Referat Demam Thypus RUSPAU
-
Upload
justicia-andhika-perdana-weismann -
Category
Documents
-
view
216 -
download
0
Transcript of Referat Demam Thypus RUSPAU
-
7/27/2019 Referat Demam Thypus RUSPAU
1/19
REFERAT
Demam Tifus
JUSTICIA ANDHIKA PERDANA
030.07.129
Pembimbing :
dr. Indraka Prijadi, SpPD
INTERNA RSPAU DR. ESNAWAN ANTARIKSA
Periode 26 Agustus 2013
2 November 2013
-
7/27/2019 Referat Demam Thypus RUSPAU
2/19
1
BAB I
PENDAHULUAN
Demam Typhus adalah suatu penyakit sistemik akut yang disebabkan
olehSalmonella enterica serotype typhi, dapat juga disebabkan oleh Salmonella
entericaserotype paratyphi A, B, atau C(demam paratifoid). Demam tifoid ditandai
antara lain dengan demam tinggi yang terus menerus bisa selama 3-4 minggu,
toksemia, denyut nadi yang relatif lambat, kadang gangguan kesadaran seperti
mengigau, perut kembung, splenomegali dan lekopeni.
Di banyak negara berkembang, termasuk di Indonesia, demam tifoid masih
tetap merupakan masalah kesehatan masyarakat, berbagai upaya yang dilakukan
untuk memberantas penyakit ini tampaknya belum memuaskan. Sebaliknya di negara
maju seperti Amerika Serikat, Eropa dan Jepang misalnya, seiring dengan perbaikan
lingkungan, pengelolaan sampah dan limbah yang memadai dan penyediaan air bersih
yang cukup, mampu menurunkan insidensi penyakit ini secara dramatis. Di abad ke
19 demam tifoid masih merupakan penyebab kesakitan dan kematian utama di
Amerika, namun sekarang kasusnya sudah sangat berkurang.
Tingginya jumlah penderita demam tifoid tentu menjadi beban ekonomi bagi
keluraga dan masyarakat. Besarnya beban ekonomi tersebut sulit dihitung dengan
pasti mengingat angka kejadian demam tifoid secara tepat tak dapat diperoleh.
Insidensi demam tifoid secara tepat tidaklah diketahui mengingat tampilan
kliniknya yang bervariasi sehingga bila tanpa konfirmasi laboratorium, terbaurkan
dengan penyakit infeksi lainnya. Kultur darah sebagai pemeriksaan untuk mencari
kuman penyebab tidak selalu tersedia di setiap daerah dan setiap fasilitas kesehatan.
Di negara maju kasus demam tifoid terjadi secara sporadik dan sering juga
berupa kasus impor atau bila ditelusuri ternyata ada riwayat kontak dengan karier
kronik.Di negara berkembang kasus ini endemik. Diperkirakan sampai dengan 90 - 95
% penderita dikelola sebagai penderita rawat jalan. Jadi data penderita yang dirawat
di rumahsakit dapat lebih rendah 1525 kali dari keadaan yang sebenarnya.
Diseluruh dunia diperkirakan antara 1616, 6 juta kasus baru demam tifoid
ditemukan dan 600.000 diantaranya meninggal dunia. Di Asia diperkirakan sebanyak
13 juta kasus setiap tahunnya.
Suatu penelitian epidemiologi di masyarakat Vietnam khususnya di deltaSungai Mekong, diperoleh angka insidensi 198 per 100.000 penduduk7 dan di Delhi
-
7/27/2019 Referat Demam Thypus RUSPAU
3/19
2
India sebesar 980 per 100.000 penduduk. Suatu laporan di Indonesia diperoleh sekitar
310800 per 100.000 sehingga setiap tahun didapatkan antara 620.000 1.600.000
kasus. Di Jawa Barat menurut laporan tahun 2000 ditemukan 38.668 kasus baru yang
terdiri atas 18.949 kasus rawat jalan dan 19.719 kasus rawat inap.
-
7/27/2019 Referat Demam Thypus RUSPAU
4/19
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Definisi
Demam tifoid adalah suatu penyakit sistemik akut yang disebabkan
olehSalmonella enterica serotype typhi, dapat juga disebabkan oleh Salmonella
entericaserotype paratyphi A, B, atau C(demam paratifoid).
