Agustina Dodi

22
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga keuangan merupakan salah satu instansi di dalam sebuah negara yang berperan penting dalam perekonomian. Kita ketahui jika lembaga keuangan memiliki peranan sebagai penyalur dana dari pihak yang memiliki dana lebih kepada pihak yang membutuhkan dana. Dalam hal ini kita mengenal adanya bank sebagai salah satu lembaga keuangan yang menawarkan dan memberikan jasa-jasa keuangan kepada masyarakat secara umum. Pesatnya perkembangan bank sebagai lembaga keuangan ternyata tidak berbanding lurus dengan kesejahteraan masyarakat, khususnya masyarakat yang memiliki ekonomi lemah yang umumnya masih tinggal di wilayah perdesaan. Sering kali bank sangat selektif dan memiliki banyak persyaratan dalam memberikan jasa-jasa keuangannya kepada masyarakat. Oleh sebab itu masyarakat ekonomi lemah akan lebih sulit untuk mendapatkan layanan jasa keuangan dari bank. Adanya permasalahan itu maka pemerintah mengatur untuk didirikannya BPR (Bank Perkreditan Rakyat) yang lingkup operasionalnya lebih terpusat pada tingkat 1 | BPR Syariah

description

BPR Syariah

Transcript of Agustina Dodi

Page 1: Agustina Dodi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lembaga keuangan merupakan salah satu instansi di dalam sebuah negara yang

berperan penting dalam perekonomian. Kita ketahui jika lembaga keuangan memiliki

peranan sebagai penyalur dana dari pihak yang memiliki dana lebih kepada pihak

yang membutuhkan dana. Dalam hal ini kita mengenal adanya bank sebagai salah

satu lembaga keuangan yang menawarkan dan memberikan jasa-jasa keuangan

kepada masyarakat secara umum.

Pesatnya perkembangan bank sebagai lembaga keuangan ternyata tidak

berbanding lurus dengan kesejahteraan masyarakat, khususnya masyarakat yang

memiliki ekonomi lemah yang umumnya masih tinggal di wilayah perdesaan. Sering

kali bank sangat selektif dan memiliki banyak persyaratan dalam memberikan jasa-

jasa keuangannya kepada masyarakat. Oleh sebab itu masyarakat ekonomi lemah

akan lebih sulit untuk mendapatkan layanan jasa keuangan dari bank.

Adanya permasalahan itu maka pemerintah mengatur untuk didirikannya BPR

(Bank Perkreditan Rakyat) yang lingkup operasionalnya lebih terpusat pada tingkat

kecamatan dan desa sebagai motor penggerak perekonomian masyarakat, khusunya

golongan ekonomi lemah agar pelayanan jasa keuangan dapat dinikmati msayarakat

secara menyeluruh. BPR tetap menerapkan system bunga dalam pelayanannya, sebab

BPR merupakan salah satu bank konvensional. Hal ini memicu adanya perbedaan

pendapat dari para kaum muslimin yang mengatakan bahwa bunga adalah haram.

Dengan adanya perbedaan itu maka muncul pemikiran-pemikiran baru untuk

membuat BPR yang berlandaskan hukum syariah. Hingga pada tahun 1990 lahirlah

BPRS (Bank Perkreditan Rakyat Syariah) yang operasional secara keseluruhannya

berdasar pada hukum syariah. Dengan berdirinya BPRS tersebut diharapkan

kemakmuran masyarakat akan lebih baik tanpa adanya unsur riba. Oleh karenanya

dalam makalah ini akan dibahas tentang perkembangan BPRS di Indonesia.

1 | B P R S y a r i a h

Page 2: Agustina Dodi

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka akan dikaji beberapa sub materi

mengenai BPRS yaitu sebagai berikut:

1. Pengertian BPRS

2. Sejarah berdirinya BPRS

3. Tujuan BPRS

4. Kegiatan usaha BPRS

5. Produk-produk BPR Syariah

6. Ketentuan mendirikan BPRS

7. Organisasi / Manajemen BPRS

8. Kendala perkembangan BPRS

9. Strategi pengembangan BPRS

10. Contoh PT dari BPRS

C. Tujuan

Tujuan penulisan yaitu untuk mengetahui sejarah, pengertian, tujuan, jenis jasa

yang ditawarkan, dan beberapa indikator-indikator tentang BPRS secara mendalam

dengan berbagai contoh riil PT BPRS di Indonesia yang dilihat dari segi organisasi,

perkembangan, dan kendala yang dihadapi dalam merintis PT BPRS tersebut.

