Referat Aterosklerosis Ditto

63
REFERAT ATEROSKLE ROSIS OLEH : Adhito Karistomo 1102009008 PEMBIMBING : Dr. Ade Netra Kartika, SpPD

description

makalah ateroskeloris

Transcript of Referat Aterosklerosis Ditto

REFERAT

ATEROSKLEROSIS

OLEH :

Adhito Karistomo 1102009008

PEMBIMBING :

Dr. Ade Netra Kartika, SpPD

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAMPERIODE 4 AGUSTUS 2014 4 OKTOBER 2014RUMAH SAKIT TK.II MOH. RIDWAN MEURAKSAKESDAM JAYAJAKARTA

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan karunia-Nya, sehingga dapat menyelesaikan penulisan tugas referat yang berjudul ATEROSKLEROSIS. Referat ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan kepaniteraan di bagian ilmu penyakit dalam di RS. TK II Moh. Ridwan Meuraksa Jakarta. Terwujudnya referat ini adalah berkat bantuan dan dorongan berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :1. Dr. Ade Netra Kartika, SpPD2. Dr. Eny Ambarwati, Sp.PD, FINASIM3. Dr. Andi Sutanto, Sp.PD, FINASIM4. Dr. Librantoro, Sp.JP, FIHA5. Dr. Endah Aryastuti , Sp.P6. Seluruh Staf di Klinik Bagian Ilmu Penyakit Dalam

Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sehingga penyusunan ini dapat lebih baik sesuai dengan hasil yang diharapkan.Akhir kata dengan mengucapkan Alhamdulillah, semoga Allah SWT selalu meridhoi kita semua dan tulisan ini dapat bermanfaat.

Jakarta, September 2014

( Adhito Karistomo )

DAFTAR ISIHalamanKATA PENGANTAR ...............................1DAFTAR ISI ..............2BAB I. PENDAHULUAN .................3BAB II. ATEROSKLEROSIS.................................................................................71. Definisi...............................................72. Epidemiologi......................................................93. Etiologi.........................................................................................................114. Faktor Resiko..............................................................................................115. Patofisiologi............................................................................................186. Manifestasi klinik...................................................................................217. Kriteria diagnostik.................................................................................248. Pemeriksaan penunjang...........................................................................259. Penatalaksanaan......................................................................................2810. Pencegahan..............................................................................................3311. Prognosis.................................................................................................34BAB III. KESIMPULAN ..................................................................................36DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................37

BAB I PENDAHULUAN

Arteri adalah pembuluh darah yang membawa oksigen dan nutrisi dari jantung ke anggota tubuh yang lain. Ciri-ciri arteri yang sehat yaitu fleksibel, kuat dan elastis. Lapisan permukaan dalamnya licin sehingga darah dapat mengalir tanpa batasan. Tetapi, suatu waktu, terlalu banyak tekanan pada arteri dapat menyebabkan dinding pembuluh darah menjadi tebal dan kaku, akhirnya akan membatasi darah yang mengalir ke organ dan jaringan. Proses ini disebut arteriosklerosis atau pengerasan pembuluh arteri. Aterosklerosis adalah bentuk umum dari ateriosklerosis. Meskipun kedua istilah tersebut dalam aplikasinya dapat saling menggantikan. Aterosklerosis merupakan pengerasan pembuluh darah arteri yang disebabkan karena penumpukkan simpanan lemak (plak) dan substansi lainnya. Beberapa penelitian menggambarkan perbedaan antara ateriosklerosis, atherosklerosis,and arteriolosklerosis. Dalam konteks ini, atherosklerosis digunakan ketika mengacu pada arteri utama yang lebih besar, dan arteriolosklerosis digunakan ketika mengacu pada arteriol, sedangkan arteriosklerosis merupakan induk dari kedua terminologi di atas. Arteriosklerosis (pengerasan arteri utama) diakibatkan dari suatu simpanan yang tidak mudah rusak dan kolagen yang kaku di dalam dinding pembuluh darah di sekitar ateroma. Hal ini meningkatkan kekakuan dan menurunkan elastisitas dinding arteri. Arteriolosklerosis (pengerasan arteri kecil, arteriol) adalah hasil dari penyimpanan kolagen, penebalan dinding otot dan penyimpanan protein ( hyaline). Aterosklerosis adalah penyakit yang sangat progresif yang menyebabkan mengerasnya pembuluh arteri karena sumbatan oleh kolesterol teroksidasi. Atherosklerosis ini tidak jarang sudah mulai terjadi sejak usia masih sangat muda. Proses mengerasnya pembuluh darah merupakan suatu proses yang berjalan perlahan-lahan namun pasti. Diperkirakan bahwa atherosklerosis berawal sebagai atheroma, yaitu tumor jinak (nonkanker) sel-sel otot polos di dalam dinding pembuluh darah. Sel-sel ini bermigrasi dari lapisan otot pada pembuluh darah ke posisi tepat di bawah lapisan endothel, sel-sel tersebut terus membelah diri dan membesar. Kemudian, kolesterol dan lemak yang menumpuk di sel-sel otot polos abnormal ini membentuk plak. Plak terbentuk dari simpanan substansi lemak, kolesterol sisa metabolisme sel, kalsium dan fibrin. Substansi-substansi ini dapat berkembang pada arteri sedang atau aorta. Kerusakan dinding pembuluh yang parah akibat terkena plak ini menjadi keras dan kehilangan elastisitasnya. Keadaan seperti ini disebut pengerasan arteri. Atherosklerosis bukanlah penyakit yang baru dikenal. Pembuluh darah mummi Mesir, lebih dari 3500 tahun yang lalu, ternyata telah mengidap penyakit ini. Otopsi pertama yang dilakukan pada tahun 1931 menunjukkan adanya tanda-tanda pengapuran pada pembuluh koroner seorang wanita mummi wanita berusia 50 tahun. Otopsi pada 200 serdadu yang mati muda dalam perang Korea menunjukkan 50 persen serdadu itu menunjukkan tanda-tanda pengapuran pada pembuluh koronernya walaupun mereka tidak mempunyai keluhan sama sekali. Di Amerika Serikat, 46 persen dari anak muda yang mati karena kecelakaan lalu lintas ternyata sudah mengidap pengapuran koroner yang nyata, tetapi tetap tanpa gejala yang nyata. Jumlah penderita atherosklerosis di era globalisasi dan industrialisasi cenderung meningkat. Pada dekade terakhir ini penyakit jantung dan pembuluh darah yang didasari oleh atherosklerosis berkembang menjadi pembunuh utama di Indonesia. Dari penelitian menunjukkan, penyebab kematian dari penduduk dunia yang diteliti adalah jantung (42,9 persen), stroke (25,9 persen), penyakit paru dan asma (12,5 persen), kanker (5,4 persen), dan penyakit lain (kurang dari empat persen). Salah satu penyebab fenomena ini adalah pola hidup masyarakat yang tidak sehat .Studi yang dilakukan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 1976 menyimpulkan bahwa progresi pengapuran koroner bertambah sebesar 3 persen per tahun sejak usia seseorang melewai 20 tahun. Kenyataan ini membuktikan bahwa progresivitas pengapuran pembuluh koroner sesungguhnya memang menggulir diam-diam dan senantiasa membawa bahaya laten. Check up menjadi penting, terutama bagi seseorang yang sudah melewati usia 40 tahun. Dengan demikian, progresivitas penyakit ini dapat di cegah sedini mungkin. Di negara-negara Barat aterosklerosis merupakan sebagian besar bentuk dari penyakit jantung. Lebih dari 1 1/2 dari semua penderita yang meninggal merupakan hasil langsung maupun tidak langsung dari aterosklerosis.

1.2 Masalah1. Apa yang dimaksud dengan aterosklerosis? 2. Bagaimana mekanisme terbentuknya aterosklerosis? 3. Apa penyebab aterosklerosis? 4. Apa gejala dan tanda dari aterosklerosis? 5. Siapa yang memiliki factor resiko terhadap aterosklerosis? 6. Bagaimana cara mendiagnosis aterosklerosis? 7. Bagaimana perlakuan ( treatment ) terhadap aterosklerosis? 8. Bagaimana cara mencegah aterosklerosis?

