REFERAT BRONKITIS KRONIK

download REFERAT BRONKITIS KRONIK

of 20

Transcript of REFERAT BRONKITIS KRONIK

  • 7/22/2019 REFERAT BRONKITIS KRONIK

    1/20

    REFERAT PATOLOGI ANATOMI

    BLOK SISTEM RESPIRASI

    BRONKITIS KRONIK

    Asisten :Rinda Puspita A.

    G1A010033

    Disusun Oleh :

    Kelompok D1

    Aldera Asa Dinantara G1A011103

    Boma Bhaswara G1A011105

    Riyanda Rama Putri G1A011107

    KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

    UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

    JURUSAN KEDOKTERAN

    PURWOKERTO

    2013

  • 7/22/2019 REFERAT BRONKITIS KRONIK

    2/20

    LEMBAR PENGESAHAN

    REFERAT PATOLOGI ANATOMI

    BLOK SISTEM RESPIRASI

    BRONKITIS KRONIK

    Disusun Oleh :

    Kelompok D1

    Aldera Asa Dinantara G1A011103

    Boma Bhaswara G1A011105

    Riyanda Rama Putri G1A011107

    Disusun untuk memenuhi persyaratan mengikuti

    Ujian Praktikum Patologi Anatomi Blok Respiratori

    pada Jurusan Kedokteran

    Fakultas Kedokteran Dan Ilmu-Ilmu Kesehatan

    Universitas Jenderal Soedirman

    Purwokerto

    Diterima dan disahkan

    Purwokerto, Maret 2013

    Asisten

    Rinda Puspita ANIM. G1A010033

  • 7/22/2019 REFERAT BRONKITIS KRONIK

    3/20

    DAFTAR ISI

    Halaman Depan ..................................................................................... i

    Lembar Pengesahan ..................................................................................... ii

    Daftar isi ..................................................................................... iii

    Bab I Pendahuluan ..................................................................................... 1

    Bab II Isi

    Definisi ..................................................................................... 2

    Etiologi ..................................................................................... 2

    Epidemiologi ..................................................................................... 3

    Faktor resiko ..................................................................................... 4

    Tanda dan gejala ......................................................................... 4

    Penegakan diagnosis ......................................................................... 6

    Patogenesis ..................................................................................... 9

    Patofisiologi ..................................................................................... 10

    Histopatologi ..................................................................................... 11

    Terapi lama ..................................................................................... 12

    Terapi baru ..................................................................................... 12

    Komplikasi ..................................................................................... 13

    Prognosis ..................................................................................... 14

    Bab III Kesimpulan ..................................................................................... 16

    Daftar Pustaka ..................................................................................... 17

  • 7/22/2019 REFERAT BRONKITIS KRONIK

    4/20

    I. PENDAHULUANBronkitis kronik adalah salah satu penyakit paru dimana pasien memiliki batuk

    produktif kronik yang berhubungan dengan inflamasi bronkus. Diagnosis bronkitiskronik dinyatakan bahwa jangka waktu kronik pada penyakit ini adalah selama batuk

    produktif muncul, minimal selama tiga bulan setahun dan pada dua tahun berturut-

    turut. Sebelum terkena penyakit bronkitis kronik biasanya pasien pada awalnya

    mengalami batuk produktif yang didiagnosis terkena penyakit Tuberkulosis, kanker

    paru dan congestive heart failure (PDPI, 2003).

    Bronkitis kronik termasuk dalam Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK).

    PPOK merupakan penyakit kematian keempat di Negara Amerika Serikat.

    Diperkirakan 12 juta orang Amerika menderita bronkitis kronik dan atau emfisema

    dan menyebablan 40.000 kematian setiap tahunnya (Wilkins, 2006).

    Di Indonesia penyakit asma, bronkitis dan emfisema merupakan penyebab

    kematian ke sepuluh dan menduduki peringkat ke lima dalam pola morbiditas. PPOK

    menyerang pria dua kali lebih banyak daripada wanita, tetapi insidensi pada wanita

    semakin meningkat dan stabil pada pria (Price, 2007).

    Dampak dari penyakit Bronkitis Kronik ini adalah infeksi saluran nafas yang

    berat dan sering, penyempitan dan penyumbatan bronkus, sulit bernafas, disability,

    hingga kematian. Kebiasaan merokok merupakan factor penting yang berkonstribusi

    menyebabkan bronkitis kronik (Price, 2007).

    Pembuatan laporan penyakit bronkitis kronik ini didasarkan pada angka

    kejadian penyakit yang tinggi di Indonesia oleh karena pengetahuan masyarakat yang

    kurang akan penyakit ini. Diharapkan pembuatan laporan ini dapat bermanfaat bagi

    penulis maupun pembaca baik orang sekitar maupun masyarakat luas untuk

    mencegah dan mengurangi kejadian dari penyakit bronkitis kronik ini.