2 | B P R S y a r i a h

Page 3: Agustina Dodi

BAB II

ISI

A. Pengertian BPRS

Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPR-Syariah) adalah salah satu lembaga

keuangan perbankan syariah, yang pola operasionalnya mengikuti prinsip–prinsip

syariah ataupun muamalah islam.

BPRS berdiri berdasarkan UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dan

Peraturan Pemerintah (PP) No. 72 Tahun 1992 tentang Bank Berdasarkan Prinsip

Bagi Hasil. Pada pasal 1 (butir 4) UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas UU

No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan, disebutkan bahwa BPRS adalah bank yang

melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya

tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

BPR yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah selanjutnya

diatur menurut Surat Keputusan Direktur Bank Indonesia No. 32/36/KEP/DIR/1999

tanggal 12 Mei 1999 tentang Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah.

Dalam hal ini, secara teknis BPR Syariah bisa diartikan sebagai lembaga keuangan

sebagaimana BPR konvensional, yang operasinya menggunakan prinsip-prinsip

syariah terutama bagi hasil.

B. Sejarah Berdirinya BPRS

Istilah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dikenalkan pertama kali oleh Bank

Rakyat Indonesia (BRI) pada akhir tahun 1977, ketika BRI mulai menjalankan

tugasnya sebagai Bank pembina lumbung desa, bank pasar, bank desa, bank pegawai

dan bank-bank sejenis lainnya. Pada masa pembinaan yang dilakukan oleh BRI,

seluruh bank tersebut diberi nama Bank Perkreditan Rakyat (BPR).

Menurut Keppres No. 38 tahun 1988 yang dimaksud dengan Bank Perkreditan

Rakyat (BPR) adalah jenis bank yang tercantum dalam ayat (1) pasal 4 UU. No. 14

3 | B P R S y a r i a h

Page 4: Agustina Dodi

tahun 1967 yang meliputi bank desa, lumbung desa, bank pasar, bank pegawai dan

bank lainnya.

Status hukum Bank Perkreditan Rakyat (BPR) pertama kali diakui dalam pakto

tanggal 27 Oktober 1988, sebagai bagian dari Paket Kebijakan Keuangan, Moneter,

dan perbankan. Secara historis, BPR adalah penjelmaan dari beberapa lembaga

keuangan, seperti Bank Desa, Lumbung Desa, Bank Pasar, Bank Pegawai Lumbung

Pilih Nagari (LPN), Lembaga Perkreditan Desa (LPD), Badan Kredit Desa (BKD),

Badan Kredit Kecamatan (BKK), Kredit Usaha Rakyat Kecil (KURK), Lembaga

perkreditan Kecamatan (LPK), Bank Karya Desa (BKPD) dan atau lembaga lainnya

yang dapat disamakan dengan itu. Sejak dikeluarkannya UU No. 7 tahun 1992

tentang Pokok Perbankan, keberadaan lembaga-lembaga keuangan tersebut status

hukumnya diperjelas melalui ijin dari Menteri Keuangan.

Dalam perkembangan selanjutnya perkembangan BPR yang tumbuh semakin

banyak dengan menggunakan prosedur-prosedur Hukum Islam sebagai dasar

pelaksanaannya serta diberi nama BPR Syariah. BPR Syariah yang pertama kali

berdiri adalah adalah PT. BPR Dana Mardhatillah, kec. Margahayu, Bandung, PT.

BPR Berkah Amal Sejahtera, kec. Padalarang, Bandung dan PT. BPR Amanah

Rabbaniyah, kec. Banjaran, Bandung. Pada tanggal 8 Oktober 1990, ketiga BPR

Syariah tersebut telah mendapat ijin prinsip dari Menteri Keuangan RI dan mulai

beroperasi pada tanggal 19 Agustus 1991.

Selain itu, latar belakang didirikannya BPR Syariah adalah sebagai langkah

aktif dalam rangka restrukturasi perekonomian Indonesia yang dituangkan dalam

berbagai paket kebijakan keuangan, moneter, dan perbankan secara umum.