1.3 Tujuan1. Menjelaskan pengertian aterosklerosis. 2. Memahami mekanisme terbentuknya aterosklerosis. 3. Mengetahui penyebab aterosklerosis. 4. Menjelaskan gejala dan tanda dari aterosklerosis. 5. Mengetahui faktor resiko terhadap aterosklerosis. 6. Menjelaskan cara mendiagnosis aterosklerosis. 7. Menjelaskan cara perlakuan terhadap aterosklerosis. 8. Mengetahui cara mencegah dan menghindari aterosklerosis.

1.4 Manfaat1. Menambah khazanah ilmu pengetahuan kedokteran khususnya tentang aterosklerosis2. Memberikan informasi kepada mahasiswa kedokteran mengenai atherosklerosis

BAB IIATEROSKLEROSIS

2.1 Definisi

Aterosklerosis adalah perubahan dinding arteri yang ditandai akumulasi lipid ekstrasel, recruitment dan akumulasi lekosit, pembentukan sel busa, migrasi dan proliferasi miosit, deposit matriks ekstrasel, akibat pemicuan patomekanisme multifaktor yang bersifat kronik progresif, fokal atau difus, bermanifestasi akut maupun kronis, serta menimbulkan penebalan dan kekakuan arteri. Aterosklerosis disebabkan faktor genetik serta intensitas dan lama paparan faktor lingkungan (hemodinamik, metabolik, kimiawi eksogen, infeksi virus dan bakteri, faktor imunitas dan faktor mekanis), dan atau interaksi berbagai faktor tersebut.Atherosklerosis berasal dari kata athero yang dalam bahasa Yunani ( athera ) suatu bentuk gabung yang menunjukan degenerasi lemak atau hubungan dengan atheroma. Sedangkan sklerosis dalam bahasa Yunani berarti indurasi dan pengerasan; seperti pengerasan sebagian peradangan, pembentukan jaringan ikat meningkat atau penyakit zat intersisial. Atherosklerosis adalah suatu penyakit yang menyerang pembuluh darah besar maupun kecil dan ditandai oleh kelainan fungsi endotelial, radang vaskuler, dan pembentukan lipid, kolesterol, zat kapur, bekas luka vaskuler di dalam dinding pembuluh intima. Pembentukan ini meyebabkan plak, pengubahan bentuk vaskuler, obstruksi luminal akut dan kronis, kelainan aliran darah, pengurangan suplai oksigen pada organ atau bagian tubuh tertentu. Plak terbentuk dari lemak, kolesterol, kalsium, dan subtansi lain yang ditemukan dalam darah. Ketika itu tumbuh, membentuk plak di bagian dalam arteri, dan pada saatnya dapat membatasi aliran darah. Ada dua jenis plak:-Stabil dan keras -Tidak stabil dan lembut. Plak yang keras menyebabkan pengerasan dan penebalan dinding pembuluh darah. Plak yang lembut lebih memungkinkan untuk pecah dan terlepas dari dinding pembuluh darah dan masuk aliran darah. Hal ini dapat menyebabkan penggumpalan darah yang dapat secara parsial atau total memblok aliran darah di dalam arteri. Ketika hal ini terjadi, organ yang disuplai oleh arteri yang terblok akan kekurangan nutrisi dan oksigen. Akibatnya sel organ tersebut akan mati atau menderita kerusakan yang parah.

Aterosklerosis adalah penyakit yang sangat progresif yang dapat dimulai pada masa kanak-kanak. Aterosklerosis dapat mempengaruhi arteri di otak, hati, ginjal, lengan dan kaki. Karena terjadi pembentukan plak, hal ini dapat menyebabkan penyakit yang serius dan komplikasi. Seperti : Penyakit arteri coronaria1. Angina 2. Serangan Jantung3. Mati mendadak Penyakit Cerebro Vaskuler1. Stroke 2. Transient ischemic attack (TIA) atau mini stroke

2.2 Epidemiologi

Frekuensi terjadinya aterosklerosis yang sebenarnya sangat sulit untuk ditentukan karena sebagian besar menunjukkan gejala yang asimptomatis. Proses aterosklerosis sendiri dimulai pada masa kanak-kanak yang ditandai dengan timbulnya fatty streaks yang akan terus berkembang sampai usia remaja. Lesi tahap lanjut mulai timbul pada dekade kedua dan bermanifestasi klinis pada dekade keempat dan kelima. Aterosklerosis paling sering terjadi pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan. Tingginya prevalensi pada laki-laki disebabkan karena adanya efek protektif hormon seks pada perempuan dan efek ini akan hilang setelah menopause. Kebanyakan kasus aterosklerosis terjadi pada pasien umur 40 tahun ke atas. Di Amerika Serikat, sekitar 14 juta orang mengalami CAD dan berbagai komplikasi. Gagal jantung kongestif (CHF) yang berkembang karena kardiomiopati iskemik pada penderita hipertensi MI telah menjadi diagnosis debit paling umum untuk pasien di rumah sakit Amerika. Sekitar 80 juta orang, atau 36.3% penduduk, memiliki penyakit kardiovaskular.Setiap tahun, sekitar 1.5 juta orang Amerika memiliki AMI, sepertiga dari mereka mati. Dalam 2009, 785,000 Amerika diperkirakan telah menderita MI pertama, dan tentang 470,000 Amerika diperkirakan memiliki peristiwa berulang. Tambahan 195,000 diam serangan jantung diperkirakan terjadi setiap tahun. Tentang setiap 34 detik, seorang Amerika akan memiliki MI. CAD tetap nomor 1 penyebab kematian untuk pria dan wanita di Amerika Serikat dan bertanggung jawab untuk sekitar 20% dari semua kematian AS. Dari 1995-2005, tingkat kematian akibat CAD menurun 34.3%, namun jumlah sebenarnya kematian menurun hanya 19.4%.Insiden internasional ACS dan AMI, terutama di negara maju, mirip dengan yang diamati di Amerika Serikat. Meskipun konsumsi makanan kaya, penduduk Perancis dan wilayah Mediterania tampaknya memiliki insiden lebih rendah dari CAD. Fenomena ini (kadang-kadang disebut paradoks Perancis) sebagian dijelaskan oleh penggunaan lebih besar alkohol, dengan kemungkinan manfaatnya meningkatkan HDL-, dan dengan konsumsi diet Mediterania, termasuk penggunaan utama dari asam lemak tak jenuh tunggal, seperti minyak zaitun atau minyak canola, serta omega-3 lemak asam, yang kurang aterogenik. Eskimo telah ditemukan memiliki prevalensi yang lebih rendah dari CAD sebagai akibat dari mengkonsumsi minyak ikan mengandung omega-3 asam lemak.Frekuensi penyakit jantung koroner di Timur Jauh secara signifikan lebih rendah daripada yang mendokumentasikan di Barat. Tidak jelas alasan genetik untuk fenomena ini mungkin ada, tetapi bunga yang signifikan mengelilingi peran diet dan faktor lingkungan lainnya dalam ketiadaan penyakit vaskular aterosklerotik klinis dalam populasi. Penyakit kardiovaskular aterosklerotik juga jarang di benua Afrika, meskipun bukti yang berkembang menunjukkan bahwa ini juga berubah, sebagai akibat dari westernisasi yang cepat dan urbanisasi dari populasi Afrika tradisional pedesaan dan agraria. Prevalensi penyakit jantung koroner juga meningkat di Timur Tengah, India, dan Tengah dan Amerika Selatan.Tingkat CAD dalam populasi imigran etnis di Amerika Serikat pendekatan yang penyakit dalam putih, mendukung peran faktor-faktor lingkungan putatif.

