RAPAT PLENO DEWAN NASIONAL KEUANGAN INKLUSIF JELANG SEMESTER...

10
Selasa, 31 Juli 2018. Dewan Nasional Keuangan Inklu- sif (DNKI) menggelar rapat pleno di Ruang Rapat Hotel Grand Mercure Harmoni dan dihadiri oleh seluruh Ketua dan Anggota Kelompok Kerja (Pokja). Tujuan utama rapat ini sebagai konsolidasi sekaligus pemaparan target dan capaian masing-masing program Anggota Pokja. Rapat dibuka oleh Iskandar Simorangkir selaku Ke- tua Sekretariat koordinasi DNKI yang juga men- jabat sebagai Deputi Bidang Ekonomi Makro dan keuangan, Kementerian Koordinator Bidang Pere- konomian. Dalam sambutannya, Iskandar mengi- ngatkan agar seluruh Anggota Pokja bekerja optimal un- tuk mencapai target keuangan inklusif sebesar 75% di tahun 2019. “Berdasarkan survei terakhir, memang tanta- ngan kita cukup besar, setidaknya ada 54 juta lagi pen- duduk dewasa yang menjadi sasaran kita agar bisa menca- pai target 75% di tahun 2019”, ungkapnya. Paparan atas capaian program diawali oleh Pokja Eduka- si Keuangan yang diwakili oleh Horas Tarihoran selaku Direktur Literasi dan Edukasi Keuangan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Menurut Horas, output yang diharapkan dalam pencapaian target keuangan inklusif juga disertai meningkatnya awareness dan pengetahuan masyarakat akan produk dan layanan jasa keuangan. Pokja Edukasi Keuangan telah menyiapkan dua program prioritas pada semester dua, guna untuk mewujudkan hal ini. “Pertama adalah kita mengajukan usulan Hari Indonesia Menabung pada bulan Oktober” ujar Horas. Program prioritas kedua adalah Kampanye Peningkatan Kesadaran Masyarakat terhadap Keuangan Inklusif. Pokja Edukasi Keuangan akan melakukan koordinasi program-program pada tiap Kementerian/Lembaga dan Pelaku Industri Jasa Keua- ngan (PUJK) agar dapat secara serentak mensukseskan gerakan menabung nasional ini. Pada semester satu, capaian sertifikasi program Pendaf- taran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) dari Kementerian ATR/BPN selaku Ketua Pokja Hak Properti Masyarakat mencapai 1,6 juta sertifikat. Bahkan untuk penyederha- naan prosedur pengurusan sertifikat, telah diterbitkan Peraturan Menteri ATR/BPN No. 6 Tahun 2018 tentang PTSL. Peningkatan jumlah profesi juru ukur juga terus ditingkatkan salah satunya melalui kerjasama dengan perguruan tinggi, SMK, STPN, dan Pemda. Sampai saat ini tercatat jumlah petugas ukur ASN sebanyak 1.988 orang, dan surveyor kadaster berlisensi sebanyak 7.271 orang. Sedangkan program peningkatan sertifikasi Hak Kekayaan Intelektual (HKI) kepada masyarakat tetap di- galakkan untuk mendukung keuangan inklusif. Tujuan akhir dari Pokja ini adalah meningkatkan akses kredit masyarakat kepada lembaga keuangan formal melalui kepemilikan aset. Adiana Ratih Yuniati selaku Kepala Bagian Program dan Hukum, Kementerian ATR/BPN melaporkan bahwa ke- giatan pemberdayaan masyarakat penerima sertifikat tanah telah membuka akses ke lembaga keuangan khu- susnya kredit melalui Hak Tanggungan. “Laporan dari 12 provinsi yang telah melaksanakan kegiatan pemberdayaan masyarakat yaitu 1.297 orang telah memperoleh akses ke lembaga keuangan dengan nilai Hak Tanggungan sebesar Rp 118.352.965.727 (belum terlaporkan seluruhnya)”, ujar Adiana. Berikut giliran Pokja Fasilitas Intermediasi dan Saluran Distribusi Keuangan, yang langsung disampaikan oleh Onny Widjanarko selaku Ketua Pokja dan menjabat se- bagai Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran, Bank Indonesia (BI). Capaian jumlah tabungan hingga Mei 2018 sebesar 267.147.580 rekening, sedangkan per- tumbuhan kredit per Mei 2018 sebesar 42.787.752 reke- ning. Untuk jumlah agen Laku Pandai hingga triwulan I sebanyak 779.919 agen, sedangkan agen LKD sebanyak 185.901 per April 2018. Onny menjelaskan 4 program unggulan Pokja yang akan dilaksanakan pada semester kedua (lihat tabel). Perlua- san jangkauan dan optimalisasi agen bank menjadi tar- get prioritas dalam program Pokja ini, “terkait agen Laku Pandai, ditargetkan terdapat peningkatan jumlah nasabah BSA yang mendapatkan kredit dan pembiayaan mikroujar Onny. Dari data yang ada nasabah BSA yang memper- oleh pembiayaan mikro mencapai 2,000 nasabah, dengan jumlah outstanding 22,04 Miliyar. Sedangkan terkait de- ngan LKD, ditargetkan terdapat penambahan prosentase jumlah agen dan cakupan wilayah dibanding tahun se- belumnya. Ke depan, harmonisasi agen Laku Pandai dan LKD akan dilakukan guna optimalisasi agar memberi ke- nyamanan bagi masyarakat dalam menggunakan layanan keuangan. RAPAT PLENO DEWAN NASIONAL KEUANGAN INKLUSIF JELANG SEMESTER II BULETIN SNKI Agustus 2018 | Edisi VII Photo: Sekretariat DNKI 1

Transcript of RAPAT PLENO DEWAN NASIONAL KEUANGAN INKLUSIF JELANG SEMESTER...

Page 1: RAPAT PLENO DEWAN NASIONAL KEUANGAN INKLUSIF JELANG SEMESTER IIsnki.ekon.go.id/wp-content/uploads/2018/09/Buletin-SNKI-edisi-VII... · ini tercatat jumlah petugas ukur ASN sebanyak

Selasa, 31 Juli 2018. Dewan Nasional Keuangan Inklu-sif (DNKI) menggelar rapat pleno di Ruang Rapat Hotel Grand Mercure Harmoni dan dihadiri oleh seluruh Ketua dan Anggota Kelompok Kerja (Pokja). Tujuan utama rapat ini sebagai konsolidasi sekaligus pemaparan target dan capaian masing-masing program Anggota Pokja.

