Rancang bangun sistem traceability berbasis teknologi...

7
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pertanian organik adalah sistem pertanian yang holistik yang mendukung dan mempercepat biodiversity, siklus biologi dan aktivitas biologi tanah. Sertifikasi produk organik yang dihasilkan, penyimpanan, pengolahan, pascapanen, dan pemasaran harus sesuai standar yang ditetapkan oleh badan standardisasi (IFOAM 2008). Menurut Bandan Standardisasi Nasional (2002), Organik adalah istilah pelabelan yang menyatakan bahwa suatu produk telah diproduksi sesuai dengan standar produksi organik dan sertifikasi oleh lembaga sertifikasi resmi. Pertanian organik didasarkan pada penggunaan minimum dari masukan eksternal, serta menghindari penggunaan pupuk pestisida sintetis.Tujuan utama pertanian organik adalah menyediakan produk-produk pertanian, terutama bahan pangan yang aman bagi kesehatan produsen dan konsumennya serta tidak merusak lingkungan. Gaya hidup sehat demikian telah melembaga secara internasional yang mensyaratkan jaminan bahwa produk pertanian harus beratribut aman dikonsumsi, kandungan nutrisi tinggi dan ramah lingkungan. Preferensi konsumen seperti ini dan perkembangan ekonomi menyebabkan permintaan produk pertanian organik dunia meningkat pesat (Mayrowani 2012). Perkembangan pertaian organik menjadi sorotan global. Perkembangan yang terjadi seacara internasional cukup pesat diberbagai negara. Negara maju dan negara berkembang mulai memasyarakatkan pertanian organik. Selain negara maju, masyarakat dengan demografis yang memiliki penddidikan tinggi dan pendapatan tinggi juga mempengaruhi preferensi terhadap konsumsi organik (Tsakiridou et al. 2008). Gaya hidup sehat masyarakat menjadi salah satu daya tarik bagi produsen di dunia untuk menjalankan pertanian secara organik. Gaya hidup sehat juga telah melembaga secara internasional yang mensyaratkan jaminan produk pertanian dengan atribut aman dikonsumsi, kandungan (food safety attributes), kandungan nutrisi tinggi (nutritional attributes), dan memiliki label ramah lingkungan (eco- labelling attributes) (Mayrowani 2012). Pasar global produk hasil pertanian organik telah tumbuh lebih dari 4,7 kali sejak tahun 1999 dari 15,2 milyar dollar menjadi 72 milyar dollar pada tahun 2013 (Sahota 2015). Selama kurun waktu 15 tahun (1999-2014) terjadi peningkatan yang pesat baik dari perluasan lahan pertanian organik di seluruh dunia. Lahan pertanian pada tahun 1999 hanya 11 juta ha dan meningkat hamper empat kali lipat selama kurun waktu 15 tahun menjadi 43.7 juta ha. Luas lahan pertanian organik menunjukan perkembangan yang pesat di sebagian besar negara, bahkan terdapat peningkatan pertumbuhan yang cukup tinggi untuk beberapa komoditi pertanian organik di dunia. Perkembangan pertanian organik didunia berkembangan cepat, namun persentase luas lahan pertanian organik dunia terhadap dari total luas lahan pertanian keseluruhan baru mencapai satu persen (IFOAM 2016) Perkembangan produsen atau pelakuk usaha pertanian organik didunia berkembang cukup pesat. Pada presentasi Organic Agriculture Worldwide, Wiiler (2016) melaporkan bahwa pada tahun 2014 total jumlah produsen pertanian organik dunia mencapai 2,3 juta, meningkat 2,1 juta dari tahun 1999 dan meningkat 0,3 juta dari tahun 2013. Peningkatan produsen tersebut cukup pesat walaupun sempat terjadi penurunan produsen pada tahun 2010 dengan total 1,6 juta produsen Pada

Transcript of Rancang bangun sistem traceability berbasis teknologi...

