Rasionalisasi Dan Strategi Pengembangan

19
1 DRAFT CONCEPT PAPER Mencari Energi Alternatif: Rasionalisasi dan Strategi Pengembangan JarakPagar Jermi Haning 1 1. Pendahuluan Selama beberapa tahun kita mengalami masa kejayaan minyak yang sempat memanjakan kita. Kita menikmati minyak secara berkelimpahan dengan harga yang disubsidi negara. Namun booming minyak ternyata tidak berlangsung lama. Dalam hitungan dekade status kita berubah dari ekportir menjadi importir. Perubahan ini mahal harganya karena pemerintah harus menanggung warisan beban subsidi yang luar biasa besarnya. Beban ini menjadi semakin tidak terkendali disaat harga minyak dunia dan total konsumsi dalam negeri melonjak naik pada saat yang bersamaan. Disaat beban itu hendak dikurangi/ditiadakan, rakyat menjadi korban. Jumlah penduduk miskin meningkat dratis sebagai akibat dari meningkatnya biaya hidup. Dan yang terlebih penting lagi adalah terampasnya kedaulatan rakyat atas bahan bakar dan kebijakan publik. Akar dari permasalahan ini terletak pada budaya nomaden yang hanya bisa memburu energi (energyhunting) dan bukan mem-budidaya-kan energi (energy-farming). Kita terlena, karena begitu mudah dan murahnya alam menyediakan bahan kebutuhan pokok penggerak kehidupan. Kita lupa bahwa energi fosil yang terbentuk selama duaratusan juta tahun ternyata habis hanya selama duaratus tahun saja (Lampiran 1). Akibat yang lebih mengkuatirkan adalah terjadinya kerusakan lingkungan dan perubahan iklim global yang mengancam kelangsungan kehidupan di bumi. Kita meracuni udara, laut, sungai dan tanah, kita menggundulkan hutan dan menghancurkan biota laut, kita menimbulkan banjir dan kekeringan dimana-dimana. Kita lupa bahwa masih ada generasi penerus yang memiliki hak yang sama dalam menikmati kehidupan yang layak. Dimanakah tanggungjawab kita? Inilah pertanyaan yang ingin dijawab melalui berbagai kegiatan energy-farming yang dilakukan berbagai pihak dalam beberapa tahun belakangan ini. Tujuannya adalah untuk menghasilkan energi yang bersih, tidak memiliki dampak negatif (clean energy) dan untuk menghasilkan energi yang bisa memecahkan berbagai persoalan lingkungan yang timbul sebagai akibat dari penggunaan energi fosil sebelumnya. Penulisan paper ini dilakukan untuk memberi gambaran tentang tantangan dan peluang pengembangan JarakPagar khususnya di NTT. Dengan bercermin pada pengalaman beberapa negara/daerah yang telah mengembangkan JarakPagar, maka dapat disimpulkan bahwa pengembangan JarakPagar di NTT akan menjawab persoalan kemiskinan, kemerosotan lingkungan dan persoalan krisis energi. Ada juga beberapa tantangan yang coba analisis, baik itu akses input, kapasitas, budidaya, pemasaran, budaya dan lain sebagainya. 1 Direktur TRANSFORM (Timor Research Institute for Public Administration Reform)

Transcript of Rasionalisasi Dan Strategi Pengembangan

Page 1: Rasionalisasi Dan Strategi Pengembangan

1

DRAFT CONCEPT PAPER

Mencari Energi Alternatif: Rasionalisasi dan Strategi Pengembangan JarakPagar

Jermi Haning1

1. Pendahuluan Selama beberapa tahun kita mengalami masa kejayaan minyak yang sempat memanjakan kita. Kita menikmati minyak secara berkelimpahan dengan harga yang disubsidi negara. Namun booming minyak ternyata tidak berlangsung lama. Dalam hitungan dekade status kita berubah dari ekportir menjadi importir. Perubahan ini mahal harganya karena pemerintah harus menanggung warisan beban subsidi yang luar biasa besarnya. Beban ini menjadi semakin tidak terkendali disaat harga minyak dunia dan total konsumsi dalam negeri melonjak naik pada saat yang bersamaan. Disaat beban itu hendak dikurangi/ditiadakan, rakyat menjadi korban. Jumlah penduduk miskin meningkat dratis sebagai akibat dari meningkatnya biaya hidup. Dan yang terlebih penting lagi adalah terampasnya kedaulatan rakyat atas bahan bakar dan kebijakan publik. Akar dari permasalahan ini terletak pada budaya nomaden yang hanya bisa memburu energi (energyhunting) dan bukan mem-budidaya-kan energi (energy-farming). Kita terlena, karena begitu mudah dan murahnya alam menyediakan bahan kebutuhan pokok penggerak kehidupan. Kita lupa bahwa energi fosil yang terbentuk selama duaratusan juta tahun ternyata habis hanya selama duaratus tahun saja (Lampiran 1). Akibat yang lebih mengkuatirkan adalah terjadinya kerusakan lingkungan dan perubahan iklim global yang mengancam kelangsungan kehidupan di bumi. Kita meracuni udara, laut, sungai dan tanah, kita menggundulkan hutan dan menghancurkan biota laut, kita menimbulkan banjir dan kekeringan dimana-dimana. Kita lupa bahwa masih ada generasi penerus yang memiliki hak yang sama dalam menikmati kehidupan yang layak. Dimanakah tanggungjawab kita? Inilah pertanyaan yang ingin dijawab melalui berbagai kegiatan energy-farming yang dilakukan berbagai pihak dalam beberapa tahun belakangan ini. Tujuannya adalah untuk menghasilkan energi yang bersih, tidak memiliki dampak negatif (clean energy) dan untuk menghasilkan energi yang bisa memecahkan berbagai persoalan lingkungan yang timbul sebagai akibat dari penggunaan energi fosil sebelumnya. Penulisan paper ini dilakukan untuk memberi gambaran tentang tantangan dan peluang pengembangan JarakPagar khususnya di NTT. Dengan bercermin pada pengalaman beberapa negara/daerah yang telah mengembangkan JarakPagar, maka dapat disimpulkan bahwa pengembangan JarakPagar di NTT akan menjawab persoalan kemiskinan, kemerosotan lingkungan dan persoalan krisis energi. Ada juga beberapa tantangan yang coba analisis, baik itu akses input, kapasitas, budidaya, pemasaran, budaya dan lain sebagainya.

