Reaksi adisiii
-
Upload
anggia-putri-gustami -
Category
Documents
-
view
38 -
download
0
Transcript of Reaksi adisiii
Reaksi Adisi
Reaksi adisi terjadi pada senyawa tak jenuh. Molekul tak jenuh dapat
menerima tambahan atom atau gugus dari suatu pereaksi. Reaksi adisi terjadi jika
senyawa karbon yang mempunyai ikatan rangkap menerima atom atau gugus
atom lain sehungga ikatan rangkap berubah menjadi ikatan tunggal. Ikatan
rangkap merupakan ikatan tak jenuh, sedangkan ikatan tunggal merupakan ikatan
jenuh. Jadi, reaksi adisi terjadi dari ikatan tak jenuh menjadi ikatan jenuh.
Reaksi yang paling karakteristik senyawa karbonil adalah adisi terhadap
ikatan rangkap karbon-oksigen. Reaksi ini melibatkan serangan suatu nukleofil
pada karbon karbonil menghasilkan intermediateI (spesies antara) tetrahedral
dalam mana oksigen mengemban muatan negatif. Sepsies ini kemudian
terprotonasi atau berkaitan dengan suatu asam Lewis menghasilkan produk.
Jika reaksi dikatalisis dengan asam, mula-mula elektrofil terikat pada
oksigen kemudian diikuti dengan serangan nukleofil terhadap karbon karbonil
yang telah teraktifkan.
Reaksi Kimia Aldehida dan Keton
1). Reaksi adisi dengan air (H2O)
Air dapat mengadisi suatu gugus karbonil, untuk membentuk 1,1-diol, yang disebut gem-diol, atau hidrat. Reaksi itu reversibel, dan biasanya kesetimbangan terletak pada sisi karbonil Reaksi ini adalah revesible (dapat balik), gem diol dapat melepaskan air menjadi keton atau aldehida kembali.
Posisi kesetimbangan dipengaruhi oleh besarnya dan sifat kelistrikan gugus R.
Contoh:
Formaldehida terhidrasi secara sempurna, sedangkan hidrat aseton pada kesetimbangan dapat diabaikan. Hal ini terjadi karena gugus metil pada aseton menstabilkan ikatan rangkap karbonilnya melalui pengaruh mendorong electron dan juga dipengaruhi rintangan steriknya.
Faktor kelistrikan dan rintangan sterik bukan hanya mempengaruhi posisi kesetimbangan tapi juga terhadap kecepatan reaksi adisi. Keadaan transisi untuk pembentukan produk harus berkarakter sebagian tetrahedral dan sebagian ikatan nukleofil dengan karbon. Faktor-faktor yang menstabilkan atau mengdestabilkan produk adisi relatif terhadap starting materials diharapkan mempunyai pengaruh yang serupa terhadap keadaan transisi.
Sebagai contoh, reaksi adisi terhadap formaldehid, sikloopropanon, dan heksafluoroaseton berjalan lebih cepat (lebih reaktif) dari pada aseton, sedangkan senyawa-senyawa seperti di-t-butil keton dan asetofenon bereaksi jauh lebih lambat.Kecepatan reaksi adisi terhadap senyawa karbonil tidak hanya dipengaruhi oleh struktur senyawa karbonil tapi juga dipengaruhi oleh kondisi dimana reaksi itu dijalankan. Dalam hal hidrasi asetaldehida, reaksi hanya berjalan lamnat pada pH 7, tetapi bila pH dinaikkan atau diturunkan maka reaksi berjalan lebih cepat. Adapun mekanisme reaksinya masing-masing adalah sebagai berikut:
Mekanisme reaksi pada kondisi asam
Mekanisme reaksi pada kondisi basa (alkalis)
Mekanisme umum:
Hidrat stabil juga dikenal tetapi senyawa ini lebih bersifat kekecualian. Kloral
hidrat ( suatu bahan hipnotik dan penyusun utama “ Mickey Finn” ) adalah
contoh hidrat yang stabil. Formalin juga mengandung hidrat stabil (dari)
formaldehida. Semakin reaktif aldehida atau keton maka produk yang
dihasilkan semakin stabil.Dapat dilihat dari harga k-nya
b). Dengan alkohol (R–OH)
Seperti air, suatu alkohol dapat mengadisi suatu gugus karbonil. Dalam
kebanyakan hal, kesetimbangan terletak pada sisi aldehida atau keton, sama
seperti reaksi dengan air.
