Referat Dodi Eka

63
BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Luka tembak memiliki keterkaitan pada peradilan pidana serta sistem penanganan luka. Beberapa statistik dasar yang penting dalam memahami besarnya dan beratnya beban sosial ekonomi pada masyarakat Amerika Serikat masih diperdebatkan. 1 Kekerasan dengan menggunakan senjata api meningkat dalam decade terakhir ini. Dalam konteks kesehatan masyarakat, diperkirakan terdapat lebih dari 500.000 luka pertahunnya yang merupakan luka akibat senjata api. Menurut laporan dari organisasi kesehatan dunia pada tahun 2001, jumlah tersebut mewakili seperempat dari total perkiraan 2,3 juta kematian akibat kekerasan. Dari jumlah 500.000 tersebut, 42%nya merupakan kasus bunuh diri, 38% merupakan kasus pembunuhan, 26 % merupakan perang dan konflik persenjataan. 2,3 Di Amerika Serikat untuk tahun 2010, ada 31.513 kematian akibat senjata api, dengan modus kematian yang bermacam-macam: Bunuh Diri 19.308; Homicide 11.015; Kecelakaan 600. Hal ini membuat cedera akibat senjata api merupakan salah satu dari sepuluh penyebab kematian di Amerika Serikatr Jumlah senjata api yang berhubungan dengan cedera di Amerika Serikat, baik fatal maupun non 1

description

mm

Transcript of Referat Dodi Eka

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Luka tembak memiliki keterkaitan pada peradilan pidana serta sistem

penanganan luka. Beberapa statistik dasar yang penting dalam memahami

besarnya dan beratnya beban sosial ekonomi pada masyarakat Amerika Serikat

masih diperdebatkan.1

Kekerasan dengan menggunakan senjata api meningkat dalam decade terakhir

ini. Dalam konteks kesehatan masyarakat, diperkirakan terdapat lebih dari

500.000 luka pertahunnya yang merupakan luka akibat senjata api. Menurut

laporan dari organisasi kesehatan dunia pada tahun 2001, jumlah tersebut

mewakili seperempat dari total perkiraan 2,3 juta kematian akibat kekerasan. Dari

jumlah 500.000 tersebut, 42%nya merupakan kasus bunuh diri, 38% merupakan

kasus pembunuhan, 26 % merupakan perang dan konflik persenjataan.2,3

Di Amerika Serikat untuk tahun 2010, ada 31.513 kematian akibat senjata api,

dengan modus kematian yang bermacam-macam: Bunuh Diri 19.308; Homicide

11.015; Kecelakaan 600. Hal ini membuat cedera akibat senjata api merupakan

salah satu dari sepuluh penyebab kematian di Amerika Serikatr Jumlah senjata api

yang berhubungan dengan cedera di Amerika Serikat, baik fatal maupun non -

fatal, meningkat hingga 1993, turun sampai 1999, dan telah tetap relatif konstan

sejak tahun tersebut. Namun, cedera akibat senjata api tetap menjadi penyebab

utama kematian di Amerika Serikat, terutama di kalangan pemuda.4,5

Sebuah studi kematian akibat senjata api di negara-negara berpenghasilan

tinggi (Australia, Austria, Kanada, Republik Ceko, Finlandia, Perancis, Jerman,

Hungaria, Islandia, Italia, Jepang, Luksemburg, Belanda, Selandia Baru,

Norwegia, Portugal, Slovakia, Spanyol, Swedia, Inggris Raya (Inggris dan

Wales), Inggris (Irlandia Utara), Inggris (Skotlandia), dan Amerika Serikat)

dilakukan dengan cara pendataan olehWHO dari statistik nasional resmi dari

masing-masing negara dari tahun 2003 6. Total populasi untuk Amerika Serikat

untuk tahun 2003 adalah 290.800.000 sedangkan populasi gabungan untuk 22

negara lain adalah 563.500.000. Ada 29.771 kematian senjata api di Amerika

Serikat dan 7.653 kematian senjata api di 22 negara lain. Dari semua kematian

1

senjata api di 23 negara-negara berpenghasilan tinggi ini pada tahun 2003, 80 %

terjadi di Amerika Serikat . Di Amerika Serikat tingkat kematian senjata api

secara keseluruhan adalah 10,2 per 100.000, secara keseluruhan tingkat

pembunuhan senjata api 4,1 per 100.000, dan tingkat pembunuhan keseluruhan

6,0 per 100.000, dengan tingkat pembunuhan tertinggi senjata api orang 15 sampai

24 tahun. Bagi Amerika Serikat angka bunuh diri secara keseluruhan adalah 10,8

per 100.000, dan sedikit lebih dari setengah dari kematian ini adalah bunuh diri

senjata api ( 5,8 per 100.000 ). Angka bunuh diri dengan senjata api meningkat

mengikuti usia. Di negara-negara berpenghasilan tinggi lainnya pada tahun 2003

tingkat kematian senjata api secara keseluruhan adalah 1,4 per 100.000, secara

keseluruhan tingkat pembunuhan senjata api 0,2 per 100.000, dan tingkat

pembunuhan keseluruhan 0,9 per 100.000. Tingkat pembunuhan senjata api yang

tertinggi pada usia 25 tahun untuk kelompok usia 34 tahun . Tingkat bunuh diri

secara keseluruhan adalah 14,9 per 100.000 dengan tingkat bunuh diri dengan

senjata api secara keseluruhan dari 1,0 per 100.000.

Grafik Angka kematian akibat senjata api ( per 100.000 , usia disesuaikan ) untuk Negara Terpilih dalam satu tahun antara tahun 1990 dan 1995. 7

Dewasa ini, senjata api banyak memiliki peranan dalam kasus pembunuhan,

bunuh diri, dan kecelakaan. Sepanjang tahun 2006, KONTRAS mencatat 92 kasus

2

yang melibatkan anggota kepolisian dengan berbagai peran, mulai dari pelaku

tunggal hingga berkelompok dalam melakukan tindak kriminal.Kasus yang paling

menonjol adalah penganiayaan sebanyak 36 kasus dan penembakan 18 kasus.

Penembakan terhadap pelaku kriminal sejumlah 26 kasus.6

Setiap dokter yang bekerja di Indonesia perlu memahami Ilmu Kedokteran

Forensik terlebih dahulu agar tidak menemui kesulitan dalam menerapkan ilmu

kedokteran yang dimilikinya untuk kepentingan peradilan. Dalam referat ini kami

menyajikan tentang luka akibat tembakan senjata api. Dengan mengetahui kriteria

luka dengan jelas dapat membantu dalam penyidikan yang dilakukan oleh polisi

atau penyidik.6

Untuk mengetahui kriteria luka tidaklah mudah karena luka akibat senjata api

itu dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terkait dengan luka akibat senjata itu

sendiri. Hal ini diperumit lagi dengan adanya perkembangan teknologi senjata,

misalnya macam-macam peluru dari jenis bahan yang berbeda.6

Pada kenyataannya, beberapa orang telah mengadakan penelitian dalam

bidang ini tetapi hanya sedikit yang menghasilkan informasi yang akurat dan dapat

berguna bagi peradilan untuk membuat keputusan.6

Pada referat ini, kami berusaha menyatukan informasi yang dapat dipercaya

dan yang berhubungan dengan luka tembak. Semoga referat ini dapat bermanfaat

bagi kita semua.

Contoh kasus

Penembakan Cebongan12

Penembakan Cebongan adalah peristiwa penembakan yang terjadi di

Lembaga Pemasyarakatan Cebongan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta

pada 23 Maret 2013. Penembakan dilakukan oleh beberapa orang tak dikenal

dan menyebabkan empat orang tewas. Empat korban tewas merupakan pelaku

pengeroyokan seorang anggota Kopassus bernama Heru Santosa hingga tewas

di Hugo’s Café beberapa hari sebelumnya.

Latar belakang

Pada Selasa, 19 Maret 2013, pukul 02.30 terjadi pengeroyokan yang

dilakukan oleh beberapa orang terhadap seorang sersan satu Kopassus Kandang

Menjangan Kartasura bernama Heru Santosa di tempat hiburan Hugo's Cafe di

3

Jalan Adisucipto, Depok, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Heru Santosa

tewas dalam pengeroyokan tersebut.

Keributan itu sendiri terjadi antara salah seorang pelaku dengan teman-

temannya tak lama setelah Heru beserta rekan rekannya sesama anggota

Kopassus benama Alen tiba di tempat hiburan tersebut sekitar pukul 02.20

WIB.Awalnya, Heru beserta rekannya didatangi oleh seseorang bernama D

bersama sekitar tujuh temannya.Mereka bertanya asal daerah korban.Heru

menjawab bahwa dirinya adalah anggota Kopassus.Setelah itu, tiba-tiba terjadi

keributan antara Heru dengan kelompok D.

Perkelahian awalnya terjadi di halaman cafe, namun karena tak kunjung

selesai, keributan kembali terjadi di dalam kafe.Beberapa orang sempat

berupaya melerai. Akan tetapi, Heru tetap dikeroyok dan tewas setelah ditikam

dengan pecahan botol di bagian dadanya. Setelah Heru terkapar, para pelaku

segera melarikan diri.Dalam kondisi luka parah, Heru dilarikan ke Rumah Sakit

Bethesda, namun meninggal dalam perjalanan.Jenazah korban lalu

diterbangkan ke kampung halamannya di Palembang.

