Rangkuman Kuliah Tamu Pak Nur
description
Transcript of Rangkuman Kuliah Tamu Pak Nur
Rangkuman Kuliah Tamu Pak Ir.Muhammad Nur Kuswandana, M.EngSc.(Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Barat)
Sesi I
Konsep dasar pembangunan jalan raya di Indonesia adalah untuk menahan beban lalu lintas yang melintasi jalan tersebut. Dengan desain dan proses pembangunan yang baik, akan menghasilkan jalan yang berkondisi baik dalam waktu yang lama dengan proses pemeliharaan yang minimum. Dengan kondisi jalan yang baik tersebut, kepuasan publik terhadap jalan dan kepuasan politikus dapat tercapai. Serta memberikan kesempatan para ahli-ahli jalan untuk mengurusi hal yang lebih penting/kritis dalam permasalahan jalan raya di Indonesia.
Lingkup pekerjaan jalan terdiri dari beberapa tahapan. Dimulai dari pemahaman umum, pekerjaan drainase, pekerjaan tanah dasar, pekerjaan bahu jalan dan pelebarannya, pekerjaan lapis pondasi, pekerjaan lapis perkerasan, pekerjaan struktur, pekerjaan ringan, dan terakhir pemeliharaan rutin/berkala. Proses tersebut harus dilaksanakan secara berurutan dari pertama hingga terakhir. Namun hal yang sering terjadi di lapangan proses/tahapan tersebut tidak berurutan. Dengan tahapan pekerjaan yang dilaksanakan secara berurutan diharapkan jalan raya di Indonesia dapat berkonsep long life pavement. Konsep dasar long life pavement adalah perkerasan yang lapisan permukaannya saja yang dapat rusak dan memiliki lapis pondasi yang bersifat permanen.
Ada 2 ukuran untuk menjelaskan peforma dari perkerasan, yaitu peforma secara fungsi dan peforma secara struktur. Diagram di bawah ini menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi penampilan/peforma dari struktur perkerasan.
Kerusakan-kerusakan yang terjadi pada perkerasan lentur antara lain :1. Rutting : timbulnya jejak ban pada lapisan permukaan.2. Fatigue cracking : terjadi bila kapasitas beban yang dapat dipikul jalan tersebut
terlampaui.3. Polishing : hilangnya kehalusan pada lapisan permukaan jalan (keausan).4. Block cracking5. Raveling : agregat terkelupas6. Bleeding/flushing : aspal yang berlebih naik ke permukaan jalan.7. Deteriorated cracks : disebabkan oleh infiltrasi air ke dalam badan jalan.8. Potholes : lubang-lubang di jalan
Kerusakan-kerusakan yang terjadi pada perkerasan kaku antara lain :1. Transverse cracking : retak secara memanjang2. Polishing3. Joint seal damage4. Scaling5. Map cracking6. Longitudinal cracking7. Pumping8. Corner breaks9. Transverse joint faulting10. Blows-up : disebabkan oleh suhu11. Joint spalling
Musuh utama jalan raya adalah air,air,air. Air merupakan penyebab utama rusaknya jalan. Dibawah ini adalah skema infiltrasi air ke dalam badan jalan.
UU NO 38/2004TENTANG JALAN
UU NO 22/2009TENTANG LLAJ
PP NO 34/2006TENTANG JALAN
PP NO 38/2007TENTANG PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAH
1. PERMEN PU NO 11/PRT/M/2010
TENTANG LAIK FUNGSI JALAN
2. PERMEN PU NO 19/PRT/M/2011TENTANG SYARAT TEKNIS JALAN DAN
KRITERIA PERENCANAAN TEKNIS JALAN
STANDAR PELAYANAN MINIMUM (SPM)
Sesi II
Permasalahan yang terjadi pada saat ini, regulasi tentang jalan yang ada di pemerintah pusat susah ditransferkan ke pemerintahan daerah. Hal ini disebabkan kepala daerah yang dipilih oleh rakyat sehingga kepala-kepala dinas yang ada di daerah dipilih pula oleh kepala daerah yang bersangkutan. Padahal pemerintah pusat memiliki Standar Pelayanan Minimum (SPM) yang diatur didalam peraturan menteri.(skema lihat di bawah)
Melalui Standar Pelayanan Minimum ini kepuasan publik dan kepuasan politisi dapat tercapai. Selain itu kita sebagai engineer bekerja sesuai koridor-koridor yang telah ditetapkan dalam SPM tersebut, sehingga kita bekerja dengan terlindungi oleh regulasi yang ada. Namun undang-undang,PP,dan Permen tersebut terkadang tidak sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan. Sehingga dibutuhkan kebijakan dari kepala daerah yang bersangkutan. Kebijakan-kebijakan kepala daerah tersebut terkadang malah membuat jalan yang telah dibangun menjadi tidak laik fungsi. Kebanyakan kebijakan tersebut dipengaruhi oleh kepentingan-kepentingan beberapa pihak. Oleh karena itu diperlukan pemahaman yang tinggi terhadap Standar Pelayanan Minimum ini oleh setiap kepala daerah yang ada di Indonesia.