2.3 Etiologi

Pada atherosklerosis, dinding arteri menjadi keras dan tebal, kadang-kadang mengacau sirkulasi aliran darah. Kondisi ini merupakan akibat dari proses penuaan alami dari atherosklerosisPara ilmuan belum mengetahui secara pasti bagaimana mekanisme aterosklerosis terjadi ataupun penyebabnya. Penyakit ini berkembang bertahap dan komplek Banyak ilmuwan berpikir hal ini dimulai dengan kerusakan pada lapisan yang paling dalam dari arteri yang disebut endhotelium. Penyebab dari kerusakan endhotlium meliputi Peningkatan kadar kolesterol Tekanan darah tinggi Virus Reaksi alergi Bahan-bahan iritan, seperti nikotin atau drugs atau terlalu banyak homocystein (suatu asam amino yang terdapat pada darah) Penyakit tertentu, seperti diabetes

2.4 Faktor Resiko

Meskipun ilmuwan tidak mengetahui secara pasti penyebab terjadinya atherosklerosis, namun mereka mengetahui bahwa pada kondisi-kondisi tertentu dapat meningkatkan resiko terjadinya atherosklerosis.Beberapa faktor resiko dari penyakit aterosklerosis, yaitu sebagai berikut :1. Faktor risiko biologis yang tak dapat diubah, yaitu: usia, jenis kelamin, ras, dan riwayat keluarga. Risiko aterosklerosis koroner meningkat dengan bertambahnya usia; penyakit yang serius jarang terjadi sebelum usia 40 tahun. Tetapi hubungan antara usia dan timbulnya penyakit mungkin hanya mencerminkan lebih panjangnya lama paparan terhadap faktor- faktor aterogenik. Wanita agaknya relatif kebal terhadap penyakit ini sampai menopause, dan kemudian menjadi sama rentannya seperti pria; diduga oleh adanya efek perlindungan estrogen. Orang Amerika-Afrika lebih rentan terhadap aterosklerosis daripada orang kulit putih. Riwayat keluarga yang positif terhadap penyakit jantung koroner (saudara atau orang tua yang menderita penyakit ini sebelum usia 50 tahun) meningkatkan kemungkinan timbulnya aterosklerosis prematur. Pentingnya pengaruh genetik dan lingkungan masih belum diketahui. Komponen genetik dapat diduga pada beberapa bentuk aterosklerosis yang nyata, atau yang cepat perkembangannya, seperti pada gangguan lipid familial. Tetapi, riwayat keluarga dapat pula mencerminkan komponen lingkungan yang kuat, seperti misalnya gaya hidup yang menimbulkan stres atau obesitas.

2. HiperkolesterolemiaPada keadaan hiperkolesterolemi terdapat gangguan homeostasis pembuluh darah yang disebabkana. Penurunan produksi NO akibat ganguan transduksi sinyal protein G1-2b. Peningkatan produksi anion superoksida melalui protein kinase C yang merusak NO.c. Peningkatan reaktivitas Endothelind. Peningkatan adhesi sel akibat peningkatan ekspresi NFKB melalui peningkatan produksi anion superoksidae. Penurunan endothelium dependent vasodilatation.f. Peningkatan adhesi dari monosit bila disertai dengan diabetes mellitus

3. Hipertrigliseridemia Masih merupakan perdebatan antara para ahli, apakah konsentrasi trigliserida plasma yang meningkat adalah faktor resiko terjadinya penyakit kardiovaskuler3. Diabetes melitusPada diabetes mellitus terjadi peningkatan aktivitas enzim aldosa reduktase yang diperlukan untuk mengubah glukosa yang tinggi menjadi sorbitol. Peningkatan aktivitas aldosa reduktase menyebabkan peningkatan konversi NADPH yang tereduksi menjadi bentuk teroksidasi NADP. Pemakaian NADPH akan berakibat penurunan produksi NO dan anti oksidan. Penurunan anti oksidan akan menyebabkan radikal bebas yang harusnya didetoksifikasi oleh antioksidan berinteraksi dengan NO menjadi peroksinitrit (NOO) yang dapat merusak pembuluh darah. Ketidakseimbangan inilah yang disebut stres oksidatif. Kadar glukosa yang tinggi juga menyebabkan terjadinya reaksi glikosilasi dengan protein dan molekul lain yang mengandung gugus amin sehingga menghasilkan advance glycocylation end product (AGE). AGE akan berikatan dengan reseptor pada endotel makrofag. Ikatan dengan endotel akan meningkatkan ekspresi ICAM, vascular adhesion molecule 1, dan E-selektin yang memudahkan terjadi adhesi monosit. Monosit yang menempel tersebut akan bermigrasi ke subendotel dan berikatan dengan LDL teroksidasi, sehingga membentuk foam cell yang akan berkembang menjadi fatty streak.Low Density Lipoprotein (LDL) teroksidasi akan mengaktivasi sel limfosit T yang berakibat menurunnya densitas dan fungsi otot polos, sehingga sintesa matriks menurun. Juga akan mengaktivasi makrofag untuk mengeluarkan enzim proteolitik seperti matriks metalloproteinase, sehingga menyebabkan peningkatan degradasi matriks. Peningkatan degradasi matriks dan penurunan sintesis matriks tersebut akan memudahkan ruptur plak4. HipertensiBila tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg. Berpengaruh buruk pada pria dan wanita dengan komponen diastol sebagai faktor terpenting. Pengaruh hipertensi pada perkembangan aterosklerosis masih belum jelas, mungkin saat terjadi kerusakan pada endotel memungkinkan masuknya protein, lipoprotein, dan sel lain ke lapisan intima. Hipertensi menambah tekanan hidrodinamik intra arteri sehingga suatu saat dapat terjadi robekan pada plaque aterosklerosis, lalu berakibat trombosis akut dan obstruksi arteriPada keadaan hipertensi terdapat disfungsi endotel akibata. Peningkatan kadar anion superoksida (O2-) yang akan menyebabkan stress oksidatif dan dapat merusak NO.b. Penurunan bioavailabilitas prekursor sintetis NO (L arginin).c. Peningkatan angiotensi II menyebabkan peningkatan kadar O2- melalui peningkatan NADH/NADPH membran serta menyebabkan pertumbuhan sel otot polos vaskuler dengan menginduksi growth factor seperti PDGF, bFGF, dan TGT B1.d. Peningkatan endothelin-1 akibat peningkatan AII

5. Penyakit Jantung KoronerPada mulanya disebabkan oleh penumpukan lemak pada dinding dalam pembuluh darah jantung (pembuluh koroner), dan hal ini lama kelamaan diikuti oleh berbagai proses seperti penimbunan jarinrangan ikat, perkapuran, pembekuan darah, dll.,yang kesemuanya akan mempersempit atau menyumbat pembuluh darah tersebut. Hal ini akan mengakibatkan otot jantung di daerah tersebut mengalami kekurangan aliran darah dan dapat menimbulkan berbagai akibat yang cukup serius, dari Angina Pectoris (nyeri dada) sampai Infark Jantung, yang dalam masyarakat di kenal dengan serangan jantung yang dapat menyebabkan kematian mendadak6. Hiperhomosisteinemia Pasien penyakit ini beresiko mendapat penyakit oklusi vaskuler. Mekanisme : merusak sel endotel dan otot polos sehingga menunjang aterosklerosis. Kelainan ini Juga membantu kelainan koagulasi platelet7. Obesitas Penelitian ziccardia P20 membuktikan bahwa wanita dengan obesitas ditemukan adanya disfungsi endotel yang dihubungkan dengan peningkatan lemak tubuh, khususnya lemak viseral. Pada keadaan obesitas terjadi peningkatan mediator proinflamasi, seperti TNF-, IL-6, yang dapat meningkatkan ekspresi kemotaksis dan molekul adhesi pada endotel. Di samping itu juga ditemukan peningkatan vaskular adhesion molecule-1 (VCAM-1), ICAM-1 dan P-selektin. Peningkatan mediator tersebut memegang peran penting dalam terjadinya aterosklerosis. Penurunan berat badan menunjukkan adanya perbaikan endotel yang bermakna dan berkolerasi dengan penurunan sitokin. Petanda inflamasi dalam darah seperti CRP dapat dipakai untuk menduga keadaan kesehatan, terutama kejadian yang berhubungan dengan penyakit kardiovaskulerBelum merupakan faktor resiko yang spesifik, tetapi biasanya obesitas disertai oleh hipertensi, DM, hiperkolesterolemi, dan hipertrigliseridemi. Meningkatnya berat badan berhubungan dengan meningkatnya LDL dan menurunnya HDL kolesterol, sehingga kenaikan berat badan sering dikaitkan dengan munculnya faktor resiko8. MerokokMerupakan faktor resiko untuk terjadinya aterosklerosis dan penyakit jantung koroner. Mekanisme terjadinya disfungsi endotel pada perokok melalui mekanisme peningkatan interaksi trombosit dengan dinding pembuluh darah, penurunan ekspresi PGI2, peningkatan kadar kolesterol LDL teroksidasi, penurunan konsentrasi HDL, dan terjadinya stres oksidatif. Selain itu merokok juga menyebabkan peningkatan adhesi dan agregasi trombosit, meningkatkan kadar fibrogen, spasme arteri, dan menurunkan kapasitas oksigen darah.Banyak merokok maka kerusakan bertambah besar. Kematian karena penyakit kardiovaskular pada perokok berat 70 % lebih tinggi daripada non-perokok. Merokok berhubungan dengan penyakit serebrovaskular dan insidens lebih tinggi pada penyakit vaskular perifer. Faktor resiko perokok pasif adalah dua kali lipat pada istri dengan suami perokok daripada istri dengan suami non-perokok. Mekanisme terjadi kelainan kardiovaskular pada perokok akibat vasokonstriksi, agregasi platelet meningkat, dan hipoksemi vaskular yang tidak permanen.9. Kelakuan dan kepribadian Bahwa stress berlebihan berakibat aterosklerosis yang diawali dengan terjadinya disfungsi endotel, namun belum dibuktikan. Yang sedang dikaji bagaimana reaksi pasien terhadap stress, bahwa dengan marah berlebihan akan meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung.10. Aktifitas Jasmani Aktifitas jasmani yang teratur memberi potensi untuk mengurangi aterogenesis, seperti meningkatnya konsentrasi HDL kolesterol dan menurunnya tekanan darah. Tidak melakukan aktifitas jasmani adalah faktor resiko aterosklerosis, namun olahraga berlebihan tidak untuk mengatasi penyakit ini.11. HomosisteinuriaAdalah penyakit yang jarang dan diturunkan secara autosom resesif, serta menyebabkan penurunan aktivitas enzim cystathionine B sintetase . peningkatan kadar homosistein penderita ini mempunyai resiko aterosklerosis. Hal ini disebabkan karena pembentukan radikal bebas selama proses autooksidasi homosistein.