Empat pelaku pengeroyokan berhasil ditangkap oleh kepolisian.Sebagian

pelaku ditangkap di sebuah asrama di kawasan Lempuyangan, Yogyakarta, yang

sering dijadikan tempat mangkal kelompok tersebut. Para pelaku awalnya

ditahan di Mapolda DIY sebelum kemudian dipindahhkan Lembaga

Pemasyarakatan Cebongan pada Jumat 22 Maret 2013 siang dengan alasan sel

di Mapolda DIY sedang direnovasi.

Penembakan

Pada Sabtu 23 Maret 2013, sekitar pukul 01.30 WIB, satu kelompok yang

terdiri atas sekitar 17 orang tak dikenal mendatangi Lapas Cebongan. Mereka

berhasil masuk setelah mengancam petugas lapas dengan senjata api. Pelaku

juga melakukan tembakan ke udara agar sipir dan napi yang lain tiarap. Mereka

lalu meminta sipir menunjukkan sel di mana terdapat tahanan yang terlibat

kasus penganiayaan anggota Koppasus hingga tewas di Hugo's Cafe. Mereka

juga meminta sipir memberikan kunci sel tempat para tersangka ditahan.Dalam

prosesnya, mereka sempat melukai sipir, dan melakukan ancaman dengan

menunjukkan granat. Akhirnya sipir memberitahu bahwa para tahanan tersebut

4

ditempatkan di sel 5A serta memberikan kunci selnya.Setelah memperoleh

informasi tersebut, kelompok itu kemudian pergi menuju sel para tersangka.

Dalam prosesnya, ketika mereka semakin mendekati sasaran, jumlah pelaku

yang ikut serta semakin sedikit.Dari 17 orang yang melakukan penyerangan,

hanya satu orang yang melakukan penembakan. Begitu tiba di sel 5A, mereka

menyuruh para tahanan yang berada di sana untuk berkumpul. Kemudian salah

seorang pelaku bertanya di mana kelompok D. Ia berkata, "Yang bukan

kelompok D, minggir!". Sempat ada tahanan yang berkata bahwa D tidak ada,

namun pelaku mengancam bahwa mereka akan menembak semua tahanan itu

jika tidak diberitahu. Akhirnya para tahanan memisahkan diri hingga tersisa tiga

orang. Mereka disuruh untuk berkumpul, kemudian langsung ditembak hingga

tewas. Setelah itu, pelaku menembak satu orang tahanan lagi.

Setelah menembak mati para tahanan, para penembak memaksa sebanyak

31 tahanan di sel tersebut yang menyaksikan eksekusi itu untuk bertepuk

tangan.Begitu selesai, para pelaku pun pergi meninggalkan sel. Untuk

menghilangkan barang bukti, mereka merusak kamera CCTV dan mengambil

rekaman CCTV lapas.

Penyerangan berlangsung selama kurang lebih 15 menit, sementara

penembakannya berlangsung selama 5 menit.Salah satu saksi melaporkan

bahwa, selama peristiwa berlangsung, ada seorang pelaku yang terus-menerus

melihat jam di tangannya.

Korban

Korban yang tewas dalam pristiwa penembakan ini adalah:

1. HS alias Dk, 31 tahun. Dk merupakan seorang karyawan swasta namun

dikenal pula sebagai seorang preman.Ia pernah ditangkap Polresta

Yogyakarta dalam kasus pembunuhan mahasiswa tahun 2002 dan

pemerkosaan tahun 2007. Dk pernah bergabung dengan ormas pimpinan H,

namun kemudian mundur dan tidak aktif lagi. Ia juga menjadi tenaga

keamanan di Hugo's Cafe yang terletak depan halaman Hotel Sheraton

Mustika di Jl Solo Km 10 Maguwoharjo, Sleman.

2. AG alias Di, 33 tahun

3. GR alias Ad, 29 tahun

5

4. YM alias Jn, 38 tahun. YM adalah seorang anggota Polresta Yogyakarta yang

pernah terlibat kasus sabu-sabu. Akibat kasus itu, ia dipecat dari kepolisian.

Ia juga divonis hukuman 2,8 tahun dan perawatan di RS Grhasia khusus

narkoba. Ketika mengeroyok Heru, Jn sedang menjalani masa bebas

bersyarat.

Keempat korban berasal dari Nusa Tenggara Timur, dengan rincian tiga

orang berasal dari Kupang dan satu orang berasal dari Flores.

Pelaku

Menurut Ketua Komnas HAM Siti Noor Laila, para pelaku penembakan

adalah orang-orang yang sangat terlatih dan profesional. Siti mengungkapkan

bahwa, berdasarkan keterangan para saksi, masing-masing pelaku membawa

senjata laras panjang dan pistol di kiri dan kanan pinggang, serta memakai

rompi, yang diduga antipeluru, dan zebo (penutup muka) yang seragam.Mereka

juga membawa granat.Sementara pakaian yang dikenakan tidak seragam.Ada

yang memaki kemeja lengan pendek maupun panjang.Celana yang dikenakan

juga bukan seragam. Para pelaku disebutkan memiliki postur yang tegap dan

tinggi badannya hampir sama. Siti mengatakan bahwa mereka "bergerak dengan

singkat, cepat, terencana."

Pada 4 April 2013, tim investigasi bentukan internal TNI yang diketuai oleh

Wadan Puspomad Brigjen Unggul K. Yudhoyono mengumumkan bahwa pelaku

penembakan Cebongan adalah 12 anggota Kopassus grup 2 Kandang

Menjangan, Kartasura. Aksi tersebut dilakukan karena dilatarbelakangi utang

budi sang eksekutor, Serda U terhadap Serka Heru Santoso yang tewas di

Hugo's Cafe yang juga merupakan mantan atasannya.Para pelaku yang sedang

latihan di Gunung Lawu mendapat kabar bahwa salah satu anggota Kopassus

dibunuh.Kemudian mereka turun gunung menuju LP dan terjadilah

penyerangan.Senjata yang digunakan mereka untuk melakukan penembakan

bukan berasal dari gudang senjata melainkan senjata yang diambil seusai

latihan.

Tanggapan

Sejumlah orang menunjukkan keprihatinan atas peristiwa penyerangan ini.

Ketika kempat jenazah korban penembakan berada di tempat Instalasi

6

Kedokteran forensik Rumah Sakit Dr Sardjito Yogyakarta, puluhan warga Nusa

Tenggara Timur berkumpul di depan tempat tersebut. Sementara Gubernur Nusa

Tenggara Timur berpesan agar keempat jenazah "diperlakukan secara patut dan

layak dan dikembalikan ke keluarganya." Keempat jenazah itu sendiri akhirnya

diterbangkan ke daerah asalnya dengan biaya yang ditanggung Pemerintah

Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Kopassus mengklaim belum ada bukti keterlibatan Kopassus dalam

penembakan ini. Selain itu, Kasi Intel Grup II Kopassus Kandang Menjangan,

Kartasura, Kapten Inf Wahyu Yuniartoto menyatakan bahwa seluruh anggotanya

sedang berada di dalam satuan saat kejadian penyerangan berlangsung. Ia

mekenkan bahwa tidak ada satupun anggotanya yang keluar dari kegiatan

pengamanan markas. Meskipun demikian, Kepala Penerangan Kopassus Mayor

Susilo menyatakan bahwa pihaknya akan menindak tegas anggotanya jika

memang ada yang terlibat dalam kasus penyerangan ini.

Dugaan keterlibatan anggota Kopassus juga dibantah oleh Panglima

Kodam IV/Diponegoro, Mayjen TNI Hardiono Saroso dan Assintel Komandan

Jenderal Kopassus, Letkol Infantri Richard.

Haris Azhar, Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak

Kekerasan atau yang lebih dikenal dengan KONTRAS, mengatakan bahwa

penyerangan ini dilakukan secara terencana karena berlangsung dengan "rapi

dan cepat." Haris juga menyamakan cara para pelaku, yang mengurangi jumlah

ketika semakin mendekati sasaran, dengan operasi buntut kuda.

Sementara itu kepolisian belum bisa memastikan apakah penyerangan

tersebut merupakan sesuatu yang terencana.

Pengamat Kepolisian Bambang Widodo Umar berpendapat bahwa ada

kemungkinan penyerangan tersebut terkait dengan peredaran narkoba di

Indonesia. Dugaan ini muncul karena salah satu korban tewas dalam

penembakan itu diduga memiliki informasi mengenai peredaran narkoba.

Bambang lebih jauh menjelaskan bahwa ada kecenderungan bahwa peristiwa ini

merupakan konflik antaragen bandar, yaitu polisi yang meninggal (salah satu

korban penembakan) dengan Heru Santosa.Bambang bahkan mengatakan bahwa

kedua pihak tersebut sama-sama berada di bawah kekuasaan sebuah mafia

narkoba.

7

Wandi Marceli, pengacara keempat tersangka pengeroyokan yang tewas

dalam penyerangan ini, mempertanyakan keputusan polisi untuk memindahkan

para kliennya dari Mapolda DIY ke Lapas Cebongan. Ia menyatakan bahwa

dirinya merasa "janggal" karena keempat kliennya tewas ditembak tidak sampai

satu hari setelah dipindahkan.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas maka didapatkan adanya perumusan masalah,

yaitu:

1. Apa saja jenis-jenis senjata api?

2. Bagaimana mekanisme kerja senjata api?

3. Bagaimana mekanisme terjadinya luka akibat senjata api?

4. Bagaimana pemeriksaan forensik untuk mengindentifikasi luka akibat

tembakan senjata api?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui jenis-jenis senjata api dan mekanisme kerjanya.

2. Untuk mengidentifikasi luka tembak akibat senjata api

3. Untuk mengetahui pemeriksaan forensik yang mendeteksi luka akibat

tembakan senjata api.

D. MANFAAT PENULISAN

1. Manfaat Teoritis

Memberikan informasi dan wacana mengenai luka tembak.

