Rabu

36
Rabu, 26 Oktober 2011 Tugas Akhir Mikrobiologi^^ UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK BUNGA ROSELLA (Hibiscus sabdariffa L)TERHADAP BAKTERI Escherichia coli BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki ribuan jenis tumbuhan yang harus dilestarikan dan dimanfaatkan dengan baik. Sebagian besar tumbuhan tersebut dapat digunakan sebagai obat tradisional. Hal ini menandakan adanya kesadaran masyarakat untuk kembali ke alam dalam rangka mencapai kesehatan yang optimal dan untuk mengatasi berbagai penyakit secara alami ( Wiayakusuma, 1997). Obat tradisional yang berasal dari tumbuhan dan bahan – bahan alami murni, memiliki efek samping, tingkat bahaya dan resiko yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan obat kimia (Muhlisah, 2005). Salah satu tanaman obat yang dapat digunakan sebagai obat tradisional adalah bunga rosella. Bunga rosela mempunyai nama ilmiah Hibiscus Sabdariffa Linn dari famili malvaceae pada awalnya merupakan tumbuhan liar yang tidak diketahui manfaatnya, sekarang merupakan tumbuhan budidaya yang populer dan hampir seluruh bagian tanaman ini dapat digunakan untuk kebutuhan pengobatan, terutama untuk pengobatan alternatif. Hal ini dikarenakan bunga rosella mengandung senyawa metabolit sekunder yang diduga mempunyai efek antibakteri.

Transcript of Rabu

Rabu, 26 Oktober 2011

Tugas Akhir Mikrobiologi^^ UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK BUNGA ROSELLA (Hibiscus sabdariffa L)TERHADAP BAKTERI Escherichia coli

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang memiliki ribuan jenis tumbuhan yang harus

dilestarikan dan dimanfaatkan dengan baik. Sebagian besar tumbuhan tersebut dapat

digunakan sebagai obat tradisional. Hal ini menandakan adanya kesadaran masyarakat untuk

kembali ke alam dalam rangka mencapai kesehatan yang optimal dan untuk mengatasi

berbagai penyakit secara alami ( Wiayakusuma, 1997). Obat tradisional yang berasal dari

tumbuhan dan bahan – bahan alami murni, memiliki efek samping, tingkat bahaya dan resiko

yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan obat kimia (Muhlisah, 2005).

Salah satu tanaman obat yang dapat digunakan sebagai obat tradisional adalah bunga

rosella. Bunga rosela mempunyai nama ilmiah Hibiscus Sabdariffa Linn dari famili

malvaceae pada awalnya merupakan tumbuhan liar yang tidak diketahui manfaatnya,

sekarang merupakan tumbuhan budidaya yang populer dan hampir seluruh bagian tanaman

ini dapat digunakan untuk kebutuhan pengobatan, terutama untuk pengobatan alternatif. Hal

ini dikarenakan bunga rosella mengandung senyawa metabolit sekunder yang diduga

mempunyai efek antibakteri.

Adapun kandungan kimia dari tumbuhan rosella adalah alkaloid, flavonoid, triterpen,

steroid, dan fenolik. Kandungan kimia bunga rosella yang diduga mempunyai efek sebagai

antibakteri adalah flavonoid. Dimana kandungan flavonoid mampu menghambat dan

membunuh kuman – kuman, mikroorganisme yang bisa menyebabkan penyakit pada

manusia.

Salah satu jenis bakteri Gram negatif yang dapat menimbulkan penyakit pada manusia

adalah Escherichia coli. Bakteri Escherichia coli biasanya hidup di usus besar, dan

membantu membentuk vitamin K di dalam tubuh. Pada kebanyakan kasus bakteri ini

merupakan bakteri penyebab infeksi terutama pada penyakit pada usus besar yang

menyebabkan diare.

Berdasarkan hal tersebut diatas dan data empiris dari masyarakat, maka perlu diadakan

penelitian lebih lanjut untuk menguji apakah benar, bunga rosella (Hibiscus Sabdariffa Linn)

efektif sebagai antibakteri terhadap bakteri penyebab diare, yaitu Escherichia coli. pada

penelitian ini mengunakan metode dist diffuse (cakram).

.

1.2  Tujuan

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.      Tujuan umum :

Mengetahui efektivitas antibakteri ekstrak bunga rosella (Hibiscus Sabdariffa Linn) terhadap

aktivitas bakteri Escherichia coli.

2.      Tujuan khusus :

a.       Mengetahui aktivitas antibakteri dari ekstrak bunga rosella hasil budidaya terhadap

Escherichia coli dengan metode cakram.

b.      Mengetahui kegunaan rosela sebagai tanaman obat tradisional yang bisa dijadikan sebagai

obat alternatif pengganti bahan sintetik yang tersedia di apotik.

1.3  Manfaat

1.3.1        Bagi Peneliti

Merupakan tambahan pengetahuan dari dunia praktisi yang sangat berharga untuk

disesuaikan dengan pengetahuan teoristis yang diperoleh dari bangku perkuliahan dan

sebagai syarat dalam menyelesaikan studi mikrobiologi.