Rapat dibuka oleh Iskandar Simorangkir selaku Ke- tua Sekretariat koordinasi DNKI yang juga men-jabat sebagai Deputi Bidang Ekonomi Makro dan keuangan, Kementerian Koordinator Bidang Pere-konomian. Dalam sambutannya, Iskandar mengi- ngatkan agar seluruh Anggota Pokja bekerja optimal un-tuk mencapai target keuangan inklusif sebesar 75% di tahun 2019. “Berdasarkan survei terakhir, memang tanta- ngan kita cukup besar, setidaknya ada 54 juta lagi pen-duduk dewasa yang menjadi sasaran kita agar bisa menca-pai target 75% di tahun 2019”, ungkapnya.

Paparan atas capaian program diawali oleh Pokja Eduka-si Keuangan yang diwakili oleh Horas Tarihoran selaku Direktur Literasi dan Edukasi Keuangan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Menurut Horas, output yang diharapkan dalam pencapaian target keuangan inklusif juga disertai meningkatnya awareness dan pengetahuan masyarakat akan produk dan layanan jasa keuangan. Pokja Edukasi Keuangan telah menyiapkan dua program prioritas pada semester dua, guna untuk mewujudkan hal ini. “Pertama adalah kita mengajukan usulan Hari Indonesia Menabung pada bulan Oktober” ujar Horas. Program prioritas kedua adalah Kampanye Peningkatan Kesadaran Masyarakat terhadap Keuangan Inklusif. Pokja Edukasi Keuangan akan melakukan koordinasi program-program pada tiap Kementerian/Lembaga dan Pelaku Industri Jasa Keua-ngan (PUJK) agar dapat secara serentak mensukseskan gerakan menabung nasional ini.

Pada semester satu, capaian sertifikasi program Pendaf-taran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) dari Kementerian ATR/BPN selaku Ketua Pokja Hak Properti Masyarakat mencapai 1,6 juta sertifikat. Bahkan untuk penyederha-naan prosedur pengurusan sertifikat, telah diterbitkan Peraturan Menteri ATR/BPN No. 6 Tahun 2018 tentang PTSL. Peningkatan jumlah profesi juru ukur juga terus ditingkatkan salah satunya melalui kerjasama dengan perguruan tinggi, SMK, STPN, dan Pemda. Sampai saat

ini tercatat jumlah petugas ukur ASN sebanyak 1.988 orang, dan surveyor kadaster berlisensi sebanyak 7.271 orang. Sedangkan program peningkatan sertifikasi Hak Kekayaan Intelektual (HKI) kepada masyarakat tetap di-galakkan untuk mendukung keuangan inklusif. Tujuan akhir dari Pokja ini adalah meningkatkan akses kredit masyarakat kepada lembaga keuangan formal melalui kepemilikan aset.

Adiana Ratih Yuniati selaku Kepala Bagian Program dan Hukum, Kementerian ATR/BPN melaporkan bahwa ke-giatan pemberdayaan masyarakat penerima sertifikat tanah telah membuka akses ke lembaga keuangan khu-susnya kredit melalui Hak Tanggungan. “Laporan dari 12 provinsi yang telah melaksanakan kegiatan pemberdayaan masyarakat yaitu 1.297 orang telah memperoleh akses ke lembaga keuangan dengan nilai Hak Tanggungan sebesar Rp 118.352.965.727 (belum terlaporkan seluruhnya)”, ujar Adiana.

Berikut giliran Pokja Fasilitas Intermediasi dan Saluran Distribusi Keuangan, yang langsung disampaikan oleh Onny Widjanarko selaku Ketua Pokja dan menjabat se-bagai Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran, Bank Indonesia (BI). Capaian jumlah tabungan hingga Mei 2018 sebesar 267.147.580 rekening, sedangkan per-tumbuhan kredit per Mei 2018 sebesar 42.787.752 reke- ning. Untuk jumlah agen Laku Pandai hingga triwulan I sebanyak 779.919 agen, sedangkan agen LKD sebanyak 185.901 per April 2018.

Onny menjelaskan 4 program unggulan Pokja yang akan dilaksanakan pada semester kedua (lihat tabel). Perlua-san jangkauan dan optimalisasi agen bank menjadi tar-get prioritas dalam program Pokja ini, “terkait agen Laku Pandai, ditargetkan terdapat peningkatan jumlah nasabah BSA yang mendapatkan kredit dan pembiayaan mikro” ujar Onny. Dari data yang ada nasabah BSA yang memper-oleh pembiayaan mikro mencapai 2,000 nasabah, dengan jumlah outstanding 22,04 Miliyar. Sedangkan terkait de-ngan LKD, ditargetkan terdapat penambahan prosentase jumlah agen dan cakupan wilayah dibanding tahun se-belumnya. Ke depan, harmonisasi agen Laku Pandai dan LKD akan dilakukan guna optimalisasi agar memberi ke- nyamanan bagi masyarakat dalam menggunakan layanan keuangan.

RAPAT PLENODEWAN NASIONAL KEUANGAN INKLUSIF JELANG SEMESTER II

BULETIN SNKIAgustus 2018 | Edisi VII

Phot

o: S

ekre

tari

at D

NKI

1

Page 2: RAPAT PLENO DEWAN NASIONAL KEUANGAN INKLUSIF JELANG SEMESTER IIsnki.ekon.go.id/wp-content/uploads/2018/09/Buletin-SNKI-edisi-VII... · ini tercatat jumlah petugas ukur ASN sebanyak

Pokja Layanan Keuangan Pada Sektor Pemerintah yang diketuai oleh Pungky P. Wibowo selaku Kepala Departe-men Elektronifikasi dan Gerbang Pembayaran Nasional, BI menyampaikan 4 program utamanya. “Untuk meningkat-kan akses keuangan masyarakat, DNKI telah menjalankan beberapa program seperti elektronifikasi penyaluran ban-tuan sosial dan perluasan elektronifikasi transaksi peneri-maan dan pembayaran” ujar Pungky.

