REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA...

113
REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA JAKARTA SELATAN TAHUN 2012 Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S. Sy) Oleh : Futichatus Samiah NIM : 1110044100064 K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1435 H/ 2014 M

Transcript of REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA...

Page 1: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS

PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA JAKARTA SELATAN

TAHUN 2012

Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi

Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S. Sy)

Oleh :

Futichatus Samiah

NIM : 1110044100064

K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1435 H/ 2014 M

Page 2: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

REALISASI PEI,AKSANAAN NAM(AIT IDDAH DAI,AM KASUS

PERCERAIAN DI PENGADILAII AGAMA JAKARTA SELATAN

TAIIUN 2012

Skripsi Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk MemenuhiSalah Satu Syarat unhrk Memperoleh Gelar Sa{ana Syariah (S.SV).

Oleh:

Futichatus SamiahNIM: 1110044100064

KONSENTRASI PERADILAN AGAMA

PROGRAM STUDI III]KT]M KELUARGA

FAKULTAS SYARIAII DAI\T IIUKTIM

UNTYERSTTAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAII

JAKARTAr43s H/ zal4iM

Di Bawah Bimbingan

iiffosdian:i. MA.196906102003122041

Page 3: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

PENGESAIIAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul REALISASI PELAKSANAAIY NAFKAH IDDAH DALAMKASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA JAKARTA SELATANTAHUN 2012, telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah danHukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggnl 9 Mei2014. Slaipsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelarSarjana Program Sffata 1 (S1) pada Program Studi Hukum Keluarga KonsenfrasiPeradilan Agama.

Jakafia,9 Mei20l4Mengesahkan

Dekan Fakultas Syariah Dan Hukum

PATIITIA UJIAN

1. KetuaDrs.IL Basiq Dialil SH.. MANIP: 19500306 197603 1 001

'2. SekertarisHi. Rosdiana. MA.NIP: 19690610 200312 2 001

PembimbingHi. Rosdiana. MA-NIP: 19690610 200312 2 001

Penguji IDr. H. M. Nurul Irfan. M. As.NIP: 19730808 200312 1 001

Penguji IIDra. Hi. Maskufa. M. A.NIP: 196807A3 D9403 2 002

(..;............ )

3.

4.

s

r. Phil. JM Muslimin, M.A.19680812 199903 1 014

Page 4: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

iii

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 24 April 2014

Penulis

Page 5: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

iv

KATA PENGANTAR

بسم ا لله الرحمن الرحيم

Puji dan syukur tak hentinya penulis panjatkana ke Hadirat Allah SWT yang

Maha Pengasih dan Penyayang dengan limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dalam rangka memenuhi persyaratan untuk mencapai gelar

Sarjana Syariah pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Shalawat serta salam tak lupa penulis haturkan pula kepada junjungan kita

Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat serta umatnya, yang Insya Allah

kita termasuk di dalamnya.

Selama proses penulisan skripsi ini penulis sangat menyadari bahwa dalam

proses tersebut tidaklah terlepas dari segala bantuan, bimbingan dan motivasi dari

berbagai pihak, oleh karenanya pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Amin Suma, SH, MA, MM. Dekan Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Periode

Tahun 2007 sampai Periode Tahun 2014.

2. Dr. Phil. JM Muslimin, M. A. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Periode Tahun 2014

sampai Periode Tahun 2017.

Page 6: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

v

3. Drs. H. A. Basiq Djalil, SH, MA. Ketua Jurusan Ahwal Syakhsiyyah

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

4. Hj. Rosdiana, MA. Sekretaris Jurusan Ahwal Syakhsiyyah Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

yang sekaligus juga dosen pembimbing skripsi atas waktu, perhatian serta

do’a selama proses bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini, semoga Ibu

senantiasa diberikan nikmat, sehat dan selalu menjadi suri tauladan bagi

kami.

5. Para Dosen serta jajaran staf karyawan di Fakultas Syariah dan Hukum,

terima kasih atas segala ilmu yang telah diberikan. Semoga menjadi ilmu

yang berkah dan manfaat di dunia dan akhirat.

6. Segenap Staf Karyawan Akademik, Perpustakaan Utama UIN dan

Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan

kemudahan penulis dalam mencari referensi.

7. Ayahanda Syamsudin dan Ibunda Munipah yang telah merawat dan

mendidik penulis dengan penuh kesabaran, cinta dan kasih sayang dan

yang selama ini telah mendukung penulis dengan sepenunya hingga

sampai sekarang ini.

8. Om H. Apong Syafarudin dan Bulek Hj. Suci Hati yang telah membiayai

saya dalam menjalankan perkuliahan di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Page 7: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

vi

9. Kakak beserta Istri dan adik tercinta yang selalu memberikan semangat,

dukungan dan do’a bagi penulis.

10. Hakim dan Staf Karyawan Pengadilan Agama Jakarta Selatan yang telah

memberikan kemudahan bagi penulis dalam melakukan peniltian.

11. Teman-temanku senasib seperjuanagn Fakultas Syariah dan Hukum

angkatan 2010.

12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, penulis

ucapkan terima kasih yang tiada terhingga.

Semoga Allah membalas semua amal baik dengan pahala yang berlipat ganda.

Amin

Jakarta, 24 April 2014

Penulis

v

Page 8: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

vii

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ i

PENGESAHAN PANITIA UJIAN .............................................................. ii

LEMBAR PERNYATAAN ..........................................................................iii

KATA PENGANTAR ................................................................................... iv

DAFTAR ISI ................................................................................................. vii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah......................................... 10

C. Tujuan Penelitian dan Manfaatnya ............................................ 11

D. Kerangka Teori........................................................................... 12

E. Metode Penelitian....................................................................... 15

F. Review StudiTerdahulu .............................................................. 19

G. Sistematika Penulisan ................................................................ 22

BAB II NAFKAH IDDAH DALAM TEORI

A. Pengertian Nafkah dan Dasar Hukumnya .................................. 23

B. Perceraian dalam Perkawinan .................................................... 30

Page 9: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

viii

C. Pengertian Iddah dan Dasar Hukumnya ..................................... 33

D. Macam – Macam Iddah dan Hikmahnya ................................... 38

E. Nafkah Iddah dalam Undang-Undang Perkawinan dan KHI ..... 45

BAB III PROFIL PENGADILAN AGAMA JAKARTA SELATAN

A. Profil Pengadilan Agama ........................................................... 51

B. Struktur Organisasi Pengadilan Agama ..................................... 57

C. Tugas dan Wewenang Absolut Pengadilan ................................ 60

BAB IV REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS

PERCERAIAN

A. Data Perkara Perceraian ............................................................. 65

B. Proses Pelaksanaan Pemberian Nafkah Iddah............................ 69

C. Implementasi Pelaksanaan Putusan Tentang Nafkah Iddah di

Pengadilan Agama Jakarta Selatan ......................................... 74

D. Analisis ....................................................................................... 75

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................ 80

B. Saran – saran .............................................................................. 81

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 10: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

ix

Surat Permohonan Kesediaan menjadi Pembimbing

Surat Permohonan Data/ Wawancara

Data Perkara Tahun 2012

Putusan Perkara Cerai Talak

Hasil Wawancara Hakim

Page 11: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia diciptakan Allah berpasang-pasangan dan kemudian saling

mengenal antara satu dengan yang lainnya, begitu pula untuk terjalinnya suatu

hubungan dan terjadinya suatu pasangan yang halal baginya yaitu melalui

perkawinan yang sah. Oleh karena itu, pengertian perkawinan menurut hukum

Islam yang diatur di dalam KHI itu sendiri adalah pernikahan, yaitu akad yang

sangat kuat atau mitsaqon ghalidzan untuk mentaati perintah Allah dan

melaksanakannya merupakan Ibadah. Dalam pandangan Islam di samping

perkawinan itu sebagai perbuatan ibadah, ia juga merupakan Sunnah Allah dan

Rasul Sunnah Allah.1

Hukum Nikah (perkawinan), yaitu hukum yang mengatur hubungan

antara manusia dengan sesamanya yang menyangkut penyaluran kebutuhan

biologis antar jenis, dan hak serta kewajiban yang berhubungan dengan akibat

perkawinan tersebut.

Perkawinan Adalah sunnatullah, hukum alam di dunia.Perkawinan

dilakukan oleh manusia, hewan, bahkan oleh tumbuh-tumbuhan,karenanya

menurut para Sarjana Ilmu alam mengatakan bahwa segala sesuatu kebanyakan

terdiri dari dua pasangan.Ia adalah suatu cara yang dipilih oleh Allah Swt.,

1 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia,(Jakarta: Kencana, 2009), h.41.

Page 12: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

2

sebagai jalan bagi makhluk-Nya untuk berkembang biak, dan melestarikan

hidupnya.2Perkawinan sangat dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat guna

melangsungkan kehidupan umat manusia serta untuk mempertahankan eksistensi

kemanusiaan di muka bumi ini.Ia sangat disenangi oleh setiap pribadi manusia

dan merupakan hal yang fitrah bagi setiap makhluk Tuhan. Dengan perkawinan

akan tercipta suatu masyarakat kecil dalam bentuk keluarga dan dari sana pula

akan lahir beberapa suku dan bangsa.3

Menurut ajaran agama Islam, bahwa nikah atau perkawinan itu

dibolehkan bahkan dianjurkan oleh Rasulullah saw. Kepada umat manusia sesuai

dengan tabiat alam yang mana antara golongan pria dan golongan wanita itu

saling butuh membutuhkan untuk mengadakan ikatan lahir batin sebagai suami

isteri yang sah dan terang dalam hukum agama atau undang-undang yang

berlaku.Dengan perkawinan dapat mencegah pemuda dari perbuatan jahat dan

maksiat.4

Pernikahan bagi umat manusia adalah suatu yang sangat sakral dan

mempunyai tujuan yang sakral pula, dan tidak terlepas dari ketentuan-ketentuan

yang ditetapkan syari’at agama. Orang yang melangsungkan sebuah pernikahan

bukan semata-mata untuk memuaskan nafsu birahi yang bertengger dalam tubuh

2 Tihani dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat kajian Fikih Nikah Lengkap,( Jakarta: Rajawali

Pers,2009),h. 8-9.

3 Syaikh Abdul Aziz bin Abdurrahman Al-Musnad Khalid bin Ali Al-Anbari, Perkawinan

dan Masalahnya,(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,1993), h. 14.

4 Amir Taat Nasution, Rahasia Perkawinan Dalam Islam Tuntutan Keluarga Bahagia, 1994,

Cet. Ke 3.,h.30.

Page 13: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

3

dan jiwanya, melainkan untuk meraih ketenangan, ketentraman dan sikap saling

mengayomi diantara suami isteri dengan dilandasi cinta dan kasih sayang. Di

samping itu untuk menjalin tali persaudaraan di antara dua keluarga dari pihak

suami dan pihak isteri. Jadi tujuan yang hakiki dalam sebuah pernikahan adalah

mewujudkan mahligai rumah tangga yang sakinah yang selalu dihiasi mawaddah

dan warahmah.

Kehidupan yang berpasang-pasangan ini mengandung hikmah yang

sangat besar manfaatnya bagi kehidupan umat manusia bagi yang mau berpikir

dan selalu beretika dengan mengikuti norma dan nilai-nilai sosial yang telah

digariskan agama (Islam). Hidup berpasang-pasangan bagi umat manusia harus

mengikuti tata cara dan peraturan yang digariskan oleh agama yang disebut

dengan pernikahan, bahkan dalam kehidupan bernegara masalah pernikahan ini

diatur oleh perundang-undangan negara bersangkutan.5

Islam mengatur keluarga bukan secara garis besar, tetapi sampai

terperinci. Yang demikian ini menunjukkan perhatian yang sangat besar terhadap

kesejahteraan keluarga.Terbentuknya suatu keluarga yaitu dimulainya dengan

adanya perkawinan, karena perkawinan itu sangat dianjurkan oleh Islam bagi

yang telah mempunyai kemampuan.6

Salah satu asas perkawinan yang disyari’atkan adalah perkawinan untuk

selama-lamanya yang diliputi oleh rasa salingcinta mencintaidan kasih

5 Mohammad Asmawi, Nikah dalam Perbincangan dan Perbedaan,Maret 2004, h.19,34.

6 Abd. Rahman Ghazaly, fiqih Munakahat,(Jakarat: Prenada Media, 2003), h. 14.

Page 14: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

4

sayang.Oleh karena itu agama Islam mengharamkan perkawinan yang tujuannya

untuk sementara dalam kurun waktu hanya sekedar untuk melampiaskan hawa

nafsu saja.

Pada prinsipnya tujuan perkawinan dalam agama Islam adalah untuk

memenuhi petunjuk Allah dalam rangka membentuk keluarga yang sakinah

mawaddah warahmah.Sakinahdalam menjalankan hak dan kewajiban anggota

keluaraga, mawaddah dalam menciptakan ketenangan lahir batin disebabkan

terpenuhinya keutuhan hidup mereka, sehingga timbullah kebahagian kasih

sayang antara anggota keluarga.7

Oleh karena itu di dalam menjalani sebuah hubungan ada yang namanya

hak dan kewajiban, begitu juga dalam perkawinan diantaranya ialah suami wajib

memberi biaya hidup pada isteri dan anak-anaknya yang lebih dikenal dalam

istilah fiqih adalah nafkah.Yaitu memenuhi kebutuhan papan, sandang, pangan,

dan juga pengobatan.Memberi nafkah kepada isteri hukumnya wajib.

Sebagaimana firman Allah dalam (QS: Al-Baqarah:223) permasalahan

pemberian nafkah terjadi ketika akad nikah selesai secara sah, hak dan kewajiban

antara suami isteri timbul tanpa dapat dihindari.

Islam membina ikatan antara suami dan isteri di atas dasar-dasar yang

jelas dan benar serta sesuai prinsip-prinsip agama yang telah dientukan. Allah

menjelaskan hal itu dalam firmannya:

7 Amir Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia (Studi Kritis

Perkembanagn Hukum Islam dari Fikih, UU No.1/1974 sampai KHI), (Jakarta: Kencana,2006),Cet.

Ke- 3, h.42.

Page 15: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

5

“Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya

menurut cara yang ma’ruf.(QS.(2):228)”.

Dengan merujuk kepada undang-undang yang indah ini, Islam

mengukuhkan hubungan antara pasangan suami isteri atas dasar keseimbangan,

keharmonisan dan keadilan. Wanita mempunyai hak yang wajib dipikul oleh

suaminya menurut tuntutan agama yang suci, sebagai pertimbangan bagi hak

suami yang wajib dipikul oleh isterinya menurut agama. Islam tidaklah

menetapkan suatu hak kepada pria (suami) sebelum ia menetapkan suatu hak

kepada seorang wanita (isteri).

Untuk menyempurnakan keseimbangan ikatan antara suami isteri, Islam

telah membuat dan menetapkan hak-hak yang jelas bagi suami atas isterinya.

Hanya saja, tuntutan hak bagi suami lebih ringan ketimbang hak isteri atas

suaminya.Sebab hak-hak isteri tuntutannya lebih banyak dan lebih luas.

Perempuan adalah mitra laki-laki,laksana soerang mentari dalam megurus

keluarga, wakil saat suami tiada, pendidikan anak-anak, dan sekaligus penjaga

rahasia-rahasia suami. Dan kaum perempuan mempunyai hak yang seimbang

dengan kewajibannya menurut cara yang makruf (Al-Baqarah[2]:228), berkaitan

hak suami dan hak isteri, hak-hak mereka dibagi menjadi dua kategori, hak

bersama antara suami dan isteri serta hak antara setiap individu, dalam arti apa

yang menjadi hak isteri tidak bisa menjadi hak suami dan begitu juga sebaliknya.

Page 16: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

6

Dengan demikian, seorang perempuan layak mendapatkan hak istimewa.

Bahkan sudah seharusnya kaum perempuan memiliki peran sekaligus pengakuan

penting dalam berbagai aspek kehidupan.8

Realitas demikian sama sekali tidak ada hubungannya dengan perbedaan

status atau derajat, kedua-duanya juga mempunyai peran yang sangat penting

dalam membangun kehidupan yang harmonis di dunia. Fakta juga berbicara

bahwa antara keduanya tidak dapat dipisahkan karena keduanya saling

melengkapi dan saling menyempurnakan.9

Apabila antara suami dan isteri terjadi salah faham dan tidak menyayangi

antara satu sama lain, maka terjadilah talaq. Tidak adanya pergaulan yang baik

antara kedua suami isteri akibat talaq, sedang isteri berkewajiban menjalani

iddah, adalah antara sebab yang rasional mengapa suami harus dibebankan untuk

membiayai nafkah selama si isteri menjalani iddah tersebut.Nafkah iddah wajib

diberikan kepada perempuan yang sedang beriddah raj’i dan beriddah

hamil.Perempuan yang beriddah raj’i berhak mendapat nafkah bedasarkan firman

Allah dalam surah talaq ayat 6. Ayat ini mewajibkan suami untuk menyediakan

tempat tinggal kepada istri. Manakala tempat tinggal wajib diberikan, maka

memberikan nafkah juga wajib, karena nafkah itu mengikuti wajibnya

memberikan tempat tinggal.

8 Abd al-Qadir Manshur, Buku Pintar Fikih Wanita, Cet. Ke-1,h.276.

9 Huzaimah Tahido Yanggo, Fikih Perempuan Kontemporer, 2010, h. 97.

Page 17: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

7

Islam menetapkan suami memberikan nafkah iddah kepada isterinya

selama iddahnya itu berlangsung dengan syarat isteri tidak nusyuz dan tidak ada

sebab lain yang akan menyebabkan terhalangnya nafkah berdasarkan kaedah

umum yang mengakui bahwa orang yang menjadi milik orang lain diambil

manfaatnya, maka nafkahnya menjadi tanggungan orang yang menguasainya.

Demi menegakkan keadilan, kita perlu kepada undang-undang dan tidak

diragukan sama sekali bahwa kita telah dikaruniakan dengan undang-undang

Islam yang syumul dan universal. Untuk mentadbirnya, maka diwujudkan

lembaga pengadilan dan untuk menyelesaikan sengketa umat Islam dalam urusan

berkaitan hal ihwal Islam, maka disetiap kasus perceraian dilakukan melalui

Pengadilan Agama.

