Rangkuman Ilmu Negara

14
TUGAS RANGKUMAN ILMU NEGARA DISUSUN OLEH: Mirjan Rais Kelas(B) 45 12 060 056 Universitas 45 Makassar 2012

Transcript of Rangkuman Ilmu Negara

TUGASRANGKUMAN ILMU NEGARA

DISUSUN OLEH:Mirjan RaisKelas(B)45 12 060 056

Universitas 45 Makassar2012

PERTEMUAN I (24-09-2012) Istilah dan pengertian 1.Negara Istilah Negara diterjemahkan dari bahasa Belanda dan Jerman Staat, bahasa Inggris State,dan bahasa Perancis Etat. Istilah Staat mula-mula dipergunakan di Eropa barat pada abad ke-15. kata staat,state,dan etat itu sendiri dialihkan dari bahasa Latin status atau statum . secara etimologis kata status itu dalam bahasa Latin klasik adalah suatu istilah yang abstrak yang menunjukan keadaan yang tegak dan tetap, atau sesuatu yang memiliki sifat-sifat yang tetap dan tegak. Sejak Cicero (104-43 SM) kata status atau statum itu lazim diartikan sebagai standing atau station (kedudukan) dan dihubungkan dengan kedudukan persekutuan hidup manusia sebagaimana diartikan dalam istilah status civitas atau republicae.Dari kata Latin ini dialihkan ke beberapa istilah lainnya (disamping staat atau state) yaitu pertama estate dalam arti real estateatau personal estate, dan kedua estatedalam arti dewan atau perwakilan golongan social. Sejak abad ke-16kata status dipertalikan dengan kata Negara. Menurut Kranenburg, kata lo stato (dari bahasa Italia ) yang semula digunakan pada abad ke-15, juga dialihkan dari kata Latin status. Kata lo stato, pada awalnya diartikan keseluruh jabatan tetap, tetapi kemudian berkembang memiliki arti pejabat-pejabat dari jabatan itu sendiri, kemudian penguasa penguasa beserta pengikut- pengikutnya , dan lebih luas lagi dalam arti kesatuan wilayah yang dikuasai. Istilah lo stato itu sendiri pertama kali diperkenalkan oleh Machiiavelli. Istilah negara mulai dikenal pada masa Renaissance di Eropa dalam abad XV melalui Niccolo Machiavelli yang mengenalkan istilah Lo Stato dalam bukunya yang berjudul Il Principe. Semula istilah itu digunakan untuk menyebut sebagian darijabatan negara, kemudian diartikan juga sebagai aparat negara, dan orang-orang yang memegang tampuk pemerintahan beserta staf- stafnya, maupun susunan tata pemerintahan atas suatu masyarakat di wilayah tertentu. Lo Stato pada masa itu juga digunakan untuk menyebut pihak yang diperintah (dependent). 2.Ilmu NegaraOrang yang pertama kali melakukan penelitian yang komprehensif tentang Ilmu Negara adalah Georg Jellinek sebagaimana dituangkan dalam bukunya yang berjudul Allgemeine Staatslehre (Ilmu Negara Umum). Istilah Ilmu Negara sepadan dengan Die Staatslehre (Jerman), Staatsleer (Belanda), Theory of State atau The General Theory of State, Political Science atau Political Theory (Inggris), dan Theorie dEtat (Prancis). Ilmu Negara adalah ilmu yang mempelajari pengertian-pengertian pokok dan sendi pokok negara pada umumnya. Kajiannya mencakup hal- hal yang sama atau serupa dalam negara-negara yang ada atau pernah ada, misalnya tentang terjadinya negara, lenyapnya negara, tujuan dan fungsi negara, perkembangan negara, bentuk negara dan sebagainya. Ilmu Negara menekankan