Pertama, elektronifikasi penyaluran bantuan sosial (ban-sos). Kegiatan penyaluran bansos seperti PKH (Program Keluarga Harapan), BPNT (Bantuan Pangan Non Tunai), KUSUKA (Kartu Pelaku Usaha Kelautan dan Perikanan), dan BOS non tunai (Bantuan Operasional Sekolah) su-dah berhasil dilaksanakan. Capaian pada semester satu untuk PKH telah disalurkan kepada 9,7 juta KPM (Kelu-arga Penerima Manfaat), sedangkan BPNT sebanyak 4,8 juta KPM. Kegiatan KUSUKA telah masuk dalam tahap II validasi sebanyak 11.000 data, dan BOS dalam tahap pi-lot project pada BPD di beberapa kota. Kedua, perluasan elektronifikasi transaksi (penerimaan dan pembayaran). Program ini akan diterapkan dalam beberapa sistem pembayaran, seperti pada sektor transportasi, bantuan dana desa non tunai, transaksi non tunai Pemda, revita- lisasi pasar, dan jalan tol. Ketiga, penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR). Capaian KUR hingga semester ini sebesar Rp 64,6 Triliun, dan akan dioptimalkan hingga mencapai target 2018 sebesar Rp 117 Triliun. Keempat, penyediaan asuransi sektor pertanian, peternakan, dan perikanan.

“Ukuran keberhasilan tahun 2018 bagi Pokja Perlindu- ngan Konsumen adalah minimum penyelesaian penga- duan konsumen di sektor jasa keuangan yang dilakukan oleh PUJK melalui mekanisme internal dispute resolution (IDR)” ungkap Hudiyanto, Deputi Direktur Pelayanan Konsumen, OJK. Penyelesaian pengaduan konsumen pada tahun 2018 ditargetkan mencapai 85%. Pada triwulan I tahun 2018, total penyelesaian pengaduan mencapai 1.188.869 atau 90,46% dari total aduan. Sedangkan pada triwulan II, total pengaduan yang diselesaikan mencapai 1.154.588 atau 89,19%. Guna keberhasilan program per-lindungan konsumen, Pokja ini terus menambah sertifi-kasi mediator Anggota Badan Penyelesaian Sengketa Kon-sumen. Pada bulan Juli 2018 jumlah sertifikasi mediator mencapai 20 orang.

Terkait Pokja Kebijakan dan Regulasi yang diketuai oleh Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF), Kementerian Keuangan, telah menjalankan tiga program utama sejak

awal 2018. Ketiga program tersebut antara lain: (1) in-ventarisasi kebijakan dan regulasi; (2) analisis gap, over-lapping, dan hambatan; (3) penyusunan rekomendasi kebijakan dan regulasi. Tahun ini, menurut Ayu Sukori-ni, Kepala Pusat Kebijakan Sektor Keuangan, BKF ketiga program tersebut akan difokuskan pada kegiatan bansos, ekonomi digital (fintech dan e-commerce), serta pem-biayaan UMKM.

Terakhir, Pokja Infrastruktur Teknologi Keuangan me- nyampaikan paparannya oleh Eddy Satriya selaku Asisten Deputi Telematika Utilitas, Kementerian Koordinator Pe- rekonomian. Strategi untuk meningkatkan infrastruktur yang mendukung inklusi keuangan terdiri dari: 1. Layanan Keuangan: tabungan dan uang elektronik

yang interoperable dan interconnected; 2. Perluasan jaringan listrik, telekomunikasi, dan infor-

masi;3. Perluasan pemanfaatan transaksi layanan keuangan

non tunai (tabungan dan uang elektronik) di sekolah, puskesmas, pasar tradisional, transportasi, pemberi-an gaji/upah.

Proyek Palapa Ring, salah satu program utama Pokja In-frastruktur Teknologi akan melayani 57 kabupaten/kota yang dibagi menjadi 3 Paket: Barat, Tengah, dan Timur. Pembangunan Palapa Ring Paket Barat sepanjang 2.275 km telah selesai pada bulan Maret 2018. Konstruksi Pa-lapa Ring Paket Tengah yang direncanakan sepanjang 2.995 km telah mencapai 86,57% (per Juni 2018) dan diperkirakan akan selesai pada September 2018. Pem-bangunan Palapa Ring Paket Timur sepanjang 6.878 km telah mencapai 55,69% (per Juni 2018). Sementara SLIK (Sistem Layanan Informasi Keuangan) telah diimple-mentasikan secara penuh oleh OJK. Program selanjutnya yang sedang direncanakan adalah Pemetaan Geospasial Layanan Keuangan di Indonesia.

Sebagai penutup, Iskandar meyampaikan kepada seluruh Anggota Pokja untuk melaksanakan programnya secara optimal demi percepatan capaian target inklusi keuangan 75% tahun 2019. Iskandar juga mengingatkan solidaritas tiap Anggota Pokja serta saling berkomunikasi jika ada permasalahan, termasuk dalam ranah regulasi.

“Kita yakin bisa menyampai 75%, bukan hanya sekedar angka, tapi ingin realitanya orang miskin bisa menjadi kaya, itu yang kita harapkan, pendapatannya meningkat” ujar Iskandar mengingatkan seluruh Anggota Pokja tu-juan dari SNKI. (YD)

2

Page 3: RAPAT PLENO DEWAN NASIONAL KEUANGAN INKLUSIF JELANG SEMESTER IIsnki.ekon.go.id/wp-content/uploads/2018/09/Buletin-SNKI-edisi-VII... · ini tercatat jumlah petugas ukur ASN sebanyak

IMPLEMENTASI GERBANG PEMBAYARAN NASIONAL

UNTUK INDONESIA

Bank Indonesia (BI) selaku bank sentral telah resmi meluncurkan Gerbang Pembayaran Nasional (GPN) pada bulan Desember 2017. Inovasi yang dilaku-

kan oleh BI ini dalam rangka menghilangkan sekat-sekat antar lembaga perbankan, dimana untuk mengakses ke-butuhan perbankan dan transaksi hanya bisa dilakukan pada bank yang sama. Namun, saat ini pemilik kartu debit yang sudah berlogo GPN bisa bertransaksi melalui mesin ATM ataupun perangkat EDC bank yang berbeda.

