Referat Anastesi Bab IV Open Reduction Internal Fixation

5
BAB III PEMBAHASAN Pada kasus ini seorang perempuan berusia 17 tahun datang ke UGD dengan keluhan nyeri, bengkak dan sulit menggerakkan lengan kiri. Keluhan ini dirasakan pasien sejak 1 minggu lalu setelah jatuh dari sepeda dengan posisi lengan kiri menyangga tubuh yang terjatuh. Pada pemeriksaan fisik didapatkan T : 130/70 mmHg, N : 84 x/mnt, RR : 16 x/mnt, t : 36,9 o C, BB : 45 Kg. Lengan kiri: deformitas (+) Fragmen distal humerus terdislokasi kearah posterior terhadap humerus. Pemeriksaan penunjang foto rontgen ekstrimitas atas sinistra didapatkan fraktur tertutup suprakondiler humeri sinistra tipe ekstensi. Neovaskularisasi bagian distal dalam batas normal. Dari hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan foto rontgen, kasus ini didiagnosa sebagai fraktur tertutup suprakondiler humeri sinistra tipe ekstensi (type III completely displaced). Penanggulangan konservatif fraktur suprakondiler humerus diindikasikan pada anak, undisplaced/minimally displaced 32

description

Open Reduction Internal Fixation, Anastesi Umum, Anastesi Regional, SAB, Close Fraktur, Open Fraktur, Fraktur

Transcript of Referat Anastesi Bab IV Open Reduction Internal Fixation

BAB IIIPEMBAHASANPada kasus ini seorang perempuan berusia 17 tahun datang ke UGD dengan keluhan nyeri, bengkak dan sulit menggerakkan lengan kiri. Keluhan ini dirasakan pasien sejak 1 minggu lalu setelah jatuh dari sepeda dengan posisi lengan kiri menyangga tubuh yang terjatuh. Pada pemeriksaan fisik didapatkan T : 130/70 mmHg, N : 84 x/mnt, RR : 16 x/mnt, t : 36,9oC, BB : 45 Kg. Lengan kiri: deformitas (+) ( Fragmen distal humerus terdislokasi kearah posterior terhadap humerus. Pemeriksaan penunjang foto rontgen ekstrimitas atas sinistra didapatkan fraktur tertutup suprakondiler humeri sinistra tipe ekstensi. Neovaskularisasi bagian distal dalam batas normal. Dari hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan foto rontgen, kasus ini didiagnosa sebagai fraktur tertutup suprakondiler humeri sinistra tipe ekstensi (type III completely displaced). Penanggulangan konservatif fraktur suprakondiler humerus diindikasikan pada anak, undisplaced/minimally displaced fractures atau pada fraktur sangat kominutif pada pasien dengan lebih tua dengan kapasitas fungsi yang terbatas. Pada kasus ini usia pasien masih muda (17 th) sehingga kapasitas untuk dilakukan operasi dan prognosa masih baik, sehingga rencana terapi yang dilakukan yaitu dengan Open Reduction Internal Fixation (ORIF).Dari hasil kunjungan preoperasi dapat diketahui bahwa pasien termasuk dalam PS I. Anestesi umum atau regional anestesi, atau kombinasi keduanya, dapat digunakan pada operasi pada tangan. Blok plexus brachialis rnelalui supra klavikula merupakan pilihan untuk operasi pada tangan bagian bawah. Sedangkan interskalenus blok pilihan untuk operasi pada tangan bagian lebih proksimal. Penggunaan regional anestesi mengurangi kemungkinan pneumonitis aspirasi yang dapat timbul akibat anestesi umum pada penderita dengan lambung penuh. Mengingat operasi ini merupakan operasi elektif dan pasien dipersiapkan semaksimal mungkin untuk menjalani operasi maka general anestesi bisa digunakan jika pasien menginginkan kondisi tidak sadar saat dioperasi.

Untuk persiapannya pasien diberikan dulcolax 2 tablet pada jam 21.00, dumolit 1 tablet jam 21.00, dipuasakan mulai pukul 22.00 dan diberikan fleet enema pada 05.00 dengan tujuan untuk mengurangi resiko terjadinya regurgitasi isi lambung dan kotoran yang terdapat dalam jalan nafas serta. Premedikasi dilakukan 1 jam sebelum operasi dimulai. Obat premedikasi yang diberikan yaitu Morfin 5 mg dan Midazolam 2,5 mg di ruang premedikasi dengan tujuan meredakan kecemasan dan ketakutan serta menenangkan pasien. Pelaksanaan anestesi umum pada kasus ini meliputi:- InduksiInduksi standar ( Intravena: Safol 120 mg I.V (merupakan obat induksi anestesi yang cepat, didistribusi secara cepat dan eliminasi yang cepat) & Succinyl Choline 50 mg I.V (Paelumpuh otot depolarisasi jangka pendek, mula kerja cepat dan lama kerja singkat); Inhalasi: Isoflurane 2 % (karena efek samping pada jantung dan curah jantung yang ditimbulkan lebih kecil dari pada halothane dan pulih sadar juga lebih cepat) kecuali pada pasien trauma akut yang memerlukan rapid sequence induction.

- Rumatan Rumatan standar (O2 : N2O = 50% : 50%, anestesi inhalasi Isofluran 1-2%.)- Pengakhiran Pengelolaan pasien post operasi dan ekstubasi, kecuali pada pasien sulit intubasi yang memerlukan ekstubasi setelah sadar penuh.Biasanya pasien post operative dipasang splint, pasien sebaiknya masih teranestesi waktu pemasangan splint ini.

Untuk mencegah obstruksi saluran nafas dipasang mayo dan intubasi apnea dengan ETT (Endo Tracheal Tube) setelah induksi dan preoxigenasi 8 liter per menit selama kurang lebih 5 menit. Selain itu juga dipasang infus kristaloid untuk menjaga kebutuhan cairan selama operasi yang meliputi stress operasi per jam, defisit puasa, kebutuhan cairan rumatan per jam dan perdarahan.Operasi dilakukan setelah anestesi berhasil, dilakukan Open Reduction Internal Fixation (ORIF). Selama jalannya operasi dilakukan monitoring terhadap tingkat kedalaman anestesi, vital sign, EKG dan jumlah cairan yang masuk dan yang keluar. Setelah operasi selesai pasien ditempatkan di Recovery Room untuk monitoring vital sign sampai efek anestesi hilang dan pasien sadar.

32