hal-hal yang bersifat umum dengan menganggap negara sebagai genus (bentuk umum) dan mengesampingkan sifat-sifat khusus dari negara-negara. Ilmu Negara tidak membahas bagaimana pelaksanaan hal-hal umum itu dalam suatu negara tertentu. Maka Ilmu Negara bernilai teoritis. M. Solly Lubis, SH, dalam bukunya Ilmu Negara berpendapat bahwa Ilmu Negara mempelajari negara secara umum mengenai asal-usul, wujud, lenyapnya, perkembangan dan jenis-jenisnya. Obyek ilmu negara bersifat abstrak dan umum, tak terikat ruang, tempat, waktu dan bersifat universal. Maka Ilmu Negara berfungsi: 1. menyelidiki pengertian pokok dan sendi-sendi pokok negara dan Hukum Tata Negara; dan 2. merupakan ilmu dasar bagi Hukum Tata Negara Positif (HTN hic et nunc). Dengan kata lain, seorang yang akan mempelajari Hukum Tata Negara harus terlebih dulu memahami Ilmu Negara, karena Ilmu Negara memberikan dasar-dasar teoritis Hukum Tata Negara dan Hukum Tata Negara merupakan realisasi dari teori- teori Ilmu Negara. PERTEMUAN II (01-10-2012)Tujuan Dan Fungsi Negara 1.Tujuan NegaraNegara dapat dipandang sebagai persekutuan manusia yang hidup dan bekerjasama untuk mengejar beberapa tujuan bersama. Pada umumnya tujuan akhir setiap negara adalah menciptakan kebahagiaan dan kesejahteraan bagi rakyatnya. Oleh karena itu bagi suatu negara, tujuan merupakan hal yang sangat penting sebab tujuan akan sangat menentukan bagaimana suatu negara mengatur, menyusun, dan menyelenggara- kan pemerintahannya guna mencapai tujuan yang sudah ditentukan. Sejalan dengan banyaknya corak tujuan yang hendak diwujudkan oleh suatu negara, banyak pemikir negara dan ahli hukum yang membahas dan mengemukakannya dalam suatu teori. Beberapa di antaranya adalah : a. Lord Shang Yang Mencapai kekuasaan negara dengan cara rakyat dan negara harus berbanding terbalik. Bila negara ingin kuat dan sejahtera, maka rakyat harus lemah, miskin, dan bodoh.b. Niccolo Machiavelli Mencapai kekuasaan negara dengan cara menitik-beratkan pada sifat pribadi raja, agar dapat cerdik seperti kancil dan menakut-nakuti rakyatnya seperti singa .c. Dante Alleghieri Mencapai perdamaian dunia dengan cara membentuk satu negara di bawah satu imperium dunia ( raja atau kaisar ).d. Immanuel Kant Menjamin hak dan kebebasan warga negara .e. Kranenburg Mengupayakan kesejahteraan warga negaranya (Welfare State)

Tujuan Negara Republik Indonesia terdapat di dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV, yaitu :1. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,2. Memajukan kesejahteraan umum,3. Mencerdaskan kehidupan bangsa, serta4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Beberapa teori tujuan negara: 1. Teori Fasisme Tujuan negara menurut teori fasisme adalah imperium dunia. Pemimpin bercita-cita untuk mempersatukan semua bangsa di dunia menjadi satu tenaga atau kekuatan bersama. Beberapa negara yang pernah menganut fasisme antara lain Italia ketika dipimpin oleh Benito Mussolini, Jerman ketika dipimpin Adolf Hitler, dan Jepang ketika dipimpin Tenno Heika. 