II.2 Bakteriologi
Salmonella adalah berbentuk batang, Gram-negatif, fakultatif anaerob,
motile. Genus Salmonella, dan merupakan bagian dari family Enterobacteriacieae,
terdiri dari 3 spesies, yaitu Salmonella bongori, Salmonella subterranean dan
Salmonella enterica. Yang kemudian Salmonella enterica dibagi menjadi 6 subtipe,
yaitu enterica, salamae, arizonae, diarizonae, houtenae dan indica. Taxonomic group
terdiri dari 2463 serovar. Salmonella typhimurium, sebenarnya mempunyai nama
Salmonella enterica subsp. enterica serovar Typhimurium. Serovars dibagi
berdasarkan antigen somatik O (lipopolisakarida), antigen H flagel dan antigen
selubung Vi.
II.3 Epidemiologi
India, asia timur, asie tenggara, timur tengah, afrika, Amerika tengah dan
selatan merupakan daerah endemik demam Typhus dan Paratyphus. Perbandingan
demam yang disebabkan S. typhi dan S. paratyphi adalah 10 berbanding 1. Sedangkan
infeksi paratyphoid B terdapat di daerah selatan dan timur benua eropa. Paratyphoid
C yang paling jarang muncul, tetapi daerah yang paling sering adalah Guyana dan
eropa timur.
Demam tifoid adalah penyakit demam akut yang mengancam jiwa dengan
laporan 16.000.000-33.000.000 kasus dan 500,000-600,000 kematian setiap tahun
menurut laporan WHO. Diperkirakan 22 juta kasus dan 216.000 kematian terkait pada
tahun 2000.
II.4 Transmisi penularan
Typhus adalah penyakit yang hanya menyerang manusia dan organisme yang
bertanggung jawab atas infeksi ini ditularkan melalui makanan dan air yang
terkontaminasi oleh feses atau urin orang yang terinfeksi atau carrier. Infeksi
paratyphoid sangat jarang ditularkan melalui air karena paratyphoid membutuhkanjumlah infektif yang lebih banyak untuk menyebabkan infeksi dan mereka tidak dapat
-
7/27/2019 Referat Demam Thypus RUSPAU
5/19
4
memperbanyak diri di dalam air. Buah-buahan dan sayur-sayuran yang mentah
merupakan media yang sangat penting di Negara-negara yang menggunakan feses
manusia sebagai pupuk atau pada penggunaan air untuk membuat buah-buahan dan
sayur-sayuran terlihat lebih menarik.
II.5 Patogenesis
Infeksi pada demam enterik berasal dari menelan bakteri penyebab yang
kemudian diikuti oleh penetrasi ke dalam mukosa usus. Masa inkubasi untuk demam
tifus tergantung dari banyaknya bakteri yang masuk, rata-rata masa inkubasi sekitar
10 sampai 20 hari. Sedangkan untuk demam yang disebabkan oleh paratyphoid
mempunyai masa inkubasi yang lebih cepat, yaitu 1-10 hari.
Infeksi bergantung terhadap beberapa faktor, seperti : jumlah organisme yang
masuk, keasaman asam lambung, kepemilikan antigen Vi. Jumlah organisme yang
dibutuhkan S. typhi untuk menyebabkan orang yang dalam keadaan sehat menjadi
sakit sangat besar. Pada penelitian, dibutuhkan sebanyak 109 organisme untuk
membuat 95% orang menjadi sakit, pada pemberian 103 organisme, sangat sedikit
yang menimbulkan gejala. Dosis infektif yang diperlukan akan lebih sedikit jika
organisme masuk bersama makanan.
Benda yang tercemar bakteri (tinja, muntah, keringat) yang kemudian masuk
ke dalam sistem pencernaan, pertama di dalam lambung sebagian bakteri akan mati
karena asam lambung. Selanjutnya bakteri yang tersisa akan masuk ke dalam usus
kecil, di sini bakteri akan melakukan penetrasi dan berbiak di dalam kelenjar limfoid
mesenterik yang kemudian bakteri akan masuk ke ductus thoracicus yang selanjutnya
akan masuk ke peredaran darah(bakteriemi I) selanjutnya bakteri akan dikirim ke
RES(hepar dan limpa), sampai disini disebebut silent period/masa tunas. Di dalam
RES, bakteri akan memperbanyak diri yang selanjutnya akan masuk ke dalam
peredaran darah (bakteriemi II), pada fase ini gejala klinis akan muncul. Bersamaan
dengan bakterimia, bakteri akan masuk ke dalam kandung empedu & usus, di usus
akan membuat luka di plaque peyeri. Bila Salmonella typhi menetap di empedu/limpa
dapat terjadi relaps/carrier.