Jika terjadi perceraian, khususnya cerai talak maka suami tidak

mencampakkan begitu saja tetapi suami harus memberi nafkah iddah bagi isteri

yang ditalak oleh suaminya, karena bagi isteri yang ditalak oleh suaminya masih

mendapatkan hak-hak dari mantan suaminya selama berada dalam masa

iddah.Karena memberikan nafkah tidak hanya selama perkawinan berlangsung

tetapi juga setelah perceraian dan isteri berada dalam masa iddah.

Karena seorang wanita yang sedang ditalak raj’i baik dia hamil maupun

tidak dia wajib menjalani masa iddah.Di sisni bukan hanya menjalani iddah

tunggu saja tetapi dalam masa iddah mantan siteri berhak mendapatkan nafkah

dari mantan suaminya apabila perceraian itu dari suatu perkawinan yang

sah.Perceraian itu terjadi karena ditalak oleh suaminya atau oleh hakim karena

Page 18: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

8

kejahatan suami, atau perceraian itu terjadi karena fasakh dari pihak suami, atau

dari pihak isteri tetapi bukan karena suatu maksiat isteri seperti khiyar (fasakh)

isteri karena suami tidak mampu memberi nafkah sesudah mereka campur

(dukhul).

Dalam hal ini, pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas suami untuk

memberi biaya penghidupan dan atau menentukan suatu kewajiban bagi bekas

isteri (pasal 41 UU No.1/1974).Dengan demikian, bekas suami mempunyai

kewajiban-kewajiban tertentu yang harus dipenuhi kepada mantan

isterinya.Nafkah selama isteri menjalani iddah tersebut, wanita dalam iddah raj’i

Ulama sepakat bahwa wanita yang sedang talak raj’i tersebut berhak menerima

nafkah lahir sepenuhnya dari mantan suaminya.10

Begitupun yang telah diatur dalam peraturan pemerintah baik undang-

undang maupun Instruksi Presiden mengenai masalah nafkah sarana kesehatan

isteri telah diatur dalam undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan pasal 34 ayat 1 dan instruksi presiden Nomor 1 Tahun 1991 yaitu

tentang Kompilasi Hukum Islam pasal 80 ayat 4 huruf b menjelaskan bahwa

kewajiban suami terhadap isteri yaitu biaya rumah tangga, biaya perawatan, dan

biaya pengobatan bagi isteri dan anak.

Lazimnya setiap kasus perceraian yang dilakukan melalui pengadilan

agama, begitu permohonan cerai diajukan dan dikabulkan oleh pihak pengadilan

10

Peunoh Daly, Hukum Perkawinan Islam, Suatu studi Perbandingan dalam Kalangan

Ahlus-Sunnah dan Negara-Negara Islam,(Jakarta: PT Bulan Bintang, 1998), h. 375.

Page 19: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

9

agama maka suami dibebankan membayar nafkah iddah dan nafkah mut’ah atas

dirinya selama tiga bulan berturut-turut, maka suami wajib membayar nafkah

kepada isteri yng disebut dengan nafkah iddah yang didasarkan atas kemampuan

suami sebagai upaya pemenuhan kewajiban yang telah ditetapkan oleh syari’at

Islam.

Pemberian mut’ah dan nafkah iddah pasca perceraian sering dijadikan

tolak ukur sensitivitas jender hakim dalam penyelesaian perkara perceraian.

Namun, sejalan dengan pemahaman baru ini para hakim memberikan penekanan

terhadap nafkah iddah tingkat sunnah yang tidak mewajibkan harus dilaksanakan

menjadi muakkadah yaitu wajib dilaksanakan seperti halnya sholat jum’at,

seperti halnya dalam memberikan mut’ah dan iddah sebagaimana disebutkan

dalam KHI. Artinya, ketentuan pemberian mut’ah yang dulunya hanya bersifat

non-impratif (ghairu muakkadah), ditingkatkan menjadi semi impratif

(muakkadah). Dengan cara itu maka dalam setiap perkara permohonan cerai,

suami disyaratkan secara mutlak untuk membayar uang konpensasi ini kepada

pihak isteri setelah perceraian terjadi.11

Dalam hal nafkah masa iddah ini, adalah amat penting bagi seorang

lelaki untuk memberikan nafkah iddah kepada bekas isterinya agar si isteri tidak

ditelantarkan dalam menjalani masa iddahnya. Dari sini maka timbul suatu

kekhawatiran yang terkadang muncul akankah suami mempunyai i’tikad baik

11

Arskal Salim, dkk, Demi keadilan dan Kesetaraan Dokumentasi Program Sensitivitas

Jender Hakim Agama di Indonesia, 2009, h. 65.

Page 20: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

10

untuk memenuhi kewajibannya memberikan hak-hak isteri seperti yang telah

ditentukan oleh Pengadilan Agama.

Oleh karena itu, pada kajian ini penulis tertarik untuk membahas

mengenai nafkah iddah dengan judul “ Realisasi Pelaksanaan Nafkah Iddah

Dalam Kasus Perceraian Di Pengadilan Agama Jakarta Selatan Tahun

2012”

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan dalam skripsi ini menjadi lebih fokus, tersusun dengan

sistematis dan terarah, maka penulis membatasi lingkup permasalahan dengan

melakukan pembatasan masalah sebagai berikut. Penelitian ini akan

menginterpretasikan urgensi nafkah dalam masa iddah dari perspektif hak-hak

perempuan dalam perkawinan, khususnya hak yang harus diterima oleh isteri

selama masa iddah. Dengan melihat implementasi nafkah iddah yang berlaku

berdasarkan putusan hakim (yurisprudensi) di Pengadilan Agama Jakarta Selatan

pada tahun 2012.

2. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dapat diketahui bahwa nafkah masa iddah adalah

suatu kewajiban suami untuk memberikan nafkah iddah kepada bekas isterinya,

hal ini berdasarkan pada hukum Islam maupun undang-undang Nomor 1 Tahun

1974 dan mengikut KHI berdasarakan kepada putusan hakim, isteri berhak

mendapatkan nafkah iddah dari bekas suaminya terutama nafkah tempat tinggal

Page 21: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

11

dan keperluan atas yang lain. Tetapi dalam faktanya masih banyak terjadi

diantara istri-istri yang tidak mendapatkan nafkah iddah pasca perceraian.

Oleh karena itu penulis ingin membahas mengenai nafkah iddah. Untuk

memperjelas permasalahan skripsi ini, maka penulis merumuskan dengan

beberapa pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana prosedur pemberian nafkah iddah di Pengadilan?

2. Bagaimana implementasi pelaksanaan putusan tentang nafkah iddah di

Pengadilan Agama Jakarta Selatan?

3. Apa upaya hukum apabila suami lalai melaksanakan nafkah iddah?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat

Tujuan dari penelitian skripsi ini adalah untuk mendeskripsikan beberapa

permasalahan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana prosedur pemberian nafkah iddah yang di

terapakan di Pengadilan Agama.

2. Untuk mengetahui bagaimana implementasi pelaksanaan putusan tentang

nafkah iddah di Pengadilan Agama Jakarta Selatan

3. Mengetahui upaya hukum Pengadilan Agama apabila suami lalai

melaksanakan nafkah iddah terhadapputusan Pengadilan yang sudah

berkekuatan hukum tetap.

Seterusnya, manfaat yang dapat diambil atau dikutip dari penelitian ini

antara lain adalah sebagai berikut:

Page 22: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

12

1. Dapat mengetahuidan lebih memahami problematika seputar nafkah yang

menjadikan tanggung jawab suami dan diberikan kepada isteri dan nafkah

iddah yang tidak diberikan oleh suami yang telah diperintahkan tetapi tidak

diberikan oleh suami yang sepatutnya diberikan.

2. Dapat mengetahui hukum memberikan nafkah iddah yang telah ditetapkan

oleh Al-Qur’an dan sunnah. Manakala dapat menguasai mengenai nafkah

iddah dengan lebih mendalam dan kenapa kewajiban nafkah iddah adalah

tanggung jawab yang diberikan oleh suami.

3. Dapat menambah wawasan ilmu dalam wilayah kajian yang erat kaitannya

dengan program studi Ahwal al-Syakhshiyyah dan menambah literatur

kepustakaan.

D. Kerangka Teori

Talak adalah ikrar suami dalam sidang Pengadilan Agama yang mejadi

salah satu sebab putusnya perkawinan sebagaimana dimaksud dalam pasal

129,130, dan 131 KHI.Dalam ajaran Islam, talak bagaikan pintu darurat yang

merupakan jalan pintas untuk mengatasi kemelut rumah tangga, bila tidak

ditemukan jalan lain untuk mengatasinya. Dengan demikian, pada dasarnya,

ajaran Islam tidak menyukai terbukanya pintu darurat tersebut.

Untuk menjaga agar pintu darurat itu benar-benar hanya digunakan pada

situasi gawat darurat dalam kehidupan suami isteri, maka Al-Qur’an menetapkan,

wewenang talak hanya berada pada tangan suami, yang pada umumnya, tidak

seemosional seorang isteri dalam berbuat dan menentukan sikap.

Page 23: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

13

Isteri yang telah bercerai dari suaminya masih mendapatkan hak-hak dari

mantan suaminya diantaranya adalah:

1. Isteri yang dicerai dalam bentuk talak raj’i , hak yang diterimanya adalah

penuh sebagaimana yang berlaku sebelum dicerai, baik dalam bentuk

perbelanjaan untuk pangan, untuk pakaian dan juga tempat tinggal.

2. Isteri yang dicerai dalam bentuk talak ba’in, baik ba’in sughra atau ba’in

kubra dan dia sedang hamil. Dalam hal ini ulama sepakat, bahwa dia

berhak atas nafaqah dan tempat tinggal.

3. Hak isteri yang ditinggal mati oleh suaminya. Dalam hal isteri dalam

keadaan hamil dia berhak atas nafkah dan tempat tinggal, namun bila siteri

tidak dalam keadaan hamil ada yang mengatakan disuruh tinggal di rumah

suaminya, dan ada juga ulama yang mengatakan berhak atas tempat

tinggal, begitupun dalam pasal 152 KHI dan pasal 41 UU No.1 Tahun

1974, yaitu bekas isteri berhak mendapatkan nafkah dari bekas suaminya

kecuali nusyuz.12

Jadi pemberian nafkah oleh mantan suami kepada mantan isteri setelah

percerian dimaksudkan agar isteri dapat memenuhi semua kebutuhan primernya

selama masa iddah tanpa harus melanggar aturan-aturan iddah. Bila suami

melalaikan kewajibannya maka akan timbul berbagai permasalahan, misalnya si

anak putus sekolah, sehingga anak tersebut menjadi terlantar atau bahkan

12

Amir Syarifudin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Antara Fiqih Munakahat dan

Undang-Undang Perkawinan,(Jakarta: Kencana,2009),Cet.3,h.322.

Page 24: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

14

menjadi gelandangan. Sedangkan mantan isterinya sendiri tidak menutup

kemungkinanan akan terjerumus ke lembah hitam.13

Undang-undang mengatur bahwa tugas pokok dari badan peradilan

adalah menerima, memeriksa, mengadili dan menyelesaikan perkara yang

diajukan kepadanya. Tugas lain daripada itu dapat diberikan kepadanya

berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Putusan atau vonis dari pengadilan perdata memuat perintah dari

pengadilan kepada pihak yang kalah untuk melakukan sesuatu atau memberikan

sesuatu atau berbuat sesuatu atau melepaskan sesuatu atau menghukum sesuatu

tertentu, perintah mana kalau tidak dituruti dengan sukarela dapat diperintahkan

untuk dijalankan (di eksekusi) dengan kekerasan atau paksa.Jadi sifat dictumnya

putusan adalah condemnatoir atau harus ada di antara bunyi dictumnya itu

bersifat condemnatoir.

Dikatakan bersifat condemnatoir adalah artinya menghukum salah satu

pihak untuk melaksanakan sesuatu atau untuk menyerahkan sesuatu sebagaimana

yang telah disebutkan dalam dictum atau amar putusan.

Suatu putusan atau penetapan dikatakan mempunyai kekuatan mengikat

ialah setelah ia in kracht, yaitu setelah habis upaya hukumnya. Tetapi walaupun

putusan peradilan agama tersebut sudah in kracht, sepanjang dalam jenis-jenis

perkara yang didapat di dalam Undang-undang No.1 tahun 1974 dan peraturan

13

M. Daud Ali, Asas-Asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, (Jakrta: PT.Raja

Grafindo),Cet.6,h.125.

Page 25: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

15

pemerintah No.9 tahun 1975, ternyata masih perlu dikukuhkan oleh peradilan

umum, bahkan untuk eksekusinya masih memerlukan fiat eksekusi dan bantuan

peradilan umum. Fiat eksekusi putusan Peradilan Agama oleh Peradilan Umum

adalah tindakan untuk menyatakan bahwa keputusan Peradilan Agama itu dapat

dilaksanakan atau dieksekusi.14

Apabila suami melalaikan kewajibannyauntuk membayar nafkah

iddahyang sudah diputuskan oleh hakim Pengadilan Agama dan putusan itu

sudah berkekuatan hukum tetap, maka isteri dapat mengajukan eksekusi ke

Pengadilan Agama untuk menuntut hak-haknya atas nafkah tersebut.

Pengadilan Agama adalah lembaga yang berwenang dalam

menyelesaikan perkara perdata termasuk masalah nafkah iddah. Namun untuk

menyelesaikan masalah tersebut di atas para pencari keadilan yang selalu agresif

mengajukan permasalahannya ke Pengadilan Agama. Bila tidak mendapatkan

kejelasan dan kepastian hukum sudah barang tentu pengajuan perkara haruslah

sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan oleh Undang-Undang.

E. Metode Penelitian

Untuk memperoleh suatu hasil yang maksimal dari suatu karangan

ilmiah, maka metode penelitian yang dijalankan akan memegang peranan yang

sangat penting. Hal ini yang sangat mempengaruhi sampai tidaknya isi penulisan

14

Roihan A. Rasyid, Upaya Hukum Terhadap Putusan Peradilan Agama, h.19.

Page 26: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

16

itu kepada tujuan yang ingin dicapai. Metode yang digunakan dalam penelitian

skripsi ini adalah:

1. Jenis Penelitian dan Pendekatan Penelitian

Pengkajian yang dijalankan adalah berkisar norma hukum positif dan

analisis yurisprudensi dari Pengadilan Agama. Maka, penelitian yang penulis

lakukan adalah penelitian kualitatif dengan mengaplikasikan pendekatan survey.

Metode survey merupakan suatu usaha koleksi data (usaha intventarisasi data)

yang menyeluruh atas data yang terdiri daripada peraturan hukum positif

termasuk putusan lembaga pengadilan dalam setiap penyelesaian perkara in-

concreto.15

2. Sumber Data

a. Data Primer: yaitu data lapangan yang didapat dari sumber pertama selama

penelitian berjalan.16

Data ini dikumpulkan melalui wawancara hakim, data

laporan tahunan dan analisa mengenai realisasi pelaksanaan pemberian

nafkah iddah di Pengadilan Agama Jakarta Selatan.

b. Data Sekunder: yauitu data yang penulis langsung dapatkan dari sumber

pertamanya, berupa putusan-putusan hakim (yurisprudensi) yang ada di

Pengadilan Agama berhubungan nafkah iddah. Dan juga data yang diperoleh

dari kitab, buku-buku dan jurnal yang berkenaan dengan nafkah iddah.

15

Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2007), h.70.

16

Modul perancangan Undang-Undang (Jakarta: Sekretaris Jendral DPR RI,2008), h.7.

Page 27: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

17

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data, penulis menggunakan beberapa teknik

pengumpulan data, yaitu:

a. Observasi, yaitu untuk mendapatkan data tentang putusan perkara di

Pengadilan Agama.

b. Dokumentasi, yaitu dengan mempelajari hasil laporan data perkara Tahun

2012 yang terkait dengan cerai talak yang di dalam putusannya

ditetapakan pembayaran nafkah iddah.

c. Wawancara, yaitu dalam pengumpulan data melalui wawancara , peneliti

melakukan wawancara mendalam (depth interview) dengan pedoman

wawancara.17

Pedoman wawancara digunakan oleh peneliti agar dapat

mengarahkan dan memudahkan dalam mengingat pokok-pokok

permasalahan yang di wawancarakan dengan interview. Dengan begitu

kegiatan wawancara bisa terfokus pada pokok permasalahan sehingga

berbagai hal yang kemungkinan terlupakan akan dapat diminimalisasi.

Instrument yang digunakan penulis adalah alat perekam untuk merekam

selama wawancara berlansung. “wawancara” merupakan suatu kegiatan

17

Masri singaribun dan sofian effendi (ed), metode penelitian survey, (Jakarta:

LP3S,1989),h.10.

Page 28: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

18

dalam proses memperoleh keterangan yang dilakukan dengan cara tanya

jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung 18

Dalam penelitian ini, wawancara diarahkan kepada sumber data

informan (interview) yang di asumsikan memiliki keterikatan langsung

yaitu dengan perjalanan obyek penelitian yakni hakim yang

menyidangkan dan memutuskan perkara tersebut.

4. Teknik Analisis Data

Dalam suatu analisis, penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif.

Teknik analisis deskriptif digunakan untuk menuturkan, menafsirkan, serta

menguraikan data yang bersifat kuantitatif yang diperoleh dari hasil wawancara

secara langsungmelalui hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan.

Penulis kemudian mendeduksi data dengan cara merangkum,

mengidentifikasikan dan mengolah semua data dengan memfokuskan

permasalahan sebatas pokok permasalahan yang diteliti. Kesimpulan seterusnya

dibuat dengan mengaplikasikan metode yuridis normatif yaitu suatu metode yang

menggambarkan permasalahan yang dikaji berdasarkan norma hukum yang

berlaku. Diharapkan data atau bahan yang diperoleh menjadi lengkap sehingga

pokok permasalahan dapat dianalisa dan disusun dengan jelas, lengkap dan

sistematis.

18

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai

Pustaka, 2005), Cet ke-3, h. 193-196.