Secara khusus mengisi peluang terhadap kebijakan bank dalam penetapan

tingkat suku bunga (rate of interest) yang selanjutnya secara luas dikenal sebagai

sistem perbankan bagi hasil atau sistem perbankan Islam dalam skala outlet retail

banking (rural bank).

4 | B P R S y a r i a h

Page 5: Agustina Dodi

UU No.10 Tahun 1998 yang merubah UU No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan

nampak lebih jelas dan tegas mengenal status perbankan syariah, sebagaimana

disebutkan dalam pasal 13, Usaha Bank Perkreditan Rakyat. Pasal 13 huruf C

berbunyi : Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan prinsip

syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh BI.

Keberadaan BPRS secara khusus dijabarkan dalam bentuk SK Direksi BI No.

32/34/Kep/Dir, tanggal 12 Mei 1999 tentang Bank Umum berdasarkan Prinsip 

Syariah dan SK Direksi BI No. 32/36/Kep/Dir, tertanggal 12 Mei 1999 dan Surat

Edaran BI No. 32/4/KPPB tanggal 12 Mei 1999 tentang Bamk Perkreditan Rakyat

Berdasarkan Prinsip Syariah.

Perkembangan bank syariah dari awal keberadaannya hingga November 2001

terdapat  81 BPRS. BPRS tersebut distribusi jaringan kantor tersebar pada 18 provinsi

yang berada di Indonesia.

C. Tujuan Pendirian BPRS

Terdapat beberapa tujuan yang dikehendaki dari berdirinya Bank Perkreditan

Rakyat Syariah (BPRS). Di bawah ini disampaikan tujuan-tujuan tersebut dari

beberapa sumber yang ada yaitu sebagai berikut:

1. Meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat Islam terutama kelompok masyarakat

ekonomi lemah yang pada umumnya berada di daerah pedesaan. Sasaran utama

dari BPRS adalah umat Islam yang berada di pedesaan dan di tingkat kecamatan.

Masyarakat yang berada di kawasan tersebut pada umumnya ternasuk pada

masyarakat golongan ekonomi lemah. Kehadiran BPRS bisa menjadi sumber

permodalan bagi pengembangan usaha-usaha masyarakat golongan ekonomi

lemah, sehingga pada gilirannya dapat meningkatkan pendapatan dan

kesejahtertaan mereka.

2. Menambah lapangan kerja terutama di tingkat kecamatan, sehingga dapat

mengurangi arus urbanisasi. Kehadiran BPRS di kecamatan-kecamatan ikut

5 | B P R S y a r i a h

Page 6: Agustina Dodi

memberikan kesempatan kerja bagi masyarakat yang memiliki potensi perbankan,

baik dalam permodalan maupun dalam hal tenaga ahli. Sehingga semakin

banyaknya BPRS di kecamatan-kecamatan maka akan semakin banyak pula

tenaga yang terserap disektor perbankan. Selain itu, pembiayaan-pembiayaan yang

disalurkan BPRS bagi masyarakat membuka peluang usaha dan kerja yang

semakin luas, maka pada gilirannya kehadiran BPRS akan menjadi penghambat

bagi lajunya urbanisasi.

3. Membina ukhuwah Islamiyah melalui kegiatan ekonomi dalam rangka

peningkatan pendapatan per kapita menuju kualitas hidup yang memadai. Hal ini

mengandung makna bahwa dalam BPRS ditumbuhkan nilai ta’awun (saling

membantu) antara pemilik modal dengan pemilik pekerjaan. Dengan nilai ta’awun

inilah akan tumbuh kebersamaan antara bank dan nasabah yang merupakan faktor

terpenting dalam mewujudkan Ukhuwah Islamiyah. Melalui kebersamaan tersebut

usaha-usaha yang yang dilakukan masyarakat dengan modal yang diberikan oleh

BPRS bisa meningkatkan pendapatan masyarakat, maka pada tingkat yang lebih

tinggi akan pula meningkatkan perkapita baik lokal maupun nasional.