1 Direktur TRANSFORM (Timor Research Institute for Public Administration Reform)

Page 2: Rasionalisasi Dan Strategi Pengembangan

2

2. Tantangan dan Peluang Kita menghadapi tiga masalah berat: kemiskinan, kemerosotan kualitas lingkungan dan krisis energi. Ketiga masalah ini membentuk suatu mata rantai lingkaran setan (vicious circle) yang sangat sulit untuk dipecahkan (wicked problem). Pesatnya pertambahan penduduk, yang sebagian besar masuk kategori miskin dan tidak produktif semakin menambah beban lingkungan. Pertambahan penduduk menyebabkan berkurangnya lahan pertanian karena beralih fungsi menjadi kawasan industri, perumahan dan jalan, meningkatnya jumlah lahan kritis akibat deforestasi atau metode pertanian ladang berpindah-pindah, dan berkurangnya volume air tanah. Pertumbuhan penduduk yang besar di atas mendorong peningkatan permintaan bahan bakar minyak yang besar pula. Pasar yang besar mendorong ekploitasi besar-besaran dengan tujuan profit yang menyebabkan berkurangnya persediaan minyak dunia. Krisis suplai minyak yang terjadi akibat konflik politik bahkan perang mendorong peningkatan harga jual dipasaran internasional dan beban yang harus dipikul pemerintah. Dengan harga sekarang US$ 60 per barrel, besarnya subsidi Pemerintah untuk BBM mencapai 25% dari APBN, atau Rp 130 triliun setahun. Angka ini, sudah melampaui seluruh penerimaan negara dari migas tahun 2004 yang besarnya Rp 120 triliun. Subsidi semakin tidak dapat dipikul bila pada tahun-tahun mendatang harga BBM menjadi US$ 75, atau yang menurut para analis tahun 2010 mencapai US$ 100 per barrel (Hamdi 2005). �Sumber: PT. Sugico Graha 2005b Solusi efektif terhadap persoalan ini akhirnya juga datang. Bahan Bakar Nabati (BBN) ternyata bisa memecahkan ketiga persoalan tersebut di atas. BBN bukan sumber alternatif baru, tetapi sudah dalam tahapan penggunaan. Di India, Afrika, China dan USA pengembangan JarakPagar dan penggunaan minyaknya semakin diintensifkan (Djogo 2005). Di Indonesia, pengembangan JarakPagar tidak hanya dilakukan oleh lembaga-lembaga penelitian, tetapi juga mendapat dukungan yang besar dari pemerintah (Departemen dan BUMN).

Konsumsi BBM (Fuel): Indo: 45.252 kilo liter/day NTT: 1.427 kilo liter/day

KRISIS ENERGI BBN

Lahan Kritis: Indo: 24,074 Juta Ha Potensial kritis: 6, 6 juta Ha NTT: 1,058 juta Ha

Pengangguran: Indo: 21.607.000 NTT: 184.700

Community-Based Farming

DEGRADASI LINGKUNGAN

Indo: 36.509.600 jiwa NTT: 1.148.700 jiwa

KEMISKINAN

Page 3: Rasionalisasi Dan Strategi Pengembangan

3

a. Mekanisme Pembangunan Bersih Sumber dana yang dapat dimanfaatkan berasal dari Mekanisme Pembangunan Bersih (MPB) atau Clean Development Mechanism (CDM). MPB disepakati dalam Protokol Kyoto yang memungkinkan peran negara berkembang untuk meraih manfaat dari kewajiban negara maju menurunkan emisi”gas rumah kaca”. Dana MPB yang merupakan ”grant” diperoleh melalui perdagangan karbon berdasar uji ”certified emission reduction”. Namun berdasarkan aturan, Protokol Kyoto hanya berlaku pada masa komitmen pertama yaitu periode 2008 hingga 2012, sehingga seluruh persiapan harus dilakukan segera bila kita tidak ingin kehilangan peluang besar (�������������� ��������������Setyawan 2005). Kemungkinan pemanfaatan MPB untuk membantu mengembangkan bio-fuel JarakPagar adalah berdasarkan kenyataan bahwa bio-fuel JarakPagar kurang mengeluarkan emisi gas-gas rumah kaca yang penyebab perubahan iklim utamanya karbon dioksida atau, emisinya dianggap netral karena pada saat tumbuh, tanaman JarakPagar tersebut menyerap dan menyimpan karbon dioksida dari udara, sehingga dianggap netral (Jauhari 2005). Metode perhitungannya sangat sederhana. Bila pembakaran setiap kilogram (kira-kira setara dengan satu liter) petro-diesel akan menghasilkan emisi karbon dioksida sebanyak kira-kira 3 kilogram, maka penggunaan bio-fuel sebagai substitusi petro-diesel dengan demikian akan menurunkan emisi sebanyak ini pula: untuk setiap liter penggunaan bio-fuel dapat di-“claim” penurunan emisi karbon dioksida sebanyak 3 kilogram2. Bila budidaya JarakPagar memakai pupuk, maka akan dikeluarkan nitrogen oksida (N2O) yang adalah sebuah gas rumah kaca yang lumayan kuat, sehingga akan ada penyesuaian besarnya sertifikasi yang bisa diberikan, dikurangi dengan pelepasan nitrogen ini. Itu sebabnya, kebun JarakPagar yang menggunakan pupuk organik akan mendapat lebih banyak sertifikasi MPB dari pada yang menggunakan pupuk kimiawi. b. Dukungan Pemerintah Pusat Keseriusan pemerintah terlihat dari dikeluarkannya kerangka hukum tentang sumber energi alternatif yaitu Peraturan Presiden Nomor 5 tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional dan Instruksi Nomor 1 Tahun 2006 Tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (BBN) sebagai Bahan Bakar Lain. Perpres 5/2006 dan Inpres 1/2006 dibuat dengan pertimbangan untuk menjamin pasokan energi dalam negeri dan untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan dan perlunya pedoman pengelolaan energi nasional. Terinkorporasi didalam kerangka hukum ini adalah perintah kepada 13 Kementerian, para Gubernur dan Bupati/Walikota se-Indonesia untuk mengambil langkah- langkah untuk melaksanakan percepatan penyediaan dan pemanfaatan BBN. .