Page 1: Rancang bangun sistem traceability berbasis teknologi ...repository.sb.ipb.ac.id/3466/5/R54-05-Irsyaputra-Pendahuluan.pdfStatistik Pertanian Organik Indonesia (SPOI) yang dilakukan

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pertanian organik adalah sistem pertanian yang holistik yang mendukung

dan mempercepat biodiversity, siklus biologi dan aktivitas biologi tanah. Sertifikasi

produk organik yang dihasilkan, penyimpanan, pengolahan, pascapanen, dan

pemasaran harus sesuai standar yang ditetapkan oleh badan standardisasi (IFOAM

2008). Menurut Bandan Standardisasi Nasional (2002), Organik adalah istilah

pelabelan yang menyatakan bahwa suatu produk telah diproduksi sesuai dengan

standar produksi organik dan sertifikasi oleh lembaga sertifikasi resmi. Pertanian

organik didasarkan pada penggunaan minimum dari masukan eksternal, serta

menghindari penggunaan pupuk pestisida sintetis.Tujuan utama pertanian organik

adalah menyediakan produk-produk pertanian, terutama bahan pangan yang aman

bagi kesehatan produsen dan konsumennya serta tidak merusak lingkungan. Gaya

hidup sehat demikian telah melembaga secara internasional yang mensyaratkan

jaminan bahwa produk pertanian harus beratribut aman dikonsumsi, kandungan

nutrisi tinggi dan ramah lingkungan. Preferensi konsumen seperti ini dan

perkembangan ekonomi menyebabkan permintaan produk pertanian organik dunia

meningkat pesat (Mayrowani 2012).

Perkembangan pertaian organik menjadi sorotan global. Perkembangan

yang terjadi seacara internasional cukup pesat diberbagai negara. Negara maju dan

negara berkembang mulai memasyarakatkan pertanian organik. Selain negara maju,

masyarakat dengan demografis yang memiliki penddidikan tinggi dan pendapatan

tinggi juga mempengaruhi preferensi terhadap konsumsi organik (Tsakiridou et al.

2008). Gaya hidup sehat masyarakat menjadi salah satu daya tarik bagi produsen

di dunia untuk menjalankan pertanian secara organik. Gaya hidup sehat juga telah

melembaga secara internasional yang mensyaratkan jaminan produk pertanian

dengan atribut aman dikonsumsi, kandungan (food safety attributes), kandungan

nutrisi tinggi (nutritional attributes), dan memiliki label ramah lingkungan (eco-

labelling attributes) (Mayrowani 2012). Pasar global produk hasil pertanian

organik telah tumbuh lebih dari 4,7 kali sejak tahun 1999 dari 15,2 milyar dollar

menjadi 72 milyar dollar pada tahun 2013 (Sahota 2015). Selama kurun waktu 15

tahun (1999-2014) terjadi peningkatan yang pesat baik dari perluasan lahan

pertanian organik di seluruh dunia. Lahan pertanian pada tahun 1999 hanya 11 juta

ha dan meningkat hamper empat kali lipat selama kurun waktu 15 tahun menjadi

43.7 juta ha. Luas lahan pertanian organik menunjukan perkembangan yang pesat

di sebagian besar negara, bahkan terdapat peningkatan pertumbuhan yang cukup

tinggi untuk beberapa komoditi pertanian organik di dunia. Perkembangan

pertanian organik didunia berkembangan cepat, namun persentase luas lahan

pertanian organik dunia terhadap dari total luas lahan pertanian keseluruhan baru

mencapai satu persen (IFOAM 2016)

Perkembangan produsen atau pelakuk usaha pertanian organik didunia

berkembang cukup pesat. Pada presentasi Organic Agriculture Worldwide, Wiiler

(2016) melaporkan bahwa pada tahun 2014 total jumlah produsen pertanian organik

dunia mencapai 2,3 juta, meningkat 2,1 juta dari tahun 1999 dan meningkat 0,3 juta

dari tahun 2013. Peningkatan produsen tersebut cukup pesat walaupun sempat

terjadi penurunan produsen pada tahun 2010 dengan total 1,6 juta produsen Pada

Page 2: Rancang bangun sistem traceability berbasis teknologi ...repository.sb.ipb.ac.id/3466/5/R54-05-Irsyaputra-Pendahuluan.pdfStatistik Pertanian Organik Indonesia (SPOI) yang dilakukan

2

tahun 2006, Indonesia mencatat sebanyak 23.605 petani bergerak pada pertanian

dengan sistem organik. Luas area pertanian organik pada tahun 2006 tercatat seesar

41.431 ha, atau sebesar 0,09 persen luas lahan pertanian organik dari keseluruhan

total lahan pertanian di Indonesia (IFOAM 2008). Pada tahun 2014, lahan pertanian

yang digunakan untuk pertanian organik di Indonesia meningkat cukup pesat.