2. Manfaat Aplikatif

1. Bagi Mahasiswa

Menambah wawasan mahasiswa mengenai luka tembak.

2. Bagi Tenaga Medis

Menambah wawasan bagi tenaga medis mengenai luka tembak sehingga

bisa membantu mengidentifikasikan jenis luka tembak.

3. Bagi Masyarakat

Memberikan informasi mengenai luka tembak sehingga bisa memahami

tindakan medis yang dilakukan.

8

BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI

Luka adalah suatu keadaan ketidaksinambungan jaringan tubuh akibat kekerasan.3

Luka tembak adalah gambaran luka yang tidak hanya terjadi sebagai akibat

terjangan anak peluru pada sasaran, tetapi juga oleh produk ikutan yang terjadi

saat tembakan dilepaskan, yaitu partikel logam akibat geseran anak peluru dengan

laras, butir mesiu yang tidak sempurna terbakar, asap serta panas akibat ledakan

mesiu dan pada luka tembak yang terjadi akibat tembak tempel, kerusakan

jaringan akibat moncong laras yang juga menekan sasaran.

Luka tembak terdiri atas luka tembak masuk dan luka tembak keluar. Luka

tembak masuk adalah luka yang ditemukan pada tempat anak peluru memasuki

tubuh korban, sedangkan luka tembak keluar adalah luka yang ditemukan pada

tempat anak peluru meninggalkan tubuh korban.3

Senjata api adalah suatu senjata yang menggunakan tenaga hasil perledakan

mesiu, dapat melontarkan proyektil (anak peluru) yang berkecepatan tinggi

melalui larasnya.3

Senjata api adalah jenis senjata yang menggunakan mesiu sebagai sumber energi

kinetiknya.4

B. KLASIFIKASI LUKA TEMBAK MASUK

Yang diperlukan sebenarnya penentuan jarak tembak atau jarak antara

moncong senjata dengan targetnya (tubuh korban). Berdasarkan ciri-ciri yang khas

pada setiap tembakan yang dilepaskan dari berbagai jarak, maka perkiraan jarak

tembak dapat diketahui; dengan demikian dapat dibuat klasifikasinya. Klasifikasi

yang dimaksud adalah:3

1. Luka Tembak Masuk Tempel (contact wounds)

Terjadi bila moncong senjata ditekan pada tubuh korban dan ditembakkan,

bila tekanan pada tubuh erat disebut hard contact, sedangkan yang tidak erat

disebut soft contact. Umumnya luka berbentuk bundar, yang dikelilingi kelim

lecet yang sama lebarnya pada setiap bagian. Di sekeliling luka tampak daerah

9

yang berwarna merah atau merah coklat, yang menggambarkan bentuk dari

moncong senjata; ini yang disebut jejas laras. Rambut dan kulit disekitar luka

dapat hangus terbakar. Saluran luka akan berwarna hitam yang disebabkan

oleh butir-butir mesiu, jelaga, dan minyak pelumas. Tepi luka dapat berwarna

merah, oleh karena terbentuknya COHb.5

Bentuk luka tembak tempel sangat dipengaruhi oleh keadaan kepadatan

atau densitas jaringan yang berada dibawahnya; dengan demikian dapat

dibedakan:5

a. Luka tembak tempel di daerah dahi mempunyai ciri luka berbentuk

bintang dan terdapat jejas laras.

b. Luka tembak tempel di daerah pelipis mempunyai ciri luka berbentuk

bundar dan terdapat jejas laras.

c. Luka tembak tempel di daerah perut mempunyai cirri luka berbentuk

bundar dan kemungkinan besar tidak ada jejas laras.

2. Luka Tembak Masuk Jarak Dekat (close-range wounds)

Terjadi bila jarak antara moncong senjata dengan tubuh korban masih

dalam jangkauan butir-butir mesiu (luka tembak jarak dekat), atau jangkauan

jelaga dan api (luka tembak jarak sangat dekat). Luka berbentuk bundar atau

oval tergantung sudut masuknya peluru, dengan disekitarnya terdapat bintik-

bintik hitam (kelim tattoo), dan atau jelaga (kelim jelaga). Di sekitar luka

dapat ditemukan daerah yang berwarna merah atau hangus terbakar.

a. Luka tembak jarak dekat 30 cm:

Ciri-ciri luka tembaknya terdiri dari:

- Lubang

- Klim lecet

- Klim tato

- Klim jelaga.

b. Luka tembak jarak dekat 30-60 cm).

Ciri-ciri luka tembaknya terdiri dari:

- Lubang

- Klim lecet

- Klim tato

10

3. Luka Tembak Masuk Jarak Jauh (long-range wounds)

Terjadi bila jarak antara moncong senjata dengan tubuh korban di luar

jangkauan atau jarak tempuh butir-buti mesiu yang tidak terbakar atau

sebagian terbakar. Luka berbentuk bundar atau oval dengan disertai adanya

kelim lecet. Bila senjatanya seringdirawat (diberi minyak pelumas), maka

pada kelim lecet dapat dilihat pengotoran berwarna hitam berminyak, jadi ada

kelim kesat atau kelim lemak.5

Gambar1. Klasifikasi Luka Tembak

Dix Jay. Color Atlas Of Forensic Pathology: Firearms (Handguns And Rifles). 1st

edition. New York: CRC Press, 2000. p 68 – 98

C. LUKA TEMBAK KELUAR

Letak disebabkan oleh peluru yang berjalan dari dalam ke arah keluar (LTM dari

luar ke dalam). Konsekwensinya dapat ikut jaringan atau tulang sehingga lubang luka

sangat variable baik bentuk ataupun besarnya.

11

Beberapa faktor yang mempengaruhi bentuk atau besar luka tembak keluar adalah :

Kecepatan saat peluru keluar dari badan.

Permukaan atau jaringan tempat peluru keluar.

Deformitas dari peluru akibat benturan dengan jaringan sewaktu melalui

rongga badan.

Jalan atau gerakanpeluru, dimana peluru dalam tubuh tidak berjalan stabil

tapi melakukan goyangan (tumbling dan yawing).

Ada tidaknya fragmentasi anak peluru.

Ada tidaknya fragmentasi tulang atau jaringan yang ikut keluar.

Ada tidaknya tahanan dari luar pada waktu peluru akan menembus

(tembok sesuatu yang keras).

Secara umum LTK bentuknya lebih besar dari LTM (kecuali bila peluru jalannya

pelan), bentuk kurang teratur dan tidak ditemukan kelim-kelim, luka tembak masuk

dapat lebih besar dari luka tembak keluar bila LTM tersebut mengenai daerah jaringan

tipis dan dibawahnya terdapat tulang keras ( misalnya pada dahi).

Perbedaan lain antara LTM dan LTK, pada tempat bertulang (tengkorak) lubang luka

LTM membentuk corong terbalik artinya diameter lubang pertama / luar lebih kecil

dari lubang di dalam dan sebaliknya pada LTK.

LTK dapat mengalami memar sekelilingnya bila pada waktu keluar, peluru mendapat

tahanan benda yang keras selain klim lecet sehingga sukar di bedakan dengan LTM,

untuk itu perlu diperiksa secara histopatologi.

Histopatologi LTM : memberikan perubahan seperti mekanikal dan panas.

D. JENIS SENJATA API

Klasifikasi senjata dapat didasarkan pada berbagai macam hal, antara lain:4

1. Berdasarkan tenaga pendorong/pelontar

Atas dasar tenaga yang digunakan untuk melontarkan anak pelurunya maka

jenis senjata dapat dibagi menjadi :4

a. Senjata api :

Yaitu jenis senjata yang menggunakan mesiu sebagai sumber kinetiknya,

terdiri atas :

i. Mesiu hitam (black powder atau smoke powder)

Terdiri atas : belerang, arang dan sendawa.

Ciri-cirinya :

12

- Menimbulkan asap banyak, berwarna hitam serta sisa-sisa

pembakaran.

- Tenaga lontarnya kurang kuat.

ii. Mesiu putih (white powder atau smokeless powder)

Terdiri atas :

- Nitrocellulose saja (single base powder).

- Nitrocellulose dan nitroglycerine (double base powder).

Ciri-cirinya :

- Menimbulkan asap sedikit.

- Menimbulkan sisa pembakaran sedikit.

- Tenaga lontarnya lebih kuat.

b. Senjata angin :

Yaitu jenis senjata yang menggunakan kompresi udara atau cairan CO2

sebagai sumber energi untuk melontarkan pelurunya.

Gambar2. Senapan angin

http://www-medlib.med.utah.edu/WebPath/TUTORIAL/GUNS/

GUNTERM.html

2. Berdasarkan cara menggunakan

Pembagian jenis senjata berdasarkan cara menggunakannya dapat dibedakan

menjadi:4

a. Senapan / bedil

Cara mengoperasikan senjata dari jenis ini adalah dengan kedua tangan

sambil memanfaatkan bahu.

13

Terdiri atas :

- Senapan berlaras lebih dari 22 inci (long-barrel weapon)

- Senapan berlaras kurang dari 22 inci (short-barrel weapon)

Macam-macam senapan laras panjang :

Rifles

Rifle adalah jenis senapan yang biasanya mempunyai panjang laras

lebih dari 18 inci. Terdapat pegangan kearah dada atau bahu, yang

disebut stock, agar dapat menahan hentakan yang terjadi ketika

menembak, supaya akurasi tetap terjaga. Laras panjangnya ini

biasanya mempunyai alur spiral di dalam, sehingga peluru yang

melesat menjadi berputar, dimaksudkan untuk akurasi dan

kecepatan yang lebih maksimal.