Untuk mendukung implementasi GPN, terdapat 3 lemba-ga yang telah berkomitmen bersama BI. Pertama, Asosi-asi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) yang bertugas sebagai lembaga standar kartu ATM/Debet dan uang elektronik. Kedua, Artajasa, Rintis, Alto dan Jalin yang bertugas menyelenggarakan pemrosesan data transaksi pembayaran domestik secara aman dan efisien sebagai Lembaga Switching. Ketiga, PT Penyelesaian Transaksi Elektronik Nasional (PTEN) sebagai Lembaga Services yang bertugas antara lain untuk menjaga keamanan tran-saksi pembayaran dan kerahasian data nasabah, mengem-bangkan sistem untuk pencegahan fraud serta menangani perselisihan transaksi pembayaran dalam rangka per-lindungan konsumen.

BI sudah menginstruksikan kepada seluruh perban- kan untuk mencetak kartu debet maupun uang elektro- nik dengan logo GPN sejak Januari 2018. Dari total 100 Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran (PJSP), sudah 98 (termasuk bank) yang mendapat persetujuan BI un-tuk menerbitkan katu berlogo GPN. Tercatat hingga akhir Mei 2018 kartu debit berlogo GPN sudah tercetak seba- nyak 937.000, sedangkan yang sudah terdistribusi ke masyarakat sebanyak 497.000. Menurut Pungky P Wi-bowo, Kepala Departemen Elektronifikasi dan Gerbang Pembayaran Nasional, BI menargetkan 13,3 juta keping kartu berlogo GPN sudah terdistribusi pada akhir tahun. BI cukup optimis mengingat antusias masyarakat sudah cukup tinggi, di samping kampanye nasional GPN yang terus digalakkan untuk akselerasi.

Melalui implementasi GPN, sasaran utama BI adalah menciptakan sistem pembayaran yang saling interkonek-si, interoperabilitas, dan mampu melaksanakan proses transaksi secara domestik di dalam negeri. Cakupannya termasuk otorisasi, kliring, dan settlement. Peluncuran GPN menjadi momentum penting dalam blue print sistem pembayaran di Indonesia. Terobosan ini menghilangkan fragmentasi sistem melalui sistem yang interkoneksi dan

interperabilitas antara penyelenggara jasa sistem pemba-yaran.

Dampak positifnya, dapat mewujudkan efisiensi biaya da-lam proses transaksi. Penerapan GPN dapat menghemat biaya per transaksi melalui mesin EDC hingga Rp 1,8 Tri-liun per tahun. GPN juga secara efisien memangkas nilai transaksi pembayaran domestik yang selama ini dilaku-kan di luar negeri. Adapun transaksi via asing berkurang Rp 17,7 miliar per hari.

GPN sangat menguntungkan bagi masyarakat selaku kon-sumen. Biaya transfer dan cek saldo lebih murah dengan kartu debit berlogo GPN. Masyarakat juga dapat menik-mati biaya administrasi yang lebih murah karena seluruh pemrosesan dilakukan secara domestik dan bank tidak dikenakan biaya lisensi logo. Nasabah dan pedagang ritel (merchant) bisa mendapat keuntungan dari penghematan pengenaan merchant discount rate (MDR) untuk transak-si di mesin EDC bank yang berbeda menjadi 1 persen dari sebelumnya 2 hingga 3 persen. Bahkan untuk penerima bantuan sosial non tunai pemerintah, tidak dikenakan bi-aya sama sekali saat melakukan pencairan.

Sistem GPN juga menjamin keamanan nasabah lebih ter-jaga karena seluruh proses dilakukan di dalam negeri melalui jaringan domestik (ATM Bersama, Prima, Alto, dan Link). Unsur perlindungan konsumen dikedepan- kan melalui pengamanan data di tiap transaksi. GPN juga menyakinkan ketersediaan dan integritas data transaksi sistem pembayaran nasional untuk mendukung efektivi-tas transmisi kebijakan moneter, efisiensi intermediasi, dan resiliensi sistem keuangan.

Sedangkan dari sisi lembaga perbankan, tidak perlu lagi berkompetisi dalam menyediakan infrastruktur kanal pembayaran, sehingga dapat lebih leluasa dan fokus da-lam meningkatkan kualitas layanan kepada nasabahnya. Tercatat selama Oktober 2017 hingga Juni 2018, tercatat ada 24 juta transaksi menggunakan kartu debit berlogo GPN dengan nilai Rp 11,58 Triliun.

Kehadiran GPN dapat memperluas akseptasi nasabah melalui kemudahan akses terhadap seluruh kanal pem-bayaran, hal ini mendukung terwujudnya keuangan inklu-sif di masyarakat. Dengan GPN, harapannya dapat men-dorong masyarakat yang sebelumnya unbanked menjadi bankable karena kemudahan transaksi dan biaya yang lebih murah. (YD)

3

Page 4: RAPAT PLENO DEWAN NASIONAL KEUANGAN INKLUSIF JELANG SEMESTER IIsnki.ekon.go.id/wp-content/uploads/2018/09/Buletin-SNKI-edisi-VII... · ini tercatat jumlah petugas ukur ASN sebanyak

Arah kebijakan Pemerintah pada tahun 2018 ter-kait peningkatkan layanan pekerja migran untuk bekerja di luar negeri antara lain adalah menyele-

saikan penyusunan grand design atau peta jalan penem- patan dan perlindungan pekerja migran. Pemerintah juga memiliki target untuk menyelesaikan revisi UU No. 39/2004 tentang penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri yang menekankan pada aspek perlindungan dan penyusun aturan turunannya. Hal ini berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 79 Tahun 2017 tentang Ren-cana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2018.

Selain itu kebijakan tersebut mengarah pada upaya menyempurnakan sistem informasi pekerja migran dengan menyelesiakan integrasi sistem informasi yang mencatat dinamika pekerja migran yang dimiliki oleh BNP2TKI, Direktorat Jenderal Imigrasi, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Ketenagakerjaan, Dinas Tenaga Ker-ja dan Pemerintah Desa. Nomor Identitas Kependudukan (NIK) menjadi dasar integrasi sistem informasi pekerja migran ini.

Pemerintah juga berkomitmen untuk meningkatkan pe-manfaatan teknologi dalam peningkatan pelayanan bagi pekerja migran untuk meminimalisasi biaya transaksi, se-hingga pelayanan menjadi mudah, murah, dan responsif. Cakupan layanan informasi pasar kerja di daerah dengan pasar kerja luar negeri juga akan terus ditingkatkan.