2 Jika diasumsikan untuk setiap hektar (ha) lahan pertanian JarakPagar dapat menghasilkan sekitar 5,000 liter bio-fuel setahun, dan jika diasumsikan bahwa seluruh bio-fuel yang dihasilkan dapat diserap pasar, maka setiap hektar penanaman JarakPagar akan menurunkan emisi karbon dioksida sebesar 15 ton. Jika “harga” sertifikasi penurunan emisi (Certified Emission Reduction) yang berlaku sekarang, berkisar pada US$5 per ton, dipergunakan sebagai asumsi, maka akan dihasilkan $75 per hektar — sekitar Rp 750.000. Untuk setiap liter bio-fuel — penurunan 3 kg atau 0.003 ton — akan ada pendapatan tambahan sebesar Rp 150 (Toman 2001).

Page 4: Rasionalisasi Dan Strategi Pengembangan

4

Target yang hendak dicapai pada tahun 2025 melalui produk hukum ini adalah perubahan struktur volume konsumsi berbagai sumber energi di indonesia, antara lain: 1) minyak bumi menjadi kurang dari 20%; 2) gas bumi menjadi lebih dari 30%; 3) batubara menjadi lebih dari 33%; 4) bifuel (termasuk minyak Jarak) menjadi lebih dari 5%; dan sumber lainnya seperti panas bumi, Biomasa, Nuklir, Tenaga Air Skala Kecil, Tenaga Surya, Tenaga Angin dan Bahan Bakar Lain yang berasal dari pencairan batubara menjadi lebih dari 12%. Berbagai program promosi dan ransangan telah ditindaklanjuti. Kepada pemerintah daerah pemerintah memberi ransangan pendanaan dalam bentuk sharing cost dimana pemerintah daerah menanggung 10% dari total biaya. Untuk tahun 2006, Kabupaten Kupang mendapat alokasi budidaya JarakaPagar pada lahan seluas 500 Ha melalui anggaran Percepatan Pembangunan Kawasan Produksi Daerah Tertinggal (P2KP-DT) TA 2006. Untuk mendorong percepatan penggunaan BBN, maka pemerintah akan membagikan sebanyak 40-50 mesin pembuat minyak jarak secara gratis kepada daerah yang memiliki kebun jarak pagar dan mampu mengelola pabrik minyak jarak. Deperin mendapat tugas membuat mesin penghasil minyak jarak, yang tadinya delapan mesin untuk delapan daerah masing-masing empat mesin berkapasitas 6.000 ton/tahun, dan empat mesin kapasitas 300 ton/tahun. Sedangkan dalam rangka peningkatan kesadaran akan krisis energi dan potensi energi alternatif yang ada, maka pemerintah melakukan Intercity Trial Jakarta-Bandung-Jakarta sepanjang 325 km pada bulan Juni 2006 dan tur Atambua-Lombok-Bali-Bandung-Jakarta sejauh 3.000 km dengan Pure Jatropha Curcas Oil pada 12 s/d 21 Juli 2006. Beberapa perusahaan PLN, PT PN VIII (teh Walini), Bio-Chem, BioTech ITB, Agraprana, Warsilla Engine dll menjadi sponsor utama perjalanan ke Barat ini. c. Dukungan Swasta dan Lembaga Penelitian Ada beberapa perusahaan kini sedang mengembangkan biodisesel dengan Jarak. Produsen biodiesel di Indonesia - PT. Energi Alternatif Indonesia (EAI) - membutuhkan sedikitnya 9.000 ton biji jarak kering per tahun untuk pembuatan bahan bakar alternatif pengganti solar. Untuk keperluan tersebut saat ini EAI tengah mengembangkan kemitraan dengan petani di daerah Sentul dengan membudidayakan jarak pagar berkapasitas 2,5 ton per musim pada lahan seluas 30 ha (DJogo 2005). Dilaporkan bahwa terdapat 15 perusahaan tercatat di BKPM telah melakukan investasi untuk memproduksi biodiesel dengan total kapasitas produksi 990.420 ton per tahun, di luar 8 pabrik yang akan dibangun pemerintah di sejumlah daerah (Pikiran Rakyat, 27/07/2006). Menurut Menteri Perindustrian Fahmi Idris (Pikiran Rakyat, 27/07/2006), ke-15 perusahaan ini telah siap melakukan investasi BBN khususnya di biodiesel atau biosolar terutama yang berbasis tanaman jarak dan CPO (minyak sawit mentah). Sampai saat ini, diketahui sudah ada beberapa lembaga / perusahaan yang mulai menanam jarak pagar antara lain: PT. Rekayasa Industri dan ITB, perkebunannya berlokasi di Nusa Tenggara Barat (NTB) seluas 12 ha dengan 30.000 pohon dan PT. Energi Alternatif Indonesia (EAI), perkebunannya terletak di Sentul dengan 48.000 pohon. Selain itu Departemen Pertanian RI, mempunyai perkebunan uji coba di Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan 3.000 pohon. Belum termasuk perkebunan uji coba yang dikembangkan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPTT) di beberapa daerah.