12. Shear StressPenelitian membuktikan bahwa shear stress (tekanan gesek) memegang peranan penting dalam mengatur fenotif endotel pada cabang arteri. Shear stress yang melebihi 15 dyne/cm2 menyebabkan penurunan ekspresi vasokonstriktor, growth factor, mediator inflamasi, molekul adhesi dan oksidan serta peningkatan produksi faktor vasodilator, inhibitor pertumbuhan, fibrinolitik, faktor antitrombosit, antioksidan. Sedangkan shear stress yang rendah (0-4 dyne/cm2 ) dapat meningkatkan ekspresi molekul adhesi, vasokonstriktor, prokoagulan, protrombotik, prooksidan, substansi proliferatif yang akan menyebabkan aterosklerosis13.PenuaanBertambahnya usia selalu berhubungan dengan peningkatan stress oksidatif14.Perubahan hormonal Insiden PJK meningkat pada wanita setelah melewati dekade ke-6, sedangkan sebelum dekade tersebut insidensnya separuh pada pria. Beberapa penelitian membuktikan bahwa hormon estrogen bersifat kardioprotektif terhadap wanita. Penelitian lain menunjukkan bahwa terapi estrogen dapat meningkatkan ekspresi NO dan PGI2 pada wanita pasca menopause. Sudah terbukti bahwa estrogen mempunyai sifat antioksidan. Pada wanita pascamenopause terjadi penurunan kolesterol HDL, peningkatan kolesterol LDL, peningkatan fibrinogen & penurunan antitrombin.Infeksi berperan pada patogenesis aterosklerosis dan infark miokard. Infeksi yang terjadi pada patogenesis PJK yaitu infeksi kronik herpes simplex virus (HSV-I), chlamydia pneumoniae (Cpn). Hal itu dapat dilihat dengan adanya peningkatan C-reactive protein (CRP).

2.5 PatofisiologiStruktur arteri yang sehat terdiri atas 3 lapisan, yaitu intima, media dan adventitia. Intima merupakan lapisan monolayer sel-sel endotel yang menyelimuti lumen arteri bagian dalam. Sel-sel endotel menutupi seluruh bagian dalam sistem vaskular hampir seluas 700 m2 dan dengan berat 1,5 kg. Sel endotel memiliki berbagai fungsi, diantaranya menyediakan lapisan nontrombogenik dengan menutupi permukaannya dengan sulfat heparan dan melalui produksi derivat prostaglandin seperti prostasiklin yang merupakan suatu vasodilator poten dan penghambat agregasi platelet(15). Rusaknya lapisan endotel akan memicu terjadinya aterosklerosis sebagaimana yang akan dijelaskan kemudian.Atherogenesis adalah proses pembentukan dari plak-plak atheroma. Hal tersebut ditandai dengan remodeling dari arteri yang bersamaan dengan akumulasi sel (terutama leukosit seperti monosit yang merupakan turunan makrophage) dan dimodifikasi oleh lipoprotein. Selanjutnya radang memacu ke arah pembentukan plak artheroma di dalam arteri intima, suatu daerah pada dinding sel yang terletak antara endothelium, media dan adventitia. Bagian utama dari lesi ini terdiri atas kelebihan lemak, sel, kolagen dan elastin. Pembuluh atherosklerosis mengalami pengurangan tekanan sistolik dan kecepatan penyebaran gelombang secara tidak normal. Atherosklerosis pembuluh arteri pada penderita hipertensi juga mengalami pengurangan elastisitas, yang mana pengurangan akan berlanjut ketika atherosklerosis berlangsung. Terdapat berbagai hipotesis tentang kejadian aterosklerosis, antara lain monoclonal hypothesis, lipogenic hypothesis dan response to injure hypothesis. Akhir-akhir ini, telah diajukan peran monosit sebagai awal lesi aterosklerosis. Penggabungan teori infiltrasi lemak dan kerusakan endotel paling banyak dianut. Namun yang banyak diperbincangkan adalah mengenai response to injure hypothesis sebagai berikut:

a. Stage A: Endothelial injureEndotelial yang intak dan licin berfungsi sebagai barrier yang menjamin aliran darah koroner lancar. Hipotesis "respons to injury" menyatakan bahwa aterosklerosis ialah reaksi terhadap jejas sel endotel kronik atau berulang-ulang disebabkan oleh hiperlipidemia, hipertensi ( meningkatnya tenaga mengiris ), merokok dan angiopati diabetik. Jejas endotel yang paling penting pada aterosklerosis menimbulkan kelainan struktur dan metabolik disfungsional tanpa menghilangnya sel-sel ini sehingga disfungsi endotel menambah permeabilitas terhadap unsur-unsur plasma, ttermasuk lipid, maupun melekatnya monosit dan trombosit ke endotel. Interaksi antara endotelial injure dengan platelet, monosit dan jaringan ikat (collagen), menyebabkan terjadinya penempelan platelet (platelet adherence) dan agregasi trombosit (trombosit agregation).b. Stage B: Fatty Streak Formation.Pembentukan fatty streak merupakan pengendapan kolesterol-kolesterol yang telah dioksidasi dan makrofag di bawah endothelium arteri. Low Density Lipoprotein (LDL) dalam darah akan menyerang endotel dan dioksidasi oleh radikal-radikal bebas pada permukaan endotel. Bersamaan dengan itu, monosit bermigrasi ke dalam intima, memakan lipid ( menjadi sel buih/ foam cells ) dan juga berproliferasi di dalam intima. Faktor berasal dai trombosit dan monosit yang diaktifkan ( misalnya PDGF, platelet-derived growth factor) menyebabkan migrasi otot polos dari media ke intima, diikuti oleh proliferasi dan sintesis matriks ekstraselular ( kolagen, seratbut elastis, proteoglikan ). Sel otot polos juga menimbun lipid ( terutama kolesterol ) sehingga menjadi sel buih. Oksidasi LDL lokal menyebabkannya menjadi lebih mudah dimakan oleh sel buih dan juga mempercepat aterogenesis oleh mekanisme lain. Makrofag menyumbang enzim, sitokin ( misalnya, IL-1, TNF ) dan unsur lain yang menyebarkan jejas. Lesi ini mulai tumbuh pada masa kanak-kanak, makroskopik berbentuk bercak berwarna kekuningan, yang terdiri dari sel-sel yang disebut foam cells. Sel-sel ini ialah sel-sel otot polos dan makrofag yang mengandung lipid, terutama dalam bentuk ester cholesterol.c. Stage C: Fibrosis Plaque FormationAkumulasi kolesterol dalam plaque sebaiknya dipandang sebagai ketidak-seimbagan antara influks dan efluks dari HDL membantu membersihkan kolesterol akumulasi ini.Formasi plak fibrosis terdiri atas inti atau central cholesterol dan tutup jaringan ikat (cap fibrous). Formasi ini memberikan dua gambaran tipe yaitu Stable fibrous plaque dan Unstable fibrous plaque.Ketika lapisan lemak dan fibrous plaque membesar dan membengkak/menonjol ke dalam lumen, subendothelium menjadi terekspos ke darah pada lokasi endothel yang terluka, sehingga terdapat kumpulan platelets dan bentukan dinding trombus. Pelepasan growth factor dari yang dikumpulkan platelet dapat meningkatkan proliferasi otot polos di dalam lapisan intima. Alternatif lain, suatu pecahan atheroma juga dapat menumpahkan kandungan lemaknya dan mencetuskan pembentukan suatu gumpalan darah (thrombus). Thrombus dapat menambah penyempitan atau bahkan menghambat arteri, atau mungkin lepas dan mengapung ke arah muara yang akan menyebabkan sumbatan (embolism)

2.6 Manifestasi klinikTanda dan gejala atherosklerosis biasanya berkembang secara bertingkat. Pertama, gejala muncul setelah adanya upaya yang kuat , ketika arteri tidak dapat menyuplai cukup oksigen dan nutrisi kepada otot.