II.5.1 Patogenesis Molekular
Syarat yang harus dimiliki untuk menjadi patogen yang efektif, Salmonella
harus mampu untuk menyerang sel-sel epitel, dan khusus untuk organisme penyebab
demam enterik, organisme ini harus mempunyai kemampuan untuk beradaptasisupaya dapat bertahan hidup di dalam sel sistem retikuloendotelial
-
7/27/2019 Referat Demam Thypus RUSPAU
6/19
5
II.5.1.1 Invasi epitel
Membran epitel usus merupakan target dari invasi Salmonella tetapi bakteri
Salmonella harus menembus berlapis-lapis epitel untuk dapat menginvasi sel M.
Salmonella menyerang sel-sel ephitelial usus dengan mekanisme kompleks yang
meliputi memicu penyusunan ulang aktif, pembentukan pseudopodia, dan fagositosis
bakteri ke dalam sel. Merusak membran kemudian kembali ke bentuk normal setelah
bakteri menyerang.
II.5.1.2 Pertahanan intraselular
Serotype Salmonella yang dapat menyebabkan demam enterik mempunyai
kemampuan untuk dapat bertahan dan bereplikasi di dalam system makrofag, hal ini
yang akan menyebabkan infeksi sistemik. Setelah berada di dalam makrofag,
Salmonella akan terlindung dari sistem imun host, tetapi Salmonella harus bertahan
dari nutrisi yang sedikit dan bertahan dari fungsi utama marofag yaitu bakterisid.
II.5.2 Mekanisme pertahanan tubuh
Produksi antibodi humoral mempunyai peran kecil dalam pemulihan dari
infeksi akut, walaupun terbentuknya antibodi O, H, dan Vi keadaan pasien dapat terus
memburuk. Imunitas sel merupakan faktor kunci dalam pemulihan. kemampuan
antibodi Vi untuk mencegah infeksi ditunjukkan oleh efisiensi vaksin antigen Vi.
Namun, perlindungan yang diberikan oleh vaksin yang sudah dimatikan, yang tidak
mengandung antigen Vi, menunjukkan peran antibodi lainnya. Kekebalan usus lokal
mungkin penting dalam mencegah terjadinya infeksi berulang.
Di negara-negara endemik, demam enterik memiliki prevalensi tertinggi
pada yang orang dengan usia muda, hal ini disebabkan karena orang yang lebih tua
telah memperoleh kekebalan melalui paparan sebelumnya.
II.6 Diagnosis
II.6.1 Gejala Klinis
Durasi penyakit dalam kasus-kasus yang tidak diobati rata-rata berlangsung
sampai 4 minggu. Pada minggu pertama timbul gejala-gejala non spesifik seperti sakit
kepala, malaise, demam remiten, dan sering disertai dengan konstipasi dan batuk
tidak berdahak. Pada minggu kedua pasien terlihat apatis dan disertai dengan demam
yang tinggi. Pada pasien juga terdapat distensi abdomen dan terdapat splenomegaly.
Pada sekitar 50% pasien, timbul papul berwarna merah muda berdiameter 2-4mm
(rose spot), rose spotakan timbul di daerah perut bagian atas dan dada bagian bawah,rose spot akan muncul antara hari ke-7 dan 12. Rose spot sulit dinilai pada pasien
-
7/27/2019 Referat Demam Thypus RUSPAU
7/19
6
dengan kulit yang gelap. Rose spot juga dapat muncul pada Salmonellosis dan
Shigellosis. Rosespotdisebabkan oleh emboli bakteri dan jika rose spotdikultur akan
mendapatkan hasil kultur positif. Selain itu, pada dua minggu pertama juga akan
timbul bradikardi relatif.
Pada minggu ketiga, pasien menjadi terlihat lebih sakit dan demam tetap
timbul. Demam yang timbul tetap tinggi dan bisa disertai dengan delirium. Juga akan
muncul distensi abdomen yang disertai bising usus yang menurun. Selain itu juga
akan muncul diare cair yang berwarna kuning kehijauan. Pasien juga akan terlihat
lemah dengan nadi yang lemah dan nafas yang cepat yang disertai dengan suara ronki
basah pada kedua basal paru. Pada keadaan seperti ini dapat menimbulkan kematian
yang disebabkan oleh toksikemia, myocarditis, perdarahan intestinal atau perforasi.