Page 29: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

19

5. Teknik Penulisan

Dalam penyusunan secara teknik penulisan sesuai berpedoman pada

prinsip-prinsip yang diatur dan dibukukan dalam Pedoman Penulisan Skripsi

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah 2012.

F. Review Studi Terdahulu

Beberapa penelitian yang penulis temukan yang membahas tentang kajian

yang terkait dengan penelitian ini antara lain adalah:

No Identitas Penulis Keterangan Perbedaan

1. Fazrul Lizan/ 2008,

Problematika

Perceraian dan

Pengaruhnya

Terhadap Nafkah

dalam Masa Iddah dan

Biaya Anak Studi di

Mahkamah Syariah

Kuching Sarawak dari

tahun 1999-2007.

Penelitian yangmana untuk

memahami nafkah iddah dan

biaya anak menurut Syariat.

Selain itu sebab yang

menyebabkan wajib membayar

nafkah iddah, dan apa prosedur

Mahkamah dalam Hal

Perceraian, nafkah iddah dan

biaya anak. Dan mengetahui

efektifitas penerapan Ordinan

Undang-undang Keluarga Islam

Sarawak dalam mengatur

Manakala perbedaan ini

adalah penulis tidak

membahas atau tidak

yang terkait mengenai

biaya anak selepas

perceraian. Selain itu

penelitian tertumpu pada

undang-undang

perkawinan di Indonesia.

Yaitu terkait pemberian

nafkah iddah dan

bagiamana realisasi

Page 30: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

20

urusan yang terkait. Penulis

menceritakan sekilas mengenai

Negeri Sarawak. Dan sebab

perceraian, jenis perceraian,

dan mengkaji perceraian pada

masyarakat Kuching dan alasan

yang timbul dari perceraian dan

pengaruh terhadap nafkah.

pelaksanaannya di

Pengadailan Agama

Jakarta Selatan.

2. Hanif Baguz Azhar/

2008, Nafkah Iddah

Bagi Mantan Isteri

Korban Kekerasan

Dalam Rumah Tangga

(Analisis Putusan

Perkara Nomor 1038/

Pdt.G/2008/ PA JT).

Penelitian yangmana untuk

memahami nafkah iddah atas

korban kekerasan dalam rumah

tangga, dan apa prosedur

Mahkamah dalam hal

kekerasan. Dan mengetahui

efektifitas penerapan Undang-

undang dalam mengatur urusan

terkait.

Perbedaan dengan yang

penulis bahas adalah

penulis tidak membahas

kekerasan dalam rumah

tangga karena penulis

membahas mengenai

isteri yang dicerai dan

bagaimana keterkaitan

hak-hak isteri yang

dicerikan oleh suaminya.

Dan hak apa sajakah

yang harus dia dapatkan

selama menjalani masa

Page 31: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

21

iddah yang bersesuaian

dengan undang-undang

maupunhukum Islam.

3. Abrokhul Isnani/2012,

Pemberian Nafkah

Iddah Terhadap Isteri

Nusyuz (Studi

Analisis Terhadap

Perkara Nomor:

96/Pdt.G/2009/PA

Depok).

Skripsi yang penulis buat itu

membahas mengenai nafkah

iddah akibat isteri nusyuz, dan

akan memperdalam

permasalahan nafkah iddah

yang disebabkan karena isteri

nusyuz. Karena dalam fiqih dan

juga KHI pasal 149 poin b,

bekas suami wajib memberi

nafkah, maskan dan kiswah

kepada bekas isteri kecuali

bekas isteri telah dijatuhi talak

bain atau nusyuz.

Berbeda dengan yang

dibahas oleh penulis,

yaitu penulis tidak

membahas mengenai

pemberian nafkah iddah

akibat isteri yang nusyuz,

tetapi penulis di sini

membahas mengenai

pemberian nafkah iddah

terhadap isteri yang

dialak raj’i dan

kepatuhan suami

terhadap aturan hukum

Islam maupun undang-

undang perkawinan yang

diberlakukan dalam

putusan Pengadilan.

Page 32: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

22

G. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai materi yang

menjadi pokok penulisan dan memudahkan para pemabaca dalam memahami tata

aturan penulisan, maka penulis menyusun sistematika penulisan seperti berikut:

BAB I: Pada permulaan bab ini penulis mengetengahkan gambaran pendahuluan

yang memuatkan latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan

dan manfaat penelitian, metode penelitian, riview studi terdahulu dan sistematika

penulisan.

BAB II: Dalam bab ini penulis menguraikan teori tentang nafkah iddah mengenai

hak-hak perempuan dalam perkawinan, perceraian dalam perkawinan, macam-macam

iddah dan hikmah iddah, hak-hak perempuan dalam iddah dan iddah dalam Undang-

undang perkawinan.

BAB III: Bab seterusnya ini penulis membahas tentang latar belakang Peradilan

Agama, kewenangannya, dan bagaimana kompetensi absolut Pengadilan Agama

Jakarta Selatan.

BAB IV: Pada bab ini pembahasan mengenai aplikasi nafkah iddah di Pengadilan

Agama Jakarta Selatan tentang deskripsi kasus cerai, data perkara, proses

pelaksanaan nafkah iddah dan analisis yurisprudensi implementasi nafkah iddah.

BAB V: Merupakan bab yang terakhir dari penulisan ini meliputi kesimpulan dari

pembahasan, serta beberapa saran-saran berdasarkan hasil analisis dari penelitian ini

yang diharapkan dapat dijadikan bahan masukan pada pihak-pihak terkait.

Page 33: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

23

BAB II

NAFKAH IDDAH DALAM TEORI

A. Pengertian Nafkah dan Dasar Hukumnya

Nafkah secara bahasa, an-nafaqat adalah bentuk jamak dari kata

nafaqah kata kerja yang dibendakan (mashdar) al-infaq, yaitu memberikan

sesuatu secara baik demi mengharap ridho Tuhan. Sedangkan menurut istilah

nafkah adalah kewajiban suami untuk memenuhi kebutuhan istri dalam

meneyediakan makanan, tempat tinggal, pakaian dan obat-obatan.1 Dalam

kamus bahasa Indonesia nafkah juga diartikan dengan“ bekal hidup sehari-

hari atau belanja untuk memelihara kehidupan”.2

Kata nafaqah yang berasaldarikata انفكdalam bahasa Arab secara

etimologi mengandung arti: نمص ل yang berarti berkurang. Juga berarti نى ف

yang berarti hilang atau pergi. Bila seseorang dikatakan memberiakan ذ ىب

nafaqah membuat harta yang dimiliknya menjadi sedikit karena telah

dilenyapkan atau dipergikannya untuk kepentingan orang lain. Bila kata ini

dihubungkan dengan perkawinan mengandung arti:“ sesuatu yang

dikeluarkannya dari hartanya untuk kepentingan istrinya sehingga

menyebabkan hartanya menjadi berkurang”. Dengan demikian, nafaqah istri

1 Wahbah Zuhaili,Fiqih Imam Syafi‟i, ( Jakarta: almahira, 2010) , h. 41.

2 Tim PenyusunKamusPusatBahasa, KamusUmumBahasa Indonesia, ( Jakarta: BalaiPustaka,

2002), Cet. Ke- 1, h. 267.

Page 34: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

24

berarti pemberian yang wajib dilakukan oleh suami terhadap istrinya dalam

masa perkawinannya.3

Secara terminologi, Sayyid Sabiq dalam bukunya fiqh As-Sunnah

menyebutkan nafkah merupakan hak istri dan anak-anak untuk mendapatkan

makanan, pakian, dan kediaman serta beberapa kebutuhan pokok lainnya dan

pengobatan, bahkan sekalipun si istri adalah seorang wanita yang kaya. Ada

pula ulama yang yang berpendapat bahwa nafkah adalah hak istri yang

merupakan kewajiban suami semenjak adanya hubungan atau ikatan untuk

hidup bersama, yaitu pemberian nafkah dengan adil kepada istri menurut adat

kebiasaan dan lingkungan masyarakat di mana istri tinggal.4

Nafaqah adalah kewajiban suami yang harus dipikulnya terhadap

istrinya. Nafaqah merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan suatu

keluarga; tidak nyaman kehidupan keluarga tanpa ketiga hal tersebut. Hal

yang telah disepakati oleh ulama kebutuhan pokok yang wajib dipenuhi suami

sebagai nafaqah adalah pangan, sandang dan papan. Ulama sepakat tentang

kewajiban suami untuk memberi nafkah kepada istrinya berdasarkan dalil-

dalil Al-Qur‟an, mereka berbeda dalam menetapkan kapan secara hukum

dimulai kewajiban nafaqah itu. Beda pendapat itu bermula dari beda pendapat

mereka dalam hal apakah nafaqah itu diwajibkan karena semata melihat

3 Amir Syarifudun, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Antara Fiqh Munakahat dan

Undang-Undang Perkawinan , ( Jakarta: Kencana,2009 ), Cet.Ke-3 , h.165. 4 A. Rahman I DJI, Penjelasan Lengkap Hukum-Hukum Allah ( Syariah), (Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2002), Cet. Ke-1, h. 267.

Page 35: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

25

kepada akad nikah atau melihat kepada kehidupan suami istri yang

memerlukan nafkah itu.

Jumhur ulama termasuk ulama Syi‟ah Imamiyah berpendapat bahwa

nafaqah itu mulai diwajibkan semenjak dimulainya kehidupan rumah tangga,

yaitu semenjak suami telah bergaul dengan istrinya, dalam arti istilah telah

memberikan kemungkinan kepada suaminya untuk menggaulinya, yang dalam

fiqih disebut dengan tamkin. Dengan semata terjadinya akad nikah belum ada

kewajiban membayar nafkah. Berdasarakan pendapat ini bila setelah

berlangsungnya akad nikah istri belum melakukan tamkin, karena

keadaannnya ia belum berhak menerima nafaqah. ( al- Thusiy, V: 11)

Golongan Zahiriyah berpendapat bahwa bagi mereka kewajiban

nafaqah dimulai semenjak akad nikah, bukan dari tamkin, baik istri yang telah

melangsungkan akad nikah itu memberi kesempatan kepada suaminya untuk

digauli atau tidak, sudah dewasa atau masih kecil. ( Ibnu Hazmin: 249)

Dasar pemikiran golongan ini ialah ayat-ayat Al-Qur‟an maupun hadis

Nabi yang mewajibkan suami membayar nafkah tidak menetapkan waktu.

Dengan begitu bila seseorang telah menjadi suami, yaitu dengan

berlangsungnya akad nikah, maka ia telah wajib membayar nafaqah tanpa

melihat kepada keadaan istri. Inilah tuntutan zahir dari dalil yang mewajibkan

nafaqah.5

5 Amir Syarifudun, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Antara Fiqh Munakahat dan

Undang-Undang Perkawinan , ( Jakarta: Kencana,2009 ), Cet.Ke-3, h. 168.

Page 36: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

26

Dalam Kompilasi Hukum Islam permasalahan nafkah terjadi ketika

akad selesai secara sah. Pelaksanaan pemberian nafkah kepada isteri dimulai

sejak ditetapkannya sebuah perkawinan. Setelah itu, suami berkewajiban

secara penuh kepada isteri dalam hal pemberian nafkah kepada isteri secara

langsung.

Dalam pasal 23 angka (1), dapat dimaknai bahwa nafkah adalah

kewajiban bagi suami.“ Setiap orang memperoleh nafkah dari hartanya

sendiri, akan tetapi nafkah isteri adalah tanggungjawab suami”. Makna lain

dari pasal 115 ini adalah bahwa siapa saja boleh hidup dengan nafkahnya

sendiri selama ia memiliki harta kekayaan tersebut. Perubahan terjadi ketika

seseorang menikah, sebagai suami, ia bertanggungjawab baik kepada dirinya

sendiri dan kepada istrinya. Sebaliknya, isteri tidak perlu “ repot-repot”

mencari nafkah.6

Dalam menjalani sebuah hubungan ada yang namanya hak dan

kewajiban, begitu juga dengan perkawinan, suami isteri mempunyai hak dan

kewajiban, salah satu diantaranya ialah suami wajib memberi biaya hidup

pada isterinya yang lebih dikenal dalm istilah fiqih disebut dengan nafkah.

Memberi nafkah kepada isteri hukumnya wajib.

Kewajiban memberikan nafakah oleh suami kepada isterinya yang

berlaku dalam fiqih didasarkan kepada prinsip pemisahan harta antara suami

6 Dedi Supriyadi, Mustofa,Perbandingan Hukum Perkawinan di Dunia Islam, November

2009, h.53.

Page 37: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

27

dan isteri. Prinsip ini mengikuti alur pikir bahwa suami itu adalah pencari

rezeki; rezeki yang telah diperolehnya itu menjadi haknya secara penuh dan

untuk selanjutnya suami berkedudukan sebagai pemberi nafaqah. Sebaliknya

istri bukan pencari rezeki dan untuk memenuhi keperluannyaia berkedudukan

sebagai penerima nafaqah.7

Dari pengertian-pengertian yang telah dikemukakan di atas, maka

dapat disimpulkan bahwa nafkah adalah sesuatu yang diberikan suami

terhadap istri untuk mencukupi kebutuhannya yang berupa pakian, makanan,

tempat tinggal dan sebagainya menurut kadar kemampuan suami setelah

adanya ikatan perkawinan yang sah.

Kewajiban suami memberikan nafkah terhadap istri ini tidak

memandang status sosial suami baik dia seorang yang kaya maupun miskin,

ataupun sebaliknya. Nafkah adalah persoalan yang sangat berat dan harus

ditanggung oleh laki-laki sebagai suami.8

Dasar Hukum Nafkah:

Hukum membayar nafaqah untuk isteri, baik dalam bentuk

perbelanjaan, pakaian adalah wajib. Kewajiban itu buakan disebabkan oleh

karena isteri membutuhkanya bagi kehidupan rumah tangga, tetapi kewajiban

yang timbul dengan sendirinya tanpa melihat kepada keadaan isteri. Bahkan

7 Amir Syarifudun, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Antara Fiqh Munakahat dan

Undang-Undang Perkawinan , ( Jakarta: Kencana,2009 ), Cet.Ke-3, h. 165.

8 Fuad Kauman dan Nipan, Membimbing Istri Mendampingi Suami, ( Yogyakarta: Mitra

Pustaka, 1998 ), h. 81.

Page 38: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

28

diantara ulama Syi‟ah menetapkan bahwa meskipun isteri orang kaya dan

tidak memerlukan bantuan biasa dari suami, namun suami tetap wajib

membayar nafaqah. ( Mughniyah: 207 ). Dasar kewajibannya terdapat dalam

Al- Qur‟an maupun dalam hadist Nabi.

Di antara ayat Al-Qur‟an yang menyatakan kewajiban perbelanjaan

terdapat dalam surat Al-Baqarah (2) ayat 233:

“Kewajiban ayah memberi Makan dan pakaian kepada Para ibu

dengan cara ma'ruf. seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar

kesanggupannya. janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena

anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban

demikian. apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan

kerelaan keduanya dan permusyawaratan, Maka tidak ada dosa atas

keduanya. dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak

ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut.

bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat

apa yang kamu kerjakan” .(Q.S. Al-Baqarah :223)

Di antara ayat yang mewajibkan perumahan adalah surat at-Thalaq

(65) ayat 6:

Page 39: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

29

“Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal

menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk

menyempitkan (hati) mereka. dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah

ditalaq) itu sedang hamil, Maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga

mereka bersalin, kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu

Maka berikanlah kepada mereka upahnya, dan musyawarahkanlah di antara

kamu (segala sesuatu) dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan Maka

perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya”.

Adapun dalam bentuk sunnah terdapat dalam beberapa hadis Nabi, di

antaranya hadis Nabi yang berasal dari Abu hurairah menurut riwayat

Muslim:9

ل ز س ي ا هلل صى ا هلل عو سم مم ن طعا مو وس جو ال ىف من ا عم

ا ال ما طك

Rasul Allah SAW. Bersabda: hak anak-anak untuk

mendapatkanmakanan dan pakaian, dan tidak dibebani untuk berbuat kecuali

yang mampun ia perbuat.

“ Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena

Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang

lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari

harta mereka”. (QS An-Nissa‟ : 34).

9 Ahmad Ibn Hambal, Musnad Ahmad, ( Beirut: Muassah al-Risalah, 1421 H/ 2001 M), Cet.

Ke-1, Juz 12, h. 324.

Page 40: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

30

B. Perceraian dalam Perkawinan

Perceraian atau yang dalam bahasa Arabnya “ talak” yang artinya

melepaskan, membebaskan atau meninggalkan. Menurut istilah perceraian

adalah: melepas tali perkawinan pada waktu sekarang atau pada waktu yang

akan datang, dari kata yang memberi pengertian talak secara tegas atau berupa

petunjuk yang diucapkan oleh seorang suami atau orang yang mewakilinya.

Akad nikah akan putus seketika apabila terjadi talak baindan pada saat yang

akan datang apabila terjadi talak raj‟i.

Secara singkat, perceraian didefinisikansebagai melepas tali

perkawinan dengan kata talak atau kata yang sepadan artinya dengan talak.

Kedua pengertian di atas berbeda ungkapannya, akan tetapi

mengandung maksud yang sama yakni melepaskan ikatan perkawinan dengan

kata talak. Perceraian dalam hukum positif ialah: suatu keadaan di mana

antara seorang suami dan seorang istri telah terjadi ketidakcocokan batin yang

berakibat pada putusnya suatu perkawinan, melalui putusan pengadilan

setelah tidak berhasil didamaikan.10

Prinsip perkawinan Islam adalah di mana sebuah perkawinan harus

bias dipertahankan agar tidak terjadi subuah perceraian, oleh sebab itu segala

bentuk persekutuan tersebut dapat terus berlangsung. Namun apabila harapan

dan kasih sayang sudah tidak ada lagi dan perkawinan menjadi sesuatu yang

10

Yayan Sopyan, Islam Negara Transformai Hukum Perkawinan Islam dalam Hukum

Nasional, ( Jakarta: PT. Semesta Rakyat Merdeka, 2012), Cet. Ke-2, h. 173-174.