D. Kegiatan Usaha BPRS

Sebagai lembaga keuangan syariah pada dasarnya Bank Perkreditan Rakyat

Syariah (BPRS) dapat memberikan jasa-jasa keuangan yang serupa dengan bank-

bank umum syariah. Namun demikian, sesuai UU Perbankan No. 10 tahun 1998,

BPR Syariah hanya dapat melaksanakan usaha-usaha sebagai berikut:

1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito

berjangka, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.

2. Memberikan kredit.

3. Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan prinsip syariah

sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

4. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia, deposito

berjangka, sertifikat deposito, dan atau tabungan pada bank lain.

6 | B P R S y a r i a h

Page 7: Agustina Dodi

Selanjutnya berdasarkan pasal 14 UU No.17 Tahun 1992 juga dijelaskan

tentang kegiatan usaha yang dilarang atau tidak boleh dijalankan oleh BPRS

diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Menerima simpanan dalam bentuk giro dan ikut serta dalam lalu lintas

pembayaran

2. Melakukan kegiatan usaha dalam bentuk valuta asing

3. Melakukan penyertaan modal

4. Melakukan usaha perasuransian

5. Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana disebutkan pada

kegiatan usaha yang boleh dilakukan oleh BPRS

E. Produk-produk BPR Syariah

Beberapa produk BPR Syariah yang ditawarkan kepada masyarakat yaitu

sebagai berikut:

1. Mobilisasi Dana Masyarakat

Bank akan mengerahkan dana masyarakat dalam berbagai bentuk seperti

menerima simpanan wadi’ah, adanya fasilitas tabungan, dan deposito berjangka.

Penjelasan parsial masing-masing bentuk yang dimaksud yaitu sebagai berikut:

- Simpanan amanah/Wadi’ah yaitu bank menerima titipan amanah berupa dana

infaq, shadaqah dan zakat. Akan penerimaan titipan ini adalahwadi’ah yakni

titipan yang tidak menanggung resiko. Bank akan memberikan kadar profit dari

bagi hasil yang didapat melalui pembiayaan kepada nasabah.

- Tabungan wadi’ah yaitu bank menerima tabungan pribadi maupun badan usaha

dalam bentuk tabungan bebas. Akad penerimaan yang digunakan sama

yakni wadi’ah. Bank akan memberikan kadar profit kepada nasabah yang dihitung

harian dan dibayar setiap bulan.

- Deposito wadi’ah / deposito mudharabah yaitu bank menerima deposito berjangka

pribadi maupun badan usaha. Akad penerimaannya wadi’ah atau mudharabah,

dimana bank menerima dana yang digunakan sebagai penyertaan sementara dalam

7 | B P R S y a r i a h

Page 8: Agustina Dodi

jangka 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan, dst. Deposan yang menggunakan

akad wadi’ah mendapat nisbah bagi hasil keuntungan lebih kecil

dari mudharabah bagi hasil yang diterima dalam pembiayaan nasabah setiap

bulan.

2. Penyaluran Dana

Bank menyalurkan dana yang ada dalam masyarakat yang terbagi menjadi

beberapa bentuk yaitu sebagai berikut:

- Pembiayaan mudharabah yaitu perjanjian antara pemilik dana (pengusaha) dengan

pengelola dana (bank) yang keuntungannya dibagi menurut rasio sesuai dengan

kesepakatan. Jika mengalami kerugian maka pengusaha menanggung kerugian

dana, sedangkan bank menanggung pelayanan materiil dan kehilangan imbalan

kerja.

- Pembiayaan musyarakah yaitu perjanjian antara pengusaha dengan bank, dimana

modal kedua pihak digabungkan untuk sebuah usaha yang dikelola bersama-sama.

Keuntungan dan kerugian ditanggung bersama sesuai kesepakatan awal.

- Pembiayaan bai bitsaman ajil yaitu Proses jual beli antara bank dan nasabah,

dimana bank menalangi lebih dulu pembelian suatu barang oleh nasabah,

kemudian nasabah akan membayar harga dasar barang dan keuntungan yang

disepakati bersama.

- Pembiayaan murabahah yaitu perjanjian antara bank dan nasabah, dimana bank

menyediakan pembiayaan untuk pembelian bahan baku atau modal kerja yang

dibutuhkan nasabah, yang akan dibayar kembali oleh nasabah sebesar harga jual

bank (harga beli bank plus margin keuntungan saat jatuh tempo).

