referat 38 halaman

download referat 38 halaman

of 37

Transcript of referat 38 halaman

  • 8/9/2019 referat 38 halaman

    1/39

    1

    PENGARUH ROSIGLITAZONE DALAM MENINGKATKAN RISIKO

    KARDIOVASKULER PADA PASIEN DENGAN DIABETES MELLITUS

    TIPE 2

    Kelompok II

    Siska Damayanti 010516605

    Ade Pambayu S. 010516606

    Fadhil Rasyid 010516607

    Arif Rahmat Muharram 010610060

    Andita Sumantri 010610062

    Isidro Lumanpauw 010610063

    Astri Paramarthaputri 010610065

    Bastianto Kusumajaya 010610068

    Hizbillah Yazid 010610070

    2010

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA

  • 8/9/2019 referat 38 halaman

    2/39

    Farmasi Anti Diabetik - 2

    DAFTAR ISI

    Halaman Cover

    01

    Daftar Isi ..

    02

    BAB 1 PENDAHULUAN

    04

    1.1 Latar Belakang ..

    04

    1.2 Rumusan Masalah .

    05

    1.3

    Tujuan .................................................................................................

    ....... 06

    BAB 2 TINJAUANPUSTAKA ...................................................................... 07

    2.1 Diabetes

    Mellitus .......................................................................................

    07

    2.1.1

    Definisi ...............................................................................................

    ...... 07

    2.1.2 Klasifikasi dan

    Patofisiologi .................................................................. 07

  • 8/9/2019 referat 38 halaman

    3/39

    3

    2.1.2.1 Diabetes Mellitus Tipe

    1 ...................................................................... 07

    2.1.2.2 Diabetes Mellitus Tipe

    2 ...................................................................... 08

    2.1.2.3 Diabates Mellitus

    Gestational ............................................................. 09

    2.1.3

    Gejala .................................................................................................

    ...... 10

    2.1.4

    Diagnosis ............................................................................................

    ...... 11

    2.1.5

    Terapi .................................................................................................

    ..... 12

    2.1.5.1 Dasar-Dasar Terapi

    Primer ............................................................... 12

    2.1.5.2 Dasar-Dasar Terapi

    Sekunder ........................................................... 12

    2.1.6

    Prognosis ............................................................................................

    ..... 18

    2.2

    Rosiglitazone ......................................................................................

    ........ 18

  • 8/9/2019 referat 38 halaman

    4/39

    Farmasi Anti Diabetik - 4

    2.2.1

    Deskripsi ............................................................................................

    ...... 18

    2.2.2

    Dosis ..................................................................................................

    ....... 18

    2.2.3

    Indikasi ...............................................................................................

    ..... 20

    2.2.4

    Farmakodinamik .................................................................................

    ... 20

    2.2.5

    Farmakokinetik ...................................................................................

    ... 21

    2.2.6 EfekSamping ..........................................................................................

    22

    2.2.7

    Interaksi .............................................................................................

    ..... 24

    BAB 3

    PENELITIAN ......................................................................................

    26

    3.1 Rosiglitazone Evaluated for Cardiovascular Outcomes An

    Interim

  • 8/9/2019 referat 38 halaman

    5/39

    5

    Analysis ...

    26

    3.2 Effect of Rosiglitazone on The Risk of Myocardial Infarction

    and Death from Cardiovascular Causes..

    27

    BAB 4 PEMBAHASAN ..

    29

    BAB 5 RINGKASAN ..

    33

    BAB 6 SUMMARY .

    35

    BAB 7 DAFTAR PUSTAKA ..

    37

  • 8/9/2019 referat 38 halaman

    6/39

    Farmasi Anti Diabetik - 6

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Prevalensi diabetes meningkat di seluruh dunia. Mayoritas pasien dengan

    diabetes akan meninggal atau mengalami kecacatan sebagai konsekuensi dari

    komplikasi kardiovaskuler. Studi prospektif menunjukkan hubugan yang

    berkelanjutan antara glukosa darah dan hemoglobin terglikosilasi dengan risiko efek

    samping kardiovaskuler. Walau bagaimanapun , penelitian acak sebelumnya yang

    mengevaluasi efek kontrol gula darah pada pasien diabetes menunjukkan bukti yang

    tidak pasti mengenai dampak pada penyakit kardiovaskuler. Namun guideline terkini

    merekomendasikan target level hemoglobin terglikosilasi adalah < 7% untuk pasien

    diabetes.(1)

    Efek terapi antidiabetik pada dampak kardiovaskuler termasuk penting karena

    lebih dari 65% kematian pasien dengan diabetes adalah dari penyebab kardiovaskuler.

    (2)

    Penyulit mikrovaskuler merupakan penyebab terjadinya retinopati, neuropati dannefropati, sedangkan makroangiopati pada diabetes bermanifestasi sebagai

    aterosklerosis dini yang dapat mengenai organ-organ vital (jantung dan otak).

    Penyebab aterosklerosis pada penderita DM tipe 2 bersifat multifaktorial yang

    melibatkan interaksi kompleks dari berbagai keadaan seperti hiperglikemi,

    hiperlipidemi, stres oksidatif, penuaan dini, hiperinsulinemi dan/atau

    hiperproinsulinemi serta perubahan-perubahan dalam proses koagulasi dan

    fibrinolisis. Hipotesis terbaru mengatakan bahwa awal terjadinya lesi aterosklerosis

    yaitu berupa adanya perubahan-perubahan fungsi sel endotel.4 Disfungsi endotel

    dapat terjadi baik pada penderita DM tipe 2 dan juga pada penderita DM tipe 1

    terutama bila telah terjadi manifestasi klinis mikroalbuminuria. Disfungsi endotel

    juga dapat terjadi pada individu dengan resistensi insulin (pasien obese) atau yang

  • 8/9/2019 referat 38 halaman

    7/39

    7

    mempunyai risiko tinggi untuk menderita DM tipe 2 (toleransi glukosa terganggu)

    dan penderita diabetes gestasi.

    Pada penderita DM, risiko payah jantung kongestif meningkat 4 sampai 8 kali.

    Peningkatan risiko ini tidak hanya disebabkan karena penyakit jantung iskemik.

    Dalam beberapa tahun terakhir ini diketahui bahwa diabetes dapat mempengaruhi

    otot jantung secara independen selain melalui keterlibatan aterosklerosis dini arteri

    koroner yang menyebabkan penyakit jantung iskemik. Hal ini diduga karena terjadi

    perubahan-perubahan antara lain terjadinya fibrosis interstisial, pembentukan

    kolagen dan hipertrofi sel-sel otot jantung. Pada tingkat seluler terjadi gangguan

    pengeluaran kalsium dari sitoplasma, perubahan struktur troponin T dan peningkatan

    aktivitas Pyruvate Kinase. Perubahan2 ini menyebabkan gangguan kontraksi dan

    relaksasi otot jantung dan peningkatan tekanan end-diastolic sehingga dapat

    menimbulkan kardiomiopati restriktif.(3)

    Penelitian epidemiologi menunjukkan hubungan antara level hemoglobin

    terglikosilasi dan dampak pada sistem kardiovaskuler pada pasien dengan diabetes

    tipe 2.(4) Dari beberapa golongan obat antidiabetik yang ada, rosiglitazone merupakan

    salah satu obat dari golongan Thiazolidinedion yang dianggap terlibat dalam proses

    tersebut. Penggunaan rosiglitazone berdasarkan kemampuan obat dalam menurunkan

    glukosa darah dan level hemoglobin yang terglikosilasi.(5)

    1.2 Rumusan Masalah

    Apakah rosiglitazone dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular pada

    pasien dengan diabetes mellitus tipe 2?

