Referat Filariasis Copy

26
BAB I PENDAHULUAN Filariasis adalah penyakit menular ( Penyakit Kaki Gajah ) yang disebabkan oleh cacing Filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Penyakit ini bersifat menahun ( kronis ) dan bila tidak mendapatkan pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki. Akibatnya penderita tidak dapat bekerja secara optimal bahkan hidupnya tergantung kepada orang lain sehingga menjadi beban keluarga, masyarakat dan negara. 3,4,8,10 Menurut WHO, lebih dari sekitar 1 milyar orang di lebih dari 80 negara beresiko tertular Filariasis. Lebih dari 120 juta orang telah terinfeksi Filariasis dan lebih dari 40 juta orang dari mereka beresiko tertular dan terinfeksi oleh Filariasis. Sepertiga dari orang yang terinfeksi dengan penyakit ini hidup di India, sepertiga berada di Afrika dan sebagian besar sisanya berada di Asia Selatan, Pasifik dan Amerika. Di daerah tropis dan subtropis di mana filariasis limfatik adalah mapan, prevalensi infeksi terus meningkat. Penyebab utama dari peningkatan ini adalah pertumbuhan yang cepat dan tidak terencana kota,yang menciptakan tempat berkembang biak banyak untuk nyamuk yang menularkan penyakit. 4,5 Dalam manifestasi yang paling jelas, filariasis limfatik menyebabkan pembesaran seluruh kaki atau lengan, alat kelamin, 1

description

mmmmm

Transcript of Referat Filariasis Copy

Page 1: Referat Filariasis Copy

BAB I

PENDAHULUAN

Filariasis adalah penyakit menular ( Penyakit Kaki Gajah ) yang disebabkan oleh cacing Filaria

yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Penyakit ini bersifat menahun ( kronis ) dan bila

tidak mendapatkan pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki,

lengan dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki. Akibatnya penderita tidak dapat

bekerja secara optimal bahkan hidupnya tergantung kepada orang lain sehingga menjadi beban

keluarga, masyarakat dan negara.3,4,8,10

Menurut WHO, lebih dari sekitar 1 milyar orang di lebih dari 80 negara beresiko tertular

Filariasis. Lebih dari 120 juta orang telah terinfeksi Filariasis dan lebih dari 40 juta orang dari

mereka beresiko tertular dan terinfeksi oleh Filariasis. Sepertiga dari orang yang terinfeksi

dengan penyakit ini hidup di India, sepertiga berada di Afrika dan sebagian besar sisanya berada

di Asia Selatan, Pasifik dan Amerika. Di daerah tropis dan subtropis di mana filariasis limfatik

adalah mapan, prevalensi infeksi terus meningkat. Penyebab utama dari peningkatan ini adalah

pertumbuhan yang cepat dan tidak terencana kota,yang menciptakan tempat berkembang biak

banyak untuk nyamuk yang menularkan penyakit.4,5

Dalam manifestasi yang paling jelas, filariasis limfatik menyebabkan pembesaran seluruh kaki

atau lengan, alat kelamin, vulva dan payudara. Di komunitas endemik, 10-50% laki-laki dan

sampai dengan 10% perempuan dapat dipengaruhi. Stigma psikologis dan sosial yang terkait

dengan aspek-aspek dari penyakit ini sangat besar.4,5

Di Indonesia penyakit Kaki Gajah tersebar luas hampir di seluruh propinsi. Berdasarkan laporan

dari hasil survei pada tahun 2000 yang lalu tercatat sebanyak 1553 desa di 647 Puskesmas

tersebar di 231 Kabupaten 26 Propinsi sebagai lokasi yang endemis, dengan jumlah kasus

kronis 6233 orang. Hasil survei laboratorium, melalui pemeriksaan darah jari, rata-rata

mikrofilaria rate (Mf rate) 3,1 %, berarti sekitar 6 juta orang sudah terinfeksi cacing filaria dan

sekitar 100 juta orang mempunyai resiko tinggi untuk ketularan karena vektornya tersebar luas.10

1

Page 2: Referat Filariasis Copy

WHO sudah menetapkan Kesepakatan Global (The Global Goal of Elimination of Lymphatic

Filariasis as a Public Health problem by The Year 2020). Program eliminasi dilaksanakan

melalui pengobatan massal dengan DEC dan Albendazol setahun sekali selama 5 tahun di lokasi

yang endemis dan perawatan kasus klinis baik yang akut maupun kronis untuk mencegah

kecacatan dan mengurangi penderitanya. Indonesia akan melaksanakan eliminasi penyakit kaki

gajah secara bertahap dimulai pada tahun 2002 di 5 kabupaten. Perluasan wilayah akan

dilaksanakan setiap tahun. Penyebab penyakit kaki gajah adalah tiga spesies cacing filarial yaitu;