  • 7/22/2019 REFERAT BRONKITIS KRONIK

    5/20

    II. ISIA. Definisi

    Bronkitis kronik adalah gangguan paru obstruktif yang ditandai produksimukus berlebihan di saluran nafas bawah dan menyebabkan batuk kronik.

    Kondisi ini terjadi selama setidaknya 3 bulan berturut-turut dalam setahun untuk

    2 tahun berturut-turut. Bronkitis kronik juga tidak disebabkan karena penyakit

    lainnya. (Corwin, 2009; PDPI, 2003).

    Bronkitis kronik merupakan salah satu Penyakit Paru Obstruktif Kronik

    (COPD). Penyakit Paru Obstruktif Kronik (COPD) adalah suatu istilah yang

    sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru yang berlangsung lama.

    Umumnya ditandai dengan peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai

    gambaran patofisiologi utamanya (Kumar, et al. 2007).

    Menurut Kumar (2007), bronkitis kronik memiliki beberapa bentuk :

    a. Bronkitis sederhanaBatuk produktif meningkatkan sputum mukoid, tetapi jalan napas tidak

    terhambat.

    b. Bronkitis mukopurulen kronikJika sputum mengandung pus, mungkin karena infeksi sekunder.

    c. Bronkitis asmatik kronikBeberapa pasien dengan bronkitis kronik memperlihatkan hiperresponsivitas

    jalan napas dan episode asma atopik.

    d. Bronkitis obstruktif kronikSuatu subpopulasi pasien bronkitis mengalami obstruksi aliran keluar udara

    yang kronik berdasarkan uji fungsi paru.

    B. EtiologiMerokok merupakan faktor etiologi yang paling penting. Polusi udara

    dari lingkungan hidup dan kerja serta infeksi virus dan bakteri merupakan unsur

  • 7/22/2019 REFERAT BRONKITIS KRONIK

    6/20

    utama yang meningkatkan efek yang ditimbulkan oleh merokok (Udayana,

    2008).

    Menghentikan kebiasaan merokok merupakan tindakan yang paling

    efektif untuk mengubah perilaku dan pola hidup sering kali diabaikan dan sangat

    sukar dilakukan (Udayana, 2008).

    Merokok menyebabkan hipertrofi kelenjar mukus bronkial dan

    meningkatkan produksi mukus, menyebabkan batuk produktif. Pada bronkitis

    kronik perubahan awal terjadi pada saluran udara yang kecil. Selain itu, terjadi

    destruksi jaringan paru disertai dilatasi rongga udara distal (emfisema), yang

    menyebankan hilangnya elastic recoil, hiperinflasi, terperangkapnya udara dan

    peningkatan usaha untuk bernafas, sehingga terjadi sesak nafas. Dengan

    berkembangnya penyakit kadar CO2 meningkat dan dorongan respirasi bergeser

    dari CO2 ke hipoksemia. Jika oksigen tambahan menghilangkan hipoksemia,

    dorongan pernafasan juga mungkin akan hilang sehingga memicu terjadinya

    gagal nafas (Davey, 2006).

    C. EpidemiologiDi negara barat, kejadian bronkitis diperkirakan sebanyak 1,3% diantara

    populasi. Di Inggris dan Amerika penyakit paru kronik merupakan salah satu

    penyebab kematian dan ketidakmampuan pasien untuk bekerja. Kejadian

    setinggi itu ternyata mengalami penurunan yang berarti dengan pengobatan

    memakai antibiotik. Bronkitis kronik ditemukan dalam angka yang lebih tinggi

    pada pekerja tambang, pedagang biji padi-padian, pembuat cetakan metal, dan

    orang lain yang terus menerus terpapar pada debu. Namun penyebab utama

    adalah merokok sigaret yang berat dan berjangka panjang, yang mengiritasi

    tabung-tabung bronkial dan menyebabkan mereka menghasilkan lendir yang

    berlebihan (Sutoyo, 2009).

    Bronkitis kronik sering terjadi pada para perokok dan penduduk di kota-

    kota yang dipenuhi oleh kabut asap, beberapa penelitian menunjukan bahwa 20%

  • 7/22/2019 REFERAT BRONKITIS KRONIK

    7/20

    hingga 25% laki-laki berusia antara 40 hingga 65 tahun mengidap penyakit ini

    (Kumar, et al. 2007).