Shotguns

Senapan yang memiliki laras panjang dengan kaliber yang

biasanya cukup besar. Selain untuk berburu, biasanya digunakan

pula untuk berolahraga menembak, dengan sasaran bergerak yang

dilontarkan ke udara.

Jenis-jenis senjata api laras panjang yang sering digunakan di kalangan

militer :

1. MAUSER

Pernah menjadi senjata standar Polri di jaman Orde

Baru hingga awal Reformasi, senjata ini kini hanya

dijadikan senjata beban bagi para siswa yang sedang

menjalani pendidikan Kepolisian. Type Manual; Kaliber

14

7,62 mm; Magazin tidak dapat dilepas dengan kapasitas 5

peluru;

2. M1 GARAND

Senapan jaman perang dunia II yang merupakan symbol

pasukan AS pada jaman itu dan pernah menjadi senjata andalan

TNI. Panjang 1,103 m; Kaliber 0,3 inch; Berat 4,37 kg;

Kapasitas magazin 8 peluru; Jarak tembak efektif 500 m.

3. SKS

4. SMLE 0.303

SMLE (Short Magazine Lee-Enfiled) digunakan tentara Inggris

pada perang dunia I & II, Akurasi dan kecepatan penembakan adalah

kunci utama kesuksesan senjata ini.Senjata ini juga pernah melengkapi

persenjataan Tni/Polri. Panjang 1,13 m; Berat 3,93 kg; Kapasitas

magazin 10 peluru; Kaliber 0,303 inch (setara 7,62 mm); Jarak tembak

efektif 1 km; System penembakan Manual.

5. STURMGEWEHR 44 (Stg 44)

15

Panjang 0,94 m; Berat 5,1 kg; Kapasitas magazin 30 peluru;

Kaliber 7,62 mm Kurz; Daya tembak 500 peluru per menit; Jarak

tembak efektif 300 m; Buatan Jerman, mulai diproduksi pada tahun

1944. Digunakan pada Perang Dunia II.

6. AK-47

Hinggasaat ini hampir seluruh dunia telah menggunakannya.

Mulai dari Militer, Kepolisian hingga para pemberontak dan teroris

pun menggunakan senjata ini sebagai senjata andalan mereka. Mudah

dioperasikan dan tahan banting, itulah yang membuat senjata ini

diterima luas oleh seluruh dunia. Di Indonesia sendiri senjata ini

digunakan oleh Marinir TNI-AL dan Kopassus TNI-AD.Bahkan Polri

pun memperkuat pasukan Brimobnya dengan senjata ini.Type Gas

Operated; Kaliber 7,62 x 39 mm; Kapasitas magazin 30 peluru;

Panjang 880 mm; Berat 4,3 kg; Daya tembak 600 perluru per menit;

Kecepatan peluru 710 m per detik.

16

7. M-16

Kaliber 5,56 mm NATO; Sistem Gas Operated; Panjang total

986 mm (A1), 1.006 mm (A2); Panjang laras 508 mm; Berat 2,89 kg

kosong, 3,6 kg dgn 30 butir peluru; Daya tembak 650-800 peluru per

menit; Jarak tembak maksimum 460 m (A1), 550 m (A2); Kapasitas

magazin 30 dan 20 butir peluru. Senjata ini di Indonesia banyak

dipakai oleh TNI dan Polri.

8. FN FAL

Panjang 1,053 m; Berat 4,3 kg; Kaliber 7,62 mm; Kapasitas

magazin 20 peluru; Daya tembak 550 peluru per menit; Jarak tembak

efektif 800 m. Buatan FN Belgia. FAL merupakan singkata dari

FusilAutomatique Legere.

9. STEYR AUG

17

Senjata buatan Austria ini konon merupakan salah satu senapan

infantri jenis bullpup terbaik karena bisa dioperasikan dalam kondisi

ekstrim dan akurasinya cukup bagus. Bobotnya yang cukup ringan

karena sebagian besar bahannya dari bahan plastik tahan banting.

Panjang 0,79 m; Berat 3,6 kg; Kaliber 5,56 mm NATO; Kapasitas

magazin 30-42 peluru; Daya tembak 650 peluru per menit; Jarak

tembak efektif 500 m.

10. SA 80

Panjang 0,78 m; Berat 3,80 kg; Kaliber 5,56 mm; Kapasitas

magazin 30 peluru; Daya tembak 700 peluru per menit; Jarak tembak

efektif 400 m. Buatan Inggris, mulai produksi tahun 1980. Magasin

yang sering terlepas sendiri dan body yang tidak tahan kotor konon

menjadi penyebab senjata ini gagal menjaring pembeli di luar Inggris

terutama pada awal produksi.

11. M4 A1

18

System Gas Operated; Kaliber 5,56 mm NATO; Panjang total

838 mm (dgn popor ditarik), 757 mm (popor masuk); Panjang laras

370 mm; Berat 2,52 kg (kosong), 3,0 kg (dgn 30 peluru); Kapasitas

magazin 30 peluru; Daya tembak 700-950 peluru per menit; Jarak

tembak efektif 360 m; Dilengkapi dengan Senter, Teleskop, Infra Red

dan Pembidik Laser. Buatan Amerika. Di Negara asalnya digunakan

oleh USSOCOM.Di Indonesia digunakan sebagai senjata standar oleh

Densus 88 AT Polri.

12. SS1-V1

Panjang (popor keluar) 997 mm, (popor lipat) 766 mm; Panjang

laras 449 mm; Berat kosong 4,01 kg; Jarak tembak 450 m; Daya

tembak 750-760 peluru per menit; Kaliber 5,56 mm; Firing Mode

Single, 3 burst, Full Auto, Safe. Buatan PT. Pindad

Indonesia.Digunakan oleh TNI/Polri.

13. SS1-V2

Senapan Serbu buatan PT. Pindad Indonesia yang menjadi

senjata standar TNI. Automatic Carbine (Medium Barrel); Kaliber 5,56

x 45 mm; Panjang laras 363 mm; Panjang total 890 mm (popor keluar),

666 mm (popor lipat); Berat kosong 3,91 kg; Jarak tembak 450 m;

Daya Tembak 750-760 m; Firing Mode Single, Full Auto, Safe.

14. SS1-V3

Panjang (popor keluar) 997 mm, (popor lipat) 766 mm; Panjang

laras 363 mm; Berat kosong 4,01 kg; Jarak tembak 450 m; Kaliber

19

5,56 mm; Firing Mode Single, 3 burst, Full Auto, Safe. Buatan PT.

Pindad Indonesia.Digunakan oleh TNI.

15. SS1-V5

Panjang (popor keluar) 770 mm, (popor lipat) 557 mm; Panjang

laras 252 mm; Berat kosong 3,37 kg; Jarak tembak 200 m; Daya

tembak 720-760 peluru per menit; Kaliber 5,56 mm; Firing Mode

Single, Full Auto, Safe. Buatan PT. Pindad Indonesia.Digunakan oleh

Polri.

16. SABHARA-V1

17. SABHARA-V2

18. XM8

Senjata yang diproduksi oleh Heckler-Koch Amerika mulai

diproduksi tahun 2005, dan akan berubah nama menjadi M8 ketika

20

resmi dipakai. Kaliber 5,56 mm. Senjata ini konon akan menggantikan

M16 sebagai senjata standar AD Amerika Serikat. Sejumlah kelebihan

ditawarkan mulai dari bobotnya yang lebih ringan hingga kelengkapan

sistem optik pada pembidik Infra Rednya.

19. SS1-R5 RAIDER

Kaliber 5,56 x 45 mm; Panjang laras 252 mm; Panjang Senjata

770 mm (popor keluar), 557 mm (popor lipat); Berat kosong 3,37 kg;

Daya tembak 650-700 peluru per menit; Jarak tembak efektif 375 m;

Firing mode Single, Full Auto, Safe. Buatan PT. Pindad Indonesia,

digunakan oleh RAIDER TNI-AD

b. Senjata genggam (handgun)

Cara memegang dan menembakkan senjata jenis ini cukup dengan

menggunakan satu tangan.

Terdiri atas :

Pistol

21

Yang dimaksud pistol biasanya memang mengacu kepada

istilah handgun itu sendiri. Jenis pistol ialah pistol semi otomatis,

seperti FN, dan pistol mesin yang full otomatis, seperti UZI.

Pistol menggunakan peluru yang terlebih dahulu dimasukkan

ke dalam magazine. Satu magazine bisa memuat 5 hingga 19

peluru tergantung kepada jenisnya, dan bisa diisi berulang kali.

Dalam pemakaiannya, magazine dimasukkan ke dalam pegangan

pistol.

Revolver

Pistol dengan magazine yang berbentuk silinder berlubang,

dengan laras yang lebih panjang. Biasanya magazine silinder ini

dapat diisi 6 peluru, satu peluru dalam setiap lubang. Silinder akan

otomatis memutar mengarahkan lubang berikutnya setelah

ditembakkan.

Terdapat semacam palu yang memukul ujung bagian peluru

ketika pelatuk ditarik, bagian belakang peluru yang berisi bubuk

peledak akan seketika terbakar dan meledak, sehingga ujung peluru

depan yang merupakan bagian inti dari peluru, akan melesat

dengan cepat memburu sasarannya.

Ada pula jenis yang lain, yaitu revolver dengan dua buah laras

panjang. Jenis ini lebih kuat hentakannya dan lebih lemah

akurasinya jika dibandingkan revolver berlaras satu. Tetapi dapat

lebih cepat dalam proses penembakkannya.

Derringers

Ialah jenis pistol yang sangat kecil dan pendek. Berlaras satu atau

dia, dengan pengisian peluru langsung di belakang larasnya.