Page 41: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

31

membahayakan sasaran hukum demi kepentingan mereka dan kepentingan

masyarakat, maka perpisahan antara suami dan istri boleh dilakukan.11

Jadi talak adalah menghilangkan ikatan perkawinan sehingga setelah

hilangnya ikatan perkawinan itu istri tidak lagi halal bagi suaminya.

Pengertian talak dalam pasal 114 ini dijelaskan KHI dalam pasal 117,

bahwa talak adalah ikrar suami di dalam siding pengadilan agama yang

menjadi salah satu sebab putusnya perkawinan dengan cara sebagaimana

dimaksud dalam pasal 129, 130, dan 131.12

Putusnya perkawinan yang disebabkan karena perceraian dapat terjadi

talak yang diucapkan di depan pengadilan setelah pengadilan mengizinkan

suami mengikrarkannya melalui penetapan pengadilan yang sudah

berkekuatan hukum tetap (in cracht).

Perkara cerai talak merupakan jenis perkara permohonan yang

diajukan suami. Seorang suami yang kawinsecara Islam ( di Kantor Urusan

Agama atau KUA) yang akan menceraikan istrinya mengajukan permohonan

kepada pengadilan untuk mengadakan siding guna menyaksikan ikrar talak.13

Talak adalah suatu sistem perceraian perkawinan yang dilakukan

karena ada faktor yang memerlukan atau karena darurat. Wewenang untuk

menjatuhkan talak berada di tangan suami, demikian ketetapan syari‟at. Al-

11

Rahmat Hakim, Hukum Perkawinan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2000), h. 145.

12 Tihami, Fiqih Munakahat, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2010), h. 249.

13

Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata di Pengadilan Agama, ( Jakarta:

Kencana, 2005), Cet. Ke- 3, h. 17.

Page 42: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

32

Qur‟an menegaskan: “ Kaum laki-laki adalah pemimpin (pengayom bagikaum

wanita, karena beberapa hal, Allah Taala telah member kelebihan kepada

sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita) dan lagi karena

laki-laki memberi nafkah dari harta kekayaannya sendiri”. Agaknya karena

adanya tugas-tugas jaminan pengayoman dan nafkah isteri atas pundak suami

maka diletakkan wewenang talak itu di tangannya. Dengan pengorbanan

tenaga dan harta yang sudah diberikan untuk mengayomi keluarganya,

diharapkan seorang suami tidak akan mudah menjatuhkan talak kepada

isterinya, tetapi hendaklah sesudah itu pikirkan sejauh mungkin kemaslahatan

kedua belah pihak.14

Oleh karena itu, ditetapkan syari‟at yang dapat melepaskan ikatan

perkawinan, untuk menghilangkan kerusakan dari perkawinan ini.

Talak disyariatkan dengan Al-kitab, sunah, dan ijma‟, berdasarakan

sunnah adalah sabda Rasulullah Saw.15

سم ز نن ابع و صى ااهلل ع , فماي: ازسي ا عباض, لاي: أجى انب ج

سدأن ى جن أمحو, نيا, لاي: فصعد زسي هلل, ان سدي ش ب ن فسق ب

ز عبده اهلل سم امنبس, فماي: اأيااناض, ماباي أحد وم ص و صى اهلل ع

نيما,أمحو, ذم س .أ خر با سا قانما اطال ق من د أن فسق ب “ Diriwayatkan dari Ibn Abbas, seorang laki-laki mendatangi Nabi

untuk bertanya kepadanya, “Wahai Rasulullah, majikanku menikahi budak

perempuannya, ia ingin merusak hubungan ku dengannya”, kemudian Nabi

naik mimbar dan berkata, “Wahai para sahabatku, kejadian yang dilakukan

14

Peunoh Daly, Hukum Perkawinan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 2005), Cet. Ke- 2,h. 252.

15

Muhammad Bin Yazid, Sunan Ibn Majah, (Beirut: Dar Ihya Al- Kutub Al-„Arabiyyah,

t.th), Juz. 1, h. 672.

Page 43: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

33

majikan tersebut tidak benar, karena budak perempuan itu belum ditalak oleh

suaminya”.

حا ئض ى ا او عنيما طك امسأ جو عن نافع : ان ابن عمس زض

سم فأ مس ه أن س جعيا ذم مييا ححى فس و صى ااو ع أ ي عمس انب

ه أن مسيا. فح ضة أ خس , ذم مييا ححى جطيس ذم طميا لب جحض ح

او أن طك يا انسا ء.اعد ةا حى أمس ا “Nafi‟ meriwayatkan bahwa Ibnu Umar r.a. menalak istrinya yang

sedang haid, lalu Ibnu Umar bertanya kepada Nabi Saw. Maka, beliau

memerintahkan agar Ibnu Umar merujuk istrinya kembali, lalu

menangguhkannya sampai istrinya haid lagi. Setelah itu agar dia

menangguhkannya lagi sampai istrinya suci barulah ia menalak istrinya

sebelum menggaulinya. Itulah iddah yang telah ditetapkan oleh Allah dalam

menceraikan istrinya”. 16

untuk sahnya talak suami yang menjatuhkan talak diisyaratakan:

1. Berakal

2. Baligh

3. Atas kemauan sendiri.17

C. Pengertian Iddah dan Dasar Hukumnya

Arti dari iddah itu sendiri adalah bahasa Arab yang berasal dari akar

kata adda – ya‟uddu –„idatan dan jamaknya adalah „idad yang secara arti kata

(etimologi) berarti: “menghitung” atau “hitungan”. Kata ini digunakan untuk

16

Ahmad Bin Hambal,Musnad Ahmad, (Beirut: Muassah Al-Risalah, 2001), Cet. Ke- 1, h.

231.

17 Abd. Rahman Ghazaly, Fiqih Munakahat, (Bogor: Prenada Media, 2003), h. 201.

Page 44: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

34

maksud iddah karena dalam masa itu si perempuan yang ber-iddah menunggu

berlalunya waktu.

Dalam kitab fiqih ditemukan definisi iddah itu yang pendek dan

sederhana dianataranya adalah: جحرس برص فيرا ا مرس أ ةمرد atau masa tunngu yang

dilalui oleh seorang perempuan.18

Iddah merupakan nama untuk masa bagi perempuan untuk menunggu

setelah putusnya perkawinan, dan iddah itu adakalanya dengan melahirkan,

adakalanya dengan masa beberapa bulan dan adakalanya beberapa quru‟.

Tidak ada keraguan lagi bahwa perempuan yang menjalani iddah itu

ada dua macam, perempuan yang ditinggal mati suaminya dan perempuan

yang tidak ditinggal mati suaminya ( cerai talak ).

Perempuan yang ditinggal mati suaminya adakalanya hamil dan

adakalanya tidak. Kalau ia hamil maka iddahnya sampai melahirkan

kandungannya. Sedangkan iddah perempuan yang ditinggal mati oleh

suaminya iddahnya tidak berbeda antara perempuan yang masih kecil dengan

perempuan yang sudah dewasa, dan antara perempuan ynag beriddah quru‟

dengan yang tidak beriddah quru‟.

Iddah wafat ( ditinggal mati oleh suaminya ) adalah khusus untuk

nikah yang sah. Seandainya perempuan yang menikah dengan nikah yang

rusak atau tidak sah, lalu suaminya meninggal dunia sebelum perstubuhan,

18

Amir Syarifudun, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Antara Fiqh Munakahat dan

Undang-Undang Perkawinan , ( Jakarta: Kencana,2009 ), Cet.Ke-3, h.303.

Page 45: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

35

maka tidak ada iddah. Kalau sesudah persetubuhan lalu suaminya meninggal

dunia atau keduanya bercerai, maka si isteri wajib menjalani iddah seperti

iddahnya perempuan yang disetubuhi secara syubhat.19

Perempuan yang

sudah digauli suaminya, tidak dalam keadaan hamil dansudah berhenti masa

haidnya. Iddah-nya adalah tiga bulan. Dasar perhitungnnya tiga bulan itu

adalah firman Allah dalam surat at –Thalaq (65) ayat 1.

Adapun bentuk dan cara iddah ada tiga macam:

a) Iddah dengan cara menyelesaikan quru‟ yaitu antara haid dan suci.

b) Iddah dengan kelahiran anak.

c) Iddah dengan perhitungan bulan.20

Iddah telah dikenal pada masa jahiliyah. Mereka tidak menginginkan

dan meninggalkan iddah, ketika Islam dating ditetapkanlah iddah karena di

dalamnya mengandung kemaslahatan.

Ulama telah sepakat atas kewajiban iddah berdasarkan firman Allah

SWT: (Q.S. Al-Baqarah [2]: 228).21

19

Al-Imam Taqiyuddin Abu Bakar Al Husain, Kifayatul Akhyar, (Surabaya: PT Bina Ilmu,

1997 ), Cet. Ke- 2, h. 571-573.

20

Muhammad Amin Suma, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam, (Jakrta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2004), Cet. Ke-1, h. 309.

21

Abdul Manan dkk, Kamus Istilah Fiqih, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 133

Page 46: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

36

“Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu)

tiga kali quru'. Tidak boleh mereka Menyembunyikan apa yang diciptakan

Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat.

dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu, jika

mereka (para suami) menghendaki ishlah. dan Para wanita mempunyai hak

yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma'ruf. akan tetapi

Para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya. Dan

Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.

Para ulama mendefinisikan „iddah sebagai nama waktu untuk menanti

kesucian seorang istri yang ditinggal mati atau dicerikan oleh suaminya, yang

sebelum habis masa itu dilarang untuk dinikahkan.

Menurut Sayuti Thalib, pengertian kata „iddah dapat dilihat dari dua

sudut pandang:

Pertama, dilihat dari segi kemungkinan keutuhan perkawinan yang

telah ada, suami dapat rujuk kepada istrinya. Dengan demikian, kata „iddah

dimaksudkan sebagai suatu istilah hukum yang mempunyai arti tenggang

waktu sesudah jatuh talak, dalam waktu mana pihak suami dapat rujuk kepada

istrinya.

Kedua, dengan demikian dilihat dari segi istri, masa „iddah itu akan

berarti sebagai suatu tenggang waktu dalam waktu mana istri belum dapat

melangsungkan perkawinan dengan pihak laki-laki lain.

Page 47: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

37

Seorang wanita yang telah dicerai oleh suaminya, dilarang melakukan

perkawinan dengan laki-laki lain selama masa yang ditentukan oleh syari‟at.

Masa yang ditentukan oleh syari‟at ini dimaksudkan untuk memberi

kesempatan kepada suami dan istri untuk berfikir, apakah perkawinan tersebut

masih dapat dilanjutkan dengan cara ruju‟ (kembali), jika perceraian itu

terjadi pada talak raj‟i (talak satu dan dua), atau perceraian itu lebih baik bagi

keduanya.

Di samping itu masa tunggu itu berguna untuk mengetahui apakah

rahim si istri tersebut berisi janin atau tidak sehingga apabila wanita tersebut

hamil segera diketahui nasabnya.22

Penting di catat, masa „iddah ini hanya berlaku bagi istri yang telah di

dukhul. Sedangkan bagi istri yang belum di dukhul (qabla al-dukhul) dan

putusnya bukan karena kematian suami maka tidak berlaku baginya masa

„iddah.

Jadi iddah mengandung arti masa menunggu bagi wanita untuk

melakukan perkawinan setelah terjadinya perceraian dengan suaminya, baik

22

Di kalangan Ulama terdapat perbedaan pendapat menyangkut „iddah wanita yang bercerai

akibat pernikhan yang fasid, wat‟i syubhat atau zina. Bagi golongan zahiriyah, tidak ada „iddah bagi

wanita yang dicerai karena nikah fasid walaupun telah terjadi dukhul. Golongan lainnya tetap

mewajibkan „iddah. Perbedaan kembali muncul bagi wanita yang dizinahi. Bagi Syafi‟iyyah dan

Hanafiah tidak mewajibkannya. Sedangkan Malik dan Ahmad tetap mewajibkannya. Padahal jika

maksud „iddah untuk melihat kebersihan rahim, maka wanita yang dizinahi juga mesti ber‟iddat.

Page 48: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

38

cerai hidup maupun maupun cerai mati, dengan tujuan untuk mengetahui

keadaan rahimnyaatauuntukberfikirbagisuami. 23

DasarHukumIddah

“ Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu)

tiga kali quru'. Tidak boleh mereka Menyembunyikan apa yang diciptakan

Allah dalam rahimnya”. (QS. Al-Baqarah [2]: 228).

Diantara hadist Nabi yang menyuruh menjalani masa iddah tersebut

adalah apa yang disampaikan oleh Aisyah menurut riwayat Ibnu Majjah

dengan sanad yang kuat yang berbunyi:24

ا مس ا نب صى ا هلل عو سم بس س أ ن جعحد برال خ حض

“ Nabi SAW. Menyuruh barairah untuk beriddah selama tiga kali

haid”.

D. Macam - Macam Iddah dan Hikmahnya

Pertama: iddah perempuan yang kematian suaminya, baik telah

digauli atau belum. Iddahnya adalah empat bulan sepuluh hari, yang dimaksud

dengan perempuan yang kematian suami di sini adalah perempuan yang

suaminya meninggal dan dia masih dalam masa haid. Untuk memastikan dia

23

Amir Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia Studi Kritis

Perkembangan Hukum Islam dari Fikih UU No 1/1974 sampai KHI, (Jakarta: kencana, 2006), Cet.

Ke- 3, h. 241.

24

Muhammad Amin Suma, Hukum Kelurga Islam di Dunia Islam, (Jakrta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2004), h.304.

Page 49: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

39

masih dalam haid, Imam Malik mempersyaratkan untuk kesempurnaan iddah

tersebut ialah perempuan itu telah berhaid selama satu kali dalam masa itu

kalau dia belum haid dalam masa itu berada dalam keraguan tentang

kemungkinan hamil.

“Orang-orang yang meninggaldi antaramu dan meninggalkan istri

hendak nyadia menjalani masa iddah selama empat bulan sepuluh hari. Bila

telah sampai waktu yang ditentukan boleh dia berbuat terhadap dirinya

dengan cara yang baik. Allah Maha Tahu terhadapapa yang

merekalakukan”. (Al- Baqarah [2]: 234)

Kedua: Perempuan yang belum digauli oleh suaminya, tidak ada

iddah yang harus dijalaninya.

“ Hai orang-orang yang beriman bila kamu menikahi peremupan-

perempuan yang beriman kemudian kamu menceraikannya sebelum kamu

menggaulinya, maka tidak ada kewajiban baginya untuk beriddah

terhadapmu”.(Al-Ahzab [33]: 49) Ketiga: iddah perempuan yang sedang hamil ialah sampai melahirkan

anaknya.

“Dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (monopause) di

antara perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa

iddahnya), Maka masa iddah mereka adalah tiga bulan; dan begitu (pula)

perempuan-perempuan yang tidak haid. dan perempuan-perempuan yang

Page 50: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

40

hamil, waktu iddah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan

kandungannya. dan barang -siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya

Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.“ (Ath –Thalaq [65]

:4).

Bila perempuan yang hamil itu adalah kematian suami, menjadi

perbincangan di kalangan ulama, baik ditinggal mati oleh suaminya atau

ditalak sedang hamil, kemudian suaminya meninggal, karena di satu sisi dia

adalah sedang hamil dan karena itu dia mengikuti petunjuk ayat 4 surat at-

Thalaq.25

Terkait dengan Pasal 135 ayat (2) KHI yang meneyebutkan bahwa

Perkawinan dengan wanita hamil yang disebut pada ayat (1) dapat

dilangsungkan tanpa menunggu lebih dahulu kelahiran anaknya. Jika kondisi

hamil seperti yang dimaksud dalam pasal ini dikait-kaitkan dengan masalah

iddah bagi wanita hamil yang disebutkan dalam surah Ath-Thalaq (65) ayat 4

yang sudah dijelaskan di atas, bahwa wanita-wanita hamil masa iddah mereka

hingga mereka melahirkan, maka sama sekali tidak tepat. Sebab kewajiban

iddah itu sebagai sebuah kenikmatan agama yang hikmahnya, antara lain

untuk menjaga kemurnian nasab. Karena tujuan iddah jelas seperti ini, maka

dalam kasus hamil di luar nikah, sama sekali tidak tepat jika tetap

menggunakan ayat ini sebagai dalil dalam melarang wanita hamil akibat zina

untuk menikah dalam kondisi hamil. Dengan kata lain, wanita hamil yang

25

Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia, ( Jakarta: Kencana, 2009), h.

310.

Page 51: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

41

dilarang menikah hingga melahirkan anaknya sebagimana pesan ayat di atas

adalah jika hamilnya akibat pernikahan yang sah. Akan tetapi jika hamil

bukan karena menikah, melainkan karena berzina, tetap menggunakan ayat ini

sebagai dalil hukum, maka sama saja yang bersangkutan tidak menghormati

Al-Qur‟an. Sebab Al-Qur‟an tidak pernah merestui seorang wanita untuk

hamil sebelum ia menikah. Tidak ada satu ayat pun yang membolehkan hamil

dulu sebelum nikah.

Status anak menurut Undang-undang Perkawinan dan Kompilasi

Hukum Islam. Bahwa dalam hukum Islam, nasab menjadi sebuah masalah

yang sangat penting dan dikaji dalam kaitannya terhadap masalah pernikahan,

kewajiban memberi nafkah, kewarisan, perwalian hubungan ke-mahram-an,

dan lain-lain. Nasab atau hubungan kekerabatan antara seorang anak dan ayah

hanya dapat terbentuk melalui tiga cara, yaitu melalui pernikahan yang sah,

pernikahan yang fasid, dan melalui hubungan badan secara syubhat. Nasab

anak kepada ayah kandungnya, pada umunya terbentuk melalui pernikahan

yang sah.

