Rangkuman Kata Gramatikal dan Tata Bahasa Riki Akbar Rosidin Tugas B.indo
-
Upload
faisal-muhamad-rizal -
Category
Documents
-
view
21 -
download
0
description
Transcript of Rangkuman Kata Gramatikal dan Tata Bahasa Riki Akbar Rosidin Tugas B.indo
Nama : Riki Akbar Rosidin
Kelas : E
NMP : 200110150187
Tugas Rangkuman Materi Tata Kalimat Dan Kalimat Gramatis
BAB IX TATA KALIMAT
1. Pola Dasar Kalimat Bahasa Indonesia
Kalimat yang kita gunakan sebagai alat komunikasi dalam kehidupan kita
ini sesungguhnya dapat dikembalikan kedalam sejumlah kalimat dasar yang
sangat terbatas. Dengan kata lain, semua semua kalimat yang digunakan berasal
dari beberapa pola kalimat dasar saja. Ada enam pola kalimat dasar bahasa
Indonesia.
A. Kalimat Berpola SP
1. Kalimat Dasar Berpola SP (P: Kata Kerja)
Dalam kalimat dasar SP (kata kerja) bentuk kalimatnya adalah subjek
ditambahkan kata kerja.
Contoh: Semua peserta + datang.2. Kalimat Dasar Berpola SP (P: Kata Benda)
Dalam kalimat dasar SP (kata benda) bentuk kalimatnya adalah subjek
ditambahkan kata benda.
Contoh: Tanti + Wartawan majalah Gadis.3. Kalimat Dasar Berpola SP (P: Kata Sifat)
Dalam kalimat dasar SP (kata sifat) bentuk kalimatnya adalah subjek
ditambahkan kata sifat.
Contoh: Gunung itu + tinggi.4. Kalimat Dasar Berpola SP (P: Kata Bilangan)
Dalam kalimat dasar SP (kata bilangan) bentuk kalimatnya adalah subjek
ditambahkan kata bilangan/kata yang memiliki nilai.
Contoh: Penduduk Indonesia + 200 juta orang.
B. Kalimat Berpola SPK
Contoh: Presiden terpilih itu + berasal + dari Arkansas. (S) (P) (K)
C. Kalimat Berpola SPPel
Contoh: Pengangkatan pejabat itu + berdasarkan + hasil musyawarah. (S) (P) (Pel)
D. Kalimat Dasar Berpola SPO
Contoh: Anak itu + menendang + bola. (S) (P) (O)
E. Kalimat Dasar Berpola SPOPel
Contoh: Andi + memberi + istrinya + gelang mas. (S) (P) (O) (Pel)
F. Kalimat Dasar Berpola SPOK
Contoh: Toni + memasukkan + tangannya + kedalam saku. (S) (P) (O) (K)
2. Kalimat Majemuk
Kalimat dapat dibedakan menjadi dua macam, yakni (1) kalimat tunggal
(kalimat yang terdiri atas satu kalimat dasar) dan (2) kalimat majemuk (kalimat
yang terdiri atas sekurang-kurangnya dua kalimat dasar). Berdasarkan hubungan
antarkalimat dasarnya, kalimat majemuk dibedakan menjadi kalimat majemuk
setara dan kalimat majemuk setingkat.
A. Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara adalah kalimat yang didalamnya terdapat sekurang-
kurangnya duka kalimat dasar masing-masing dapat berdiri sendiri sebgai kalimat
tunggal. Berdasarkan konjugasi, kalimat majemuk setara dapat dikelompokan
menjadi 4 macam, yaitu sebagai berikut.
1. Kalimat mejemuk penjumlahan. Kalimat ini ditandai dengan konjugasi dan, serta, atau lagipula.Contoh: Anak itu meniup seruling dan teman-temannya bernyanyi bersama.2. Kalimat mejemuk pemilihan.