    D. Faktor RisikoKebiasaan merokok merupakan satu - satunya penyebab kausal yang

    terpenting, jauh lebih penting dari faktor penyebab lainnya. Dalam pencatatan

    riwayat merokok perlu diperhatikan (PDPI, 2003) :

    a. Riwayat merokok1) Perokok aktif2) Perokok pasif3) Bekas perokok

    b. Derajat berat merokok dengan Indeks Brinkman (IB) yaitu perkalian jumlahrata-rata batang rokok dihisap sehari dikalikan lama merokok dalam tahun :

    1) Ringan : 0 - 2002) Sedang : 200 - 6003) Berat : > 600

    c. Riwayat terpajan polusi udara di lingkungan dan tempat kerjad. Hipereaktiviti bronkuse. Riwayat infeksi saluran nafas bawah berulang. Defisiensi antitripsin alfa - 1,

    umumnya jarang terdapat di Indonesia

    E. Tanda dan GejalaGejala yang sering muncul pada penderita bronkitis kronik adalah batuk.

    Namun sulit melakukan diagnosis apakah seseorang menderita bronkitis kronik

    hanya dengan melihat batuk. Tanda dan gejalanya (Wilkins, 2006):

    1. Batuk Produktif

    Sifat batuk yang terdapat pada penderita bronkitis kronik berupa batuk

    yang berdahak kental terus-menerus menandakan terjadinya inflamasi lokal

    dan banyaknya kemungkinan kolonisasi dan infeksi bakteri. Kekentalan

    sputum (dahak) akan meningkat tajam sebagai hasil dari kehadiran DNA

  • 7/22/2019 REFERAT BRONKITIS KRONIK

    8/20

    bebas (berat molekul dan kekentalan tinggi). Batuk produktif yang berdahak

    terjadi pada perokok dengan angka lebih dari 50%. Hal ini biasanya terjadi

    dalam waktu sepuluh tahun setelah mulai terbiasa merokok. Pada COPD atau

    bronkitis kronik, batuk biasanya parah atau kambuh pada pagi hari namun.

    sering kali disalahartikan sebagai 'batuk perokok'. Namun, pada perokok

    yang berhenti, batuk akan hilang namun kerusakan pada fungsi paru akan

    menetap (Wilkins, 2006).

    2. Sesak Nafas

    Sesak nafas merupakan gejala yang paling signifikan pada pasien

    COPD. Sesak nafas dapat didefinisikan sebagai usaha pernafasan yang

    meningkat atau tidak sesuai. Gejala ini merupakan gejala yang dirasakan oleh

    pasien. Pasien biasanya mendeskripsikan sesak nafas sebagai kesulitan dalam

    melakukan inspiratori (Wilkins, 2006).

    3. Suara nafas mendecit

    Penyempitan saluran pernafasan yang terus-menerus dan obstruksi

    mukus dapat menyebabkan terjadinya suara nafas yang mendecit. Keluhan

    ini sulit untuk dievaluasi karena sifat dasarnya yang memang terputus-putus,

    tidak muncul terus-menerus serta pemahaman pasien mengenai hal ini

    memang terbatas (Wilkins, 2006).

    Gambar. Perbedaan bronkus normal dengan bronkus dengan penyakit

    bronkitis. Sumber (Wilkins, 2006)

  • 7/22/2019 REFERAT BRONKITIS KRONIK

    9/20

    Selain itu ada tanda gejala lain (Gleadle, 2005):

    1. Peningkatan volume sputum2. Sesak nafas yang progresif3. Dada terasa sesak (chest tightness)4. Sputum yang purulen5. Meningkatnya kebutuhan bronkodilator6. Lemah, lesu7. Mudah lelah8. Demam9. Wheezing

    F. Penegakan DiagnosisSecara umum pendekatan cara diagnosis penyakit bronkitis kronik berupa

    anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang (Gleadle, 2005):

    1. AnamnesisAnamnesis dilakukan dengan wawancara pada penderita atau pekerja

    mengenai riwayat pekerjaan, pajanan, dan riwayat penyakit. Selain itu,

    anamnesis dapat dari data pajanan dan MSDS. Riwayat merokok merupakan

    hal yang penting untuk diketahui karena kebiasaan merokok berkontribusi

    besar dalam timbulnya penyakit bronkitis kronik.

    2. Pemeriksaan fisik

    Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan melihat tanda-tanda yang

    umum seperti batuk yang retentif, suara nafas yang mendecit, dan juga

    sianosis di bagian lidah dan membran mukosa akibat pengaruh sekunder

    polisitemia. Dari postur, penderita memiliki kecenderungan overweight.

    Sedangkan melihat dari usia, kebanyakan penderita berumur 45-60 tahun.Penderita bronkitis kronik juga mengalami perubahan pada jantung berupa

    pembesaran jantung, cor pulmonal.

  • 7/22/2019 REFERAT BRONKITIS KRONIK

    10/20

    Pemeriksaan fisik yang dapat digunakan untuk mengukur paru antara

    lain adalah Uji fungsi paru, yaitu tes yang dilakukan untuk mengukur

    kemampuan paru dalam melakukan pertukaran oksigen dan karbon dioksida.