    1.3 Tujuan

  • 8/9/2019 referat 38 halaman

    8/39

    Farmasi Anti Diabetik - 8

    Untuk mengetahui pengaruh rosiglitazone dalam meningkatkan risiko

    kardiovaskular pada pasien dengan diabetes mellitus tipe 2

  • 8/9/2019 referat 38 halaman

    9/39

    9

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. DIABETES MELLITUS

    2.1.1 Definisi

    Diabetes mellitus berasal dari kata Yunani diabanein artinya "tembus" atau

    "pancuran air", dan kata Latinmellitus atau berarti rasa manis. Sehingga diabetes

    mellitus dapat juga disebut kencing manis. Diabetes mellitus merupakan penyakit

    metabolik (kebanyakan herediter) sebagai akibat dari kurangnya insulin efektif baik

    oleh karena adanya disfungsi sel beta pancreas atau ambilan glukosa di jaringan

    perifer, atau keduanya (pada DM tipe 2) atau kurangnya insulin absolute (pada DM

    tipe 1), dengan tanda-tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan gejala

    klinis akut (poliuri, polidipsi, penurunan berat badan), dan atau gejala kronik atau

    kadang tanpa gejala. Gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat, dan

    sekunder pada metabolisme lemak dan protein.(5)

    2.1.2 Klasifikasi dan Patofisiologi

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengakui tiga bentuk diabetes mellitus,

    yaitu tipe 1, tipe 2, dan diabetes gestasional.(5)

    2.1.2.1.Diabetes mellitus tipe 1

    Diabetes mellitus tipe 1 dulu disebut insulin-dependent diabetes (IDDM,

    "diabetes yang bergantung pada insulin"), dicirikan dengan hilangnya sel beta

    penghasil insulin padapulau-pulau Langerhanspankreas sehingga terjadi kekurangan

    insulin pada tubuh. Diabetes tipe ini dapat diderita oleh anak-anak maupun orang

    dewasa.(5)

    Sampai saat ini diabetes tipe 1 tidak dapat dicegah. Diet dan olah raga tidak

    bisa menyembuhkan ataupun mencegah diabetes tipe 1. Kebanyakan penderita

    http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Yunanihttp://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Latinhttp://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi_Kesehatan_Duniahttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pulau-pulau_Langerhans&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Pankreashttp://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Latinhttp://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi_Kesehatan_Duniahttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pulau-pulau_Langerhans&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Pankreashttp://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Yunani
  • 8/9/2019 referat 38 halaman

    10/39

    Farmasi Anti Diabetik - 10

    diabetes tipe 1 memiliki kesehatan dan berat badan yang baik saat penyakit ini mulai

    dideritanya. Selain itu, sensitivitas maupun respons tubuh terhadap insulin umumnya

    normal pada penderita diabetes tipe ini, terutama pada tahap awal.(5)

    Penyebab terbanyak dari kehilangan sel beta pada diabetes tipe 1 adalah

    kesalahan reaksi autoimunitas yang menghancurkan sel beta pankreas. Reaksi

    autoimunitas tersebut dapat dipicu oleh adanya infeksi pada tubuh.(5)

    Saat ini, diabetes tipe 1 hanya dapat diobati dengan menggunakan insulin,

    dengan pengawasan yang teliti terhadap tingkat glukosa darah melalui alat monitor

    pengujian darah. Pengobatan dasar diabetes tipe 1, bahkan untuk tahap paling awal

    sekalipun, adalah penggantian insulin. Tanpa insulin, ketosis dan diabetik

    ketoacidosis bisa menyebabkan koma bahkan bisa mengakibatkan kematian.

    Penekanan juga diberikan pada penyesuaian gaya hidup (diet dan olahraga). Terlepas

    dari pemberian injeksi pada umumnya, juga dimungkinkan pemberian insulin melalui

    pump, yang memungkinkan untuk pemberian masukan insulin 24 jam sehari pada

    tingkat dosis yang telah ditentukan, juga dimungkinkan pemberian dosi dari insulin

    yang dibutuhkan pada saat makan. Serta dimungkinkan juga untuk pemberian

    masukan insulin melalui "inhaled powder".(5)

    Perawatan diabetes tipe 1 harus berlanjut terus. Perawatan tidak akan

    mempengaruhi aktivitas-aktivitas normal apabila kesadaran yang cukup, perawatan

    yang tepat, dan kedisiplinan dalam pemeriksaan dan pengobatan dijalankan.(5)

    2.1.2.2. Diabetes mellitus tipe 2

    Diabetes mellitus tipe 2, dulu disebut non-insulin-dependent diabetes mellitus

    (NIDDM, "diabetes yang tidak bergantung pada insulin") , terjadi karena kombinasi

    dari "kecacatan dalam produksi insulin" dan "resistensi terhadap insulin" atau

    "berkurangnya sensitifitas terhadap insulin"(adanya defek respon jaringan terhadap

    insulin) yang melibatkan reseptor insulin di membran sel.(5)

    Pada tahap awal abnormalitas yang paling utama adalah berkurangnya

    sensitifitas terhadap insulin, yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di

    http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ketosis&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Diabetic_ketoacidosishttp://id.wikipedia.org/wiki/Diabetic_ketoacidosishttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Insulin_pump&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Reseptor_insulin&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ketosis&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Diabetic_ketoacidosishttp://id.wikipedia.org/wiki/Diabetic_ketoacidosishttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Insulin_pump&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Reseptor_insulin&action=edit&redlink=1
  • 8/9/2019 referat 38 halaman

    11/39

    11

    dalam darah. Pada tahap ini, hiperglikemia dapat diatas dengan berbagai cara dan

    obat anti diabetes yang dapat meningkatkan sensitifitas terhadap insulin atau

    mengurangi produksi glukosa dari hepar, namun semakin parah penyakit, sekresi

    insulin pun semakin berkurang, dan terapi dengan insulin kadang dibutuhkan. Ada

    beberapa teori yang menyebutkan penyebab pasti dan mekanisme terjadinya resistensi

    ini, namun obesitas sentral diketahui sebagai faktor predisposisi terjadinya resistensi

    terhadap insulin, mungkin dalam kaitan dengan pengeluaran dari adipokines yang

    merusak toleransi glukosa. (5)

    Diabetes Tipe 2 biasanya, awalnya, diobati dengan cara perubahan aktivitas

    fisik (biasanya peningkatan), diet (umumnya pengurangan asupan karbohidrat), dan

    lewat pengurangan berat badan. Langkah yang berikutnya, jika perlu, perawatan

    dengan terapi farmakologik oral Jika ini gagal, ilmu pengobatan hormon insulin akan

    diperlukan untuk memelihara kadar glukosa berada dalam kadarnormal.(7)

    2.1.2.3 Gestational Diabetes Mellitus

    Gestational diabetes mellitus (GDM) melibatkan kombinasi dari kemampuan

    reaksi dan pengeluaran hormon insulin yang tidak cukup, Terjadi selama kehamilan

    dan dapat sembuh setelah melahirkan. GDM mungkin dapat merusak kesehatan janin

    atau ibu, dan sekitar 2050% dari wanita penderita GDM bertahan hidup.(5)

    GDM terjadi di sekitar 25% dari semua kehamilan. GDM bersifat temporer

    dapat menyebabkan permasalahan dengan kehamilan, termasuk macrosomia,

    kecacatan janin dan penyakit jantung bawaan pada janin. Penderita memerlukan

    pengawasan medis sepanjang kehamilan.(5)

    2.1.3 Gejala

    Tiga serangkai yang klasik tentang gejala kencing manis adalah polyuria

    (banyak kencing), polydipsia (banyak minum) dan polyphagia (banyak makan).

    Ketiga gejala ini biasa disebut Trias Sindroma Diabetik. Gejala awalnya berhubungan

    dengan efek langsung dari kadar gula darah yang tinggi. Jika kadar gula darah sampai

    diatas 160-180 mg/dL, maka glukosa akan sampai ke urine. Jika kadarnya lebih tinggi

    http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Obat_Anti_Diabetes&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hepar&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Obesitas_sentral&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Adipokine&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Karbohidrathttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pengurangan_berat_badan&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Macrosomia&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Polyuria&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Polydipsia&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Polyphagia&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Obat_Anti_Diabetes&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hepar&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Obesitas_sentral&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Adipokine&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Karbohidrathttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pengurangan_berat_badan&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Macrosomia&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Polyuria&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Polydipsia&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Polyphagia&action=edit&redlink=1
  • 8/9/2019 referat 38 halaman

    12/39

    Farmasi Anti Diabetik - 12

    lagi, ginjal akan membuang air tambahan untuk mengencerkan sejumlah besar

    glukosa yang hilang. Karena ginjal menghasilkan air kemih dalam jumlah yang

    berlebihan, maka penderita sering berkemih dalam jumlah yang banyak (poliuri).(7)

    Akibat poliuri maka penderita merasakan haus yang berlebihan sehingga

    banyak minum (polidipsi).(7)

    Sejumlah besar kalori hilang ke dalam air kemih, penderita mengalami

    penurunan berat badan. Untuk mengkompensasikan hal ini penderita seringkali

    merasakan lapar yang luar biasa sehingga banyak makan (polifagi).(5)

    Gejala lainnya adalah pandangan kabur, pusing, mual dan berkurangnya

    ketahanan selama melakukan olah raga. Penderita diabetes yang kurang terkontrol

    lebih peka terhadap infeksi.(5)

    Karena kekurangan insulin yang berat, maka sebelum menjalani pengobatan

    penderita diabetes tipe I hampir selalu mengalami penurunan berat badan. Sebagian

    besar penderita diabetes tipe II tidak mengalami penurunan berat badan.(5)

    Gejala kronis DM yang sering muncul adalah lemah badan, kesemutan, kaku

    otot, penurunan kemampuan seksual, gangguan penglihatan, sakit sendi, dan lain-lain.

