Referat Betahisin Maleat

21
Lab/SMF Ilmu Farmasi/Farmakoterapi REFERAT Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman BETAHISTIN MALEAT Disusun oleh ANIS PURWANTI 0910015026 Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik Lab/SMF Ilmu Farmasi/Farmakoterapi Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman 1

description

morfologi, farmakodinamik, farmakokinetik, efek samping, indikasi

Transcript of Referat Betahisin Maleat

Page 1: Referat Betahisin Maleat

Lab/SMF Ilmu Farmasi/Farmakoterapi REFERAT

Fakultas Kedokteran

Universitas Mulawarman

BETAHISTIN MALEAT

Disusun oleh

ANIS PURWANTI

0910015026

Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik

Lab/SMF Ilmu Farmasi/Farmakoterapi

Fakultas Kedokteran

Universitas Mulawarman

2014

1

Page 2: Referat Betahisin Maleat

Lab/SMF Ilmu Farmasi/Farmakoterapi REFERAT

Fakultas Kedokteran

Universitas Mulawarman

BETAHISTIN MALEAT

Disusun oleh

ANIS PURWANTI

0910015026

Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik

Lab/SMF Ilmu Farmasi/Farmakoterapi

Fakultas Kedokteran

Universitas Mulawarman

2014

2

Page 3: Referat Betahisin Maleat

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................................................1

DAFTAR ISI...................................................................................................................................3

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................4

BAB 1. PENDAHULUAN..............................................................................................................5

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................14

3

Page 4: Referat Betahisin Maleat

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. karena hanya atas

berkah, rahmat dan hidayah-Nya Referat “Betahistin Maleat” ini dapat diselesaikan

tepat pada waktunya. Referat ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas pada

program pendidikan profesi dokter di stase farmakologi. Referat ini disusun dari

berbagai sumber ilmiah sebagai hasil dari belajar mandiri. Dalam proses penyusunan

referat ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Para dosen pembimbing di stase farmakologi

2. Teman-teman sekelompok stase farmakologi

3. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu

Penulis mengharapkan agar referat ini dapat berguna baik bagi penulis sendiri

maupun bagi pembaca.

Tentunya referat ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, saran serta kritik

yang membangun penulis harapkan demi tercapainya kesempurnaan dari isi referat

ini.

Samarinda, 10 Oktober 2014

Penulis

4

Page 5: Referat Betahisin Maleat

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Histamin (HA) adalah neurotransmitter modulator yang meregulassi beberapa

fungsi sereberal. Pada mamalia neuron histaminergik terletak spesifik di nuckei

hipotalamus posterior. HA memiliki khasiat farmakologi yang hebat, antara lain dapat

menyebabkan vasodilatasi yang kuat  dari kapiler-kapiler, serentak dengan konstriksi

(penciutan) dari vena-vena dan arteri-arteri, sehingga mengakibatkan penurunan

tekanan darah perifer. Sehubungan dengan sirkulasi darah yang tidak sempurna ini,

maka  diuresis dihalangi. Juga permeabilitas dari kapiler-kapiler menjadi lebih tinggi,

artinya lebih mudah ditembusi,  sehingga cairan dan protein-protein plasma dapat

mengalir ke cairan diluar sel dan menyebabkan udema. Disamping  ini organ-organ

yang memiliki otot-otot licin, sebagai kandungan dan saluran lambung usus,

mengalami konstriksi, sehingga menimbulkan rasa nyeri, muntah-muntah, diare.

Begitu pula di paru-paru terjadi konstriksi dari bronkous dengan akibat nafas menjadi

sesak (dyspnoe) atau timbulnya serangan asma. Histamin juga mempertinggi sekresi

kelenjar-kelenjar, misalnya ludah, asam dan getah lambung, air mata  dan juga

adrenalin. Dalam keadaan normal jumlah histamin dalam darah adalah sedikit sekali,

sehingga tidak menimbulkan efek-efek tersebut diatas. Histamine bekerja dengan

menduduki reseptor pada sel yang terdapat pada permukaan membrane. Saat ini

didapatkan 3 jenis reseptor histamine H1, H2, dan H3, reseptor tersebut termasuk

golongan reseptor yang berpasangan dengan protein G. Pada otak, H1 dan H2 terletak

pada membrane pascasinaptik. Aktivasi H1 yang terdapat pada endotel dan sel otot

polos menyebabkan kontraksi otot polos, meningkatkan permeabilitas pembuluh

darah dan sekresi mucus. Histamine juga berperan sebagai neurotransmitter dalam

susunan saraf pusat.