Wucheria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori. Vektor penular : di Indonesia hingga saat

ini telah diketahui ada 23 spesies nyamuk dari genus Anopheles, Culex, Mansonia, Aedes, dan

Armigeres yang dapat berperan sebagai vektor penular penyakit kaki gajah.8,10

2

Page 3: Referat Filariasis Copy

BAB II

FILARIASIS

II.1 DEFINISI

Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing filaria Wuchereria bancrofti, Brugia

malayi atau B. timori. Parasit ini ditularkan pada tubuh manusia melalui gigitan nyamuk

Armigeres, Mansonia, Culex, Aedes dan Anopheles yang mengandung larva stadium III atau

(L3). Ketika masih dalam bentuk larva dan mikrovilia, cacing ini berada di dalam darah. Pada

saat berubah menjadi cacing dewasa, cacing-cacing ini akan menyerang pembuluh limfatik

sehingga menyebabkan kerusakan parah dan pembengkakan. Jika tidak segera diobati, penyakit

ini dapat menyebabkan cacat berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin.8,12,13

II.2 ETIOLOGI

Penyebab utama Filariasis limfatik :

1. Filaria bancrofti (Wuchereria bancrofti)

Filariasis bancrofti adalah infeksi yang disebakan oleh Wuchereria bancrofti. Cacing

dewasa hidup di dalam kelenjar dan saluran limfe, sedangkan mikrofilaria ditemukan di

dalam darah. Secara klinis, infeksi bias terjadi tanpa gejala atau manifestasinya berupa

peradangan dan sumbatan saluran limfe. Manusia merupakan satu-satunya hospes yang

diketahui. Wuchereria bancrofti akan mencapai kematangan seksual dikelenjar dan

saluran limfe. Cacing dewasa berwarna putih, kecil seperti benang. Cacing jantan

berukran 40 mm x 0,2 mm, sedangkan cacing betina berukuran dua kali cacing jantan

yaitu 80-100 mm x 0.2-0.3 mm. 1,2,6

2. Filaria malayi (Brugia malayi)

Penyebab Filariasis Malayi adalah filaria Brugia malayi. Cacing dewasa jenis ini

memiliki ukuran panjang 13-33 mm dengan diaameter 70-80 mikrometer. Sedangkan

cacing betinanya berukuran panjang 43-55 mm dan berdiameter 130-170 mikrometer.

3

Page 4: Referat Filariasis Copy

3. Timor microfilaria (Brugia timori)

Penyebab penyakit ini adalah filaria tipe Brugia timori. Cacing jantan berukuran panjang

20 mm dengan diameter 70-80 mikrometer. Sedangkan yang betina berukuran panjang

30 mm dengan diameter 100 mikrometer. Filaria tipe ini terdapat di daerah Timor, pulau

Rote, Flores dan beberapa pulau sekitarnya.

Cacing dewasa hidup di dalam saluran dan kelenjar limfe. Vektornya adalah Anopheles

barbirostis. Mikrofilarianya menyerupai mikrofilaria Brugia Malayi, yaitu lekuk

badannya patah-patah dan susunan intinya tidak teratur, perbedaannya terletak di dalam

hal : 1,2,6

1.Panjang kepala sama dengan 3x lebar kepala

2.Ekornya mempunyai 2 inti tambahan, yang ukurannya lebih kecil daripada inti-inti

lainnya dan letaknya lebih berjauhan bila dibandingkan dengan letak inti tambahan

Brugia malayi.

3.Sarungnya tidak mengambil warna pulasan Giemsa

4.Ukurannya lebih panjang daripada mikrofilaria Brugia malayi. Mikrofilaria bersifat

periodik nokturnal.

Filariasis limfatik ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles spp.,Culex spp., Aedes spp. dan

Mansonia spp.

Penyebab Filariasis subkutan:

1. Onchorcercia spp

Penyebab penyakit ini adalah Onchocerca volvulus. Juga dikenal sebagai hanging groins,

leopard skin, river blindness, atau sowda. Gejala klinis akibat adanya microfilaria di kulit

dan termasuk pruritus, bengkak subkutaneous, lymphadenitis, dan kebutaan

Cacing dewasa berukuran panjang 10-42 mm dengan diameter 130-210 mikrometer.

Sedangkan cacing betina berukuran panjang 33,5-50 mm dengan diameter 270-400

mikrometer.

