorak merupakan ciri-ciri
metric dan non-metrik, termasuk panjang dan lebar bentuk tengkorak, kekuatan
tengkorak, bentuk tengkorak dan secara unik spesifik pada bentuk gigi. Beberapa
perbedaan yang ditemukan pada masing-masing ras seperti pada gigi seri, pada ras
mongoloid dan negroid berbentuk sekop sementara pada ras kaukasoid tidak.
Selain gigi seri juga terdapat perbedaan pada bentuk tulang pipi, pada kaukasoid
tulang pipi kurang lebar, negroid lebar datar dan mongoloid terletak di antaranya.
Perbedaan morfologi ras mongoloid, negroid dan kaukasoid dapat dilihat pada
tabel 6.
Gambar . Ras Kaukasoid Gambar . Ras Negroid
Gambar . Ras Mongoloid
27
Tabel 6. Karakter tulang pada masing-masing ras
No Karakter Kaukasoid Negroid Mongoloid
1 Indeks kranial 75-80, Mesokranial <75, Dolikokranial >80, Brakikranial
2 Kontur Sagital Melengkung Depresi+cekung ke dalam Melengkung
3 Keeling of skull (-) (-) (+)
4 Total Indeks
Facial
>90, makin sempit >85, makin lebar 85-90, Rata-rata
5 Profil Wajah Lurus Orthognatik Menonjol/ prognatik Intermediate
6 Profil Spina
Nasal
Runcing menonjol Sedikit runcing Membulat
7 Korda Basalis Panjang Panjang Pendek
8 Sutura Palatina Simple Simple Kompleks
9 Sutura Metopik (+) (-) (-)
10 Worman bones (-) (-) (+)
11 Bentuk orbita Sudut miring Persegi Bulat tidak miring
12 Batas terbawah
mata
Menjauh Menjauh Mendekat
13 Indeks nasal <48, Lepthorhinik
(sempit)
>53, Platyyhinik (lebar) 48-53,
Meshorinik
(intermediate)
14 Bentuk kavitas
nasal
Tear shaped (air
mata)
Bulat lebar Oval
15 Tulang nasal “tower-shaped”
(berbentuk menara),
sempit dan parallel
dari anterior, agak
melengkung dalam
profilnya
“Quonset hut shaped”
(berbentuk kubah
metal/baja), lebar dan
meluas dari anterior, tidak
melengkung dalam
profilnya
“tented” (bentuk
tented), sempit
dan meluas dari
anterior,
melengkung
dalam profilnya
16 Pertumbuhan
yang berlebih di
pangkal hidung
(-) (-) (+)
17 Nasal sill (+) (-) (-)
18 Spina nasalis
inferior
Besar dan
cenderung tajam
kecil kecil
19 Arkus Sempit dan agak Sedang sampai besar dan Menonjol
28
zygomatikus mundur ke
belakang
agak mundur ke belakang
20 Meatus
acusticus
externus
membulat Membulat Oval
21 Bentuk palatum Triangular Rectangular Parabola atau
berbentuk
ladam/sepatu
kuda
22 Sutura palatine Irregular (tidak
teratur)
Irregular Lurus
23 Oklusi Sedikit overbite Sedikit overbite Edge to edge/
sama rata
24 Insisivus
sentralis
Blade shaped
(berbentuk seperti
mata pisau)
Blade shaped (berbentuk
seperti mata pisau)
Shovel shaped
(berbentuk seperti
kapak)
25 Bentuk ramus
mandibula
ascending
Terjepit pada
bagian pertengahan
Miring pada bagian
belakang
Lebar dan vertikal
26 Proyeksi ramus
mandibula
ascending
Tidak menonjol Menonjol Tidak menonjol
27 Sudut genital Sedikit melebar Tidak melebar Sedikit melebar
28 Profil dagu Lebih kemuka dan
menonjol
Membulat Sedikit menonjol
e. Tinggi Badan
Tinggi badan seseorang dapat diperkirakan dari panjang tulang tertentu,
menggunakan rumus yang dibuat banyak ahli.