5

Page 6: Referat Betahisin Maleat

Reseptor H2 didapatkan pada mukosa lambung, sel otot jantung, dan beberapa

sel imun. Aktivasi reseptor H2 terutama menyebabkan sekresi asam lambung. Selain

itu juga berperan dalam menyebabkan vasodilatasi dan flushing. Histamine

menstimulasi sekresi asam lambung, meningkatkan kadar cAMP, dan menurunkan

kadar cGMP, sedangkan antihistamin H2 menghambat efek tersebut. Pada otot polos

bronkus aktivasi reseptor H1 oleh histamine menyebabkan bronkokonstriksi,

sedangkan aktivasi reseptor H2 oleh agonis reseptor H2 akan menyebabkan relaksasi.

Reseptor H3 berfungsi sebagai penghambat umpan balik pada berbagai

system organ. Aktivasi reseptor H3 yang didapatkan pada berbagai daerah di otak

mengurangi penglepasan transmitter baik histamine maupun norepinefrin, serotonin,

dan asetilkolin. Meskipun agonis reseptor H3 berpotensi untuk digunakan antara lain

sebagai gastroprotektif dan antagonis reseptor H3 antara lain berpotensi untuk

digunakan sebagai antiobesitas. Sewaktu diketahui bahwa histamine mempengaruhi

banyak efek fisiologik dan patologik, maka dicarikan obat yang dapat

mengantagoniskan efek efek histamine.

Antihistamin dalam dosis terapi, efektif untuk mengobati edema, eritem dan

pruritus, tetapi tidak dapat melawan efek hipersekresi asam lambung akibat histamin.

Antihistamin tersebut digolongkan dalam antihistamin penghambat reseptor H1

(AH1) Setelah tahun 1972 ditemukan kelompok antihistamin yang dapat menghambat

sekresi asam lambung akibat histamin. Antihistamin ini digolongkan sebagai

antihistamin penghambat H2(AH2). Antihistamin penghambat reseptor H3 (AH3)

berfungsi mengurangi pelepasan transmitter baik histamine maupun noreepinefrin,

serotonin dan asetilkolin. Ketiga jenis antihistamin ini bekerja secara kompetitif yaitu

dengan menghambat interaksi histamin dan reseptor histamin H1, H2 atau H3.

Setelah itu, terdapat banyak usaha untuk menemukan obat baru yang mampu

menghambat ketiga reseptor dengan berbagai kekuatan dan spesifitasnya.

6

Page 7: Referat Betahisin Maleat

1.2 Tujuan Penulisan

Agar mahasiswa dapat mengetahui betahistin maleat berdasarkan:

1. Morfologi

2. Farmakodinamik

3. Farmakokinetik

4. Dosis obat

5. Bentuk dan sediaan obat

6. Indikasi

7. Kontraindikasi

8. Efek samping dan toksisitas

9. Interaksi obat

1.3 Manfaat Penulisan

Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa dan pembaca mengenai obat

golongan histamine dan anti histamine sehingga dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya

dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan kondisi pasien.

7

Page 8: Referat Betahisin Maleat

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Morfologi Obat

Betahistin merupakan 2- [2-(metilamino)etil] pyridine. Struktur ini mirip

mempunyai kemiripan dengan penethylamin dan histamine.

2.2 Farmakodinamik

Betahistin adalah salah satu obat yang sekarang ditulis pada resep pasien

dengan gangguan kehilangan vestibular dan untuk pengobatan simptomatik vertigo

dan khususnya meniere. System vestibular sangat sensitive terhadap perubahan

konsentrasi O2 dalam darah, oleh karena itu perubahan aliran darah yang mendadak

dapat menimbulkan vertigo. Vertigo tidak akan timbul bila hanya ada perubahan

konsentrasi O2 saja tetapi harus ada factor lain yang menyertai, misalnya sklerosis

pada salah satu arteri auditiva interna atau salah satu arteri tersebut terjepit. Meniere

8

Page 9: Referat Betahisin Maleat

itu sendiri disebabkan karena adanya hidrops endolimfa pada koklea dan vestibulum.