Tetapi keadaan di atas jarang terjadi dengan pemberian antibiotik. Pada minggu
keempat demam, distensi abdomen dan keadaan pasien mulai membaik tetapi
mungkin masih terdapat gejala pada sistem pencernaan.
Diagnosis demam tifus dapat ditegakan melalui anamnesis dan pemeriksaan
fisik dan dapat dikonfirmasi dengan pemeriksaan laboratorium dan serologi. Malaria,
sepsis, tuberculosis, brucellosis, leptospirosis dan rickettsia merupakan diagnosis
banding dari demam tifus. Selain itu, infeksi virus seperti demam dengue, hepatitis
akut dan infeksi mononukleosis juga merupakan diagnosis banding dari demam tifus.
II.6.2 Pemeriksaan Laboratorium
1.Pemeriksaan darah rutin dapat ditemukan : Leukopeni (47% dari kasus) 2000 - 3000 sampai dengan
5000/mm3. Bila ada leukositosis (4% dari kasus) hati-hati ada
penyulit, perforasi atau infeksi sekunder.
Limfositosis relatif (pasien tetap leukopeni tetapi persentasilimfosit lebih banyak dari normal).
Aneosinofilia.2.Pemeriksaan bakteriologik
Biakan Gall, untuk diagnosa pasti. Biakan dapat diambil dari :1.Sumsum tulang (90% ketelitian) pada minggu ke I dan minggu
ke II.
2.Darah pada minggu ke I dan minggu ke II (70% - 90%) mingguke II sampai minggu ke III (30% - 40%).
Biakan pada agar SS bahan diambil dari :1.Tinja pada minggu ke II sampai minggu ke III.
-
7/27/2019 Referat Demam Thypus RUSPAU
8/19
7
2.Urine pada minggu ke III sampai minggu ke IV.3.Rose spot boleh di Gall kultur.
Bila Gallpositif diagnosa pasti dari tiphoid abdominalis, tetapibila negatif belum tentu bebas tiphoid abdominalis tergantung dari
teknik pengambilan bahan, waktu perjalanan penyakit, post
vaksinasi.
3. Pemeriksaan serologik
Test aglutinasi mikroskopik cepat Test Widal (Aglutinasi pengenceran pada tabung)
1.Yang diukur adalah aglutinasi antigen H (flagela, suatu proteinyang spesies spesifik), dan antigen O (somatik, suatulipopolisakarida (endotoksin) group spesifik)
2.Interpretasi hasil pemeriksaan:3.Positif bila titer O meningkat lebih dari 1/160 atau peningkatan
> 4x pada pengambilan serum yang berangkaian.
4.Nilai O 1/80 menunjukkan suggestif tifoid. sedangkan untuktiter H nilai positif adalah > 1/800 semua hasil tersebut dengan
syarat tidak menerima vaksinasi typhoid dalam 6 bulan terakhir.
5.Peninggian titer H > 1/160 menunjukkan bahwa penderitapernah divaksinasi atau terinfeksi Salmonella typhi.
6.Titer Vi (antigen kapsul) meninggi pada pembawa kuman ataukarier.
4. Pemeriksaan diagnostik lainTes diagnostik yang baru yaitu dengan mendeteksi antibodi IgM spesifik S.
typhi, tes ini seperti Typhidot dan Tubex. Pemeriksaan antigen Vi pada urin dengan
pemeriksaan ELISA dan PCR masih dalam penelitian.
II.7 RelapsFebris dapat timbul kembali setelah 10 hari afebris atau setelah 3 minggu
diberikan terapi kloramfenikol. Relaps kronik jarang terjadi tetapi dapat ditemukan
setelah beberapa bulan, terutama dengan penderita yang mendapat terapi tidak
adekuat, limfa yang tetap teraba adalah gejala penting dari timbulnya relaps.
-
7/27/2019 Referat Demam Thypus RUSPAU
9/19
8
Insidensi terjadinya relaps sekitar10% - 20%.
Patogenesa :
Penderita diserang oleh banyak strain tetapi hanya satu strain yangmenimnulkan gejala klinis, sedangkan strain yang lainnya bersembunyi,
relaps yang timbul disebabkan oleh kuman yang tersembunyi.