- Pembiayaan qardhul hasan yaitu perjanjian antara bank dan nasabah yang layak

menerima pembiayaan kebajikan, dimana nasabah yang menerima hanya

membayar pokoknya dan dianjurkan untuk memberikan ZIS.

- Pembiayaan Istishna’ yaitu pembiayaan dengan prinsip jual beli, dimana BPRS

akan membelikan barang kebutuhan nasabah sesuai kriteria yang telah ditetapkan

nasabah dan menjualnya kepada nasabah dengan harga jual sesuai kesepakatan

8 | B P R S y a r i a h

Page 9: Agustina Dodi

kedua belah pihak dengan jangka waktu serta mekanisme

pembayaran/pengembalian disesuaikan dengan kemampuan/keuangan nasabah.

- Pembiayaan Al-Hiwalah yaitu penggambil alihan hutang nasabah kepada pihak

ketiga yang telah jatuh tempo oleh BPRS, dikarenakan nasabah belum mampu

untuk membayar tagihan yang seharusnya digunakan untuk melunasi hutangnya.

Pembiayaan ini menggunakan prinsip pengambil alihan hutang, dimana BPRS

dalam hal ini akan mendapatkan ujroh/ fee dari nasabah yang besar dan cara

pembayarannya berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.

3. Jasa Perbankan Lainnya

Secara bertahap bank akan menyediakan jasa untuk memperlancar pembayaran

berupa proses transfer dan inkaso, pembayaran rekening air, listrik, telepon, angsuran

KPR, dll. Bank juga mempersiapkan bentuk pelayanan berupa dana talang

berdasarkan pembiayaan bai salam.

F. Ketentuan Mendirikan BPR Syariah

BPRS adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah

yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Persyaratan Pendirian :

1. Pendiri adalah WNI, Badan Hukum Indonesia, dan Pemerintah Daerah

2. Modal minimal yang dibutuhkan :

a. Rp. 2 miliar untuk BPRS di wilayah Jabodetabek

b. Rp. 1 miliar untuk BPRS di wilayah Ibu Kota Propinsi

c. Rp. 500 juta untuk BPRS di wilayah kota kabupaten/kotamadya.

3. Pemegang saham (pendiri) :

a. Tidak termasuk dalam daftar orang tercela;

b. Lulus fit and proper test yang dilaksanakan oleh BI;

c. Memiliki sumber dana yang berasal bukan dari pinjaman atau sumber lain yang

diharamkan oleh syariah;

4. Jumlah minimal anggota direksi adalah 2 orang

9 | B P R S y a r i a h

Page 10: Agustina Dodi

5. Jumlah minimal anggota komisaris adalah 2 orang

6. Perijinan dikeluarkan oleh Bank Indonesia (BI) dalam bentuk (1) PERSETUJUAN

PRINSIP, dan (2) IZIN USAHA.

Tata Cara Pengajuan Ijin :

Calon pemilik mengajukan permohonan kepada Dewan Gubernur Bank

Indonesia Up. Direktorat Perbankan Syariah denan tembusan kepala Kantor Bank

Indonesia setempat. Dokumen yang harus disertakan, antara lain:

1. Rancangan akta pendirian badan hukum (AD, ART PT);

2. Data kepemilikan berupa :

a. Daftar calon pemegang saham

b. Rincian kepemilikan saham

3. Daftar calon anggota direksi, komisaris dan dewan pengawas syariah

4. Untuk calon anggota direksi yang telah berpengalaman ditambah dengan surat

keterangan kerja dari Bank sebelumnya.

5. Untuk calon komisaris harus disertai dengan bukti pengalaman kerja di

Perbankan dan atau bukti pernah mengikuti pelatihan perbankan syariah;

6. Rencana susunan struktur organisasi dan personalia;

7. Rencana kerja untuk 3 (tiga) tahun pertama, sekurang-kurangnya memuat:

a. Rencana kegiatan usaha yang mencakup penghimpunan dan penyaluran dana;

b. Rencana kebutuhan pegawai;

c. Proyeksi arus kas bulanan selama 36 bulan.

