Rangkuman Bab 1-8

download Rangkuman Bab 1-8

of 88

description

ces

Transcript of Rangkuman Bab 1-8

  • Civil Engineering University of Indonesia

    CIVIL ENGINEERING SYSTEM KELOMPOK 7

    BAB 1

    PROSES PERANCANGAN DAN PERENCANAAN

    1.1 PENDAHULUAN

    Pada dasarnya setiap engineer dituntut untuk bisa mencari solusi dari setiap

    masalah. Dengan bertambah kompleksnya permasalahan yang ada dimasyarakat diiringi

    dengan keadaan masyarakat yang semakin kritis dalam memandang suatu persoalan

    dilingkungannya menjadi tantangan baru bagi seorang engineer agar hasil kerjanya

    diterima oleh masyarakat luas.

    1.2 PERAN PEREKAYASA

    Seorang engineer harus bisa mengoptimalkan fungsinya sebagai penyedia

    kebutuhan-kebutuhan masyarakat khususnya dalam konteks memperbaiki kualitas hidup.

    Selain itu juga, seorang engineer juga harus bisa menangani masalah-masalah yang timbul

    di masyarakat.

    Seorang engineer harus bisa membedakan antara masalah yang sebenarnya dengan

    masalah yang merupakan dampak dari masalah. Sebagai contoh, kemacetan transportasi.

    Itu bukanlah masalah yang sebenarnya ada melainkan hanya dampak dari masalah yang

    lain, seperti kurangnya jumlah ruas jalan yang di bangun, dan kurangnya transportasi-

    transportasi alternative.

    Dalam mengoptimalkan fungsinya, seorang engineer terlibat dalam lingkaran

    interaksi yang bersifat kontinyu dengan lingkungan dimana berbagai kebutuhan akan

    pemecahan suatu masalah muncul dan teridentifikasi dengan baik sehingga alternatif

    terbaik dapat dipilih, dirancang, dan diterapkan. Secara umum, peran seorang engineer

    dalam menghadapi sebuah kasus / permasalahan dapat digambarkan dengan siklus sebagai

    berikut :

  • Civil Engineering University of Indonesia

    CIVIL ENGINEERING SYSTEM KELOMPOK 7

    Gambar 1.1

    Lebih jauh lagi, seluruh aktivitas perencanaan dan keterlibatan secara professional

    seorang engineer, membutuhkan pertimbangan aspek disain yang mendetil dari objek yang

    bersangkutan. Selain itu, dalam aktifitas mendisain diperlukan penentuan yang luas

    terhadap objek yang bersangkutan dan usaha apa saja yang akan ditempuh dalam setiap

    fase perencanaan. Sehingga antara perencanaan dan pendisainan dapat berjalan seiringan.

    Meskipun gambar 1.1 menggambarkan usaha-usaha tersebut, namun dimungkinkan

    terjadinya alur yang berulang antara planning dan proses disain. Hal ini terjadi ketika :

    1 Investigasi lanjutan yang dilakukan ternyata menemukan hal baru sehingga perlu

    dilakukan identifikasi ulang terhadap masalah tersebut.

    2 Keterbatasan pengetahuan dan kemampuan menganalisa tidak memungkinkan adanya

    pendalaman yang berkelanjutan pada setisp aspek

    3 Penemuan teknologi terbaru, masalah keuangan, masalah sosial, dan masalah politik,

    membuat penerapan solusi menjadi terbatas.

  • Civil Engineering University of Indonesia

    CIVIL ENGINEERING SYSTEM KELOMPOK 7

    1.2 CONTOH PENERAPAN

    Ketika seorang engineer menangani suatu proyek, maka ia harus membuat model

    rencana dan penjadwalan untuk mengarahkan dan mengontrol proyek tersebut. Pada setiap

    aktifitas proyek, diperlukan pembelian berbagai material untuk menyelesaikan proyek.

    Dalam aktifitas ini diperlukan study perencanaan dan disain yang luas dimana nantinya

    akan menjadi problem tersendiri bagi engineer yang bersangkutan.

    Sebagai contoh, suatu aktifitas proyek konstruksi spillway membutuhkan study

    tentang ukuran pembetonan yang pas yang berbiaya jutaan dolar dan kontinyu selama

    beberapa bulan. Engineer yang bersangkutan menghadapi masalah bagaimana mengadakan

    material-material agregat, semen, pasir, dan material-material tambahan untuk mencari

    mutu beton yang sesuai.

    1.4 PENDEKATAN SISTEM

    Dalam menerima suatu tugas secara professional, seorang engineer harus

    menyusun ruang lingkup perannya. Diantaranya adalah tanggung jawabnya dalam

    merumuskan masalah dan menerapkan solusi yang terbaik.

    Pendekatan sistem adalah suatu teknik semacam itu dan merupakan pendekatan

    sistematik yang berlandaskan luas terhadap masalah yang mungkin bersifat antardisiplin.

    pendekatan itu terutama bermanfaat bilamana masalah yang bersangkutan bersifat

    kompleks. Seorang engineer harus memiliki pengetahuan dan pengalaman yang cukup

    agar bisa menyelesaikan tugasnya dengan baik dengan menggunakan pendekatan yang

    cocok.

    Pendekatan yang sistemis seperti masalah teknis, membutuhkan pengetahuan luas

    yang mungkin melibatkan antar disiplin ilmu. Hal ini diperlukan ketika terjadi suatu

    masalah yang rumit dimana banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, sehingga dibutuhkan

    rekayasa model masalah yang sesuai dengan kenyataan dilapangan.

    Pada dasarnya, pendekatan sistemis menekankan pada kebutuhan engineer untuk

    melihat faktor-faktor, berbagai pengaruh, dan aspek-aspek dilapangan yang relevan yang

    melingkupi suatu masalah. Dengan cara ini engineer bisa mengidentifikasi masalah secara

    lebih comperhensif. Selain itu, dengan pendekatan sistemis, Engineer akan memperoleh

  • Civil Engineering University of Indonesia

    CIVIL ENGINEERING SYSTEM KELOMPOK 7

    pemahaman lebih luas tentang segala hal yang terjadi dilapangan dimana berbagai masalah

    tersimpan dan berkembang, dan sekaligus dapat menerapkan solusi yang sesuai.

    1.5 PEMECAHAN MASALAH PEREKAYASAAN

    Dalam menerapkan pendekatan sistem dan pengembangan cara menanggulangi

    suatu masalah, serangkaian langkah pemecahan masalah dapat dilakukan. Langkah-

    langkah ini merupakan kegiatan-kegiatan spesifik yang harus dilaksanakan guna

    menemukan pemecahan profesional untuk masalah tersebut. Langkah-langkah ini disajikan

    pada gambar 1.4. Seperti telah dikemukakan dalam pembahasan seorang perekayasa

    mungkin saja terdapat pengulangan dalam proses pemecahan masalah dengan

    berkembangnya analisis dan pemecahan masalah. Batu-tonggak (milestone) utama yang

    berkaitan dengan ststus dari usaha-usaha ini juga disajikan pada gambar 1.4. Batu tonggak

    ini mencerminkan jenis pertanyaan yang harus disajikan dan dijawab pada setiap titik

    tertentudalam proses.

    Tahap Pemecahan Masalah

    Kebutuhan dikenali

    Pendefinisian masalah

    Batu Tonggak

    Pemahaman masalah dirumuskan

    Pendekatan rencana

    Masalah dirumuskan

    Pengalokasian sumber daya

    Upaya pemecahan masalah ditetapkan

    Model dan analisis

    Prosedur analisis ditetapkan

    Perancangan dan evaluasi alternatif

    Usulan pemecahan tersedia

    Pilih alternative yang paling sesuai

    Penyelesaian tercapai

    Definisi dari permasalahan diatas, perlu untuk menggaris bawahi dan

    merencanakan pendekatan ke solusi dari masalah tersebut. Langkah ini termasuk dalam

    pencapaian atas apa yang diinginkan, alternative umum yang akan dipertimbangkan dan

  • Civil Engineering University of Indonesia

    CIVIL ENGINEERING SYSTEM KELOMPOK 7

    seberapa efektif alternative tersebut. Hasil dari proses ini adalah pernyataan dari seluruh

    permasalahan dan elemen-elemen yang mengarah padanya, bersama dengan sebuah

    indikasi dari alternatif untuk diperhitungkan.

    Langkah selanjutnya dalam proses ini adalah desain dan evaluasi dari

    altkedalamernative. Dalam bagian ini, setiap alternative harus diperhitungkan kedalam

    analisis dari keuntungan dan kerugian (cost and benefit) dan konsekwensi yang

    menyebabkan analisis ini harus didukung oleh sebuah basis untuk mengurutkan

    alternative-alternatif dengan acuan dari yang terbaik hingga yang terburuk. Selanjutnya

    setiap alternative harus dilihat kembali berdasarkan sensitifitas dari solusi permasalahan

    tersebut untuk merubah disain parameter atau kondisi yang dapat ditemui saat umur pada

    bangunan atau fasilitas tersebut. Identifikasi dari alternatif yang terpilih harus cocok

    dengan langkah ini.

  • Civil Engineering University of Indonesia

    CIVIL ENGINEERING SYSTEM KELOMPOK 7

    BAB 2

    PERUMUSAN MASALAH

    2.1 SIFAT SISTEM DARI MASALAH PEREKAYASAAN

    Dalam menyelesaikan suatu masalah, salah satu hal yang sangat menjadi tantangan

    bagi seorang engineering adalah untuk memperhatikan masalah lingkungan dan

    mewujudkannya dan hasil yang akan didapatkan selama perkembangan dengan masalah

    dan dampak yang akan dihasilkan dalam mewujudkan solusi untuk lingkungan. Masalah

    alam dapat di ketahui melalui indikasi lewat beberapa factor dalam yang mempengaruhi

    dalam menciptakan masalah dan menyelesaikannya; oleh karena itu solusi dari masalah

    tersebut harus memuat factor-faktor ini. Lingkungan memuat beberapa hal yang perlu

    diatur yang memenuhi, membuat, atau melingkupi masalah. Hasil yang didapat dapat di

    indikasikan melalui permalahan daerah dan lingkungannya akan merespons terhadap

    beberapa rangsangan. Rangsangan ini dapat berupa suatu modifikasi yang didapat dari

    hasil suatu masalah yang telah muncul.

    Jika seorang engineering mengambil alih dan memberikan solusi yang masuk akal

    terhadap suatu masalah. Untuk itu harus ada pengertian terhadap kompleksitas suatu

    masalah lingkungan dan mempertimbangkan aspek alam sebagaimana social dan politik

    yang mempengaruhi. Karena tiu, pembatasan ini harus diperhitungkan dalam

    menyelesaikan suatu masalah.

    Ada banyak contoh yang menunjukkan hubungan alam yang sangat kompleks

    dengan permasalahan engineering sebagimana interaksi dan respon masalah area dan

    lingkungan.

    1. Kesalahan bagian mesin yang dapat menyebabkan ketidak fungsian atau pembatasan

    dalam pengoperasian mesin sehingga produksi berkurang drastic ataupun berhenti.

    2. Kerusakan atau perubahan terhadap beberapa bagian pondasi bangunan dapat

    menyebabkan dampak yang besar terhadap beban bangunan yang dapat ditahan dan

    menyebabkan keterbatasan dalam pemakaian bangunan.