Chloramfenikol menghambat atau memperlambat pembentukkanantibodi, sehingga memudahkan relaps tetapi justru relaps terjadi pada
titer antibodi yang tinggi hal ini dibuktikan dengan titer widal, yaitu
penularan bukan oleh karena kekebalan.
Salmonella typhi istirahat di dalam sel dan baru aktif pada saat sel tubuhtersebut mati.
II.8 Komplikasi
II.8.1 Intestinal
Komplikasi utama dari demam enterik terdapat pada intestinal, yaitu
perdarahan usus dan perforasi usus. Yang hal ini sering timbul pada minggu kedua
dan ketiga infeksi.
II.8.1.1 Perdarahan usus
Biasanya timbul pada hari ke 14 - ke 21 dari perjalanan penyakit. Dapat
berupa perdarahan yang minimal sampai perdarahan tersembunyi yang masif. Yang
ditandai dengan :
1. Penurunan suhu mendadak.2. Tanda-tanda shock.
Tensi turun mendadak sampai dibawah normal. Nadi cepat dan kecil. Sianosis. Tachypnoe. Kulit dingin dan lembab.
3.
Perdarahan per anus, tidak selalu tampak.
http://c/Documents%20and%20Settings/interne2/definisi_shock.htmhttp://c/Documents%20and%20Settings/interne2/definisi_shock.htmhttp://c/Documents%20and%20Settings/interne2/definisi_shock.htm -
7/27/2019 Referat Demam Thypus RUSPAU
10/19
9
II.8.1.2 Perforasi usus
Perforasi usus, biasanya muncul pada akhir minggu ke III, umumnya terjadi
di daerah sekitar 60cm dari bagian akhir ileum. Dengan gejala yang kita dapatkan
adalah:
1. KU buruk.2. Reaksi tubuh dan mental menjadi lambat.3. Tiba-tiba menjadi gelisah dan mengeluh nyeri perut.4. Muntah-muntah.5. Suhu tiba-tiba turun.6. Pernafasan cepat dan hanya menggunakan otot-otot intercostal.7. Dinding perut tegang, defence musculare, terutama di perut sebelah
kanan (pada lokasi ileum).
8. Pekak hati menghilang.9. Perkusi menjadi tympani.10. Bising usus menurun sampai hilang.11. Foto R BNO : tampak udara bebas dalam rongga perut terutama
dibawah diafragma. Preperitoneal fat hilang karena terdapat oedem dan
pengumpulan exudat.
II.8.2 Miokarditis dan endokarditis
Didapatkan pada 1-5% kasus demam tifus. Biasanya miokarditis dan
endokarditis akibat demam tifus akan menyebabkan kematian. tanda klinis yang
terlihat berupa :
1. Takikardia.2. Nadi kecil dan lemah.3. Bunyi jantung redup.4. Gallop rhythm.
-
7/27/2019 Referat Demam Thypus RUSPAU
11/19
10
5. Tekanan darah turun atau peningkatan tekanan vena tanpa ada gejaladekompresi lain.
II.8.3 Cholecystitis
Kantung empedu, merupakan sumber kuman yang dapat tetap utuh, dapat
terjadi kholesistitis akut terutama pada wanita tua dan gemuk. Karier sering terjadi
pada penderita dengan kholesistitis kronik dan batu empedu. Meteorismus, kita harus
hati-hati untuk tanda perforasi/adanya perdarahan pada usus.
II.8.4 Thypoid toxic
Secara klinis terjadi perubahan mental yang terdiri dari disorientasi,
kebingungan, delirium > 5 hari, yang dapat diikuti dengan/tanpa munculnya gejala
neurologis : afasia, ataxia, perubahan refleks, konvulsi dan lain-lainnya. Thypoid
toxic dapat dibagi menjadi :
Meningocerebralo Demam > 6 hari dan menjadi delirium, setengah sadar atau tidak
sadar.o Selalu ada kaku kuduk.o Tanda kernig dapat positif atau negatif.o Refleks tendo menjadi meninggi terutama APR.o Liquor cerebro spinal normal.o Prognosa: dapat sembuh sempurna.
Encephalitis diffuso Demam tinggi diikuti penurunan kesadaran.o Refleks tendo dapat positif atau menurun, refleks dinding perut
negatif.
o Rangsang meningen negatif.o Setelah berlangsung lebih dari 1 minggu akan sembuh sempurna.
Encephalitis akuto Tiba-tiba hiperpireksia.o Tidak sadar dan kejang umum 24 jam setelah onset.o Bisa timbul kejang ulang.