2. Teori Individualisme Teori individualisme berpendapat bahwa negara tidak boleh campur tangan dalam urusan pribadi, ekonomi, dan agama bagi warga negaranya. Tujuan dibentuknya negara hanyalah berfungsi untuk menjaga keamanan dan ketertiban individu serta menjamin kebebasan seluas-luasnya dalam memperjuangkan kehidupannya. 3. Teori Sosialisme Teori sosialisme berpendapat bahwa negara mempunyai hak campur tangan dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat. Hal mi dilakukan agar tujuan negara dapat tercapai. Tujuan negara sosialis adalah memberikan kebahagiaan yang sebesar- besarnya dan merata bagi setiap anggota masyarakat. 4. Teori Integralistik Teori integralistik berpendapat bahwa tujuan negara itu merupakan gabungan dan paham individualisme dan sosialisme. Paham integralistik ingin menggabungkan kemauan rakyat dengan penguasa (negara). Paham integralistik beranggapan bahwa negara didirikan bukan hanya untuk kepentingan perorangan atau golongan tertentu saja, tetapi juga untuk kepentingan seluruh masyarakat negara yang bersangkutan. 2.Fungsi NegaraFungsi Negara perlu ditetapkan sebagai pengatur kehidupan dalam negara demi tercapainya tujuan Negara. Tokoh-tokoh yang pendapatnya tentang fungsi negara diterapkan oleh negara-negara di dunia adalah : * John Locke John Locke membedakan fungsi negara menjadi tiga yaitu :1. Fungsi Legislatif : membuat Undang-Undang.2. Fungsi Eksekutif : melaksanakan Undang-Undang , termasuk mengadili pelanggar Undang - Undang.3. Fungsi Federatif : mengurusi urusan luar negeri dan perang serta damai ( Hubungan dengan negara lain ). * Montesquieu Montesquieu membedakan fungsi negara atas tiga tugas pokok yaitu :1. Fungsi Legislatif : membuat Undang-Undang.2. Fungsi Eksekutif : melaksanakan Undang-Undang , termasuk mengadakan hubungan luar negeri, membuat perjanjian dengan negara lain,dll.3. Fungsi Yudikatif : mengawasi agar semua peraturan ditaati ( fungsi mengadiliterhadap pelanggar Undang-Undang ). PERTEMUAN III (08-10-2012)Syarat-syarat Negara 1.Menurut Ilmu PolitikNegara dapat diartikan sebagai suatu wilayah dengan yang di dalamnya terdapat rakyat dan pemerintah yang berdaulat. Rakyat atau warga negara harus taat pada peraturan perundang-undangan dari kekuasaan yang sah.Unsur-unsur pembentuk.negara terdiri atas :1. WilayahUntuk mendirikan suatu negara dengan kedaulatan penuh diperlukan wilayah yang terdiri atas darat, laut dan udara sebagai satu kesatuan. Untuk wilayah yang jauh dari laut tidak memerlukan wilayah lautan. Di wilayah negara itulah rakyat akan menjalani kehidupannya sebagai warga negara dan pemerintah akan melaksanakan fungsinya. 2. RakyatDiperlukan adanya kumpulan orang- orang yang tinggal di negara tersebut dan dipersatukan oleh suatu perasaan. Tanpa adanya orang sebagai rakyat pada suatu ngara maka pemerintahan tidak akan berjalan. Rakyat juga berfungsi sebagai sumber daya manusia untuk menjalankan aktivitas kehidupan sehari-hari. 3. Pemerintahan yang BerdaulatPemerintahan yang baik terdiri atas susunan penyelengara negara seperti lembaga yudikatif, lembaga legislatif, lembaga eksekutif, dan lain sebagainya untuk menyelenggarakan kegiatan pemerintahan yang berdaulat.