Tercatat pada tahun 2014 Indonesia menggunakan 113.638 ha lahan untuk

pertanian organik, dan persentase luas lahan pertanian organik dari keseluruhan

total lahan pertanian yang ada meningkat menjadi 0,2 persen (IFOAM, 2016).

Peningkatan lahan yang digunakan petani untuk malkukan sistem pertanian organik

juga meningkat dari tahun ketahun, walaupun terjadi penurunan penggunaan lahan

pada tahun 2013 (Gambar 1). Perubahan lahan pada tahun 2013 sampai 2014

sebesar 47.950 ha atau 73 persen. Perkembangan lahan pertanian organik juga dipantau oleh Aliansi Organik

Indonesia (AOI). AOI melakukan riset terhadap pertanian organik di Indonesia.

Perkembangan luas area pertanian organik di Indonesia 2007-2011 terekam dalam

Statistik Pertanian Organik Indonesia (SPOI) yang dilakukan oleh AOI. Menurut

AOI (2011), pada tahun 2007, luas area pertanian organik di Indonesia hanya

sebesar 40.970 ha. Perkembangan terjadi pada tahun 2008, luas area pertanian

organik di Indonesia mengalami peningkatan pesat menjadi 208.535 ha.

Peningkatan terus terjadi pada tahun 2009 dan 2010. Pada tahun 2009 luas lahan

meningkat sedikit sekitar 3% menjadi 214.985 ha dan pada tahun 2010 luasnya

menjadi 238.872 ha. Pada tahun 2011, luas area pertanian orgaik mengalami sedikit

penurunan menjadi 225.063 ha. Penurunan lahan tersebut disebabkan oleh adanya

produsen atau pelaku usaha pertanian organik yang tidak lagi melanjutkan

sertifikasi produknya (Gambar 2).

Sumber : IFOAM 2016

Gambar 1 Pertumbuhan Lahan Pertanian Organik di Indonesia 2011 – 2014

74034

88247

65688

113638

0

20000

40000

60000

80000

100000

120000

Lah

an (

ha)

2011 2012 2013 2014Tahun

Page 3: Rancang bangun sistem traceability berbasis teknologi ...repository.sb.ipb.ac.id/3466/5/R54-05-Irsyaputra-Pendahuluan.pdfStatistik Pertanian Organik Indonesia (SPOI) yang dilakukan

3

Sumber: Statistik Pertanian Organik Indonesia 2011

Gambar 2 Perkembangan Luas Area Petanian Organik di Indoneisa Tahun 2007-

2011

Mayrowani (2012); Prawoto dan Surono (2005) mengatakan, pesatnya

perkembangan area lahan dan pertanian organik di Indonesia mulai diprakarsai oleh

Yayasan Bina sarana Bakti (BSB) dengan mengembangkan usaha tani sayuran

organik di Bogor, Jawa Barat pada tahun 1984. Pesatnya perkembangan tersebut

dapat dilihat dari pemanfaatan lahan serta berubahnya sistem bertani secara

konvensional menjadi sistem pertanian organik. Semakin banyaknya produsen yang

melakukan usaha tani dengan sistem organik adalah bentuk dampak dari

meningkatnya jumlah permintaan terhadap pangan organik di Indonesia.

Khorniawati (2014); YLKI (2012) menyatakan pada penelitiannya bahwa hasil

survei dan penelitian yang dilakukan oleh YLKI pada tahun 2012 menunjukan

bahwa dari 609 responden di lima wilayah DKI Jakarta, sebagian besar sudah

mengkonsumsi produk pangan organik dalam bentuk sayuran organik 56%, beras

organik 24%, buah-buahan 17%, dan bumbu 3 %. Hasil survei tersebut menunjukan

bahwa adanya ketertarikan terhadap produk pangan organik oleh sebagian

masyarakat, namun pembelian makanan organik di Indonesia masih tergolong

rendah.