    Tes ini dilakukan menggunakan alat-alat khusus dan di dalamnya

    terdapat beberapa tes diantaranya (Bastiansyah, 2008):

    a. SpirometriPengukuran dilakukan menggunakan spirometer. Spirometri

    merupakan salah satu evaluasi paru yang sederhana. Fungsi dari

    spirometri sendiri antara lain untuk menentukan seberapa baik menerima,

    menahan, dan menggunakan udara, untuk memonitor penyakit paru,

    untuk memonitor keefektifan dari sebuah pengobatan, untuk menentukan

    tingkat keparahan sebuah penyakit paru, untuk menentukan apakah

    penyakit paru tersebut restriktif (penurunan laju udara) atau obstruktif

    (gangguan laju udara) (Bastiansyah, 2008).

    b. Pengukuran peak flow rate

    Peak Flow Rate (PFR) adalah kecepatan maksimum aliran

    ekspirasi selama ekshalasi paksa. Uji yang dilakukan mengukur seberapa

    Manfaat tes faal paru.

    1. Menilai tingkat berat obstruksi dan memantau hasil terapi

    2. Mendeteksi tanda dini serangan asma3. Menilai tingkat variasi sirkardian PEF yang

    menggambarkan besarnya hiperresponsif bronkus

    Nilai yang penting pada asma/penyakit paru obstruktif adalah :1. Spirometri : FEV 1 L/mnt dan FEV 1% nilai normal > 80%

    2. PF Meter : - PEFR % (Peak Expiratory Flow Rate/ Arus

    Rate/ Arus Puncak Ekspirasi/ APE)

    - PEFR personal best % : APE yang terbaikpada seseorang yang asmanya telah terkontrol

    3. Variasi FEV1/PEFR = Nilai tertinggi N. terendah x 100

    Nilai tertinggi4. Tes Bronkodilator : Kenaikan FEV1 %. Kenaikan APE %.

    Nilai > 15% menyokong asma

    5. Tes Provokasi/Histamin : Nilai PC 20, untuk penurunan

    FEV1 sebesar 20%

  • 7/22/2019 REFERAT BRONKITIS KRONIK

    11/20

    cepat seseorang dapat meniupkan udara keluar dari paru. Pada penderita

    asma atau beberapa penyakit parulainnya, besar jalan udara di dalam paru

    akan semakin mengecil. Hal ini akan menyebabkan melambatnya

    kecepatan udara yang meninggalkan paru. Evaluasi ini penting untuk

    mengevaluasi pengontrolan dari sebuah penyakit (Bastiansyah, 2008).

    Gambar . Tafsiran Hasil Pengukuran Arus Puncak Ekspirasi (APE)Sumber (Bastiansyah, 2008)

    c. Arterial Blood Gas(ABG)

    Tes darah ini merupakan tes yang digunakan untuk melihat

    kemampuan paru menyediakan darah dengan oksigen dan menghilangkan

    karbondioksida, dan untuk mengukur pH darah (Bastiansyah, 2008).

    d. Pulse Oxymetry

    Pengukuran dilakukan menggunakan oksimeter. Oksimeter

    berfungsi untuk mengukur kadar oksigen di dalam darah (Bastiansyah,

    2008).

    3. Evaluasi laboratorium (Pemeriksaan non-fisik)

    a. Tes darahCBC (Complete Blood Count)

    Aman APE 80-100% dan VAPE kurang dari 20% :1. Tidak ada peningkatan2. Pakai obat seperti biasa3. Teruskan usaha pencegahan asma

    Waspada APE 50-80% dan VAPE 20-30% :1. Tingkatkan pemakaian obat sesuai petunjuk

    dokter/ klinik

    2. Jika dalam 1-3 jam VAPE masih

  • 7/22/2019 REFERAT BRONKITIS KRONIK

    12/20

    Pengukuran ini digunakan untuk melihat kenaikan jumlah sel

    darah merah jika terdapat hipoksemia kronik. Jumlah sel darah putih akan

    meningkat jika terdapat infeksi pada pasien pneumonia. Namun, pada

    penderita bronkitis kronik, pengukuran jumlah sel darah ini tidaklah

    terlalu abnormal. Identifikasi pasien COPD yang mengalami

    polycythaemia sangatlah penting karena hal ini merupakan faktor

    predisposi kejadian-kejadian yang berhubungan dengan vaskular.

    Seseorang dapat diduga mengalami polycythaemia bila hematokrit > 47%

    pada wanita dan > 52% pada pria (Bastiansyah, 2008).

    b. Radiografi thoraks

    Bronkitis kronik juga dapat dilihat melalui radiografi dada. Pada

    penderita bronkitis kronik biasanya radiografi dada menemukan

    peningkatan volume dada dengan diafragma dalam keadaan hiperinflasi.

