Ragam Penelitian Menurut Paradigma Keilmuan
-
Upload
nur-okviyani-djakaria -
Category
Documents
-
view
37 -
download
22
description
Transcript of Ragam Penelitian Menurut Paradigma Keilmuan
RAGAM PENELITIAN MENURUT
PARADIGMA KEILMUAN
PENELITIAN POSITIVISME
Setiady,D. 2010. Hubungan Kumpulan Mineral Berat pada Sedimen Pantai
dan Lepas Pantai dengan Batuan Asal Darat di Perairan Teluk Pelabuhan
Ratu, Jawa Barat. Jurnal Geologi IndonesiaVol. 5 no.1:57-54.
PENELITIAN RASIONALISME• Rajiyowiryono, Hardoyo. 2007. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah di
Metropolitan Minasamaupa, Sulawesi Selatan. Buletin GeologiTata
LingkunganVol.17 No.2:12-20.
PENELITIAN FENOMENOLOGI• Dippenaar, Matthys A. 2011. How We Lose Ground When Earth Scientists
Become Territorial: Defining “Soil”. Natural Resources Research Vol.21
No.1.
Hubungan Kumpulan Mineral Berat pada Sedimen Pantai dan Lepas Pantai
dengan Batuan Asal Darat di Perairan Teluk Pelabuhan
Kerangka teori dirumuskan spesifik mungkin dan menolak alasan meluas
yang tidak relevan
Pada penelitian kerangka teori tersusun secara sistematis diawali dengan
asumsi awal penelitian yaitu : Analisis Batuan Dasar didasarkan pada satu
asumsi yang menyatakan bahwa setiap tipe batuan (atau kelompok batuan)
sumber cenderung memiliki kumpulan mineral tertentu, sehingga adanya
suatu kumpulan mineral dalam tubuh sedimen tertentu akan
mengindikasikan tipe batuan sumbernya. Walau demikian, perlu selalu
disadari bahwa komposisi suatu sedimen tidak hanya dipengaruhi oleh
batuan sumber, namun juga oleh proses pelapukan, pengangkutan,
diagenesis, dan daur ulang partikel mineral. Sehingga peneliti mengambil
asumsi tersebut sebagai pendekatan mineral berat dan merumuskannya
secara spesifik dipenelitian.
Setiady,D. 2010. Hubungan Kumpulan Mineral Berat pada Sedimen Pantai
dan Lepas Pantai dengan Batuan Asal Darat di Perairan Teluk Pelabuhan
Ratu, Jawa Barat. Jurnal Geologi IndonesiaVol. 5 no.1:57-54.
Objek dispesifikan dan dipisahkan dari objek-objek lain yg tidak diteliti
Objek dalam penelitian ini adalah mineral berat pada sedimen yang didefinisikan sebagai mineral yang memiliki berat jenis ≥ 2,90 (Friedman dan Sanders, 1978).
Hubungan Objek dan peneliti
Subjek penelitian yaitu perairan teluk pelabuhan ratu, Jawa Barat yang menunjukkan proses pengendapan sedimen adalah dari selatan ke utara danmenerus ke arah barat.
Generalisasi
Dalam penelitian ini, generalisasi hasil atau kesimpulannya adalah mineral berat di lepas pantai (SB) terdiri atas magnetit (0,06330 – 7,22980), hematit(0,00007 - 0,08391 %), limonit (0,00004 % - 0,01103 %), augit (0,00560 -0,09409 %), diopsid (0,00054 - 0,01313), horenblenda (0,00091 - 0,00579), dan dolomit (0,00009 - 0,00802) yang dijelaskan dalam bentuk diagram sehingga kehadiran beberapa kumpulan mineral berat dalam suatu sedimenkemungkinan besar mengindikasikan bahwa sedimen tersebut berasal daribeberapa tipe batuan sumber
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah di Metropolitan
Minasamaupa, Sulawesi Selatan
Kerangka teori sebagai persiapan penelitian
Grand theory penelitian adalah Hasil penyelidikan geologi lingkungan
rencana lokasi buangan limbah daerah ujungpandang dan sekitarnya yang
dilaksanakan oleh proyek hidrogeologi dan tata daerah (Lastiadi,
Rajiyowiryono dan Napitupulu, 1994) menunjukkan bahwa didaerah
Metropolitan Minasaupa (Sungguminasa Maros-Ujungpandang sulit untuk
mendapat lahan dengan kondisi alamiah berkelas baik sebagai tempat
pembuangan akhir sampah. Sementara ketersediaan sebuah TPA sampah
yang memenuhi persyaratan kelestarian lingkungan hidup sangatlah
diperlukan.