-
7/27/2019 Referat Demam Thypus RUSPAU
12/19
11
o Prognosa : buruk. Meningitis akut
o Liquor cerebro spinal : jernih dengan pleositosis ringan.o Electro encephalograph : gambaran encephalopati.
Bisa terjadi karena dikaitkan dengan sistem imunologis atau kekebalanseseorang.
Dapat dikaitkan pula dengan kepribadian seseorang, orang yanggampang histeris, akan lebih gampang jatuh ke dalam toxic typhoid.
Pasien dalam keadaan delirium / bicara ngaco / berteriak-teriak danmengalami agitasi.
Terdapat gerakan-gerakan seperti menarik-narik seprei.II.8.5 Hepatitis typhosa
Ikterus ringan dapat muncul pada penderita demam enterik yang mungkin
disebabkan oleh hepatitis, kolangitis, kolesistitis dan hemolisis. Pada biopsi hepar
didapatkan hepatosit yang membengkak, terdegradasi dan terdapat vakuol. Dan
terdapat typhoid nodules.
II.8.6 Respirasi
Gejala yang akan timbul seperti batuk dan bronkitis ringan. Gangguan
respirasi yang diakibatkan oleh toksikemi pada demam tifus terdapat pada 11-86%
kasus. Bronkopneumoni dan pnemonia lobaris jarang ditemukan.
II.9 Carrier typhosa
II.9.1 Faecal carrier
Dalam masa penyembuhan, kultur feses tetap positif pada sebagian besar
pasien. Setelah 6 bulan diperiksa 3 x berturut-turut selang 1 bulan masih tetap positif
(pada pemeriksaan faeces yang dibiakkan).
II.9.2 Urinary carrier
Hasil positif pada kultur urin sangat jarang setelah bulan ketiga.
-
7/27/2019 Referat Demam Thypus RUSPAU
13/19
12
II.10 Penatalaksanaan
II.10.1Terapi secara umum
o Non medikamentosa Perawatan :o Bed rest total sampai dengan bebas demam 1 minggu tetapi
sebaiknya sampai akhir minggu ke III oleh karena bahaya
perdarahan dan perforasi.
o Tujuannya untuk : Mempercepat penyembuhan. Mencegah perforasi usus. Karena banyak gerak akan menyebabkan gerakan peristaltik
meningkat, dengan peningkatan peristaltik maka akan terjadi
peningkatan dari aktifitas pembuluh darah, hal ini akan
meningkatkan kadar toksin yang masuk ke dalam darah, dapat
menyebabkan peningatan dari suhu tubuh.
Mobilisasi berangsur-angsur dilakukan setelah pasien 3 haribebas demam.
o Dietetik :
Harus cukup kalori, protein, cairan dan elektrolit. Mudah dicerna dan halus. Kebutuhan 2500 kkal, 100 gr protein, 2 - 3 liter cairan. Typhoid diet I : Bubur susu/cair tidak diberikan pada pasien
yang demam tanpa komplikasi.
Typhoid diet II : Bubur saring. Typhoid diet III : Bubur biasa. Typhoid diet IV : Nasi tim. Prinsip pengelolaan dietetik pada typhoidpadat dini, rendah
serat/rendah selulosa.
Typoid diet biasanya dimulai dari TD II, setelah 3 hari bebasdemam menjadi TD III, sampai 3 hari kemudian dapat diganti
kembali menjadi TD IV.
Harus diberikan rendah serat karena pada typoid abdominalisada luka di ileum terminale bila banyak selulosa maka akan
menyebabkan peningkatan kerja usus, hal ini menyebabkan
luka makin hebat.
-
7/27/2019 Referat Demam Thypus RUSPAU
14/19
13
o Medika mentosa:o Antibiotik
Drug of Choice adalah Chloramfenicol dengan dosis 4 x500 mg/hari selama 7 hari afebris atau sampai 1 minggu
bebas demam.
o Kontra indikasi : Tidak boleh diberikan pada wanita hamil
trisemester 3.
Grey baby syndrome. Partus premature. Kematian intrauterine (IUFD). Menyebabkan depresi sumsum tulang,
sehingga tidak boleh berikan pada pasiendengan keadaan leukopeni.
o Pengobatan dianggap gagal (chloramfenicolresisten) bila dalam 10 hari pemberian pasien
tetap demam, gunakan antibiotik yang lain.