    Dalam banyak kasus, efek dari interaksi, response dan ketidak fungsian dapat

    secara besar mempengaruhi dampak sosial, politik atau ekonomi yang di dapat. Efek ini

    penting dan menarik bagi engineer dalam 2 hal. Pertama, rangsangan menghasilkan suatu

  • Civil Engineering University of Indonesia

    CIVIL ENGINEERING SYSTEM KELOMPOK 7

    masalah; oleh karena itu perlu adanya pengidentifikasian rangsangan ini yang membuat

    engineer memberikan suatu solusi yang tepat terhadap suatu masalah. Kedua, ketika suatu

    solusi didapatkan, engineer harus memahami dampak yang akan dihasilkan terhadap

    lingkungan jika solusi tersebut diterapkan.

    Fasilitas memuat banyak bagian atau komponen yang harus diintegrasikan untuk

    dapat mencapai suatu tujuan atau berfungsi. Dalam hal ini, engineer harus berhubungan

    dengan sebuah sistem atau sebuah sistem dari suatu sistem. Sistem dapat dianggap sebagai

    suatu kumpulan komponen, dihubungkan oleh beberapa tipe hubungan yang merespon

    terhadap rangsangan dan mengerjakan suatu tujuan tertentu atau berfungsi. Dalam suatu

    sistem, setiap komponen merespon terhadap rangsangan yang sesuai karakteristiknya,

    tetapi rangsangan yang tepat didapat dan menghasilkan kondisi yang diketahui melalui

    keadaan saat itu dan interksinya terhadap komponen sistem yang lain. Respon suatu

    sistem yang dihasilkan dari suatu beban yang diterima dan mempengaruhi perkembangan

    dari percampuran keadaan dari masing-masing komponen.

    Dalam berhadapan dengan suatu sistem, sedapat mungkin mengidentifikasi

    beberapa hal berikut:

    1. Ada tujuan khusus atau fungsi khusus yang harus dilakukan.

    2. Ada beberapa komponen minimal 2 yang harus di identifikasi sebagai bagian dari suatu

    sistem.

    3. Setiap komponen salimng berhubungan satu sama lain.

    Karakteristik ini dapat diterapkan hampir di semua sistem yang berhubungan dalam

    mendisain dan perencanaan. Tipe sistem menunjukkan hubungan dengan engineering dan

    dapat di clasifikasikan kedalam beberapa hal seperti fisik, organisasi, dan proses sistem.

    Jika sistem dianggap sebagai komponen dalam hal ini komponen fisik, sistem da[at

    dicalsifikasikan kedalam sistem fisik, contohnya seperti sebuah automobile, bangunan,

    bendungan dan lain-lain.

    Lebih spesifik dan dengan contoh, sebuah persimpangan jalan raya dapat dikatakan

    sebagai suatu sistem fisik. Walaupun itu adalah subkomponen dari sistem jalan, itu dapat

    didefinisikan dengan karakteristik berikut :

    Tujuan sistem Untuk mengatur arus lalu lintas di persimpangan dua jalan raya

    Komponen sistem Dua jalan raya, pengontrol lalu lintas, rambu-rambu atau komunikasi

    jalan

    Struktur sistem Bentuk fisik persimpangan

  • Civil Engineering University of Indonesia

    CIVIL ENGINEERING SYSTEM KELOMPOK 7

    Batas sistem Jumlah lalu lintas, manusia, peraturan lalu lintas, karakteristik mobil

    dan lain-lain

    Dalam beberapa kasus lebih baik mengidentifikasikan suatu sistem kedalam suatu

    interaksi proses komponen. Sebagai contoh, saluran pembuangan dapat dianggap dibuat

    untuk mengumpulkan, mengolah dan proses pembuangan.

    Komponen-komponen suatu sistem yang terorganisir dapat memuat aktifitas atau

    aksi yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu proyek atau tujuan. Sebagai contoh,

    kegiatan memilih, membeli, pengecekan ulang, penanganan tempat, dan menginstalasikan

    komponen fisik dari suatu proses pembuatan sebuah konstruksi yang mendukung sistem

    yang terorganisir.

    Karena masalah sistem akibat alam, engineer harus membuat suatu formula sistem

    yang relevan untuk masalah tersebut. Formula permasalahan termasuk pengidentifikasian

    yang diperlukan dalam menciptakan masalah dan pengidentifikasian sistem yang relevan

    dan komponen-komponennya.

    2.1 RUMUSAN KEBUTUHAN

    Rumusan kebutuhan (Need Statement) adalah suatu ekspresi dari kebutuhan yang

    tidak tepenuhi. Itu menunjukkan arti yang abstrak dari suatu lingkungan yang kompleks

    yang khusus terfokus pada kebutuhan yang dianggap sebagai jalan untuk mendapatkan

    solusi.

    Arti dari rumusan kebutuhan adalah menunjukkan antara kebutuhan dan keadaan.

    Hal ini membutuhkan realokasi sumber daya sehingga yang kita butuhkan dapat terpenuhi.

    Kita dapat melihat skemanya di gambar berikut :

  • Civil Engineering University of Indonesia

    CIVIL ENGINEERING SYSTEM KELOMPOK 7

    Gambar 2.1 Gambar skematis rumsan kebutuhan

    Dibutuhkan skill engineer untuk mendeteksi dan menggunakan formula yang tepat

    untuk needs statement yang berhubungan dengan masakah yang dihadapi. Akibatnya,

    penting untuk mengformulasikan proses masalah untuk dikembangkan agar needs

    statement terpenuhi.

    2.3 SIFAT HIERARKIS DARI SISTEM

    Tugas yang utama dalam mendisain dan proses perencanaan adalah formulasi dan

    pengidentifikasian dari masalah yang dihadapi. Dalam langkah ini perlu untuk mengenali

    masalah lingkungan yang diperbolehkan dalam sistem yang diperlukan dalam

    mengidentifikasi masalah. Lebih jauh, komponen-komponen dalam sistem yang

    terpengaruhi harus diidentifikasi.

    Dalam banyak kasus pengidentifikasian komponen sistem adalah tidak mudah

    karena memerlukan pencarian dan penelusuran untuk mengerti sistem dan merubahnya.

    Jika ada suatun sistem yang tidak biasanya, perlu adanya usaha untuk mengetahui material

    yang tersedia untuk mengetahui hubungannya dengan sistem.

  • Civil Engineering University of Indonesia

    CIVIL ENGINEERING SYSTEM KELOMPOK 7

    Pengidentifikasian dan interaksi alam antar komponen harus dijelaskan untuk setiap

    komponen yang diidentifikasi untuk sistem. Atribut dari tiap-tiap komponen dapat

    memberikan petunjuk interaksi dengan alam. Dengan sistem yang tidak biasanya, masih

    memungkinkan untuk mengetahui adanya suatu interaksi. Lebih lanjut, interaksi menunjuk

    kepada bentuk suatu sistem terstruktur yang berhubungan dengan komponen sistem dan

    caranya berfungsi dengan komponen yang lain.

    Gambar 2.2 Identifikasi lingkungan dan komponen masalah

    Engineer harus dapat mengetahui masalah yang dapat berhubungan dengan sistem

    lain. Oleh karena itu, sistem yang lain ini harus diidentifikasi. Sebagai contoh, sistem

    dimana engineer berhubungan secara langsung adalah kenyataan dalam komponen dari

    suatu sistem yang besar. Oleh karena itu, sebagai perbandingan masalah, engineer harus

    dapat menentukan komponen dan struktur dari sistem yang besar. Atribut dari komponen

    yang besar bisa saja berbeda dengan atribut atau karakteristik dari setiap subkomponen.

    Sebuah penyelidikan kecil sistem dalam pembelajaran di bagi menjadi setiap

    komponen kedalam bagian komponen. Ini memperbolehkan penyelidikan yang mendetail

    dari komponen utama untuk menentukan modifikasi yang masih bisa dilakukan.

    Berkebalikan dengan hal itu, untuk menyelidiki sistem level, penyelidikan subkomponen

    lebih ketat dalam fungsi dan dampak.

    Hierarki dasar dan sistem struktur mengizinkan analisi sistem tidak hanya pada

    sistem yang diperlukan, tetapi juga sistem yang lebih besar dan lebih kecil. Lebih jauh,

    struktur ini memerlukan cara kerja untuk menganalisa aspek masalah sebagaimana detail

    teknis yang harus diketahui dan dimengerti. Tentu saja cara kerja memperlihatkan

    keseluruhan sistem yang telah berkembang dalam lingkup formula masalah. Dalam hal ini,

    struktur sistem memperbolehkan penyelidikan terhadap respon kepada perubahan bagian

    suatu sistem. Hal ini sanagt penting dalam perencanaan dan desain karena memerlukan

    komponen yang sangat sensitif terhadap solusi masalah tertentu.

  • Civil Engineering University of Indonesia

    CIVIL ENGINEERING SYSTEM KELOMPOK 7

    Untuk menunjukkan konsep multilevel sistem, transportasi dipilih sebagai

    contohnya dimana spesifiknya adalah parkir area. Sesungguhnya ini bukan masalah yang

    sangat kompleks; bagaimanapun, diperlukan penyelidikan yang menghasilkan bahwa

    parkir dapat memiliki efek yang besar dalam mendesain dan perencanaan.

    Gambar 2.4 Struktur Sistem Hierarkis

    Parkir kendaraan dapat dianggap sebagai komponen dasar sistem jalan raya,

    bersama dengan kendaraan dan komponen jalan raya. Tiap-tiap dari ketiga komponen ini

    memiliki karakteristik yang dapat diidentifikasi. Sebagai contoh, komponen parkir

    memiliki karakteristik fisik yang menunjukkan keadaan area parkir. Karakteristik lain

    dapat dilihat dari kemampuan parkir dan atribut yang berhubungan dengan peraturan

    pemerintah yang berhubungan dengan pengelolaan parkir. Karakteristik yang sama

    terhadap kendaraan dan komponen jalan raya dapat pula di identifikasi.

  • Civil Engineering University of Indonesia

    CIVIL ENGINEERING SYSTEM KELOMPOK 7

    Gambar 2.5 Tingkat-tingkat sistem (Foto udara dimuat atas izin dari Chicago Aerial Survey)

    Untuk sistem ini, setiap komponen dapat saling berinteraksi dengan elemen

    komponen lainnya dan interaksi ini dapat menunjukkan komponen atribut. Perubahan pada

    dimensi kendaraan, sebagai contoh, berakibat terhadap dimensi fisik area parkir. Perubahan

    pada berat kendaraan akan mengakibatkan desain keamanan di jalan raya atau struiktur

    jalan. Begitu pula dengan perubahan pada sitem jalan raya dapat mengakibatkan kebutuhan

    untuk parkir. Akhirnya, peraturan dalam berkendara memerlukan interaksi khusus dengan

    kebutuhan parkir dan jalan raya.

  • Civil Engineering University of Indonesia

    CIVIL ENGINEERING SYSTEM KELOMPOK 7

    Gambar 2.6 Formulasi masalah jalan raya

    Atribut dari setiap komponen ditunjukkan bersama beberapa interaksi komponen.

    Perlu dicatat bahwa perbedaan deasin dan perencanaan, teknik dan permodelan akan

    diperlukan untuk mengetahui area masalah dengan membedakan tipe interaksi. Sebagai

    contoh, dalam kasus interaksi kendaraan dan komponen parkir, pengkoordinasian

    karakteristik fisik dari automobile dan parkir akan terfokus dari teknik untuk menganalisa

    keadaan area yang sebenarnya. Di level yang lebih tinggi, keseimbangan antara penyediaan

    dengan kebutuhan akan membutuhkan perencanaan model pengeluaran yang

    mengasumsikan jumlah total yang diperlukan untuk kebutuhan kendaraan.