a. Rumus Antropologi Ragawi UGM untuk pria dewasa (Jawa):
- Tinggi badan = 897 + 1,74 y (femur kanan)
- Tinggi badan = 822 + 1,90 y (femur kiri)
- Tinggi badan = 879 + 2,12 y (tibia kanan)
- Tinggi badan = 847 + 2,22 y (tibia kiri)
- Tinggi badan = 867 + 2,19 y (fibula kanan)
29
- Tinggi badan = 883 + 2,14 y (fibula kiri)
- Tinggi badan = 847 + 2,60 y (humerus kanan)
- Tinggi badan = 805 + 2,74 y (humerus kiri)
- Tinggi badan = 842 + 3,45 y (radius kanan)
- Tinggi badan = 862 + 3,40 y (radius kiri)
- Tinggi badan = 819 + 3,15 y (ulna kanan)
- Tinggi badan = 847 + 3,06 y (ulna kiri)
b. Rumus Trotter dan Gleser untuk Mongoloid:
- 1,22 (fem + fib) + 70,24 (± 3,18 cm)
- 1,22 (fem + tib) + 70,37 (± 3,24 cm)
- 2,40 (fib) + 80,56 (± 3,24 cm)
- 2,39 (tib) + 81,45 (± 3,27 cm)
- 2,15 (fem) + 72,57 (± 3,80 cm)
- 1,68 (hum + ulna) + 71,18 (± 4,14 cm)
- 1,67 (hum + rad) + 74,83 (± 3,24 cm)
- 2,68 (hum) + 83,19 (± 4,25 cm)
- 3,54 (rad) + 82,00 (± 4,60 cm)
- 3,48 (ulna) + 77,45 (± 3,66 cm)
Melalui suatu penelitian, Djaja Surya Atmadja menemukan rumus untuk
populasi dewasa muda di Indonesia:
Pria: TB = 72,9912 + 1,7227 (tib) + 0,7545 (fib) (± 4,2961 cm)
TB = 75,9800 + 2,3922 (tib) (± 4,3572 cm)
TB = 80,8078 + 2,2788 (fib) (± 4,6186 cm)
Wanita: TB = 71,2817 + 1,3346 (tib) + 1,0459 (fib) (± 4,8684 cm)
TB = 77,4717 + 2,1889 (tib) (± 4,9526 cm)
TB = 76,2772 + 2,2522 (fib) (± 5,0226 cm)
Tulang yang diukur dalam keadaan kering biasanya lebih pendek 2 mm dari
tulang yang segar, sehingga dalam menghitung tinggi badan perlu diperhatikan.
30
Rata-rata tinggi laki-laki lebih besar dari wanita, maka perlu ada rumus
yang terpisah antara laki-laki dan wanita. Apabila tidak dibedakan, maka
diperhitungkan ratio laki-laki : wanita adalah 100:90. Selain itu penggunaan lebih
dari satu tulang dianjurkan. (khusus untuk rumus Djaja SA, panjang tulang yang
digunakan adalah panjang tulang yang diukur dari luar tubuh, berikut kulit di
luarnya).
Ukuran pada tengkorak, tulang dada dan telapak tangan juga dapat
digunakan untuk menilai tinggi badan.
f. Waktu Kematian
Sangatlah susah untuk memperkirakan waktu kematian dari pemeriksaan
tulang, meskipun begitu dugaan-dugaan dapat dibuat dengan memperhatikan
adanya fraktur, aroma, dan kondisi jaringan lunak dan ligamen yang melekat
dengan pada tulang tersebut. Pada kasus-kasus fraktur, perkiraan waktu kematian
dapat diperkirakan dalam berbagai tingkatan ketepatan, dengan pemeriksaan
callus setelah dibedah sebelumnya secara longutidunal. Aroma yang dikeluarkan
tulang pada beberapa kematian sangat khas dan menyengat. Harus diingat bahwa
anjing, serigala dan pemakan daging lainnya akan menggunduli tulang tanpa
sedikit pun jaringan lunak dan ligamen, meskipun dalam waktu yang sangat
singkat, tetapi aroma yang ditinggalkanya masih merupakan bukti dan tetap
berbeda dari tulang yang telah mengalami penguraian di tanah.