Kedudukan objek dengan lingkungannya
Dalam jurnal penelitian tersebut yang menjadi objek penelitian adalah
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah
• Rajiyowiryono, Hardoyo. 2007. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah di
Metropolitan Minasamaupa, Sulawesi Selatan. Buletin GeologiTata
LingkunganVol.17 No.2:12-20.
Hubungan Objek dan peneliti
subjek penelitian adalah Kondisi lahan daerah Metropolitan MinasaupaSulawesi Selatan terhadap kesesuaiannya untuk pengembangan TempatPembuangan Akhir (TPA) sampah dengan acuan pendukung yaitu geologilingkungan setempat
Generalisasi hasil
Generalisasi dua tahap :
Generalisasi dari objek spesifik atas hasil uji makna empirik.
Berdasarkan analisis kelayakan tapak sebagai tempat pembuangan sampahdengan cara Le Grand (1994) yang dilakuan Lastiadi, Rajiyowiryono (1994)menunjukkan bahwa lokasi TPA sampah Nipa NIpa tergolong berkelas baik,walaupun resiko pemcemaran ke sumber air penduduk desa. Berdasarkanfaktor kritisnya, cara perbaikan kondisi tapak ( dengan tujuan memperkecilresiko pencemaran) yang dianjurkan adalah dengan memperbesar jarak kesumber air yang akan tercemari. Member lapisan alas untuk memperkecilpermeabilitas dan menahan aliran zat pencemar serta member lapisanpenutup untuk memperkecil kemungkinan terjadinya air lindian.
Pemaknaan hasil uji selektif kerangka kon-septualisasi teoritik .
TPA sampah baru seyogyanya dipilih dari lapisan yang batuan dan tanahnya
tersusun oleh anggota formasi camba dan sisipan lempung. Dengan tujuan
untuk melakukan reklamasi lahan, TPA sampah metropolitan dpt
ditempatkan di daerah pantai pada lahan tanah radius 2.000 m terhadap
pemanfaatan sumber air oleh masyarakat.
How We Lose Ground When Earth Scientists Become Territorial: Defining “Soil”.
Kerangka teori sebagai persiapan penelitian
Pada jurnal “How We Lose Ground When Earth Scientists Become Territorial:
Defining „„Soil‟’ tidak terdapat sebuah kerangka. Hal ini disebabkan penelitian
ini hanya menjelaskan hubungan beberapa interdisiplin ilmu bumi yang
saling terkait jika membahas suatu studi kasus.
Kedudukan objek dengan lingkungannya
Objek dilihat dlm konteks naturalnya (pendekatan holistik). Objek kajian
material jurnal “How We Lose Ground When Earth Scientists Become Territorial:
Defining „„Soil‟’ merupakan hasil dari pengamatan peneliti yang muncul pada
kesadaran terhadap hubungan berbagai disiplin ilmu bumi yang mendekati
objek kajian tertentu
• Dippenaar, Matthys A. 2011. How We Lose Ground When Earth Scientists
Become Territorial: Defining “Soil”. Natural Resources Research Vol.21
No.1.
Hubungan Objek dan peneliti
Bersatunya subjek peneliti dgn subjek pendukung, objek penelitiannya (utk
penghayatan objek. Untuk jurnal : “How We Lose Ground When Earth
Scientists Become Territorial: Defining „„Soil‟’ hubungan antara objek dan
peneliti saling terkait dan merupakan unsur yang tidak dapat dipisahkan,
karena peneliti terlibat langsung.
Generalisasi hasil
Hasil dari jurnal “How We Lose Ground When Earth Scientists Become
Territorial: Defining „„Soil‟’ tidak dapat di generalisasi karena bukan ilmu lokal