Para pekerja migran perlu diberikan kesempatan untuk bisa berkontribusi di negara tujuan, negara asal, dan ter-penting bagi diri mereka sendiri beserta keluarganya. Mengingat salah satu target dari Strategi Nasional Keua-ngan Inklusif (SNKI) adalah kelompok pekerja migran, maka diperlukan kebijakan khusus guna hal tersebut. Kebijakan inklusif untuk target pekerja migran, diantara- nya dengan memberikan akses keuangan bagi dirinya dan keluarga yang ada di Indonesia.

Berkenaan dengan hal tersebut, Undang-Undang Repu-blik Indonesia Nomor 18 Tahun 2017 tentang Perlindu- ngan Pekerja Migran Indonesia tepatnya pada Paragraf 3 Perlindungan Ekonomi khususnya Pasal 35 disebutkan bahwa “Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya wajib melakukan perlindungan ekonomi bagi Calon Pekerja Migran Indonesia dan/atau Pekerja Migran Indonesia melalui: a) Pengelolaan remi-tansi dengan melibatkan lembaga perbankan atau lem-baga keuangan nonbank dalam negeri dan negara tujuan penempatan; b) Edukasi keuangan agar Pekerja Migran Indonesia dan keluarganya dapat mengelola hasil remi-tansinya; dan c) Edukasi kewirausahaan.”

Terkait dengan remitansi pekerja migran, Kementerian Ketenagakerjaan melansir nilai remitansi atau transfer

dana dari pekerja migran sepanjang tahun 2017 yang menyumbang devisa sebesar US$ 8,79 miliar atau sekitar Rp 119 triliun. Laporan Bank Dunia juga mendukung per-nyataan tersebut melalui laporan berjudul Migration and Remittances Factbook.

Terkait dengan keterlibatan lembaga keuangan/perban- kan serta edukasi keuangan para pekerja migran yang telah dibukakan buku tabungan berdasar data dan in-formasi dari pihak BNP2TKI ialah sebesar 35.607 orang yang terdiri atas negara tujuan Taiwan, Hong Kong dan Si- ngapura. Selain itu, Kemenko Bidang Perekonomian juga melansir realisasi penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) Penempatan TKI dan diperoleh data sbb:

Kedepan diharapkan agar pihak perbankan semakin mem-beri kemudahan bagi para pekerja migran untuk memper-oleh model kerja terutama KUR. Hal ini dikarenakan modal KUR diperlukan guna mengurus sejumlah dokumen perjala-nan dan persyaratan kerja yang dibutuhkan. Kebijakan inklu-sif terhadap pekerja migran bertujuan untuk memudahkan para pekerja migran untuk memperoleh akses diantaranya terhadap kredit. Upaya untuk memudahkan para pekerja mi-gran memperoleh akses KUR akan berpotensi menumbuh-kan daya saing dan meningkatkan laju ekonomi. Tentu saja hal ini sangat penting di era persaingan pasar bebas seperti saat ini. (YS)

KEBIJAKAN INKLUSIF TERHADAP PEKERJA MIGRAN

Sumber: Realisasi Penyaluran KUR Tahun 2018 Posisi 31 Juli 2018 (Rilis 14 Agustus 2018), Komite KUR Kemenko Bidang Perekonomian, diolah

Phot

o: S

ekre

tari

at D

NKI

4

Page 5: RAPAT PLENO DEWAN NASIONAL KEUANGAN INKLUSIF JELANG SEMESTER IIsnki.ekon.go.id/wp-content/uploads/2018/09/Buletin-SNKI-edisi-VII... · ini tercatat jumlah petugas ukur ASN sebanyak

POTENSI PENGEMBANGAN UKM:

REFLEKSI HARI NASIONAL UMKM

operasi sejak tahun 2017. Tujuannya tidak lain agar para pelaku UKM maupun wirausaha pemula memiliki laporan keuangan secara baik dan tertib administrasi. Kegagalan yang sering terjadi, pelaku usaha tidak bisa menghitung cash flow yang tepat. Dengan adanya Lamikro hal ini dapat diatasi.

Tata kelola administrasi dan laporan keuangan yang rapi menjadi salah satu syarat bagi Koperasi dan UKM untuk memperoleh kepercayaan menerima pembiayaan.

Selain mendorong pelaku usaha menggunakan aplika-si Lamikro, Kemenkop UKM juga tengah berupaya agar pelaku usaha mikro taat administrasi. Salah satunya de-ngan mendorong pembuatan nomor pokok wajib pajak (NPWP) dan pembuatan izin usaha mikro kecil (IUMK).

Terkait dengan era digital online, Kemenkop UKM juga mendukung kegiatan usaha UKM melalui e-commerce. Dengan adanya toko belanja online, UKM mendapat kemudahan dalam memasarkan produk-produknya. Menurut Willem, adanya e-commerce menjadi pendorong bagi masyarakat untuk memulai usahanya. Ruang ling-kup pasarnya menjadi semakin luas, yang semula hanya di area sekitar, melalui e-commerce dapat menjangkau pe-langgan dari berbagai wilayah.

Harapan ke depan, akses keuangan bagi Koperasi dan UKM semakin mudah untuk mengembangkan bisnis usa-hanya. Sehingga secara makro dapat meningkatkan taraf hidup dan mewujudkan kesejahteraan, dalam kata lain ikut berkontribusi dalam mengurangi angka kemiskinan di Indonesia.

Narasumber:

Ir. Willem H. Pasaribu, M.Ec

Masih dalam rangka memperingati Hari Nasional UMKM yang jatuh pada tanggal 12 Agustus 2018, tim Sekretariat DNKI melakukan kunjungan ke

Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM) dan disambut oleh Asisten Deputi Asuransi Penjaminan dan Pasar Modal, Willem H. Pasaribu.

“Kami rutin melakukan kegiatan terutama sosialisasi ter-kait sumber pembiayaan bagi UKM”, ujar Willem. Salah satu upaya pemerintah adalah melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR) bagi pelaku UKM. Untuk tahun ini plafon KUR bahkan ditingkatkan menjadi Rp 123 Triliun, dimana tahun sebelumnya Rp 110 Triliun.