Page 5: Rasionalisasi Dan Strategi Pengembangan

5

Salah satu konsumen minyak JarakPagar pada level lokal PT. PLN NTT, menargetkan penggunaan BBN mencapai 5% per tahun dari total BBM jenis solar yang dibutuhkan PLN. Total BBM jenis solar yang dibutuhkan PLN mencapai 80.000 ton ini artinya kebutuhan PLN akan minyak JarakPagar bisa mencapai 4000 ton per tahun (Kursor, 20 Oktober 2006). 3. Keunggulan Jarak dan NTT a. Beberapa Manfaat JarakPagar Penggunaan minyak jarak sebagai sumber BBN, telah dimulai selama ratusan tahun. Pada tahun 900 minyak jarak di pakai pertama kali pada pameran dunia di Paris (Kiefer 1986 dalam Heller 1996) untuk menggerakan mesin kendaraan. Di Indonesia pemanfaatan minyak Jarak sebagai BBN hanya dikenal pada jaman penjajahan Jepang (Jauhari 2005). Namun secara tradisional Jarak telah dipakai dipakai dalam perawatan medis dan sebagai bahan pembuatan sabun. Masyarakat Rote memanfaatkan daunnya untuk mengobati sakit perut dan akar dan kulitnya untuk mengembalikan kondisi fisik perempuan yang baru saja melahirkan (Lihat Lampiran 5). Pengembangan “Sistem Jarak” secara modern dan intensif seperti yang dilakukan oleh GTZ di beberapa negara yang memiliki kemiripan dalam banyak aspek dengan NTT terbukti memberi hasil yang berlipat ganda3. Sistim ini dilakukan dengan mengkombinasikan faktor ekologi, ekonomi, pembukaan lapangan kerja, kedaulatan energi, kesehatan perempuan (Bank Dunia 2002). Pertama, faktor ekologi berkaitan dengan kemampuan jarak untuk mencegah erosi, baik yang disebabkan oleh air maupun oleh angin. Akar Jarak yang ditumbuh dekat permukaan tanah membantu mengikat dan memecah tanah sehingga air hujan yang deras tetap akan bisa terserap melalui pecahan-pecahan tanah. Selain itu ampas sisa perasan biji jarak akan sangat bermanfaat sebagai pupuk organik, dengan komposisi mineral (protein)4 sebanding dengan kotoran ayam (Lihat Lampiran 4). Bila pupuk organik ini dipakai kembali dalam budidaya Jarak, maka akan mengurangi kontribusi emisi gas-gas rumah kaca yang merusak lingkungan. Manfaat yang lebih global adalah pengurangan emisi gas rumah kaca. Budidaya tanaman jarak akan menyerap gas CO2 yang dihasilkan melalui kegiatan berbagai industri yang mengandalkan bahan bakar fosil, sementara itu pembakaran minyak Jarak tidak menyebabkan emisi gas-gas rumah kaca. Penggunaan minyak Jarak yang meluas pada akhirnya akan mengurangi permintaan terhadap bahan bakar fosil yang dirasakan semakin menipis dan semakin tidak terjangkau secara ekonomis dan politis (Lampiran 1). Kedua, budidaya jarak membuka lapangan kerja baru baik itu bagi tenaga formal maupun informal dan memberi sumber pendapatan yang tetap bagi para petani. Dengan biaya produksi yang rendah dan prospek pasarnya yang besar, Jarak akan menjadi primadona sumber BBN yang akan membawa perubahan ekonomi dan sosial yang besar (Lampiran 2 dan 3).

3 Umurnya produksinya yang panjang mulai berbuah pada usia 5 bulan sesudah ditanam, serta dapat dipanen terus menerus hingga usia 50 tahun memberi manfaat yang lebih besar lintas generasi(Djogo 2005). 4 Reports on the chemical composition of the kernel revealed protein and lipid contents of 27-32% and 58-60%, respectively (Liberalino et al 1988; Aderibigbe et al 1997 quoted in Aregheore, Makkar and Becker 1997:1).

Page 6: Rasionalisasi Dan Strategi Pengembangan

6

Oleh karena itu, salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam budidaya dan produksi minyak jarak adalah penggunaan pendekatan yang harus lebih pro-job dari pada pro-efisiensi. Akan lebih baik jika produksi minyak jarak lebih mengedapankan industri rumah tangga dan usaha kecil menengah sehingga lebih banyak tenaga kerja yang dapat diserap. Demikian juga dalam penjualan produk Jarak, akan lebih pro-job bila produk yang dipasarkan merupakan produk jadi industri rumah tangga, bukan masih berupa bahan mentah atau setengah jadi5. Ketiga, persoalan politik, kepemilikan dan kelangkaan sumber produksi bahan bakar fosil minyak yang mempengaruhi harga dan biaya barang dan jasa lainnya telah merampas kedaulatan rakyat atas minyak bahkan atas kehidupan mereka sendiri. Dalam kurun waktu bebeberapa tahun belakangan ini telah terjadi peningkatan harga bahan bakar minyak tanpa memperdulikan suara dan beban berat yang dihadapi rakyat. Budidaya dan produksi minyak Jarak akan menyediakan sumber energi alternatif bagi berbagai keperluan dengan pasar yang besar baik itu pada tingkat lokal, nasional maupun internasional. Dengan teknologi sederhana, masyarakat dapat memproduksi sendiri bahan bakar yang mereka butuhkan untuk berbagai keperluan, mulai dari keperluan memasak, penerangan dan transportasi, sehingga mereka akan benar-benar berdaulat dalam produksi dan perdagangan bahan bakar.. Keempat, kaum hawa yang lebih sering berhubungan dengan aktifitas-aktiftas yang membutuhkan energi akan merasakan keadaan yang lebih baik. Pengunaan kayu bakar bagi keperluan memasak, sebagai contoh, selain menghabiskan waktu kaum perempuan dalam mengumpulnya, juga sering menimbulkan gangguan kesehatan sebagai akibat dari sistim tungku dan dapur tradisional yang menimbulkan banyak gas/asap berbahaya bagi kaum perempuan. Bahaya ini semakin nyata jika mengingat rumah-rumah di Indonesia biasanya tidak memiliki cerobong dapur sebagai saluran pembuangan asap. b. Keunggulan NTT Terdapat beberapa sumber bahan bakar alternatif yang dapat dikembangkan di NTT seperti tenaga angin, panas bumi, biogas dan lain-lain. Pengembangan JarakPagar bukan hanya salah satu alternatif di antaranya, tetapi merupakan pilihan yang sangat strategis. Keunggulan komparatif NTT dilihat dari perspektif teknis, iklim dan geografis, sangat memenuhi persyaratan teknis bagi pengembangan JarakPagar6. Percobaan pengembangan di beberapa daerah yang memiliki iklim basah dengan sumber air tanah yang berlimpah ternyata tidak mendukung pertumbuhan tanaman JarakPagar secara maksimal.

5 Bijih Jarak Pagar dapat diolah secara mekanik dengan alat peras sederhana untuk mendapat Straight Jatropha Oil (SJO). Dengan biaya produksi di bawah Rp 2.000,- per liter, SJO sudah dapat mengganti minyak tanah untuk menyalakan kompor dapur. SJO dapat oleh lebih lanjut melalui proses esterifikasi yang rumit dan mahal. Walaupun demikian bila harga minyak mentah mencapai US$ 90 per barrel, maka lebih untung untuk menggunakan biodisel dengan harga Rp. 6.000 per liter. (Bila harga minyak mentah US$ 90/barrel berarti minyak solar/diesel US$ 100/barrel atau Rp 6.290/liter. Dengan US$ 100 per barrel, minyak tanah/solar/diesel/bensin akan Rp 7.000 per liter. Harga-harga di tempat pengilangan tersebut, belum memperhitungkan biaya angkutan dan distribusi serta dengan menghitung nilai tukar Rp 10.000,- per US$). 6 Iklim NTT yang semi kering sangat cocok untuk jarak. Dalam satu hektar dapat dihasilkan biji jarak sekitar 4-6 ton yang sudah dapat dipetik setelah ditaman selama lima bulan. Penelitian di India menunjukkan bahwa jika lahan diirigasi di daerah kering setiap pohon menghasilkan 0, 9 liter SJO. 1 Pohon dewasa memiliki 40 cabang, setiap cabang memiliki 3 tandan, setiap tandan memiliki 10-15 buah, setiap buah memilik 3 bijih. Di dalam 1 Kg bijih kering terdapat 2000 bijih. 1 liter SJO diperoleh dari perasan minyak 3 Kg bijih kering (Djogo 2005). Sebagai pembanding, lihat juga Lampiran 3 dan 5.