Sedangkan pernikahan fasid adalah pernikahan yang dilangsungkan

dalam keadaan kekurangan syarat. Walaupun status nikah fasid jelas tidak

sama dengan nikah yang dilaksanakan secara sah, namun dalam hal nasab

para ulama fiqih sepakat bahwa penetapan nasab anak yang lahir dalam

pernikahan fasid sama dengan penetapan nasab anak dalam pernikahan yang

sah. Tetapi dalam hal anak yang lahir setelah pasangan suami istri melakukan

Page 52: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

42

hubungan badan, dan bercerai, baik melalui hakim maupun tidak, dan anak itu

lahir sebelum masa masa maksimal kehamilan, maka anak itu dinasabkan

kepada suami wanita tersebut. Akan tetapi apabila kelahiran anak itu melebihi

masa maksimal kehamilan, maka anak itu tidak bisa dinasabkan kepada suami

wanita itu.

Hubungan badan secara syubhat adalah persetubuhan antara seorang

laki-laki dengan seorang perempuan di luar akad nikah, baik nikah secara sah

maupun nikah fasid, tetapi tidak bisa disebut sebagai zina yang dilarang

syariat dan hukumnya tidak terang dan tidak jelas apakah haram mutlak

ataukah halal mutlak. Syubhat yang berkaitan dengan perbuatan adalah

syubhat bagi orang yang tidak mengetahui kehalalan atau keharaman suatu

perbuatan. Seperti halnya dalam kasus hubungan badan dengan mantan

istrinya ternyata ia sedang menjalani iddah dari talak tiga. Dalam hal ini,

kehalalan hubungan badan diantara mereka sebenarnya sudah tidak ada lagi,

karena telah batal disebabkan talak. Akan tetapi, adanya kewajiban suami

memberi nafkah dan keharaman mantan istri melakukan perkawinan dengan

orang lain masih tetap ada, apalagi suami masih memungkinkan tinggal

bersama satu rumah dengan wanita tersebut. Hal inilah yang menimbulkan

syubhat pada perbuatan itu. Di satu sisi tidak halal melakukan kontak seksual,

Page 53: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

43

di sisi lain masih ada kewajiban yang dipikul oleh mantan suami berupa

kewajiban memberikan nafkah iddah.26

Keempat: perempuan yang telah bergaul dengan suaminya dan

menjalani masa haid. Iddahnya adalah tiga kali quru‟, adapun dasar hukumnya

adalah firman Allah dalam surat al- Baqarah (2) ayat 228:

“ Wanita-wanita yang ditalak hendaklah menahan diri (menunggu)

tiga kali quru‟”. Kelima: perempuan yang sudah digauli suaminya, tidak dalam

keadaan hamil dan sudah behenti masa haidnya. Iddahnya adalah tiga bulan.

Dasar perhitungannnya tiga bulan itu adalah firman Allah dalam surat at-

Thalaq (65) ayat 1

اذاطمحم انساءفطمىن عد جين

“ Bila kamu menthalaqseorang isteri, thalaqlah dia di waktu iddahnya”.

27

Hikmah Iddah:

Adapun hikmah yang dapat diambil dari ketentuan iddah itu adalah

agar suami yang telah menceraikan isterinya itu berpikir kembali dan

menyadari tindakan itu tidak baik dan menyesal atas tindakannya itu. Dengan

26

M. Nurul Irfan, Nasab dan Status Anak dalam Hukum Islam, ( Jakarta: Amzah, 2013),

Ed. Ke-2, h. 67-129.

27 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia, ( Jakarta: Kencana, 2009), h.

310-317

Page 54: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

44

adanya iddah dia dapat menjalin kembali hidup perkawinan tanpa harus

mengadakan akad baru.

Hikmah disyariatkannya „iddah juga diantaranya

1. Untuk mengetahui secara pasti kondisi rahim perempuan, sehingga

tidak terjadi percampuran nasab janin yang ada dalam rahimnya.

2. Menjunjung tinggi nilai pernikahan. Hal itu tidak mungkin terjadi

kecuali dengan melibatkan banyak orang dan tidak akan hancur

kecuali dengan menunggu pada masa yang cukup lama. Jika tidak

diatur demikian, tentunya sebuah pernikahan tidak ubahnya dengan

permainan anak-anak. Di mana, mereka menyusun sebuah permainan,

lantas merusaknya.

3. Kemaslahatan yang didapat dari pernikahan tidak akan terwujud

sebelum pasangan suami isteri menjalani hidup berumah tangga dalam

masa yang lama. Jika terjadi sesuatu yang mengharuskan untuk

bercerai, tetap hadits harus ada upaya untuk tetap menjaga ikatan

pernikahan yang mulia ini dan mesti diberi waktu untuk berfikir

kembali dan mempetimbangkan kerugian yang akan dialaminya jika

terjadi perceraian.28

28

Sayyid Syabiq, Fikih Sunnah, ( Jakarta: Cakrawala Publishing, 2009 ), Cet. Ke-1, h. 119.

Page 55: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

45

E. Nafkah Iddah dalam Undang-Undang Perkawinan dan KHI

Nafkah iddah adalah Nafkah yang diberikan suami pada waktu masa

iddah atau pemberian biaya penghidupan yang diberikan oleh suami selama

tiga bulan sepuluh hari berturut-turut kepada isteri yang diceraikan yang

didasarkan atas kemampuan suami sebagai upaya pemenuhan kewajiban yang

telah ditetapkan oleh syari‟at Islam maupun keputusan Pengadilan Agama.

Berdasarkan Undang- undang No.1 tahun 1974 pasal 4 (sub c) yang

berbunyi “ Pengadilan Agama dapat mewajibkan kepada bekas suami untuk

memberikan biaya penghidupan atau menentukan suatu kewajiban bagi

isteri”. Hal ini juga dipertegas dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 81 ayat (1

dan 2)danpasal 194 huruf (a) dan (b).

1. Suami wajib menyediakan tempat tinggal bagi isteri dan anak-

anaknya atau bekas isterinya yang masih dalam iddah.

2. Tempat kediaman adalah tempat tinggal yang layak untuk istri

selama dalam ikatan perkawinan, atau dalam iddah talak atau

iddah wafat.29

ان معحد اس جعةاسىنى ن ن انفمة اال أن جى بائن ا سىنى د فمة

حا مال

Artinya: “Perempuan yang beriddah raj‟i berhak mendapat tempat

tinggal dan belanja, sedangkan perempuan yang beriddah bainberhak

mendapat tempat tinggal tanpa belanja, kecuali jika ia hamil”.

29

Aryo Sastroatmodjo, Hukum Perkawianan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1981), h. 95, 32.

Page 56: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

46

Perempuan yang menjalani iddah itu bermaacam-macam. Diantaranya

adalah perempuan yang menjalani iddah raj‟i, ia berhak mendapat belanja dan

tempat tinggal menurut Ijmak Ulama.

Al- Daruqutni meriwayatkan hadist yang berhubungan dengan

Fatimah binti Qais ketika ia ditalak tiga oleh suaminya. Rasulullah SAW tidak

memberi hak tempat tinggal dan belanja untuk Fatimah binti Qais. Rasulullah

SAW bersabda:30

اس جعة ) زاه انسائى( همج نمى نىاس ةمفا ا نمن ا

Artinya: “ Belanja dan tempat tinggal hanya untuk perempuan yang

berhak rujuk.” (H.R. An-Nasa‟i).

Seorang perempuan yang dalam masa iddahnya talak bain dan dia

dalam keadaan hamil maka dia berhak juga menerima nafkah belanja, pakaian

dan tempat tinggal dari mantan suaminya sampai anaknya lahir. Ini

berlandaskan dari firman Allah Swt:

ين ححى ضعن حمين اع فأ نفم الت حم ان ون أ

“ Jika mereka (janda yang dicerai) dalam keadaan hamil, maka

berinafkahlah mereka olehmu sampai mereka melahirkan kandungannya.”

(QS. Ath- Thalaq [65]: 6)

Sedangkan perempuan yang dalam masa iddah talak bain dan dalam

keadaan tidak hamil, menurut Syafi‟i, Hambali dan Maliki, tidak berhak

mendapatkan nafkah belanja, pakaian dan tempat tinggal.

30

Al-Imam Taqiyuddin Abu Bakar Alhusaini, Kifayatul Akhyar, 1997, h. 592.

Page 57: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

47

Sedangkan pendapat Hanafi, perempuan itu berhak juga menerima

nafkah belanja, pakain dan tempat tinggal dengan berlandaskan pada firman

Allah Swt:

جد وم د سىنحم من ىن من ح ا سىن“ Tempatkanlah mereka di mana kamu bertempat tinggal menurut

kemampuanmu.” (QS. At- Thalaq: 6).

Ayat ini menunjukkan bahwa perempuan yang dalam masa iddah

baik karena talak raj‟i dan talak bain, semuanya berhak menerima fasilitas

nafkah belanja, pakaian dan tempat tinggal dari mantan suaminya, tetapi

menurut Syafi‟i, ayat ini khusus untuk perempuan yang dalam masa iddah

talak raj‟i.31

يا ز جعة فاءذا م جيا ما وا نث و ع اسىن مسأ ة عى ش جىن و فى فظ انماانفمو

ال سىن ) زاه أحمد( يا زجعة فال نفمة ع

Dan dalam lafal lain (dikatakan): “ Sesungguhnya nafkah dan tempat tinggal

itu bagi perempuan yang selagi suaminya masih mempunyai hak ruju‟

kepadanya tetapi apabila suaminya tidak lagi mempunyai hak ruju‟

kepadanya, maka tidak ada (hak) nafkah dan tidak juga tempat tinggal

baginya”. (HR. Ahmad). 32

Adapun perempuan yang dijatuhi talak tiga, para ulama berbeda

pendapat. Menurut Abu Hanifah, dia masih memiliki hak untuk mendapatkan

nafkah dan tempat tinggal sebagaimana perempuan ( isteri ) yang ditalak raj‟i,

karena dia wajib menghabiskan masa iddah di rumah suaminya, sehingga

31

Mohammd Asmawi, Nikah dalam Perbincangan dan Perbedaan, Maret 2004, h. 273

32

Nailul Anwar, Himpunan Hadist-Hadist Hukum, 2001, Cet. Ke-3, h. 2437.

Page 58: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

48

seakan-akan dia di tahan agar tetap bersama suaminya. Oleh sebab itu, dia

wajib memperoleh nafkah. Nafkah ini dianggap sebagai hutang dan terhitung

sejak talak di jatuhkan. Kewajiban untuk memberi nafkah isteri tidak hilang

hanya dengan keridhaan isterinya atau keputusan pihak pengadilan. Suami

dinyatakan bebas dari hutangnya ( kewajiban memberi nafkah isteri ) jika

sudah menunaikan kewajibannya atau isteri telah menyatakan bebas.33

Kalau perceraian tersebut karena ada cacat atau karena tertipu, maka

si perempuan tidak berhak mendapatkan tempat tinggal. Tapi kalau perceraian

tersebut karena ada hubungan penyusuan atau mushaharah (hubungan

keluarga akibat perkawinan), maka si perempuan akan berhak mendapat

tempat tinggal, menurut pendapat yang sahih, karena sebab yang menghalangi

belum ada pada saat akad dan tidak boleh dijadikan sandaran. Sedangkan

perempuan yang dili‟an berhak mendapat tempat tinggal dengan pasti seperti

perempuan yang ditalak tiga.

Jadi menurut semua mazhab, si perempuan wajib mendapat tempat

tinggal apabila terjadi pembatalan nikah (fasakh) baik karena murtad ( keluar

dari Islam ) atau karena masuk Islam, atau karena ada hubungan penyusuan,

atau karena ada cacat, dan sebagianya.34

33

Sayyid Syabiq, Fikih Sunnah, ( Jakarta: Cakrawala Publishing, 2009 ), Cet. Ke-1, h. 136-

137.

34

Al-Imam Taqiyuddin , Kifayatul Akhyar, 1997, h.595.

Page 59: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

49

Sedangkan ada sebagian ulama di antaranya Imam Ahmad bahwa

seorang perempuan yang dalam masa iddah mati dan dalam keadaan tidak

hamil, tidak berhak menerima nafkah belanja, pakaian dan tempat tinggal,

karena Allah hanya menentukan untuk yang kematian suami itu adalah bentuk

harta warisan.

Tetapi hak istri yang ditinggal mati oleh suaminya. Istri dalam

keadaan hamil ulama sepakat mengatakan bahwa dia berhak atas nafkah dan

tempat tinggal, namun bila isteri tidak dalam keadaan hamil ulama berbeda

pendapat. Sebagian ulama diantaranya Imam Malik, Al-Syafi‟i dan Abu

Hanifah berpendapat bahwa istri dalam iddah wafat berhak atas tempat

tinggal.( al-Nawawiy, al-Majmu‟, 391; Ibnu Qodamah VIII, 234 ). Mereka

mendasarkan pendapatnya dengan umum ayat 180 surat al-Baqarah yang

menyuruh istri ber-iddah di rumah suaminya, yang sejauh berkenaan dengan

tempat tinggal tidak di nasakh.35

Di antara rahmat yang diberikan oleh Islam kepada kaum perempuan

untuk memelihara hak-hak mereka adalah hukum-hukum yang terdapat pada

masaiddah (masa menunggu) ketika ia ditalak atau ditinggal mati suaminya.

Pada masa iddah yang boleh dirujuk atau dalam keadaan hamil, baik dalam

35

Amir Syarifudun, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Antara Fiqh Munakahat dan

Undang-Undang Perkawinan , ( Jakarta: Kencana,2009 ), Cet. Ke-3, h. 323.

Page 60: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

50

masa iddah talak raj‟i atau talak bain, perempuan berhak mendapat nafkah

dan tempat tinggal, berdasarkan firman Allah, surah At-Thalaq Ayat 6.36

36

Huzaemah Tahido Yanggo, Fikih Perempuan Kontemporer, 2010, h. 122.

Page 61: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

51

BAB III

PROFIL PENGADILAN AGAMA JAKARTA SELATAN

A. Sejarah Pembentukan Pengadilan Agama Jakarta Selatan

Pengadilan Agama Jakarta Selatan dibentuk berdasarkan surat

keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 1963. Pada

mulanya Pengadilan Agama di wilayah DKI Jakarta hanya terdapat tiga

kantor yang dinamakan Kantor Cabang, yaitu:

1. Kantor Cabang Pengadilan Agama Jakarta Utara

2. Kantor Pengadilan Agama Jakarta Tengah

3. Pengadilan Agama Istimewa Jakarta Raya sebagai Induk

4. Semua Pengadilan Agama tersebut di atas termasuk Wilayah

Hukum Cabang Mahkamah Islam Tinggi Surakarta. Kemudian

setelah berdirinya Cabang Mahkamah Islam Tinggi Bandung

berdasarkan surat keputusan Menteri Agama Nomor 71 tahun 1976

tanggal 16 Desember 1976. Semua Pengadilan Agama di Propinsi

Jawa Barat termasuk Pengadilan Agama yang berada di Daerah

Ibu Kota Jakarta Raya berada dalam Wilayah Hukum Mahkamah

Islam Tinggi Cabang Bandung. Dalam perkembangan selanjutnya

istilah Mahkamah Islam Tinggi menjadi Pengadilan Tinggi Agama

(PTA).

Page 62: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

52

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia

Nomor 61 tahun 1985 Pengadilan Tinggi Agama Surakarta dipindah di

Jakarta, akan tetapi realisasinya baru terlaksana pada tanggal 30 Oktober 1987

dan secara otomatis Wilayah Hukum Pengadilan Agama di wilayah DKI

Jakarta adalah menjadi Wilayah Hukum Pengadilan Tinggi Agama Jakarta.

Terbentuknya kantor Pengadilan Agama Jakarta Selatan merupakan

jawaban dari perkembangan masyarakat Jakarta, yang ketika itu pada tahun

1967 merupakan cabang dari Pengadilan Agama Istimewa Jakarta Raya yang

berkantor di jalan Otista Raya Jakarta Timur.

Sebutan pada waktu itu adalah cabang Pengadilan Agama Jakarta

Selatan. Kantor Cabang Pengadilan Agama Jakarta Selatan dibentuk sesuai

dengan banyaknya jumlah penduduk dan bertambahnya pemahaman

penduduk serta tuntutan masyarakat Jakarta Selatan yang di wilayahnya cukup

luas. Untuk itu keadaan kantor ketika itu masih dalam keadaan darurat yaitu

menempati gedung bekas Kantor Kecamatan Pasar Minggu di suatu gang

kecil yang sampai saat ini dikenal dengan gang Pengadilan Agama Pasar

Minggu Jakarta Selatan, pimpinan kantor dipegang oleh H. POLANA.

Penanganan kasus-kasus hanya berkisar perceraian kalaupun ada

tentang warisan masuk kepada Komparisi itu pun dimulai tahun 1969

kerjasama dengan Pengadilan Negeri yang ketika itu dipimpin oleh Bapak

BISMAR SIREGAR, S.H.

Page 63: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

53

Sebelum tahun 1969 pernah pula membuat fatwa waris akan tetapi hal

itu ditentang oleh pihak keamanan karena bertentangan dengan

kewenangannya.1 Sejak 1 april 1937, kewenangan Pengadilan Agama di

wilayah Jawa dan Madura dipersempit hanya berwenang mengadili kasus

perkawinan dan perceraian, sedangkan kasus waris dan wakaf menjadi

wewenang Ladraad (sekarang Pengadilan Negeri).2 Sehingga sempat beberapa

orang termasuk Pak HASAN MUGHNI ditahan karena Penetapan Fatwa

Waris sehingga sejak itu Fatwa Waris ditambah dengan kalimat “Jika ada

harta peninggalan”.

Pada tahun 1976 gedung Kantor Cabang Pengadilan Agama Jakarta

Selatan pindah ke Blok D Kebayoran Baru Jakarta Selatan dengan menempati

serambi Masjid Syarief Hidayatullah dan sebutan Kantor Cabang pun

dihilangkan menjadi Pengadilan Agama Jakarta Selatan dan pada masa itu

diangkat pula beberapa Hakim honorer yang di antaranya adalah Bapak H.

ICHTIJANTO, S.A., S.H.

Penunjukan tempat tersebut atas inisiatif Kepala Kandepag Jakarta

Selatan yang waktu itu dijabat oleh Bapak Drs. H. MUHDI YASIN. Seiring

dengan perkembangan tersebut diangkat pula 8 karyawan untuk menangani

tugas–tugas kepaniteraan yaitu ILYAS HASBULLAH, HASAN JAUHARI,

1Admin, “ Sejarah Pengadilan Agama Jakarta Selatan” dikakses pada tanggal 04 Februarai

2014, dari http://www.pa-jakartaselatan.go.id.