Cacing dewasa berada dalam nodulus di jaringan subkutis atau lebih dalam, biasanya

timbul di daerah pelvis, temporal dan daerah occipital. Mikrofilarianya dapat ditemukan

didalam jaringan subkutis, darah tepi, urine dan sputum. 1,2,6,13

4

Page 5: Referat Filariasis Copy

2. Loaiasis

Penyababnya adalah cacing Loa loa. Cacing jantan memiliki panjang 30-34 mm dan lebar

0,35-0,43 mm. Sedangkan cacing betina loa-loa berukuran 40-70 mm dengan lebar 0,5

mm. Lalat buah mangga atau deerflies dari Chrysops diduga sebagai vektor dari penyakit

loaiasis. 1,2,6,13

II.3 EPIDEMIOLOGI

Menurut WHO, lebih dari sekitar 1 milyar orang di sekitar 80 negara beresiko tertular filariasis.

Sementara di Indonesia sekitar 100 juta orang beresiko tertular penyakit ini. Pada anak-anak,

pengaruh penyebaran parasit filaria berkembang dengan lambat namun, pembengkakan kelenjar

getah bening dapat diamati sejak dini yaitu di usia dua tahun. Perkembangan penyakit ini

terhadap anak perempuan dapat tampak di usia 13 tahun, sementara pada anak laki-laki penyakit

ini dapat terdeteksi di usia 11 tahun. Hingga saat ini WHO telah menetapkan Kesepakatan

Global untuk pemberantasan penyakit ini secara bertahap sejak tahun 2002.4,5

Di Indonesia penyakit Kaki Gajah tersebar luas hampir di seluruh propinsi. Berdasarkan laporan

dari hasil survei pada tahun 2000 yang lalu tercatat sebanyak 1553 desa di 647 Puskesmas

tersebar di 231 Kabupaten 26 Propinsi sebagai lokasi yang endemis, dengan jumlah kasus

kronis 6233 orang. Hasil survei laboratorium, melalui pemeriksaan darah jari, rata-rata

mikrofilaria rate (Mf rate) 3,1 %, berarti sekitar 6 juta orang sudah terinfeksi cacing filaria dan

sekitar 100 juta orang mempunyai resiko tinggi untuk ketularan karena vektornya tersebar luas.

Untuk memberantas penyakit ini sampai tuntas.10

II.4 MANIFESTASI KLINIS

Tanda dan gejala filariasis bancrofti sangat berbeda dari satu daerah endemik dengan daerah

endemic lainnya. Perbedaan ini kemungkinan disebabkan oleh perbedaan intensitas paparan

terhadap vektor yang infektif diantara daerah endemic tersebut.

Asymptomatic amicrofilaremia, adalah suatu keadaan yang terjadi apabila seseorang yang

terinfeksi mengandung cacing dewasa, namun tidak ditemukan mikriofilaria didalam darah, atau

karena microfilaremia sangat rendah sehingga tidak terdeteksi dengan prosedur laboratorium

yang biasa. 3,6

5

Page 6: Referat Filariasis Copy

Asymptomatic microfilaremia, pasien mengandung microfilaremia yang berat tetapi tanpa gejala

sama sekali.

Manifestasi akut, berupa demam tinggi (demam filarial atau elefantoid), menggigil dan lesu,

limfangitis dan limfadenitis yang berlangsung 3-15 hari, dan dapat terjadi beberapa kali dalam

setahun. Pada banyak kasus, demam filarial tidak menunjukan microfilaremia. Limfangitis akan

meluas kedaerah distal dari kelenjar yang terkena tempat cacing ini tinggal. Limfangitis dan

limfadenitis berkembang lebih sering di ekstremitas bawah dari pada atas. Selain pada tungkai,

dapat mengenai alat kelamin, (tanda khas infeksi W.bancrofti) dan payudara. 3,6

Manifestasi kronik, disebabkan oleh berkurangnya fungsi saluran limfe terjadi beberapa bulan

sampai bertahun-tahun dari episode akut. Gejala klinis bervariasi mulai dari ringan sampai berat

yang diikuti dengan perjalanan penyakit obstruksi yang kronis. Tanda klinis utama yaitu

hydrocele,limfedema,elefantiasis dan chyluria, meningkat sesuai bertambahnya usia. 3,6

Manifestasi genital, di banyak daerah, gambaran kronis yang terjadi adalah hydrocele. Selain itu

dapat dijumpai epedidimitis kronis, funikulitis, edem karena penebalan kulit skrotum, sedangkan

pada perempuan bisa dijumpai limfedema vulva. Limfedema dan elefantiasis ekstremitas,

episode limfedema pada ekstremitas akan menyebabkan elefantiasis di daerah saluran limfe yang

terkena dalam waktu bertahun-tahun. Lebih sering terkena ekstremitas bawah. Pada W.bancrofti,

infeksi didaerah paha dan ekstremitas bawah sama seringnya, berbeda dengan B.malayi yang

hanya mengenai ekstremitas bawah saja. 3,6

Progresivitas filarial limfedema dibagi atas 3 derajat (WHO) : 3,6

Derajat 1 : Limfedema umumnya bersifat edem pitting, hilang dengan spontan bila

kaki dinaikan.