    Pemilihan fasilitas parkir akan mengimplikasikan kebutuhan untuk akses jalan

    raya; karena komponen jalan raya akan di pengaruhi juga. Pengguna sistem jalan raya

    dapat meningkatkan fasilitas parkir yang baru dan penggunaan yang berbeda dari sistem

    jalan raya akan berkembang. Di lain pihak, kesalahan karena menyediakan parkir akan

    berakibat pada pilihan masyarakat terhadap tujuan perjalanan yang mengakibatkan jumlah

    pengguna dan pemakai kendaraan dan jalan raya meningkat.

  • Civil Engineering University of Indonesia

    CIVIL ENGINEERING SYSTEM KELOMPOK 7

    Gambar 2.7 Sistem Hierarkis

    Sistem hirarki menyediakan cara kerja yang mendefinisikan konsekuensi dari

    sebuah tindakan dengan komponen yang terdapat pada hirarki sistem. Sebagai contoh

    asumsikan jika sebuah pemerintah kota membuat sebuah peraturan yang mengatur batas

    dari luas parkir area di sebuah kota. Pada kasus ini, sebuah solusi telah dispesifikkan dan

    seorang engineer harus bisa mengevaluasi sebuah masalah dan mendefinisikan sebuah

    solusi. Jika dilihat dari bagan 2.7. maka jika area parkir dimodifikasi, dampak yang akan

    terjadi akan berhubungan dengan kendaraan dan komponen jalan raya. Dampaknya lalu

    housing

    Industri

    Transportation

    Coomerse

    Highway

    Mode B

    Mode c

    Vehicle

    Parking

    Roadway

    Level 1 Urban System

    Level 2 Transport System

    Level III Higway System

  • Civil Engineering University of Indonesia

    CIVIL ENGINEERING SYSTEM KELOMPOK 7

    dikaitkan berbagai jenis dari macam transportasi dan digabungkan dengan konsekuensi

    dari sistem kota. Sebagai contoh, pada level sistem transportasi , dampaknya dapat

    dikaitkan dengan kebutuhan atau penggunaan bentuk lain dari transportasi, pada level

    system kota, konsekuensi dapat dikaitkan dengan pengaruh dari lokasi rumah, kawasan

    bisnis dan industri.

    2.4 SIFAT HIERARKIS DARI LINGKUNGAN MASALAH

    Gambar 2.8 Tujuan sistem seperti didefinisikan oleh peran sistem dalam kaitannya dengan sistem yang

    tingkatannya lebih tinggi

    Hubungan dasar terlihat antara need statement yang telah dipresentasikan pada sesi

    2.2. dan formulasi suatu masalah dalam struktur sistem hirarki. Mengingat bahwa tujuan

    akhir adalah suatu keinginan yang harus diterima, dan tujuan akhir dapat diartikan sebagai

    sebuah fungsi yang harus dipenuhi oleh solusi dari suatu permasalahan.

    Model dari kebutuhan atau konsep pernyataan dapat juga dikaitkan dengan system

    hirarki. Need statement mengatakan bahwa seorang engineer menyelesaikan suatu konflik

    antara apa yang dibutuhkan dan apa yang tersedia. Ketika mengacu pada sistem hirarki ,

    Need statement dapat diekspresikan dalam suatu fungsi dari sebuah sistem.

  • Civil Engineering University of Indonesia

    CIVIL ENGINEERING SYSTEM KELOMPOK 7

    Gambar 2.9 Model Kebutuhan dikaitkan dengan sistem hierarkis

    Rumusan kebutuhan dimana yang terkait dengan sistem hirarki, tujuan dan target

    dapat dilihat dari gambar 2.9. Yang terpenting dari rumusan kebutuhan dalam desain dan

    proses perencanaan bergantung pada fakta bahwa tantangan tidak hanya untuk

    mendefinisikan bagaimana cara untuk menyediakan semua kebutuhan, tetapi juga untuk

    memikirkan suatu alternativ untuk mengurangi atau menghilangkan suatu kebutuhan.

    Sebagai contoh, dalam sistem jalan raya tujuan akhir mungkin dapat diartikan dari

    banyknua mobilitas yang diperlukan. Alternatif dari sistem jalan raya untuk meningkatkan

    mobilitas adalah tergantung dari banyak kendaraan, jalan raya, dan komponen tempat

    parkir.

    Dalam beberapa kasus, beberapa need statement nungkin dapat dikembangkan

    yang mengindikasin definisi dari banyak tujuan. Sebagai contoh, menggunakan hirarki

    transportation, asumsikan bahwa sebuah kota berharap untuk mengembangkan sistem

    transport yang dibuat untuk :

    1. Menstimulasi bisnis di pinggiran kota.

  • Civil Engineering University of Indonesia

    CIVIL ENGINEERING SYSTEM KELOMPOK 7

    2. Mengurangi polusi udara.

    3. Mengurangi kemacetan.

    2.5 DEFINISI RUANG LINGKUP DAN KENDALA MASALAH

    Gambar 2.10 Deskripsi rumusan kebutuhan berganda (multiple need statements)

    Dalam pengelompokkan suatu sistem, kesulitan terbesar bergantung pada

    bagaimana menjelaskan berapa banyak permasalahan lingkunagan yang harus dipahami

    untuk mendefinisikan suatu masalah. Juga solusi yang didapatkan bergantung pada banyak

    bagian dari lingkungan yang dapat seorang engineer hadapi.

    Dalam kasus pertama, sebuah batas dapat diraih ketika semua aspek dari suatu

    masalah bergantung dengan seorang profesional yang menghadapi masalah tersebut. Harus

    dapat dipahami bahwa berbagai jenis masalah dapat dikembangkan, bergantung pada

    berapa banyak dan sistem mana yang dipakai oleh seorang engineer dari sudut pandangnya

    memandang suatu masalah.. Sebagai contoh gambar 2.11 menggambarkan secara

    konsepetual 2 pendefinisian masalah yang berbeda yang dihasilkan dari komponen yang

    berbeda. Gambar 2.11.a. Mengindikasikan bahwa suatu permasalahan berbasis pada 2

    komponen. Gambar 2.11.b mengindikasikan gabungan dari semua komponen.

  • Civil Engineering University of Indonesia

    CIVIL ENGINEERING SYSTEM KELOMPOK 7

    Gambar 2.11 Rumusan masalah yang berbeda berdasarkan componen-komponen yang dicakup.

    Dalam mengembangkan suatu masalah, seorang engineer sekarang harus dapat

    memutuskan bagaimana suatu masalah dapat diselesaikan dan langkah-langkah dimana

    semua komponen perlu dipertimbangkan dalam menyelesaikan suatu masalah. Untuk

    menganalisa dan mendesain, seorang engineer harus dapat mengembangkan suatu model

    yang memrepresentasikan masalah yang ada.untuk masalah parkir, gambar 2.12

    memrepresentasikan 3 permasalahan yang dihasilkan dari berbagai pertimbangan dari

    lingkup permasalahan. Perlu dicatat bahwa setiap masalah, desain masalah berubah seiring

    dengan kenyataan bahwa komponen yang berbeda harus atau dapat dipertimbangkan.

    Gambar 2.12.a menggambarkan suatu permasalahan sederhana dari koordinasi desain dari

    kendaraan dan fasilitas parkir. Tipe masalah ini berfokus pada aspek geometrik dari besar

    lahan meliputi jalan raya atau aspek jaringan.

    Gambar 2.12.b menggambarkan suatu masalah dengan penambahan lingkup

    pembahasan, walaupun demikian itu tidak meliputi pertimbangan dari pengaruh dari

    bentuk lain transportasi.

  • Civil Engineering University of Indonesia

    CIVIL ENGINEERING SYSTEM KELOMPOK 7

    Gambar 2.12 Definisi rumusan masalah

  • Civil Engineering University of Indonesia

    CIVIL ENGINEERING SYSTEM KELOMPOK 7

    Seorang engineer harus bisa menggunakan sistem hirarki umtuk membantu dalam

    membuat keputusan. Dalam setiap sistem level, fungsi dari partikular sistem bisa

    dievaluasi oleh sistem yang lebih besar dengan fungsinya. Kompleksitas dari desain dan

    perencanaan masalah membutuhkan sebuah kerangka kerja khusus yang dikembangkan

    untuk memeriksa semua bagian dari komponen yang terlibat dan konsekuensi yang

    dihasilkan. Struktur yang punya sistem bertingkat mempunyai fungsi dan didukung oleh

    engineer dan kemampuan rasional basis untuk memetakan masalah. Kenyataannya

    pengguna dari kerangka sistem yang bertingkat berakibat pada beberapa implikasi yang

    mempengaruhi engineer dalam membuat desain dan perencanaan untuk mendukung sistem

    dalam permasalahan yang lebih kompleks, implikasi ini bekerja tergantung dari

    keunggulan engineer dalam memilih desain yang tepat.

  • Civil Engineering University of Indonesia

    CIVIL ENGINEERING SYSTEM KELOMPOK 7

    BAB 3

    PENGANTAR TEORI SISTEM

    3.1 PENDAHULUAN

    Setelah terdapat rumusan masalah, maka kemudian perlu untuk mempelajari metode, atau

    cara, dengan mana masalah dapat diuraikan untuk dianalisis dan diselesaikan. Bab ini

    diawali dengan membahas alternatif-alternatif untuk mengolah dan mengatasi masalah

    dalam betuk deskripsinya, metode untuk meramalkan respon model, serta formulasi

    analisis perancangan sebagai keputusan. Sebagai contoh, berdasarkan formulasi masalah

    dalam konteks sistem, pertanyaan mendasar yang harus diajukan adalah bagaimana sistem

    atau bagian-bagian dari sistem akan digambarkan diolah dan dianalisis.

    3.2 SUDUT PANDANG ANALISIS SISTEM

    Beberapa pengelompokan teori atau pandangan yang umumnya dijumpai dan diterapkan

    dalam upaya perancangan dan perencanaan adalah :

    1. Pendekatan kotak hitam. Pendekatan kotak hitam digunakan bilamana tidak ada atau

    sedikit sekali yang diketahui mengenai kaitan atau komposisi intern dari suatu sistem.

    Sistem digambarkan dan dianalisis berdasarkan respon sistem kotak hitam terhadap

    masukan tersebut.

    2. Pendekatan teori keadaan. Dalam teori keadaan, upaya keras dilakukan untuk

    mengurangi kerja dan respon intern sistem dalam bentuk seperangkat minimal

    indikator sistem yang konsisten. Kepentingan utama dalam kasus ini adalah pada

    penjelasan mengenai keadaan sistem serta pada deteksi, atau ramalan, mengenai

    perubahan keadaan sistem dengan masukan yang baru.

    3. Pendekatan integrasi komponen. Pendekatan ini berusaha menetapkan respon sistem

    dalam bentuk perilaku komponen yang diketahui dan kaitan komponen-komponen ini

    secar spesifik telah dikenali atau ditentukan.

    4. Pendekatan proses keputusan. Suatu pendekatan teori sistem yang mnerumuskan

    sebagai seperangkat keputusan dan proses keputusan yang terpadu.

  • Civil Engineering University of Indonesia

    CIVIL ENGINEERING SYSTEM KELOMPOK 7

    3.3 PENDEKATAN KOTAK HITAM

    Konsep keperilakuan dasar dar suatu sistem adalah bahwa sistem merupakan suatu

    alat yang menerima satu atau lebih masukan ini menghasilkan satu atau lebih keluaran.

    Dalam pendekatan keperilakuan sistem ini, komposisi atau kerja intern alat tersebut

    mungkin tidak diketahui, hanya diketahui sebagian, atau diabaikan. dalam setiap hal,

    perhatian sesungguhnya dipusatkan pada perilaku masukan-keluaran dari sistem. Alat

    sistem itu sendiri sesungguhnya merupakan, atau dianggap sebagai, sebuah kotak hitam

    yang merupakan satu kesatuan dan tidak dapat dimasuki. Pendekatan keperilakuan sistem

    yang sederhana ini umumnya dikenal sebagai pendekatan kotak hitam dan digambarkan

    secara skematis pada gambar 3.1.

