rasio kardio pulmonal
-
Upload
sholihatul-amaliya -
Category
Documents
-
view
265 -
download
10
Transcript of rasio kardio pulmonal
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penyakit jantung merupakan penyebab nomor satu kematian di dunia. Di
Indonesia angka kematian yang disebabkan serangan jantung mencapai 26 hingga 30
persen. Faktor risiko penyakit jantung koroner adalah kebiasaan merokok, stres,
kurang olah raga, kencing manis atau diabetes, obesitas, hipertensi serta
hiperlipidemia atau kelebihan lemak dalam darah, keturunan, usia, dan jenis kelamin.
Penyakit jantung merupakan pembunuh yang paling berbahaya saat ini.
Penderitanya tidak mengenal kalangan, dapat berasal dari kalangan ekonomi tinggi
sampai orang dari kalangan ekonomi lemah. Salah satu tanda penyakit ini adalah
adanya pembesaran ukuran jantung atau yang disebut dengan cardiomegally. Jadi
bisa dikatakan bahwa kalau terjadi pembengkakan ukuran jantung, maka hampir bisa
dipastikan ada indikasi mempunyai penyakit jantung. Pemantauan pembesaran
jantung selama ini masih menggunakan modaliti X-Ray karena modaliti ini hampir
tersedia di hampir seluruh rumah sakit. Bahkan untuk kasus di Indonesia, banyak
puskesmas yang sudah mempunyai peralatan ini. Sehingga tidak mengherankan,
hampir empat puluh persen dari pemeriksaan radiologi yang menggunakan X-Ray
(radiografi) merupakan pemeriksaan .
2
Gambar 1.1 menunjukkan citra X-ray dari rongga dada, dan dua garis yang
menunjukkan nilai kedua diameter untuk perhitungan CTR [15]
Guna mengetahui atau melihat kelainan organ-organ pada rongga dada
diperlukan analisis dan interpretasi yang akurat, untuk menginterpretasikan hasil
radiografi (X-ray). Salah satu metode yang digunakan adalah dengan menghitung
rasio antara nilai maksimum dari transverse diameter dari jantung (MD) dengan nilai
maksimum dari transverse diameter dari rongga dada (ID). Nilai rasio ini dikenal
dengan cardio-thoracic ratio (CTR) dengan rumus
CTR = MD / ID…………………………………………………(1.1)
Perhitungan CTR sudah diterima tidak hanya sebagai metode yang mudah
akan tetapi nilainya dapat digunakan sebagai parameter klinis. Pada orang dewasa,
nilai CTR yang lebih besar dari 0.5 (50%) mengindikasikan pembesaran jantung,
meskipun masih ada variable lain seperti bentuk dari rongga dada yang harus
diperhitungkan. Sedangkan pada bayi yang baru lahir, nilai CTR 66% adalah nilai
MD
ID
3
batas normal. Gambar 1.1 menunjukkan citra X-ray dari rongga dada, dan dua garis
yang menunjukkan nilai kedua diameter untuk perhitungan CTR.
Perhitungan CTR ini sangat berguna untuk mendeteksi penyakit jantung terutama
yang ditandai dengan adanya pembesaran ukuran jantung (cardiomegally).
Kemungkinan penyebab CTR lebih dari 50% diantaranya:
Kegagalan jantung (cardiac failure)
pericardial effusion
left or right ventricular hypertrophy
1.2.Kelemahan dari perhitungan CTR manual
a. Penentuan diameter sangat subjektif yang bisa menghasilkan perbedaan hasil
diagnose antar dokter. Pengamatan manual paling tidak mempunyai dua error
yang umum diantaranya interobserver error dan intra observer error.
Interobserver error mengarah pada error yang terdapat pada pengukuran objek
yang sama oleh orang yang berbeda. Hal ini bisa dimaklumi karena selain faktor
citra X-ray itu sendiri, tingkat konfidensi seseorang dalam melakukan pengukuran
berbeda. Sedangkan error yang kedua adalah error yang terdapat pada pengukuran
objek yang sama oleh orang yang sama pada saat yang berbeda. Hal ini juga
mungkin terjadi terutama jika dihadapkan pada rentang waktu yang lama dan
frekuensi pengukuran yang tinggi.
b. Sekarang ini masyarakat sudah semakin sadar tentang pentingnya melakukan
pemeriksaan dini. Disamping untuk produktivitas dan mengurangi beban
perusahaan jika karyawan perusahaannya banyak yang sakit, maka banyak
perusahaan yang mengkoordinir program cek kesehatan termasuk pengambilan
foto thorax. Bisa dibayangkan akan dihasilkan ratusan bahkan ribuan citra X-ray.
Sangat tidak praktis menggunakan cara manual. Membatasi jumlah citra X-ray
yang dibaca seorang ahli akan menyebabkan tertundanya penerimaan hasil,
sesuatu yang sulit diterima perusahaan. Sebaliknya memberi beban pembacaan
4
yang terlalu banyak juga tidak bijaksana dan bahkan bisa menimbulkan kesalahan
pembacaan.
c. Setiap citra medik memiliki sejumlah noise berupa ciri citra medik yang tidak
diinginkan tampil dan menurunkan visibilitas obyek dan struktur tertentu. Sumber
noise yang paling utama pada radiografi dengan X-ray adalah foto energi yang
bergerak atau keluar secara acak. Noise menurunkan citra medik melalui
konsentrasi foto yang besar yang biasanya dibarengi dengan dosis radiasi yang
tinggi terhadap pasien. Tingkat noise juga dipengaruhi oleh pemilihan nilai
tertentu dari protokol pencitraan. Kelemahan dari perhitungan CTR Manual
adalah :
1. Kesulitan dalam membaca gambar dikarenakan banyaknya noise serta
perbedaan yang sangat tipis dari gambar dan latar belakang, yang
mengakibatkan kesulitan dalam menentukan batas tepi dari gambar yang akan
diukur dan akan berpengaruh terhadap hasil pengukuran.