2 R. Soepomo, Sistem Hukum di Indonesia Sebelum Perang Dunia II, 1970, h. 68.

Page 64: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

54

SUKANDI, SAIMIN, TUWON HARYANTO, FATHULLAH AN, HASAN

MUGHNI, dan IMRON, keadaan penempatan Kantor di serambi Masjid

tersebut bertahan sampai pada tahun 1979.

Pengadilan Agama Jakarta Selatan Berkantor di Gedung Sendiri. Pada

bulan September 1979 Kantor Pengadilan Agama Jakarta Selatan pindah ke

gedung baru di Jl. Ciputat Raya Pondok Pinang dengan menempati gedung

baru dengan tanah yang masih menumpang pada areal tanah PGAN Pondok

Pinang dan pada tahun 1979 pada saat Pengadilan Agama Jakarta Selatan

dipimpin oleh Bapak H. ALIM BA diangkat pula Hakim-Hakim honorer

untuk menangani perkara-perkara yang masuk, mereka diantaranya: KH.

YA’KUB, KH. MUHDATS YUSUF, HAMIM QARIB, RASYID

ABDULLAH, ALI IMRAN, Drs. H. NOER CHAZIN.

Pada perkembangan selanjutnya yaitu semasa berkepimpinan Drs. H.

DJABIR MANSHUR, S.H., Kantor Pengadilan Agama Jakarta Selatan pindah

ke Jalan Rambutan VII No. 48 Pejaten Barat, Pasar Minggu, Jakarta Selatan

dengan menempati gedung baru. Di gedung baru ini meskipun tidak

memenuhi syarat untuk sebuah Kantor Pemerintah setingkat Walikota, karena

gedungnya berada di tengah-tengah penduduk dan jalan masuk dengan kelas

jalan III C. Namun sudah lebih baik ketimbang masih di Pondok Pinang,

pembenahan–pembenahan fisik terus dilakukan terutama pada masa

kepemimpinan Bapak Drs. H. JAYUSMAN, S.H. Begitu pula pembenahan–

pembenahan administrasi terutama pada masa kepemimpinan Bapak Drs. H.

Page 65: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

55

AHMAD KAMIL, S.H. pada masa ini pula Pengadilan Agama Jakarta Selatan

mulai mengenal komputer walaupun hanya sebatas pengetikan dan ini terus

ditingkatkan pada masa kepemimpinan Bapak Drs. RIF’AT YUSUF.

Pada masa perkembangannya selanjutnya tahun 2000 ketika

kepemimpinan dijabat oleh Bapak Drs. H. ZAINUDDIN FAJARI, S.H.

pembenahan-pembenahan semua bidang, baik fisik maupun non fisik

diadakan sistem komputerisasi dengan online komputer, dan ini terus dibenahi

sampai sekarang oleh Ketua Pengadilan Agama Bapak Drs. H. SYED

USMAN, S.H. Yang tujuannya adalah untuk meningkatkan pelayanan kepada

masyarakat pencari keadilan dan menciptakan peradilan yang mandiri dan

berwibawa.

Perkembangannya selanjutnya tahun 2007-2008 ketika kepemimpinan

dijabat oleh Bapak Drs. H. A. CHOIRI, S.H., M.H. pembenahan-pembenahan

semua bidang, baik fisik maupun non fisik sudah terintegrasi dengan online

komputer, pada periode ini juga Pengadilan Agama Jakarta Selatan berhasil

pengadaan tanah untuk bangunan gedung baru seluas + 6000 m2 yang terletak

di Jl. Harsono RM, Ragunan, Jakarta Selatan.

Selanjutnya sejak tahun 2008 telah dibangun gedung baru yang sesuai

dengan purwarupa Mahkamah Agung RI. Pembangunan dilaksanakan 2 tahap,

tahap pertama tahun 2008 dan tahap kedua tahun 2009 pada saat itu

Pengadilan Agama Jakarta Selatan diketuai oleh Bapak Drs. H. PAHLAWAN

HARAHAP, S.H., M.A.

Page 66: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

56

Selanjutnya pada akhir April 2010, gedung baru Pengadilan Agama

Jakarta Selatan diresmikan bersama-sama dengan gedung-gedung baru

lainnya di Pontianak (Kalimantan Barat) oleh Ketua Mahkamah Agung RI.

Kemudian pada awal Mei 2010 diadakan tasyakuran dan sekaligus dimulainya

aktifitas perkantoran di gedung baru tersebut, pada saat itu Ketua Pengadilan

Agama Jakarta Selatan dijabat oleh Drs. H. AHSIN A. HAMID, S.H.

Sejak menempati gedung baru yang cukup megah dan representatif

tersebut di Pengadilan Agama Jakarta Selatan dilakukan pembenahan dalam

segala hal, baik dalam hal pelayanan terhadap pencari keadilan maupun dalam

hal peningkatkan T.I. (Teknologi Informasi) yang sudah semakin canggih

disertai dengan program-program yang menunjang pelaksanaan tugas pokok,

seperti program SIADPA (Sistem Informasi Administrasi Perkara Pengadilan

Agama) yang sudah berjalan dan terintegrasi dengan TV Media Center, Touch

Screen (KIOS-K) serta beberapa fitur tambahan dari Situs Web

http://www.pa-jakartaselatan.go.id.3

Dasar Hukum Pembentukan Pengadilan Agama Jakarta Selatan

Pengadilan Agama Jakarta Selatan sebagai salah satu instansi yang

melaksanakan tugasnya memiliki dasar hukum dan landasan kerja sebagai

berikut:

3Admin, “Sejarah Pengadilan Agama Jakarta Selatan” diakses pada tanggal 04 Februarai

2014, dari http://www.pa-jakartaselatan.go.id.

Page 67: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

57

1. Undang-undang Dasar 1945 Pasal 24

2. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970

3. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974

4. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989

5. Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1975

6. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983

7. Peraturan/Instruksi/Edaran Mahkamah Agung RI

8. Intruksi Dirjen Bimas Islam/ Bimbingan Islam

9. Keputusan Menteri Agama RI. Nomor 69 Tahun 1963, tentang

Pembentukan Pengadilan Agama Jakarta Selatan

10. Peraturan-peraturan lain yang berhubungan dengan Tata Kerja dan

Wewenang Pengadilan Agama.4

B. Struktur Organisasi

Susunan Pengadilan diatur dalam Bab II Pasal 6 sampai dengan Pasal

48 UU Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama.5

Susunan organisasi Pengadilan Agama terdiri dari pimpinan, hakim

anggota, panitera, sekretaris dan juru sita.

4Admin, “Sejarah Pengadilan Agama Jakarta Selatan” diakses pada tanggal 04 Februari

2014, dari http://www.pa-jakartaselatan.go.id.

5 Erfaniah Zuhriah, Peradilan Agama di Indonesia Dalam Rentang Sejarah dan Pasang

Surut, UIN Malang, 2008, h. 155.

Page 68: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

58

1. Pimpinan Pengadilan

Pimpinan Pengadilan Agama terdiri dari seorang ketua dan seorang

wakil ketua.

2. Hakim

Hakim adalah pejabat yang melaksanakan tugas kekuasaan

kehakiman. Hakim pengadilan diangkat dan diberhentikan oleh presiden

atas usul ketua Mahkamah Agung.

3. Panitera atau Sekretaris

Mengenai struktur kepaniteraan sebagai salah satu sistem pendukung

utama fungsi peradilan, menurut pasal 26 ayat (7) jo. Pasal 44,

mempunyai tugas “ganda” pada diri dan jabtannya melekat jabatan

panitera merangkap sekretaris pengadilan.6

Struktur organisasi Pengadilan Agama Jakarta Selatan mengacu pada

Undang-Undang nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama,

Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung nomor KMA/004/II/92 tentang

organisasi dan Tata Kerja Kepaniteraan Pengadilan Agama dan Pengadilan

Tinggi Agama dan KMA Nomor 5 tahun 1996 tentang Struktur Organisasi

Peradilan.7

6 Erfaniah Zuhriah, Peradilan Agama di Indonesia Dalam Rentang Sejarah dan Pasang

Surut, UIN Malang, 2008, h. 187.

7Admin, “Struktur Organisasi Pengadilan Agama Jakarta selatan” diakses pada tanggal 04

Februari 2014, dari http://pa-jakartaselatan.go.id.

Page 69: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

59

Page 70: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

60

C. Tugas dan Wewenang Pengadilan

Pengadilan Agama merupakan salah satu pelaku kekuasaan kehakiman

bagi rakyat pencari keadilan yang beragama Islam, mengenai perkara perdata

tertentu yang diatur dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang

Peradilan Agama sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 3

Tahun 2006 dan perubahan kedua dengan Undang-undang Nomor 50 Tahun

2009.

Pengadilan Agama atau Mahkamah Syar’iyah bertugas dan berwenang

memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara di tingkat pertama antara

orang-orang yang beragama Islam di bidang perkawinan, kewarisan, hibah,

wakaf, zakat, infaq, shadaqah dan ekonomi syari’ah.8

Wilayah hukum atau yuridiksi yang dimaksud pada pembahasan ini

bermuara pada istilah kewenangan memeriksa, memutuskan, dan

menyelesaikan suatu perkara bagi pengadilan.

Peradilan Agama mempunyai wewenang atau kekuasaan atau sering

disebut kompetensi yang menyangkut dua hal.9

1. Kompetensi relatif adalah kewenangan yang dimiliki Pengadilan dalam

lingkungan Peradilan Agama berdasarkan daerah. Maksudnya,

8 Mahkamah Agung Direktorat Jendral Badan Peradilan Agama, Pedoman Pelaksanaan

Tugas Dan Administrasi Peradilan Agama, Buku II, Edisi Revisi 2010, h. 55.

9 Basiq Djalil, Peradilan Agama di Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2006),

h. 137.

Page 71: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

61

kewenangan yang didasari atas batas-batas wilayah kabupaten atau kota

setempat.10

Pengadilan Agama berkedudukan di ibu kota kabupaten atau kota dan

daerah hukumnya meliputi wilayah kabupaten dan kota.

Pada penjelasan Pasal 4 Ayat (1) berbunyi:

“Pada dasarnya tempat kedudukan Pengadilan Agama ada di ibu kota,

kabupaten atau kota, tetapi tidak tertutup kemungkinan adanya pengecualian”.

Jadi tiap-tiap Pengadilan Agama mempunyai wilayah hukum tertentu

atau dikatakan mempunyai “yuridiksi relatif” dalam hal ini meliputi satu ibu

kota kabupaten atau kota, atau dalam keadaan tertentu sebagai pengecualian

mungkin lebih atau mungkin kurang.11

2. Kompetensi absolut yaitu kekuasaan pengadilan yang berhubungan

dengan jenis perkara atau jenis pengadilan.

Kekuasaan Peradilan Agama untuk memeriksa, memutuskan, dan

menyelesaikan perkara-perkara ditingkat pertama antara orang-orang yang

beragama Islam yang dilakukan berdasarkan hukum Islam.12

Bahkan ketika

kekuatan kerajaan Mataram telah merosot, perkara-perkara yang diancam

dengan hukum badan dan hukuman mati yang merupakan kewenangan

10

Alam, Andi Syamsu dan M Fauzan, Hukum Pengangkatan Anak Perspektif Islam, (Jakarta:

Pena Media, 2008), Cet. Ke-1, h. 15.

11

Rasyid Roihan, Hukum Acara Peradilan Agama, (Jakarta: Rajawali, 1991),Ed.1, Cet. Ke-1,

h. 27.

12

Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata Di Lingkungan Peradilan Agama,

(Jakarta: Prenada Media Group, 2005), h. 13.

Page 72: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

62

pengadilan perdata, karena tidak dapat dikirim ke Mataram, menjadi

wewenang Pengadilan Agama. Pengadilan Agama ini mengadili dan memutus

perkara atas dasar hukum Islam dan berpedoman kepada hukum-hukum yang

ditetapkan.

Dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 yang menjadi

kompetensi absolut Peradilan Agama yaitu:13

1. Perkawinan

2. Kewarisan, Wasiat, dan hibah yang dilakukan berdasarkan hukum Islam

3. Wakaf dan Sedekah

Sejalan dengan bertambahnya kompetensi Peradilan Agama

berdasarkan Undang-undang Nomor 3 tahun 2006 tentang perubahan

Undanng-undang Nomor 7 Tahun 1989 dan telah dirubah kedua kalinya

memperluas kewenangan Pengadilan Agama. Dalam Pasal 49 kewenangan

tersebut ditambah dengan penanganan perkara zakat, infaq dan ekonomi

syari’ah.

Kewenangan baru lainnya dari Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006

ini adalah dalam hal penyelesaian sengketa hak milik antara sesama orang

Islam dan pemberian itsbat kesaksian rukyatul hilal dalam penentuan awal

13

Undang-undang No 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama Pasal 49 ayat (1).

Page 73: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

63

bulan pada tahun hijriyah, serta pemberian keterangan atau nasihat mengenai

perbedaan penentuan waktu shalat.14

Selain itu sejak adanya Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006, jika

muncul sengketa hak milik dan hak keperdataan lainnya pada perkara-perkara

yang ditangani seperti kewarisan,wakaf, harta bersama, dan lain-lain

sepanjang sengketa hak itu dikalangan orang Islam sendiri, sengketa itu tidak

perlu ditunda karena telah menjadi kewenangan Peradilan Agama. Pada

bidang perkawinan terdapat kewenangan baru, yakni soal “penetapan

pengangkatan anak”. Kewenanagan Peradilan Agama juga tidak dibatasi pada

perkara perdata.

Dengan demikian adanya amandemen terhadap Undang-undang

Peradilan Agama, menjadikan Pengadilan Agama mempunyai kewenangan

yang semakin luas. Dengan kata lain eksistensi Pengadilan Agama semakin

kokoh dalam sistem hukum Nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia.15

Dalam kaitannya dengan Pengadilan yang berada di bawah lingkungan

Peradilan Agama, kewenangan absolut berarti Pengadilan yang berada di

bawah lingkungan Peradilan Agama tersebut memiliki kekuasaan memeriksa,

14

Basiq Djalil, Peradilan Agama di Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup,

2006), h. 161.

15

Jaenal Aripin, Peradilan Agama dalam Bingkai Reformasi Hukum di Indonesia, (Jakarta:

Kencana, 2008), h. 348.

Page 74: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

64

memutus dan menyelesaikan perkara perdata tertentu di kalangan atau

golongan rakyat tertentu, yaitu orang-orang yang beragama Islam.16

16

Cik Hasan Bisri, Peradilan Agama di Indonesia,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2003), Cet. Ke-4, h. 220.

Page 75: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

65

BAB IV

REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS

PERCERAIAN

A. Data Perceraian Tahun 2012

Pada Pembahasan ini akan dikemukakan data-data perceraian di

Pengadilan Agama Jakarta Selatan Tahun 2012.

Tabel. 1

PERKARA YANG DITERIMA

No Bulan Cerai Talak Cerai Gugat Jumlah

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

Janu

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Agst

Sep

Okt

Nop

Des

74

70

80

74

68

67

53

44

89

98

70

71

167

176

181

168

188

182

133

105

218

208

192

160

241

246

261

242

256

249

186

149

307

306

262

231

Jumlah 858 2078 2936

Sumber: Laporan Tahunan Pengadilan Agama Jakarta Selatan Tahun 2012

Dari data yang ada pada tabel di atas dapat kita lihat jumlah perkara yang

diterima pada tahun 2012 perceraian yang paling banyak adalah cerai gugat

dengan jumlah sebesar 2078 (dua ribu tujuh puluh delapan) atau 70,7%,

sedangkan cerai talak sebesar 858 (delapan ratus lima puluh delapan) atau 29,2%.

Page 76: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

66

Sehingga jumlah perkara perceraian yang diterima oleh Pengadilan Agama

Jakarta Selatan pada Tahun 2012 adalah sebanyak 2939.

Tabel.2

PERKARA YANG DIPUTUS

No Bulan Cerai Talak Cerai Gugat Dicabut Jumlah

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Agst

Sept

Okt

Nop

Des

61

50

74

50

62

65

57

29

42

60

68

66

170

164

164

143

143

137

157

119

119

164

197

147

23

24

14

9

20

17

22

22

21

23

23

14

254

238

252

213

225

219

236

170

182

247

288

227

Jumlah 684 1824 232 2751

Sumber: Laporan Tahunan Pengadilan Agama Jakarta Selatan Tahun 2012

Data di atas menunjukkan bahwa perkara perceraian dapat kita lihat

jumlah perkara cerai talak yang diterima pada tahun 2012 adalah sebesar 858,

sedangkan yang diputus sebesar 684. Dari jumlah – jumlah tersebut dapat dilihat

besarnya angka perkara cerai talak yang diputus. Perkara cerai talak yang diputus

pada tahun 2012 adalah sebesar 79, 72 % dari perkara keseluruhan. Dan dari data

yang diputus tersebut tidak semua perkara cerai talak terkait dengan adanya

pemberian nafkah iddah itu dilaksanakan di hadapan Majelis Hakim saat

pembacaan sidang ikrar talak, jadi dapat dikatakan keberhasilan untuk

Page 77: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

67

mendapatkan hak-hak mantan istri masih belum sepenuhnya terealisasikan karena

masih ada yang dilaksanakan atau dibayarkan di luar Pengadilan Agama.