Hidrops yang terjadi mendadak dan hilang timbul diduga disebabkan karena

meningkatnya tekanan hidrostatik pada ujung arteri, berkurangnya tekanan osmotic di

dalam kapiler, meningkatnya tekanan osmotic ruang ekstrakapiler, jalan keluar sakus

endolimfatikus tersumbat, sehingga terjadi penimbunan cairan endolimfa, sehingga

pengobatan pada penyakit ini dengan cara memberikan obat-obat vasodilator perifer

untuk megurangi tekanan hidrops endofimfa. Betahistin merupakan salah satu

struktur analog HA dengan lemahnya reseptor histamine agonist H1 dan lebih potensi

pada reseptor antagonist H3. Betahistin mempunyai afinitas yang kuat terhadap

antagonist reseptor H3 (AH3) dan agonist lemah pada reseptor histamine 1 (H1).

Betahistin menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah pada telinga bagian dalam

dengan cara menghilangkan atau meringankan tekanan pada kelebihan cairan di

telinga bagian dalam.

Betahistin mempunyai dua mekanisme kerja. Mekanisme betahistin yang

pertama secara langsung menstimulasi reseptor H1 di pembuluh darah pada telinga

bagian dalam sehingga terjadi vasodilatasi local dan kenaikan permeabilitas dengan

demikian menghilangkan endolymphatic hydrops. Efek betahistin pada pembuluh

darah besar menyebabkan konstriksi pembuluh darah besar yang intensitasnya

berbeda antar spesies. Pada binatang pengerat, konstriksi juga terjadi pada pembuluh

darah yang lebih kecil, bahkan pada dosis yang besar vasokonstriksi menutupi efek

vasodilatasi kapiler sehingga justru terjadi peningkatan resistensi perifer. Afinitas

histamine terhadap reseptor H1 amat kuat, efek vasodilatasi cepat timbul dan

berlangsung singkat. Akibatnya, pemberian AH1 dosis kecil hanya dapat

menghilangkan efek dilatasi oleh histamine dalam jumlah kecil.

Mekanisme betahistin yang kedua yaitu antagonist histamine pada reseptor

histamine 3 (AH3). Reseptor H3 berfungsi sebagai penghambat umpan balik pada

berbagai system organ. Aktivasi reseptor H3 yang didapatkan pada berbagai daerah

di otak mengurangi penglepasan transmitter baik histamine maupun norepinefrin,

serotonin, dan asetilkolin. AH3 menghambat histamine dengan cara meningkatkan

9

Page 10: Referat Betahisin Maleat

neurotransmitter seperti norepinefrin, serotonin, dan asetilkolin dari ujung-ujung

serabut saraf. Asetilkolin menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah dengan bekerja

langsung pada reseptor muskarinik M3 yang terdapat di prasinaps saraf adrenergic

pada endotel dan akan berdifusi ke jaringan dibawahnya sehingga menyebabkan otot

pembuluh darah relaksasi. Serotonin langsung menstimulasi otot polos dan serabut

saraf. Kedua efek ini sulit untuk dipisahkan. Dalam otot rangka terdapat efek

vasodilatasi, tetapi efek secara keseluruhan sebenarnya sesuatu peningkatan resistensi

perifer. Mekanisme ini yang menyebabkan terjadi efek vasodilatasi yang lebih kuat

pada betahistin di telinga bagian dalam sehingga mengakibatkan pelebaran spinchter

prekapiler sehingga meningkatkan aliran darah pada telinga bagian dalam.

Peningkatan aliran darah di koklea dilaporkan setelah pemberian sistemik

betahistin. Dari hasil penelitian menyebutkan terjadi vasodilatasi arteri inferior

anterior sereberal yang dapat menerangkan bahwa induksi betahistin meningkat di

aliran darah koklea dihubungkan dengan peningkatan konduktivitas vascular dan

penurunan tekanan darah di sistemik. Efek ini muncul pada keterlibatan reseptor

histamine H1, heteroreseptor histamine H3 presinaptik, danreseptor alpha 2 autonom,

terakhir di telinga bagian dalam marmot. Penelitian efek betahistin pada persiapan

isolasi katak dikanal posterior semi sirkularis dan ditemukan penurunan kerusakan

dari reseptor ampula ketika obat diberikan melalui cairan perilimfatik, efeknya dapt

melibatkan reseptor HA di system vestibular perifer. Keuntungan utama betahistin

adalah tidak ada efek sedative yang ditemukan pada pemberian di hewan ataus ubjek

yang sehat

2.3 Farmakokinetik

Betahistin secara cepat di absorbsi melalui oral dan mencapai kadar maksimal

dalam plasma darah 3-4 jam. Betahistin di ekskresi di urin dalam waktu 24 jam.