Produk adisi satu molekul suatu alkohol pada suatu aldehida disebut suatu
hemiasetal, sedangkan produk adisi dua molekul alkohol (dengan hilangnya
H2O) disebut asetal (hemi-ketal dan ketal merupakan nama padanan untuk
produk keton). Semua reaksi ini dikatalisis oleh asam kuat
Mekanisme umum:
Umumnya hemiasetal dan hemiketal tidak stabil untuk diisolasi. Dengan
adanya asam mineral, suatu hemiasetal atau hemiketal dapat bereaksi dengan
satu molekul alkohol lagi membentuk suatu asetal atau ketal. Perubahan ini
analog dengan pembentukan eter melalui reaksi SN1.
Pembentukan asetal dari aldehida dan alkohol sederhana seperti etanol dapat
dipermudah dengan cara memindahkan air dari system reaksi. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara distilasi azeotropik dengan benzena.
c). Dengan hidrogen sianida (HCN)
Seperti air dan alkohol, hidrogen sianida dapat mengadisi ke gugus karbonil
suatu aldehida atau keton. Dalam kedua hal produknya dirujuk sebagai
sianohidrin.
Benzaldehida dapat mengalami reaksi bimolekuler menghasilkan a-hidroksi
keton. Reaksi ini secara spesifik dikatalis dengan ion sianida, da disebut
kondensasi benzoin. Ion sianida mengubah aldehida menjadi sianohidrin yang
kemudian berubah menjadi suatu karbonion yang distabilkan oleh konjugasi
dengan gugus sianida.
Hidrogen sianida tidak dapat mengadisi langsung kesuatu gugus karbonil.
Adisi yang berhasil membutuhkan kondisi reaksi sedikit basa seperti yang
ditemukan dalam larutan Buffer NaCN-HCN. Dengan cara ini konsentrasi ion
sianida dibesarkan, dan adisi berlangsung dengan serangan nukleofilik
CN- terhadap gugus karbonil. Meskipun nukleofil lemah (seperti H2O dan
ROH) membutuhkan katalis asam untuk mengadisi ke gugus karbonil, namun
nukleofil kuat CN- tidak membutuhkan katalis.
Mekanisme umum:
d). Reaksi adisi – eliminasi dengan ammonia dan turunan ammonia
Ammonia adalah suatu nukleofil yang dapat menyerang gugus karbonil dari suatu aldehida atau keton dalam suatu reaksi adisi – eliminasi.
Mekanisme umum:
Amina primer bereaksi dengan aldehida dan keton menghasilkan imna N-tersubstitusi. Senyawa-senyawa seperti ini biasanya dapat diisolasi.
Imina tak tersubstitusi yang terbentuk dari NH3 tidak stabil dan berpolimerisasi
bila didiamkan. Tetapi jika digunakan amina primer (RNH2) sebagai ganti
ammonia, akan terbentuk imina tersubstitusi yang lebih stabil (yang kadang-
kadang disebut basa Schiff)
Mekanisme umum:
Dengan amina primer, aldehida dan keton menghasilkan imina. Dengan amina
sekunder (R2NH), aldehida dan keton menghasilkan ion iminium yang bereaksi
lebih lanjut menjadi enamina (vinilamina)
Mekanisme umum:
Amina sekunder bereaksi dengan aldehida dan keton menghasilkan enamina.
Hidrazin dapat mengalami mono atau dikondensasi dengan aldehida dan keton.
R.J.Fessenden, J.S. Fessenden/A. Hadyana Pudjaatmaka (1986). Kimia Organik, terjemahan dari Organic Chemistry, 3rd Edition), Erlangga, Jakarta