Derajat 2 : Limfedema umumnya edem non pitting, tidak secara spontan hilang

dengan menaikan kaki.

Derajat 3 : Limfedema (elefantiasis),volume edem non fitting bertambah dengan

dermatosclerosis dan lesi papillomatous.

6

Page 7: Referat Filariasis Copy

II.5 PATOFISIOLOGI

Penularan ke manusia melalui gigitan vektor nyamuk (Mansonia dan Anopheles). Bila manusia

digigit maka microfilaria akan menempel di kulit dan menembus kulit melalui luka tusuk dan

melalui sistem limfe ke kelenjar getah bening. Cacing yang sedang hamil akan menghasilkan

microfilaria. Cacing tersebut muncul dalam darah dan menginfeksi kembali serangga yang

menggigit.3

Pada manusia, masa pertumbuhan penularan filariasis belum diketahui secara pasti, tetapi diduga

± 7 bulan. Microfilaria yang terisap oleh nyamuk melepaskan sarungnya di dalam lambung,

menembus dinding lambung dan bersarang diantara otot-otot torax. Mula-mula parasit ini

memendek, bentuknya menyerupai sosis dan disebut larva stadium I. dalam waktu ± seminggu,

larva ini bertukar kulit, tumbuh menjadi lebih gemuk dan panjang dan disebut larva stadium II.

Pada hari ke 10 dan selanjutnya, larva ini bertukar kulit sekali lagi, tumbuh makin panjang dan

lebih kurus dan disebut larva stadium III. Larva ini sangat aktif dan sering bermigrasi mula-mula

ke rongga abdomen kemudia ke kepala dan alat tusuk nyamuk. Bila nyamuk yang mengandung

larva stadium III ini menggigit manusia, maka larva tersebut secara aktif masuk melalui luka

tusuk ke dalam tubuh hospes dan bersarang di saluran limpah setempat. Di dalam tubuh hospes,

larva ini mengalami dua kali pergantian kulit, tumbuh menjadi larva stadium IV, stadium V atau

stadium dewasa. Umur cacing dewasa filarial 5-10 tahun.Cara penularan filariasis melalui

gigitan nyamuk Culex fatigans, Armigeres, Aedes, Anopheles, dan Mansonia.3,9,10,17

Seseorang dapat tertular atau terinfeksi penyakit kaki gajah apabila orang tersebut digigit

nyamuk yang terinfektif yaitu nyamuk yang mengandung larva infektif atau larva stadium III

(L3). Nyamuk tersebut mendapat cacing filaria kecil(mikrofilaria) sewaktu menghisap darah

penderita yang mengandung mikrofilaria atau binatang reservoar yang mengandung

mikrofilaria.8,9,12

7

Page 8: Referat Filariasis Copy

Brugia timori ditularkan oleh An. barbirostris.  Didalam tubuh nyamuk betina,

mikrofilaria yang terisap waktu menghisap darah akan melakukan penetrasi pada dinding

lambung dan berkembang dalam otot thorax hingga menjadi larva filariform infektif, kemudian

berpindah ke proboscis. Saat nyamuk menghisap darah, larva filariform infektif akan ikut

terbawa dan masuk melalui lubang bekas tusukan nyamuk di kulit. Larva infektif tersebut akan

bergerak mengikuti saluran limfa dimana kemudian akan mengalami perubahan bentuk sebanyak

dua kali sebelum menjadi cacing dewasa.7

II.6 GEJALA KLINIS

1. Gejala klinis akut filariasis, berupa :

1. Demam berulang ulang selama 3-5 hari. Demam dapat hilang bila istirahat dan

timbul lagi setelah bekerja berat.

2. Pembengkakan kelenjar getah bening (tanpa ada luka) didaerah lipatan paha, ketiak

(lymphadentitis) yang tampak kemerahan, panas dan sakit.

8

Page 9: Referat Filariasis Copy

3. Radang saluran kelenjar getah bening yang terasa panas dan sakit menjalar dari

pangkal kaki atau pangkal lengan ke arah ujung (retrograde lymphangitis).

4. Filarial abses akibat seringnya menderita pembengkakan kelenjar getah bening,

dapat pecah dan mengeluarkan nanah serta darah.