2. Waktu yang dibutuhkan dalam pengukuran lama, serta biaya yang mahal.
3. Pada kasus Atrial Septal Defect (ASD) pembesaran pada Atrium kanan pada
foto thorax sulit dibedakan dengan pembesaran pada ventrikel kanan.
Berdasarkan uraian kelemahan penentuan cardio-thoracic rasio secara manual diatas,
maka penentuan dengan pendekatan lain yang memanfaatkan komputer dan
aplikasinya sangat dibutuhkan.
Penelitian ini sangat penting karena menumpuknya beban penanganan kesehatan
di rumah sakit rujukan. Penderita jantung tidak hanya di kota- kota besar saja, akan
tetapi juga di desa- desa. Dilain pihak modaliti X-ray sudah tersedia di beberapa
puskesmas akan tetapi pembacaan citra hasil masih dilakukan di rumah sakit rujukan
dimana tersedia tenaga ahli (radiologi) padahal tugas mereka sangat banyak.
Pengurangan beban ke mereka dapat dilakukan dengan cara hanya memberikan kasus
5
yang benar- benar penting untuk ditangani. Jika aplikasi ini bisa dipasang di rumah
sakit atau puskesmas di daerah yang hanya mempunyai tenaga radiographer, maka
Untuk perhitungan CTR, hanya citra X-ray dari pasien yang nilai CTR dari citra X-
ray pasien tersebut melebihi ambang normal yang akan dilaporkan ke rumah sakit
rujukan. Adanya resiko keterlambatan pembacaan citra X-ray pada screening masal
jika pembacaan citra X-ray dilakukan secara manual. Cara manual juga mengandung
resiko kesalahan.
1.3. Perumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah disampaikan di atas maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Segmentasi citra x-ray paru-paru dengan menggunakan level set .
2. Penggunaan metode level set untuk melakukan segmentasi terhadap citra
X-Ray
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengembangkan metode active contour untuk
melakukan segmentasi citra X-ray pada rongga dada.
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah
1.Memberi kemudahan kepada ahli radiologi dengan instrumen praktis dan
otomatis untuk penyaringan informasi dari penyakit jantung.
2.Menyediakan alat bantu (tool) medis untuk membantu penentuan nilai CTR
dalam kasus khusus seperti screening masal.
3.Untuk kasus pembacaan dalam jumlah kecil, aplikasi ini sangat dibutuhkan
untuk meningkatkan keakurasian penentuan CTR serta mengurangi error.
4.Membekali radiographer di daerah atau di puskesmas untuk bisa secara dini
melaporkan adanya indikasi penyakit jantung pada seorang pasien jika nilai
CTR dari citra X-ray pasien tersebut melebihi ambang normal
6
1.5. Batasan Masalah
Batasan dalam ruang lingkup ini adalah sebagai berikut :
1.Pada penelitian ini hanya melakukan segmentasi rongga dada yang merupakan
salah satu syarat untuk menentukan CTR yaitu organ paru-paru dengan
menggunakan active contour.
2.Algoritma yang digunakan untuk segmentasi adalah active contour dengan
menggunakan metode level set.
3.Citra X-ray yang diteliti merupakan citra yang telah diperoleh dari hasil rekam
medis dan telah tersimpan berupa file.
1.6. Kontribusi
Keluaran dari penelitian ini adalah sebuah proses segmentasi pada citra X-ray
paru-paru dengan akurasi tinggi. Metode yang diusulkan dapat menjadi alternatif bagi
proses segmentasi pada citra X-ray paru-paru.
1.7. Sistematika Penulisan
Penulisan penelitian ini terdiri atas 5 bab, di mana setiap bab saling
berhubungan satu sama lain sesuai dengan urutan permasalahan yang akan dibahas.
Garis besar susunan penulisannya adalah sebagai berikut :
BAB I. Pendahuluan
Mendeskripsikan mengenai latar belakang, perumusan masalah, batasan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian dan
sistematika pembahasan.
BAB II. Kajian Pustaka
Berisi tentang kajian teoritis mengenai konsep dasar fisiologi rongga dada,
image processing menggunakan metode active contour dan level set.
7
BAB III. Metode Penelitian
Membahas tentang perancangan sistem dalam bentuk diagram blok yang
dibuat mulai dari input gambar X-ray, aplikasi software, hingga proses
segmentasi.
BAB IV. Hasil dan Pembahasan
Membahas tentang pengujian sistem secara keseluruhan dan terpadu tentang
bagaimana melakukan segmentasi dan mendeteksi organ paru-paru.
BAB V. Kesimpulan
Berisikan kesimpulan-kesimpulan yang bisa diambil dari hasil penelitian ini
serta saran-saran dan masukan.
8