    Gambar 3.1 Kotak Hitam

    Secara matematis, sistem kotak hitam dapat dirumuskan dalam bentuk hubungan

    antar amasukan (x) dan keluaran (y). Dengan menggunakan konsep ini, sistem kotak hitam

    umumnya digambarkan dengan suatu fungsi, F, dan transformasi masukan-keluaran yang

    dihasilkannya berbentuk

    ( )xfy =

    Contoh pendekatan kotak hitam yang sangat bermanfaat untuk gejala alam yang

    kompleks adalah penggunaan hidrograf satuan sesaat (instantaneous unit hydrograph)

    unutk menyelidiki hubungan antara hujan badai dan limpasan (runoff) yang diakibatkannya

    pada suatu daerah aliran (catchment area). Hidrograf satuan sesaat untuk limpasan dari

    suatu lembah daerah aliran (watershed basin) merupakan konsep fundamental dalam

    hidrologi dimana sebuah masukan sistem sesaat dapat menghasilkan keluaran sistem yang

    berkepanjangan. HIdrograd satuan sesaat ditetapkan sebagai limpasan pada daerah aliran

    yang akan terjadi jika pada satu saat tertentu, suatu badai dengan curah hujan sebesar satu

    inci secara serentak dan merata membasahi seluruh daerah aliran. Ilustrasi skema dari

    sistem ini disajikan pada Gambar 3.2.

  • Civil Engineering University of Indonesia

    CIVIL ENGINEERING SYSTEM KELOMPOK 7

    Gambar 3.2Hidrograf satuan sesaat untuk suatu daerah aliran model kotak hitam masukan-keluaran

    3.4 PENDEKATAN TEORI KEADAAN

    Pendekatan konseptual yang relative sederhana dan sekilas menarik utuk

    menjelaskan dan memahami perilaku suatu sistem adalah denagn menyusun seperangkat

    variabel sistem acuan yang memberikan ukuran deskriptif yang unik dan bermakna

    mengenai keadaan sistem tersebut pada suatu waktu tertentu. Perangkat variabel acuan

    seperti itu dinamakan vektor keadaan dari sistem dan masing-masing variabel acuan dalam

    vektor keadaan dinamakan variabel keadaan dari sistem. Konfigurasi dan perilaku sistem

    kemudian ditangkap dan digambarkan dalam bentuk kumpulan nilai masing-masing

    variabel keadaan sistem yang berubah-ubah selam dibaca dan dievaluasi secara kontinu,

    atau hanya diukur pada selang waktu tertentu saja, akan tergantung terutama pada sifat

    sistem serta maksud dibalik penelitian sistem yang bersangkutan.

    Sebagai contoh pengembangan model keadaan suatu masalah perekayasaan, kita

    ambil sistem penyediaan air yang digambarkan dalam Gambar 3.3, yag pada dasarnya

    menggambarkan aliran dan penggunaan air dalam suatu situasi kota-tanah pertanian yang

    khas. Menguraikan sistem distribusi air secara terperinci akan memerlukan penjelasan

    mengenai kompone-komponen sistem dan interaksi di antara komponen-komponen

    tersebut: sungai, bendungan, jaringan pipa, pusat khlorinasi, sistem retrikulasi kota, sistem

    drainase,pusat pengolahan limbah, saluran irigasi, daerah irigasi, aliran sistem rembesan,

    dan sebagainya. Vektor-vektor keadaan komponen individual untuk maisng-masing

    komponen ini akan memerlukan banyak penjelasan: secar fisik, ekonomi, sosial, dan

    sebagainya.

  • Civil Engineering University of Indonesia

    CIVIL ENGINEERING SYSTEM KELOMPOK 7

    Gambar 3.3 Sistem penyediaan air kota-tanah pertanian yang umum

    Pengembangan model pengendalian pengelolaan yang utama untuk bak penampung

    memerlukan, sebagai langkah pertama, pengembangan model yang cocok untuk volume

    penampungan bak penampung. Model yang sederhana dapat dibuat dengan memandang

    bak penampung semata-mata dari segi pandang volume penampungan saja. Untuk model

    ini, volume air yang tertampung merupakan variabel keadaan, karena keadaan bak

    penampung dapat diterangkan dalam bentuk berapa penuhnya bak tersebut pada suatu saat,

    seperti diperlihatkan dalam gambar 3.4. Keadaan ini dapat berubah tergantung pada sifat

    aliran masuk dan aliran keluar. Walalupun aliran masuk dapat dengan mudah dianggap

    sebagai masukan lingkungan ke dalam sistem, aliran keluar, yang teruatama merupakan

    akiabt dari tindakan manusia, dapat dianggap sebagai suatu masukan negative dari sudut

    pandang volume penampungan.

    Gambar 3.4 Sistem penampung air

    Karena penyederhanaan ini, konsep grafis akan digunakan, seperti diperlihatkan

    dalam Gamabr 3.5. Pertambahan volume kapasitas bak penampung setiap seperempatnya

    digunakna untuk membedakan berbagai keadaan bak penampung; Oleh karena itu, Si = 1,

  • Civil Engineering University of Indonesia

    CIVIL ENGINEERING SYSTEM KELOMPOK 7

    , dan untuk menunjukkan bahwa bak penampung dalam keadaan penuh, tiga

    perempat penuh, setengah penuh dan seperempat penuh, berturut-turut. Si = 1 dan wi =

    berarti bahwa bak penampuing mengalami kelabihan beban sebagai akibat hujan lebat dan

    seperempat volume satuan air akan meluap, mengakibatkan terjadinya banjir kecil selama

    periode berikutnya. Dalam Gambar 3.5b, suatu respon sistem diperliahtkan. Aliran masuk

    musiman actual dari sungai dapat diperoleh dari data histories dan dapat dimodelkan

    sebagai simpul peluang (change node) dengan probabilitas yang berkaitan dengan berbagai

    aliran masuk yang berbeda untuk setiap pertambahan waktu musiman. Di musim semi,

    misalnya, terdapat probabilitas sebesar P1 bahwa aliran masuk akan sebanyak tiga

    perempat volume, P2 bahwa aliran masuk akan sebanyak setenga volume bak penampung,

    dan P3 bahwa aliran masuk akan sebanyak seperampat volume, seperti digambarkan dalam

    Gamabr 3.6. Kemungkinan-kemungkinan serupa untuk musim panas, musim gugur dan

    musim dingin juga diperlihatkan dalam Gambar 3.6.

    Gambar 3.5 Keadaan sistem potensial dan perilaku sistem yang khas untuk model sistem bak penampung

    Gambar 3.6 Arus sungai musiman

  • Civil Engineering University of Indonesia

    CIVIL ENGINEERING SYSTEM KELOMPOK 7

    Sebagai contoh lain tentang penggambaran grafis skematis dari suatu situasi sistem

    keadaaan, tinjaulah permodelan pelataran parkir suatu instalasi pencmapuran beton siap-

    pakai dalam bentuk ketersediaan truk pengangkut adukan beton. Misalkan instalasi

    tersebut memiliki lima truk, maka status pelataran parkir akan berkaitan langsung dengan

    jumlah truk yang ada di situ. Karena perusahaan memiliki lima buah truk, pelataran parkir

    hanya akan berada dalam salah satu dari enam keadaan yang mungkin : kosong (So), atau

    dengan satu (S1), dua (S2), tiga (S3), empat (S4, atau lima (S5) truk parkir. Gambar 3.7

    menggambarkan keadaankeadaan ini beserta model keadaan skematisnya.

    Gambar 3.7 Keadaan pelataran parkir untuk instalasi pencampuran beton siap-pakai

    Transformasi keadaan untk pelataran parkir hanya berhubunagn denga kedatangan

    dan keberangkatan truk saja. Gambar 3.8 memperlihatkan transformasi keadaan pelataran

    parkir untuk sebuah truk sedangkan Gambar 3.9 memperlihatkan transformasi yang

    berhubungan dengan kebutuhan instalasi akan dua buah truk. Model-model transformasi

    yang berhubungan dengan kebutuhan instalasi akan dua buah truk. Model-model

    transformasi keadaan lainnya dapat dikembangkan untuk kebutuhan akan tiga, empat, dan

    lima buah truk. Tetapi, untuk masing-masing kasus, keadaan pelataran parkir sama dengan

    jumlah truk yang diparkir, dan transformasi menyebabkan penambahan atau pengurangan

    jumlah truk yang diparkir.

    Gambar 3.8 Transformasi keadaan pelataran parkir untuk pemesanan bagi satu truk untuk instalasi

    pencampuran beton siap-pakai

  • Civil Engineering University of Indonesia

    CIVIL ENGINEERING SYSTEM KELOMPOK 7

    Gambar 3.9 Transformasi keadaan pelataran parkir untuk pemesanan bagi dua truk untuk instalasi

    pencampuran beton siap-pakai

    Vektor keadaan total dapat dikembangkan untuk keseluruhan segi operasional dari

    operasi instalasi pencampuran beton siap-pakai dan sam dengan gabungan vektor-vektor

    keadaan komponen sistem, seperti diperlihatkan pada Gmabar 3.10. Pemantauan atas

    operasi instalasi pencampuran kemudian akan dilakukan dengan mengevaluasi masing-

    masing variabel keadaan selama periode operasi.

    Secara umum, gambaran vektor keadaan dari suatu sistem akan mengandung

    berbagai macam variabel keadaan atau variabel yang memantau atau yang diperlukan

    untuk berbagai kepentinagn dalam pendekatan teori sistem. Ilustrasi dari berbagai

    kelompok variabel keadaan yang mungkin relevan dengan teori sistem diberikan dalam

    daftar berikut :

    1. Karakteristik sistem yang berkaitan dengan jumlah komponen, struktur sistem.

    2. Variabel yang menerangkan konfigurasi sistem saat ini, komponen yang saat ini

    beroperasi, lokasi special dan relative.

    3. Variabel yang menerangkan konfigurasi sistem masa lalu.

    4. Parameter masukan saat ini.

    5. Variabel yang menerangkan masukan sistem masa lalu.

    6. Variabel yang menunjukkan seperangkat keadaan sistem berikutnya yang mungkin saat

    ini.

    7. Variabel yang menunjukkan sejarah masa lalu dari keadaan sistem berikutnya yang

    mungkin, ditambah dengan sejarah keadaan, ditambah sejarah keadaan yang secar

    aktual dicapai.

    8. Variabel-variabel dengan tujuan khusus atau variabel peringkat terpadu.

    Gambar 3.10 Vektor keadaan untuk instalasi pencampuran beton siap-pakai

  • Civil Engineering University of Indonesia

    CIVIL ENGINEERING SYSTEM KELOMPOK 7

    3.5 PENDEKATAN INTEGRASI KOMPONEN

    Dalam sebagian besar masalh perekayasaan, fasilitas pemecahan yang dikehendaki

    diperoleh dengan membuat (manufacture) atau menyusun (construction), atau keduanya,

    berbagai komponen yang secara fisik terkait atau terhubungkan berdasarkan cara atau

    konfigurasi tertentu. Fasilitas sistem ini merupakan kumpulan komponen sistem yang

    terpadu secar khusus. Biasanya, komponen sistem mempunyai karakteristik yang sudah

    diketahuiatau mempunyai fungsi dan pola atau konfigurasi terlekat (built-in) yang

    dirancang secara spesifik sehingga menghubungkan dan memadukan komponen-

    komponen untuk membentuk struktur dan perilaku intrinsic dari sistem secara keseluruhan.