Page 7: Rasionalisasi Dan Strategi Pengembangan

7

Agar tanaman jarak pagar dapat memberikan hasil yang optimal, harus diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhannya.

1. Daerah Penyebaran; penyebaran tanaman terletak antara 40o LS sampai 50o LU. Tinggi yang

optimal adalah 0 – 2000 meter dari permukaan laut. 2. Suhu; diperlukan iklim yang kering dan panas terutama pada saat berbuah. Suhu rendah pada

waktu tanam dan pembungaan akan sangat merugikan karena akan tumbuh jamur. Tanaman jarak pagar tumbuh baik di daerah tropis dan subtropis. Suhu optimum 20’ C sampai 35’ C.

3. Kelembaban; kelembaban yang tinggi akan mendorong perkembangan penyakit yaitu tumbuhnya cendawan dan jamur.

4. Lama Penyinaran Matahari; tanaman jarak pagar tergolong tanaman hari panjang, yaitu tanaman yang memerlukan sinar matahari langsung dan terus menerus sepanjang hari. Tanaman tidak boleh terlindung tanaman lainnya, yang berakibat akan menghambat pertumbuhannya.

5. Curah Hujan; faktor utama yang berpengaruh terhadap tanaman adalah intensitas hujan, hari hujan perbulan, dan panjang bulan basah. Intensitas hujan yang tinggi dalam bulan-bulan basah akan mengakibatkan timbulnya serangan cendawan dan bakteri, baik pada bagian atas maupun didalam tanah. Curah hujan yang optimal 300 – 1200 mm per tahun yang tersebar selama 4-6 bulan yaitu pada saat tanam. Pada saat berbunga dan berbuah membutuhkan bulan kering minimal 3 bulan.

6. Tanah; tidak diperlukan tanah subur, tetapi lebih sesuai bila struktur tanahnya ringan. Umunya produksi maksimum dicapai pada tanaman yang tumbuh di tanah lempung berpasir dan mempunyai pH 5 – 6.5. Tanaman jarak sangat peka terhadap genangan air, karena itu drainasenya harus baik.

4. Pengelolaan Resiko Kehadiran JarakPagar diprediksi akan membawa dampak yang luar biasa bagi pengentasan kemiskinan. Rakyat NTT yang memiliki tingkat pendapatan yang sangat rendah akan menikmati kemakmuran dari emas hijau ini. Kedaulatan atas energi akan terjamin. Harga BBN yang rendah akan berpengaruh terhadap biaya produksi berbagai kebutuhan hidup. Sehingga diharapkan daya beli masyarakat terhadap berbagai jasa dan barang akan meningkat. Inilah harapan kita semua, namun manfaatnya ini tidak mesti menyilaukan kita. Ada beberapa hal yang perlu kita pertimbangkan secara masak-masak sebelum kita melakukan investasi dalam skala besar (Lampiran 6). Pertama, kenyataan bahwa petani memiliki daya tawar-menawar yang rendah baik itu dalam hal akses input (informasi, bibit, modal, pupuk, obat dan teknologi) maupun akses pasar tidak dapat dipungkiri. Pengalaman para petani dengan tata niaga cengkeh, tata niaga jeruk, dan produk pertanian lainnya menuntut kita untuk memberi perlindungan yang lebih serius kepada rakyat. Resiko yang terkait didalamnya adalah ancaman kehilangan kepercayaan terhadap pemerintah dan keberlanjutan kebijakan. Sebagian petani masih merasa kecewa dengan berbagai kebijakan penanaman komoditas unggulan yang trenyata tidak memiliki prospek pasar yang baik. Kebijakan penanaman Jarak di NTT telah dilakukan untuk beberapa saat. Namun karena perencanaan yang kurang baik sehingga dibeberapa daerah petani hanya bisa mengagumi hasil panen yang besar namun belum/tidak menikmati manfaatnya akibat ketiadaan pasar.