    Kemudian, dinding bronkial juga mengalami penebalan. Ukuran jantung

    membesar menyebabkan volume jantung sebelah kanan terbebani terlalu

    berat (Bastiansyah, 2008).

    G. PatogenesisBerikut ini patogenesis bronkitis kronik (Esikawati, 2009):

    Asap rokok, polutan

    Hambatan mucociliar clearance

    Iritasi bronkial

    Hiperplasia, hipertrofi dan proliferasi kelenjar mukus

    Hipersekresi mukus

    Obstruksi

    Resiko infeksi berulang

  • 7/22/2019 REFERAT BRONKITIS KRONIK

    13/20

    H. PatofisiologisPerubahan struktur pada paru menimbulkan perubahan fisiologik yang

    merupakan karakteristik bronkitis kronik seperti batuk kronik, sputum produksi,

    obstruksi jalan napas, gangguan pertukaran gas, hipertensi pulmonal dan kor-

    pulmonal. Akibat perubahan bronkiolus dan alveoli terjadi gangguan pertukaran

    gas yang menimbulkan 2 masalah yang serius yaitu (Sutoyo, 2009):

    1. Aliran darah dan aliran udara ke dinding alveoli yang tidak sesuai(mismatched). Sebagian tempat (alveoli) terdapat adekuat aliran darah tetapi

    sangat sedikit aliran udara dan sebagian tempat lain sebaliknya.

    2. Performance yang menurun dari pompa respirasi terutama otot-otot respirasisehingga terjadi overinflasi dan penyempitan jalan napas, menimbulkan

    hipoventilasi dan tidak cukupnya udara ke alveoli menyebabkan CO2 darah

    meningkat dan O2 dalam darah berkurang.

    Mekanisme patofisiologik yang bertanggung jawab pada bronkitis kronik

    sangat kompleks, berawal dari rangsang toksik pada jalan napas menimbulkan 4

    hal besar seperti inflamasi jalan napas, hipersekresi mukus, disfungsi silia dan

    rangsangan refleks vagal saling mempengaruhi dan berinteraksi menimbulkan

    suatu proses yang sangat kompleks (Sutoyo, 2009).

  • 7/22/2019 REFERAT BRONKITIS KRONIK

    14/20

    Gambar . Mekanisme patofisiologik Bronkitis Kronik

    Sumber (Sutoyo, 2009)

    I. Gambaran Histopatologi

    Gambar. Histopatologi Bronkitis Kronik. Sumber (Djojodibroto, 2009)

    Bronkitis adalah suatu penyakit yang mempunyai gambaran histopatologi

    hipertrofi kelenjar mukosa bronchial dan peradangan peribronkial yang

  • 7/22/2019 REFERAT BRONKITIS KRONIK

    15/20

    menyebabkan kerusakan lumen bronkus berupa metaplasia skuamosa, silia

    menjadi abnormal, hiperfalsia otot polos saluran pernafasan, peradangan dan

    penebalan mukosa bronkus. Sel neutrofil banyak ditemukan pada lumen bronkus

    dan infiltrate neutrofil pada submukosa. Pada bronkiolus respiratorius terjadi

    peradangan, banyak ditemukan sel mononuclear, banyak sumbatan mukus,

    metaplasia sel goblet, dan hiperflasia sel otot. Seluruh kelainan ini akan

    menyebabkan obstruksi saluran pernafasan (Djojodibroto, 2009).

    J. Penatalaksanaan LamaPenatalaksanaan pada bronkitis kronik (Esikawati, 2009):

    1. Non Farmakologisa. Bed Rest(Tirah Baring Lama)b. Meningkatkan daya tahan tubuh

    2. Farmakologisa. Pengobatan polifarmasi seperti penisilin, kloramfenikol atau ampicilinb. Cairan IV untuk dehidrasic. Oksigen untuk sesak nafas

    K. Penatalaksanaan BaruBerikut ini penatalaksanaan bronkitis kronik (Esikawati, 2009):

    1. Non Farmakologi

    a. Menghentikan kebiasaan merokok

    b. Rehabilitasi paru secara komprehensif dangan olahraga dan latihan

    pernafasan

    c. Perbaikan Nutrisi

    d. Edukasi, memberikan pemahaman mengenai gejala dan faktor-faktor

    pencetus

    2. Farmakologi

    a. Antikolinergik inhalasi

  • 7/22/2019 REFERAT BRONKITIS KRONIK

    16/20

    First line therapy, dosis harus cukup tinggi: 2 puff 4-6x/hari, jika sulit,

    gunakan nebulizer 0.5 mg setiap 4-6 jam bila perlu, contoh: ipratropium

    atau oxytropium bromide.

    b. Simpatomimetik

    Second line therapy: terbutalin, salbutamol.