Kalimat ini ditandai dengan konjugasi atau dan apa (kah). Contoh: Anda boleh mengikuti ujian lisan, atau menbuat karangan ilmiah tentang bahasa Indonesia.3. Kalimat mejemuk urutan.
Kalimat ini ditandai dengan konjugasi lalu, lantas, terus, dan kemudian.
Contoh: Para mahasiswa melihat-lihat majalah, lalu mereka membeli beberapa eksemplar.4. Kalimat mejemuk perlawanan.
Kalimat ini ditandai dengan konjugasi tetapi, melainkan, dan sedangkan.Contoh: Dia senang tinggal di kota, sedangkan saya ingin hidup di desa.
b. Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat sekurang-kurangnya terdiri atas dua kalimat
dasar sebagai unsure langsungnya. Satu dari kalimat dasar itu merupakan induk
kalimat dan satu lagi merupakan anak kalimat.
Ciri induk kalimat adalah dapat berdiri sebagai kalimat tunggal yang mandiri,
mempunyai unsur kalimat yang lebih lengkap jika dibandingkan dengan anak
kalimat, dan tidak didahului konjugasi. Ciri dari anak kalimat adalah tidak dapat
berdiri sendiri sebagai kalimat tunggal yang mandiri, pada umumnya tidak
memiliki unsure kalimat lengkap, didahului oleh konjugasi, dapat menempati
posisi awal dan akhir atau menyisip dalam induk kalimat. Berikut jenis-jenis anak
kalimat:
1. Anak kalimat keterangan waktu. Anak kalimat ditandai konjugasi seperti, ketika, waktu sebelum, setelah, atau sesudah.Contoh: Saksi itu meneteskan air mata / / ketika memberikan keterangan.
2. Anak kalimat keterangan akibat. Anak kalimat ditandai konjugasi sebab, karena, lantaran.Contoh: Kami rajin menabung / / karena ingin membeli rumah.
3. Anak kalimat keterangan syarat.Anak kalimat ditandai konjugasi jika, kalau, bila, andaikata.
Contoh: Buku akan memberikan ilmu pengetahuan / / jika dibaca dengan cermat.4. Anak kalimat keterangan tujuan.
Anak kalimat ditandai konjugasi supaya, agar, untuk, guna, demi.Contoh: Pemimpin harus bersikap tegas / / supaya terlihat kewibawaannya.
5. Anak kalimat keterangan cara.Anak kalimat ditandai konjugasi dengan, dalam, seraya, sambil.
Contoh: Dia memanjat ke lantai atas / / dengan menggunakan tangga darurat.6. Anak kalimat keterangan konsesif.
Anak kalimat ditandai konjugasi walaupun, meskipun, kendatipun.Contoh: Ia terus aktif menulis / / meski usianya sudah tua.
7. Anak kalimat keterangan nomia.Anak kalimat ditandai konjugasi bahwa
Contoh: Kami sudah tahu // bahwa UAS akan dilaksanakan minggu depan.c. Kalimat Mejemuk Campuran
Ada kalanya kalimat yang kita gunakan tidak dapat disebut kalimat tunggal,
tidak dapat disebut kalimat majemuk, serta tidak dapat pula disebut kalimat
majemuk bertingkat. Kalimat-kalimat yang kita gunakan merupakan campuran
dari kalimat majemuk setara dan bertingkat.
Contohnya:
Karena ingin membebaskan para penumpang, pasukan komando itu terpaksa
menyerbu pesawat dan berakhirlah drama pembajakan yang telah berlangsung
selama dua hari itu.
Pada kalimat tersebut terdapat dua konjugasi, yaitu karena, dan. Karena
merupakan kaliman majemuk bertingkat dan konjugasi dan merupakan kalimat
majemuk setara.