Cotrimoxazole, dengan dosis 400 mg 2 x 2 tablet/harisampai 7 hari afebris.RSHS2 x 3 tablet.
o Waktu yang diperlukan untuk penurunan suhusama dengan chloramfenicol.
o Tidak terjadi krisis toksik.o Gejala lebih cepat hilang.o Dapat digunakan untuk pasien yang toksik dan
delirium.
o Lebih unggul dalam mencegah relaps.o Efek samping yang perlu diperhatikan adalah
trombositopenia, untuk menghindarkannya kita
berikanasam folic.
Amphicillin, dosis 3 - 4 x (0.5 - 1 gram)/hari selama 15hari (RSHS)
o Digunakan untuk tifoid abdominalis ringan danuntuk karier.
Amoxicilin, dosis 4 x 1 gr(untuk ukuran kecil) - 6 gr(untuk ukuran besar)/hari.
o Untuk kasus karier 6 gr/hari selama 6 minggu
-
7/27/2019 Referat Demam Thypus RUSPAU
15/19
14
Golongan Quinolon. Ciprofloksasin, dosis 2 x 750 mg sampai 4 minggu,
untuk menanggulangi karier, karena pasien dapat
menularkan secara fecal - oral (typhoid mary).
o Tidak boleh diberikan pada pasien dengan usiakurang dari 15 tahun, karena bisa menyebabkan
penutupan epifise tulang lebih cepat.
o Keuntungan dari Quinolon:o Waktu yang diperlukan untuk terapi lebih
pendek.
o Bersifat bakterisida.o Hati-hati akan terjadi reaksi harxheimer
reaction yang merupakan reaksi yang hebat
dari pemberian awal dari antibiotic pada
perderita typhoid, oleh karena dilepaskannya
secara mendadak dalam jumlah besar, antigen
dari kuman typhoid.(reaksi seperti anafilaktik
syok, dimana pasien dapat jatuh kedalam
keadaan komatous)
o Simptomatik:o Analgetik antipiretik (DOC : parasetamol)
o Jangan menggunakan asam salisilat, karena bisamenyebabkanhiperhidrosis.
o Jangan pada penderita hepatitis.o Dapat merangsang mukosa usus.o Efek anti piretik dapat berlebihan.o Menghambat efek dari chloramfenicol.o
Laxantia dan enema, untuk memudahkan buangair besar.
o Hati-hati perdarahan dan perforasi.o Muntah-muntah
o Prochlorperazine (Stemetil) dengan dosis 3 x5mg atau 3 x 10 mg.
o Prometazine (Phenergan) dengan dosis 3 x 25mg.
o Diare
-
7/27/2019 Referat Demam Thypus RUSPAU
16/19
15
o Diphenoxylate hydrochloride (Lomotil, Reasec)4 x 2 tab
o Meteorismuso Intake diganti dengan parenteralo Gunakan stomach tube dan aspirasi tiap jam.
o Supportifo Kortikosteroid
o Hanya dianjurkan untuk penderita dengantoksemia berat dan hiperpireksi berat.
o Tidak boleh dipergunakan secara rutin.o Harus dihindarkan dalam minggu ke III karena
bila ada perdarahan kita tidak tahu dari penyakit
atau dari kortikosteroid.o Memperpendek deman dan gejala cepat hilang.o Menghambat pembentukkan immunitas
sehingga mudah untuk relaps.
Dosis : Hari ke I : Hidrokortison 200 mg im Prednison 3 x 15 mg Hari ke II : Prednison 3 x 10 mg Hari ke III : Prednison 3 x 5 mg Hari ke IV : Prednison 3 x 5 mg Hari ke V : Prednison 1 x 5 mg.
o Roborantiao Vitamin B dan vitamin C.
o Terapi untuk karier yang gagal pengobatan denganmedikamentosa kita lakukan cholecystectomy.
o Toxic typhoid1. Pasang maag slang (NGT) dan akan digunakan untuk
pemberian nutrisi : Untuk keadaan yang berat sekali gunakan TD I. Untuk keadaan yang tidak berat kita gunakan TD II
yang telah diblender dahulu.
2. Pasang infus, untuk pemberian kemicetin 3 - 4 x 1 gr/harisecara IV, bila sudah membaik berikan peroral dengan
dosis 4 x 2 tablet selama 2 minggu.