ASPEK KLINIS

Gejala-gejala dari aterosklerosis umumnya bervariasi. Penderita aterosklerosis ringan dapat mengalami gejala infark myocard dan pasien yang menderita aterosklerosis tingkat lanjut dapat tidak mengalami gejala-gejala yang berarti. Jadi tidak ada perbedaan gejala-gejala klinis antara aterosklerosis yang ringan ataupun yang telah parah. Aterosklerosis dapat menjadi kronik dengan menunjukkan tanda-tanda kerusakan yang meningkat sebanding dengan umur (penyakit degeneratif) dan lamanya menderita aterosklerosis. Meskipun merupakan sebuah penyakit sistemik yang mengglobal tetapi aterosklerosis dapat pula hanya menyerang salah satu organ tubuh dimana hal ini bervariasi untuk masing-masing penderita. Berikut ini disajikan beberapa efek klinis kelainan yang terjadi akibat aterosklerosisAdanya penyempitan diameter pembuluh darah akibat penumpukan jaringan fibrous (plaque) yang makin lama makin besar. Penyempitan dapat mencapai hingga nilai 50-70% dari diameter pembuluh awal. Hal ini berakibat terganggunya sirkulasi darah kepada organ yang membutuhkan sehingga kebutuhan oksigen dan nutrisi sel terganggu. Contoh penyakit yang berhubungan dengan masalah ini adalah angina pectoris, mesenterik angina, dan lain sebagainya Plaque yang telah terbentuk dapat pecah dan mengalir mengikuti pembuluh darah menjadi trombus dan emboli. Trombus ini dapat menyumbat arteri-arteri penting tubuh yang penting. Jika menyumbat arteri koroner maka dapat mengakibatkan otot jantung mengalami iskemia (kekurangan nutrisi) dan selanjutnya dapat memicu terjadinya infark myocard dan stroke. Emboli ini dapat juga terjadi secara tanpa sengaja pada peristiwa pembedahan aorta, angiograf, dan terapi trombolitik pada pasien aterosklerosis. Angina pectoris ditunjukkan dengan perasaan tidak nyaman pada daerah retrosternal dan menyebar ke daerah lengan kanan yang kadang-kadang disalah artikan sebagai gejala dyspnea. Angina pectoris timbul setelah melakukan kerja berat dan diobati dengan beristirahat atau terapi nitrat. Jika angina pectoris berlanjut dan terjadi berulang-ulang dapat berlanjut kepada infark myocard (serangan jantung). Stroke merupakan kelanjutan dari adanya sumbatan pada pembuluh darah otak. Akibatnya sel-sel otak mengalami iskemia dan mengalami gangguan dalam hal fungsinya. Penyakit vaskuler perifer meliputi perasaan pegal, impotensi, luka yang tak kunjung sembuh dan infeksi pada daerah ekstremitas. Perasaan pegal ini meningkat setelah berolahraga dan sembuh ketika beristirahat. Perasaan ini dapat diikuti dengan kulit kepucatan atau kesemutan Iskemia pada organ-organ visceral berakibat pada kerusakan susunan dan fungsi dari organ yang terkena Mesenterik angina ditandai dengan sakit pada epigastrium atau periumbilikal setelah makan dan dianalogkan dengan hematemesis, diare, defisiensi nutrisi, atau berkurangnya berat badan. Aneurisme pada aorta abdominalis dimana aorta abdominalis mengalami kerusakan sehingga membesar menimbulkan sebuah benjolan pada dinding luar aorta abdominalis. Emboli arteri sering timbul bersamaan dengan nekrosis pada jari-jari, pendarahan saluran pencernaan, infark myocard, iskemia pada retina, infark serebral, dan gagal ginjal.

ASPEK FISIK

Tanda-tanda fisik dari aterosklerosis meliputi adanya penimbunan lemak, pelebaran dan kakunya arteri muskular yang besar, dan iskemia atau infark dari beberapa organ tertantu. Berikut ini disajikan tanda fisik dari aterosklerosis : Hiperlipidemia Hiperlipidemia adalah adalah meningkatnya kadar lemak di dalam darah. Lemak ini dapat memicu terjadinya penimbunan plaque pada dinding pembuluh darah. Penyakit pada arteri koronerDitandai dengan adanya bunyi jantung keempat yang semakin jelas, takikardi, hipotensi, atau hipertensi. Penyakit serebrovaskulerDitandai dengan tidak terabanya denyut nadi pada arteri karotis dan kemunduran dari fungsi otak Penyakit vaskuler periferDitandai dengan penurunan denyut nadi perifer, sumbatan pada erteri perifer, sianosis perifer, gangrene, atau luka yang sukar sembuh Aneurisme pada aorta abdominalisDitandai dengan timbulnya benjolan pada arteri abdominalis atau kolapsnya sistem sirkulasi Emboli pada arteriDitandai dengan gangrene, sianosis, munculnya pedal pulses yang dikaitkan adanya penyakit mikrovaskular dan emboli kolesterol.

2.7 Kriteria Diagnostik

Dokter anda mungkin menemukan tanda-tanda dari penyempitan, perluasan atau pengerasan arteri selama pemeriksaaan fisik. Termasuk di dalamnya Kelemahan atau ketidakadaanya denyut di bawah daerah penyempitan arteri. Suara bising di seluruh arteri yang dapat terdengar dengan menggunakan stetoskop Bukti bahwa luka kecil menjadi sembuh kembali dalam bagian dimana aliran darah anda dibatasi. Penurunan tekanan darah pada salah satu extremitas yang terkena pengaruh. Tanda-tanda dari aneurysma dalam abdomen atau di belakang lutut anda.

Dengan tes darah Anda dapat mengontrol jumlah kolesterol. Secara khusus, Anda perlu menjalani pemeriksaan kolesterol rutin bila Anda: Berusia di atas 55 tahun Memiliki LDL dan trigliserida tinggi, HDL rendah. Memiliki nodul kecil lemak pada kelopak mata atau di sepanjang tendon Achilles (xanthelasma). Memiliki orang tua dan kerabat dekat yang mengidap penyakit jantung koroner atau stroke pada usia relatif muda. Menderita tekanan darah tinggi, diabetes, obesitas.