    Pendekatan sistem untuk menangani berbagai masalah proses perancangan dan

    perencanaan yang berkaitan dengan integrasi komponen harus mampu melakukan

    identifikasi komponen serta spesifikasi perilakunya secara spesifik, dan memperlihatkan

    rumsan konfigurasi hubungan yang spesifik.

    Contoh yang sederhana mengenai kaitan fisik komponen-komponen diperlihatkan

    pada Gambar 3.11a. Speerti ditunjukkan, sistem struktural pada gambar tersebut terbentuk

    dari sejumlah komponen struktural yang dihubungkan secara sendi satu sama lain dan pada

    tumpuan sendi di bagian dasar serta pada sambungan ikat di bagian atas. Bila sistem ini

    dikenai suatu beban vertikal seperti tampak dalam gambar, berbagai komponen sistem,

    sendi dan tumpuan akan bereaksi terhadap beban masukan sistem dengan menerima beban

    dan melakukan perubahan bentuk (deformasi) sehingga respon sistem keseluruhan berupa

    perpindahan (displacement) sendi dan regangan anggota komponen mencapai suatu

    keadaan keseimbangan. Gambar 3.11b, misalnya, menunjukkan dalam bentuk yang terinci

    sifat dari gaya-gaya anggota komponen pada masing-masing elemen komponen secara

    individual akibat dikenakannya beban vertikal. Prosedur analisis sistem untuk menentukan

    gaya reaksi, gaya anggota komponen, perpindahan serta lendutan (defleksi) sistem yang

    dihasilkan harus secara eksplisit memperhitungkan lokasi spatial (ruang), orientasi, serta

    konfigurasi hubungan masing-masing komponen sistem.

    Sebagai contoh yang spesifik, tinjaulah suatu operasi pemindahan tanah (earth

    moving) yang melibatkan mesin pengikis (scrapers) dan bulldozer. Scraper diberi beban-

    dorong dan diakselerasikan dnegan sebuah dasar pendorong, kemudian mengangkut dan

    membuang muatannya di suatu daerah timbunan sebelum kembali untuk mengangkut

    beban lain. Model sistem yang menggambarkan struktur teknologis dari operasi

    pemindahan tanah ini diperlihatkan dalam gambar 3.12.

  • Civil Engineering University of Indonesia

    CIVIL ENGINEERING SYSTEM KELOMPOK 7

    Gambar 3.11 Model sistem struktural

    Gambar 3.12 Modela sistem operasi pemindahan tanah

  • Civil Engineering University of Indonesia

    CIVIL ENGINEERING SYSTEM KELOMPOK 7

    3.6 PENDEKATAN PROSES KEPUTUSAN

    Keputusan dapat dipandang sebagai pemilihan alternatif yang disukai, atau

    serangkaian tindakan, diantara alternatif-alternatif yang diketahui dan tersedia bagi

    pengambil keputusan. Pengambilan keputusan menyiratkan bahwa pengambil keputusan

    sadar akan adanya sejumlah alternatif dan kemungkinan konsekuensi-konsekuensi yang

    dapat timbul akibat pemilihan alternatif tertentu. Selain itu, pengambil keputusan dapat

    mengambil keputusan bilamana keinginan akan hasil tertentu akan dievaluasi dengan cara

    tertentu berdasarkan satu atau lebih dalam proses keputusan, maka tidak akan didapat

    keputusan yang sahih (valid).

    Sebagai contoh pemodelan proses keputusan perekayasaan, tinjaulah model

    keadaan yang sebelumnya telah dikembangkan untuk masalah bak penampung. Masalah

    ini dapat dengan mudah diperluas sehingga mencakup keputusan-keputusan manajemen

    bak penampung yang mungkin. Misalkan pada suatu saat tertentu telah diambil keputusan

    untuk menyalurkan air yang setara dengan seperempat volume bak penmapung dan hujan

    setempat yang turun setelah itu menghasilkan aliran-masuk dari sungai sebanyak setengah

    volume bak penampung. Kemudian asumsikanlah bahwa kandungan bak penampung awal

    adalah Si. Gambar 3.13 memodelkan interaksi keputusan manajemen guna memenuhi

    komitmen unutk memasok air selama selang waktu berikutnya dan arus-masuk actual yang

    dapat terjadi akibat aliran suagi dan hujan alamiah.

    Gambar 3.13 Transformasi keadaan untuk model sistem bak penampung

  • Civil Engineering University of Indonesia

    CIVIL ENGINEERING SYSTEM KELOMPOK 7

    Gambar 3.14 Model pengelolaan sistem bak penampung

  • Civil Engineering University of Indonesia

    CIVIL ENGINEERING SYSTEM KELOMPOK 7

    BAB 4

    PENGANTAR PEMODELAN SISTEM

    4.1 KEBUTUHAN AKAN PEMODELAN

    Salah satu langkah dalam proses pendesainan dan proses perencanaan adalah

    proses pemodelan dari suatu permasalahan yang telah diformulasikan. Seorang engineer

    harus memutuskan bagaimana suatu masalah harus diselesaikan dan cara-cara yang yang

    bertentangan dengan penyelesaian masalah tersebut. Untuk mengajukan suatu desain dan

    menganalisa suatu proses, seorang engineer harus mengembangkan satu atau lebih suatu

    model yang bisa menggambarkan semua aspek yang relevan dari yang ada pada masalah

    tersebut. Model biasa digunakan secara luas oleh seorang engineer, untuk membantu

    mendeskripsikan, menganalisi, dan tahap-tahap dari dalam menyelesaikan suatu masalah;

    untuk menfasilitasi penyampaian ide pihak lain. Suatu model adalah penggambaran bentuk

    dari suatu kenyataan.

    4.2. MACAM-MACAM PEMODELAN DAN TUJUANNYA

    Seorang engineer bisa menggunakan berbagai macam jenis variasi dari tipe

    pemodelan. Diantaranya :

    1. Model fisis, yang merupakan penggambaran fisik sesungguhnya.

    2. Model grafis, yang merupakan gambaran garis atau skematis

    3. Model matematis, yang menggambarkan masalah dalam bentuk/ungkapan matematis

    Setiap model tersebut mempunyai kegunaan dalam mendesain dan proses perencanaan.

    Model fisik biasanya digunakan untuk menyediakan gambaran desain yang berskala,

    contohnya bendungan, gedung, dan airport. Model model grafik biasa digunakan engineer

    yang berkaitan dengan gambar, atau dikenal dengan nama blue print, histogram. Kurva

    menunjukkan hubungan antara 2 parameter. Model matematik menggunakan symbol-

    simbol atau notasi-notasi. Biasa digunakan untuk menggambarkan hukum alam dan

    hubungan antara parameter dan batasan masalah. Dengan meningkatnya kecanggihan

    teknologi komputer maka model matematika memegang peranan penting dalam proses

    pendesainan dan perencanaan.

  • Civil Engineering University of Indonesia

    CIVIL ENGINEERING SYSTEM KELOMPOK 7

    Untuk tujuan pengklasifikasian model dalam berbagai tipe, model dapat diklasifikasikan

    dalam 3 bentuk sesuai dengan tujuanya, diantaranya sebagai berikut :

    1. Descriptive models. Deskriptive model biasanya digunakan untuk menghadirkan detail

    spesifikasi dari apa yang terlibat dan apa yang harus dipenuhi.

    2. Behavioral model, Behavioral model biasanya digunakan untuk merepresentasikan

    respn karakteristik dari suatu sistem.

    3. Decision models, Decision model biasa digunakan untuk memilih alternative solusi

    terbaik dari berbagai macam alternative yang ada berdasarkan apa yang dibutuhkan

    seorang engineer.

    4.3. KONSEP PEMODELAN GRAFIK LINEAR

    Konsep Linear grafik sebenarnya sederhana tetapi sangat berguna dalam proses

    pemodelan. Grafik linear dilengkapi dengan nodes (biasanya ditandai dengan sebuah titik)

    dan cabang (biasanya digambarkan dengan sebuah garis antara nodes). Nodes bisa

    dipergunakan untuk merepresentasikan sistem komponen dan cabang untuk

    merepresentasikan hubungan antar 2 komponen.. Grafik linear tidak digambarkan sesuai

    dengan skala, dan letak posisi cabang dan titik tidak harus sesuai dengan posisi

    aslinya.linear grafik teori adalah konsep abstrak. Tujuan utama dari linear grafik adalah

    untuk membuat ringkasan. Gambar dari 4.1 menggambarkan 2 grafik linear model dari

    suatu sistem yang terdiri dari 4 komponen.

    Gambar 4.1 Model grafik linear

  • Civil Engineering University of Indonesia

    CIVIL ENGINEERING SYSTEM KELOMPOK 7

    Contoh 4.1

    Terdapat sebuah masalah yang dialami oleh seorang kontraktor konstruksi yang

    memilih rute untuk memindahkan beberapa barang berat konstruksi dari Chicago menuju

    Urbana, Illnois. Kontraktor tersebut tidak mempunyai gambaran antar 2 jalan atau 4 jalan

    raya, tetapi mau menghindari perjalanan pada jalur kedua karena batas beban angkut.

    Kontraktor tersebut mengharapkan jalan tercepat dengan waktu tersingkat.setelah

    mempelajari peta jalan, terdapat 3 pilihan seperti yang tertera pada gambar di bawah ini.

    Gambar 4.2 Gambaran grafik linear jaringan jalan raya

    Di gambar ini titik menggambarkan kota dan cabangnyamenggmbarkan jalan raya,

    anaka yang terdapat sepanjang jalan raya mengindikasikan waktu perjalanan. Dapat dilihat

    dari gambar diatas rute terbaik adalah Chicago- kankakee-Paxtron- Rantoul- Urbana yang

    membutuhkan waktu perjalanan 160 menit, dan pilihan terbaik kedua adalah rute Chicago-

    Dwight-Urbana yang membutuhkan waktu 170 menit. Rute melalui boomiongton

    membutuhkan waktu sekitar 200 menit.

    Contoh 4.2

    Gambar 4.3 Menggambarkan grafik linear yang merepresentasikan jadwal masalah

    pembangunan rumah susun. Setiap panah menggambarkan aktivitas pekerjaan dan

    dilengkapi dengan waktu dalam jam, Arah panah menggambarkan urutan pekerjaan yang

  • Civil Engineering University of Indonesia

    CIVIL ENGINEERING SYSTEM KELOMPOK 7

    harus dilaksanakan. Sebagai contoh pembuatan rangka tidak bisa dikerjakan sebelum

    pembuatan lantai diselesaikan tetapi boleh dimulai sebelum penyelesaian kabel listrik dan

    pipa.

    Gambar 4.3 Model grafik linear suatu rencana konstruksi

    Contoh 4.3

    Permasalahan yang dihadapi oleh seorang kontraktor adalah memasang sebuah

    peralatan di dalam sebuah sungai datar yang ambang batas ainya telah melebihi batas

    normal yang dapat mengakibatkan banjir. Kontraktor tersebut harus memilih dari 3 pilihan

    yang ada :

    1. Memindahkan peralatan

    2. Meningalkan peralatan di area tersebut dan membangun platform pelindung

    3. Meninggalkan peralatan di area yang tak terlindungi

  • Civil Engineering University of Indonesia

    CIVIL ENGINEERING SYSTEM KELOMPOK 7

    Gambar 4.4 adalah grafik linear dari masalah dalam mengambil keputusan di atas.

    Tipe dari grafik linear ini biasa disebut Decision tree.