    c. Kombinasi antikolinergik dan simpatomimetik

    Untuk meningkatkan efektivitas.

    d. Metilxantin

    Banyak ADR, dipakai jika yang lain tidak mempan.

    e. Mukolitik

    Membantu pengenceran dahak, namun tidak memperbaiki aliran udara.

    f. Kortikosteroid

    Efektivitasnya masih bervariasi, kecuali jika pasien juga memiliki

    riwayat asma.

    g. Oksigen

    Untuk pasien hipoksemia, cor pulmonal. Digunakan jika baseline PaO2

    turun sampai < 55 mmHg.

    h. Antibiotik

    Digunakan bila ada tanda infeksi, bukan untuk maintenance therapy. Bila

    ada eksaserbasi oleh infeksi kuman.

    i. Vaksinasi

    Direkomendasikan untuk high-risk patients: vaksin pneumococcus (tiap

    5-10 tahun) dan vaksin influenza (tiap tahun).

    L. KomplikasiAda beberapa komplikasi bronkitis yang dapat dijumpai pada pasien,

    antara lain (Corwin, 2009):

    1. Bronkitis kronik

  • 7/22/2019 REFERAT BRONKITIS KRONIK

    17/20

    2. Pneumonia dengan atau tanpa atelektaksis, bronkitis sering mengalamiinfeksi berulang biasanya sekunder terhadap infeksi pada saluran nafas

    bagian atas. Hal ini sering terjadi pada mereka drainase sputumnya kurang

    baik.

    3. Pleuritis. Komplikasi ini dapat timbul bersama dengan timbulnya pneumonia.Umumnya pleuritis sicca pada daerah yang terkena.

    4. Efusi pleura atau empisema5. Abses metastasis diotak, akibat septikemi oleh kuman penyebab infeksi

    supuratif pada bronkus. Sering menjadi penyebab kematian.

    6. Haemaptoe terjadi kerena pecahnya pembuluh darah cabang vena (arteripulmonalis), cabang arteri (arteri bronchialis) atau anastomisis pembuluh

    darah. Komplikasi haemaptoe hebat dan tidak terkendali merupakan tindakan

    beah gawat darurat.

    7. Sinusitis merupakan bagian dari komplikasi bronkitis pada saluran nafas8. Kor pulmonal kronik pada kasus ini bila terjadi anastomisis cabang-cabang

    arteri dan vena pulmonalis pada dinding bronkus akan terjadi arterio-venous

    shunt, terjadi gangguan oksigenasi darah, timbul sianosis sentral, selanjutnya

    terjadi hipoksemia. Pada keadaan lanjut akan terjadi hipertensi pulmonal, kor

    pulmoner kronik. Selanjutnya akan terjadi gagal jantung kanan.

    9. Kegagalan pernafasan merupakan komlikasi paling akhir pada bronkitis yangberat da luas.

    10.Amiloidosis keadaan ini merupakan perubahan degeneratif, sebagaikomplikasi klasik dan jarang terjadi. Pada pasien yang mengalami

    komplikasi ini dapat ditemukan pembesaran hati dan limpa serta proteinurea.

    M. PrognosisPrognosis pasien bronkitis tergantung pada berat ringannya serta luasnya

    penyakit waktu pasien berobat pertama kali. Pemilihan pengobatan secara tepat

    (konservatif atau pembedahan) dapat memperbaiki prognosis penyakit. Pada

    kasus-kasus yang berat dan tidak diobati, prognosisnya jelek, survivalnya tidak

  • 7/22/2019 REFERAT BRONKITIS KRONIK

    18/20

    akan lebih dari 5-10 tahun. Kematian pasien karena pneumonia, empiema, payah

    jantung kanan, haemaptoe dan lainnya (Djojodibroto, 2009).

  • 7/22/2019 REFERAT BRONKITIS KRONIK

    19/20

    III. KESIMPULAN1. Bronkitis kronik adalah gangguan paru obstruktif yang ditandai dengan batuk

    kronik berdahak minimal 3 bulan dalam setahun, sekurang-kurangnya dua tahun

    berturut - turut, dan tidak disebabkan penyakit lainnya.

    2. Penyebab utama dari bronchitis kronik adalah merokok.3. Pengobatan pada penderita bronchitis kronik antara lain mengehentikan

    kebiasaaan merokok, perbaikan nutrisi serta edukasi. Selain itu penderita bornkitis

    kronik dapat diberikan obat antibiotic, metilxantin, antikolinergik inhalasi,

    simpatomimetik, mukolitik, kortikosteroid, oksigen dan vaksinasi.