Tujuan untuk memperluas akses Koperasi kepada sumber pembiayaan juga mulai dirintis agar dapat masuk pasar modal. Menurut Willem, Kemenkop UKM akan berkoor-dinasi dengan kementerian serta lembaga terkait guna menyelaraskan sejumlah regulasi.

Terdapat beberapa kendala bagi koperasi masuk ke pasar modal. Selain masalah regulasi, juga terkait belum fami- liernya kalangan koperasi terhadap obligasi. Juga ada pola pikir bahwa alternatif pendanaan yang ada selama ini di-pandang relatif lebih mudah diakses.

Menurut Willem hal yang harus diperhatikan dalam rang-ka kesiapan menerbitkan obligasi koperasi, antara lain perlunya penerapan good corporate governance, khusus-nya manajemen pengelolaan. Yang mencakup tata kelola koperasi yang baik yang mencerminkan transparansi, akuntabilitas, kemandirian, pertanggungjawaban, kese-taraan dan kewajaran.

Untuk mendukung hal tersebut, Kemenkop UKM juga te-lah meluncurkan sebuah aplikasi Laporan Akuntansi Usa-ha Mikro (Lamikro) bagi para pelaku UKM maupun yang baru memulai usahanya. Aplikasi ini sudah mulai ber-

Asdep Asuransi Penjaminan dan Pasar Modal, Deputi Pembiayaan, Kemenkop UKM

Phot

o: S

ekre

tari

at D

NKI

5

Page 6: RAPAT PLENO DEWAN NASIONAL KEUANGAN INKLUSIF JELANG SEMESTER IIsnki.ekon.go.id/wp-content/uploads/2018/09/Buletin-SNKI-edisi-VII... · ini tercatat jumlah petugas ukur ASN sebanyak

KARTU KUSUKA MENDORONG KEUANGAN INKLUSIF BAGI NELAYAN

Karawang, 8 Agustus 2018. Bersamaan dengan acara so-sialisasi asuransi perikanan bagi pembudi daya ikan kecil, yang bertempat di Balai Layanan Usaha Produksi Peri-kanan Budidaya (BLUPPB) Karawang, Kementerian Ke-lautan dan Perikanan (KKP) juga membagikan lebih dari 300 kartu KUSUKA (Kartu Pelaku Usaha Kelautan dan Perikanan) kepada nelayan setempat.

Kartu KUSUKA berfungsi sebagai: (1) Identitas profesi Pelaku Usaha di bidang Kelautan dan Perikanan; (2) ba-sis data untuk memudahkan perlindungan dan pember-dayaan, pelayanan, dan pembinaan kepada Pelaku Usaha di bidang Kelautan dan Perikanan; dan (3) sarana untuk pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program Kemen- terian.

Umi Windriani, Direktur Produksi dan Usaha Budidaya – KKP, menyampaikan bahwa “Secara prinsip Kartu KU-SUKA ini juga berfungsi layaknya kartu debet, hanya saja tidak dikenakan biaya administrasi dan limit saldo yang lebih kecil yakni Rp 20.000,-. Pembudidaya ikan harus mu-lai diedukasi untuk mulai terbiasa menggunakan transaksi non tunai, agar lebih efisien dan minim resiko.”

Sementara salah seorang penerima kartu KUSUKA me- nyampaikan “Kami merasa senang, apalagi setelah memi-liki kartu ini akan dapat prioritas pertama dalam menda- patkan dukungan pemerintah, selain tentunya nanti akan lebih mudah mengakses bantuan modal seperti KUR dari bank BNI”.

Kegiatan KUSUKA merupakan bagian dari Satu Data KKP sehingga menggunakan aplikasi satudata.kkp.go.id yang didalamnya ada modul pendaftaran KUSUKA perorangan dan koorporasi. Saat ini sudah 5.700-an Penyuluh Peri-kanan yang tersebar di seluruh Indonesia dengan dibantu 514 Dinas KP Kab/Kota dan 139 UPT KKP untuk mema-sukkan usulan pendataan ke dalam modul KUSUKA.

Setelah Pelaku Usaha didaftarkan KUSUKA akan melewa-ti proses validasi data oleh Biro Perencanaan Sekjen KKP pada blok Umum (sesuai dengan lampiran KTP) dan blok khusus (sesuai dengan kelogisan data sarana prasara-na yang digunakan). Setelah data melewati validasi dan dinyatakan valid, maka Pusdatin KKP akan mengajukan pencetakan kartu ke Bank yang telah melakukan perjanji-an kerjasama agar Pelaku Usaha Kelautan dan Perikanan dapat mengakses layanan keuangan perbankan, dalam hal ini BNI.

Berdasarkan data resmi dari KKP, sampai dengan akhir Juli 2018, data yang masuk kedalam aplikasi satu data sebanyak 292.074 yang terdiri dari: 127.804 Nelayan, 10.344 Pemasar Ikan, 30 PPJK, 132.390 Pembudidaya Ikan, 16.010 Pengolah Ikan dan 5.450 Petambak Garam.

Jumlah kepemilikan kartu KUSUKA ini secara langsung te-lah berkontribusi signifikan pada pencapaian target keua-ngan inklusif yang dimandatkan dalam Perpres Nomor 82 Tahun 2016 tentang SNKI. Namun demikian, lebih jauh dari itu, selain akses pada sektor keuangan formal langkah selanjutnya yang perlu dipersiapkan adalah bagaimana bagaimana pemanfaatan akses tersebut dapat mendorong peningkatan kesejahteraan para nelayan yang menerima- nya. (RL)

Photo: Sekretariat DNKI

Photo: Sekretariat DNKI

Photo: Sekretariat DNKI

6

Page 7: RAPAT PLENO DEWAN NASIONAL KEUANGAN INKLUSIF JELANG SEMESTER IIsnki.ekon.go.id/wp-content/uploads/2018/09/Buletin-SNKI-edisi-VII... · ini tercatat jumlah petugas ukur ASN sebanyak

SIARAN PERS

SOSIALISASI STRATEGI NASIONAL KEUANGAN INKLUSIF (SNKI)

Indeks inklusi keuangan atau persentase jumlah pen-duduk dewasa yang memiliki rekening simpanan di lembaga keuangan formal, Indonesia selama kurun

waktu tahun 2014-2017 menunjukan peningkatan paling tinggi di antara negara-negara di kawasan Asia Timur dan Pasifik. Berdasarkan survey Global Findex tahun 2017, indeks inklusi keuangan di Indonesia mencapai 48,9% (setara 95.414.559 penduduk) atau meningkat sebesar 12,8% dibandingkan tahun 2014 sebesar 36,1%. Hal ini disampaikan oleh Deputi Bidang Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomi-an Iskandar Simorangkir pada Acara Sosialisasi Strategi Nasional Keuangan Inklusif yang digelar di Hotel Farfield Belitung hari Senin 20 Agustus 2018.