    Gambar 4.4 Model grafik linear untuk masalah keputusan kontraktor

    4.4 KONSEP PEMODELAN MATEMATIS

    Model matematik mengandung informasi yang digambarkan dalam suatu bentuk

    spesifik dari suatu masalah yang ada. Model matematik dapat dipertimbangkan

    dikembangkan menjadi beberapa nomor komponen modeling. Tipe komponen modeling

    adalah :

    1. Descriptive komponen

    2. Schemative komponen

    3. Symbolic Definition Komponen

    4. Matematik komponen

    Gambar 4.5 Komponen dasar dari suatu model matematis

  • Civil Engineering University of Indonesia

    CIVIL ENGINEERING SYSTEM KELOMPOK 7

    Sebagai ilustrasi dari model matematik proses dapat dilihat di bawah ini

    Modelling komponen 1 : Pendeskripsian dari masalah dan tujuan.

    Sebuah batang lurus yang mempunyai panjang terbuat dari material elastis, batang tersebut

    tergantungvertikal dari tumpuan dan membawa beban triaksial

    Modellling komponen 2 : arti simbol

    A = titik penghubung dari suatu batang menuju tumpuan

    B = titik ujung dari batang

    L = panjang batang , dalam inchi

    Ax

    = deformasi

    Modelling komponen 3

    = cross section area dari batang

    E = Modulus yong

    P = Gaya axial

    = tekanan batang

    = regangan batang

    Modelling komponen 4 : Formula matematik dari sifat batang

  • Civil Engineering University of Indonesia

    CIVIL ENGINEERING SYSTEM KELOMPOK 7

    Komponen dari modelling 4 adalah formulasi matematik dari teknologi

    pendeskripsian dari sifat batang. Pemilihannya bergantung pada tingkat teknologi yang

    tersedia dan diketahui oleh pembuat model dan juga yang relevan untuk mengahadapi

    masalah yang ada.

    Modelling komponen 5 : Formula matematik dari interaksi komponen sistem

    L = ub-ua

    Ua = 0

    P=Pb

    Pa= pb

    Metode komponen 5 menyatakan sistem struktur terkait dengan kompnen dari parameter

    batang dan titik parameter.

    Modelling Komponen 6 : asal sistem matematik dari respon sistem

    Dari komponen 4 AxEPLL =

    Dari komponen 5 suL '=

    P=Ps

    Komponen modeling 6 adalah pernyataan yang mengindikasikan bagaimana pemodel

    bermaksud untuk membaca sistemnya

    Modelling komponen 7 : formulasi matematika dari masalah pendesainan

    =AxE

    bLPbu ''

    Sehingga,

  • Civil Engineering University of Indonesia

    CIVIL ENGINEERING SYSTEM KELOMPOK 7

    =

    bLPAxE ' a constant

    Komponen modelling 7 adalah formulasi matematika yang mengekspos design

    variabel Ax dan E. Pemodel sekarang dapat menetapkan kriteria desain untuk mengetes

    apakah desainnya sesuai atau tidak.

    Total dari model matematik untuk masalah desain dirangkum dalam gambar di

    bawah ini. 7 Komponen digambarkan dalam berbagai jenis cara seperti perwujudan dari

    tujuan atau fungsi model, ruang lingkup penyelidikan, batasan realita dan pengetahuan

    pemodel akan teknologi

    Gambar 4.6 Model matematis masalah perancangan sistem

    4.5 PEMODELAN MATEMATIS: SISTEM BATANG GABUNGAN

    Jika suatu persamaan dianggap sebagai suatu permodelan dari suatu kondisi atau

    bagian, maka kumpulan persamaan dapat menggambarkan sebuah permodelan suatu

    sistem. Kenyataannya, banyak sistem menggunakan bentuk sekumpulan persamaan secara

    bersamaan, baik itu secara aljabar, fungsionil, diferensial atau integral.

  • Civil Engineering University of Indonesia

    CIVIL ENGINEERING SYSTEM KELOMPOK 7

    Dalam beberapa kasus, setiap satu persamaan menunjukkan suatu kondisi yang

    baru dimulai dengan mempertimbangkan komponen lain dalam permodelan sistem. Dalam

    kasus lain, setiap persamaan menunjukkan suatu pembatasan baru dalam hubungan antara

    kumpulan variable sistem.

    Pengetahuan yang sangat dalam kedalam permodelan matematik dapat di dapatkan

    jika macam-macam persamaan di kelompokkan ke dalam kumpulan dimana sekumpulan

    persamaan focus ke dalam suatu tipe spesifik dari pembatasan sistem ( contohnya, sifat

    komponen, sistem struktur, kesetimbangan sistem )

    Dalam permodelan matematik dalam sistem engineering, setiap komponen sistem

    mungkin memerlukan komponen permodelan yang di definisikan diatas dan di gambarkan

    dalam gambar 4.6.

    Sebagai contoh, dengan mempertimbangkan penggabungan sistem batang yang

    ditunjukkan dalam gambar 4.7. Walaupun dalam penggabungan khusus sistem batang

    dapat dipertimbangkan sebagai contoh yang sederhana dan memiliki nilai yang kecil dalam

    aplikasi yang praktis, contoh yang akan ditunjukkan untuk menggambarkan suatu

    pendekatan yang dapat di aplikasi kedalam permodelan oleh banyak sistem engineer.

    Kenyataanya, beberapa dari program komputer yang hebat yang telah dikembangkan untuk

    menganalisa jaringan struktur didasarkan pada permodelan matematik yang salah satunya

    sangat mudah untuk ditunjukkan disini.

    4.5.1 RUMUSAN MASALAH

    Penggabungan sistem batang yang ditunjukkan dalam gambar 4.7 terdiri

    dari 4 batang komponen 1, 2, 3 dan 4, yang dihubungkan oleh 3 batang horizontal

    yang pendek A, B dan C, dimana batang A telah ditentukan. Pembuatan batang-

    batang horizontal ini dapat dianggap sebagai potongan melintang yang kaku

    sehingga batang vertikal dipaksa mengalami hanya deformasi aksial; oleh karena

    itu, batang horizontal tetap horizontal dan dapat dianggap sebagai sambungan yang

    individual dalam struktur.

    Sistem ini dapat di bebani dengan beban sambungan PB dan PC di B dan

    C, menghasilkan tegangan reaksi PA. Beban sambungan PB dan PC

    Sebagai hasil sistem aplikasi beban, batang akan terbebani, menghasilkan

    gaya axial P

    dapat

    dianggap sebagai input sistem.

    1, P2,...,P4, dan batang akan mengalami deformasi sebesar u1, u2,..., u4.

  • Civil Engineering University of Indonesia

    CIVIL ENGINEERING SYSTEM KELOMPOK 7

    beban dalam dan deformasi sistem akan mengakibatkan sambungan B dan C

    mengalami pergeseran sebesar uB dan uC. Karena sambungan A adalah perletakan

    kaku, pergeseran uA adalah nol. Pergeseran sambungan uB dan uC dapat

    dianggap sebagai ukuran respon sistem terhadap beban input sistem.

    Permasalahannya adalah untuk mengembangkan suatu permodelan

    matematik yang dapat digunakan untuk menganalisa respon sistem dalam berbagai

    macam kombinasi beban di B dan C. Ini didapati jika sekumpulan persamaan dapat

    dikembangkan untuk menunjukkan respon parameter sistem uB dan uC sebagai

    fungsi input parameter sistem PB dan PC

    1. Sifat komponen. Respon batang ketika permasalahan terhadap beban axial di

    pengaruhi oleh hukum fisik, biasanya di anggap sebagai equation of state.

    .

    4.5.2 KENDALA SISTEM

    Beberapa pembatasan dalam struktur dapat diketahui sebagi berikut :

    2. Kompatibilitas sistem. Hubungan geometrik yang ada antara perpanjangan

    batang dan perpindahan dari sambungan.

    3. Kesetimbangan sistem. Komponen kesetimbangan yang stabil dalam beban

    statis.

    4.5.3 PERILAKU KOMPONEN

    Telah ditunjukkan bahwa hubungan yang ada antara gaya axial Pi dalam

    batang dan perpanjangan ui (4.1)

    :

    Dimana Ei adalah modulus young dari material yang digunakan dalam

    batang i dalam pon per inch persegi, Ai adalah luas area batang i dalam inch persegi

    dan Li adalah panjang batang dalam inch. Dalam ilmu teknik yang berhubungan

    dengan struktural, ki adalah koefisien kekakuan batang i dan ditunjukkan dalam

    satuan gaya batang per satuan pergeseran (lb/in). Koefisien kekakuan ki

    iiii

    iii ukuL

    AEP ==

    menunjukkan kekakuan batang i dan merupakan fungsi dari suatu material, luas

    area dan panjang.

  • Civil Engineering University of Indonesia

    CIVIL ENGINEERING SYSTEM KELOMPOK 7

    Untuk dapat menyelesaikan permodelan batang, sebuah tanda angka-angka

    perlu dikembangkan untuk persamaan 4.1. Karena batang mengalami perpanjangan

    ketika gaya axial meregang dan memendek ketika gaya axial menekan dan negatif

    ketika dalam menekan. Dengan cara yang sama, ui bernilai positif ketika batang

    mengalami perpanjangan dan bernilai negatif ketika mengalami pemendekan.

    Satu persamaan dapat digunakan untuk menunjukkan respon dari tiap-tiap ke 4

    batang dalam struktur yang telah diberikan.

    P1 = k1u1 P2 = k2u2 P3 = k3u3 (4.2)

    P4 = k4u

    =

    4

    3

    2

    1

    4

    3

    2

    1

    4

    3

    2

    1

    000000000000

    uuuu

    kk

    kk

    PPPP

    4

    Dalam matrik angka-angka, persamaan 4.2 menjadi

    (4.3)

    Menjadi, P(4x1) = K(4x4) u(4x1) (4.4)

    Dimana

    P(4x1) = kolom matrik dari komponen gaya axial

    u(4x1) = kolom matrik dari komponen deformasi axial

    K(4x4)

    Menyambungkan batang-batang bersamaan untuk membentuk sistem

    struktur memerlukan pengembangan tanda matematik untuk melakukan

    kompatibilitas geometrik antara batang yang mengalami perpanjangan dan

    sambungan yang mengalami pergeseran. Kompatibilitas sistem dapat dipastikan

    jika tiap batang terus terhubung kesambungan walaupun sambungan mengalami

    = matrik diagonal dari komponen kekakuan; bentuk

    diagonalnya menunjukkan kebebasan dari keempat

    persamaan

    4.5.4 KESESUAIAN SISTEM

  • Civil Engineering University of Indonesia

    CIVIL ENGINEERING SYSTEM KELOMPOK 7

    pergeseran. Kita anggap pergeseran kebawah sambungan ditunjukkan oleh nilai

    positif dan pergeseran keatas oleh nilai negatif. Kemudian kondisi kompatibilitas

    geometrik antara pergeseran sambungan dan perpanjangan batang dapat

    ditunjukkan oleh sekumpulan persamaan :

    u1 = uA + uB

    u2 = uA + uB

    u3 = uB + uC

    u4 = uA + uC (4.5)

    Karena sambungan A diasumsikan kaku, uA = 0, dan persamaan diatas dapat

    dengan mudah menjadi :

    u1 = uB

    u2 = uB

    u3 = uB + uC

    u4 = uC

    =

    '''

    101110011011

    4

    3

    2

    1

    C

    B

    A

    uuu

    uuuu

    (4.6)

    Dalam matrik, persamaan 4.5 menjadi

    (4.7)

    Menjadi, u(4x1) = (4x3) u(3x1) (4.8)

    Dimana

    u(3x1) = kolom matriz pergeseran sambungan

    (4x3) = matrik segi empat dari koefisien yang menghasilkan pergeseran

    relatif dalam perkalian matrik dengan u

    Karena beban yang dipakai P

    (3x1)

    . 4.5.5 KESEIMBANGAN SISTEM

    B dan PC adalah statis, sistem ada dalam

    persamaan jika jumlah aljabar beban yang bekerja di setiap sambungan struktur

    bernilai sama dengan nol. Gambar 4.8 menunjukkan gaya yang bekerja di struktur

  • Civil Engineering University of Indonesia

    CIVIL ENGINEERING SYSTEM KELOMPOK 7

    yang ada. Gaya axial batang ditunjukkan sebagai gaya rentang dan gaya pada

    sambungan melengkung ke bawah. Kita anggap lengkungan ke bawah karena gaya

    pada sambungan bernilai positif dan lengkungan ke atas karena gaya pada

    sambungan bernilai negatif. Persamaan berikut dapat ditunjukkan sebagai berikut.