5. Pembesaran tungkai, lengan, buah dada, kantong zakar yang terlihat agak

kemerahan dan terasa panas (Early Imphodema). 3,7,12

2. Gejala kronis Filariasis berupa :

Pembesaran yang menetap (elephantiasis) pada tungkai, lengan, buah dada, buah zakar

(elephantiasis skroti). Gejala klinis filariasis disebabkan oleh cacing dewasa pada sistem limfatik

dan oleh reaksi hiperresponsif berupa occult filariasis. Dalam perjalanan penyakit filariasis

bermula dengan adenolimfangitis akuta berulang dan berakhir dengan terjadinya obstruksi

menahun dari sistem limfatik. Perjalanan penyakit tidak jelas dari satu stadium ke stadium

berikutnya tetapi bila diurut dari masa inkubasi maka dapat dibagi menjadi : 3,7,12

1. Masa prepaten

Masa prepaten, masa antara masuknya larva infektif sampai terjadinya mikrofilaremia

berkisar antara 37 bulan. Hanya sebagian saja dari penduduk di daerah endemik yang menjadi

mikrofilaremik, dan dari kelompok mikrofilaremik inipun tidak semua kemudian menunjukkan

gejala klinis. Terlihat bahwa kelompok ini termasuk kelompok yang asimtomatik amikrofi

laremik dan asimtomatik mikrofilaremik.

2. Masa inkubasi

Masa inkubasi, masa antara masuknya larva infektif sampai terjadinya gejala klinis

berkisar antara 8-16 bulan.

9

Page 10: Referat Filariasis Copy

3. Gejala klinik akut

Gejala klinik akut merupakan limfadenitis dan limfangitis disertai panas dan malaise.

Kelenjar yang terkena biasanya unilateral. Penderita dengan gejala klinis akut dapat amikrofi

laremik maupun mikrofilaremik.

Filariasis bancrofti pembuluh limfe alat kelamin laki-laki sering terkena disusul funikulitis,

epididimitis dan orchitis. Adenolimfangitis inguinal atau aksila, sering bersama dengan

limfangitis retrograd yang umumnya sembuh sendiri dalam 3-15 hari dan serangan terjadi

beberapa kali dalam setahun.

Filariasis brugia Limfadenitis paling sering mengenai kelenjar inguinal, sering terjadi setelah

bekerja keras. Kadang-kadang disertai limfangitis retrograd. Pembuluh limfe menjadi keras dan

nyeri dan sering terjadi limfedema pada pergelangan kaki dan kaki. Penderita tidak mampu

bekerja selama beberapa hari. Serangan dapat terjadi 12 x/tahun sampai beberapa kali perbulan.

Kelenjar limfe yang terkena dapat menjadi abses, memecah, membentuk ulkus dan

meninggalkan parut yang khas, setelah 3 minggu 3 bulan.

4. Gejala menahun

Gejala menahun terjadi 10-15 tahun setelah serangan akut pertama. Mikrofilaria jarang

ditemukan pada stadium ini, sedangkan adenolimfangitis masih dapat terjadi. Gejala menahun ini

menyebabkan terjadinya cacat yang mengganggu aktivitas penderita serta membebani

keluarganya.

Filariasis bancrofti hidrokel paling banyak ditemukan. Di dalam cairan hidrokel ditemukan

mikrofilaria. Limfedema dan elefantiasis terjadi di seluruh tungkai atas, tungkai bawah, skrotum,

vulva atau buah dada, dan ukuran pembesaran di tungkai dapat 3 kali dari ukuran asalnya.

Chyluria terjadi tanpa keluhan, tetapi pada beberapa penderita menyebabkan penurunan berat

badan dan kelelahan.

Filariasis brugia elefantiasis terjadi di tungkai bawah di bawah lutut dan lengan bawah, sedang

ukuran pembesaran ektremitas tidak lebih dari 2 kali ukuran asalnya.

10

Page 11: Referat Filariasis Copy

II.7 DIAGNOSIS

Didaerah endemis, bila ditemukan adanya limfedema di daerah ekstremitas disertai dengan

kelainan genital laki-laki pada penderita dengan usia lebih dari 15 tahun, bila tidak ada sebab

lain seperti trauma atau gagal jantung kongestif kemungkinan filariasis sangat tinggi.

Pemeriksaan laboratorium dapat berupa :6

1. Identifikasi mikrofilaria dari darah, cairan hidrokel atau walau sangat jarang dari cairan

tubuh lain. Bila sangat diperlukan dapat dilakukan Diethylcarbamazine provocative test.

2. Identifikasi cacing dewasa pada pembuluh limfe skrotum dan dada wanita dengan memakai

high frequency ultrasound dan teknik Doppler, cacing dewasa terlihat bergerak-gerak ( filaria

dance sign ) dalam pembuluh limfe yang berdilatasi. Pemeriksaan ini selain memerlukan

peralatan canggih juga sulit mengidentifikasi cacing dewasa di tempat lain.