Page 8: Rasionalisasi Dan Strategi Pengembangan

8

Kedua, resiko yang kemungkinan terjadi adalah ancaman monokultur dan perubahan mata pencaharian (livelihoods). Berbagai kelebihan yang dimiliki JarakPagar akan mendorong para petani untuk membudidayakannya. Pada suatu waktu tertentu, budidaya JarakPagar akan menjadi pemadangan yang lazim dimana-mana, semua orang membudidayakannya, dan semua lahan berubah fungsi menjadi kebun jarak. Bila ini terjadi, maka bisa berdampak pada berkurang bahkan matinya berbagai varietas tanaman pangan lokal yang terbukti telah mampu memenuhi kebutuhan hidup para petani dari generasi ke generasi. Akibat lainnya adalah menurunnya daya kompetitif petani sebagai akibat dari ketidakseimbangan antara sisi permintaan dan sisi suplai (kelebihan sisi suplai). Ketiga, resiko ikutan lainnya adalah ancaman berkurangnya ladang penggembalaan dan populasi ternak yang diusahkan secara semi-intensif. Mengingat kenyataan bahwa budidaya JarakPagar akan dilakukan dalam skala besar dan pada lahan-lahan kritis yang selama ini merupakan padang pengembalaan, maka perlu dilakukan analisis akan pengaruh penyimpitan ladang pengembalaan bagi perkembangan usaha peternakan yang dilakukan oleh masyarakat. Keempat, belum adanya varietas unggul dan teknik budidaya yang memadai (PT. Sugico Graha 2005a) akan memberi persoalan pada awal budidaya JarakPagar. Yang mungkin bisa terjadi adalah ketidakseimbangan antara biaya produksi tanaman jarak yang lebih mahal dan nilai jual sebagai akibat dari rendahnya tingkat produktifitas per pohon atau per satuan luas. Selanjutnya yang lebih mengkuatirkan adalah bila para petani merasa kecewa dengan hasil awal yang diperoleh sehingga mereka kehilangan motivasi untuk melanjutkan budidaya JarakPagar. Oleh karena itulah maka proses pengadaan dan pengembangbiakan bibit JarakPagar akan sangat menetukan. Pada tahapan awal pemerintah berkeinginan agar pengadaan anakan JarakPagar hanya dilakukan oleh lembaga tertentu seperti BPPT dan Balai Pertanian yang memiliki kemampuan untuk memperbanyak anakan JarakPagar secara kloning, bukan secara stek atau secara alamiah melalui biji. Kelima, kemungkinan permainan harga dapat terjadi bila terjadi monopoli karena berbagai persoalan individu. Maraknya praktek ijon yang dialami para petani timbul karena lemahnya daya tawar menawar petani dalam memasarkan hasil pertanian. Kesulitan memperoleh cash-money pada musim-musim tertentu sering memaksa para petani untuk bertekuklutut pada para lintah darat. 5. Rencana Pengembangan a. Peranan Pemerintah Daerah Pemerintah daerah menyadari sepenuhnya akan manfaat dari gebrakan pemerintah pusat ini. Dengan jumlah penduduk miskin yang sangat besar dan kualitas lingkungan yang begitu rendah, kehadiran JarakPagar akan membawa perubahan yang luar biasa bagi masyarakat kita. Peran pemerintah daerah adalah untuk mensukseskan program ini agar hasil yang diharapkan dapat tercapai tanpa menimbulkan persoalan baru. Beberapa resiko yang teridentifikasi dalam manajemen resiko di atas menjadi perhatian khusus pemerintah daerah. Ada beberapa pilihan kebijakan yang dapat diambil oleh pemerintah: Pertama, pemerintah melakukan serangkaian kegiatan sosialisasi guna memastikan kejelasan, kesamaan pandangan dan pengertian tentang budidaya JarakPagar sehingga semua pihak

Page 9: Rasionalisasi Dan Strategi Pengembangan

9

menyadari dengan baik segala aspek yang terkait (Lampiran 7). Sehingga budidaya JarakPagar nantinya dilakukan secara sukarela, bertahap dan tanpa paksaan.. Tujuannya adalah untuk membangun kepemilikan (ownership) sehingga sustainabilitas kebijakan dapat terjamin dan hal-hal yang tidak diinginkan dapat dikelola dengan lebih baik. Kedua, pemerintah mengupayakan adanya kepastian hukum dalam hubungan produsen dan konsumen berupa jaminan suplai input, jaminan mutu, jaminan harga dan jaminan pengembangan berbasis padat karya melalui suatu framework legal yang saling menguntungkan (Lampiran 8). Ketiga, budidaya JarakPagar di Kabupaten Kupang, sebagai contoh, tidak dilakukan secara monokultur. Dengan jarak tanam antar pohon pada 4 M x 5 M, maka diharapkan kehadiran JarakPagar tidak mengurangi lahan budidaya untuk tanaman pertanian/holtikultura lainnya. Oleh karena itu dalam prakteknya hanya akan terdapat 600 tanaman JarakPagar/Ha, bukan 2000 atau 2500 tanaman seperti yang digambarkan banyak pihak. Keempat, budidaya JarakPagar dilakukan secara individu pada areal milik para petani masing-masing tetapi efektif dan efisien dalam hal input biaya dan tenaga bila budidaya dilakukan oleh kelompok dalam suatu lahan secara kolektif. Setiap petani akan membudidayakan JarakPagar pada lahan sekitar 1-2 Ha. Guna memudahkan pembinaan dan pembelajaran, maka akan dibentuk Kelompok Tani. Hal ini dilakukan untuk menghindari pemgambilalihan lahan secara paksa seperti yang terjadi pada PIR (Perkebunan Inti Rakyat) di beberapa daerah dan untuk memudahkan sertifikasi lahan dan pengenaan pajak suatu saat nanti bila para petani benar-benar telah berdaya dan mandiri secar ekonomis. Kelima, pemerintah mengupayakan keterlibatan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dalam program ini dengan memperhatikan prinsip pro-poor, pro-job dan pro-growth mulai dari proses perencanaan (pembibitan), pelaksanaan dan pengelolaan dan pemasaran hasil akhir. Pengadopsian teknologi yang bersifat padat modal sedapat mungkin dikurangi sehingga tetap terjamin ketersediaan lapangan kerja.

b. Peta Jalan (Contoh) Saat ini pengembangan JarakPagar lebih banyak dibiayai oleh pemerintah pusat dan sektor swasta, tetapi dalam tahun-tahun mendatang seiring dengan peningkatan pemahaman masyarakat dan permintaan pasar, pemerintah daerah akan terus melakukan kerjasama dengan berbagai pihak untuk meningkatkan budidaya, produksi dan manfaat JarakPagar (Lampiran 3). Pertama, secara bertahap pemerintah perlu melakukan identifikasi dan sertifikasi terhadap berbagai lahan kritis yang ada guna meningkatkan kepastian hukum kepemilikan lahan dan menghindari terjadinya konflik kepemilikan di kemudian hari. Kedua, bila direncanakan dalam lima tahun ke depan, telah terbudidaya tanaman JarakPagar pada lahan seluas 100.500 Ha maka akan dibutuhkan biaya yang sangat besar. Untuk itu pemerintah perlu mengupayakan ketersediaan pendanaan baik itu dari APBN, APBD, BUMN, swasta dan sumber lainnya yang sah. Ketiga, dengan target luas budidaya di atas, maka dalam lima tahun ke depan akan dibutuhkan bibit sebanyak 60, 3 juta anakan. Mengingat perbedaan kualitas bibit, maka pemerintah harus mengadakan bibit JarakPagar yang diproduksi oleh pusat-pusat penelitian secara cloning dengan melibatkan petani khususnya koperasi pada setiap kecamatan semenjak awal.