Tulang-tulang yang baru mempunyai sisa jaringan lunak yang melekat pada
tendon dan ligamen, khususnya di sekitar ujung sendi.Periosteum kelihatan
berserat, melekat erat pada permukaan batang tulang. Tulang rawan mungkin
masih ada dijumpai pada permukaan sendi. Melekatnya sisa jaringan lunak pada
tulang adalah berbeda-beda tergantung kondisi lingkungan, dimana tulang
terletak. Mikroba mungkin dengan cepat merubah seluruh jaringan lunak dan
tulang rawan, kadang dalam beberapa hari atau pun beberapa minggu. Jika mayat
dikubur pada tempat atau bangunan yang tertutup, jaringan yang kering dapat
bertahan sampai beberapa tahun. Pada iklim panas mayat yang terletak pada
tempat yang terbuka biasanya menjadi tinggal rangka pada tahun-tahun pertama,
31
walaupun tendon dan periosteumnya mungkin masih bertahan sampai lima tahun
atau lebih.
Secara kasar perkiraan lamanya kematian dapat dilihat dari keadaan tulang
seperti :
1. Dari Bau Tulang
Bila masih dijumpai bau busuk diperkirakan lamanya kematian kurang dari 5
bulan. Bila tidak berbau busuk lagi kematian diperkirkan lebih dari 5 bulan.
2. Warna Tulang
Bila warna tulang masih kekuning-kuningan dapat diperkirakan kematian
kurang dari 7 bulan. Bila warna tulang telah berwarna agak keputihan
diperkirakan kematian lebih dari 7 bulan.
3. Kekompakan Kepadatan Tulang
Setelah semua jaringan lunak lenyap, tulang-tulang yang baru mungkin masih
dapat dibedakan dari tulang yang lama dengan menentukan kepadatan dan
keadaan permukaan tulang. Bila tulang telah tampak mulai berpori-pori,
diperkirakan kematian kurang dari 1 tahun. Bila tulang telah mempunyai pori-
pori yang merata dan rapuh diperkirakan kematian lebih dari 3 tahun.
Keadaan diatas berlaku bagi tulang yang tertanam di dalam tanah. Kondisi
penyimpanan akan mempengaruhi keadaan tulang dalam jangka waktu tertentu
misalnya tulang pada jari-jari akan menipis dalam beberapa tahun bahkan sampai
puluhan tahun jika disimpan dalam ruangan.
Tulang baru akan terasa lebih berat dibanding dengan tulang yang lebih tua.
Tulang-tulang yang baru akan lebih tebal dan keras, khususnya tulang- tulang
panjang seperti femur. Pada tulang yang tua, bintik kolagen yang hilang akan
memudahkan tulang tersebut untuk dipotong. Korteks sebelah luar seperti pada
daerah sekitar rongga sumsum tulang, pertama sekali akan kehilangan stroma,
maka gambaran efek sandwich akan kelihatan pada sentral lapisan kolagen pada
daerah yang lebih rapuh. Hal ini tidak akan terjadi dalam waktu lebih dari sepuluh
tahun, bahkan dalam abad, kecuali jika tulang terpapar cahaya matahari dan
elemen lain. Merapuhnya tulang-tulang yang tua, biasanya kelihatan pertama
sekali pada ujung tulang-tulang panjang, tulang yang berdekatan dengan sendi,
32
seperti tibia atau trochanter mayor dari tulang paha. Hal ini sering karena lapisan
luar dari tulang pipih lebih tipis pada bagian ujung tulang dibandingkan dengan di
bagian batang, sehingga lebih mudah mendapat paparan dari luar. Kejadian ini
terjadi dalam beberapa puluh tahun jika tulang tidak terlindung, tetapi jika tulang
tersebut terlindungi, kerapuhan tulang akan terjadi setelah satu abad. Korteks
tulang yang sudah berumur, akan terasa kasar dan keropos, yang benar-benar
sudah tua mudah diremukkan ataupun dapat dilobangi dengan kuku jari.
Jadi banyak faktor yang mempengaruhi kecepatan membusuknya tulang,
disamping jenis tulang itu sendiri mempengaruhi. Tulang-tulang yang tebal dan
padat seperti tulang paha dan lengan dapat bertahan sampai berabad-abad,
sementara itu tulang-tulang yang kecil dan tipis akan hancur lebih cepat.