    (7)

    2.1.4 Diagnosis

    Kriteria Diagnosis DM dan Gangguan Toleransi Glukosa menurut Surabaya

    1991(Modifikasi Kriteria Diagnosis DM WHO 1985) Darah Kapiler, metode

    enzimatik, beban glukosa 75 gram, puasa 10- 16 jam.(7)

    I. Diagnosis DM apabila:

    a. Terdapat gejala-gejala DM, ditambah dengan

  • 8/9/2019 referat 38 halaman

    13/39

    13

    b. Salah satu dari GDP >120mg/dl, 2jpp > 200mg/dl ,atau glukosa darah acak

    >200mg/dl.

    II. Diagnosis DM apabila:

    a. Tidak terdapat gejala-gejala DM, tetapi

    b. Terdapat dua hasil dari GDP >120 mg/dl, 2jPP >200 mg/dl, atau gula darah

    acak >200 mg/dl.

    III. Diagnosis Gangguan Toleransi Glukosa (GTG) apabila GDP < 120 mg/dl dan 2j

    PP antara 140-200 mg/dl

    IV. Untuk kasus meragukan dengan hasil:

    GDP >120 mg/dl dan 2j PP >200 mg/dl, maka ulangi pemeriksaan sekali lagi,

    dengan persiapan minimal 3 hari dengan diit karbohidrat lebih dari 150 gram

    perhari dan kegiatan fisik seperti biasa, kemungkinan hasil adalah:

    a. DM apabila hasilnya sama atau tetap, yaitu GDP >120 mg/dl dan 2jpp >

    200 mg/dl, atau apabila hasilnya memenuhi kriteria I atau II

    b. GTG apabila hasil cocok dengan kriteria III.(7)

    2.1.5 Terapi

    Penatalaksanaan penderita Diabetes mellitus terdiri dari:

    - Terapi primer

    - Terapi sekunder

    2.1.5.1 Dasar-dasar terapi primer :

    I. Diit.

  • 8/9/2019 referat 38 halaman

    14/39

    Farmasi Anti Diabetik - 14

    Macam diit DM yang dikenal di Surabaya yaitu Diet-B, Diet B-Puasa, Diet-

    B1, Diet-BI Puasa, Diet B2, Diet- B3, Diet-Be, Diet-M, Diet M Puasa, Diet-G, Diet-

    KV, Diet-GL, Diet-H, Diet KV-T1, Diet KV-T2, Diet KV-T3, Diet-KV L, Diet-B1-

    T1, Diet B1-T2, Diet-B1-T3, dan Diet B1-L

    II. LatihanFisik. Dilakukan secara teratur tiap hari

    III. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat (PKM)

    2.1.5.2 Dasar-dasar terapi sekunder:

    I. Obat Hipoglikernik (OAD dan Insulin).

    I.1 Obat Anti Diabetes atau Tablet OAD (disingkat: OAD)

    Indikasi: DM tipe 2, DM.M (MRDM).(7)

    Macam obat anti diabetik :

    1. Sulfonylureas

    Pertama kali disetujui FDA pada 1962 dengan label tolbutamide (Orinase),

    obat golongan sulfonylurea dengan cepat menjadi pengobatan utama diabetes tipe 2.

    Sulfonylurea menstimulasi sel-sel beta dalam pankreas untuk memproduksi

    lebih banyak insulin. Obat ini juga membantu sel-sel dalam tubuh menjadi lebih baik

    dalam mengelola insulin. Pasien yang paling baik merespon sulfonylurea adalah

    pasien diabetes mellitus tipe 2 berusia di bawah 40 tahun, dengan durasi penyakit

    kurang dari lima tahun sebelum pemberian obat pertama kali, dan kadar gula darah

    saat puasa kurang dari 300 mg/dL (16,7 mmol/L).

    Untuk mengontrol kadar gula darah secara adekuat, obat ini sebaiknya

    diberikan 20-30 menit sebelum makan. Beberapa jenis obat yang mengandung

    sulfonylurea antara lain chlorpropamide (Diabinese), tolazamide (Tolinase),

    acetohexamide, glipizide (Glucotrol), tolbutamide (Orinase), glimepiride (Amaryl),

    glyburide (DiaBeta, Micronase), glibenclamide, dan gliclazide.

  • 8/9/2019 referat 38 halaman

    15/39

    15

    Sulfonylurea sebaiknya tidak diberikan pada wanita hamil atau menyusui, dan

    pasien-pasien yang alergi terhadap obat golongan sulfa. Efek samping utama obat ini

    adalah kenaikan berat badan dan retensi air. Meskipun sulfonylurea memiliki risiko

    hipoglikemia lebih rendah dibandingkan insulin, namun hipoglikemia yang

    diakibatkan sulfonylureas bisa berlangsung lama dan berbahaya.

    2. Meglitinida

    Meglitinida juga termasuk jenis obat diabetes yang bekerja dengan

    menstimulasi sel-sel beta pankreas untuk memproduksi insulin. Yang termasuk

    golongan Meglitinides adalah repaglinida (Prandin), nateglinida (Starlix), dan

    mitiglinida. Repaglinida merupakan derivat asam benzoat. Obat ini merupakan

    meglitinida non-sulfonylurea yang pertama dikenalkan pada 1998.

    Efek samping umum golongan meglinitide adalah diare dan sakit kepala.

    Sama dengan sulfnylurea, repaglinida memilki risiko pada jantung. Jenis yang lebih

    baru, seperti nateglinida, memiliki risiko sama namun lebih kecil.

    3. Metformin (Biguanida)

    Metformin merupakan obat yang cara kerjanya terutama menurunkan glukosadarah dengan menekan produksi glukosa yang diproduksi hati dan mengurangi

    resistensi insulin. Metformin bisa digunakan sebagai monoterapi atau dikombinsikan

    dengan sulfonylurea. Kombinasi dengan obat-obat sekresi insulin, insulin-sensitizing,

    atau insulin sendiri akan efektif. Metformin tidak menyebabkan hipoglikemia atau

    penambahan berat badan, jadi sangat baik digunakan pada pasien diabetes melitus

    tipe 2 yang menderita obesitas (pada beberapa studi bahkan pasien mengalami

    penurunan berat badan).

    Metformin juga memiliki efek manfaat pada kadar lipid dan kolesterol dan

    bersifat protektif untuk jantung. Pada sebuah studi banding, metformin menurunkan

    angka kematian hingga 85% dibandingkan insulin (28%), sulfonylurea (16%), dan

  • 8/9/2019 referat 38 halaman

    16/39

    Farmasi Anti Diabetik - 16

    thiazolidinedione (14%). Obat ini juga pilihan pertama untuk anak-anak dan terbukti

    efektif untuk wanita yang menderita polikistik ovarium dan resistensi insulin.

    Metformin memiliki kontraindikasi dengan pasien yang memiliki insufisiensi

    ginjal (misal: kadar kreatinin dalam serum 1,5 mg/dL pada pria dan 1,4 mg/dL pada

    wanita, atau terdapat pembersihan kreatinin abnormal) atau asidosis metabolik akut

    maupun kronis. Namun yang lebih hati-hati lagi adalah penggunaan metformin pada

    gangguan hati berat dan hipoksemia (pada pulmonary obstruktif kronis atau gagal

    jantung kongenstif), dan pecandu alkohol berat maupun sedang. Pada pasien-pasien

    ini, metformin bisa menyebabkan asidosis laktat, suatu kondisi yang pada 50 persen

    pasien bisa fatal (1 episode per 100.000 pasien setiap tahun).

    Meski manfaatnya sudah terbukti, namun Metformin juga tidak terlepas dari

    efek samping. Misalnya rasa metalik, masalah pada gastrointestinal termasuk mual

    dan diare. Metformin juga mengurangi penyerapan vitamin B1 dan asam folat, yang

    sangat penting mencegah gangguan jantung. Ada laporan ditemukannya asidosis

    laktat, kondisi yang berpotensi mengncam jiwa, khususnya pada mereka yang

    memiliki faktor risiko. Namun analisis keseluruhan menyebutkan tidak ada risiko

    metformin yang lebih besar dibandingkan obat diabetes tipe 2 lain.

    4. Thiazolidinedione

    Thiazolidinedione (sering juga disebut TZDs atau glitazone) berfungsi

    memperbaiki sensitivitas insulin dengan mengaktifkan gen-gen tertentu yang terlibat

    dalam sintesa lemak dan metabolisme karbohidrat. Thiazolidinedione tidak

    menyebabkan hipoglikemia jika digunakan sebagai terapi tunggal, meskipun mereka

    seringkali diberikan secara kombinasi dengan sulfonylurea, insulin, atau metformin.