2.8 Pemeriksaan penunjangTergantung kebutuhannya beragam jenis pemeriksaan dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis aterosklerosis dan menentukan derajatnya. Dari yang sederhana sampai yang invasive sifatnya. Test darah. Suatu test darah dapat mengetahui peningkatan level kolesterol, homocysteine atau gula darah (glukosa), yang juga merupakan faktor resiko untuk penyakit ini. Dari pemeriksaan darah juga diketahui ada-tidaknya serangan jantung akut dengan melihat kenaikan enzim jantung. Ankle-Brachial Index (ABI). Dengan menggunakan manset untuk mengukur tekan darah dan alat ultrasound khusus yang digunakan untu menentukan nilai dan aliran darah (Doppler Ultrasound). Dokter dapat mengukur tekanan darah pasien pada lengan dan kaki pasien menunjukkan penyakit arteri perifer, yang mana biasanya disebabkan aterosklerosis. Electrocardiogram (ECG)Pemeriksaan aktifitas listrik jantung atau gambaran elektrokardiogram (EKG) adalah pemeriksaan penunjang untuk memberi petunjuk adanya PJK. Dengan pemeriksaan ini kita dapat mengetahui apakah sudah ada tanda-tandanya. Dapat berupa serangan jantung terdahulu, penyempitan atau serangan jantung yang baru terjadi, yang masing-masing memberikan gambaran yang berbeda. ECG juga dapat mendeteksi serangan jantung lebih dini pada beberapa pasien. Biasanya dokterakan melakukan pemeriksaan ECG sepanjang dan setelah treadmill. TreadmillBila dari semua pemeriksaan diatas diagnosa PJK belum berhasil ditegakkan, biasanya dokter jantung/ kardiologis akan merekomendasikan untuk dilakukan treadmill. Dalam kamus kedokteran Indonesia disebut jentera, alat ini digunakan untuk pemeriksaan diagnostik PJK. Berupa ban berjalan serupa dengan alat olah raga umumnya, namun dihubungkan dengan monitor dan alat rekam EKG. Prinsipnya adalah merekam aktifitas fisik jantung saat latihan. Dapat terjadi berupa gambaran EKG saat aktifitas, yang memberi petunjuk adanya PJK. Hal ini disebabkan karena jantung mempunyai tenaga serap, sehingga pada keadaan sehingga pada keadaan tertentu dalam keadaan istirahat gambaran EKG tampak normal. Dari hasil teradmil ini telah dapat diduga apakah seseorang menderita PJK. Memang tidak 100% karena pemeriksaan dengan treadmil ini sensitifitasnya hanya sekitar 84% pada pria sedangkan untuk wanita hanya 72%. Berarti masih mungkin ramalan ini meleset sekitar 16%, artinya dari 100 orang pria penderita PJK yang terbukti benar hanya 84 orang. Biasanya perlu pemeriksaan lanjut dengan melakukan kateterisasi jantung. Pemeriksaan ini sampai sekarang masih merupakan Golden Standard untuk PJK. Karena dapat terlihat jelas tingkat penyempitan dari pembuluh arterikoroner, apakah ringan,sedang atau berat bahkan total. GambarChest X-rays, ultrasound, computerized tomography (CT) scana dan magnetic resonance imaging (MRI) merupakan cara yang tidak invasif untuk dokter memeriksa arteri pasien, apakah di arteri terdapat sumbatan dan berapa banyak sumbatan yang menutup arteri. Semua test ini kadang-kadang dapat menunjukkan pengerasan dan penyempitan serta arteri utama yang lebih besar, sama baiknya seperti pada aneurisma dan simpanan kalsium pada dinding arteri. Dari foto roentgen dada dokter dapat menilai ukuran jantung, ada-tidaknya pembesaran. Di samping itu dapat juga dilihat gambaran paru. Kelainan pada koroner tidak dapat dilihat dalam foto rontgen ini. Dari ukuran jantung dapat dinilai apakah seorang penderita sudah berada pada PJK lanjut. Mungkin saja PJK lama yang sudah berlanjut pada payah jantung. Gambarannya biasanya jantung terlihat membesar. Doppler UltrasoundAlat ini digunakan untuk mengamati seluruh arteri di dalam tubuh dan menentukan tekanan darah pada angka yang bervariasi pada lengan dan kaki. Pemeriksaan ini dapat menolong untuk menentukan jumlah sumbatan dan kecepatan aliran darah pada arteri. Kateterisasi JantungPemeriksaan ini dilakukan dengan memasukkan kateter semacam selang seukuran ujung lidi. Selang ini dimasukkan langsung ke pembuluh nadi (arteri). Bisa melalui pangkal paha, lipatanlengan atau melalui pembuluh darah di lengan bawah. Kateter didorong dengan tuntunan alar rontgen langsung ke muara pembuluh koroner. Setelah tepat di lubangnya, kemudian disuntikkan cairan kontras sehingga mengisi pembuluh koroner yang dimaksud. Setelah itu dapat dilihat adanya penyempitan atau malahan mungkin tidak ada penyumbatan. Penyempitan atau penyumbatan ini dapat saja mengenai beberapa tempat pada satu pembuluh koroner. Bisa juga sekaligus mengenai beberapa pembuluh koroner. Atas dasar hasil kateterisasi jantung ini akan dapat ditentukan penanganan lebih lanjut. Apakah pasien cukup hanya dengan obat saja, disamping mencegah atau mengendalikan factor resiko. Atau mungkin memerlukan intervensi yang dikenal dengan balon. Banyak juga yang menyebut dengan istilah ditiup atau balonisasi. Saat ini disamping dibalon dapat pula dipasang stent, semacam penyangga seperti cincin atau gorng-gorong yang berguna untuk mencegah kembalinya penyempitan. Bila tidak mungkin dengan obat-obatan, dibalon dengan atau tanpa stent, upaya lain adalah dengan melakukan bedah pintas koroner. MUGA / radionuclide angiograpyNuclear scan untuk melihat bagaimana dinding jantung bergerak dan berapa banyak darah yang di paksa keluar setiap ketukan jantung (heartbeat), ketika pasien dalam keadaan istirahat. Thallium / myocardial perfusionscanPengamatan nuclear yang diberikan ketika pasien dalam keadaan istirahat atau setelah latihan yang dapat mengungkap daerah dari otot jantung yang tidak cukup mendapatkan suplai darah.2.9 Penatalaksanaan

Pengobatan yang spesifik ditentukan berdasarkan fisik anda : Usia, kesehatan secara menyeluruh dan riwayat kesehatan. Perluasan dari penyakit tersebut Daerah yang mengalami sumbatan Tanda-tanda dan gejala-gejala yang dialami pasien Riwayat kesehatahan dan pengobatanan seseorang terkait dengan sensivitasnya terhadap terapi&prosedur pengobatan yang pernah dialami Arah yang di harapkan untuk penyakit ini ke depannya Pendapat anda atau pilihan. Pencegahan dan pengobatan dari pengendalian atherosklerosis dari faktor resiko yang telah diketahui untuk penyakit tersebut. Didalamnya termasuk pengobatan untuk hipertensi, hyperlipidemia, DM, dan kebiasaan merokokPerubahan gaya hidup dapat meningkatkan kerja pembuluh arteri. Dokter memiliki beberapa tipe pengobatan untuk memperlambat atau mengatasi pengaruh arteriosklerosis dan atherosclerosisTergantung pada kondisi mereka dokter dapat merujuk pasien dengan Aterosklerosis untuk seorang ahli jantung (seorang dokter yang mengkhususkan diri dalam merawat orang dengan masalah jantung) jika mereka memiliki penyakit arteri koroner (CAD) - atau spesialis vaskuler (seorang dokter yang mengkhususkan diri dalam merawat orang dengan masalah pembuluh darah) jika mereka memiliki penyakit arteri perifer (PAD) - atau neurolog (dokter yang mengkhususkan diri dalam mengobati orang dengan gangguan sistem saraf) jika mereka memiliki stroke akibat penyakit arteri karotis.

2.9.1 Penatalaksanaan farmakologi Obat Penurun-kolesterol. Secara agresive dapat menurunkan sejumlah low-density lipoprotein (LDL) kolestrol jahat yang dapat memperlambat aliran darah, berhenti atau bahkan sebaliknya membentuk plak. Obat ini mengandung statin dan fibrate dan diberikan dengan dosis tertentu. Contoh obat asam fibrate adalah gemfibrozil dan fenofibrate. Untuk golongan statin yang sering dipakai adalah simvastatin, atorvastatin , lovastatin dan pravastatin.Gemfibrozil digunakan untuk pencegahan primer penyakit jantung kongestif pada pasien hiperlipidemia usia 40 55 tahun yang tidak responsif terhadap diet, terapi hiperkolesterolmi, dislipidemia campuran dan hipertrigliserida, dislipidemia yang berkaitan dengan DM, dan dislipidemia yang berhubungan dengan xantoma. Diberi jam sebelum makan. Sediaan 300 mg dan 600 mg dengan dosis 300 mg/600 mg x 2 / hari. Max. 1500 mg / hari.Fenofibrate diindikasikan untuk hiperkolesterolemia dan hipertrigliseridemia endogen terisolasi maupun gabungan. Diberi ketika makan. Sedian obat 100/200/300 mg. Dosis harian 300 mg / hari dan dapat ditingkatkan menjadi 400 mg. Dosis pemeliharaan 200 mg / hari. Kontraindikasi: gangguan ginjal, hati, sirosis hepatis, batu empedu, hamil dan laktasi.Simvastatin berkerja sebagai penghambat HMGCoA reduktase. Obat ini menurunkan kolesterol LDL dan total pada hiperkolesterol primer, jika tidak responsif dengan diet dan terapi non farmakologi lain. Dosis awal 10 mg / hari pada malam/ sore hari. Hiperkolesterol ringan-sedang 5 mg / hari. Max. 40 mg/ hari. Dosis dapat ditingkatkan dengan interval 4 minggu.Atorvastatin dengan sedian 10-20 mg dengan dosis 10-80 mg / hari. Lovastatin dengan sedian 20 mg. dosis awal 20 mg 1x/ hari bersama makan malam. Dosis dapat ditingkatkan sampai 80 mg/ hari dalam 2 dosis terbagi. Pravastatin dapat menurunkan angka mortalitas gangguan jantung, infark, stroke, perlambat progresifitas aterosklerosis arteri koroner. Sediannya 10-20 mg. Dosis awal 10-20 mg / hari pada malam hari. Kisaran dosis yang dianjurkan 10-40 mg/ hari.