4. Pengakuan dari Negara Lain Untuk dapat disebut sebagai negara yang sah membutuhkan pengakuan negara lain baik secara de facto (nyata) maupun secara de jure. Sekelompok orang bisa saja mengakui suatu wilayah yang terdiri atas orang-orang dengan sistem pemerintahan, namun tidak akan disetujui dunia internasional jika didirikan di atas negara yang sudah ada. State-Nation (Negara bangsa)Sebuah negara bangsa adalah negara dengan bangsa yang pada prinsipnya adalah tipe masyarakat yang sama, terorganisir oleh latar belakang suku atau budaya yang sama di suatu wilayah. Di sebuah negara bangsa, biasanya setiap orang akan berbicara dengan bahasa yang sama, menganut agama atau aliran agama yang sama, dan memiliki nilai budaya nasional.Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Indonesia adalah suatu negara bangsa karena memiliki hampir semua ciri-ciri diatas. Contoh lainnya adalah Jepang, karena nasionalisme dan bahasa yang seragam. 2.Menurut Konsep Hukum InternasionalNegara sebagai hukum internasional harus memiliki syarat-syarat berikut: (1) penduduk tetap, (2) wilayah tertentu (3) Pemerintah , dan (4) kemampuan untuk melakukan hubungan dengan negara-negara lainnya. Mengenai syarat (2), Suatu wilayah tertentu bukan merupakan hal yang esensial untuk adanya negara dengan ketentuan bahwa terdapat pengakuan mengenai apa yang dikarakteristikan sebagai ketetapan (consistency) dari wilayah terkait dan penduduknya, meskipun dalam kenyataannya semua negara modern berada dalam batasbatas teritorial. Demikian pula, perubahan-perubahan yang terjadi, baik menambah atau mengurangi luasnya wilayah negara tertentu, tidak dengan sendirinya mengubah identitas negara tersebut. Wilayah tersebut juga tidak perlu merupakan kesatuan geografis; suatu negara mungkin terdiri dari beberapa wilayah tertorial, yang kurang berhubungan atau bahkan saling berjauhan satu sama lain. Dari segi Hukum Internasional, syarat (4) merupakan syarat yang paling penting. Suatu negara harus memiliki kemampuan untuk menyelenggarakan hubungan- hubungan eksternal dengan negara- negara lain. Hal inilah yang membedakan negara dalam arti yang sesungguhnya dari unit-unit yang lebih kecil seperti anggota-anggota suatu federasi, atau protektorat- protektorat, yang tidak mengurus hubungan-hubungan luar negerinya sendiri, dan tidak diakui oleh negara- negara yang lain sebagai anggota masyarakat internasional yang sepenuhnya mandiri. Negara sama sekali tidak perlu identik dengan suatu ras tertentu, meskipun identitas demikian memang ada. Konsepsi Kelsen mengenai negara menekankan bahwa negara merupakan suatu gagasan teknis semata-mata yang menyatakan fakta bahwa serangkaian kaidah hukum tertentu mengikat sekelompok individu yang hidup di dalam suatu wilayah teritorial terbatas, dengan perkataan lain, negara dan hukum merupakan suatu istilah yang sinonim. Dengan analisis yang lebih mendalam akan tampak bahwa teori ini merupakan penyingkatan dari keempat karakteristik negara, yang dikemukakan diatas, dan khususnya, adanya system hukum merupakan persyaratan dari suatu pemerintahan sebagai suatu unsur ketatanegaraan, karena seperti yang dikatakan Locke: Suatu pemerintahan tanpa hukum adalah suatu misteri dalam politik, yang sulit untuk dibayangkan seara manusiawi dan tidak konsisten dengan masyarakat manusia. Kosepsi Kelsen tidak memperoleh dukungan dari banyak penulis yang lebih modern, khususnya di Jerman, yang menyatakan bahwa Kelsen, yang menekankan keidentikan negara dengan hukum, tidak berhasil menempatkan dengan pentas aspek- aspek kekuatan politik dan akibat- akibat sosiologisnya yang timbul dari kekuatan negara dan kesinambungannya. Namun, tidak dapat disangkal bahwa suatu eksistensi suatu sistem hukum merupakan syarat paling pokok dari status kenegaraan. Dalam kaitan ini hal yang paling penting adalah apakah suatu kenegaraan (statehood) dari suatu kesatuan bergentung pada sahnya kesatuan tersebut, dan juga dimilikinya suatu sistem hukum yang sah secara yuridis.PERTEMUAN IV (22-10-2012)Konsep Negara Hukumkonsep negara hukum (Rule of Law) yang dikembangkan oleh A.V Dicey, yang lahir dalam naungan sistem hukum Anglo-Saxon . Dicey mengemukakan unsur-unsur Rule of Law sebagai berikut. Supremasi aturan-aturan hukum (supremacy of the law), yaitu tidak adanya kekuasaan sewenang-wenang (absence of arbitrary power); Kedudukan yang sama dalam menghadapi hukum (equality before the law). Dalil ini berlaku baik untuk orang biasa maupun orang pejabat. Terjaminnya hak-hak manusia oleh undang-undang (di negara lain oleh Undang-Undang Dasar)serta keputusan-keputusan pengadilan. Lebih lanjut H. Abdul Latief mengemukakan bahwa Negara hukum pada prinsipnya mengandung unsur-unsur: 1.Pemerintahan dilakukan berdasarkan undang-undang (asas legalitas) dimana kekuasaan dan wewenang yang dimiliki pemerintah hanya semata-mata ditentukan oleh Undang-Undang Dasar atau Undang-Undang; Dalam Negara itu hak-hak dasar manusia diakui dan dihormati oleh penguasa yang bersangkutan;2.Kekuasaan pemerintah dalam Negara itu tidak dipusatkan dalam satu tangan, tetapi harus diberi kepada lembaga-lembaga kenegaraan di mana yang satu melakukan pengawasan terhadap yang lain sehingga tercipta suatu keseimbangan kekuasaan antara lembaga - lembaga kenegaraan tersebut; 3.Perbuatan pemerintah yang dilakukan oleh aparatur kekuasaan pemerintah dimungkinkan untuk dapat diajukan kepada pengadilan yang tidak memihak yang diberi wewenang menilai apakah perbuatan pemerintahan tersebut bersifat melawan hukum atau tidak. Munculnya unsur peradilan administrasi dalam perselisihan pada konsep rechsstaat menunjukan adanya hubungan historis antara negara hukum Eropa Kontinental dengan hukum Romawi. Philipus M. Hadjon menberikan pendapat berikut ini: Konsep rechsstaat bertumpu padasistem hukum kontinental yangdisebut Civil Law atau Modern Roman Law, sedangkan konsep Rule Of Law bertumpu atas sistem hukum yang disebut Common Law. Karakteristik civil law adalah administratif, sedangkan karakteristik common law adalah judicial. Perbedaan Karakteristik yang demikian disebabkan karena latar belakang daripada kekuasaan raja. Pada Zaman Romawi, kekuasaan yang menonjol dari raja ialah membuat peraturan melalui dekrit. Kekuasaan itu kemudian didelegasi kepada pejabatpejabat administratif yang membuat pengarahan- pengarahan tertulis bagi hakim tentang bagaimana memutus suatu sengketa. Begitu besarnya perananadministrasi, sehingga tidaklah mengherankan kalau dalam sistem continental-lah mula pertama muncul cabang hukum baru yang disebut droit administraf dan inti dari droit administraf adalah hubungan antara administrasi dengan rakyat, di Kontinen dipikirkan langkah-langkah untuk membatasi kekuasaan administrasi negara.PERTEMUAN V (29-10-2012)Negara ModernPembentukan Negara modern sebenarnya tidak terlepas dari latar belakang bahwa pembagian- pembagian politik dan konflik agama yang menyusul pecahnya dunia pada abad pertengahan , dan perdenatan-perdebatan baru yang memperbincangkan seputar watak organisasi politik yang muncul pada saat sekarang ini.Latar belakang ini memungkinkan untuk mengapresiasi pembaharuan- pembaharuan institusional dan konseptual pokok Negara modern. Selain itu, konsep kedaulatan menjadi perantara munculnya Negara modern dan terbentuknya perkembangan demokrasi dan proses-proses yang mnejadi sarana pengkonsolidasiannya. Dimana yang menjadi rujukan dari perbincangan diatas adalah Negara Eropa. Terdapat beberapa alasan mengapa Negara eropa yang menjadi rujukannya, pertama, kisah pembentukan Negara modern diantaranya adalah kisah pembentukan Negara Eropa. Kedua, perkembangan distingtif orang Eropa berhubungan erat dengan pembentukan eropa oleh Negara negaranya