    Beberapa studi menunjukkan thiazolidinediones mengakibatkan berbagai efek

    baik pada jantung, termasuk penurunan tekanan darah dan peningkatan trigliserida

    dan kadar kolesterol (termasuk peningkatan kadar HDL, yang dikenal sebagai

    kolesterol baik). Obat ini juga meredam molekul yang disebut 11Best HSK-1 yang

  • 8/9/2019 referat 38 halaman

    17/39

    17

    berperan penting pada sindrom metabolik (kondisi pre-diabetes, termasuk tekanan

    darah tinggi dan obesitas) dan diabetes melitus tipe 2.

    Thiazolidinediones bisa menyebabkan anemia dan bersama obat diabetes oral

    lainnya bisa menaikkan berat badan meski masih dalam skala moderat. Obat ini juga

    meningkatkan risiko peningkatan cairan yang akan memperburuk gagal jantung.

    Faktanya, troglitazone (Rezulin), agen pertama golongan ini ditarik dari pasaran

    setelah ditemukan laporan gagal jantung, gagal hati, dan kematian. Tetapi

    thiazolidinedione saat ini tidak menunjukkan efek yang sama pada hati meskipun ada

    beberapa laporan liver injury.

    5. Alpha-Glucosidase Inhibitors

    Alpha-glucosidase inhibitor, termasuk di dalamnya acarbose (Precose,

    Glucobay) dan miglitol (Glyset) memiliki cara kerja mengurangi kadar glukosa

    dengan mengintervensi penyerapan sari pati dalam usus. Acarbose cenderung

    menurunkan kadar insulin setelah makan, yang merupakan keuntungan khusus obat

    ini, karena kadar insulin yang tinggi setelah makan berkaitan dengan peningkatan

    risiko penyakit jantung. Studi tahun 2002 juga menemukan bahwa obat ini

    kemungkinan bisa menunda datangnya diabetes tipe 2 pada orang risiko tinggi.Alpha-glucosidase inhibitor tidak seefektif obat lain bila digunakan sebagai terapi

    tunggal. Namun bila digunakan secara kombinasi, misalnya dengan metformin,

    insulin, atau sulfonylurea, bisa meningkatkan efektivitasnya.

    Efek samping yang paling sering dikeluhkan adalah produksi gas dalam perut

    dan diare, khususnya setelah konsumsi makanan tinggi kandungan karbohidrat yang

    menyebabkan sepertiga pasien berhenti menggunakan obat ini. Medikasi obat ini

    dilakukan saat makan. Obat ini juga kemungkinan mempengaruhi penyerapan zatbesi.

    Obat-obat yang mudah berikatan dengan obat lain seperti cholestyramine,

    seharusnya diberikan dengan rentang pemberian dua atau empat jam dengan alpha-

  • 8/9/2019 referat 38 halaman

    18/39

    Farmasi Anti Diabetik - 18

    glucosidase inhibitor untuk menghindari interaksi obat. Obat-obat absorban dan

    preparat enzim digestif sebaiknya tidak diberikan bersama acarbose.

    6. Vildagliptin

    Vildagliptin adalah 'Dipeptidyl peptidase-4 Inhibitor (DPP-4 Inh) yang

    berpotensi, selektif dan reversibel. Melalui mekanisme itu, vildagliptin

    memperpanjang waktu kerja GLP-1 sehingga terjadi peningkatan insulin dan

    sekaligus menekan sekresi glukagon sehingga terjadi kontrol glukosa darah yang

    diinginkan.

    Obat ini berfungsi menghemat fungsi sel beta penkreas, memperbaiki fungsi

    sel beta, merupakan satu-satunya jenis OAD yang juga bekerja terhadap sel alfa,

    meminimalisir interaksi obat dan efektif terhadap obat pengobatan diabetes yang

    sudah gagal dengan terapi lain.(6)

    Klasifikasi klinik OAD secara rasional berdasar indikasi:

    A. Apabila perlu hipoglikemi kuat, gunakan golongan glibenklamid (Englucci &

    Daonil) dosis maksimal 2-3 tablet perhari, atau klorpropamid (Diabenese) dosis

    maksimal 2 tablet per hari)

    B. Untuk DM plus kelainan faal hepar dan atau ginjal, gunakan golongan gliquidon

    (Glurenorm) dosis maksimal 4 tablet per hari.

    C. Untuk DM plus angiopati, gunakan golongan glikiazid (Diamicron, dosis

    maksimal 4 tablet per hari)

    D. Untuk DM ringan atau sedang, atau gangguan pasca-reseptor, gunakan golongan

    glipizid (Minidiab, dosis maksimal 6 tablet per hari).(7)

    I.2 INSULIN

    Indikasi terapi insulin :

    1. DM tipe-l, DM-M (MRDM)

  • 8/9/2019 referat 38 halaman

    19/39

    19

    2. Koma Diabetik

    3. DM tipe-2 dan keadaan tertentu seperti DM dengan secondary failure dan OAD,

    DM + kehamilan, DM dengan selulitis/ gangren/infeksi lainnya, DM + fraktur, DM +

    hepatitis khronik/ Cirrhosis, DM + operasi, DM + TBC Paru, DM + Graves disease,

    DM + kanker

    Macam Insulin

    1. Insulin Konvensional

    2. Insulin Monokomponen

    3. BHI (Biosynthetic Human Insulin)

    II. Cangkok pancreas.

    Belum dilakukan di Indonesia(7)

    2.1.6 Prognosis

    Prognosis tergantung pada keadaan regulasi DM, Regulasi teratur dan baik

    akan memberi prognosis baik. Sedangkan prognosis nefropati diabetik kurang baik.(5)

    2.2. ROSILGITAZONE

    2.2.1 Deskripsi

    Nama Dagang :

    Di Amerika Serikat, obat ini dipasarkan oleh perusahaan farmasi

    GlaxoSmithKline sebagai obat tunggal (avandia) dan sebagai obat dengan

    metformin (avandamet) atau dengan glimepiride (Avandaryl). Penjualan

    tahunan mencapai puncaknya pada sekitar $ 2.5bn pada tahun 2006,

  • 8/9/2019 referat 38 halaman

    20/39

    Farmasi Anti Diabetik - 20

    tetapi menurun setelah laporan efek samping. Paten obat ini berakhir

    pada tahun 2012.(8)

    2.2.2 DosisRosiglitazone diindikasikan sebagai monoterapi yang disertai dengan diet dan

    latihan fisik untuk meningkatkan kontrol kadar gula dalam darah pada pasien dengan

    diabetes melitus tipe 2. Rosiglitazone jug diindikasikan sebagai kombinasi dengan

    metformin dan sulfonyluria dimana diet dan latihan fisik gagal dilakukan. Apabila

    pasien telah mendapat metformin atau sulfonyluria, pemberian Rosiglitazone dapat

    diberikan dalam regimen dosis tertentu. Penggunaan kombinasi dengan insulin telah

    dilakukan walaupun tidak merupakan indikasi yang diterima.

    Oleh karena agent ini bekerja apabila terdapat endogenous insulin, maka tidak

    dianjurkan penggunaan pada diabetes melitus tipe 1 ataupun pada Diabetes

    Ketoasidosis(DKA).

    Seperti thiazolidinedion lain, Rosiglitazone dapat menyebabkan peningkatan

    ovulasi sehingga pasien wanita perlu diinformasikan risiko terjadinya kehamilan

    apabila kontasepsi tidak dilakukan.

    Rosiglitazone maleat memiliki kasifikasi obat kategori C pada kehamilan.

    Obat ini tidak memiliki efek pada implantasi embryo pada awal kehamilan saat diuji

    pada mencit, namun penggunaan pada masa kehamilan lanjut dapat menyebabkan

    kematian janin dan terhambatnya pertumbuhan pada percobaan terhadap kelinci dan

    mencit. Teratogenisitas tidak didapatkan pada percobaan 3mg/kg pada tikus dan

    100mg/kg pada kelinci, namun penelitian ini tidak adekuat sehingga Rosiglitazone

    tidak dianjurkan untuk diberikan dalam kehamilan kecuali hasilnya lebih diutamakan

    dibanding dengan risiko pada fetus. Selain itu, berdasarkan fakta bahwa kadar gula

    abnormal pada kehamilan sering dikaitkan dengan kongenital anomali serta neonatal

    mortbidity dan mortality. Beberapa pakar menganjurkan insulin monotherapy sebagai

    pilihan dalam kehamilan untuk mengontrol kadar gula darah.