    Di sambungan A :PA + P1 + P2 + P4 = 0 Di sambungan B :PB - P1 - P2 + P3 = 0

    Di sambungan C : PC - P3 - P4 = 0 (4.9)

    Mengatur kembali hubungan untuk memisahkan beban pada sambungan

    yang ada dari komponen beban batang menghasilkan

    PA = - P1 - P2 - P4 PB = + P1 + P2 - P3 PC = P3 + P4

    =

    4

    3

    2

    1

    110001111011

    '''

    PPPP

    ppp

    C

    B

    A

    (4.10)

    Dalam matrik

    (4.11)

    Dengan membandingkan matrik koefisien dari persamaan 4.11 dengan matrik

    koefisien dalam persamaan 4.7, kita dapatkan

    P(3x1) = T(3x4) P(4x1) (4.12)

    Dimana P adalah matrik kolom dari gaya sambungan dan Tadalah matrik

    transpose dari ; sehingga, baris dan kolom saling menggantikan.

    4.5.6 MODEL SISTEM

    Permodelan matematik yang lengkap dari gabungan sistem batang didapat

    dengan mengkelompokkan persamaan 4.4, 4.8 dan 4.12 bersama-sama sehingga

    didapatkan :

    4 persamaan bagian :

  • Civil Engineering University of Indonesia

    CIVIL ENGINEERING SYSTEM KELOMPOK 7

    P(4x1) = K(4x4) u(4x1)

    (4.4)

    4 persamaan kompatibilitas :

    u(4x1) = (4x3) u(3x1)

    (4.8)

    4 persamaan kesetimbangan :

    P(3x1) = T(3x4) P(4x1) (4.12)

    Persamaan 11 berisi 14 variable sistem P1, P2, P3, P4, u1, u2, u3, u4, PA, PB, PC, uA, uB dan uC. sebagai solusinya, 3 variable harus di spesifikkan.

    Dalam contoh ini, uA = 0 dan PB dan PC diketahui dari kondisi beban yang

    diketahui.

    Lebih jauh, dengan melakukan substitusi yang simpel, permodelan

    matematik dapat dikembangkan untuk menunjukkan hubungan antara respon sistem

    vektor u dan input sistem vektor P. Sehingga, dengan menyubstitusi persamaan

    4.4 kedalam persamaan 4.12, sehingga didapat :

    P = TKu

    Kemudian, menyubstitusi persamaan 4.8 kedalam persamaan ini

    P = (TK)u (4.13)

    Dimana memerlukan permodelan matematik.

    Persamaan 4.13 menunjukkan hubungan antara P dan u dalam

    penggabungan sistem batang. Jika u ditentukan, P dapat dihitung langsung dari

    persamaan 4.13. jika P ditentukan, u dapat dihitung dari persamaan matrik berikut

    :

    u = (TK)-1

    =

    3

    2

    4

    3

    2

    1

    '''

    101110011011

    000000000000

    110001111011

    '''

    uuu

    kk

    kk

    PPP A

    C

    B

    A

    P (4.14)

    Dalam bentuk tulisan tangan, persamaan 4.13 menjadi

    Dengan menyelesaikan perkalian matrik,

    =

    3

    2

    43

    321

    121

    '''

    101110011011

    000

    0

    '''

    uuu

    kkkkk

    kkk

    PPP A

    C

    B

    A

  • Civil Engineering University of Indonesia

    CIVIL ENGINEERING SYSTEM KELOMPOK 7

    Didapatkan

    +

    ++

    ++

    =

    3

    2

    4334

    332121

    421421

    '''

    '''

    uuu

    kkkkkkkkkkkkkkkk

    PPP A

    C

    B

    A

    (4.15)

    Persamaan 4.15 memiliki 3 persamaan aljabar sebagi berikut :

    PA = (k1 + k2 + k3)uA (k1 + k2)uB k4uC

    (4.16) PB = (k1 + k2)uA + (k1 + k2 + k3)uB k3uC (4.17) PC = k4uA k3uB + (k3 + k4)uC (4.18)

    Karena uA = 0, persamaan ini dapat disederhanakan menjadi :

    PA = (k1 + k2)uB k4uC (4.19) PB = (k1 + k2 + k3)uB k3uC (4.20) PC = k3uB + (k3 + k4)uC (4.21)

    Sehingga, diberikan PB dan PC, uB dan uC. Dapat ditentukan dengan

    menyelesaikan persamaan 4.20 dan 4.21. Reaksi beban sambungan PA

    +++

    =

    C

    B

    C

    B

    uu

    kkkkkkk

    PP

    ''

    ''

    433

    3321

    dapat

    dihitung dari persamaan 4.19. Dalam matrik, persamaan 4.20 dan 4.21 dapat ditulis

    sebagai berikut

    (4.22)

    Dan solusinya adalah sebagai berikut

    +++

    =

    C

    B

    C

    B

    PP

    kkkkkkk

    uu

    ''

    '' 1

    433

    3321 (4.23)

    Dimana menunjukkan hasil akhir input-output dari respon permodelan.

    Invers matrik ini memasukkan semua 3 jenis pembatasan sistem dalam masalah :

    sifat komponen, kompatibilitas sistem dan kesetimbangan sistem dan menunjukkan

    material yang digunakan sebagai batang, geometri dan kesetimbangan struktur.

    Sehingga, untuk desain struktur yang diberikan, matrik invers ini tetap konstan dan

    permodelan matematik dalam persamaan 4.23 dapat digunakan untuk

    menyelesaikan pergeseran sambungan uB dan uC untuk berbagai kumpulan beban

    sambungan PB dan PC Permodelan ini dapat digunakan dalam prosedur untuk mendesain sebuah

    struktur. Properti dari komponen struktural dan konfigurasi dapat dipilih dan uji

    .

  • Civil Engineering University of Indonesia

    CIVIL ENGINEERING SYSTEM KELOMPOK 7

    respon melalui permodelan. Jika respon tidak memenuhi kriteria, properti dari

    komponen struktural dan konfigurasi harus diganti dan analisa harus diulang.

    4.5.7 CONTOH NUMERIK

    Sebagai contoh, mengingat kasus spesifik yang ditunjukkan gambar 4.9.

    Sesuai dengan persamaan 4.23,

    =

    85

    5.54412

    '' 1

    B

    B

    uu

    Oleh karena itu,

    =

    =

    .32.2.19.1

    85

    24.008.008.011.0

    ''

    inin

    uu

    B

    B

    Dan PA = -8uB 1.5uC = - 13 lb

    Jika beban diganti maka PB = 6 lb dan PC

    =

    =

    .88.2.46.1

    106

    24.008.008.011.0

    ''

    inin

    uu

    B

    B

    = 10 lb, solusi yang baru dapat dihitung

    sebagai berikut :

    Dan PA = -8uB 1.5uC

    Dalam banyak manajemen engineering dan situasi keputusan tidak jelas untuk

    diputuskan dan/atau dengan teliti perumusan permasalahn dapat dimunculkan. Dalam

    kasus ini engineer harus membuat sebuah perumusan dan permodelan sistem yang khusus

    jika keputusan harus ditetapkan. Sebagai contoh pendekatan ini, anggap permodelan

    matematik dengan pendekatan untuk permasalahan area sekumpulan gedung-gedung dari

    = 16.00 lb

    Grafik linear dan perumusan matrik topologi dari penggabungan masalah

    batang dimungkinkan dan sangat berguna sekali sebagaimana dasar logika untuk

    perumusan automatis dari permasalahan untuk solusi dengan digital komputer.

    4.6 PENDEKATAN PEMODELAN MATEMATIS UNTUK INSTALASI

    PENGADUKAN BETON

  • Civil Engineering University of Indonesia

    CIVIL ENGINEERING SYSTEM KELOMPOK 7

    beton disebutkan dengan jelas sebagai bagian dari permasalahan perencanaan daerah yang

    dijelaskan dalam chapter 1.

    Diperlukan ketelitian mengingat desain dan opersai dari sekumpulan gedung-

    gedung dari beton berhubungan dengan besarnya beton yang diperlukan dalam proyek.

    Jika diperlukan beton dalam jumlah yang besar lebih dari waktu yang ditentukan,

    kesempatan akan muncul untuk meningkatkan kapasitas produksi dan untuk menyadari

    ekonomi dalam mendapatkan beton. Para engineer kemudian dapat diperlukan untuk

    mengembangkan secara matematik ekonomi dan contoh permodelan simulasi untuk

    keseluruhan proses dan untuk mengembangkan kebijakan manajemen untuk operasi

    mereka.

    Secara umum, permodelan matematik akan diperlukan untuk fitur sistem sebagai

    berikut :

    1. System component and technology models. Permodelan ini menjelaskan angka, tipe,

    ukuran dan karakteristik dari bangunan secara keseluruhan termasuk dalam usaha

    mendapatkan beton berhubungan dengan sekumpulan gedung. Sebagai tambahan,

    komponen permodelan teknologi akan menjelaskan perubahan dalam proses produksi

    material.

    2. The Procurement process structure definition models. Permodelan ini menjelaskan cara

    yang diambil oleh macam-macam material (pasir, aggregate, semen, additif, beton, dan

    lain-lain) melalui bermacam komponen sistem dari sekumpulan gedung. Tergantung

    dari persoalan yang ada, cara yang akan didefinisikan dari sumber untuk tujuan akhir.

    3. The management policy models. Permodelan ini menjelaskan bermacam tindakan yang

    diambil ketika kondisi tertentu muncul, atau memberikan criteria untuk memilih

    alternative ketika ada beberapa pilihan. Permodelan ini harus focus kedalam fitur

    inventaris dari persediaan material, memulai dan mengakhiri pencampuran beton,

    dimana kecepatan penggalian barang tambang meningkat dan persediaan barang

    tambang dapat tergantikan dan seterusnya.

    4. System response models. Permodelan ini menunjukkan karakteristik dari jumlah total

    usaha mendapatkan sistem dalam sekumpulan gedung yang terdapat masalah dalam

    pertimbangan. Beberapa lebih fokus terhadap karakteristik waktu dari sistem, seperti

    waktu respon untuk mengganti campuran beton, mengkosongkan dan menggantikan

    persediaan dan waktu lenggang. Beberapa akan fokus dalam permasalahan manajemen

    yang berhubungan dengan biaya produksi dan kemungkinan terjadinya tambahan dan

  • Civil Engineering University of Indonesia

    CIVIL ENGINEERING SYSTEM KELOMPOK 7

    pengorbanan untuk menghilangkan kemacetan dalam sistem atau untuk meningkatkan

    produktifitas.