Page 10: Rasionalisasi Dan Strategi Pengembangan

10

Pendirian koperasi dimaksudkan untuk memudahkan pengelolaan budidaya jarak mulai dari input, proses dan output sehingga daya tawar menawar petani, kepastian suplai dan proses pembelajaran dapat ditingkatkan. Keempat, dengan target luas lahan diatas, maka total produksi diperkirakan akan mencapai 157.410 ton bijih kering atau 41.580 Ton SJO. Sehingga total pendapatan kotor yang diperoleh akan mencapai Rp.103.950.000 (Harga SJO diasumsikan pada kisaran Rp. 2.000- 3.000 per liter). Kelima, target tenaga kerja yang terserap mulai dari tenaga non-terampil dan tenaga terampil sebanyak 100.500 petani dan 1005 tenaga pendamping (belum termasuk di sentra pembibitan, sentra pengolahan dan koperasi). Sehingga dalam lima tahun ke depan angka pengangguran akan berkurang secara dratis.

Keenam, akan dilakukan pelatihan manajemen dan teknis pertanian dengan target kepada 3 penyuluh pertanian lapangan di setiap kecamatan, 3 pengurus koperasi (ketua, sekretaris dan bendahara) di setiap kecamatan, 1005 tenaga pendamping dan 5025 kelompok tani (1 kelompok tani terdapat 20 petani).

6. Penutup Analisis di atas menunjukkan bahwa budidaya dan produksi JarakPagar memiliki manfaat ganda bagi masyarakat lokal, pemerintah dan lingkungan hidup global. Kemudahan budidaya, waktu produksi yang cepat dan untuk jangka waktu yang lama, kehadiran faktor-faktor pendukung khusus yang ada di NTT, kemudahan pengolahan hasil dan pasar yang sangat besar merupakan kelebihan JarakPagar yang patut dimanfaatkan secara serius. Ada beberapa persoalan yang harus dikelola dengan baik seperti kelangkaan bibit unggul, ancaman monokulturisasi, kemungkinan kepemilikan yang rendah pada level petani, kemampuan tawar menawar petani yang rendah, perubahan mata pencaharian dan persoalan kepemilikan tanah/lahan. Namun mengingat besarnya dukungan pemerintah, swasta dan lembaga penelitian baik itu pada level nasional maupun internasional maka jaminan bagi pengembangan JarakPagar dalam skala yang lebih besar sangat terbuka lebar. Krisis minyak dunia, beratnya beban subsidi pemerintah, kecenderungan peningkatan jumlah penduduk miskin dan ancaman pemanasan global sebagai akibat dari emisi gas-gas rumah kaca memasksa para penghuni planet bumi untuk lebih berharap pada sumber bahan bakar yang dapat memecahkan persoalan-persoalan ini.

Page 11: Rasionalisasi Dan Strategi Pengembangan

11

Reference ������������������������������������������������������������ !�"�����#��$�����%��&�'��%�����%�(�%�� ��� �� )�*��� ���� �� +��,%�*��� -����%�� �&� .�%��/��� �"���� "���� '�%�*� ���!"%���%���� �����������!"%���%������%��������0���%�(�%�����&�'��%���1�����%�)���%���%2���������������� �� ���������������� �������+���##��//��34�,356��������7"�����6886��9����%���0�������"� ��:!������&�����������)���"���&�������������������!�����:���%����!�����&"�!�������� ���+��4#���"%"�6886���7;����� )����� 6885�� ������ ������� �������� ���� � ��������� <=�!����� ������� 6�>8�>688?@� 9A'B��%%/B>>�:::�1���%�1"��������>.���������B�����/������� ����%������������ ��� 6885�� $�������� .����� �����2�� 7��"�%� ��� �� ����� ! "���� ����� �""�� $����:�% Indonesia” Agustus 2005. �������� ���� ������ ��� ������������ ��� ������#"�������!���������������������� $ ������������" %���&����A����������A�/��%�������C��1������ Heller, Joachim. 1996. Physic Nut. Jatropha Curcas Linn. Promoting the conservation and use of underutilized and neglected crops. 1. Institute of Plant Genetics and Crop Plant Research, Gatersleben/ International Plant Genetic Resources Institute, Rome. .�"����� )��� 6885�� B������� �!%����%�&� ����� ������ .����2� ��!��� '#�� �#(� ����� 6�� )��"�� -��+�(��1��,7���1���6885����)���"�����������6885���� ")�)������������������"���������������%��������%�������/"1!�����������)���"�����������68851�����������*������+�����!%����%�(��=�!�"�!� ���(��%���!!�(��%����������%��������%�������/"1!������������%��:����D�;�������6885��$�����,�� "� �� "�������������������������������������A�/�%�A��%���0)��/����A�����)�����%����%�������!����������"!������ ����������.����%���?���/%��1���6885���)������������!����688����*��"�� �*���� �#����"��������������-����.��������������A��"����&���%���"%"����D�����%����

TIM BUMN-ESDM-RISTEK BPPT-DEPTAN-DEPHUT. 2005. Pengembangan Bahan Bakar Nabati Sebagai Upaya Percepatan Pengurangan Pengangguran dan Kemiskinan. Wahyudin, Didin. 2005. Kelayakan Usaha & Pola Kemitraan Kebun Industri JarakPagar. Pelayanan Informasi JarakPagar Nasional, Jakarta. Wiguna, Imam. 2006. “Laporan khusus: labah jarak di tahun ke-6”, dalam TRUBUS 438 – Mei 2006/XXXVII

Page 12: Rasionalisasi Dan Strategi Pengembangan

12

Lampiran 1. World Peak-Oil & Proyeksi Produksi Indonesia

Sumber: TIM BUMN-ESDM-RISTEK BPPT-DEPTAN-DEPHUT (2005)

KETIDAKPASTIAN PENGURANGAN

Page 13: Rasionalisasi Dan Strategi Pengembangan

13

Lampiran 2. Perhitungan Laba JarakPagar (Wiguna 2006)

1. Luas lahan 1 hektar dengan populasi 2.000 tanaman ditambah untuk penyulaman 10%. Total keperluan bibit 2.200 pohon. 2. Budidaya secara monokultur. 4. Harga jual biji keringRp750 per kg (Berkisar antara Rp.500-1500/kg) 5. Hasil panen perdana 1 ton/ ha/ tahun dan stabil pada tahun ke- 5 yaitu 8 ton/ ha/ tahun (1 pohon: 4 kg/tahun)