  • 8/9/2019 referat 38 halaman

    21/39

    21

    Rosiglitazone maleat di Amerika Serikat tersedia dalam sediaan film-coated

    tablet segi lima 2mg(jambon), 4mg(oranye), dan 8mg(merah-coklat). Pasien

    monoterapi maupun kombinasi dengan sulfonlyuria dan metformin dimulai dengan

    dosis 4mg/hari. SIngle dose maupun dosis terbagi dapat diberikan. Apabila setelah 8-

    12 minggu kadar glukosa puasa masih tidak terkontrol, dapat dilakukan peningkatan

    dosis 8mg/hari baik monoterapi maupun kombinasi dengan metformin. Penggunaan

    kombinasi dengan sulfonyluria dengan dosis lebih dari 4mg/hari tidak dianurkan

    sehingga produsen menyarankan untuk megurangi dosis sulfonyluria apabila terjadi

    hipoglikemi pada pasien.

    Pemberian Rosiglitazone terhadap pasien dengan gangguan fungsi ginjal tidak

    perlu dilakukan. Apabila melakukan pergantian jenis obat anti diabetes (OAD) lain

    menjadi Rosiglitazone, terapi perlu dilakukan berdasarkan kebutuhan pasien. Diet dan

    latihan fisik sebaiknya menjadi kunci utama dalam terapi. Tidak ada bukti klinis nyata

    mengenai ekuivalensi dosis antara golongan obat thiazolidinediones.(9)

    2.2.3 Indikasi

    Obat ini digunakan untuk DM tipe 2 yang tidak memberi respons dengan diet

    dan latihan fisik, sebagai monoterapi atau ditambahkan pada mereka yang tidak

    memberi respons pada obat hipoglikemik lain (sulfonil urea, metformin) atau insulin.

    (10)

    2.2.4 Farmakodinamik

    Tiazolidinedion merupakan agonist poten dan selektif PPAR, mengaktifkan

    PPAR membentuk PPAR-RXR dan terbentuklah adipose PPAR mengurangi

    keluarnya asam lemakmenuju ke otot, karenanyadapat mengurangi resistensi insulin.

    Pendapat lain, aktivasihormon adiposity dan adipokin, yang nampaknyaadalah

    adiponektin. Senyawa ini dapat meningkatkan sensitivitas insulin melalui

  • 8/9/2019 referat 38 halaman

    22/39

    Farmasi Anti Diabetik - 22

    peningkatan AMPkinase yang merangsang transport glukosa kesel dan meningkatkan

    oksidasi asam lemak. Jadi agar obat dapat bekerja harus tersedia insulin.

    Selain itu glitazonjuga menurunkan produksi glukosa hepar, menurunkan

    asam lemak bebas di plasma dan remodeling jaringan adipose

    Rosiglitazon dapat menurunkan HbA1c (1,0-1,5) dan berkecenderungan

    meningkatkan HDL, sedang efeknya pada trigliserid dan LDL bervariasi.(10)

    2.2.5 Farmakokinetik

    Rosiglitazone memiliki bioavailabilitas per oral yang absolute, yaitu 99%.

    Kadar puncak plasma tercapai dalam waktu 1 jam setelah pemberian. Kadar plasma

    maksimum dan kadar plasma di bawah area kurva (AUC) meningkat secara

    proporsional 0.2-20mg.

    Efek terhadap makanan telah diteliti dalam sebuah studi dengan 12

    sukarelawan sehat yang diberi 2mg dosis tunggal Rosiglitazone setelah diet tinggi

    lemak. Rosiglitazone tidak dipengaruhi oleh makanan, walaupun kecepatani absorbsi

    lebih lambat dan konsentrasi puncak plasma lebih rendah.

    Rosiglitazone memiliki ikatan terhadap protein 99.8%, terutama terhadap

    albumin. Rerata volume oral distribusi adalah 17,6 L. Dalam tubuh, Rosiglitazone

    dimetabolisme oleh 2 jalur utama, N-demetilasi dan hidroksilasi, yang diikuti engan

    konjugasi dengan sulfat dan asam glukoronat. Cytochrome P450 (CYP) 2C8

    isoenzim memegang peran utama dalam metabolisme. Hasil metabolit, dalam bentuk

    sulfat dan glukoronidase lebih tidak potent daripada substansi utama dan tidak

    memberikan kontribusi terhadap farmakokinetik obat. Ekskresi metabolit terutama di

    urin (64%) dan sisanya melalui feses (23%). Rosiglitazone memiliki waktu paruh

    (T1/2) 3-4 jam.

    Faktor genetic (ras) dan merokok tidak memiliki efek signifikan terhadap

    efek farmakokinetik Rosiglitazone. Cmax dan AUC diperkirakan 38% dan 36% atau

  • 8/9/2019 referat 38 halaman

    23/39

    23

    lebih rendah. bagaimanapun, pada area klinis yang lebih luas, perbedaan

    farmakokinetik ini tidaklah penting, seperti terlihat pada lebih dari 1000 data pasien

    dengan diabetes tipe 2 mengindikasikan bahwa tidak ada efek yang signifikan dari

    farmakokinetik obat rosiglitazone.

    Pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal ringan sampai sedang,

    farmakokinetik rosiglitazone tidak berubah pada penggunaan dosis 8mg / hari. pada

    pasien dengan gagal ginjal berat, rata rata fraks obat tak berikat meningkat hingga

    38% dibandingkan dengan grup yang normal, dan ini mungkin dapat menimbulkan

    konsentrasi total yang lebih rendah pada pasien dengan gagal ginjal yang berat. cmax

    dan AUC tidak dipengaruhi oleh hemodialysis.

    Pada studi dosis tunggal, open trial evaluated farmakokinetik dari

    rosiglitazone 2x4mg pada 17 pasien yang sehat dan 18 pasien dengan gangguan hepar

    kronis naik 34% Cmax menurun 21%, AUC dan Cmax dari obat yang tak berikatan

    meningkat hingga 188% dan 70%, masing masing, dan waktu paruh memanjang

    hingga 2jam pada pasien dengan gangguan kronis hepar dibandingkan dengan control

    yang normal. Dianjurkan untuk mengetes fungsi hati sebelum dan selama

    pengobatan, namun tidak ada pengaturan dosis yang spesifik.(9)

    2.2.6 Efek Samping

    Dalam studi Rosiglitazone yang diberikan baik tunggal ataupun kombinasi

    dengan metformin atau sulfonylurea terhadap 4598 pasien dengan Diabetes Melitus

    tipe 2 pada percobaan klinis dengan sampel 4600 pasien, ditemukan efek samping

    antara lain : ISPA (9.9%), cedera(7.6%), dan sakit kepala (5.9%). Infeksi dan sakit

    kepala juga ditemukan dalam pemberian obat golongan thiazolidinedion lainnya.

    Risiko hipoglikemi dengan monoterapi Rosiglitazone rendah (0.6%) , akan

    tetapi pasien yang diterapi kombinasi dengan sulfonylurea dan insulin mungkin dapat

  • 8/9/2019 referat 38 halaman

    24/39

    Farmasi Anti Diabetik - 24

    meningkatkan kejadian hipoglikemi sehingga pemberian dosis obat kombinasi perlu

    dipertimbangkan.

    Thiazolidinedione dapat menyebabkan retensi cairan yang dapat kegawatan

    dan menyebabkan gagal jantung. Oleh karena itu, produsen Rosiglitazone

    merekomendasi pasien dengan risiko dan tanda-tanda gagal jantung untuk tidak

    menggunakan Rosiglitazone apabila terjadi perubahan cardiac status. Walaupun Pada

    percobaan terhadap tikus coba dengan Thiazolidinedion dosis tinggi dapat terjadi

    cardiac hypertrofi, namun pada pemberian Rosiglitazone tidak menunjukan adanya

    perubahan struktur maupun fungsi jantung.

    Efek samping lain adalah edema ringan hingga sedang, dimana pasien yang

    diterapi dengan Rosiglitazone memiliki risiko edema (4,8%) lebih tinggi dibanding

    pasien yang dirawat dengan placebo. Frekuensi ini menjadi lebih tinggi apabila

    dikombinasi dengan insulin (14,7%) apabila dibandingkan dengan monoterapi

    insulin. Dalam suatu studi, doubleblind-placebo controlled trial, peningkatan rata-rata

    volume plasma adalah (1,8 ml/kg) pada pemberian 8mg/hari. Dalam studi, didapatkan

    2 orang pasien, salah seorang pasien mengalami sesak nafas dan efusi pleura pada

    penggunaan 8mg/hari dan pasein lain mengalami edema ringan pada penggunaan

    8mg/hari dan saat obat dihentikan, pasien tersebut pulih.

    Rosiglitazone dikaitkan dengan penurunan ringan hemoglobin (1 g/dl) dan

    hematokrit (3.3%), namun tidak ada bukti yang menguatkan bahwa hal ini

    mempengaruhi erythropoiesis atau merusak sel darah merah. Anemia dilaporkan pada

    1.9% pasien dan pada penggunaan kombinasi tingkat terjadinya anemia lebih tinggi

    daripada monoterapi.

    Penggunaan Rosiglitazone, seperti thiazolidinedion lain, berhubungan dengan penambahan berat badan yang belum jelas penyebabnya apakah mungkin

    multifaktorial ataupun berhubungan dengan retensi cairan dan penimbunan lemak.

    Dalam studi pemberian Rosiglitazone 4mg 2 kali/hari terjadi peningkatan signifikan

  • 8/9/2019 referat 38 halaman

    25/39

    25

    pada daerah lemak subuktan dan lemak pada hati, namun tidak terjadi peningkatan

    lemak intraabdomen.

    Penggunaan Rosiglitazone juga pernah dikaitkan dengan hepatotoksisitas

    dengan ditemukanny seorang wanita 58 tahun dengan diabetes lama, terjadi

    peningkatan enzim hati dan mengalami ikterus setelah 3 minggu diterapi 4mg/hari

    dan kembali normal setelah 4 minggu terapi dihentikan. Sebuat kasus lain dimana

    wanita 47 tahun dengan diabetes, hipertensi, herpes zooster, depresi, dan diabetes

    gastroparesis yang mengalami peningkatan alkali fosfatase 5 kali batas normal setelah

    menggunakan 4mg/hari selama 5 bulan. Setelah terapi dihentikan, tingkat fosfatase

    kembali normal dalam 2 minggu.

    Oleh karena itu, penggunaan Rosiglitazone perlu dilakukan monitoring secara

    hati-hati pada pasien dengan peningkatan enzim hati dan apabila meningkat tinggi,

    penggunaan Rosiglitazone harus dihentikan.

    Penggunaan Rosiglitazone dalam studi, juga ditemukan terjadi perubahan

    profil lipid. Pada studi 26 minggu monoterapi Rosiglitazone terjadi peningkatan

    kenaikan low-density lipoprotein (LDL, 14-19%) dan high-density lipoprotein (HDL,

    11-14%). Dalam studi 52 minggu double blind penggunaan rosiglitazone 4 dan8mg/hari dan glyburide-controlled trial, dikaitkan dengan peningkatan LDL rata-rata

    12% dan HDL 19%. Peningkatan LDL terjadi terutama pada 1-2 bulan pertama,

    sedangkan HDL meningkat secara linier. Perubahan Trigliserid (TG) umumnya tidak

    didapatkan perbedaan dengan plasebo. Penuruan asam lemak bebas sebesar 22%

    pada penggunaan Rosiglitazone, sedangkan 5% pada penggunaan glyburide pada

    minggu ke 52.(9)

    2.2.7 Interaksi

    Oleh karena Rosiglitazone terutama dimetabolisme oleh CYP2C8, sebenarnya

    memiliki tendensi rendah dalam interaksi antar obat. Walaupun isoenzim tidak

    merupakan salah satu rute utama dalam metabolisme obat, namun beberapa substrat

  • 8/9/2019 referat 38 halaman

    26/39

    Farmasi Anti Diabetik - 26

    obat CYP2C8 seperti cerivastatin, paclitaxel, zopiclone, dan enantiomers dari

    verapamil.

    Studi farmakokinetik yang mengevaluasi potensial interaksiobat dengan

    Rosiglitazone menunjukan tidak ada interaksi antar obat anti diabetes (OAD,

    glyburide, acarbose, metformin), substrate of CYP3A4 (nifedipine, oral

    contraceptives), digoxin, warfarin, maupun ranitidine.(9)

  • 8/9/2019 referat 38 halaman

    27/39

    27

    BAB 3

    PENELITIAN

    3.1 Rosiglitazone Evaluated for Cardiovascular Outcomes An

    Interim Analysis

    Background

    A recent meta-analysis raised concern regarding an increased risk of myocardial in-

    farction and death from cardiovascular causes associated with rosiglitazone treatment

    of type 2 diabetes.

    Methods

    We conducted an unplanned interim analysis of a randomized, multicenter, open-

    label, noninferiority trial involving 4447 patients with type 2 diabetes who had

    inadequate glycemic control while receiving metformin or sulfonylurea, in which

    2220 patients were assigned to receive add-on rosiglitazone (rosiglitazone group), and

    2227 to receive a combination of metformin plus sulfonylurea (control group). The

    primary end point was hospitalization or death from cardiovascular causes.

    Results

    Because the mean follow-up was only 3.75 years, our interim analysis had limitedsta- tistical power to detect treatment differences. A total of 217 patients in the

    rosiglitazone group and 202 patients in the control group had the adjudicated primary

    end point (hazard ratio, 1.08; 95% confidence interval [CI], 0.89 to 1.31). After the

    inclusion of end points pending adjudication, the hazard ratio was 1.11 (95% CI, 0.93

    to 1.32). There were no statistically significant differences between the rosiglitazone

    group and the control group regarding myocardial infarction and death from

    cardiovascular causes or any cause. There were more patients with heart failure in the

    rosiglitazone group than in the control group (hazard ratio, 2.15; 95% CI, 1.30 to

    3.57).

    Conclusions

  • 8/9/2019 referat 38 halaman

    28/39

    Farmasi Anti Diabetik - 28

    Our interim findings from this ongoing study were inconclusive regarding the effect

    of rosiglitazone on the overall risk of hospitalization or death from cardiovascular

    causes. There was no evidence of any increase in death from either cardiovascular

    causes or all causes. Rosiglitazone was associated with an increased risk of heart

    failure. The data were insufficient to determine whether the drug was associated with

    an increase in the risk of myocardial infarction. (10)

    3.2 Effect of Rosiglitazone on The Risk of Myocardial Infarction and

    Death from Cardiovascular Causes

    BackgroundRosiglitazone is widely used to treat patients with type 2 diabetes mellitus, but its

    effect on cardiovascular morbidity and mortality has not been determined.

    Methods

    We conducted searches of the published literature, the Web site of the Food and Drug

    Administration, and a clinical-trials registry maintained by the drug manu- facturer

    (GlaxoSmithKline). Criteria for inclusion in our meta-analysis included a study

    duration of more than 24 weeks, the use of a randomized control group not receiving

    rosiglitazone, and the availability of outcome data for myocardial infarc- tion and

    death from cardiovascular causes. Of 116 potentially relevant studies, 42 trials met

    the inclusion criteria. We tabulated all occurrences of myocardial infarc- tion and

    death from cardiovascular causes.

    Results

    Data were combined by means of a fixed-effects model. In the 42 trials, the mean age

    of the subjects was approximately 56 years, and the mean baseline glycated

    hemoglobin level was approximately 8.2%. In the rosiglitazone group, as compared

    with the control group, the odds ratio for myocardial infarction was 1.43 (95%

    confidence interval [CI], 1.03 to 1.98; P=0.03), and the odds ratio for death from

    cardiovascular causes was 1.64 (95% CI, 0.98 to 2.74; P=0.06).

    Conclusions

  • 8/9/2019 referat 38 halaman

    29/39

    29

    Rosiglitazone was associated with a significant increase in the risk of myocardial

    infarction and with an increase in the risk of death from cardiovascular causes that

    had borderline significance. Our study was limited by a lack of access to original

    source data, which would have enabled time-to-event analysis. Despite these limita-

    tions, patients and providers should consider the potential for serious adverse car-

    diovascular effects of treatment with rosiglitazone for type 2 diabetes. (2)

  • 8/9/2019 referat 38 halaman

    30/39

    Farmasi Anti Diabetik - 30

    BAB 4

    PEMBAHASAN

    Diabetes mellitus merupakan penyakit metabolik (kebanyakan herediter)

    sebagai akibat dari kurangnya insulin efektif baik oleh karena adanya disfungsi sel

    beta pankreas atau ambilan glukosa di jaringan perifer, atau keduanya (pada DM tipe

    2) atau kurangnya insulin absolut (pada DM tipe 1), dengan tanda-tanda

    hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan gejala klinis akut (poliuri, polidipsi,

    penurunan berat badan), dan atau gejala kronik atau kadang tanpa gejala. Diabetes

    yang sering terjadi adalah diabetes mellitus tipe 2 karena faktor genetik.

    Diabetes mellitus tipe 2, dulu disebut non-insulin-dependent diabetes mellitus

    (NIDDM, "diabetes yang tidak bergantung pada insulin") , terjadi karena kombinasi

    dari kecacatan dalam produksi insulin dan resistensi terhadap insulin atau

    berkurangnya sensitifitas terhadap insulin (adanya defek respon jaringan terhadap

    insulin) yang melibatkan reseptor insulin di membran sel.