Upaya meningkatkan indeks inklusi keuangan telah dilakukan pemerintah dengan menerbitkan Peratur-an Presiden No 82 Tahun 2016 tentang Strategi Nasi-onal Keuangan Inklusif (SNKI) yang memuat visi, misi, sasaran, dan kebijakan keuangan inklusif dalam rang-ka mendorong pertumbuhan ekonomi, percepatan pe- nanggulangan kemiskinan, pengurangan kesenjangan an-tarindividu dan antardaerah dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Dalam pelaksanaan SNKI tersebut pemerintah membentuk Dewan Nasional Keuangan Inklusif yang dipimpin langsung oleh Presiden sebagai Ketua Dewan, Menteri Koordinator Bidang Pere-konomian sebagai Ketua Harian, Gubernur Bank Indone-sia dan Ketua Otoritas Jasa Keuangan sebagai Wakil Ke-tua Harian serta beranggotakan sejumlah Menteri terkait. Berdasarkan Perpres tersebut, target indeks keuangan inklusif ditetapkan sebesar 75% pada tahun 2019 yang didukung oleh 5 pilar utama dan 3 fondasi yang dilak-sanakan melalui pembentukan 7 Kelompok Kerja dan Sekretariat.

Untuk mencapai target 75% pada tahun 2019, maka diperlukan tambahan sebesar 52.664.391 penduduk dewasa yang memiliki rekening simpanan di lembaga keuangan formal. Saat ini pemerintah telah melakukan beberapa program diantaranya: elektronifikasi transaksi pemerintah, penyaluran Program Keluarga Harapan dan Bantuan Pangan secara non tunai, dan meningkatkan tar-

get penyaluran Kredit Usaha Rakyat sebesar 123 triliun di tahun 2018 serta program asuransi pertanian, peter-nakan dan perikanan. Realisasi penyaluran KUR per 31 Juli 2018 mencapai 76 triliun atau 65% dari target 2018 yang disalurkan kepada 2,8 juta debitur. Provinsi Bangka Belitung telah menyalurkan KUR sebesar 488 milyar ke-pada 12,6 ribu debitur selama tahun 2018.

Selain itu pemerintah juga akan melakukan langkah-lang-kah percepatan pencapaian target indeks keuangan inklu-sif tersebut melalui:1. Menciptakan inovasi dalam layanan keuangan yang

menjangkau seluruh masyarakat melalui peman-faatan data biometrik KTP elektronik dan e-KYC un-tuk pembukaan rekining tabungan

2. Memperluas layanan keuangan melalui sinergi de-ngan perusahaan telekomunikasi dan lembaga selain bank.

3. Mendorong penguatan peran koperasi (Koperasi Sim-pan Pinjam dan Credit Union) khususnya di pedesaan untuk memperluas jangkauan layanannya.

4. Meningkatkan infrastruktur yang mendukung inklusi keuangan melalui perluasan jaringan telekomunikasi, informasi dan elektrifikasi

5. Meningkatkan kesadaran dan literasi keuangan melalui kampanye nasional tentang kesadaran mem-buka rekening simpanan di lembaga keuangan formal atau uang elektronik.

6. Mempercepat sertifikasi hak properti masyarakat salah satunya dengan percepatan sertifikasi tanah melalui Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL).

Hadir dalam acara ini antara lain dari Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, Pemerintah Daerah, Lembaga Jasa Keuangan dan Perusahaan Pos dan Telekomunikasi serta dari Akademisi.

Photo: Iskandar Simorangkir, Sekretariat DNKI

Photo: Sekretariat DNKI

7

Page 8: RAPAT PLENO DEWAN NASIONAL KEUANGAN INKLUSIF JELANG SEMESTER IIsnki.ekon.go.id/wp-content/uploads/2018/09/Buletin-SNKI-edisi-VII... · ini tercatat jumlah petugas ukur ASN sebanyak

Kemiskinan masih menjadi isu yang cukup menarik di negeri ini. Terlebih saat seisi bangsa sedang ha-ngat menyambut pesta demokrasi nasional yang di-

adakan setiap 5 tahun sekali, isu kemiskinan dapat men-jadi peluru kampanye baik bagi petahana maupun bagi penantang. Namun tentu saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk membahas perpolitikan nasional yang suhu- nya sehangat secangkir kopi pagi pembaca. Maka cu-kuplah pembahasan isu kemiskinan ini sebagai salah satu tantangan yang harus diselesaikan bersama.

Berdasarkan data kemiskinan yang dirilis oleh Badan Pu-sat Statistik pada Maret 2018, jumlah penduduk miskin di Indonesia masih cukup banyak yaitu 25,95 juta orang miskin (9,82%), berkurang sebesar 633,2 ribu orang dibandingkan dengan kondisi pada September 2017 yaitu sebanyak 26,58 juta orang miskin (10,12%). Penurunan angka kemiskinan di Indonesia ini juga diikuti dengan penurunan gini ratio sebesar 0,002 poin dari posisi Sep-tember 2017 sebesar 0,391 menjadi 0,389 pada Maret 2018.

Jika dilihat dari sebarannya, persentase penduduk miskin di Indonesia masih cukup banyak berada di wilayah per-desaan dengan persentase sebesar 13,2% dibandingkan dengan wilayah perkotaan dengan persentase 7,02%. Terlebih jika dilihat sebarannya per pulau, tentu pemb-aca telah bisa menebak pulau mana dengan tingkat ke-miskinan tertinggi. Ya, angka kemiskinan di Papua, Bali Nusa Tenggara, dan Sulawesi masih cukup tinggi diantara wilayah lainnya.