3. Identifikasi antigen filaria ( circulating filarial antigen / CFA ) dengan teknik : ELISA,

Rapid Immu-nochromatography Card. Pemeriksaan ini memberikan nilai sensitifitas dan

spesifitas yang tinggi

4. Identifikasi DNA mikrofilaria melalui pemeriksaan PCR

5. Identifikasi antibodi spesifik terhadap filaria : sedang dikembangkan lebih lanjut karena

hasil dari penelitian awal menunjukkan nilai spesifitas yang kurang. Penelitian mengenai deteksi

antifilaria IgG4 memberi perbaikan akan kinerja uji identiifikasi antibodi terhadap filaria karena

reaksi silang terhadap antigen cacing lain relatif kecil. Perbaikan kinerja juga diperlihatkan bila

reagen yang dipakai berupa antigen rekombinan yang spesifik untuk filaria. Uji identifikasi

antibodi ini penting untuk menapis penderita filariasis yang disebabkan oleh Brugia spp. karena

uji identifikasi antigen untuk jenis cacing tersebut belum ada yang memuaskan.6

II.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pada pemeriksaan darah tepi ditemukan leukositosis dengan eosinofilia sampai 10-30%. Cacing

filaria dapat ditemukan dengan pengambilan darah tebal atau tipis pada waktu malam hari antara

jam 10 malam sampai jam 2 pagi yang dipulas dengan pewarnaan Giemsa atau Wright. Dengan

pemeriksaan sediaan darah jari yang diambil pukul mulai 20.00  malam waktu setempat.

Seseorang dinyatakan sebagai penderita filariasis, apabila dalam sediaan darah tebal ditemukan

mikrofilaria.14

11

Page 12: Referat Filariasis Copy

II.9 DIAGNOSIS BANDING

Infeksi bakteri, tromboflebitis atau trauma dapat mengacaukan Filarial Adeno limfadenitis Akut,

Tuberkolosis, Lepra, Sarkoidosis dan penyakit sistemik granulomatous lainnya seringkali

dikacaukan dengan filariasis.3

II.10 PENATALAKSANAAN

Terapi filariasis bertujuan untuk mencegah atau memperbaiki perjalanan penyakit. Obat

antifilaria berupa Diethylcarbamazine citrate ( DEC ) dan Ivermectine. DEC memiliki khasiat

anti mikrofilaria dan mampu membunuh cacing dewasa, Ivermectine merupakan anti

mikrofilaria yang kuat tapi tidak memiliki efek makrofilarisida. 6

Diethylcarbamazine citrate ( DEC )

Diethylcarbamazine merupakan senyawa sintetis turunan piperazine, dipasarkan dalam bentuk

senyawa garam sitrat ( DEC ).DEC tidak memiliki efek mematikan yang langsung terhadap

mikrofilaria tetapi dengan merubah struktur permukaan larva sehingga mudah dikeluarkan dari

jaringan tubuh dan membuatnya lebih mudah dihancurkan oleh sistim pertahanan tuan rumah.

Efek mematikan terhadap cacing dewasa secara in vivo dapat ditunjukkan melalui pemantauan

ultrasonografi, namun mekanisme pastinya belum diketahui.6,15

Dosis 6 mg/kg BB dibagi dalam 3 dosis, setelah makan, selama 12 hari, pada Tropical

Pulmonary Eosinophylia (TPE) pengobatan diberikan selama tiga minggu. Pengobatan dapat

diulang 6 bulan kemudian bila masih terdapat mikrofilaremia atau masih menunjukkan gejala.

Efek samping bisa terjadi sebagai reaksi terhadap DEC atau reaksi terhadap cacing dewasa

yang mati. Reaksi terhadap DEC dapat berupa sakit kepala, malaise, anoreksia, rasa lemah, mual,

muntah, dan pusing. Reaksi tubuh terhadap protein yang dilepaskan pada saat cacing dewasa

mati dapat terjadi beberapa jam setelah pengobatan, didapat 2 bentuk yang mungkin terjadi yaitu

reaksi sistemik dan reaksi lokal.4,5

Reaksi sistemik dapat berbentuk demam, sakit kepala, nyeri badan, pusing, anoreksia, malaise

dan muntah-muntah. Reaksi sistemik cenderung berhubungan dengan intensitas infeksi. Reaksi

lokal berbentuk limfadenitis,abses,dan transien limfedema. Pada Bancroftian filariasis dapat

12

Page 13: Referat Filariasis Copy

terjadi funikulitis, epididimitis, dan hidrokel. Perdarahan retina, bronkospame, dan ensefalopati

walaupun sangat jarang namun pernah dilaporkan. Reaksi lokal terjadi lebih lambat namun

berlangsung lebih lama dari reaksi sistemik. Efek samping DEC lebih berat pada penderita

onchorcerciasis , sehingga obat tersebut tidak diberikan dalam program pengobatan masal di

daerah endemis filariasis dengan ko-endemis Onchorcercia valvulus.6,15

Ivermectin.

Pemberian dosis tunggal ivermectine 150 ug/kg BB efektif terhadap penurunan derajat

mikrofilaria W.bancrofti, namun pada filariasis oleh Brugia spp. penurunan tersebut bersifat

gradual. Efek samping ivermectine sama dengan DEC, ivermectine tidak boleh diberikan pada

wanita hamil atau anak anak yang berumur kurang dari 5 tahun. Karena tidak memiliki efek

terhadap cacing dewasa, ivermectine harus diberikan setiap 6 bulan atau 12 bulan untuk menjaga

agar derajat mikrofilaremia tetap rendah.15

Pengobatan simtomatik

Pemeliharaan kebersihan kulit, dan bila perlu pemberian antibiotik dan atau anti jamur akan

mengurangi serangan berulang, sehingga mencegah terjadinya limfedema kronis. Fisioterapi

kadang diperlukan pada penderita limfedema kronis. Antihistamin dan kortikosteroid diperlukan

untuk mengatasi efek samping pengobatan. Analgetik dapat diberikan bila diperlukan.4,5

Pengobatan operatif

Kadang-kadang hidrokel kronik memerlukan tindakan operatif, demikian pula pada chyluria

yang tidak membaik dengan terapi konservatif. Pengobatan operatif elefantiasis kaki pada

umumnya tidak memberi hasil yang memuaskan, ahir-ahir ini dengan memakai lymphovenous

prosedur diikuti dengan pembuangan jaringan subkutan dan lemak yang berlebihan, disertai

dengan drainase postural dan fisioterapi yang adekuat memberi berbagai keuntungan bagi

penderita.4,5

II.11 PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT

13

Page 14: Referat Filariasis Copy

1. Pemberantasan nyamuk dewasa 11

a.Anopheles : residual indoor spraying

b.Aedes : aerial spraying

2. Pemberantasan jentik nyamuk

a.Anopheles : Abate 1%

b.Culex : minyak tanah

c. Mansonia : melenyapkan tanaman air tempat perindukan,

mengeringkan rawa dan saluran air

3. Mencegah gigitan nyamuk

a. Menggunakan kawat nyamuk/kelambu

b.Menggunakan Repellent

Penyuluhan tentang penyakit filariasis dan penanggulangannya perlu dilaksanakan sehingga

terbentuk sikap dan perilaku yang baik untuk menunjang penanggulangan filariasis. Sasaran

penyuluhan adalah penderita filariasis beserta keluarga dan seluruh penduduk daerah endemis,

dengan harapan bahwa penderita dengan gejala klinik filariasis segera memeriksakan diri ke

Puskesmas, bersedia diperiksa darah kapiler jari dan minum obat DEC secara lengkap dan teratur

serta menghindarkan diri dari gigitan nyamuk. Evaluasi hasil pemberantasan dilakukan setelah 5

tahun, dengan melakukan pemeriksaan vektor dan pemeriksaan darah tepi untuk deteksi

mikrofilaria. 11

II.12 PROGNOSIS

Prognosis penyakit ini tergantung dari jumlah cacing dewasa dan mikrofilaria dalam tubuh

penderita, potensi cacing untuk berkembang biak, kesempatan untuk infeksi ulang dan aktivitas

RES.Pada kasus-kasus dini dan sedang, prognosis baik terutama bila pasien pindah dari daerah

endemik. Pengawasan daerah endemik tersebut dapat dilakukan dengan pemberian obat, serta

pemberantasan vektornya. Pada kasus-kasus lanjut terutama dengan edema pada tungkai,

prognosis lebih buruk.

BAB III

RANGKUMAN DAN SARAN

14

Page 15: Referat Filariasis Copy

A. RANGKUMAN

Penyakit Kaki Gajah (Filariasis atau Elephantiasis ) adalah golongan penyakit menular yang

disebabkan oleh cacing Filaria yang ditularkan melalui berbagai jenis nyamuk, bersifat menahun,

dan dapat menimbulakan cacat yang menetap. Manifestasi klinis filariasis sangat bervariasi bisa

berupa asimtomatik, subklinis, sampai manifestasi klinis berat. Dapat didiagnosis dengan cara

menemukan adanya mikrofilaria pada pemeriksaan darah yang diambil pada malam hari.