  • 7/22/2019 REFERAT BRONKITIS KRONIK

    20/20

    DAFTAR PUSTAKA

    Bastiansyah, Eko. 2008. Panduan Lengkap Membaca Hasil Tes Kesehatan. Jakarta:

    Penebar Plus

    Corwin, Elizabeth J. 2009.Buku Saku Patofisiologi Edisi Revisi 3. Jakarta: EGC

    Djojodibroto, Darmanto. 2009.Respirologi (Respiratory Medicine). Jakarta: EGC

    Davey, Patrick. 2006.At a Glance Medicine. Jakarta: Erlangga Medical Series

    Esikawati, Zulli. 2009. Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK). Fakultas

    Kedokteran Universitas Gajah Mada

    Gleadle, Jonathan. 2005.At a Glance Anamnesis. Jakarta: Erlangga Medical Series

    Kumar, V., Ramzi S., Stanley L Robbins. 2007. Buku Ajar Patologi Robbins Ed. 7.

    Jakarta: EGC

    Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2003. PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF

    KRONIK (PPOK). Available at :https://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:j5KGK9Q4r2oJ:www.klikpd

    pi.com/konsensus/konsensus-

    ppok/ppok.pdf+&hl=en&gl=id&pid=bl&srcid=ADGEESgLPWhnV9RqAw

    4eGpkGjbEMt0bP67hfdD0tU4jpd9eFRgSy0II9jBmmVMSNzeNNrcu4SlycFeXrogBE-JCiZdfZozWfXLzTX-iHetZ484jNR6Xjspn_nj-E_l4i-

    hfrhb6VTFXO&sig=AHIEtbRYxLfdSb2UrYNxRdhWbZVjjITbjQ

    (Diakses pada maret 2013)

    Price & Wilson. 2007. Patofisilologi konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta:

    EGC

    Sutoyo, Dianiati Kusumo. 2009. Bronkitis Kronik dan Lingkaran yang tak Berujung

    Pangkal (Vicious Circle). Jakarta: Departemen Pulmonologi & Ilmu

    Kedokteran Respirasi FKUISMF Paru RSUP Persahabatan

    Udayana, Gendo. 2006. Integrasi Kedokteran Barat dan Kedokteran Tradisional

    Cina. Yogyakarta: Kanisius

    Wilkins, Robert L. 2006.Respiratory Disease: Principles of Patient Care. USA: F.A.