Lempengan tulang tengkorak, tulang-tulang kaki dan tulang-tulang tangan, jari-
jari dan tulang tipis dari wajah akan membusuk lebih cepat, seperti juga yang
dialami tulang-tulang kecil dari janin dan bayi.
g. Melihat apakah tulang tersebut dipotong, dibakar atau digigit binatang
Tulang, bagian ujung ujung dari tulang, harus diperiksa dengan sangat teliti
untuk mengetahui apakah tulang-tulang tersebut dipotong dengan benda tajam,
atau digerogoti binatang, atau medulanya telah dimakan. Terkadang petugas
kepolisian yang kurang berpengalaman salah mengira tulang yang digerogoti
binatang dan mengiranya dipotong dengan benda tajam, lalu berusaha
menerangkannya dengan berbagai teori yang tidak jelas. Saluran-saluran nutrisi
juga harus diperiksa untuk melihat ada atau tidaknya arsenic merah atau zat
pewarna lainnya untuk mengetahui dengan pasti apakah tulang tersebut berasal
dari ruang pemotongan.
h. Menentukan kemungkinan penyebab kematian
Hampir tidak mungkin untuk menentukan penyebab kematian dari tulang,
kecuali jika didapati fraktur atau cedera, seperti fraktur pada tulang tengkorak atau
pada cervikal atas atau potongan yang dalam pada tulang yang mengarahkan
33
kepada penggunaan alat pemotong yang kuat. Penyakit-penyakit pada tulang,
seperti karies atau nekrosis, atau bekas cedera bakar.
BAB III
PENUTUP
Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta perkembangan
social budaya mengakibakan tingginya angka kecelakaan, pembunuhan dan
peristiwa-peristiwa lain yang kadang-kadang mengakibatkan kesulitan
dikenalinya korban tersebut. Di lain pihak adanya tuntutan untuk segera
dilakukannya identifikasi secara tepat pada korban tersebut. Tak jarang jenazah
yang dibawa untuk diidentifikasi hanya berupa kerangka saja, sehingga
identifikasi sulit untuk dilakukan.
Identifikasi yang dapat dilakukan pada kerangka manusia atau diduga
manusia adalah waktu kematian, profil biologis (umur, jenis kelamin, tinggi, ras),
karakteristik individual dan kemungkinan penyebab kematian.
Waktu kematian dapat diduga dengan menganalisis fraktur, aroma, dan
kondisi jaringan lunak dan ligamen yang melekat dengan pada tulang, serta
perubahan yang terjadi pada tulang.
Penentuan umur dapat dilakukan dengan pemeriksaan penutup sutura, inti
penulangan, penyatuan tulang serta pemeriksaan gigi. Jenis kelamin dapat
dianalisis dengan memeriksa dimorfisme dan ukuran dari tengkorak, tulang
panggul, dan tulang-tulang panjang. Tinggi badan seseorang dapat diperkirakan
dari panjang tulang tertentu, menggunakan rumus yang dibuat ahli yaitu Rumus
Antropologi Ragawi UGM untuk pria dewasa (Jawa), Rumus Trotter dan Gleser
untuk Mongoloid, Rumus dari Djaja Surya Atmadja untuk populasi dewasa muda
di Indonesia. Ras dapat ditentukan dengan melihat karakteristik tengkorak dan
gigi geligi serta tulang-tulang lainnya.
34
DAFTAR PUSTAKA
Amir, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Forensik. 1st ed. Medan: USU Press
Boer, Ardiyan. Osteologi Umum. 10th ed. Padang: Percetakan Angkasa Raya
Budiyanto, A., Widiatmaka, W., Atmaja, D. S., 1999. Identifikasi Forensik.
Dalam: Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran
Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Halaman 197-202
Glinka, J. 1990. Antopometri & Antroskopi.3rd ed. Surabaya
Idries, A.M. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik Edisi Pertama. Jakarta :
Binarupa Aksara.
Krogman, W.M., Iscan M.Y., 1986. The Human Skeleton in Forensic Medicine.
Illinois: Thomas Publisers
Nandy, A. 1996. Principles of Forensic Medicine. 1st ed. Calcutta: New Central
Book Agency (P) Ltd
Nielsen, S.K. 1980. Person Identification by Means of the Teeth. Bristol: John
Wright & Sons Ltd