Karena ukurannya yang kecil, senjata jenis ini sering digunakan

untuk cadangan yang disembunyikan, atau sebagai pelengkap.

3. Berdasarkan bentuk permukaan dalam laras

Pembagian jenis senjata ini berdasarkan bentuk permukaan dalam dari laras

dibagi menjadi:4

22

- Senjata berlaras rata (smooth-walled weapon)

Permukaan dalam dari larasnya rata atau tidak beralur melingkar.Laras

dari shotgun, senapan angin, pistol, atau revolver sering dibuat tanpa alur

melingkar.

- Senjata beralur melingkar (rifled weapon)

Kegunaan dari alur ini adalah agar anak peluru bergerak memutar

sehingga arah dan gerakan giroskopiknya menjadi lebih stabil. Gerakan

memutar sesuai atau berlawanan dengan arah jarum jam tergantung dari

bentuk spiral dari alur. Senjata militer biasanya dibuat dengan alur

melingkar, sedangkan senjata anginatau pistol kadang-kadang dibuat

seperti itu.

Gambar 3. Jenis-jenis senjata api

http://www-medlib.med.utah.edu/WebPath/TUTORIAL/GUNS/

GUNTERM.html

E. MEKANISME KERJA SENJATA API

Balistika adalah ilmu mengenai gerakan, sifat, dan efek dari proyektil,

khususnya peluru, bom, gravitasi, roket, dan lain-lain. Ilmu atau seni merancang dan

mengerakkan proyektil untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Balistik terdiri dari

3, yaitu balistik internal, balistik eksternal dan balistik terminal.

23

Balistik internal

Peluru yang ditembakkan dari senapan akan memiliki lebih banyak energi

daripada peluru yangditembakkan dari pistol. Penggunaan bubuk yang banyak juga

dapat digunakan dalam kartrid senapan karena ruang peluru dapat dirancang untuk

menahan tekanan yang lebih besar ( 50.000 sampai 70.000 psi untuk senapan vs

30.000 sampai 40.000 psi untuk pistol).Tekanan yang lebih tinggi membutuhkan

senjata yang lebih besar dengan lebih banyak recoil yang lebih lambat dan

menghasilkan lebih banyak panas. Sulit dalam praktek untuk mengukur kekuatan

dalam laras senapan, tapi satu parameter yang mudah diukur adalah kecepatan peluru

keluar dari laras ( muzzle velocity ).

Ekspansi terkendali dari gas pembakaran mesiu menghasilkan tekanan (gaya /

daerah ). Daerah yang dimaksudadalah dasar peluru ( setara dengan diameter laras )

dan konstan. Oleh karena itu, energi yang ditransmisikan ke peluru ( dengan massa

tertentu ) akan tergantung pada kekuatan massa, interval waktu dan gaya diterapkan.

Yang terakhir dari faktor-faktor ini adalah fungsi dari panjang barrel. perjalanan

peluru melalui laras senapan ditandai dengan meningkatkan percepatan gas untuk

memperluas pendorong di atasnya. Tetapi penurunan tekanan dalam barel sebagai

akibat dari pengembangan gas. Sampai titik tekanan berkurang, semakin panjang

laras, semakin besar percepatan peluru.

Pada senjata angin, tekanan yang tinggi itu diperoleh dengan cara

memampatkan udara atau dengan mengubah CO2 cair menjadi gas dalam ruangan

yang volumenya tetap. Sedangkan pada senjata api, tekanan yang tinggi diperoleh dari

pembakaran mesiu sehingga dalam waktu sekejap berubah menjadi gas dengan

volume yang besar didalam ruangan yang volumenya tetap. Dari 1 gram mesiu dapat

dihasilkan gas (CO2, CO, Hydrogen Sulfida, dan methane) antara 200 sampai 900

mililiter dengan suhu yang sangat panas.4

24

Balistik eksternal (dari pistol menuju target)

Agar anak peluru dapat berjalan stabil dalam lintasannya, permukaan dalam

laras dibuat beralur spiral dengan diameter yang sedikit lebih kecil dari diameter anak

peluru, sehingga anak peluru yang didorong oleh ledakan mesiu, saat melalui laras,

dipaksa untuk bergerak maju sambil berputar sesuai porosnya, dan ini akan

memperoleh gaya sentripetal, sehingga anak peluru tetap dalam posisi ujung

depannya di depan dalam lintasannya setelah lepas laras menuju sasaran.3

Gambar 4. Alur laras

Dix Jay. Color Atlas Of Forensic Pathology: Firearms (Handguns And Rifles).

1st edition. New York: CRC Press, 2000. p 68 – 98

Alur dalam laras dibuat dalam jumlah 4 sampai 6 alur dengan arah perputaran

ke kiri (pada Colt) atau ke kanan (pada Smith and Wesson). Di samping senjata api

dengan laras beralur (riffled bore), terdapat pula jenis dengan laras licin (smooth bore)

25

seperti pada senjata api jenis shot gun, yang pada satu kali tembakan dapat

melontarkan anak peluru dalam jumlah banyak sekaligus.3

Balistik eksternal dari jalur peluru dapat ditentukan oleh beberapa formula ,

yang paling sederhana yaitu :

Energi Kinetik (KE ) = 1/2 MV2

Kecepatan ( V ) biasanya dalam kaki per detik ( fps ) dan massa ( M ) dalam

kilogram, berasal dari berat ( W ) dari peluru, dibagi dengan 7000 butir per pon kali

percepatan gravitasi ( 32 ft / detik ) sehingga di dapatkan:

Energi Kinetik (KE ) = W (V)2 / ( 450.435 ) ft / lb

Ini adalah energi peluru saat meninggalkan moncong , tetapi koefisien balistik

(BC ) akan menentukan jumlah KE dikirim ke target sebagai hambatan udara ditemui.

Gerak maju dari peluru juga dipengaruhi oleh tarikan/drag ( D ) , yang

dihitung sebagai :

( D ) = f ( v / a ) k & pd2v2

f ( v / a ) adalah suatu koefisien yang berhubungan dengan rasio kecepatan

peluru dengan kecepatan suara dalam medium yang dilalui dalam perjalanan . k

adalah konstan untuk bentuk peluru dan & adalah konstan untuk yaw ( penyimpangan

dari penerbangan linear ). p adalah densitas medium ( kepadatan jaringan adalah >

800 kali dari udara ) , d adalah diameter ( kaliber ) peluru , dan v kecepatan. Dengan

demikian , kecepatan yang lebih besar , kaliber besar , atau jaringan padat

memberikan tarikan lebih besar. Sejauh mana peluru diperlambat dengan drag/tarikan

disebut retardasi ( r ) yang diberikan oleh rumus :

r = D / M

Drag/ tarikan sulit untuk diukur, sehingga Koefisien Balistik (BC ) sering

digunakan :

BC = SD / I

SD adalah densitas sectional peluru , dan I adalah faktor bentuk untuk bentuk

peluru. Density Sectional dihitung dari massa peluru ( M ) dibagi dengan kuadrat

26

diameternya. Nilai faktor bentuk I menurun dengan meningkatnya kemanunggalan

peluru ( bola akan memiliki nilai tertinggi I ).

Karena tarikan (D) adalah fungsi dari kecepatan, dapat dilihat bahwa untuk

peluru dari suatu massa (M), semakin besar kecepatan, semakin besar

keterbelakangan tersebut. Drag juga dipengaruhi oleh putaran peluru. Semakin cepat

berputar, semakin kecil kemungkinan peluru akan "menyimpang" atau mengubah ke

samping dan jatuh di jalur penerbangan melalui udara.

Balistik terminal

Penyimpangan dari arah lurus memiliki banyak hubungannya dengan pola

cedera peluru pada target, disebut "balistik terminal."Pendek, peluru dengan

kecepatan tinggi mulai menyimpang lebih parah dan saat berbelok, dan bahkan

memutar, setelah memasuki jaringan. Hal ini menyebabkan banyak jaringan yang

displaced dan meningkatkan tarikan.Peluru yang lebih berat mungkin memiliki energi

kinetik yang lebih pada jangkauan yang lebih panjang ketika menuju target, tetapi

dapat menembus baik sehingga keluar target dengan banyak energi kinetik sisa.

Bahkan peluru dengan energi kinetik rendah dapat memberikan kerusakan jaringan

yang signifikandan target adalah pada jarak pendek (seperti pada pistol). (Jandial et al,

2008)

Peluru menghasilkan kerusakan jaringan dalam tiga cara (Adams, 1982):

1. Laserasi - Kerusakan jaringan melalui laserasi terjadi di sepanjang jalur atau

"track" melalui tubuh yang proyektil, atau fragmen nya.

2. Kavitasi - Sebuah rongga "permanen" disebabkan oleh jalur (track) dari peluru

itu sendiri dengan menghancurkan jaringan, sedangkan rongga "sementara"

27

yang dibentuk oleh radial membentang di jalur peluru dari percepatan medium

(udara atau jaringan) di bangun dari peluru, menyebabkan rongga luka.

(Maiden, 2009).

3. Gelombang kejut - gelombang kejut dari kompres media dan perjalanan

menjelang peluru, serta sisi, tapi gelombang ini terakhir hanya beberapa

mikrodetik dan tidak menyebabkan kerusakan besar pada kecepatan rendah.

Pada kecepatan tinggi, gelombang kejut yang dihasilkan dapat mencapai

hingga 200 atmosfer tekanan. (DiMaio dan Zumwalt, 1977).