Sedangkan sebagai seorang istri yang telah diceraikan tetap memiliki hak-

hak yang perlu dipenuhi oleh mantan suaminya. Antaranya seperti hak untuk

mendapatkan mas kawin jika belum dibayar, mut’ah dan nafkah iddah. Dan dari

data di atas tersebut tidak ditemukannya data mengenai permohonan eksekusi

terkait tuntutan nafkah iddah. Hal ini dikarenakan biaya eksekusi yang mahal

dibandingkan dengan tuntutan nafkah iddahnya, oleh karena itu istri enggan untuk

menuntut hak-hak yang harus diterimanya.1

Tabel. 3

DATA PENYEBAB PERCERIAN TAHUN 2012

No Bulan

PENYEBAB PERCERAIAN

Cemburu

dan

Krisis

Akhlak

Ekonomi

dan

Poligami

Tidak

Sehat

Tidak

ada

tanggung

jawab

Gangguan

Pihak

Ketiga

Tidak ada

keharmonisan

dan

Kekejaman

Jasmani

Jumlah

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Ags

Sep

Okt

Nop

Des

1 -

- -

1 3

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

45 -

47 -

59 1

49 -

58 -

59 -

56 -

35 -

35 -

43 -

56 -

41 -

58

59

63

63

53

47

52

42

48

68

78

67

29

22

22

24

29

24

37

28

25

29

34

25

97 1

86 -

87 2

57 -

65 -

72 -

69 -

43 -

53 -

84 -

97 -

80 -

231

214

238

193

205

202

214

148

161

224

265

213

Jumlah 2 3 582 1 698 328 890 3 2508

1 Dra. Hj. Ida Nur Sa’adah, Wawancara Pribadi, ( Hakim Pengadilan Agama Kelas 1 A

Jakarta Selatan), Pada Tanggal 28 Maret 2014.

Page 78: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

68

Sumber: Laporan Tahunan Pengadilan Agama Jakarta Selatan Tahun 2012

Dapat dilihat data di atas menunjukkan bahwa sebab perceraian paling

banyaka dalah karena tidak adanya keharmonisan, dengan jumlah sebesar 890

atau 35,48%. Selanjutnya penyebab terbesar kedua adalah masalah tidak ada

tanggung jawab dengan jumlah 698 atau 27,83%, perceraian akibat faktor

ekonomi sebesar 583 atau 23241%. Sedangkan perceraian akibat pihak ketiga

sebesar 328 atau 13,07%. Ada juga sebab perceraian karena krisis akhlak dan

kekerasan jasmani yaitu sebesar 3 atau 0,11%. Selanjutnya sebab perceraian yang

kecil adalah cemburu sebanyak 2 atau 0,07% dan yang terakhir adalah poligami

tidak sehat yaitu sebanyak 1 atau 0,03%. Sehingga jumlah perkara perceraian

yang diputuskan oleh Pengadilan Agama Jakarta Selatan pada tahun 2012

sebanyak 2508.

Dilihat dari data di atas kebanyakan perceraian dikarenakan tidak adanya

keharmonisan dan tidak adanya rasa tanggung jawab. Dari sini dapat kita lihat

bahwa rasa tanggung jawab terhadap keluarganya yang masih utuh saja sudah

tidak ada apalagi setelah adanya perceraian yang di mana suami sudah tidak lagi

bertanggung jawab terhadap keluarganya. Oleh karena itu pihak Pengadilan

mengupayakan agar hak-hak mantan istri tetap terbayarkan oleh mantan suaminya

yaitu dibayarkan pada saat pembcaan ikrar talak di hadan Majelis Hakim, karena

Page 79: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

69

di Pengadilan Agama Jakarta Selatan sendiri belum sepenuhnya pembayaran

nafkah iddah itu dibayarkan di depan Majelis Hakim saat pembacaan ikrar talak.2

B. Proses Pelaksanaan Pemberian Nafkah Iddah

Pasal 65 Undang-undang Peradilan Agama No.7 Tahun 1989 mengatakan

bahwa perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang Pengadilan setelah

Pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua

belah pihak.

Pelaksanaan putusan di Pengadilan Agama secara garis besar mengikuti

hukum acara perdata, namun terdapat kekhususan yang berlaku di dalam hukum

acara di Pengadilan Agama, meliputi kewenangan relatif Pengadilan Agama, sifat

persidangan, pemanggilan, pemeriksaan, pembuktian, dan biaya perkara, serta

pelaksanaan putusan.

Pada dasarnya di dalam hukum Acara Pengadilan Agama dan Hukum

Acara Perdata umumnya ada dua pelaksanaan putusan terkait nafkah iddah, yaitu

secara sukarela di mana pihak yang dibebani kewajiban membayar nafkah iddah

bersedia melaksanakan putusan Pengadilan Agama dengan suka rela tanpa adanya

paksaan atau melaksanakan dengan tempo waktu tertentu yaitu setelah Majelis

Hakim memutus perkara maka para pihak berhak untuk mengajukan upaya

2 Dra.Hj.Ida Nursa’adah, Wawancara Pribadi, (Hakim Pengadilan Agama Kelas IA Jakarta

Selatan), PadaTanggal 28 Maret 2014.

Page 80: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

70

hukum sebelum putusan tersebut berkekuatan hukum tetap, yaitu setelah empat

belas hari setelah putusan dijatuhkan.3

Kemudian Pengadilan Agama langsung menentukan PHS (Penentuan Hari

Sidang), akan tetapi para pihak tidak menghadap mengikuti sidang yang telah

ditentukan oleh Pengadilan Agama. Dengan demikan pelaksanaan siding ikrar

talak akan menunggu pihak suami melapor ke Pengadilan Agama bahwa pihak

suami telah mampu untuk membayar nafkah iddah dengan jangka waktu enam

bulan dari penetapan hari siding ikrar talak. Akan tetapi setelah berjalannya waktu

dan mendekati enam bulan ternyata pihak suami belum juga melapor dan belum

membayar nafkah iddah, maka pihak istri melakukan kesepakatan yang intinya

pembayaran nafkah iddah dilakukan setelah sidang ikrar talak.4 Setelah ada

kesepakatan tersebut pihak suami melapor ke Pengadilan Agama untuk sidang

ikrar talak. Sehingga Pengadilan Agama langsung membuat PHS (Penentuan Hari

sidang) ikrar talak, yaitu 1 hari sebelum masa enam bulan habis, sesuai dalam

ketentuan pasal 70 ayat 6 Undang-undang No.7 Tahun 1989 yang membatasi 6

bulan sebagai berikut: “ jika suami dalam tenggang waktu enam bulansejak

ditetapkan hari sidang penyaksian ikrar talak, tidak menghadap sendiri atau

tidak mengirimkan walinya meskipun telah mendapatkan panggilan secara sah

3 Dra.Hj.Ida Nursa’adah, Wawancara Pribadi, (Hakim Pengadilan Agama Kelas IA Jakarta

Selatan), PadaTanggal 28 Maret 2014.

4 Dra. Hj. Ida Nursa’adah, Wawancara Pribadi, (Hakim Pengadilan Agama Kelas IA Jakarta

Selatan), Pada Tanggal 28 Maret 2014.

Page 81: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

71

dan patut, maka gugurlah kekuatan penetapan tersebut, dan perceraian tidak

dapat diajukan lagi berdasarkan alasan yang sama.

PHS sidang ikrar talak dilaksanakan dalam perkara tersebut putusannya

secara struktural telah dilaksanakan karena diktum utama berupa ikrar talak

sebagai deklarasi adanya perceraian, akan tetapi yang menjadi persoalan adalah

pihak suami atau pemohon tidak menjalankan kewajibannya maka pihak istri bisa

mengajukan permohonan eksekusi ini merupakan cara yang kedua untuk

menjamin hak-hak mantan istri.5 Adapun jenis eksekusi yang berkaitan

pembayaran nafkah iddah adalah eksekusi pembayaran sejumlah uang, yang dasar

hukumnya adalah Pasal 197-200 HIR dan Pasal 208-218 R.Bg. Apabila amar

putusan berisi penghukuman pembayaran sejumlah uang, berarti mewajibkan

suami membayar hak istri berupa nafkah iddah, maka suami dipaksa untuk

membayar, apabila tidak dijalankan maka cara membayarnya yaitu dengan jalan

menjual harta kekayaan suami .6

Dalam praktik di Pengadilan Agama eksekusi pelaksanaan pembayaran

nafkah iddah akan melalui beberapa tahapan yaitu:7

5 Dra. Hj. Ida Nursa’adah, Wawancara Pribadi, (Hakim Pengadilan Agama Kelas IA

Jakarta Selatan), Pada Tanggal 28 Maret 2014.

6 Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama,

(Jakarta: Kencana: 2005), Cet. Ke- 3, h. 320.

7 Musthofa, Kepaniteraan Peradilan Agama, (Jakarta: Kencana, 2005), Cet. Ke-1, hal.

112.

Page 82: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

72

a. Permohonan eksekusi, yaitu pihak istri yang merasa dirugikan karena nafkah

iddahnya tidak dibayarakan suami, maka dapat mengajukan permohonan

untuk mengeksekusi nafkah iddah ke Pengadilan agama.

b. Membayar biaya eksekusi , yaitu pihak istri yang memohonkan eksekusi

nafkah iddah di Pengadilan Agama diwajibkan menanggung seluruh biaya.

c. Aanmaning, yaitu berdasarkan permohonan tersebut ketua Pengadilan Agama

memanggil pihak yang dikenai kewajiban nafkah iddah yaitu suami ditegur

atau diberi peringatan dilakukan dengan melakukan pemanggilan terhadap

termohon eksekusi dengan menentukan tanggal, hari dan jam persidangan

tersebut. Hal itu dilakukan agar memenuhi putusan terkait nafkah iddah dalam

jangka waktu 8 hari setelah mendapat teguran tersebut. Hal ini berdasarkan

pasal 196 HIR atau 207 Rbg.

d. Penetapan sita eksekusi, yaitu apabila dalam perkara nafkah iddah belum

ditetapkan sita jaminan.

e. Penetapan perintah eksekusi, yaitu surat perintah eksekusi nafkah iddah yang

berisi perintah penjualan lelang barang-barang yang telah diletakkan sita

eksekusinya dengan menyebut jelas obyek yang akan dieksekusi serta

menyebutkan putusan yang menjadi dasar eksekusi tersebut.

f. Pengumuman lelang sebagai eksekusi nafkah iddah dapat dilakukan melalui

surat kabar atau media masa.

Page 83: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

73

g. Permintaan lelang, Ketua Pengadilan Agama meminta bantuan Kantor Lelang

Negara untuk menjual lelang barang-barang yang telah diletakkan sita

eksekusi.

h. Pendaftaran permintaan lelang, yaitu kantor Lelang Negara mendaftarkan

permintaan lelang dalam buku yang khusus untuk itu dan sifat pendaftaran

terbuka untuk umum, sesuai pasal 5 Peraturan Lelang Stb. 1980 Nomor 189.

i. Penetapan hari lelang, yaitu Kantor Lelang Negara menetapkan hari lelang.

j. Penetapan hari lelang dan Floor price, penetapan syarat lelang menjadi hak

dari Ketua Pengadilan Agama sebagai penjual untuk dan atas nama termohon

eksekusi. Sedangkan floor price atau patokan harga terendah dilakukan oleh

Kantor Lelang Negara dengan disesuaikan nilai ekonomis barang.

k. Tata cara penawaran, terlebih dahulu menggunakan cara di mana pihak yang

menawar menulis secara tertulis dalam amplop tertutup dengan menyebut

identitas yang jelas, harga yang disanggupi dan ditandatangani. Kemudian

apabila tidak ada penawaran yang mencapai patokan harga maka penawaran

dapat dilakukan secara lisan dengan persetujuan pihak penjual yaitu

Pengadilan Agama.

l. Pembeli lelang dan menentukan pemenang, yaitu pembeli lelang yaitu

penawaran tertinggi dan tawaran itu minimal sesuai dengan floor prince.

m. Pembayaran harga lelang barang hasil sita eksekusi nafkah iddah menjadi hak

dari Pengadilan Agama untuk menentukan syarat-syarat pembayaran lelang

Page 84: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

74

yang akan nantinya hasil lelang diserahkan kepada pemohon eksekusi nafkah

iddah.

C. Implementasi Pelaksanaan Putusan Tentang Nafkah Iddah di Pengadilan

Agama Jakarta Selatan

Terkait dengan implementasi pelaksanaan putusan pembayaran nafkah

iddah di Pengadilan Agama Jakarta Selatan bahwa pelaksanaan pembayaran

nafkah iddah bagi suami yang menceraikan istrinya melalui Pengadilan Agama

yaitu pelaksanaan pembayaran nafkah iddah agar dilaksanakan di hadapan

Majelis Hakim saat sidang pembacaan ikrar talak, memang tidak ada aturan

nafkah iddah harus diberikan di hadapan sidang ikrar tetapi ini dilakukan dengan

tujuan untuk menjamin hak-hak seorang istri yang telah diceraikan oleh suaminya

agar istri-istri yang diceraikan tersebut tetap mendapatkan haknya yang memang

harus diterimanya.

Di Pengadilan Agama Jakarta Selatan telah hampir semua dilaksanakan di

Pengadilan Agama saat pembacaan sidang ikrar talak di hadapan Majelis Hakim

yang memutuskan perkara tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan

pembarian nafkah iddah di Pengadilan Agama Jakarta Selatan pasca perceraian

hampir semua sudah dilaksanakan oleh mantan suami dan hal ini juga

menunjukkan bahwa suami tersebut telah melaksanakan isi putusan tentang

Page 85: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

75

nafkah iddah. Tetapi tidak menutup kemungkinan masih ada juga yang

dilaksanakan di luar Pengadilan Agama.8

C. Analisis

Setiap pasangan suami istri yang ingin bercerai harus melalui prosedur

permohonan yang telah ditetapkan oleh pihak Pengadilan Agama untuk

memastikan keadilan kedua belah pihak. Dari kasus yang diangkat oleh penulis

adalah masalah cerai talak yang di mana suami yang menceraikan istrinya wajib

memberikan nafkah iddah kepada mantan istrinya.

Isntitusi Peradilan Agama sebagai bagian dari sistem hukum nasional

memiliki kontribusi penting dalam mempengaruhi dan membentuk praktik dan

kebiasaan yang terjadi dalam hubungan hukum antara laki-laki dan perempuan.

Hal ini karena hampir semua kompleksitas persoalan relasi antara laki-laki

dengan perempuan sebagai sepasang suami istri adalah bagian pokok dari

kompetensi Peradilan Agama.9

Berdasarakan Undang-undang No.1 tahun 1974 pasal 4 (sub c) yang

berbunyi: “ Pengadilan Agama dapat mewajibkan kepada bekas suami untuk

8 Dra. Hj. Ida Nur sa’adah, Wawancara Pribadi, ( Hakim Pengadilan Agama Kelas 1 A

Jakarta Selatan), Pada Tanggal 28 Maret 2014. 9Tim Penulis, Demi Keadilan dan Kesetaraan, h. 16.

Page 86: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

76

memberikan biaya penghidupan dan atau menentukan suatu kewajiban bagi

istri”.10

Suami yang mentalak raj’i istrinya wajib memberikan nafkah pada istrinya

selama masa iddah, meliputi makanan, pakaian, dan tempat tinggal, dengan

pertimbangan istri dapat dirujuk kembali selama masa iddahnya belum habis. Hal

ini dipertegas dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 81 yang berbunyi: “Suami

wajib menyediakan tempat tinggal bagi istri dan anak-anaknya atau bekas

istrinya yang masih dalam iddah dan tempat kediaman adalah tempat tinggal”.

Dengan demikian pada dasarnya antara mantan suami dengan mantan istri masih

mempunyai hubungan hukum dan masih dalam tanggungannya, oleh karena itu

nafkah mantan istri masih jadi tanggungan mantan suami sebelum masa iddanya

habis.

Dengan merujuk pada kepentingan nafkah bagi istri yang sedang

menjalani masa iddah, maka tepat kiranya dalam sistem hukum perkawinan di

Indonesia, pemberian nafkah iddah ini diwajibkan dengan atau tanpa adanya

permintaan dari pihak istri.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa upaya hakim untuk

memberikan perlindungan kepada istri terhadap kewajiban pembayaran nafkah

iddah oleh suami yaitu dengan cara pembayaran nafkah iddah dilakukan di depan

persidangan, yaitu pada saat pembacaan sidang ikrar talak di hadapan Majelis

Hakim. Sebelum suami mengucapkan ikrar talaknya di depan sidang pengadilan,

10

Arso Sastroatmodjo, Hukum Perkawinan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1981), h. 95.

Page 87: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

77

suami terlebih dahulu harus memenuhi kewajibannya membayar nafkah iddah

bagi istri yang ditalaknya. Tetapi dalam praktiknya kewajiban pemohon tersebut

ada yang ditunaikan sebelum atau sesaat setelah sidang pengucapan ikrar talak.

Apabila setelah sidang ikrar talak suami atau pemohon tidak menjalankan

kewajiban membayar nafkah iddah maka pihak istri bisa mengajukan permohonan

eksekusi kepada pihak Pengadilan. Maka untuk mengantisipasi hal tersebut hakim

melakukan upaya bahwa suami harus membayar kepada istri pada saat

pembacaan sidang ikrar talak. Hal ini dilakukan untuk menjamin kepastian

pembayaran nafkah iddah yang merupakan hak istri yang diceraikan oleh

suaminya.

Namun pada kenyataannya di Pengadilan Agama Jakarta Selatan setiap

kasus cerai talak tidak semua pihak suami yang menceraikan istrinya memberikan

nafkah iddah tersebut di hadapan Majelis Hakim saat sidang ikrar talak tetapi juga

ada yang memberikan nafkah iddah di luar Pengadilan Agama setelah pembacaan

ikrar talak dan sudah adanya putusan yang berkekuatan hukum tetap.

Apa yang dapat kita ketahui bahwa banyak mantan istri yang tidak

mendapatkan haknya sesuai aturan Al-Qur’an dan Undang-undang perkawinan

serta tidak sesuai keputusan yang dikeluarkan oleh Pengadilan. Suami seringkali

mengabaikan tanggung jawabnya untuk memenuhi apa yang menjadi hak istri

yang diceraikan. Oleh karena itu sayogyanya ada kebijakan yang dapat menjamin

terpenuhinya hak-hak istri setelah perceraian.

Page 88: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

78

Setiap putusan Pengadilan, idealnya dipatuhi dan dilaksanakan. Namun

jika tidak demikian, hukum acara yang berlaku memberikan jalan yang ditempuh

oleh pihak istri untuk mendapatkan hak-hak istri yang diceraikan. Yaitu melalui

jalan permohonan eksekusi.