Hasil kajian YLKI juga menyebutkan bahwa beras organik menjadi produk

organik terbesar kedua yang di konsumsi masyarakat. Beras merupakan salah satu

komoditas penting yang ada di Indonesia. Beras adalah salah satu makan pokok

yang sering dikonsumsi masyarakat Indonesia. Konsumsi beras terus mengalami

kenaikan yang dapat dilihat pada jumlah ketersediaan beras yang tarsus mengalami

kenaikan pada tahun 2010 sampai 2014. Jumlah konsumsi beras di Indonesia

mencapai 34.400 ribu ton pada tahun 2014 (Tabel 2). Jakiyah (2014) menyatakan

bahwa salah satu alasan petani beras memproduksi beras organik karena

meningkatnya permintaan masyarakat atas produk beras organik. Faktor dan proses

pembelian konsumen terhadap beras organik yaitu gaya hidup, kesehatan, adanya

balita, promosi atau iklan yang berada di supermarket. Dari sisi petani, faktor-faktor

40.970

208.535 214.985

238.872225.063

0

50000

100000

150000

200000

250000

300000

2007 2008 2009 2010 2011

Lah

an (

ha)

Tahun

Page 4: Rancang bangun sistem traceability berbasis teknologi ...repository.sb.ipb.ac.id/3466/5/R54-05-Irsyaputra-Pendahuluan.pdfStatistik Pertanian Organik Indonesia (SPOI) yang dilakukan

4

yang mempengaruhi petani memproduksi beras organik adalah teknologi produksi

dan keuntungan yang lebih dari pada memproduksi padi secara konvensional.

Tabel 1 Perkembangan produksi dan konsumsi beras di Indonesia Tahun 2010-

2014

Uraian Tahun

2010 2011 2012 2013 2014

Produksi beras (Ribu

ton) 37371 36962 38817 39600 40000

Konsumsi beras (Ribu

ton) 33056 33045 33035 34050 34400

Persentase kenaikan

produksi beras -1.09 5.01 2.01 1.01

Persentase kenaikan

konsumsi beras -0.03 -0.03 3.07 1.02

Sumber : Laporan data kinerja pertanian, Kementan (2014)

Rumusan Masalah

Meningkatnya produsen di dunia maupun di Indonesia dalam menawarkan

produk pertanian organik menjadi salah satu penelitian ini menarik untuk diteliti.

Meningkatnya produsen di Indonesia dilihat dari pemanfaatan lahan pertanian

untuk pertanian organik. Meningkatnya produsen menyebabkan penawaran dari

produk organik semakin besar. Penawaran tersebut juga harus diikuti jaminan

bahwa produk yang ditawarkan produsen organik tersebut asli dan aman untuk

dikonsumsi. Banyaknya produsen yang memproduksi pangan organik juga

didukung dengan permintaan konsumen atas produk pangan organik. Sebagai

pembeli, konsumen juga memiliki hak atas jaminan keaslian produk yang

ditawarkan produsen. Konsumen perlu kemampuan untuk dapat mengetahui

keamanan pangan yang di konsumsi (food safety), kredibilitas (credibility) dari

produsen beras organik, dan keaslian (authenticity) beras organik. Jaminan atas

ketiga hal tersebut dapat dilakukan dengan traceability yang dapat dilakukan pihak

produsen maupun konsumen. Food Agricultural Organization of the United Nation

(FAO) (2010) menyatakan penciptaan nilai tambah ini merupakan kekuatan

pendorong untuk memastikan kepercayaan konsumen terhdap asal produk dan

dalam mempertahankan keaslian produk, melalui jaminan kualitas dan sistem

penelusuran selama proses berlangsung. Metode traceability memungkinkan untuk

melindungi hak konsumen organik atas keaslian beras organik. Liu dan Chen (2015)

menyatakan bahwa keinginan konsumen untuk membeli (willingness to pay)

produk yang mampu ditelusuri (traceable food) akan meningkat, meskipun

dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti, tempat pembelian, persepsi konsumen

terhadap risiko, status kesehatan, dan rata-rata penghasilan per bulan.

Traceability adalah kemampuan untuk memberikan informasi sejarah dan

lokasi berdasarkan pergerakan barang di setiap tahapan proses produksi dan

distribusi. Sistem ini membutuhkan pelaku rantai pasok mengetahui siapa pemasok

langsung adalah dan kepada siapa produk dikirim, bahwa setiap aktor memiliki

akses informasi, baik ke hulu dan ke hilir (Bosona dan Gebresenbet 2013; Mgonja

Page 5: Rancang bangun sistem traceability berbasis teknologi ...repository.sb.ipb.ac.id/3466/5/R54-05-Irsyaputra-Pendahuluan.pdfStatistik Pertanian Organik Indonesia (SPOI) yang dilakukan