Kecepatan dan massa peluru akan mempengaruhi sifat luka. Kecepatan

diklasifikasikan sebagai rendah (<1000 fps), menengah (1000-2000 fps), dan tinggi (>

2000 fps). (Wilson, 1977)

Bentuk peluru digambarkan sebagai berikut :

Gambar 5. Bentuk Peluru

F. MEKANISME TERJADINYA LUKA

Dengan pengecualian efek perlambatan pada luka yang disebabkan pada

semua trauma mekanik seperti pukulan, tusukan, atau tendangan, terjadi karena

adanya transfer energi dari luar menuju ke jaringan. Ini juga terjadi pada luka tembak.

Kerusakan yang terjadi pada jaringan tergantung pada absorpsi energi kinetiknya,

yang juga akan menghamburkan panas, suara serta gangguan mekanik yang lainya.

Untuk menjamin transfer energi ke suatu jaringan, beberapa peluru

dimodifikasi akan berhenti atau menurun kecepatanya sesampainya di tubuh.

Anak peluru yang lunak didesain akan segera menjadi pecahan kecil saat

ditembakkan. Lintasan peluru juga dapat menilai besar dan kecepatan dari energi yang

diberikan pada suatu target 8,10.

28

Jumlah dari energi kinetik yang terdapat pada proyektil sesuai dari masa dan

kecepatan. Rata-rata kecepatan peluru berkisar 340m/s, dimana banyak digunakan

pada panah, senapan angin, serta revolver. Dari sistem mekanik ini akan

mengakibatkan daya dorong peluru ke suatu jaringan sehingga terjadi laserasi,

kerusakan sekunder  terjadi kalau adanya ruptur pembuluh darah atau struktur lainnya.

Jika kecepatan melebihi kecepatan udara, lintasan dari peluru yang menembus

jaringan akan terjadi gelombang tekanan yang mengkompresi jika terjadi pada

jaringan seperti otak, hati ataupun otot akan mengakibatkan kerusakan dengan adanya

zona-zona disekitar luka. Akibat yang ditimbulkan oleh anak peluru pada sasaran

tergantung pada berbagai faktor:3

a. Besar dan bentuk anak peluru

b. Balistik (kecepatan, energi kinetik, stabilitas anak peluru)

c. ”Kerapuhan” anak peluru

d. Kepadatan jaringan sasaran

e. Vulnerabilitas jaringan sasaran

Tembakan yang mengenai tubuh akan menimbulkan luka tembak, yang

gambarannya tidak hanya terjadi sebagai akibat terjangan anak peluru pada

sasaran, tetapi juga oleh produk ikutan yang terjadi saat tembakan dilepaskan,

yaitu partikel logam akibat geseran anak peluru dengan laras, butir mesiu yang

tidak sempurna terbakar, asap serta panas akibat ledakan mesiu dan pada luka

tembak yang terjadi akibat luka tembak tempel, kerusakan jaringan akibat

moncong laras yang juga menekan sasaran.3

Anak peluru yang menembus kulit akan menyebabkan terjadinya lubang yang

dikelilingi bagian yang kehilangan kulit ari berupa kelim lecet. Selain itu zat yang

melekat pada anak peluru seperti minyak pelumas, jelaga, dan elemen mesiu (Pb,

Sb, Ba) akan terusap pada tepi lubang sehingga terbentuk kelim kesat yang

terdapat tepat di tepi lubang (pada luka tembak masuk jarak jauh). Butir-butir

mesiu yang tidak habis terbakar akan tertanam pada kulit di sekitar kelim lecet,

membentuk kelim tattoo (pada luka tembak masuk jarak dekat), dan jelaga/asap

yang keluar dari ujung laras senjata akan membentuk kelim jelaga, sedangkan api

yang yang ikut keluar akan membentuk kelim api (berupa hiperemi atau jaringan

yang terbakar, pada luka tembak masuk jarak sangat dekat).3

29

Gambar 6. Mekanisme Peluru Menyebabkan Luka Tembak

Ujung laras yang menempel pada kulit saat senjata api ditembakkan akan

membentuk luka lecet tekan yang mengelilingi kelim lecet dengan sekitar yang

menonjol, dikenal sebagai jejak laras.3

Pada bagian tubuh tempat masuknya anak peluru, bagian tubuh sebelah dalam,

serta pada bagian tubuh tempat keluarnya anak peluru bentuk kelainannya tidak

sama karena faktor-faktor yang mempengaruhinya berbeda.4

1. Bagian Tubuh Tempat Masuknya Anak Peluru

Luka-luka yang terjadi pada tempat ini disebabkan oleh faktor-faktor sebagai

berikut:4

- Gaya kinetik anak peluru/proyektil

- Suhu panas anak peluru/proyektil

- Semburan api

- Ledakan gas dari mesiu (pada jarak tempel)

- Percikan mesiu yang tak terbakar.

Bentuk dari luka tembak masuk (LTM) masih tergantung lagi dengan

jaraknya, yaitu:

a. Jarak kontak (tempel)

Ketika senjata ditembakkan dengan menempel pada kulit, gambaran akan

tampak bermacam-macam tergantung apakah moncong senjata ditekan ke

permukaan kulit sehingga melekat erat, atau apakah tidak menempel pada

kulit. Gambaran akan tampak beda jika terdapat pakaian diantara moncong

senjata dan kulit. Pada jaringan lunak, seperti ekstremitas, abdomen, dan juga

dada, luka akan tampak kecil dan sirkuler. Akan ada pembakaran dan

penghitaman pada dinding luka,. Jika antara moncong senjata denga kulit

30

menempel kuat akan ada sedikit bahkan tidak ada nyala api dan debu, kecuali

kalau pakaian menutupinya. Dalam luka, pada jaringan akan ada beberapa

bintilk-bintik kotoran dengan jelaga atau partikel-partikel amunisi.

Kebanyakan amunisi senjata tampak bersih, dibandingkan dengan peluru

senjata api sehingga jelaga bisa tidak ditemukan.Biasanya hyperemia terdapat

disebelah luar cetakan diameter moncong senjata, dan karbon monoksida akan

diserap oleh Hemoglobin dan Mioglobin disekitar kulit luka dan pada bekas

yang lebih dalam. Kemungkinan akan ada luka memar yang kadang meluas

meskipun bentuknya tidak simetris dan jarang. Perluasan jaringan karena gas

yang masuk memaksa kulit lebih keras melawan ujung laras, dan jejak

moncong senjata mungkin akan terbentuk. Jika luka tempel di atas tulang

terutama tulang tengkorak, terjadi fenomena yan sama dengan luka senjata api.

Tampak gambaran linier atau seperti bintang.

Gambar 7. Luka tembak kontak/tempel pada dahi(http://library.med.utah.edu/%20WebPath/FORHTsML/FOR039.html).

31

Gambar 8. Luka tembak kontak/tempel pada dada dengan jejak moncong

senjata

b. Jarak dekat (1 inci – 2 kaki)

Bentuk luka bulat, bagian tengah berupa lubang, bagian tepinya dikelilingi

cincin lecet akibat kurang elastisnya kulit dibanding jaringan di

bawahnya, diameter cincin lecet sedikit lebih kecil dari diameter anak

peluru, terdapat tattoo, rambut di sekitarnya terbakar.4 Tanda utama

adalah adanya kelim tato yang disebabkan oleh bubuk mesiu yang tidak

terbakar yang terbang kearah kulit korban. Disekitar zona tato terdapat

zona kecil berwarna magenta. Adanya tumbukan berkecepatan tinggi

dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah kecil dan menghasilkan

perdarahan kecil.

Gambar 9. Luka tembak masuk jarak dekat dengan jarak penembakan

sekitar 1 kaki

32

Gambar 10. Luka tembak masuk jarak dekat dengan jarak penembakan 1

– 3 kaki

c. Jarak jauh (lebih dari 2 kaki)

Bentuk bulat, bagian tengahnya berupa lubang, bagian tepinya dikelilingi

oleh cincin lecet, diameter cincin lecet sedikit lebih kecil dari diameter

anak peluru, dan tidak ditemukan produk dari ledakan mesiu.4

Tidak ada bubuk mesiu maupun gas yang bisa terbawa hingga jarak jauh.

Hanya anak peluru yang dapat terlontar memebihi beberapa kaki.

Sehingga luka yang ada disebabkan oleh anak peluru saja. Terdapat

beberapa karakteristik luka yang dapat dinilai. Umumnya luka berbentuk

sirkular atau mendekati sirkular. Tepi luka compang-camping. Jika anak

peluru berjalan dengan gaya non-perpendikular maka tepi compang-

camping tersebut akan melebar pada salah satu sisi.