Dari sinilah dapat dilihat bahwa dari Pihak Pengadilan Agama sendiri pun

menyarankan bagi istri yang dicerai oleh suaminya dan belum mendapatkan

haknya maka istri tersebut bisa mendapatkannya yaitu melalui jalan eksekusi

guna melindungi haknya.

Akan tetapi pihak istri seringkali tidak melakukan permohonan eksekusi

karena tidak ingin memperpanjang perkara di Pengadilan Agama. Praktek

eksekusi nafkah iddah jarang terjadi, hal ini disebabkan ada beberapa alasan di

antaranya:

1. Biaya eksekusi yang dibebankan kepada istri menurut pasal 89 ayat (1) UU

No. 7 Tahun 1989. Hal inilah yang mengakibatkan istri enggan untuk

mengajukan permohonan eksekusi, dan mereka memilih bersikap pasrah.

2. Besarnya biaya eksekusi yang tidak sebanding dengan jumlah nafkah iddah

dan melibatkan banyak pihak, sehingga yang harus dikeluarkan bermacam-

macam. Dan jumlah nafkah yang dibebankan kepada suami biasanya tidak

begitu besar. Bila terjadi permohonan eksekusi, maka biaya yang harus

dikeluarkan tidak sebanding dengan harta yang akan diperoleh.

3. Tidak ada harta yang harus dieksekusi

Page 89: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

79

4. Tidak ada ketentuan prodeo dalam permohonan eksekusi, tidak dikenal istilah

prodeo sehingga beban biaya yang dikeluarkan seratus persen ditanggung para

pihak (pemohon).

Berdasarkan penjelasan di atas dan juga upaya-upaya hakim Pengadilan

Agama Jakarta Selatan, bahwa suami yang menceraikan istrinya diupayakan

membayar nafkah iddah tersebut di hadapan Majelis Hakim. Akan tetapi tidak

semua pembayaran nafkah iddah dilaksanakan di pengadilan Agama tetapi ada

juga yang dilaksanakan di luar Pengadilan Agama dan itu tidak menjamin istri

untuk mendapatkan hak-haknya. Maka upaya hukum untuk menjamin hak-hak

istri yang diceraikan dan tidak mendapatkan haknya yaitu melalui permohonan

eksekusi. Akan tetapi biaya eksekusi yang begitu mahal menjadikan istri enggan

untuk menuntut haknya, dan istri lebih memilih untuk merelakannya saja.

Page 90: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

80

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan dengan judul “Realisasi

Pelaksanaan Nafkah Iddah dalam Kasus Perceraian di Pengadilan Agama

Jakarta Selatan Tahun 2012”,serta penelitian yang penulis lakukan maka dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Prosedur pemberian nafkah iddah di Pengadilan Agama memang telah

diupayakan sebisa mungkin untuk diberikan di hadapan Majelis Hakim pada

saat sidang ikrar talak yaitu sebelum sidang ikrar talak suami terlebih dahulu

dikasih tau untuk membayarkan nafkah iddah saat pembacaan sidang ikrar

talak dengan tujuan untuk menjamin hak-hak seorang mantan istri agar hak

yang harus diterimanya bisa terpenuhi, tetapi tidak menutup kemungkinan ada

juga yang diberikan atau dilaksanakan di luar Pengadilan setelah adanya

Putusan Pengadilan Agama.

2. Implementasi pelaksanaan putusan tentang nafkah iddah di Pengadilan Agama

Jakarta Selatan yaitu hampir semua telah dilaksanakan di Hadapan Majelis

Hakim saat pembacaan sidang ikrar talak hal ini menunjukkan bahwa suami

tersebut telah melaksanakan isi putusan tentang nafkah iddah.

3. Jika suami lalai dalam melaksanakan nafkah iddah, maka istri bisa melakukan

upaya hukum yaitu melalui permohonan eksekusi. Mantan istri mengajukan

Page 91: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

81

permohonan pelaksanaan isi putusan terkait hak-hak mantan istri, akan tetapi

kebanyakannya telah dilaksanakan secara sukarela. Dapat dikatakan bahwa

belum sepenuhnya dilaksanakan dan hal yang menjadi kendala bagi istri untuk

mengajukan permohonan eksekusi adalah dikarenakan biaya eksekusi yang

begitu mahal dibandingkan dengan tuntutan nafkah iddahnya, oleh karena

itulah istri enggan untuk menuntut hak-hak yang seharusnya dia terima dan

istri lebih memilih untuk merelakannya saja.

B. Saran

1. Bagi suami yang menceraikan istrinya hendaknya memberikan atau

membayarkan nafkah iddah di Pengadilan Agama di hadapan Majelis Hakim

saat pembacaan ikrar talak. Supaya hak-hak istri yang diceraikan tetap

terpenuhi dan terjamin akan haknya.

2. Diharapkan harus adanya tanggung jawab bagi suami yang menceraikan

istrinya, dan tidak begitu saja meninggalkan istri yang diceraikan tanpa

mendapatkan haknya sedikitpun sebagai mantan istri.

3. Suami yang tidak menjalankan kewajibannya dan tidak menjalankan putusan

Pengadilan harus ada upaya hukumnya bagi pelanggaran terhadap pemberian

nafkah iddah selain eksekusi, supaya para suami jera akan tidak

dilaksanakannya putusan tersebut yang sudah diatur dalam Al-Qur’an dan

Undang-Undang Perkawinan.Dengan tujuan supaya hak mantan istri tidak

terabaikan begitu saja.

Page 92: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

82

4. Bagi Peradilan Agama khususnya para Hakim, hendaknya dalam memutuskan

perkara tetap berpijak kepada dasar Hukum Islam, undang-undang yang

berlaku dan juga berdasarkan kemaslahatan.

5. Seorang hakim juga dituntut untuk mampu berfikir progresif dalam

menjatuhkan putusannya, serta mampu menjalankan efektivitas yang baik

terhadap penyelenggaraan pokok-pokok ketentuan nafkah iddah dalam

membangun keadilan sosial.

Page 93: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an, Al-Karim.

Al-Husaini, Al-Imam Taqiyuddin Abu Bakar.Kifayatul Akhyar. Surabaya: PT.

BinaIlmu, 1997, Cet. Ke- 2.

Ali, M. Daud. Asas-Asas Hukum Islam Tentang Perkawinan. Jakarta: PT.Raja

Grafindo, Cet. Ke- 6.

Al-Anbari, Syaikh Abdul Aziz bin Abdurrahman Al-Musnad Khalid bin

Ali.Perkawinan dan Masalahnya. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,1993.

Anwar,Nailul. Himpunan Hadist-Hadist Hukum. 2001, Cet. Ke- 3.

Aripin, Jaenal. Peradilan Agama Dalam Bingkai Reformasi Hukum di

Indonesia. Jakarta: Kencana, 2008.

Asmawi, Mohammad.Nikah dalam Perbincangan dan Perbedaan. Maret,

2004.

Admin, Sejarah Pengadilan Agama Jakarta Selatan. diakses pada tanggal 04

Februari 2014, http://www.pa-jakartaselatan.go.id, 2014.

--------,Struktur Organisasi Pengadilan Agama Jakarta selatan. diakses pada

tanggal 04 Februari 2014, http://pa-jakartaselatan.go.id, 2014.

Bisri, Cik Hasan.Peradilan Agama di Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2003, Cet. Ke- 4.

Page 94: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

Daly, Peunoh. Hukum Perkawinan Islam, Suatustudi Perbandingan dalam

Kalangan Ahlus-Sunnah dan Negara-Negara Islam. Jakarta: PT Bulan

Bintang, 1998.

Daly, Peunoh. Hukum Perkawinan Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 2005, Cet.

Ke-2.

Djalil, Basiq. Peradilan Agama di Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada

Media Grup, 2006.

DJI, A. Rahman I. Penjelasan Lengkap Hukum-Hukum Allah ( Syariah).

Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002, Cet. Ke- 1.

Ghazaly, Abd. Rahman. Fiqih Munakahat. Jakarat: Prenada Media, 2003.

Hakim, Rahmat.Hukum Perkawinan Islam. Bandung: Pustaka Setia, 2000.

Hambal, Ahmad bin. Musnad Ahmad. Beirut: Muassah Al- Risalah, 2001,

Cet. Ke- 1.

Hasil Wawancara Pribadi dengan Dra. Hj. Ida Nursa’adah (Hakim Pengadilan

Agama Kelas IA Jakarta Selatan), Pada Tanggal 28 Maret 2014.

Hasil Wawancara Pribadi dengan Dra. Hj. Ida Nursa’adah (Hakim Pengadilan

Agama Kelas IA Jakarta Selatan), Pada Tanggal 28 Maret 2014.

Irfan, M. Nurul. Nasab dan Status Anak dalam Hukum Islam. Jakarta: Amzah,

2013, Ed. Ke-2.

Page 95: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

Kauman, Fuaddan Nipan. Membimbing Istri Mendampingi Suami.

Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1998.

Mahkamah Agung Direktorat Jendral Badan Peradilan Agama.Pedoman

Pelaksanaan Tugas Dan Administrasi Peradilan Agama. Buku II,

Edisi Revisi 2010.

Manan, Abdul. Penerapan Hukum Acara Perdata di Pengadilan Agama.

Jakarta: Kencana, 2005, Cet. Ke- 3.

--------, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama.

Jakarta: Kencana, 2005, Cet. Ke- 3.

--------, Abdul dkk. Kamus Istilah Fiqih. Jakarta: Kencana, 2007.

Manshur, Abd al-Qadir. Buku Pintar Fikih Wanita. Cet. Ke-1.

Modul perancangan Undang-Undang. Jakarta: Sekretaris Jendral DPR

RI,2008.

Musthofa, Kepaniteraan Peradilan Agama. Jakarta: Kencana, 2005, Cet. Ke-

1.

Nasution, Amir Taat. Rahasia Perkawinan Dalam Islam Tuntutan Keluarga

Bahagia.1994, Cet. Ke- 3.

Nuruddin, Amir dan Tarigan, Azhari Akmal. Hukum Perdata Islam di

Indonesia Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fikih UU No

1/1974 sampai KHI. Jakarta: kencana, 2006, Cet. Ke- 3.

Page 96: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

Rasyid, Roihan A., Upaya Hukum Terhadap Putusan Peradilan Agama.

Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1989, Cet. Ke- 1.

Roihan, Rasyid. Hukum Acara Peradilan Agama. Jakarta: Rajawali,

1991.,Ed.1, Cet. Ke-1.

Salim, Arskal, dkk. Demi Keadilan dan Kesetaraan Dokumentasi Program

Sensitivitas Jender Hakim Agama di Indonesia.2009.

Sastroatmodjo, Aryo. Hukum Perkawianan Islam. Jakarta: Bulan Bintang,

1981.

Singaribun, Masridan Effendi, Sofian (ed.). metode penelitian survey. Jakarta:

LP3S,1989.

Soepomo, R., Sistem Hukum di Indonesia Sebelum Perang Dunia II, 1970.

Sopyan, Yayan. Islam Negara Transformasi hokum Perkawinan Islam dalam

Hukum Nasional. Jakarta: PT. Semesta Rakyat Merdeka, 2012, Cet.

Ke- 2.

Suma, Muhammad Amin. Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam. Jakrta: PT.

Raja Grafindo Persada, 2004, Cet. Ke- 1.

Sunggono, Bambang. Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2007.

Supriyadi, Dedi dan Mustofa. Perbandingan Hukum Perkawinan di Dunia

Islam. November, 2009.

Page 97: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

Syabiq, Sayyid. Fikih Sunnah. Jakarta: Cakrawala Publishing, 2009, Cet. Ke-

1.

Syamsu, Alam Andi dan Fauzan M. Hukum Pengangkatan Anak Perspektif

Islam. Jakarta: Pena Media, 2008, Cet. Ke- 1.

Syarifudin, Amir.Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Antara Fiqh

Munakahat dan Undang-Undang Perkawinan. Jakarta: Kencana,2009,

Cet. Ke- 3.

Taqiyuddin, Al-Imam. Kifayatul Akhyar. 1997.

Tihani dan Sahrani, Sohari. Fikih Munakahat kajian Fikih Nikah Lengkap.

Jakarta: Rajawali Pers,2009.

Tim Penulis, Demi Keadilan dan Kesetaraan, 2009, Cet. Ke- 1.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:

Balai Pustaka, 2005, Cet. Ke- 1.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. Kamus Umum Bahasa Indonesia.

Jakarta: Balai Pustaka, 2002.

Undang-undang No 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama Pasal 49 ayat (1).

Yanggo, Huzaimah Tahido. Fikih Perempuan Kontemporer. 2010, Cet. Ke- 1.

Yazid, Muhammad bin. Sunan Ibn Majah. Beirut: Dar Ihya Al-Kutub Al-

Arabiyyah, Juz. 1.

Page 98: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

Zuhaili, Wahbah. Fiqih Imam Syafi’i. Jakarta: Almahira, 2010.

Zuhriah, Erfaniah. Peradilan Agama di Indonesia Dalam Rentang Sejarah

dan Pasang Surut. UIN Malang, 2008.

Page 99: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9
Page 100: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9
Page 101: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9
Page 102: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9
Page 103: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9
Page 104: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9
Page 105: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9
Page 106: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9
Page 107: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9
Page 108: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9
Page 109: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9
Page 110: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

PEDOMAN WAWANCARA

Nama : Dra. Hj. Ida Nursa’adah, S.H. M. H.

Jabatan : Hakim

Nama Instansi : Pengadilan Agama Jakarta Selatan

Hari / Tanggal : Jum’at/ 28 Maret 2014

1. Bagaiaman prosedur pemberian nafkah iddah di Pengadilan Agama Jakarta

Selatan?

Jawab: Pemberian nafkah iddah di Pengadilan Agama yaitu prosedurnya

diupayakan sebisa mungkin untuk dilaksanakan di Pengadilan Agama saat

sidang pembacaan ikrar talak di hadapan Majelis Hakim, tetapi tidak menutup

kemungkinan ada juga yang dilaksanakan atau dibayarkan di luar Pengadilan

Agama setelah adanya putusan Pengadilan.

2. Bagaimana implementasi pelaksanaan putusan tentang nafkah iddah di

Pengadilan Agama Jakarta Selatan?

Page 111: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

Jawab: Terkait dengan implementasi pelaksanaan putusan tentang nafkah

iddah yaitu hampir semua telah dilaksanakan atau dibayarkan di Pengadilan

Agama saat sidang ikrar talak di hadapan Majelis Hakim.

3. Apa upaya hokum apabila suami lalai melaksanakan tentang nafkah iddah?

Jawab: Eksekusi, mantan istri mengajukan permohonan pelaksanaan isi

putusan, akan tetapi kebanyakannya telah dilaksanakan secara sukarela.

4. Apakah dalam setiap perkara cerai talak suami selalu dibebani nafkah iddah?

Jawab: Tidak semua kasus perceraian, yang diajukan oleh suami (cerai talak)

yang mewajibkan suami memberikan nafkah iddah kepada istri yang

diceraiakannya itu dibebani nafkah iddah karena adakalanya perkara itu tidak

dihadiri oleh istri (verstek), dan istri merelakan untuk melepaskan hak-

haknya.

5. Menurut ibu apakah nafkah iddah itu adalah suatu hal yang harus dipenuhi

atau tidak?

Jawab: Ya, karena nafkah iddah itu adalah suatu hal yang harus dipenuhi,

karena dalam Al-Qur’an Surah At-Thalaq Ayat6 dan Pasal 41 huruf (c)

Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 jo Pasal 81 ayat 1 dan 2 dan Pasal 149

huruf (a) dan (b) Kompilasi Hukum Islam yang berbunyi bahwa Pengadilan

Page 112: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

Agama secara ex officio dapat menetapkan kewajiban nafkah iddah atas suami

untuk istrinya, sepanjang istrinya tidak terbukti berbuat nusyuz.

6. Apa upaya mantan istri supaya putusan itu dilaksanakan oleh mantan suami?

Jawab: Jika mantan suami tidak melaksan akan putusan Pengadilan Agama

memberikan nafkah iddah yang sudah diputuskan oleh Pengadilan Agama

maka istri bisa mengajukan permohonan eksekusi tuntutan nafkah iddah.

7. Apakah pemberian nafkah iddah yang dilakukan di luar Pengadilan Agama

bisa menjamin untuk diterimanya hak-hak istri yang telah diceraikan?

Jawab: Istri yang diceraiakan akan tetap mendapatkan hak-haknya sebagai

jaminan jika suami tidak ingkar. Oleh karena itu pelaksanaan nafkah iddah

diupayakan di depan Majelis Hakim kecuali suami tidak keberatan.

8. Apa langkah yang diambil oleh hakim untuk menjamin diterimanya hak

nafkah iddah yang dilaksanakan di Pengadilan Agama saat pembacaan ikrar

talak?

Jawab: Apabila dari pihak istri tidak datang saat pembacaan ikrar talak maka

uang iddah tersebut dititipakan di Pengadilan Agama yang disebut dengan

titipan pihak ke tiga. Itulah jaminan dari Pengadilan Agama.

Page 113: REALISASI PELAKSANAAN NAFKAH IDDAH DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24936... · 2014-09-11 · Peradilan Agama. Jakafia,9

9. Langkah apa yang di ambil oleh hakim atau Pengadilan Agama ketika ada

seorang suami yang tidak membayar nafkah iddah kepada istri yang

diceraikannya?

Jawab: Majelis Hakim sudah lepas sampai dengan adanya pembacaan ikrar

talak, jadi ketika ada suami tidak membayar nafkah iddah kepada mantan

istrinya itu sudah bukan kewenangan Pengadilan Agama lagi.

10. Bagaimana proses pelaksanaan pemberian nafkah iddah dalam kasus

perceraian di Pengadilan Agama Jakarta Selatan?

Jawab: Setelah pengucapan ikrar langsung diberikan pada saat pembacaan

ikrar talak, tetapi sebelum pembacaan ikrar talak pemohon dikasih tahu

terlebih dahulu atau diberi waktu 14 hari untuk membawa uang pada saat

talak dijatuhkan.

11. Apakahada upaya hukum bagi pelanggaran terhadap pemberian nafkah iddah

yang sudah ditentukan?

Jawab: Tidak ada upaya hukum apapun, baik itu dari hukum pidana maupun

hukum lainnya.