Ikatan dengan plasma protein sangat rendah. Betahistin akan berubah dalam bentuk

10

Page 11: Referat Betahisin Maleat

aminotilpiridine dan hidroksitilpiridine dan di ekskresi di urin dalam bentuk asam

piridilacetik.

2.3 Dosis Obat

Dewasa 1-2 tab 3x/hari, berikan sesudah makan

Maksimal 15 tab/kasus.

2.4 Bentuk Sediaan Obat

Betahistin tersedia dalam bentuk

1. Tablet, 6 mg, 12 mg

2. Kapsul, 6 mg

3. Tablet salut selaput, 6 mg

Merk betahistin yang terdapat di Indonesia

1. Darvon Pharos, Rp. 264.000

2. Histigo Ifars, Rp. 72.600

3. Lexigo (Molex Ayus), Rp. 30.0000/box

4. Merislon Eisai, Rp. 241.564 (6 mg), Rp. 355.100 (12 mg)

5. Noverity (Novell Pharma), Rp.26.250

6. Verislon 6 (Mersifarma TM), Rp. 130.000

2.5 Indikasi

1. Vertigo

2. Pusing yang berhubungan dengan gangguan keseimbangan yang terjadi pada

gangguan sirkulasi darah atau sindrom meniere

11

Page 12: Referat Betahisin Maleat

3. Penyakit meniere

4. Tinitus

5. Ketulian yang berhubungan dengan sindrom meniere

2.6 Kontraindikasi

1. Penderita feokromositoma

2. Pasien asma

3. Tukak Peptik atau riwayat tukak peptic

4. Hamil dan laktasi

5. Anak < 2 tahun

2.7 Efek samping dan Toksisitas

1. Mual

2. Muntah

3. Ruam kulit dan reaksi hipersensitivitas pada kulit

4. Gangguan GI track

5. Sakit kepala

Toksisitas betahistin bervariasi dari gejala yang ringan sampai berat. Gejala

ringan (< 640 mg) meliputi:mulut kering, dyspepsia, nyeri perut dan somnolen.

Gejala toksisitas berat (>640 mg) menyebabkan gangguan pada jantung dan paru.

12

Page 13: Referat Betahisin Maleat

2.8 Interaksi obat

Tidak ada data interaksi obat dengan betahistin maleat.

13

Page 14: Referat Betahisin Maleat

14

Page 15: Referat Betahisin Maleat

BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Betahistin maleat mempunyai mekanisme kerja sebagai agonist histamine

lemah dan antagonist histamine pada reseptor histamine 3 (AH3), dan obat ini

digunakan untuk mengobati pasien dengan keluhan vertigo, pusing dan ketulian

akibat gangguan keseimbangan pada sindrom meniere.

3.2 Saran

Mekanisme betahistin ini masih sepenuhnya belum diketahui, untuk itu

diharapkan agar terus mencari informasi terbaru mengenai betahistin dan interaksi

dengan obat lain yang masih belum diketahui

15

Page 16: Referat Betahisin Maleat

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2007. Betahistine in the treatment of meniere disease, 2 (4), 429-440.

Diambil kembali dari

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2655085/

Dzadziola, J.K., Laurikainen, E., Rachel, J.D. 1999. Betahistine increase vestibular

blood flow. Science Direct. Vol 120 pages 400-405. Diambil kembali dari

http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0194599899702834

Formularium Obat IN Health, Edisi VI. 2014. Diambil kembali dari www.

Inhealth.co.id

Tjay, T.H, Rahardja, K. 2010. Obat – Obat Penting, Edisi VI. Jakarta; PT Elex Media

Komputindo

Katzung, B. G. 1998. Farmakologi Dasar dan Klinik, Edisi VI. Jakarta: EGC

MIMS. 2014. Petunjuk Konsltasi. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer

Mycek, M.J, Harvey, R.A. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar. Jakarta: Widya

Medika

Otolaryngology Head and Neck Surgeron. Betahistin Incuced Changes of In Vivo

Vestibular Blood Flow. 1995.

http://oto.sagepub.com/content/113/2/P74.2.extract#

Staf Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI, Edisi V. 2007. Farmakologi

dan Terapi . Jakarta: Gaya Baru

16

Page 17: Referat Betahisin Maleat

17