Gambaran LTM jarak jauh dapat juga ditemukan pada korban yang

tertembak pada jarak yang dekat/sangat dekat, apabila di atas permukaan

kulit terdapat penghalang misalnya pakaian yang tebal, ikat pinggang,

helm, dan sebagainya sehingga komponen-komponen butir mesiu yang

tidak habis terbakar, jelaga, dan api tertahan oleh penghalang tersebut.3

33

Gambar 11. Luka tembak masuk jarak jauh

2. Bagian Tubuh Sebelah Dalam

Kelainan yang terjadi di sini disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut:4

- Gaya kinetik anak peluru atau proyektil

- Penyebaran gaya kinetik ke jaringan sekitarnya

- Gerakan giroskopik anak peluru

Gambar 12. Lintasan peluru yang melalui otak

Faktor-faktor tersebut di atas menyebabkan terjadinya kavitas (rongga) pada

34

lintasan anak peluru, yang besarnya melebihi ukuran anak peluru. Dengan

adanya lesatan peluru dengan kecepatan tinggi akan membentuk rongga

disebabkan gerakan sentrifugal pada peluru sampai keluar dari jaringan dan

diameter rongga ini lebih besar dari diameter peluru, dan rongga ini akan

mengecil sesaat setelah peluru berhenti, dengan ukuran luka tetap sama. Organ

dengan konsistensi yang padat tingkat kerusakan lebih tinggi daripada yang

berongga. Efek luka juga berhubungan dengan gaya gravitasi. Pada

pemeriksaan harus dipikirkan adanya kerusakan sekunder seperti infark atau

infeksi 8,10. Lintasan anak peluru yang melewati tulang (misalnya tulang

kepala) akan meninggalkan bekas lintasan yang bentuknya seperti corong yang

arahnya menunjukkan arah jalannya anak peluru.4

3. Bagian Tubuh Tempat Keluarnya Anak Peluru

Pada tempat anak peluru meninggalkan tubuh korban akan ditemukan

luka tembak keluar (LTK). Luka-luka yang terjadi pada tempat ini disebabkan

oleh faktor-faktor sebagai berikut:4

- Gaya kinetik anak peluru

- Perubahan bentuk anak peluru sesudah membentur tulang

- Perubahan arah anak peluru sesudah membentur tulang

- Serpihan tulang yang kemudian berfungsi sebagai anak peluru

sekunder (secondary missiles).

Akibat faktor-faktor tersebut maka biasanya luka tembak keluar lebih

besar dari diameter anak pelurunya, tetapi pada tembakan oleh senjata modern

yang kecepatannya sangat tinggi mempunyai ukuran luka tembak keluarnya

lebih kurang sama dengan ukuran anak pelurunya. Seringkali luka tembak

keluar hanya berupa robekan kulit saja.4

Ciri-ciri dari luka tembak di tempat keluarnya anak peluru atau

proyektil adalah sebagai berikut:4

a. Bentuknya bulat, kadang-kadang tak teratur

b. Kadang-kadang hanya berupa robekan kulit

c. Ukurannya biasanya lebih besar dari diameter anak pelurunya, tetapi

kadang-kadang sama besar

d. Tidak ditemui produk-produk dari ledakan mesiu.

Jika sebuah peluru setelah membuat lubang luka tembakan masuk dan

mengenai tulang (benda keras), maka bentuk dari pada peluru tadi menjadi

35

berubah. Tulang-tulang yang kena peluru tadi akan menjadi patah pecah atau

kadang-kadang remuk. Akibatnya waktu peluru menembus terus dan membuat

lubang luka tembak  keluar, tidak hanya peluru yang berubah bentuknya, tapi

juga diikuti oleh pecahan-pecahan tulang tadi oleh karena ikut terlempar

karena dorongan dari peluru. Tulang-tulang inipun kadang-kadang mempunyai

kekuatan menembus juga. Kejadian inilah yang mengakibatkan luka tembakan

keluar yang besar dan lebar, sedangkan  bentuknya tidak tertentu. Sering

kalibesar luka tembak keluar berlipat ganda daripada besarnya luka tembakan

masuk. Misalnya saja luka tembakan masuk beserta contusio ring sebesar kira-

kira 8 mm dan luka tembakan keluar sebesar uang logam. Berdasarkan

ukurannya maka ada beberapa kemungkinan, yaitu:

a. Bila luka tembak keluar ukurannya lebih besar dari luka tembak

masuk, maka biasanya sebelum keluar anak peluru telah mengenai

tulang hingga berpecahan dan beberapa serpihannya ikut keluar.

Serpihan tulang ini bisa menjadi peluru baru yang membuat luka keluar

menjadi lebih lebar.

b. Bila luka tembak keluar ukurannya sama dengan luka tembak masuk,

maka hal ini didapatkan bila anak peluru hanya mengenai jaringan

lunak tubuh dan daya tembus waktu keluar dari kulit masih cukup

besar.

Gambar 13. Luka tembak masuk (kiri) dan luka tembak keluar (kanan)

36

G. PEMERIKSAAN FORENSIK PADA LUKA TEMBAK

Pemeriksaan forensik pada kasus penembakan bisa menentukan banyak hal,

misalnya pemeriksaan bekas – bekas penembakan di tempat kejadian perkara,

pemeriksaan luka yang ada pada tubuh korban, pemeriksaan residu atau sisa – sisa

penembakan senjata api yang merupakan residu mesiu,dan lain – lain. Dari

pemeriksaan bekas luka pada korban, bisa ditentukan jenis senjata yang

digunakan, bisa juga memperkirakan jarak penembakan serta arah penembakan.

Pada pemeriksaan luka harus dibedakan antara luka tembak masuk dan luka

tembak keluar.10

Pada tempat kejadian perkara, mungkin masih dapat ditemukan sisa–sisa

penembakan. Bukti–bukti yang ada di tempat kejadian sedapat mungkin harus

dikumpulkan oleh petugas. Peluru yang ditembakkan pada umumnya sulit untuk

dikumpulkan lagi, karena biasanya peluru tersebut telah menancap pada benda–

benda lain di sekitarnya apabila menembus keluar dari tubuh seseorang. Peluru

yang ditemukan di tempat kejadian harus selalu diperiksa karena mungkin masih

mengandung bahan–bahan yang ia lewati selama penembakan, misalnya serat–

serat tekstil, bekas cat, ataupun benda–benda lain yang bisa menjadi penanda

khusus dari seseorang. Apabila senjata masih ditemukan di tempat kejadian, maka

senjata yang ada harus secara hati–hati dilepaskan komponen–komponennya,

kemudian dimasukkan ke dalam wadah plastik yang telah diberi tanda, untuk

selanjutnya diperiksa untuk keperluan penyelidikan.10

Luka tembak akan menghasilkan bekas luka berbentuk lubang yang

ukurannya dipengaruhi oleh densitas dan ciri–ciri jaringan yang terluka, ukuran,

dan konstruksi anak peluru, serta kecepatan anak peluru tersebut menembus

jaringan. Anak peluru yang mengenai tubuh akan menimbulkan kelainan yang

merupakan gabungan dari banyak faktor. Tembakan yang mengenai tubuh akan

menimbulkan luka tembak, yang gambarannya tidak hanya sebagai hasil

masuknya anak peluru pada sasaran, tetapi bersama produk–produk lain yang

dihasilkan saat tembakan terjadi, antara lain partikel logam yang merupakan

gesekan peluru dengan laras, mesiu yang tidak sempurna terbakar, asap, serta

panas akibat ledakan mesiu.8,9,10

Setiap luka tembak yang terdapat pada tubuh korban harus diperiksa karena

dapat memberikan banyak informasi. Antara luka tembak yang terjadi harus

37

dibedakan mana yang merupakan luka tembak masuk dan mana yang merupakan

luka tembak keluar dengan memperhatikan ciri–ciri dari setiap luka yang ada.

Cincin lecet, memar, produk–produk ledakan mesiu (tato, jelaga, sisa–sisa mesiu)

merupakan tanda–tanda yang menunjukkan luka tembak masuk.8

Jenis senjata yang digunakan untuk menembak dapat diperkirakan dengan

melihat ciri–ciri luka, apakah merupakan luka hasil tembakan senjata api, senjata

angin, atau shotgun. Kaliber senjata dapat diperkirakan dengan melihat diameter

cincin lecet. Kaliber tersebut ditentukan berdasarka lumen laras, yang tidak selalu

sama dengan diameter peluru.8

Jarak penembakan yang tepat hanya dapat diperkirakan dengan

membandingkan luka tembak masuk yang ditemukan dengan luka tembak masuk

hasil uji coba tembakan dengan menggunakan senjata dan peluru yang sejenis.

Penentuan jarak tembak juga dapat diperkirakan dengan penentuan kuantitatif

kandungan Sb pada luka tembak masuk, namun hal ini hanya merupakan

penentuan kasar. Luka tembak tempel merupakan luka yang jarak penembakannya

dapat ditentukan dengan pasti, sebab pada luka tembak tempel ditemukan memar

dan luka lecet jenis tekan.8,9

Pada kasus penembakan (bukan bunuh diri), apabila ada tersangka, maka

tersangka juga dapat diperiksa. Pada tangan yang digunakan untuk menembak

diperkirakan masih ada residu dari mesiu yang menempel. Residu tembakan

senjata api umumnya mengandung 3 elemen utama (residu primer) yaitu timah

(Pb), antimoni (Sb), dan barium (Ba). Selain ketiga unsur tersebut, ada juga unsur