Pengobatan anti-platelet (Anti agregasi trombosit). Aspirin merupakan salah satu contoh dari tipe obat ini digunakan untuk mengurangi kemungkinan penggumpalan kepingan darah pada atherosklerosis, terbentuknya bekuan darah, dan terjadinya sumbatan pada pembuluh darah. Cara kerja Aspirin dengan menghambat COX-1 & 2 pada trombosit, sehingga tromboksan menurun dan agregasi trombosit menurun. Dosis Aspirin 80-160 mg/ hari, jangan berikan pada pasien dengan ulkus peptikum, gastritis berat dan penyakit pendarahan.Clopidogrel dapat mengurangi kejadian aterotrombosis pada infark miokardium yang belum lama terjadi, stroke, atau penyakit arteri perifer, sindrom koroner akut tanpa peningkatan segmen ST. Biasa dikombinasikan dengan aspirin. Obat ini berkerja dengan menghambat reseptor P2y 12 secara ireversibel. Pada AP stabil dianjurkan sebagai pengganti aspirin. Dosis awal 300 mg dosis tunggal selanjutnya dosisnya 75 mg / hari. Jangan berikan pada perdarahan patologis aktif seperti tukak peptik atau perdarahan intrakranial, gangguan hati berat dan laktasi.

Antikoagulan. Seperti Heparin atau Warfarin ( Komadin ). Digunakan untuk mengencerkan darah dan mencegah pembekuan untuk pembentukan arteri dan aliran darah yang mengalami sumbatan. Contoh obat warfarin adalah SIMARC-2, dosisnya bersifat individual, dosis awal: 5-10 mg/ hari selama 2 hari. Penyesuaian dosis dilakukan menurut hasil INR ( International Normalised Ratio). Dosis pemeliharaan: 2-10 mg/ hari. Kontraindikasi SIMARC-2 : Kondisi potensial pendarahan, pembedahan segera, anestesi lumbal, pre eklampsia dan eklampsia, ancaman abortus dan hamil. Efek sampingnya adalah pendarahan, ileus paralitikm perdarahan uterus berlebihanm nekrosis pada kulit dan jaringan.Heparin meningkatkan aktifitas antitrombin, dan menurunkan aktifitas trombin dan faktor koagulasi. Contoh obatnya adalah Heparin Sodium B Braun vial 25.000 IU / 5 ml dan Inviclot vial 5.000 IU / 5 ml. Dosis untuk angina : Bolus 5.000 IU IV lalu lanjutkan drip 1000 IU/ jam sampai angina terkontrol ( 5 hari) dengan menyesuaikan APTT 1,5 2 kali nilai kontrol. Kontraindikasinya adalah pasien dengan perdarahan, trombositopenia, hemofilia, ulkus peptikum, gangguan hati dan ginjal yang berat, ancaman aborsi, bedah mayor.

Vasodilatasi Otot pembuluh darah. Vasodilator seperti ACE inhibitor ( Captopril, lisinopril dan ramipril), -Blocker ( Propanolol dam Bisiprolol ) , Angiotensin II receptor blocker ( Valsartan, losartan, dan candesartan ), Calsium channel blocker ( Diltiazem, Amlodipine dan nifedipine ) , Diuretic ( hidrochlotiazid, furosemide dan spironolactone ), -2 Central Agonist ( Metildopa dan Clonidin ), Direct acting vasodilator ( hydralazine ), Nitrodilators ( Nitroglycerin, ISDN, Sodium Nitroprusside ),Prostaglandin. Prostaglandin dapat mencegah penebalan otot pada dinding arteri dan menghentikan penyempitan arteri. Tapi efek dari obat ini kuat dan biasanya hanya digunakan ketika obat lain tidak bekerja.Pengobatan lainnya. Dapat disarankan beberapa pengobatan untuk mengontrol faktor resiko, seperti diabetes, tekanan darah tinggi dan level homocysteine yang tinggi. Dapat juga disarankan obat spesifik untuk gejala tertentu, seperti claudicasi yang intermittent.

Jika terdapat gejala yang akut, sumbatan akut yang mengancam kemampuan otot dan jaringan kulit untuk berkontraksi atau salah satu organ sudah tidak dapat berfungsi sempurna, mungkin dapat dilakukan pengobatan selanjutnya Angioplasty. Procedur pada pengobatan ini yaitu dengan cara memasukkan pipa ( catheter ) yang panjang dan tipis ke dalam arteri yang tersumbat atau terhambat. Kemudian kawat dengan balon yang kempis dimasukkan melalui catheter ke area yang terhambat tadi. Balon itu akan mengembang, menekan plaque untuk melawan dinding arteri. Lubang pipa ( stent ) menyanggah arteri untuk membantu arteri tetap terbuka. Embolectomy. Catheter dapat juga di gunakan untuk menangkap gumpalan darah. Cara ini disebut Embolectomy. Endarterectomy. Pada beberapa kasus mungkin di butuhkan operasi pemindahan plak dari dinding arteri yang terhambat. Procedur pada pengobatan ini ahli bedah membuat incisi , kemudian memindahkan plak dan menutup arteri. Pembedahan pembuluh darah. Dengan cara bypass dengan mencangkokkan cabang salah satu pembuluh darah dari bagian tubuh yang lain atau pipa yang terbuat dari serat sintetik.Cara ini akan mengalirkan darah ke arteri yang tersumbat atau terhambat. Proses ini sangat sering di gunakan untuk meningkatkan aliran darah ke kaki, tapi cara tersebut juga dapat digunakan untuk menghambat perluasan atau kebocoran pada aortic aneurysm. Operasi Coronary Artery Bypass Grafting (CABG)Coronary Artery Bypass Grafting, atau Operasi CABG, adalah teknik yang menggunakan pembuluh darah dari bagian tubuh yang lain untuk memintas (melakukan bypass) arteri yang menghalangi pemasokan darah ke jantung. Vena kaki atau arteri mamari (payudara) internal bisa digunakan untuk operasi bypass. Operasi ini membantu memulihkan aliran darah yang normal ke otot jantung yang tersumbat. Pada operasi bypass, pembuluh cangkok baru, yaitu arteri atau vena sehat yang diambil dari kaki atau tungkai ( vena saphena ), lengan ( arteri brakialis atu radialis ), atau dada pasien, kemudian diambil lewat pembedahan dan dijahitkan ke sekeliling bagian yang tersumbat. Pembuluh cangkok ini memasok darah beroksigen ke bagian jantung yang membutuhkannya, sehingga mem-bypass arteri yang tersumbat dan memulihkan aliran darah ke otot jantung. CABG dilakukan dengan membuka dada dengan pemotongan tulang dada untuk kemudian menguakkan bagian kanan dan kiri dada sedemikian sehingga jantung dapat terlihat secara nyata. Sudah tentu banyak jaringan-jaringan dan alat-alat harus dipisahkan dulu sebelum sampai menjamah jantung. Dokter Spesialis Bedah Jantung akan memastikan kembali hasil kateterisasi yang menunjukkan penyempitan. Setelah itu barulah memasang pembuluh darah baru yang diambil dari kaki, tangan atau pembuluh yang memperdarahi susu tadi melewati tempat penyempitan. Sebelum menutup kembali rongga dada lapis demi lapis, sudah barang tentu diadakan pengujian terhadap graft yang dipasang, kalau-kalau ada kebocoran atau pendarahan baik pada pangkal maupun ujung. Thrombolytic. Jika arteri tersumbat oleh adanya gumpalan darah, biasanya diberi obat untuk melarutkan gumpalan ke dalam arteri sampai gumpalan itu kembali normal.Penggunaan Angiography. Dengan cara memasukkan catheter kecil ke dalam arteri dan di celup, dan kemudian sumbatan tersebut di tolong dengan sinar X.