3. Kortikosteroid Berikan kalmethasone yang dilarutkan dalam NaCl
0,9% atau dextran 5% atau Ringer Lactat.
-
7/27/2019 Referat Demam Thypus RUSPAU
17/19
16
1 mg kalmethasone dilarutkan dalam 2 cc larutan. 8 jam pertama berikan 3 mg/kgBB secara IV. 30 ml diberikan dalam infus pada 6 - 8 jam kedua dan
selanjutnya diberikan 1 mg/kgBB diberikan 6 x (1
ampul kalmethasone = 4 ml) dalam waktu 2 hari.
Jangan diberikan pada akhir minggu ke II atau ke IIIkarena bisa merangsang gaster menambah bahaya
terjadinya perforasi.
Minggu ke I boleh diberikan karena kalau ada melenapada minggu ke I pasti oleh kortikosteroid, sedangkan
pada minggu ke II atau ke III, kita tidak tahu penyebab
dari melena karena bisa dari perforasi atau karena obat.
Bila ada septik shock berikan dopamin 2 ampul (1 amp= 200 mg) larutkan dalam dextrose 5% dengan
kecepatan 8 tetes permenit sampai shock teratasi ganti
dengan Dextran saja 10 tetes per menit.
oPerforasi usus.
1.Cito operasi
2.Persiapan :
Puasakan pasien.
Infus dengan Ringer Lactat.Berikan Antibiotika dosis tinggi.
Gunakangastric suction untuk kompresi.
II.11Prognosa :
Prognosa, sangat bervariasi, dapat menjadi jelek dan angka kematian tinggi
bila terdapat gangguan SSP.
Mortalitas 20% - 50%, dimana hal ini dipengaruhi oleh:
Umur.
Keadaan umum sebelum pembedahan.
Diagnosa yang lambat (>24 jam).
Terdapat sepsis intraperitoneal.
Perforasi ulang atau penyulit lainnya.
-
7/27/2019 Referat Demam Thypus RUSPAU
18/19
17
BAB III
KESIMPULAN
Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut disebabkan oleh kuman gram
negatifSalmonella typhi atau S.paratyphi.
Manifestasi klinik pada anak umumnya bersifat lebih ringan dan lebih
bervariasi. Demam adalah gejala yang paling konstan di antara semua penampakan
klinis.
Dalam minggu pertama, keluhan dan gejala menyerupai penyakit infeksi akut
pada umumnya seperti demam, sakit kepala, mual, muntah, nafsu makan menurun,
sakit perut, diare atau sulit buang air beberapa hari, sedangkan pemeriksaan fisik
hanya didapatkan suhu tubuh meningkat dan menetap. Suhu meningkat terutama sore
dan malam hari.
Setelah minggu ke dua maka gejala menjadi lebih jelas demam yang tinggi
terus menerus, nafas berbau tak sedap, kulit kering, rambut kering, bibir kering pecah-
pecah /terkupas, lidah ditutupi selaput putih kotor, ujung dan tepinya kemerahan dan
tremor, pembesaran hati dan limpa dan timbul rasa nyeri bila diraba, perut kembung.
Anak nampak sakit berat, disertai gangguan kesadaran dari yang ringan letak tidur
pasif, acuh tak acuh (apatis) sampai berat (delirium, koma).
-
7/27/2019 Referat Demam Thypus RUSPAU
19/19
Daftar Pustaka
Cook Gordon C, Zumla Alimuddin I. Mansons Tropical Diseases 22nd ed.
2009; Saunders Elsevier: 931-937
Hegazy Wael Abdel Halim, Hensel Michael. 2012. Salmonella enterica as
a Vaccine Carrier available at
http://www.medscape.com/viewarticle/756377_1(accessed 12/10/2013)
Widodo Darmowandoyo. Demam Tifoid. Dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Anak Infeksi dan Penyakit Tropis. Edisi pertama. 2002. Jakarta ;Bagian Ilmu
Kesehatan Anak FKUI: 367-375
Zhou Liqing, Pollard Andrew J. 2010. A Fast and Highly Sensitive Blood
Culture PCR Method for Clinical Detection ofSalmonella enterica Serovar
Typhi available at http://www.medscape.com/viewarticle/722012_1(accessed
12/10/2013)
http://www.medscape.com/viewarticle/756377_1http://www.medscape.com/viewarticle/722012_1http://www.medscape.com/viewarticle/722012_1http://www.medscape.com/viewarticle/756377_1