    Gejala yang terjadi pada diabetes mellitus tipe 2 antara lain polyuria (banyakkencing),polydipsia (banyak minum) danpolyphagia (banyak makan). Ketiga gejala

    ini biasa disebut Trias Sindroma Diabetik. Kemudian diikuti oleh gejala kronis DM

    yang sering muncul antara lain lemah badan, kesemutan, kaku otot, penurunan

    kemampuan seksual, gangguan penglihatan, sakit sendi, dan lain-lain.

    Diagnosis DM terutama apabila terdapat gejala-gejala DM ditambah dengan

    GDP >120mg/dl, 2 jpp > 200mg/dl ,atau glukosa darah acak >200mg/dl.

    Penatalaksanaan penderita diabetes mellitus terdiri dari terapi primer dan

    terapi sekunder. Terapi primer berupa diet, latihan fisik, dan penyuluhan kesehatan

    masyarakat. Sedangkan terapi sekunder berupa obat anti-diabetik (OAD dan insulin)

    serta cangkok pankreas. Golongan obat oral anti-diabetik antara lain Sulfonylurea,

    http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Reseptor_insulin&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Polyuria&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Polydipsia&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Polyphagia&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Reseptor_insulin&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Polyuria&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Polydipsia&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Polyphagia&action=edit&redlink=1
  • 8/9/2019 referat 38 halaman

    31/39

    31

    Meglitinide, Metformin, Thiazolindinedhione, Alpha- glukosidase inhibitor,dan

    Vildagliptin.

    Salah satu terapi oral antidiabetik adalah rosiglitazone yang merupakan

    golongan Thiazolidinediones. Thiazolidinediones bekerja menurunkan reistensi

    insulin. Thiazolidinediones bekerja pada reseptor PPAR ( Peroxisome Proliferator-

    Activated receptor gamma. Reseptor ini dapat ditemukan pada otot, lemak dan hepar.

    Reseptor ini memodulasi ekspresi gen yang mempengaruhi metabolisme karbohidrat

    dan lemak, sinyal transduksi dari insulin serta diferensiasi jaringan adiposa. Selain

    bekerja pada jaringan adiposa, miosit dan hepatosit, thiazoldinediones juga berefek

    pada vaskular endotel, sistem imun, ovarium serta tumor sel melalui jalur PPAR-g

    yang berbeda-beda. Pada orang dengan diabetes, thiazolidinediones bekerja terutama

    pada jaringan adipopsa dengan cara meningkatkan ambilan glukosa serta

    mempengaruhi pembentukan hormon pemecahan lemak dan protein. sehingga dapat

    menurunkan kadar gula dalam darah.

    Salah satu obat golongan Thiazolidinediones yang ada di pasaran adalah

    Rosiglitazone. Rosiglitazone cepat diserap sangat terikat protein. obat ini

    dimetabolisme di liver oleh sitokrom P2C8 dan P2C9. Obat ini dapat digunakan satu

    sampai dua kali sehari dengan dosis total per hari 4-8 mg. Obat ini memepunyai efek

    samping yang sama seperti golongan thiazolidinediones yang lain namun tidak

    menunjukkan interaksi obat yang signifikan. Rosiglitazone digunakan pada diabetes

    mellitus tipe 2 sebagai monoterapi atau kombinasi dengan biguanide, sulfonylurea,

    dan insulin.

    Rosiglitazone memiliki efektivitas euglikemia sebesar 70 % pada penguna

    pertama. Respon pengobatan rosiglitazone sebenarnya sama dengan penggunaan

    golongan sulfonylurea dan biguanide, namun karena obat ini mempengaruhi pada

    tingkat gen, menyebabkan slow onset dan offset selama beberapa minggu atau bulan.

    Kombinasi rosiglitazone dan golongan sulfonylurea dapat menyebabkan efek

    hipoglikemia sehinga membutuhkan pengaturan dosis ulang. Terapi rosiglitazone

  • 8/9/2019 referat 38 halaman

    32/39

    Farmasi Anti Diabetik - 32

    jangka panjang dapat menyebabkan penurunan trigliserida, peningkatan HDL dan

    LDL. Selain itu rosigllitazone dapat menyebabkan retens cairan yang bermanifestasi

    sebagai edema perifer serta anemia, terutama bila dikombinasikan dengan insulin atau

    golongan insulin secretagogues. Banyak dilaporkan kejadian peningkatan berat badan

    sebesar satu sampai tiga kilogram karena retensi cairan pada penggunaan

    rosiglitazone jangka panjang. Obat ini tidak boleh digunakan pada wanita hamil,

    penderita dengan gangguan fungsi liver (ALT > 2,5 nilai normal) serta memiliki

    risiko penyakit kardiovaskuler. pemantauan tes fungsi liver sebaiknya dilakukan

    sebelum memulai terapi dan secara periodik selama pemakaian rosiglitazone.

    Berdasarkan efek smping rosiglitazone seperti tersebut diatas, muncullah

    pemikiran mengenai kemungkinan rosiglitazone dalam meningkatkan kejadian

    miokardial infark dan penyakit kardiovaskular. Hal ini didukung oleh penelitian yang

    dilakukan Steven E. Niessen, M.D., and Kathy Wolski, M.P.H. yang bertajukEffect

    of Rosiglitazoneon the Risk of Myocardial Infarction and Death from

    cardiovascular causes. Data yang dirilis pada tahun 2007 tersebut menunjukkan

    bahwa rosiglitazone secara signifikan meningkatkan resiko miokardial infark dengan

    presentase 1,43% ( p=0.03), dan risiko kematian akibat kardiovaskular sebesar 1,64%

    ( p=0,06)

    Penelitian lain yang mendukung pemikiran tersebut adalah Philip D. Home,

    D.M., et al pada tahun 2007 dengan judul Rosiglitazone Evaluted for

    Cardiovascular Outcames yang menyimpulkan bahwa rosiglitazone meningkatkan

    risiko kejadian gagal jantung sebesar 2,15 % (p=0,003).

    Kesimpulan:

    - Diabetes Mellitus tipe 2 adalah penyakit metabolik yang disebabkan dominasiresistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai yang terutama defek sekresi

    insulin disertai resistensi insulin. penyakit ini kebanyakan herediter

  • 8/9/2019 referat 38 halaman

    33/39

    33

    - Rosiglitazone merupakan golongan Thiazolidinediones yang bekerja pada reseptor

    PPAR ( Peroxisome Proliferator-Activated receptor gamma) dengan cara

    meningkatkan ambilan glukosa serta pemecahan lemak dan protein sehingga dapat

    menurunkan kadar gula dalam darah

    - Berdasarkan jurnal yang kami dapat, penggunaan rosiglitazone dapat meningkatkan

    risiko penyakit kardiovaskular pada pasien dengan diabetes mellitus tipe 2

  • 8/9/2019 referat 38 halaman

    34/39

    Farmasi Anti Diabetik - 34

    BAB 5

    RINGKASAN

    Diabetes mellitus merupakan penyakit metabolik yang kebanyakan herediter.

    Sebagai akibat dari kurangnya insulin, efektif baik oleh karena adanya disfungsi sel

    beta pankreas atau ambilan glukosa di jaringan perifer, atau keduanya (pada DM tipe

    2) atau kurangnya insulin absolut (pada DM tipe 1).

    Diabetes mellitus tipe 2, dulu disebut non-insulin-dependent diabetes mellitus

    (NIDDM, "diabetes yang tidak bergantung pada insulin"). Gejala yang terjadi pada

    diabetes mellitus tipe 2 antara lain polyuria (banyak kencing), polydipsia (banyak

    minum) dan polyphagia (banyak makan). Diagnosis DM terutama apabila terdapat

    gejala-gejala DM ditambah dengan GDP >120mg/dl, 2 jpp > 200mg/dl ,atau

    glukosa darah acak >200mg/dl.

    Penatalaksanaan penderita diabetes mellitus terdiri dari terapi primer dan

    terapi sekunder. Golongan obat oral anti-diabetik antara lain Sulfonylurea,

    Meglitinide, Metformin, Thiazolindinedhione, Alpha- glukosidase inhibitor,dan

    Vildagliptin.

    Salah satu terapi oral antidiabetik adalah rosiglitazone yang merupakan

    golongan Thiazolidinediones. Thiazolidinediones bekerja menurunkan reistensi

    insulin. Thiazolidinediones bekerja pada reseptor PPAR ( Peroxisome Proliferator-

    Activated receptor gamma. Salah satu obat golongan Thiazolidinediones yang ada di

    pasaran adalah Rosiglitazone. Rosiglitazone cepat diserap sangat terikat protein. obat

    ini dimetabolisme di liver oleh sitokrom P2C8 dan P2C9. Obat ini dapat digunakan

    satu sampai dua kali sehari dengan dosis total per hari 4-8 mg. Obat ini memepunyaiefek samping yang sama seperti golongan thiazolidinediones yang lain namun tidak

    menunjukkan interaksi obat yang signifikan.