    Pengembangan permodelan matematik akan menghasilkan analisa dari sekumpulan

    gedung dengan menunjukkan dasar dari langkah-langkah fungsional dalam program

    komputer. Material berikut dimaksudkan untuk menggambarkan pendekatan terhadap

    permodelan matematik dari sekumpulan gedung tetapi bukan usaha untuk

    menetukantingkat dari permodelan atau menunjukkan permodelan yang lengkap.

    Sekumpulan gedung terbuat dari beton memiliki sekumpulan komponen berat yang

    dihubungkan dengan sistem dari belt conveyer, feed chutes dan hoppers. Bentuk layoutnya

    dapat dilihat pada gambar 4.10.

    Komponen gedung yang ditunjukkan dalam simbol dengan menghubungkan vektor

    atribut untuk menjelaskan secara fisik dan karakteristik fungsional dari komponen. Sebagai

    contoh, tempat penyimpanan semen dapat ditunjukkan denagn simbol TEMPAT

    PENYIMPANAN SEMEN. Bermacam atribut dari tempat penyimpanan dapat menarik

    perhatian : volumenya, jumlah kapasitas semen yang dapat ditampung dan keadaannya saat

    tempat penyimpanan itu berisi semen. Atribut ini dapat ditandai dengan posisi vektor N x l

    yang disebut TEMPAT PENYIMPANAN SEMEN (N) atau diberikan simbol yang unik

    untuk petunjuk. Bangunan pencampur beton akan memiliki kapasitas MIX VOLUME,

    waktu untuk memuat MIX LOAD TIME, waktu pencampuran MIX TIME dan waktu

    pengosongan MIX DUMP TIME. Waktu pencampuran dapat dianggap tetap atau dapat

    dianggap waktu probabilitas tergantung pada kebiasaaan operasi pencampuran dan tingkat

    detail permodelan dan permasalahan yang memerlukan solusi. Dengan cara yang sama,

    setiap komponen ditunjukkan pada gambar 4.10 dapat ditunjukkan sehingga sekumpulan

    simbol dan atribut vektor dihasilkan.

    Arus proses material dihubungkan dengan properti dari belt conveyer, feed chutes

    dan bagian mekanikal lainnya. Arus ini dapat ditunjukkan sebagai waktu teergantung pada

    persamaan dengan batas kapasitas. Sebagai contoh, the Ith aggregat belt conveyer BELT

    CONVEYER (I) akan memiliki karakteristik seperti panjang, lebar dan inklinasi,

    sebagaimana menunjukkan rata-rata volume atau satuan berat per satuan waktusebagai

    fungsi dari kecepatan tali dan penyebaran horsepower yang ada. Terhadap perubahan

    efisiensi peralatan, kondisi aggregat yang besar dalam tali, feed dan sebagainya, kecepatan

    rata-rata dapat merupakan sebuah variabel dengan probabilitas distribusi khusus yang

    dapat ditunjukkan dalam cara dan standar deviasi. Observasi lapangan dalam peralatan

    yang sama dapat menghasilkan data mentah untuk mendefinisikan karakteristik model

  • Civil Engineering University of Indonesia

    CIVIL ENGINEERING SYSTEM KELOMPOK 7

    khusus. Untuk proses pengantaran semen dan beton, ketidak bersambungan arus properti

    harus diasumsikan sebagai fungsi waktu.

    Pernyataan kebijakan manajemen dapat dihubungkan dengan kondisi dari keadaan

    atau bagian sistem. Sebagai contoh, jika tingkat semen didalam tempat penyimpanan

    semen, CEMENT BIN LEVEL (T), dibawah nilai tertentu, CEMENT BIN LEVEL (A),

    feed chute, CEMENT FED CHUTE, dari tempat penyimpanan semen harus diaktifkan

    oleh operator untuk waktu tertentu, DELTA TREFILL, untuk menjamin bahwa tempat

    penyimpanan semen selalu terisi penuh. Pernyataan kebijakan untuk situasi ini dapat

    ditunjukkan dalam bentuk :

    Jika CEMENT BIN LEVEL (T) CEMENT BIN LEVEL (A) maka diaktifkan

    CEMENTFEDCHUTE untuk waktu DELTA

    TREFILL

    Pernyataan kebijakan yang sama dapat dikembangkan untuk setiap poin keputusan

    dalam operasi sekumpulan gedung. Gedung yang terbuat dari beton dimaksudkan untuk

    meproduksi jumlah total beton, TOTAL CONCRETE, diluar waktu konstruksi

    OPERATION LIFE. Mendapatkan jumlah permintaan ORDER SIZE untuk tiap tipe

    pencampuran, seperti MIX TYPE (I). Kenyataannya, ORDER SIZE adalah fungsi dari

    waktudan macam-macam tipe pencampuran beton memerlukan proporsi yang berbeda dari

    aggregat, pasir dan semen.

    Sekalinya variabel terpenuhi dan barang telah teridentifikasi, sejumlah hubungan

    dapat dikembangkan berdasarkan pada simbol kedalam persamaan fungsional sistem.

    Sebagai contoh, dari pertimbangan yang berlanjut, Jumlah detail yang diperlukan

    dan jangkauan permodelan sistemyang dikembangkan akan menjadi fungsi dari

    permasalah yang didefinisikan dan objektif. Bermacam-macam alternatif yang ada untuk

    kedua permodelan dalam tingkat detail dan kebiasaan dimana parameter telah

    dikarakteristikkan. Sebagai hasil dari permodelan menjadi pernyataan formal dari sistem

    dan permasalahan sistem.

    Bagian awal permodelan untuk waktu produksi penggabungan, MIXER

    PRODUCTION TIME, untuk permintaan Nth dari ORDER SIZE(N) dapat diberikan oleh

    = CTIONTIMEMIXERPRODU

    IDLETIMEE)MIXDUMPTIM MIXTIME ME(MIXLOADTI x MIXVOLUME

    N)ORDERSIZE( +++

  • Civil Engineering University of Indonesia

    CIVIL ENGINEERING SYSTEM KELOMPOK 7

    Dimana IDLETIME adalah jumlah waktu selam proses waktu untuk pemesanan

    dimana sekumpulan gedung tidak dilayani oleh truk pengantar di tempat pemuatan.

    Akibatnya, IDLETIME adalah fungsi dari ukuran lebar truk, TRUCKFLEETSIZE dan

    karakteristik dari circle pengantar dan operasi beton yang mengalir dilapangan.

    Model yang ada yang engineer kembangkan harus cocok dengan prosedur sistem

    analisis yang ada dan didukung oleh data yang relevant ke dalam permasalahan khusus

    dalam pertimbangan.

  • Civil Engineering University of Indonesia

    CIVIL ENGINEERING SYSTEM KELOMPOK 7

    BAB 5

    KONSEP OPTIMASI

    5.1 PROSES OPTIMASI

    Proses optimasi adalah proses siklis yang terdiri dari kegiatan perancangan, analisis

    dan penyusunan peringkat alternatif pemecahan yang berlangsung berkesinambungan dan

    saling mempengaruhi. Dalam kerangka pendekatan sistem, telah dikembangkan beberapa

    metode dan prosedur untuk membantu pengambil keputusan dalam mencari pemecahan

    yang optimal

    1. Menentukan ruang lingkup permasalahan.

    2. Menemukan solusi awal.

    3. Mengembangkan system design model.

    (menjelaskan tentang the design characteristics and the interactions of the system

    requirements; berupa model grafis, matematis, ataupun fisis).

    4. Analisis

    5. Evaluasi solusi

    6. Urutkan masing-masing alternatif solusi

    5.2 MOTIVASI DAN KEBEBASAN MEMILIH

    Untuk memungkinkan optimasi, seorang perekayasa harus mempunyai keinginan

    atau setidak-tidaknya rangsangan untuk mencari pemecahan terbaik. Motivasi ini harus

    datang dari kebutuhan untuk memanfaatkan bahan dan sumber daya secara efisien guna

  • Civil Engineering University of Indonesia

    CIVIL ENGINEERING SYSTEM KELOMPOK 7

    meningkatkan kualitas kehidupan. Derajat keberhasilan dalam optimasi sering kali

    ditentukan oleh sejauh mana si perancang merasa termotivasi untuk menemukan

    pemecahan yang optimal.

    5.3 TUJUAN, SASARAN, DAN KRITERIA

    Maksud proses optimasi adalah menentukan sistem yang memungkinkan

    pengambil keputusan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang diterapkan sedekat

    mungkin. Derajat pencapaian tujuan dan sasaran harus diukur dengan seperangkat kriteria

    yang spesifik. Oleh karena itu, mutlak perlu bahwa tujuan, sasaran dan kriteria suatu

    masalah ditetapkan secara jelas selama tahap penentuan batasan (pendefinisian) masalah.

    Tujuan harus benar-benar mencerminkan maksud akhir dari mereka yang mempunyai

    kepentingan langsung ataupun tak langsung dengan masalah. Sebagai contoh, pelajarilah

    masalah perancangan sebuah gedung bertingkat tinggi. Sebagai contoh masalah

    perancangan sebuah gedung bertingkat tinggi.

    Masalah yang muncul tidak hanya melibatkan soal teknologi saja dan dapat dibagi

    menjadi dua masalah yang luas:

    1. Intern : Masalah yang berhubungan dengan kebutuhan akan ruang di dalam gedung

    yang terbatas serta persyaratan pelayanan dan lingkungan yang bersangkutan.

    2. Ekstern : Masalah yang berhubungan denga tuntutan yang ditimbulkan oleh

    bangunan terhadap lingkungan politik, sosial dan ekonomi setempat dimana

    bangunan tersebut dibangun.

    5.4 OPTIMAL

    Pemecahan yang optimal biasanya didefinisikan sebagai pemecahan terbaik secarqa

    teknis yang dicapai tanpa mengkompromikan tujuan dan sasaran apa pun. Ini

    menggambarkan pemecahan ideal yang memungkinkan dicapainya semua tujuan dan

    sasaran. Dalam kenyataan, pemecahan seperti ini jarang ada. Sifat permasalahan

    perekayasaan selalu saja melibatkan kepentingan-kepentingan yang saling bertentangan.

  • Civil Engineering University of Indonesia

    CIVIL ENGINEERING SYSTEM KELOMPOK 7

    Oleh karena itu, proses optimasi hanyalah menghasilkan pemecahan optimal , yaitu

    pemecahan terbaik yang dapat dicapai dalam batas-batas kendala perancangan dan

    teknologi.

    5.5 SUBOPTIMASI

    Kualitas dan prestasi bagiam-bagian komponen ini kemudian dikendalikan dengan

    seperangkat spesifikasi yang menetapkan tujuan dan sasaran bagi setiap komponen. Proses

    mengoptimalkan satu komponen dari sebuah sistem menurut bagian kumpulan (subset)

    tujuan, sasaran dan kriteria dinamakan suboptimasi.

    5.6 METODE OPTIMASI

    1. Pendekatan Analitis (mathematical Programming)

    Aplikasi hanya untuk jumlah perintah sistem problem (berupa variabel). Misal,

    x1, x2, , xn = Desain permasalahan

    at = Nilai satu unit xt untuk seluruh sistem

    maka jumlah nilai seluruh sistem dalam fungsi matematis:

    n C = at xt

    i=1

    Batasan sistem :

    Batas bawah G1 = (x1, x2, , xn) / a1

    Batas atas H1 = (x1, x2, , xn) / b1

    Persamaan P1 = (x1, x2, , xn) = c1

    Perkiraan Q1 = (x1, x2, , xn) ~ d1

  • Civil Engineering University of Indonesia

    CIVIL ENGINEERING SYSTEM KELOMPOK 7

    2. Pendekatan Kom