Strategi Nasional Keuangan Inklusif (SNKI) yang me- rupakan dokumen yang memuat visi, misi, sasaran, dan kebijakan keuangan inklusif dan telah ditetapkan dalam Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2016, memiliki tujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, per-cepatan penanggulangan kemiskinan, pengurangan ke-senjangan antarindividu dan antardaerah dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Lan-tas bagaimana SNKI dapat mewujudkan tujuan terse-but? Tentu hal terpenting adalah dengan menjamin akses layanan keuangan formal dapat dinikmati oleh seluruh penduduk dewasa Indonesia.

Pintu masuk pertama yang dapat diketuk oleh masyarakat saat akan menikmati akses layanan keuangan formal ada-lah produk tabungan yang disediakan oleh bank maupun lembaga keuangan bukan bank. Menabung akan menga-jarkan masyarakat untuk mengelola keuangan dengan baik serta sekaligus dapat membangun catatan keua-ngan pribadi yang lebih terorganisir. Dengan demikian, masyarakat dapat melanjutkan ke level berikutnya yaitu berinvestasi baik untuk kesehatan, pendidikan, maupun untuk kesempatan berusaha.

Bagi masyarakat yang ingin berusaha, dengan memi-liki histori catatan keuangan yang baik akan memu-dahkan mereka untuk dapat mengakses kredit/pem-biayaan, baik kredit program yang telah disediakan oleh pemerintah dengan suku bunga yang relatif rendah seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR) maupun kre- dit usaha lainnya. Seluruh aktivitas keuangan baik mena- bung, investasi, dan juga kredit/pembiayaan ini diha- rapkan dapat mendorong peningkatan pendapatan ma-syarakat serta peningkatan kesejahteraan masyarakat. Keuangan inklusif juga dapat meningkatkan pertumbu-han ekonomi melalui perluasan pasar keuangan, terjaga- nya stabilitas keuangan, menghindari ketergantungan atas modal asing, serta terhindar dari efek berantai lain-nya.

Inklusi Keuangan menunjukan peningkatan secara global. Di Indonesia, sebesar 48,9% (92 juta) penduduk dewasa telah memiliki rekening. Namun satu perempat dari total rekening di negara – negara berkembang tidak aktif. Di Indonesia, 30% dari total rekening tergolong tidak aktif, dua kali lipat lebih besar dibanding dengan tahun 2014. Di Indonesia, lebih banyak masyarakat miskin cenderung tidak memiliki rekening dibandingkan masyarakat yang berpendapatan tinggi dengan poin persentase sebesar 20%, dan 15% lebih besar kecenderungan masyarakat miskin yang memiliki rekening yang tidak aktif.

Dalam rangka pengentasan kemiskinan serta pemerataan ekonomi, maka pemerintah mendorong terciptanya para wirausahawan. Salah satu bentuk dukungan peme- rin-tah terhadap usaha mikro, kecil, dan menengah tersebut adalah melalui program KUR. Program KUR yang merupa-

Pentingnya Keuangan Inklusif dalam Pengentasan

Kemiskinan dan Pemerataan Ekonomi melalui Kredit Usaha

Rakyat (KUR)

Oleh : A. Heri SusantoAsdep Pasar Modal dan Lembaga Keuangan

8

Page 9: RAPAT PLENO DEWAN NASIONAL KEUANGAN INKLUSIF JELANG SEMESTER IIsnki.ekon.go.id/wp-content/uploads/2018/09/Buletin-SNKI-edisi-VII... · ini tercatat jumlah petugas ukur ASN sebanyak

kan kredit/pembiayaan modal kerja dan/atau investasi, diberikan kepada debitur individu/perseorangan, badan usaha, dan/atau kelompok usaha yang produktif dan lay-ak namun belum memiliki agunan tambahan atau agunan tambahan belum cukup.

Program KUR yang telah disalurkan pemerintah sejak ta-hun 2007 sampai dengan saat ini, telah melalui beberapa evolusi kebijakan, khususnya skema penyalurannya. KUR yang disalurkan pada tahun 2007 – 2014 menggunakan skema Imbal Jasa Penjaminan (IJP), sedangkan KUR ge- nerasi kedua yang disalurkan sejak Agustus 2015 sampai dengan saat ini, disalurkan dengan skema subsidi bunga. Total realisasi penyaluran KUR dari Agustus 2015 sampai dengan 31 Juli 2018 sebesar Rp 289 T dengan outstan- ding Rp 124 T, dan NPL 1,09%. Sedangkan penyaluran KUR tahun 2018, sampai dengan 31 Juli 2018 sudah men-capai Rp 76 T dgn NPL 0,04% (65% dari target tahun 2018 sebesar Rp 117,08 T). Penyaluran KUR masih di- dominasi untuk skema KUR Mikro (64,7%) diikuti de-ngan skema KUR Kecil (34,9%) dan KUR TKI (0,4%). Kinerja ini menunjukkan keberpihakan pemerintah ter-hadap pemerataan akses pembiayaan untuk usaha kecil. Penyaluran KUR masih didominasi dengan penyaluran di Pulau Jawa, dengan porsi penyaluran sebesar 56,1%,

diikuti dengan Sumatera 19,4% dan Sulawesi 9,5%. Kinerja penyaluran KUR per provinsi tersebut sesuai dengan sebaran UMKM di Indonesia. Pemerintah terus mendorong penyaluran KUR untuk sektor produksi. Pada tahun 2018, target penya- luran KUR sektor produk-si yaitu minimum sebesar

50% dari total penyaluran KUR. Sampai dengan 31 Juli 2018 tercatat porsi penyaluran KUR sektor produksi (per-tanian, perikanan, industri, konstruksi, dan jasa - jasa) se-besar 40.4%. Diperlukan dorongan yang lebih kuat agar tercapai target penyaluran KUR di sektor produksi.

Seluruh program keuangan inklusif di Indonesia, yang salah satunya adalah KUR merupakan langkah peme- rintah dalam mendorong perluasan akses layanan keua-ngan formal kepada penduduk dewasa di Indonesia. Melalui program – program tersebut, diharapkan angka kemiskinan akan semakin menurun serta pertumbuhan ekonomi akan semakin merata.

REALISASIPENYALURAN KUR

9

Photo: A. Heri Susanto, Sekretariat DNKI

Page 10: RAPAT PLENO DEWAN NASIONAL KEUANGAN INKLUSIF JELANG SEMESTER IIsnki.ekon.go.id/wp-content/uploads/2018/09/Buletin-SNKI-edisi-VII... · ini tercatat jumlah petugas ukur ASN sebanyak

10