8. Studi kelayakan pendirian BPRS yang antara lain memuat hasil penelahaan

mengenai peluang pasar dan potensi ekonomi di wilayah Kabupaten/kota tempat

kedudukan dan wilayah operasional BPRS.

9. Bukti setoran modal minimal 30% dari rencana modal disetor;

10. Surat pernyataan dari calon pemegang saham ;

11. Dokumen calon pemilik perorangan berua foto copy KTP, riwayat hidup, surat

pernyataan pribadi dengan ketentuan sesuai yang berlaku;

10 | B P R S y a r i a h

Page 11: Agustina Dodi

Lama proses perijinan: Bank Indonesia akan memberikan persetujuan atau penolakan

permohonan selambat-lambatnya 60 hari setelah dokumen diterima secara lengkap.

G. Organisasi / Manajemen BPRS

Menurut ketentuan pasal 19 SK DIR BI 32/36/1999, kepengurusan BPR

Syariah terdiri dari Dewan Komisaris, Direksi, dan juga mempunyai Dewan

Pengawas Syariah yang berfungsi mengawasi kegiatan BPR Syariah. Jumlah anggota

Dewan Komisaris BPR Syariah sekurang-kurangnya harus berjumlah dua orang.

Selanjutnya anggota Dewan Direksi dilarang memiliki hubungan keluarga seperti

yang dimaksud di bawah ini:

1. Anggota Direksi lainnya dalam hubungan sebagai orang tua, termasuk mertua,

anak, termasuk menantu, saudara kandung termasuk ipar, suami/istri.

2. Dewan Komisaris dalam hubungan sebagai orang tua, anak, suami/isteri.

Kemudian dalam rangka menjaga konsistensi dan kelangsungan usaha BPR

Syariah ditentukan bahwa:

1. BPRS dilarang melakukan kegiatan usaha secara konvensional.

2. BPRS tidak dierkenankan untuk mengubah kegiatan usahanya menjadi BPR

Konvensional.

3. BPRS yang semula izin usahanya sebagai BPR Konvensional tidak diperkenankan

untuk mengubah status menjadi BPR Konvesional kembali.

Dilihat dari segi kepemilikannya BPR dapat dibedakan menjadi 3 golongan

yaitu sebagai berikut:

1. Milik Pemerintah Daerah (PD), dimana pengawasan dilakukan oleh pengawas

yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Daerah/Peraturan Daerah.

2. Milik Swasta (PT), dimana pengawasan dilakukan oleh komisaris yang ditetapkan

berdasarkan RUPS/Anggaran Dasar.

3. Milik Anggota Koperasi (Koperasi), dimana pengawasan dilakukan oleh badan

pemeriksa yang ditetapkan berdasarkan hasil rapat anggota/Anggaran Dasar.

Dalam kaitannya pembukaan kantor cabang, BPRS juga memiliki manajeman

dan aturannya sendiri, dimana yang dimaksud dalam hal ini BPRS dapat membuka

11 | B P R S y a r i a h

Page 12: Agustina Dodi

kantor cabang hanya dalam wilayah provinsi yang sama dengan kantor pusatnya.

Pembukaan kantor cabang BPRS dapat dilakukan dengan izin Direksi BI. Rencana

pembukaan kantor cabang wajib dicantumkan dalam rencana kerja tahunan BPRS.

BPRS yang akan membuka kantor cabang wajib memenuhi persyaratan seperti

tingkat kesehatan finansialnya sudah terjamin selama 12 bulan terakhir, didalam

pembuatan kantor cabang BPRS wajib menambah modal disetor sekurang-kurangnya

sebesar jumlah finansial yang digunakan untuk membangun kantor cabang.

H. Kendala Perkembangan BPRS

Pada kenyataanya operasional BPRS sering kali dihadapkan pada kendala-

kendala pada perkembangannya, dimana kendala-kendala yang dimaksud adalah

sebagai berikut:

1. Kiprah BPRS kurang dikenal masyarakat sebagai BPR yang berlandaskan

sistematika syariah.

2. Upaya untuk meningkatkan profesionalitas terhalang oleh rendahnya sumber daya

yang dimiliki BPRS sehingga cenderung lambat terhadap respon kepada

masyarakat ekonomi lemah.