    Davis Company

    https://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:j5KGK9Q4r2oJ:www.klikpdpi.com/konsensus/konsensus-ppok/ppok.pdf+&hl=en&gl=id&pid=bl&srcid=ADGEESgLPWhnV9RqAw4eGpkGjbEMt0bP67hfdD0tU4jpd9eFRgSy0II9jBmmVMSNzeNNrcu4SlycFeXrogBE-JCiZdfZozWfXLzTX-iHetZ484jNR6Xjspn_nj-E_l4i-hfrhb6VTFXO&sig=AHIEtbRYxLfdSb2UrYNxRdhWbZVjjITbjQhttps://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:j5KGK9Q4r2oJ:www.klikpdpi.com/konsensus/konsensus-ppok/ppok.pdf+&hl=en&gl=id&pid=bl&srcid=ADGEESgLPWhnV9RqAw4eGpkGjbEMt0bP67hfdD0tU4jpd9eFRgSy0II9jBmmVMSNzeNNrcu4SlycFeXrogBE-JCiZdfZozWfXLzTX-iHetZ484jNR6Xjspn_nj-E_l4i-hfrhb6VTFXO&sig=AHIEtbRYxLfdSb2UrYNxRdhWbZVjjITbjQhttps://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:j5KGK9Q4r2oJ:www.klikpdpi.com/konsensus/konsensus-ppok/ppok.pdf+&hl=en&gl=id&pid=bl&srcid=ADGEESgLPWhnV9RqAw4eGpkGjbEMt0bP67hfdD0tU4jpd9eFRgSy0II9jBmmVMSNzeNNrcu4SlycFeXrogBE-JCiZdfZozWfXLzTX-iHetZ484jNR6Xjspn_nj-E_l4i-hfrhb6VTFXO&sig=AHIEtbRYxLfdSb2UrYNxRdhWbZVjjITbjQhttps://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:j5KGK9Q4r2oJ:www.klikpdpi.com/konsensus/konsensus-ppok/ppok.pdf+&hl=en&gl=id&pid=bl&srcid=ADGEESgLPWhnV9RqAw4eGpkGjbEMt0bP67hfdD0tU4jpd9eFRgSy0II9jBmmVMSNzeNNrcu4SlycFeXrogBE-JCiZdfZozWfXLzTX-iHetZ484jNR6Xjspn_nj-E_l4i-hfrhb6VTFXO&sig=AHIEtbRYxLfdSb2UrYNxRdhWbZVjjITbjQhttps://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:j5KGK9Q4r2oJ:www.klikpdpi.com/konsensus/konsensus-ppok/ppok.pdf+&hl=en&gl=id&pid=bl&srcid=ADGEESgLPWhnV9RqAw4eGpkGjbEMt0bP67hfdD0tU4jpd9eFRgSy0II9jBmmVMSNzeNNrcu4SlycFeXrogBE-JCiZdfZozWfXLzTX-iHetZ484jNR6Xjspn_nj-E_l4i-hfrhb6VTFXO&sig=AHIEtbRYxLfdSb2UrYNxRdhWbZVjjITbjQhttps://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:j5KGK9Q4r2oJ:www.klikpdpi.com/konsensus/konsensus-ppok/ppok.pdf+&hl=en&gl=id&pid=bl&srcid=ADGEESgLPWhnV9RqAw4eGpkGjbEMt0bP67hfdD0tU4jpd9eFRgSy0II9jBmmVMSNzeNNrcu4SlycFeXrogBE-JCiZdfZozWfXLzTX-iHetZ484jNR6Xjspn_nj-E_l4i-hfrhb6VTFXO&sig=AHIEtbRYxLfdSb2UrYNxRdhWbZVjjITbjQhttps://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:j5KGK9Q4r2oJ:www.klikpdpi.com/konsensus/konsensus-ppok/ppok.pdf+&hl=en&gl=id&pid=bl&srcid=ADGEESgLPWhnV9RqAw4eGpkGjbEMt0bP67hfdD0tU4jpd9eFRgSy0II9jBmmVMSNzeNNrcu4SlycFeXrogBE-JCiZdfZozWfXLzTX-iHetZ484jNR6Xjspn_nj-E_l4i-hfrhb6VTFXO&sig=AHIEtbRYxLfdSb2UrYNxRdhWbZVjjITbjQhttps://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:j5KGK9Q4r2oJ:www.klikpdpi.com/konsensus/konsensus-ppok/ppok.pdf+&hl=en&gl=id&pid=bl&srcid=ADGEESgLPWhnV9RqAw4eGpkGjbEMt0bP67hfdD0tU4jpd9eFRgSy0II9jBmmVMSNzeNNrcu4SlycFeXrogBE-JCiZdfZozWfXLzTX-iHetZ484jNR6Xjspn_nj-E_l4i-hfrhb6VTFXO&sig=AHIEtbRYxLfdSb2UrYNxRdhWbZVjjITbjQhttps://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:j5KGK9Q4r2oJ:www.klikpdpi.com/konsensus/konsensus-ppok/ppok.pdf+&hl=en&gl=id&pid=bl&srcid=ADGEESgLPWhnV9RqAw4eGpkGjbEMt0bP67hfdD0tU4jpd9eFRgSy0II9jBmmVMSNzeNNrcu4SlycFeXrogBE-JCiZdfZozWfXLzTX-iHetZ484jNR6Xjspn_nj-E_l4i-hfrhb6VTFXO&sig=AHIEtbRYxLfdSb2UrYNxRdhWbZVjjITbjQhttps://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:j5KGK9Q4r2oJ:www.klikpdpi.com/konsensus/konsensus-ppok/ppok.pdf+&hl=en&gl=id&pid=bl&srcid=ADGEESgLPWhnV9RqAw4eGpkGjbEMt0bP67hfdD0tU4jpd9eFRgSy0II9jBmmVMSNzeNNrcu4SlycFeXrogBE-JCiZdfZozWfXLzTX-iHetZ484jNR6Xjspn_nj-E_l4i-hfrhb6VTFXO&sig=AHIEtbRYxLfdSb2UrYNxRdhWbZVjjITbjQhttps://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:j5KGK9Q4r2oJ:www.klikpdpi.com/konsensus/konsensus-ppok/ppok.pdf+&hl=en&gl=id&pid=bl&srcid=ADGEESgLPWhnV9RqAw4eGpkGjbEMt0bP67hfdD0tU4jpd9eFRgSy0II9jBmmVMSNzeNNrcu4SlycFeXrogBE-JCiZdfZozWfXLzTX-iHetZ484jNR6Xjspn_nj-E_l4i-hfrhb6VTFXO&sig=AHIEtbRYxLfdSb2UrYNxRdhWbZVjjITbjQhttps://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:j5KGK9Q4r2oJ:www.klikpdpi.com/konsensus/konsensus-ppok/ppok.pdf+&hl=en&gl=id&pid=bl&srcid=ADGEESgLPWhnV9RqAw4eGpkGjbEMt0bP67hfdD0tU4jpd9eFRgSy0II9jBmmVMSNzeNNrcu4SlycFeXrogBE-JCiZdfZozWfXLzTX-iHetZ484jNR6Xjspn_nj-E_l4i-hfrhb6VTFXO&sig=AHIEtbRYxLfdSb2UrYNxRdhWbZVjjITbjQ