– unsur lain yang tidak selalu terdeteksi pada pemeriksaan, disebut juga residu

sekunder yaitu aluminum (Al), sulfur (S), tin (Sn), kalsium (Ca), potassium (K),

klorin (Cl), atau silikon (Si). Unsur tambahan ini tergantung dari jenis anak peluru

dan jenis senjata yang digunakan, sebagai komposisi tambahan. Residu tembakan

senjata api bisa ditemui Residu ini bisa ditemukan pada tersangka pelaku

penembakan, karena residu tembakan akan tertinggal pada tangan tersangka.14

Pemeriksaan forensik umumnya bisa selalu mendateksi adanya ketiga unsur

utama tersebut. Beberapa jenis pemeriksaan yang ada, antara lain : tes paraffin,

NAA (neutron activation analysis), FAAS (flameless atomic absorption

spectrophotometry), SEM – EDX (scanning electrone microscope – enery

dispersivex-ray microanalysis). Tiap pemeriksaan ini memiliki keunggulan dan

38

kelemahan masing – masing, maka dalam prakteknya pemeriksaan – pemeriksaan

ini kerap dilakukan bersamaan.9,10,13,14

Tes paraffin merupakan tes yang paling lama dan paling sederhana untuk

dilakukan. Residu yang tersisa diambil dengan menggunakan paraffin cair

kemudian diuji menggunakan difenilamin. Tes ini bukan merupakan tes yang

spesifik, sebab hanya mendeteksi adanya nitrit maupun nitrat saja. Dengan

demikian, tes ini mudah memberikan hasil positif palsu pada jaringan yang

mengandung zat tersebut, misalnya saja tembakau, kacang – kacangan, obat –

obatan, pupuk, dan lain – lain. Karena kemungkinan hasil positif palsu yang

sangat besar pada tes ini, maka sejak tahun 1964 interpol tidak lagi menganjurkan

pemeriksaan tes paraffin ini.9

Pemeriksaan lain yang masih dilakukan adalah pengambilan residu dengan

menggunakan kapas yang telah dicelupkan pada asam hidroklorida atau asam

nitrat, kemudian diperiksa dengan NAA atau FAAS. NAA (neutron activation

analysis) merupakan tes yang sensitif untuk mendeteksi Ba dan Sb. Tes NAA ini

dapat mendeteksi adanya residu meskipun tangan ataupun bagian tubuh lain dari

tersangka telah dicuci. Meskipun demikian, sabaiknya pemeriksaan residu

dilakukan secepat mungkin agar diperoleh hasil yang lebih akurat. Tes NAA ini

mulai jarang digunakan juga semenjak pertengahan tahun 1990-an sebab tes ini

tidak bisa mendeteksi adanya residu timah (Pb).9,14

FAAS (flameless atomic absorption spectrophotometry) merupakan tes

yang bisa mendeteksi adanya ketiga elemen utama residu tembakan. Namun pada

FAAS, pemeriksaan harus dilakukan sesegera mungkin. Tes ini mudah

memeberikan hasil negatif palsu. Hal ini disebabkan karena residu mudah

berkurang ataupun hilang dari jaringan, apalagi seandainya tersangka mencuci

tangan. Pemeriksaan dengan FAAS ini pun bisa memberikan hasil negatif apabila

jarak pengambilan sampel residu dengan peristiwa penembakan telah berlangsung

lebih dari 2 sampai 3 jam.14

Tes SEM – EDX (scanning electrone microscope – energy dispersive x-ray

microanalysis) merupakan cara yang paling canggih diantara pemeriksaan yang

lain. Pemeriksaan ini masih bisa mendeteksi adanya residu meskipun peristiwa

penembakan telah berlangsung 12 jam yang lalu. Cara kerjanya kurang lain adalah

sebagai berikut : partikel residu akan dilihat dengan mikroskop electron, kemudian

x-ray analyzer akan ditembakkan pada partikel tersebut. Penembakan ini akan

39

menghasilkan pola energi yang terdispersi, langsung terurai menjadi elemen

komponen dari pertikel tersebut. Kemudian pola energi ini akan langsung

direkam dan dianalisa oleh computer. Berikut ini adalah gambar grafik hasil SEM

– EDX :14

Gambar 14. Pola energi yang terdispersi pada pemeriksaan residu dengan SEM –

EDX

http://www.relentlessdefense.com/gunshot.wounds.html

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan metode SEM – EDX ini, residu

bisa terdeteksi 90% pada kasus penembakan yang menggunakan handgun.

Sementara untuk senjata rifle dan shotgun, hanya 50% kasus yang bisa terdeteksi.

Hal ini disebabkan karena pada penggunaan rifle dan shotgun bisa saja tidak

meninggalkan residu, atau apabila tersangka memakai sarung tangan sehingga

residu tidak ditemukan pada tangan tersangka.13,14

Selain pemeriksaan – pemeriksaan di atas, bisa juga dilakukan pemeriksaan

tambahan radiologik. Bisa dengan foto polos ataupun CT-scan. Adapun kegunaan

dari pemeriksaan radiologis ini antara lain untuk mendeteksi apakah ada anak

peluru dalam tubuh korban, bisa juga untuk melihat apakan ada fragmen –

fragmen logam yang masih tertinggal di tubuh korban. Selain itu, bullet track juga

bisa dilihat dengan jelas pada pemeriksaan radiologis ini. Penggunaan CT-scan

yang lebih canggih akan memberikan hasil yang lebih baik, sebab letak anak

peluru maupun fragmen – fragmennya bisa lebih jelas terlihat.13

Selain itu terdapat Uji Balisitik yang merupakan uji perilaku dan efek dari

proyektil, khususnya peluru, bom, roket, atau sejenisnya untuk melihat kinerja

dari proyektil. Untuk mengukur kinerja dari senjata api dan proyektilnya

40

diperlukan alat ukur yang cepat dan tepat, pengukuran yang dapat dilakukan untuk

mengetahui kinerja dari senjata api dan proyektilnya terdapat pada system di

bawah ini15:

Gambar 15. Uji Balistik

http://www.testindo.com/kategori/138/uji-balistik#Uji_balistik

Batasan uji balistik tersebut biasanya dilakukan oleh kepolisian, dan teknik

untuk mengambil peluru dari otopsi tidak boleh menggunakan alat lain yang

mengandung logam besi atau sejenisnya (contoh pinset) karena dapat

mempengaruhi alur peluru.

41

BAB III

KESIMPULAN

Terdapat banyak jenis senjata api yang dapat kita jumpai. Jenis – jenis senjata api

berdasarkan senjata yang menggunakan mesiu sebagai sumber kinetiknya terdiri atas

mesiu hitam dan mesiu putih, berdasarkan cara menggunakannya dibedakan menjadi

senapan/bedil dan senjata genggam sedangkan berdasarkan bentuk dalam larasnya

dibagi atas senjata berlaras rata dan senjata beralur melingkar. Setiap jenis senjata api

memiliki kaliber yang spesifik untuk kepentingan identifikasi pemilik senjata.

Mekanisme kerja senjata, baik senjata angin atau senjata api pada prinsipnya

sama, yaitu memanfaatkan tekanan tinggi dari udara atau gas untuk melontarkan anak

proyektil atau anak peluru keluar dari laras dengan kecepatan tinggi.

Adapun mekanisme terjadinya luka tergantung dari berbagai faktor antara lain

besar dan bentuk anak peluru, balistik, “kerapuhan” anak peluru, kepadatan (densitas)

jaringan sasaran serta vulnerabilitas jaringan sasaran.

Pemeriksaan forensik dilakukan dengan mengidentifikasi jenis luka, jenis senjata

yang digunakan, dan jarak penembakan. Pelaku penembakan dapat dilacak melalui tes

dengan metode NAA (neutron activation analysis) ataupun FAAS dalam jangka

waktu maksimal 2-3 jam setelah penembakan. Jika memungkinkan lakukan tes

dengan metode SEM-EDX. Yang paling dasar, dari temuan Tempat Kejadian Perkara

(TKP), jika ditemukan selongsong peluru yang tertinggal ataupun dari anak peluru di

tubuh korban pada saat ototpsi, dapat ditentukan kaliber dan jenis senjata api yang

digunakan melalui uji Balistik.

42

DAFTAR PUSTAKA

1. Glantz LH, Annas GJ. Handguns, health, and the second amendment. N Engl

J Med. 2009;360:2360-2365.

2. Idries AM. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi I. Jakarta:

Binarupa Aksara; p.131-168.

3. Donoghue ER, Kalekar MB, Richmond JM, Teas SS. Atypical gunshot

wounds of entrance: an empirical study. J Forensic Sci1984;29:379-388.

4. Centers for Disease Control. Surveillance for fatal and nonfatal firearm-

related injuries--United States, 1993-1998. MMWR. 2001;50(SS-2):1-34.

5. Sherry L. Murphy, B.S.; Jiaquan Xu, M.D.; and Kenneth D. Kochanek, M.A.

Deaths: Preliminary Data for 2010. Volume 60, Number 4, January 11, 2012.

6. Richardson EG, Hemenway D. Homicide, suicide, and unintentional firearm

fatality: comparing the United States with other high-income countries, 2003.

J Trauma. 2011 Jan;70(1):238-43.

7. Krug EG, Powell KE, Dahlberg LL: Firearm-related death in the United

States and 35 other high- and upper-middle-income countries. Int J Epidemiol.

1998;27:214-221

8. Budiyanto Arif, Widiatmaka Wibisana, Sudiono Siswandi, et al. Ilmu

Kedokteran Forensik. Edisi Pertama, cetakan kedua. Jakarta: Bagian

Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1997.

Halaman 44 – 48.

9. Dahlan Sofwan . Ilmu Kedokteran Forensik: Pedoman Bagi Dokter dan

Penegak Hukum. Edisi pertama, cetakan keenam. Semarang: Badan Penerbit

Universitas Diponegoro, 2008. Halaman 93 – 105.

10. James S.H., Nordby J.J. Forensic Science: An Introduction to Scientific And

Investigative Techniques. 1st edition. Florida: CRC Press LLC, 2003. p 327 –

336

11. Pounder D.J. 2008. Department of Forensic Medicine, University of Dundee,

Lecture Note, Gunshot Wounds. (online).

(http://www.dundee.ac.uk/forensicmedicine/notes/gunshot.pdf ), dan Di Maio,

V.J.M. 1999. Gunshot Wounds Practical Aspects of Firearms, Ballistics, and

Forensic Techniques. Second Edition. New York : CRC Press. page. 72-140.

43

12. Kasus Penembakan Cebongan Di unduh dari

http://id.wikipedia.org/wiki/Penembakan_Cebongan

13. http://library.med.utah.edu/WebPath/TUTORIAL/GUNS/GUNGSR.html

14. http://www.relentlessdefense.com/gunshotwounds.html

15. http://www.testindo.com/kategori/138/uji-balistik#Uji_balistik

44