3. Kurang adanya koordinasi antara BPRS, demikian juga dengan banks syariah dan

BMT.

I. Strategi Pengembangan BPR Syariah

Sebagai bank yang menjalankan usahanya dengan berlandaskan system syariah,

BPR Syariah memiliki strategi pengembangan yang digunakan untuk memperbaiki

system kerjanya. Dimana strategi pengembangan BPR Syariah yang dimaksud kurang

lebih yaitu sebagai berikut:

1. Langkah-langkah untuk mensosialiasikan keberadaan BPRS, bukan saja

produknya, tetapi juga system yang digunakan. Upaya ini dilakukan oleh BPRS

melalui pemberian informasi kepada masyarakat menggunakan media masa yang

ada. Hal lain yang ditempuh adalah dengan melakukan kerja sama dengan lembaga

pendidikan dan non pendidikan yang mempunyai relevansi sama dengan visi misi

BPR Syariah untuk mensosialisasikan keberadaan BPR Syariah.

12 | B P R S y a r i a h

Page 13: Agustina Dodi

2. Usaha meningkatkan kualitas SDM dengan pelatihan-pelatihan mengenai lembaga

keuangan syariah serta lingkungan yang mempengaruhinya. Dalam hal ini BPR

Syariah melakukan kerja sama dengan lembaga pendidikan untuk membuka pusat

pedidikan lembaga keuangan syariah atau kursus pendek (shortcourse). Tujuannya

adalah untuk mempersiapkan SDM/ tenaga kerja yang siap bekerja dilembaga

keuangan syariah khususnya BPR Syariah itu sendiri.

3. Melakukan pemetaan potensi dan optimasi ekonomi daerah, yang tujuannya adalah

untuk mengetahui seberapa besar kemampuan BPRS dan lembaga keuangan

syariah yang lain dalam mengelola sumber ekonomi yang ada. Dengan demikian

akan terlihat kesinambungan kerja diantara BPRS yang ada, demikian juga

kesinambungan BPRS dengan bank syariah lain, dan BMT yang ada.

4. BPRS bertanggung jawab terhadap masalah keisalaman masyarakat dimana BPRS

tersebut berada. Maka perlu dilakukan kegiatan rutin keagamaan dengan tujuan

meningkatnkan kesadaran akan peran islam dalam bidang ekonomi. Pola semacam

ini akan membantu BPRS dalam mengetahui gejala-gejala ekonomi social yang

ada di masyarakat, yang selanjutnya akan menjadikan kebijakan BPRS di bidang

keuangan akan lebih sesuai dengaan kondisi masyarakat sekitar.

J. Contoh PT dari BPR Syariah

Ada banyak PT BPR Syariah yang ada di Indonesia, namun dalam hal ini akan

diambil satu PT BPR Syariah sebagai sampel, dimana sampel BPRS yang dimaksud

adalah sebagai berikut:

13 | B P R S y a r i a h

Page 14: Agustina Dodi

DAFTAR PUSTAKA

Republik Indonesia.1992..Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang

“Perbankan”.Lembaran Negara RI Tahun 1992.Sekertariat Negara.Jakarta.

Republik Indonesia.1998.PP/Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tentang “Bank

Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil”.Lembaran RI tahun 1998, pasal 1 (Butir

4).Sekertariat Negara.Jakarta.

Republik Indonesia.1988.Keputusan Presiden No.38 Tahun 1988 tentang “Bank

Perkreditan Rakyat”.Sekertariat Negara.Jakarta.

Republik Indonesia.1967.Undang-Undang No.14 Tahun 1967 tentang “Pokok-Pokok

Perbankan”.Lembaran RI tahun 1967 ayat 1 pasal 4.Sekertariat Negara.Jakarta.

Republik Indonesia.1992.Peraturan Pemerintah No.72 Tahun 1992 tentang “Bank

Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil”.Lembaran RI tahun 1992.Sekertariat

Negara.Jakarta.

Subagyo, Ahmad.2010.”Cara Mendirikan Bank Perkreditan Rakyat Syariah”.

http://www.ahmadsubagyo.com/cara-mendirikan-bank-perkreditan-rakyat

syariah.html. Diunduh Rabu, 04 Maret 2015 Pukul 18.30 WIB.

14 | B P R S y a r i a h