Ketiga, sistim yang dipakai Negara eropa sangat berpengaruh terhadap Negara- negara diluar eropa. Dan yang perlu ditekankan adalah bahwa eropa merupakan kreasi dari sebuah perkembangan kompleks dalam interaksi antara proses-proses dan kekuatan internal dan eksternal.Negara modern mempunyai arti sebagai suatu institusi yang memiliki arsitektur rasional melalui pembentukan struktur penataan yang rasional, dimana salah satu perkembangan penting yang pertama adalah terjadinya sentralisasi kekuasaan dengan menghancurkan otonomi dari komunitas-komunitas lokal pada masa pra negara modern. Konsep kedaulatan negara yang muncul berbarengan dengan perkembangan tersebut tidak menghendaki untuk bersikap toleran terhadap komunitas lokal yang asli. Kedaulatan negara tidak membiarkan adanya kekuasaan lain dalam wilayahnya. Sejak saat itu, institusi publik pertama harus diakaitkan dengan kepala negara. Oleh karena itu, hukum yang ada adalah merupakan suatu hukum negara. Negara modern melahirkan suatu kehidupan dan tatanan dengan struktur yang rigid yang belum dikenal sebelumnya dalam sejarah perkembangan manusia. Strukturalisasi rasional yang mendasar adalah diadakannya pembagian ke dalam kelompok eksekutif, legislatif dan yudikatif.PERTEMUAN VI (12-10-2012) 1.Bentuk NegaraBentuk negara ada dua macam yaitu negara kesatuan dan negara serikat. Bentuk negara kesatuan memiliki ciri - ciri sebagai berikut : Terdapat pemerintah pusat yang memiliki kedaulatan baik ke dalam maupun ke luar. Terdapat satu UUD yang berlaku untuk seluruh wilayah negara. Terdapat satu kepala negara atau pemerintahan. Terdapat satu badan perwakilan rakyat. Sedangkan bentuk negara serikat merupakan negara yang terdiri dari beberapa negara bagian dengan satu pemerintah pusat yang memiliki kedaulatan. Namun tiap negara bagian punya kedaulatan ke dalam untuk mengatur wilayahnya masing - masing. Tiap negara bagian punya UUD sendiri, kepala negara, dan badan perwakilan. Kekuasaan pemerintah pusat menyangkut urusan luar negeri, pertahanan dan keamanan, keuangan, dan peradilan. Kesatuan Negara Kesatuan adalah negara bersusunan tunggal, yakni kekuasaan untuk mengatur seluruh daerahnya ada di tangan pemerintah pusat. Pemerintah pusat memegang kedaulatan sepenuhnya, baik ke dalam maupun ke luar. Hubungan antara pemerintah pusat dengan rakyat dan daerahnya dapat dijalankan secara langsung. 1.Negara KesatuanDalam negara kesatuan hanya ada satu konstitusi, satu kepala negara, satu dewan menteri (kabinet), dan satu parlemen. Demikian pula dengan pemerintahan, yaitu pemerintah pusatlah yang memegang wewenang tertinggi dalam segala aspek pemerintahan. Ciri utama negara kesatuan adalah supremasi parlemen pusat dan tiadanya badan- badan lain yang berdaulat.Negara kesatuan dapat dibedakan menjadi dua macam sistem, yaitu: Sentralisasi, dan Desentralisasi. Dalam negara kesatuan bersistem sentralisasi, semua hal diatur dan diurus oleh pemerintah pusat, sedangkan daerah hanya menjalankan perintah-perintah dan peraturan-peraturan dari pemerintah pusat. Daerah tidak berwewenang membuat peraturan-peraturan sendiri dan atau mengurus rumah tangganya sendiri. Dalam negara kesatuan bersistem desentralisasi, daerah diberi kekuasaan untuk mengatur rumah tangganya sendiri (otonomi, swatantra).2.Negara SerikatNegara Serikat adalah negara bersusunan jamak, terdiri atas beberapa negara bagian yang masing-masing tidak berdaulat. Kendati negara-negara bagian boleh memiliki konstitusi sendiri, kepala negara sendiri, parlemen sendiri, dan kabinet sendiri, yang berdaulat dalam negara serikat adalah gabungan negara-negara bagian yang disebut negara federal. Setiap negara bagian bebas melakukan tindakan ke dalam, asal tak bertentangan dengan konstitusi federal. Tindakan ke luar (hubungan dengan negara lain) hanya dapat dilakukan oleh pemerintah federal.Ciri-ciri negara serikat/ federal: 1. tiap negara bagian memiliki kepala negara, parlemen, dewan menteri (kabinet) demi kepentingan negara bagian; 2. tiap negara bagian boleh membuat konstitusi sendiri, tetapi tidak boleh bertentangan dengan konstitusi negara serikat; 3. hubungan antara pemerintah federal (pusat) dengan rakyat diatur melalui negara bagian, kecuali dalam hal tertentu yang kewenangannya telah diserahkan secara langsung kepada pemerintah federal.Sistem Pemerintahan1. Sistem Pemerintahan Presidensial Pemerintahan presidensial disebut juga sistem kongresional. Sistem pemerintahan presidensial merupakan sistem pemerintahan negara republik, kekuasaan eksekutif dipilih melalui Pemilu dan terpisah dengan kekuasaan legislatif. Rod Haque membagi sistem pemerintahan presidensial ke dalam tiga unsur, di antaranya sebagai berikut. Presiden yang terpilih oleh rakyat memimpin pemerintahan dan mengangkat para pejabat pemerintahan terkait. Presiden dan dewan perwakilan mempunyai masa jabatan yang tetap. Mereka juga tidak bisa saling menjatuhkan. Antara badan eksekutif dan badan legislatif tidak terjadi tumpang tindih. Di dalam sistem pemerintahan presidensial, biasanya, presiden berada pada posisi yang relatif kuat dan tidak dapat dijatuhkan. Meskipun demikian, presiden tetap bisa dikontrol. Ia juga bisa dijatuhkan apabila melakukan pengkhianatan terhadap negara atau terbukti melakukan pelanggaran-pelanggaran tertentu. 2. Sistem Pemerintahan Parlementer Sistem pemerintahan parlementer pernah diterapkan di Republik Weimar Jerman dan Republik keempat Prancis. Sistem parlementer, biasanya, memiliki pembedaan yang jelas antara kepala pemerintahan dan kepada negara. Kepala pemerintahan dipegang oleh seorang perdana menteri dan kepala negara ditunjuk dengan kekuasaan yang sedikit atau seremonial. Di beberapa negara, sistem parlementer juga memiliki presiden yang berfungsi sebagai kepala negara. Di dalam sistem parlementer, parlemen memiliki peranan yang sangat penting. Parlemen mempunyai wewenang mengangkat perdana menteri dan dapat menjatuhkan pemerintahan dengan cara mengeluarkan mosi tidak percaya. 3. Sistem Pemerintahan Komunis Komunisme merupakan sebuah ideologi yang lahir untuk menentang paham kapitalisme di awal abad ke-19. Pencetusnya adalah Karl Marx dan Fredrich Engels yang menulis pemikiran berjudul Manifest der Kommunistischen. Komunisme mengambil alih kekuasaan dengan menggunakan sistem partai komunis. Mereka sangat menentang kepemilikan akumulasi modal atas individu. Komunisme mempunyai prinsip bahwa semua harus dipresentasikan sebagai milik rakyat. Semua alat-alat produksi harus dikuasai oleh negara dan digunakan untuk kemakmuran rakyat secara merata. Mereka juga beranggapan bahwa perubahan sosial harus dimulai dari kaum buruh atau proletar. Kenyataannya, produksi beserta alat-alat produksi negara hanya dikelola untuk menguntungkan elit politik saja. Komunisme coba menerapkan penggunaan sistem demokrasi keterwakilan yang dilakukan elit-elit partai komunis. Mereka sangat membatasi langsung demokrasi pada rakyat yang bukan bagian dari anggota partai komunis. Oleh karena itulah, di dalam paham komunisme, tidak dikenal hak perorangan seperti dalam paham liberalisme. 4. Sistem Pemerintahan Liberal Pemerintahan liberal merupakan pandangan politik yang didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan adalah nilai politik utama. Liberalisme menginginkan masyarakatnya mempunyai kebebasan yang ditandai dengan kebebasan berpikir bagi para individu. Paham ini sangat menolak adanya pembatasan, baik pembatasan dari pemerintah maupun agama. 5. Sistem Pemerintahan Demokrasi Sistem pemerintahan demokrasi merupakan bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara yang berupaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warga negara) atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut.