Referat Mioma Uteri - Dr. Hj. Putri Sri Lasmini, SpOG -Edit OK - Copy
Copy of Referat HSG
-
Upload
venty-anggarina -
Category
Documents
-
view
135 -
download
21
description
Transcript of Copy of Referat HSG
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Histerosalpingografi (HSG) merupakan suatu prosedur radiologi untuk melihat
bayangan rongga rahim dan bentuk tuba fallopi. Biasanya dilakukan untuk mencari
penyebab infertilitas. Waktu yang optimum untuk pemeriksaan HSG ini adalah pada
hari ke 9-10 sesudah haid mulai. Pada saat itu biasanya haid sudah berhenti dan
selaput lender uterus sifatnya tenang. Bila mana masih ada perdarahan, dengan
sendirinya HSG tidak boleh dilakukan karena ada kemungkinan kontras masuk
kedalam pembuluh darah balik . Pertanyaan yang sering diajukan pasien adalah
apakah pemeriksaannya sakit (nyeri), yang harus di jawab oleh dokter dengan terus
terang. Pada waktu portio dijepit memang timbul rasa nyeri, tetapi dari pengalaman
ternyata bahwa rasa nyeri ini sifatnya individual. Dengan penjelasan dari ahli
radiologi,bahwa tindakan ini bukan suatu operasi melainkan hanya untuk
memasukkan bahan kontras kedalam uterus, kebanyakan pasien merasa lega. Hal ini
menimbulkan kerjasama yang baik antar pasien dengandokter, hingga memberikan
hasil pemeriksaan yang memuaskan. Sikap dan pengalaman ahli radiologi juga
dengan sendirinya mempunyai peranan penting untuk keberhasilan pemeriksaan ini.
Saat pemeriksaan HSG pada wanita dengan siklus haid tidak teratur ditentukan secara
individual.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas didapatkan rumusan masalah yaitu bagaimana cara
menegakkan diagnosa infertilitas dengan pemeriksaan Hysterosalpingografi.
C. Tujuan penulisan
Tujuan penulisan referat ini adalah untuk mengemukakan prosedur pemeriksaan HSG
dan peranan HSG dalam menggambarkan organ reproduksi wanita.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Reproduksi Wanita
Anatomi organ reproduksi wanita terdiri atas vulva, vagina, serviks (cerviks),
uterus, fallopian tube/tuba falopi dan ovary/ovarium.
1. Vulva
Vulva merupakan suatu daerah yang menyelubungi vagina. Vulva terdiri atas
mons pubis, labia(labia mayora dan labia minora), klitoris, daerah ujung luar
vagina dan saluran kemih.
2. Vagina
Vagina merupakan saluran yang elastis, panjangnya sekitar 8-10 cm, dan
berakhir pada rahim.Vagina dilalui oleh darah pada saat menstruasi dan
merupakan jalan lahir.
3. Serviks
Serviks dikenal juga dengan istilah mulut rahim. Disebut demikian karena
serviks merupakan bagian terdepan dari rahim yang menonjol ke dalam
vagina. Sehingga berhubungandengan bagian vagina. Serviks memproduksi
cairan berlendir (mucus). Pada sekitar waktuo vulasi, mukus ini menjadi
banyak, elastik, dan licin. Hal ini membantu spermatozoa untuk mencapai
uterus. Saluran yang berdinding tebal ini akan menipis dan membuka saat
proses persalinan dimulai.
4. Uterus
Uterus (rahim) merupakan organ yang memiliki peranan besar dalam
reproduksi wanita, yakni dari saat menstruasi hingga melahirkan. Bentuknya
seperti buah pear, berongga, dan berotot.Sebelum hamil beratnya 30-50 gram
dengan ukuran panjang 9 cm dan lebar 6 cm kurang lebihsebesar telur ayam
kampung. Tetapi saat hamil mampu membesar dan beratnya mencapai
1000gram.Uterus terdiri dari 3 lapisan, yaitu: 1.Lapisan parametrium
merupakan lapisan paling luar dan yang berhubungan dengan rongga peru, 2.
Lapisan myometrium merupakan lapisan yang berfungsi mendorong bayi
keluar pada proses persalinan (kontraksi), 3.Lapisan endometrium merupakan
lapisan dalam rahim tempat menempelnya sel telur yang sudah dibuahi.
Lapisan ini terdiri dari lapisan kelenjar yang berisi pembuluh darah. Setelah
menstruasi permukaan dalam uterus menjadi tebal karena pengaruh hormon
estrogen. Kemudian terjadi ovulasi diikuti dengan keluarnya cairan karena
pengaruh hormon progresteron.Bila tidak terjadi pembuahan maka lapisan tadi
bersama sel telur akan terlepas (meluruh) dank eluar melalui vagina yang
disebut sebagai menstruasi. Waktu antara dua menstruasi disebutsiklus
menstruasi. Walaupun rata-rata periodenya datang setiap 28 hari, hal ini dapat
bervariasipada setiap perempuan. Periode ini juga sangat tidak teratur pada 2-
3 tahun pertama mulaimenstruasi.
5. Tuba falopii adalah organ yang dikenal dengan istilah saluran telur. Saluran
telur adalahsepasang saluran yang berada pada kanan dan kiri rahim
sepanjang +10cm yang menghubungkanuterus dengan ovarium melalui
fimbria. Ujung yang satu dari tuba falopii akan bermuara diuterus sedangkan
ujung yang lain merupakan ujung bebas dan terhubung ke dalam
ronggaabdomen.Ujung yang bebas berbentuk seperti umbai yang bergerak
bebas. Ujung ini disebut fimbria dan berguna untuk menangkap sel telur saat
dilepaskan oleh ovarium (indung telur). Dari fimbria,telur akan digerakkan
oleh rambut-rambut halus yang terdapat di dalam saluran telur menuju
kedalam rahim.
6. Ovarium/indung telur
Ovarium terletak pada kiri dan kanan ujung tuba (fimbria/umbai-umbai) dan
terletak di rongga panggul. Ovarium merupakan kelenjar yang memproduksi
hormon estrogen dan progresteron.Ukurannya 3×3×2 cm, tiap ovarium
mengandung 150.000-200.000 folikel primordial. Sejak pubertas setiap bulan
secara bergantian ovarium melepas satu ovum dari folikel degraaf
(folikelyang telah matang), peristiwa ini disebut ovulasi.
B. Infertilitas
1. Definisi
Infertilitas adalah dalam 1 tahun melakukan hubungan sexual intercourse
namun tidak terjadi kehamilan atau pasangan usia subur yang menikah
selama 1 tahun dan melakukan
hubungan sexual intercourse secara teratur tetapi tidak terjadi kehamilan,
dimana pasangan tersebut tidak menggunakan alat kontrasepsi.
2. Infertilitas dibedakan menjadi 2 yakni,
a. infertilitas primer : bila pasangan tersebut tidak pernah mengalami
kehamilan sebelumnya (tidak ada riwayat kehamialn sebelumnya).
b. infertilitas sekunder : bila pasangan tersebut pernah mengalami
kehamilan sebelumnya baik janin tersebut lahir hidup ataupun abortus
(ada riwayat kehamilan).
Setiap wanita memiliki kemungkinan untuk hamil didalam 1 siklus
menstruasinya yang disebut dengan fekundabilitas. Adapun kemungkinan
setaip wanita untuk melahirkan bayi hidup dalam satu siklus menstruasinya
disebut dengan fekunditas. Setiap pasangan memiliki kesempatan untuk hamil
dalam 1 tahun pertama perkawinan bila pasangan tersebut melakukan
hubungan intercourse secara teratur dan tidak memakai alat kontrasepsi.
Bilamana pada tahun pertama ini, pasangan tersebut belum mangalami
kehamilan maka dapat dicurigai adanya masalah kesuburan baik dari pihak
wanita ataupun pria atau yang biasa disebut dengan infertilitas.
3. Penyebab infertilitas pada kebanyakan pasangan infertil adalah,
a. Pada pria : karena factor semen
b. Pada wanita :
- Disfungsi ovulasi (faktor ovulasi)
Salah satu etiologi tersering dari penyebab infertilitas pada wanita
adalah adanya disfungsi ovulasi. Disfungsi ovulasi ini bisa diawali
dengan adanya anovulasi (tidak terjadi ovulasi sama sekali) ataupun
olioovulasi (ovulasi yang sedikit/jarang). Dysfungsi ovulasi ini lebih
sering terjadi karena adanya gangguan dari factor hormonal wanita
yakni tidak berimbangnya kadar estrogen dan progesterone dalam
tubuh. Biasanya pada kasus anovulasi kadar estrogen dalam tubuh
wanita tidak dapat mencapai puncak (mengalani kenaikan yang
drastis) sehingga tidak memicu terjadinya LH surge dengan demikian
tidak akan terjadi ovulasi.
Adapun diagnosis banding untuk kelainan ovulasi yakni,
1) abnormalitas hipotalamus dan hipofisis.
2) Penyakit tyroid.
3) Penyakit adrenal.
4) Oligoovulasi hiperandrogenik.
- Faktor tuba seperti trauma, penyumbatan, adhesi paratubal ataupun
endometriosis.
Factor tuba yang dapat menyebabkan terjadinya infertilitas antara
lain adanya kerusakan dan obstruksi pada tubafallopi yang biasanya
disebabkan oleh PID, riwayat operasi tuba ataupun pelvis. Selain
factor tuba, factor peritonel seperti adhesi peritubal dan periovarium
juga dapat menyebabkan infertilitas. Pemeriksaan untuk melihat
adanya kelainan pada tuba dapat dilakukan denagn HSG
(histerosalpingografi) yang dilakukan pada siklus hari ke 6-11 post
menstruasi untuk mengurangi terjadinya infeksi. HSG juga dapat
dilakukan sebelum terjadinya ovulasi. Hal ini untuk mencegah
kemungkinan adanya radiasi janin. Gold standart untuk penegakan
diagnosisnya adalah laparoskopi. Patensi tuba dapat dikonfirmasi
dengan laparoskopi dengan mengamati keluarnya zat kontras
(methylen blue/indigo carmine).
- Faktor serviks : abnormalitas interaksi mukus-sperma.
Faktor serviks lebih ditekankan pada mucus serviks. Dimana secara
fisiologis, pada fase ovulasi mucus serviks akan lebih tipis daripada
saat fase menstruasi. Penipisan ukus ini dimaksudkan agar sperma
dapat dengan mudah membuahi ovum. Untuk menilai kualitas
mucus ini dapat dilakukan dengan TPS (Tes Pasca Senggama).
Selain untuk menilai mucus, TPS dapat juga digunakan untuk
menilai jumlah sperma motil dalam saluran repro wanita. TPS
dilakukan sesaat sebelum terjadinya ovulasi. Mucus dievaluasi
secara tepat untuk spinnbarkeit, ferning dan juga kejernihanya.
Mucus normal memiliki starching 8-10 cm ketika ditarik dari
serviks. Pada pemeriksaan dengan mikroskop tampak gambaran
highly ferning pattern.
- Jarang terjadi : Abnormalitas uterus, gangguan imunologik dan
infeksi.
Adanya abnormalitas pada uterus paling sering menyebabkan
abortus pada kehamilan. Hal ini dapat disebabkan zygote tidak
cukup kuat melekat pada uterus oleh karena pada uterus mengalami
kelainan seperti misalnya adanya mioma uteri. Miomektomi juga
dapat meyebabakan infertilitas, bahkan presentasenya lebih besar
daripada mioma itu sendiri, karena biasanya post operasi akan terjadi
perlekatan .
Adanya malformasi kaongenital seperti uterus unikornis, septum
yteri dan uterus diselpis dapat meyebabakan infertilitas oleh karena
sering menyebabkan abortus spontan pada kehamilan.
Sindroma Asherman’s (adhesi intrauteri) juga dapat menyebabkan
terjadinya infertilitas karena dapat mengganggu implantasi dari
zygote
4. Kriteria Radiografi Normal
a. Bentuk dari uterus yang normal berbentuk segitiga, bagian dasarnya
pada fundus dan apex pada sisi inferior. Berhubungan dengan canalis
cervicalis. Uterus normal anteversi dengan kandung kencing dan
corpus uteri anteflexi dengan cervix.
b. Tidak ada gambaran kelainan seperti tumor, polip atau bentuk
abnormal dari uterus
c. Media kontras yang dimasukan tidak akan bocor atau keluar dari
uterus.
d. Tuba fallopi terletak di kanan kiri uterus. Terbagi atas empat daerah
yaitu: interstitial, isthmus, ampulla dan infundibulum. Daerah yang
terlihat jelas dengan kontras adalah isthmus yang panjang dan lurus
serta ampulla yang seperti huruf “s” dan tampak melebar. Tuba fallopi
tidak tersumbat, sehingga media kontras dapat mengisi tuba hingga
tumpah ke rongga peritoneal (tampak spil) (Yoder, 1988).
e. Tidak ada benda asing seperti IUD (Peter Chen,M.D, 2004).
f. Terdapat gambaran speculum ataupun ujung pertubator (conus) di
rongga uterus pada metode pemasukan media kontras dengan metal
cannula. Hal ini yang dikenal dengan metal artifacts
g. AP pada radiograf dengan menggunakan Foley Catether Tehnique
(FCT), tidak diperoleh gambaran metal artifacts yang dapat
menggangu di sekitar rongga uterus (Radiology, 131:542,1979).