BAB X KALIMAT GRAMATIS
1. Pengertian Kalimat Gramatis
Kalimat gramatis atau gramatikal memiliki pengertian sesuai dengan tata bahasa
atau menurut tata bahasa atau kalimat yang baik dan benar. Kalimat gramatis
memiliki ciri – ciri yang khas yaitu Kesatuan dan kesepadanan, Koherensi,
Kecermatan, Kelogisan, Kesejajaran bentuk, Ketegasan, Keematan dan
Kevariasian.
a. Kesatuan dan Kesepadanan
Kalimat yang baik dan benar harus mempunyai keseimbangan pikiran atau
gagasan dengan struktur bahasa yang dipergunakan. Kesepadanan kalimat
diperlihatkan oleh kemampuan struktur bahasa dalam mendukung gagasan atau
konsep yang merupakan kepaduan pikiran. Berikut ini hal-hal yang menyangkut
kesatuan dan kepaduan.
1. Subjek dan Predikat
Kalimat sekurang-kurangnnya memiliki unsur subjek dan predikat. Subjek
dalam sebuah kalimat merupakan unsure inti atau pokok pembicaraan. Predikat
dalam kalimat adalah kata atau kelompok kata yang berfungsi memberitahukan
apa, mengapa, atau bagaimana subjek itu.
Contoh: Kepada para mahasiswa diharap mendaftarkan diri ke sekretariat.
2. Gagasan Pokok
Dalam menyusun kalimat, kita harus mengemukakan gagasan pokok atau ide
pokok kalimat. Biasanya gagasan pokok diletakkan pada bagian awal kalimat.
Jika hendak menggabungkan dua kalimat penulis harus menentukan bahwa
kalimat yang mengandung gagasan pokok harus menjadi induk kalimat.
Contoh: Ia ditembak mati ketika masih dalam tugas militer.
3. Penggabungan dengan Yang atau Dan
Seorang penulis sering menggabungkan dua kalimat atau kalusa menjadi satu
kalimat. Jika dua kalimat digabungkan dengan partikel dan, hasilnya kalimat
majemuk setara. Jika dua kalimat digabungkan dengan partikel yang, akan
dihasilkan kalimat majemuk bertingkat.
4. Penggabungan Menyatakan Sebab dan Waktu
Untuk mencapai keefektifan komunikasi perlu diperhatikan perbedaan antara
hubungan sebab dan buhungan waktu. Hubungan sebab dinyatakan dengan
karena, sedangkan hubungan waktu dinyatakan dengan ketika.
5. Penggabungan Kalimat yang Menyatakan Hubungan Akibat dan
Hubungan Tujuan
Dalam menggabungkan kalimat perlu dibedakan penggabungan konjugasi
sehingga untuk menyatakan hubungan akibat dan konjugasi agat atau supaya
untuk menyatakan hubungan tujuan.
b. Koherensi atau Kepaduan yang Baik dan Kompak.
Koherensi atau kepaduan yang baik dan kompak adalah hubungan timbal balik
yang baik dan jelas di antara unsur-unsur hubungan timbal balik yang baik dan
jelas di antara unsur-unsur, yakni kata atau sekelompok kata yang membentuk
kalimat itu. Hubungan antara subjek dan predikat menjelaskan tiap-tiap unsur
pokok tadi.
c. Kecermatan
Kecermatan dalam kalimat berkaitan dengan pemilihan kata dan penyusunan
kata dalam kalimat. Pemilihan kata yang tidak tepat dapat menimulkan
kehambaran atau ketidaktegasan kalimat. Penyusunan kata yang tidak sesuai
dengan kaidah-kaidah bahasa dapat mengacaukan keutuhan pesan kalimat,
merusak koherensi kalimat, bahkan dapat menimbulkan ketaksaan atau ambiguitas
dalam kalimat.
d. Kelogisan
Kelogisan berkaitan dengan penalaran atau logika. Kalimat yang baik, bukan
saja menyajikan kaidah-kaidah ketatabahasaan, tetapai juga harus mengandung
penalaran atau logika yang baik atau dapat diterima oleh akal.