5

et al 2013.). Sistem traceability dibutuhkan untuk perlindungan konsumen dan

keselamatan orang-orang yang terkait dengan produk hasil pertanian. Kepentingan

dari pengaplikasian sistem ini sangat penting untuk eksportir untuk menghindari

penolakan dari negara pengimpor. Adapun hukum dan undang-undang yang

dikeluarkan pemerintah Indonesia untuk transparansi produk pangan dicantumkan

dalam Peraturan Pemerintah No 28 tahun 2004 pasal 37 dan Peraturan Pemerintah

(PP) No 69 tahun 1999 pasal 2 menjadi landasan hukum bagi penerapan sistem

traceability di Indonesia. Hukum lain yang mengatur keaslian produk adalah

Undang-Undang Perlindungan Konsumen (UU PK) nomor 8 tahun 1999 pasal 7

yang mengatur kewajiban produsen untuk memberikan informasi yang benar, jelas

dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi

penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan. Produsen juga wajib untuk

menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan

berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku.

Metode traceability yang diajukan oleh Huque et al. (2015) adalah dengan

memanfaatkan QR Code untuk melakukan otentikasi keaslian dari produk pertanian

organik (Gambar 3). Pemanfaatan traceability menggunakan QR Code cocok untuk

diterapkan dalam traceability beras organik. Pemanfaatan QR Code dapat

memberikan alat bantu untuk konsumen untuk dapat melakukan proses

pemeriksaaan produk. Produk yang dapat dilacak dan ditelusuri dapat

meningkatkan keinginan untuk membeli dan memberikan kepuasan bagi

konsumen.

Sumber ; Huque et al. 2015

Gambar 3 Otentikasi Innovation di Pasar Organik Melalui QR Code

Page 6: Rancang bangun sistem traceability berbasis teknologi ...repository.sb.ipb.ac.id/3466/5/R54-05-Irsyaputra-Pendahuluan.pdfStatistik Pertanian Organik Indonesia (SPOI) yang dilakukan

6

Pemindaian QR Code dapat dilakukan dengan menggunakan ponsel pintar

atau smartphone. Riset yang dilakukan oleh E-Marketer (2015), bahwa penetrasi

pasar smartphone (ponsel pintar) di Indonesia mencapai 40,4 persen atau 65,2 juta

orang dari total pengguna ponsel di Indonesia pada 2016. Penetrasi tersebut

menempatkan Indonesia dalam jajaran 12 besar negara pengguna ponsel pintar di

Asia. Indonesia berada di urutan ke-10, hanya unggul dibandingkan Filipina dan

India. Indonesia menjadi pengguna smartphone terbesar di Asia Tenggara. Proyeksi

pengguna smartphone diprediksikan terus meningkat hingga menjadi 92 juta unit

pada tahun 2019.

Berdasarkan masalah yang sudah dijabarkan sebelumnya, dengan demikian

rumusan masalah untuk penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana cara produsen untuk dapat menjamin produk beras organik yang

ditawarkan?

2. Bagaimana cara konsumen untuk dapat meninjau keaslian produk beras

organik agar agar hak konsumen dapat terlindungi?

Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis sistem traceability yang

dibutuhkan dalam proses bisnis, merancang prototipe sistem traceability yang

sesuai pada rantai pasok yang terintegrasi dengan sistem informasi,

mengembangkan prototipe aplikasi sistem traceability, serta melakukan uji sistem

untuk mengevaluasi sistem traceability yang telah dibangun.

Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:

1. Memberi masukan bagi produsen pangan organik untuk mengembangkan

sistem traceability terpadu sehingga dapat memberikan informasi yang jelas

dan transparan dari produk beras organik.

2. Meningkatkan kepuasan konsumen beras organik dengan memberikan

informasi yang jelas mengenai produk organik dan keaslian produk beras

organik.

3. Menjadi sarana edukasi dan promosi bagi produsen untuk pemasaran

produk beras organik.

4. Memberikan hak perlindungan konsumen sehingga konsumen dapat

memperoleh produk beras organik sesuai keasliannya.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini fokus pada rancangan dan pengembangan sistem traceability

produk pertanian organik, studi kasus beras organik. Penelitian mencakup petani

beras organik di Tasikmalaya, koperasi Simpatik sebagai processor, dan eksportir

sebagai distributor.

Page 7: Rancang bangun sistem traceability berbasis teknologi ...repository.sb.ipb.ac.id/3466/5/R54-05-Irsyaputra-Pendahuluan.pdfStatistik Pertanian Organik Indonesia (SPOI) yang dilakukan

Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan SB-IPB