BAB III
PEMBAHASAN
A. Deskripsi
Pemeriksaan Hysterosalpingografi (HSG) adalah pemeriksaan X-ray dari tuba fallopii
dan uterus dengan menggunakan kontras yang diinjeksikan melalui cervik uteri. Pada
kasus infertilitas pemeriksaan ini bertujuan untuk mendiagnosa ada atau tidaknya
sumbatan pada salah satu atau kedua tuba fallopii yang dapat menghambat penyatuan
sperma dan sel telur. Disamping itu, HSG juga dapat memberikan gambaran dari
cavum uteri dan mendeteksi adanya abnormalitas uterus yang juga dapat
menyebabkan infertilitas atau keguguran yang berulang. Kadang pemeriksaan ini
dilakukan untuk mendiagnosa penyebab nyeri pelvis yang berasal dari dalam uterus
atau memberikan informasi keberhasilan operasi tuba beberapa minggu atau bulan
pasca operasi (Abington Reproductive Medicine, 2002).
Biasanya, HSG dilakukan 2 – 5 hari setelah menstruasi berakhir dan sebelum ovulasi
untuk memastikan bahwa pasien tidak dalam keadaan hamil saat prosedur dilakukan.
Suatu penelitian terbatas menyatakan bahwa fertilitas meningkat setelah HSG
dilakukan dengan kontras minyak. Hipotesis tersebut menyatakan bahwa setelah
pemberian, adhesi berkurang, fungsi cavum uteri meningkat, mucus menghilang dan
kemampuan otot polos meningkat. Hal ini menyatakan bahwa HSG dapat mempunyai
aplikasi terapi. Tapi, kebanyakan HSG dilakukan hanya untuk tujuan diagnostik
karena efek terapeutiknya yang masih kontroversial (EcureMe.Com, 2002).
B. Bahan Kontras
Pada tahun-tahun yang terakhir ini dipakai juga bahan kontras lipiodol
ultrafluid untuk pemeriksaan HSG. Bahan kontras ini juga dipakai untuk
limfografi, sialografi, fistulografi dan untuk saluran-saluran yang halus misalnya
saluran air mata (Gani Ilyas & Sudarmo Saleh Purwohudoyo, 2000).
Kekurangan lipiodol ialah bahwa resorpsi kembali berlangsung lama sekali
jika kontras ini masuk ke dalam rongga peritoneum. Sekarang oleh ahli radiologi
di Indonesia lebih banyak di pakai bahan kontras cair dalam air. Penggunaan
urografin 60 % (meglumin diatrizoate 60 % atau sodium diatrizoate 10 %). Bahan
kontras ini sifatnya encer, memberikan opasitas yang memuaskan dan mudah
masuk kedalam tuba dan menimbulkan pelimpahan kontras kedalam rongga
peritoneum dengan segera (Gani Ilyas & Sudarmo Saleh Purwohudoyo, 2000).
C. Indikasi HSG
Indikasi HSG yang paling sering ialah dalam bidang ginekologi, yaitu :
1. Sterilitas primer maupun sekunder, untuk melihat potensi tuba.
2. Untuk menentukan apakah IUD (Intra Uterine Device) masih ada dalam
cavum uteri.
3. Pada perdarahan pervaginam sedikit, misalnya yang disebabkan mioma uteri,
polip endometrium, adenomatorus.
4. Abortus habitualis dalam trimester II, dengan HSG dapat diketahui lebar dan
konfigurasi uteri internum.
5. Kelainan bawaan uterus atau adhesi bila kanalis servisis dan cavum uteri yang
dapat menyebabkan abortus.
6. Tumor maligna cavum uteri.
D. Kontra Indikasi HSG
1. Proses inflamasi yang akut pada abdomen.
2. Hamil muda, karena bahaya terjadinya abortus.
3. Perdarahan pervaginam yang berat.
4. Setelah curettage atau dilatasi kanalis servisis.
5. Penyakit ginjal dan jantung yang lanjut
E. Komplikasi HSG
Umumnya komplikasi HSG hanya ringan saja. Keluhan utama ialah rasa
nyeri pada waktu pemeriksaan dilakukan. Rasa nyeri ini akan hilang sendiri
dalam beberapa jam. Kadang-kadang timbul keadaan pra-renjatan (pre-shock)
karena pasien sensitiv terhadap kontras.