    Rosiglitazone memiliki efektivitas euglikemia sebesar 70 % pada penguna

    pertama. Kombinasi rosiglitazone dan golongan sulfonylurea dapat menyebabkan

    http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Polyuria&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Polydipsia&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Polyphagia&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Polyuria&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Polydipsia&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Polyphagia&action=edit&redlink=1
  • 8/9/2019 referat 38 halaman

    35/39

    35

    efek hipoglikemia sehinga membutuhkan pengaturan dosis ulang. Terapi rosiglitazone

    jangka panjang dapat menyebabkan penurunan trigliserida, peningkatan HDL dan

    LDL. Selain itu rosigllitazone dapat menyebabkan retensi cairan yang bermanifestasi

    sebagai edema perifer serta anemia, terutama bila dikombinasikan dengan insulin atau

    golongan insulin secretagogues.

    Berdasarkan efek smping rosiglitazone seperti tersebut diatas, muncullah

    pemikiran mengenai kemungkinan rosiglitazone dalam meningkatkan kejadian

    miokardial infark dan penyakit kardiovaskular. Hal ini didukung oleh penelitian yang

    dilakukan Steven E. Niessen, M.D., and Kathy Wolski, M.P.H. yang bertajukEffect

    of Rosiglitazoneon the Risk of Myocardial Infarction and Death from

    cardiovascular causes. Data yang dirilis pada tahun 2007 tersebut menunjukkan

    bahwa rosiglitazone secara signifikan meningkatkan resiko miokardial infark dengan

    presentase 1,43% ( p=0.03), dan risiko kematian akibat kardiovaskular sebesar 1,64%

    ( p=0,06)

    Penelitian lain yang mendukung pemikiran tersebut adalah Philip D. Home,

    D.M., et al pada tahun 2007 dengan judul Rosiglitazone Evaluted for

    Cardiovascular Outcames yang menyimpulkan bahwa rosiglitazone meningkatkan

    risiko kejadian gagal jantung sebesar 2,15 % (p=0,003).

  • 8/9/2019 referat 38 halaman

    36/39

    Farmasi Anti Diabetik - 36

    BAB 6

    SUMMARY

    Diabetes Mellitus is a metabolic disease which is mostly genetic factor

    related. It can be caused by insulin insensitivity, caused by either the dysfunction of

    beta-pancreatic cells or the glucose uptake in peripheral tissues (Type 2), and absolute

    inexistence of insulin (Type 1).

    Type 2 Diabetes Mellitus, which was known as NIDDM (Non Insulin

    Dependent Diabetes Mellitus), mostly has symptoms such as polyuria, polydipsia,

    and polyphagia. In addition, it is diagnosed with fasting blood glucose concentration

    > 120mg/dl, postprandial blood glucose concentration > 200mg/dl, or random blood

    glucose concentration.

    The management of diabetes mellitus can be differed into: management of

    diet and exercise (primer therapy) and drugs (secondary therapy). One of the oral

    antidiabetic drugs is Rosiglitazon, one of Thiazolidinedion class drug, which actions

    is as insulin sensitizer. Rosiglitazone is a fast onset and long acting drug because its

    characteristic of quick absorbed and highly bound to protein. Rosiglitazone is

    metabolized in the liver by Cytochrome P450, specially P2C8 and P2C9. This drug

    can be administered once 8 mg to twice 4 mg a day. Rosiglitazone has adverse effect

    like other thiazolidinediones but doesnt show such significant drugs interactions.

    Rosiglitazone has an euglycemia effectivity of 70% in the first user. The

    combination of Rosiglitazone and Sulfonylurea can cause hypoglycemia effect that it

    requires adjustment in the dose regiment. Long planned therapy of Rosiglitazone can

    cause the increase in LDL and HDL and the reduce in fatty acid. In addition, it can

    cause edema, which manifested in peripheral edema and anemia if it is combined

    with insulin or other secretagogues insulin drugs.

    Based on the adverse effects above, there are thoughts whether Rosiglitazone

    can cause myocardial infarct and other cardiovascular disease which is explained

  • 8/9/2019 referat 38 halaman

    37/39

    37

    Steven E. Niessen, M.D., and Kathy Wolski, M.P.H in their study Effect of

    Rosiglitazone : he Risk of Myocardial Infarction and Death from

    Cardiovascular Causes. The paper released in 2007 concluded that

    Rosiglitazone significantly increase the risk of myocardial infarct 1,43% (p=0.03) and

    the risk of death from cardiovascular 1.64% (p=0.06).

    Other study Rosiglitazone Evalutaed for Cardiovascular

    Outcomes by Philip D. Home, M.D., et al in 2007 which concluded Rosiglitazone

    increase the risk of heart failure of 2,15% (p=0,003).

  • 8/9/2019 referat 38 halaman

    38/39

    Farmasi Anti Diabetik - 38

    BAB 7

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Patel Anushka. 2008. Intensive Blood Glucose Control and VascularOutcomes in Patients with Type 2 Diabetes. Available from:

    http://content.nejm.org/cgi/content/full/358/24/2560 [cited on: 19 Maret 2010

    16:23)

    2. Nissen Steven E. 2007. Effect of Rosiglitazone on the Risk of Myocardial

    Infarction and Death from Cardiovascular Causes. Available from:

    http://content.nejm.org/cgi/content/full/356/24/2457[cited on: 17

    Maret 2010 16:24]

    3. Shahab Alwi. 2008. Mengapa Diabetes Melitus Meningkatkan Risiko

    Terjadinya Penyakit Kardiovaskuler. Available from:http://dokter-

    alwi.com/main_html/dmkardio1.html [cited on: 20 Maret 2010 13:31]

    4. Gerstein Hertzel C. 2008. Effect of Intensive Glucose Lowering in Type 2

    Diabetes. Available from:http://content.nejm.org/cgi/content/full/358/24/2545?

    ijkey=b19325d9a06581460ecb5a84106e4e58630f682c [cited on: 19 Maret

    2010 16:45]

    5. Rosen Clifford J. 2007. The Rosiglitazone Story Lesson from an FDA

    Advisory Committee Meeting. Available from:

    http://content.nejm.org/cgi/content/full/359/11/1092 [cited on: 19 Maret 2010

    16: 25]

    6. Tjokroprawiro A, Hendromartono, Sutjahjo et al. Pedoman Diagnosis dan

    Terapi. Airlangga University Press .2008: 85-95

    7. Karam H John, Katzung GBertram. Farmakologi Dasar dan Klinik.EGC.

    1998 : 663-681

    http://content.nejm.org/cgi/content/full/358/24/2560http://content.nejm.org/cgi/content/full/356/24/2457http://content.nejm.org/cgi/content/full/356/24/2457http://dokter-alwi.com/main_html/dmkardio1.htmlhttp://dokter-alwi.com/main_html/dmkardio1.htmlhttp://dokter-alwi.com/main_html/dmkardio1.htmlhttp://content.nejm.org/cgi/content/full/358/24/2545?ijkey=b19325d9a06581460ecb5a84106e4e58630f682chttp://content.nejm.org/cgi/content/full/358/24/2545?ijkey=b19325d9a06581460ecb5a84106e4e58630f682chttp://content.nejm.org/cgi/content/full/359/11/1092http://content.nejm.org/cgi/content/full/358/24/2560http://content.nejm.org/cgi/content/full/356/24/2457http://dokter-alwi.com/main_html/dmkardio1.htmlhttp://dokter-alwi.com/main_html/dmkardio1.htmlhttp://content.nejm.org/cgi/content/full/358/24/2545?ijkey=b19325d9a06581460ecb5a84106e4e58630f682chttp://content.nejm.org/cgi/content/full/358/24/2545?ijkey=b19325d9a06581460ecb5a84106e4e58630f682chttp://content.nejm.org/cgi/content/full/359/11/1092
  • 8/9/2019 referat 38 halaman

    39/39

    39

    8. Werner Amy L. 2008. A Review of Rosiglitazone in Type 2 Diabetes Mellitus.

    9. Syarif Amir. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5.

    10.Home Philip D. 2007. Rosiglitazone Evaluated for Cardiovascular Outcomes

    An Interim Analysis. Available from:

    http://content.nejm.org/cgi/content/short/357/1/28 [cited on: 18

    Maret 2010 14:20]

    http://content.nejm.org/cgi/content/short/357/1/28http://content.nejm.org/cgi/content/short/357/1/28