2.10 Pencegahan

Adapun cara-cara yang membantu dalam mencegah terjadinya arteriosclerosis: Mengendalikan tekanan darah agar selalu normal dan mengendalikan kadar gula darah bila anda menderita kencing manis atau DM. Jangan pernah merokok lagi apapun yang terjadi. Berolah ragalah yang teratur. Turunkan berat badan bila anda merasa gemuk. Turunkan kadar kolesterol LDL anda. Caranya, kurangi konsumsi makanan yang tinggi kandungan lemak jenuhnya. Tingkatkan kadar kolesterol HDL anda. Caranya, perbanyak konsumsi makanan yang banyak mengandung lemak tak kenuh. Kurangi konsumsi makanan yang berlemak untuk menurunkan kadar kolesterol lipoprotein dan triglesirida. Konsumsilah makanan atau minuman yang mengandung anti oksidan guna mencegah kerusakan pembuluh darah akibat radikal bebas. Konsumsilah makanan yang banyak mengandung asam folat dan vitamin B lainnya guna menurunkan kadar homosistein dalam darah. Bila diperlukan, minumlah obat obat pencegah atherosklerosis yang dianjurkan oleh dokter anda. Dalam mengkonsumsi obat ini, lebih baik anda mendapat pengawasan dari dokter untuk mencegah hal hal yang tidak diinginkan.Perawatan kaki juga sangat esensial untuk mereka yang mengalami atherosklerosis pada bagian perifer seperti pada kaki atau tangan. Gunakan sepatu dengan ukuran yang tepat. Luka atau goresan membutuhkan perhatian segera karena penurunan sirkulasi yang berarti bahwa jaringan disembuhkan secara lebih perlahan. Jika tidak mendapatkan perlakuan pengobatan, bahkan pada luka kecil di kulit bagian bawah dari kaki dapat memicu infeksi

2.11 PrognosisPrognosis pada Aterosklerosis tergantung dari beberapa hal yaitu:1. Wilayah yang terkena oklusi2. Sirkulasi kolateral3. Durasi atau waktu oklusi4. Oklusi total atau parsial5. Kebutuhan oksigen miokard6. Kepatuhan dengan terapi medis

Berikut prognosis pada Aterosklerosis:1. 25% meninggal sebelum sampai ke rumah sakit2. Total mortalitas 15-30%3. Mortalitas pada usia < 50 tahun 10-20%4. Mortalitas usia > 50 tahun sekitar 20%Prognosis aterosklerosis juga tergantung pada beban penyakit sistemik, tempat tidur vaskular(dengan) terlibat, dan tingkat pembatasan aliran. Variabilitas luas dicatat, dan dokter menghargai bahwa banyak pasien dengan keterbatasan penting aliran ke organ vital dapat bertahan hidup bertahun-tahun, meskipun beban berat penyakit. Sebaliknya, MI atau kematian jantung mendadak mungkin manifestasi klinis pertama penyakit kardiovaskular aterosklerotik pada pasien yang dinyatakan asimtomatik dengan stenosis lumen minimal dan ringan beban penyakit.Banyak dari keragaman fenotipik yang mungkin ditentukan oleh stabilitas relatif dari beban plak pembuluh darah. Plak pecah dan paparan dari inti lipid thrombogenic adalah kejadian penting dalam ekspresi dari proses penyakit dan menentukan prognosis. Kemampuan untuk menentukan dan mengukur risiko dan prognosis pada pasien dengan aterosklerosis dibatasi oleh ketidakmampuan untuk secara obyektif mengukur stabilitas plak dan prediktor lain dari peristiwa klinis.

BAB IIIKESIMPULAN

1. Aterosklerosis adalah suatu penyakit yang menyerang pembuluh darah besar maupun kecil dan ditandai oleh kelainan fungsi endotelial, radang vaskuler, dan pembentukan lipid, kolesterol, zat kapur, bekas luka vaskuler di dalam dinding pembuluh intima.2. Pembentukkan plaque secara perlahan di dalam dinding pembuluh arteri menyebabkan penyempitan dan penmgerasan. Plaque terbentuk dari lemak, kolesterol, kalsium, dan substansi lain yang ditemukan di darah. .3. Aterosklerosis merupakan penyakit yang progresif dan dapat mulai sejak usia anak-anak. Para ilmuan tidak mengetahui secara pasti penyebab secara pasti dari atherosklerosis. Atherosklerosis dapat menyerang otak, jantung, ginjal, lengan dan kaki.4. Aterosklerosis biasanya tidak menimbulkan gejala sampai keadaan parah atau arteri benar-benar tersumbat.5. Aterosklerosis sering didiagnosis setelah anda mendiskripsikan gejala atau komplikasi.6. Tujuan dari pengobatan adalah untuk memperlambat atau bahkan membalikkan keadaan aterosklerosis.7. Pengobatan dapat meliputi membuat perubahan gaya hidup jangka panjang, minum obat, dan menjalani operasi.8. Mencegah aterosklerosis dimulai dengan mengetahui faktor risiko yang dimiliki dan dengan melakukan tindakan untuk menurunkan faktor risiko.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sudoyo, Aru W, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta: Pusat Penerbitan FKUI; 20062. Harun S, Alwi I. 2006. Infak miokard akut tanpa elevasi ST. In Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 4th ed. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam. p:1626.3. Corwin, Elizabeth J. Buku Saku Patofisiolofi, Jakarta: EGC; 20014. Rahman Muin. 2006. Angina pektoris stabil. In Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 4th ed. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam: Jakarta. p:1611.5. Vanhoutte PM. 1997. Endothelial dysfunction and atherosklerosis, European Heart; 18. E19-E29. 6. Djang Jusi H. Dasar-dasar ilmu bedah vascular, Jakarta: Balai penerbit FKUI 19997. Setianto B. 2001 Sindrom koroner akut: patofisiologi. Dalam: Kaligis RWM, Kalim H, Yusak M, dkk, editor. Diagnosis dan tatalaksana hipertensi, sindrom koroner akut dan gagal ginjal, Jakarta: Edisi I;:59-66. 8. Anderson Todd J. 1999. Assesment and treatment of endothelial dysfunction in humans. Journal of the American College of Cardiology ; 34 : 631-7. 9. Gibbons GH, Dzau VJ. 1994. The emerging concept of vascular remodelling. New Engl J Med ; 330 : 1431-8. 10. Soemantri D. Disfungsi endotel dan penyakit kardiovaskular : pendekatan baru untuk pengobatan . Dalam: Kaligis RWM, Kalim H, Yusak M, dkk, editor. Penyakit kardiovaskular dari pediatric sampai geriatric. Jakarta;p.185- 96, 2001.11. Malek AM, Alper SL, Izumo S. Hemodinamic shear stress anh its role in atherosclerosis. JAMA;282:2035-42, 1999.12. Roivainen M, Kajander MV, Palosuo T, Toivanen P, Leinonen M, Saikku P, et al. Infection, inflamation and risk of coronary heart disease. Circulation ;101:252-7, 2000.13. Kusmana, Hanafi. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta: FKUI, 1996.14. Taggarat, David P. Coronary Revascularition. 334:593-594, 2007.15. R Syamsuhidajat, Wim de Jong.Buku Ajar Ilmu Bedah. ed.2.-.Jakarta : EGC, 2004.16. Price Sylvia Anderson, Lorraine M. Wilson. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC, 2005.17. Supriyono. Faktor-faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian penyakit jantung koroner pada kelompok usia < 45 tahun (studi kasus di RSUP dr. Kariadi dan RS Telogorejo Semarang). Semarang: Undip, 2008.18. Makmun LH, Alwi I & Ranitya R. Panduan tatalaksana sindrom koroner akut dengan elevasi segmen ST. Jakarta: Interna Publishing, 2009.19. Darmawan A. Penyakit jantung koroner. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah, 2010.20. Asri WS, Vivi S & Primasari. Profil penyakit jantung koroner (pjk) dan faktor risiko pjk pada penduduk miskin perkotaan di jakarta. Puslitbang Biomedis dan Farmasi, Badan Litbang Kesehatan, 2006.

19