Page 14: Rasionalisasi Dan Strategi Pengembangan

14

Lampiran 3. Peta Jalan Budidaya & Produksi Jarak

1,206

100

100,500

60,300,000

114,210

50

PELATIHAN (PETANI) 250 2,500 7,500

0 810 8,910 33,210

50 150 300

180 360

5 15 30

Pengembangan Produk Hilir

Optimalisasi Produk Hilir

500 5,000 15,000 30,000 50,000

15,000 25,000

PASAR (Bibit) 100 % Pembibitan

TENAGA NON-TERAMPIL (PETANI)

5

PRODUKSI (Ton Bijih Kering)

TENAGA TERAMPIL (Pendamping)

LAHAN (HA)

Pembibitan dan 0, 3 % substitusi

minyak tanah

2006 2007 2008 2009 2010

2 % substitusi minyak tanah

12,5 % substitusi minyak tanah

25 % substitusi minyak tanah

RISET

Pemilihan Bibit, Pengembangan

Unit Pengelolaan,

Lahan (Tanah)

Optimasi Unit Pengelolaan

Haki Proses Olah

11,070 27,270 PRODUKSI (Ton SJO)

0 270 2,970

1,005

100,500

TOTAL

41,580

157,140

50,250

500

300,000

5,000

3,000,000 9,000,000

15,000

18,000,000 30,000,000

600

BIBIT (ANAKAN)

INDUSTRI Sentra PembibitanINDUSTRI Sentra Pengolahan

6

0

50,000 30,000

500

60

Page 15: Rasionalisasi Dan Strategi Pengembangan

15

Lampiran 4. Proses Produksi dan Pengolahan (Versi Wahyudin 2005)

ASUMSI: 1. 500 Ha Tanaman Jarak menghasilkan biji jarak sebanyak 6250 ton per tahun. Rendemen

Minyak Jarak mencapai 35% sehingga menghasilkan output minyak jarak setara 420 ton atau setara 386400 liter ( BD minyak jarak 0.92 kg/lt ) (Bank Dunia 2002; Setyawan 2005).

2. 1 Pohon menghasilkan 4 kg biji jarak/tahun (Setyawan 2005) 3. 1 Ha lahan membutuhkan 1 (+Istri) Org tenaga kerja (TK). 4. Setiap 1000 Ha memerlukan 1 Unit Pengolah Minyak Jarak dengan kebutuhan tenaga terampil

mencapai 30 TK 5. MFO: Marine Fuel Oil

TANAMAN JARAK 500 HA (600 Pohon/Ha)

GETAH

DAGING BUAH BIJIH BUAH 6250 TON (12, 5 Ton/Ha)

DAUN KERING BUAH

DAGING BIJI 1200 TON (2, 4 Ton/Ha)

KULIT BIJI 5050 TON

Minyak 35 %

Residu 45 %

420 TON HPP. Rp. 2.000-3.000/KG

2272,5 TON HPP. Rp. 600/KG

Harga Solar Rp. 4.300/Liter

Harga MFO Rp. 3.810/Liter

INTI PROTEIN BUNGKIL/ AMPAS

Page 16: Rasionalisasi Dan Strategi Pengembangan

16

• Kontrol Erosi • Tanaman pagar/proteksi

tanaman lain • Menyerap CO2

Minyak Bijih

Daging Buah Bijih

Getah Daun Buah

Jatropa Curcas Linn

Kue Bijih

• Bahan bakar (Combustibles)

• Pupuk • Biogas • Makanan ternak (Fodder

dari varietas yang tidak beracun

• BBN • Pembiakan Ulat Sutra • Obat • Zat anti radang

Kulit Bijih

• Penyembuh luka • Obat

• Pembiakan Ulat Sutra • Obat • Zat anti radang

• Bahan bakar (combustibles)

• Makanan hijau ternak • Biogas

• Insektisida • Makanan/Makanan

ternak (varietas yg tdk beracun

Lampiran 5. Berbagai Manfaat JarakPagar (�)���"�����������68851@

Page 17: Rasionalisasi Dan Strategi Pengembangan

17

Lampiran 6. Matriks Dampak/Kemungkinan Budidaya JarakPagar

DAMPAK

RENDAH MENENGAH TINGGI

RENDAH 5

MENENGAH 2, 3

KE

MU

NG

KIN

AN

TINGGI 1, 4

Keterangan: 1. Monokulturisasi 2. Perubahan Mata Pencaharian (Livelihood Changes) 3. Fluktuasi Harga 4. Sengketa Tanah 5. Kelebihan/Kekurangan Suplai Bijih/Minyak Jarak

Page 18: Rasionalisasi Dan Strategi Pengembangan

18

Lampiran 7. Kerangka Perencanaan, Monitoring dan Evaluasi Budidaya JarakPagar

FEB-MAR APR-MEI JUN-JUL

PELAKSANAAN1. Teknis2. Kelompok

JAMINANHUKUM1. TTD: -. MOU - NKB

NEGOSIASI 2. Notaris1. Hak/Wajib2. Berbagi: - Peran

3 - T.JawabKELEMBAGAAN - Hasil1. Kel Tani2. Forum: - Desa

2 - KabupatenDIALOG1. Kesiapan2. Potensi Desa/ SDA

1SOSIALISASI1. Tahu2. Paham3. Sepakat

KERANGKA STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH

PENDUKUNG & ASPIRASI MASYARAKAT

P E R E N C A N A A N

MON I TOR I NG & E V A L UA S I

4

5

6OKT-JANSEPTAGUS

Page 19: Rasionalisasi Dan Strategi Pengembangan

19

1. 1.

2 2

3 3

4

5

123

JAMINAN KUALITAS

PERMODALAN

JAMINAN MODAL

• DANA REBOISASI

Produc DevelopmentJasa Manajemen

• DANA PKBL - BUMN

Lahan/PemdaBUDIDAYA

• DANA INVEST

• DANA CD - MNC

USAHA• DANA PKPS BBM• DANA APBN/D

KELAYAKAN

JAMINAN PEMASARAN

PEMBAYARANKREDIT &AVALIS

KONTRAKPEMBELIAN

• DANA CDM

Teknologi

Bibit/Balai

SD.Air/Teknis

SDM/Penyuluh

Pembangkit Listrik

Industri + Kendaraan

JAMINAN PASOKAN

TERPADU

OFF TAKER

Lampiran 8. Strategi Usaha (Terintegrasi Masukan, Proses dan Output)

PROGRAMKEMITRAAN

PROSESTeknologi Pengolah

Penyedia Minyak Bakar NOTA

KESEPAKATAN

ANALISA