F. Efek Samping
Hal-hal yang mungkin timbul setelah pemeriksaan Hysterosalpingografi
antara lain (Abington Reproductive Medicine.Com, 2002) :
1. Bercak darah pervaginal selama beberapa hari
2. Nyeri atau rasa kram yang moderat mungkin dapat timbul beberapa jam
setelah beberapa jam post pemeriksaan
3. Demam atau nyeri yang persisten dapat merupakan indikasi berkembangnya
infeksi. Gejala-gejala ini sebaiknya dilaporkan kepada dokter jika menetap
lebih dari beberapa jam.
4. Pemakain semprot, sanggama, atau tampon vagina sebaiknya ditunda hingga
48 jam setelah prosedur.
G. PERSIAPAN HSG
1. Pasien
o Siklus menstruasi yang tepat
o Sebelumnya tidak melakukan coitus
2. Peralatan
a. HSG Set
b. Media kontras
c. Desinfektan
HSG Set :
Steril
•Kateter dengan ukuran 8 dan 10
•Korentang
•Spekulum
•Long forcep
•Colby adaptor
•Extention tube
•Balon kateter
•2 way stopcock
•Media kontras
•Spuit 20 cc dan 3 cc
•Duk dan handscoen
•Kassa steril
•Obat antiseptic
•Larutan desinfektan (alcohol, betadine)
•Bengkok
•Mangkuk
Non Steril
•Pesawat sinar-x
•Keranjang sampah
•Kaset dan film 24 x 30
•Grid/lysolm
•Marker
Media kontras
•Iodium water-soluble lebih baik dari oil soluble (yoder).
•Media kontras positif berisi :
a.Meglumine Diatrizoate
b.Sodium Diatrizoate
Contoh : Urografin 60%
3. Jadwal pemeriksaan HSG
Bukan fase subur
Efektif: 10 hari setelah onset menstruasi (HPHT) (Merril)
praktis
Efektif :9-10 HPHT
Periode waktu normal : 7 hari, 10-14 hari untuk HPHT
siklus tidak normal 3-4 hari setelah mensturasi berakhir
H. PROSEDUR PEMERIKSAAN
1. Setelah pasien diposisikan lithotomi, daerah vagina dibersihkan dengan
desinfektan. Diberikan juga obat antiseptic pada daerah cervix.
2. Speculum digunakan untuk membuka vagina dan memudahkan cateter masuk.
Bagian dalam vagina dibersihkan dengan betadine, kemudian sonde uteri
dimasukan untuk mengukur kedalaman serta arah uteri.
3. Spuit yang telah terisi media kontras dipasang pada salah satu ujung kateter.
Sebelumnya kateter diisi terlebih dahulu dengan media kontras sampai lumen
kateter penuh.
4. Dengan bantuan long forceps, kateter dimasukan perlahan ke ostium uteri
externa.
5. Balon kateter diisi dengan air steril kira-kira 3 ml sampai balon mengembang
diantara ostium interna dan ostium externa. Balon ini harus terkait erat pada
canalis servicalis, kemudian speculum dilepas.
6. Pasien diposisikan ditengah meja pemeriksaan, dan mulai disuntikan media
kontras jumlahnya sekitar 6 ml atau lebih.
7. Media kontras akan mengisi uterus dan tuba fallopii, atur proyeksi yang akan
dilakukan serta ambil spot film radiografnya.
8. Balon dikempiskan dan cateter dapat ditarik secara perlahan.
9. Daerah vagina dibersihkan.
I. Teknik Radiografi
Plain Photo (AP Uterine Cavity)
o Posisi pasien : supine
o Objek : posisi pasien harus diatur agar pertengahan berasa 2 inch atau 5 cm
proximal simpisis pubis
o Film : 24 x 30 cm biasa digunakan secara memenjang
AP Plain Position
HSG Position
o Kriteria Evaluasi
Daerah 2 inch diatas simpisis pubis harus berada di tengah-tengah
gambaran radiograf
Semua kontras edia harus nampak termasuk "spill" area
Radiograf harus dapat menampilkan scale of contrast
o PROYEKSI AP
o PROYEKSI OBLIQUE
J. PROYEKSI LENGKAP PEMERIKSAAN
1. Plain Photo
2. Post Kontras : 5 cc AP
3. Post Kontras : 3-5 cc left oblique
4. Post Kontras : 3-5 cc right oblique
5. Post Mikxi/Post Void