Mekanisme penularan yaitu ketika nyamuk yang mengandung larva infektif menggigit manusia

maka terjadi infeksi mikrofilaria. Tahap selanjutnya ditubuh manusia, larva memasuki sistem

limfe dan tumbuh menjadi cacing dewasa. Kumpulan cacing filaria dewasa ini menjadi penyebab

penyumbatan pada pembuluh limfe. Akibatnya terjadi pembengkakan kelenjar limfe, tungkai,

dan alat kelamin.

Pencegahan filariasis dapat dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk. Pengobatan filariasis

dengan menggunakan DEC dan Ivermectin selain pembedahan. Deteksi daerah endemis

dilakukan melalui penemuan penderita elephantiasis dan pemberantasan dilaksanakan oleh

Puskesmas melalui pengobatan dan penyuluhan.

B. SARAN

1. Menjaga kebersihan lingkungan dengan cara pemberantasan jentik nyamuk

merupakan syarat utama untuk menghindari infeksi filariasis.

2. Pelaksanaan penyuluhan dan penanggulangan penyakit filariasis sehingga terbentuk

sikap dan perilaku yang baik untuk menunjang penanggulangan filariasis.

3. Menghindarkan diri dari gigitan nyamuk dengan pemakaian kelambu ataupun

Repellent.

DAFTAR PUSTAKA

15

Page 16: Referat Filariasis Copy

1. Behrman RE, HB Jenson, RM Kliegman. Lymphatic Filariasis (Brugria Malayi,

Brugria timori, Wuchereria Bancrofti) in Nelson Textbook of Pediatric 18th

Edition.2007 : 1502-1503

2. Rudolph Colin D, AM Rudolph. Parasitic Disease in Rudolph’s Pediatrics Textbook

of Pediatric 21st Edition.2007 : 1106-1108

3. Soedarmo Sumarmo SP, Herry garna, Sri Rezeki SH, Hindra Irawan S. Filariasis

dalam Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis Edisi Kedua. Ikatan Dokter Anak

Indonesia. Jakarta, 2010 : 400-407

4. World Health Organization

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs102/en/ Lymphaticf Filariasis.Diakses

pada tanggal 14 Januari 2011 pukul 20.17 WIB

5. World Health Organization.

http://www.who.int/lymphatic_filariasis/epidemiology/en/ Lymphatic Filariasisi,

Epidemiology. Diakses pada tanggal 14 Januari 2011 pukul 21.00 WIB

6. Tips kesehatan anak, Ikatan Dokter Anak Indonesia. Diunduh dari:

http://www.idai.or.id/kesehatananak/artikel.asp?q=200912011554 .Filariasis

Limfatik. Diakses pada tanggal 14 Januari Pukul 20.01WIB

7. Doctorology. Diunduh dari: http://doctorology.net/?p=92 Infeksi Brugria timori.

Diakses pada tanggal 14 januari 2011 pukul 20.05 WIB

8. Melindacare. Waspadai Filariasis , Si Kaki Gajah. Diunduh dari: http://www.melindahospital.com/modul/user/detail_artikel.php?id=705_ Waspadai-Filariasis,-Si-Kaki-Gajah. Diakses Tanggal 06 januari 2011 Pukul 18.02 WIB

9. Majalah Farmacia. Filariasis Limfatik di indonesia. Diunduh dari:

http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/one_news.asp?IDNews=75 . Diakses pada

tanggal 14 Januari 2011 pukul 21.00

10. Pusat informasi penyakit infeksi. Filariasis. Diunduh dari:

http://www.infeksi.com/articles.php?1ng=in&pg=32 Diakses pada tanggal 14

Januari 2011 pukul 21.13

11. Sri Oemijati, Masalah Dalam Pemberantasan Filariasis di Indonesia. Diunduh dari:

16

Page 17: Referat Filariasis Copy

http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/

0464MasalahdalamPemberantasanFilariasis.pdf/04 64

MasalahdalamPemberantasanFilariasis.pdf Diakses pada tanggal 14 Januari 2011

pukul 21.05

12. Wikipedia Filariasis. Diunduh dari: http://en.wikipedia.org/wiki/Filariasis Diakses

pada tanggal 14 Januari 2011 pukul 22.00

13.  http://emedicine.medscape.com/article/998011-overview Diakses pada tanggal 10

Januari 2011 pukul 19.32 WIB

14.  http://emedicine.medscape.com/article/998011-diagnosis Diakses pada Tanggal 10

Januari 2011 pukul 19.35

15.  http://emedicine.medscape.com/article/998011-treatment Diakses Pada Tanggal 10

Januari 2011 Pukul 19.37 WIB

16. http://emedicine.medscape.com/article/998011-followup [ Diakses Tanggal 10

Januari 2011 Pukul 19.39 WIB]

17

Page 18: Referat Filariasis Copy

18