1.3.2        Bagi Pelajar

Dapat menjadikan pembendaharaan pustaka sebagai informasi yang dapat digunakan untuk

menambah ilmu pengetahuan di bidang farmasi, serta sebagai referensi untuk masukan bagi

peneliti selanjutnya.

1.3.3        Bagi masyarakat

Penelitian ini diharapkan memberikan informasi kepada masyarakat tentang teknik budidaya 

dan manfaat bunga rosella sebagai obat tradisional yang dapat digunakan sebagai bahan 

pengganti obat sintetik, sehingga masyarakat memiliki alternatif dan tidak selalu tergantung

pada obat yang tersedia di apotik.

Menumbuh kembangkan kesadaran masyarakat tentang penggunaan bahan alam sebagai

sumber obat alternatif, sehingga mendorong masyarakat untuk membudidayakan tanaman

rosella dan pada akhirnya dapat menekan pengeluaran yang lebih banyak untuk pembelian

obat.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1  ROSELLA

Tumbuhan rosella tumbuh liar di pinggir – pinggir jalan, perkebunan dan sawah di

Indonesia. Warna, bentuk dan ukuran sedikit berbeda disetiap daerah. Bahkan tidak hanya

warna, bentuk dan ukurannya namun sebutannya pun satu daerah dan daerah lain berbeda.

Misalnya ada yang menyebut rosella kembang gandaria, karena rasa asam-nya mirip buah

gandaria dan ada juga yang menyebutnya kembang frambosen karena warnanya mirip dengan

buah frambosen.

Dalam taksonomi tumbuhan, rosella diklasifikasikan sebagai berikut :

Divisio                  : Spermatophyta

Sub Divisid           : Angiospermae

Kelas                     : Dicotyledoneae

Ordo : Malvaceales

Famili                    : Malvaceae

Genus                    : Hibiscus

Spesies                   : Hibiscus Sabdariffa Linn

Ada beberapa jenis rosella yang beredar di pasaran. Beberapa jenis itu adalah :

1.   Rosella Afrika, jenis ini berwarna kehitaman.

2.   Rosella Cranberry. Rosella jenis ini banyak terdapat di Belanda, berwarna merah, kelopaknya

menyerupai kotak dan ujung kelopaknya berbentuk oval, tidak seperti rosella yang tumbuh di

Indonesia ujung kelopaknya kuncup.

3.   Rosella Taiwan. Rosella ini berwarna merah, panjang sekitar 5 cm dan ujung kuncupnya

agak merekah.

Karena belum tahu khasiatnya, dulu tanaman ini tidak dibudidayakan, namun serat

batangnya digunakan untuk bahan pembuat tali dan karung goni. Namun tidak sedikit yang

memanfaatkan bunga dan daunnya uuntuk dijadikan lalapan dan sayur. Namun tanaman

rosella saat ini dibudidayakan di Indonesia antara lain di Jawa Barat, Jawa Tengah,

Yogyakarta, dan Jawa Timur.

Pohon rosella adalah sejenis perdu yang mudah ditanam. Cara penanamannya dengan

menggunakan biji yang kering kemudian disemai. Tanaman rosella berdiri tegak dengan

tinggi ±0,5-5 m dan mengeluarkan bunga hampir sepanjang tahun. Saat muda batang dan

daunnya berwarna hijau, namun ketika beranjak dewasa dan berbunga, batangnya akan

berubah menjadi coklat kemerahan.

Batang berbentuk silindris dan kerkayu, memiliki banyak cabang. Pada batang melekat

daun yang bersusun berseling, berwarna hijau, berbentuk bulaat telur dan berbentuk menjari,

tepi bergerigi. Tulang daun berwarna merah, panjang daun dapat mencapai 6- 15 cm dan

lebar 5 – 8 cm. Akar yang menopang batang adalah akar tunggang.

Bunga muncul pada ketiak daun. Mahkota bunga berbentuk corong tersusun dari lima

helai daun mahkota. Kelopak bunganya sangat menarik dan indah. Selain mahkota dan

kelopak, bunga juga dilengkapi 8 – 12 kelopak tambahan.

Bunga akan muncul saat rosella berumur 2,5 – 3 bulan setelah ditanam. Awalnya bunga

berwarna merah muda dan belum menyerupai bunga yang sudah matang. Dua minggu

kemudian bunga rosella muda berwarna hijau dengan jari – jari tipis berwarna merah dan

berbentuk bulat kecil.

Selama pertumbuhan ini, kelopak akan semakin besar, kaku, menebal, dan warna berubah

menjadi merah cerah, terdapat putik dan benang sari. Bunga yang berhasil dibuahi akan

menjadi buah.

Buah rosella berbentuk kerucut dengan bulu – bulu halus menempel di permukaan kulit

buah. Buah terbagi menjadi lima bagian. Disetiap ruang terdapat 3 – 4 biji yang juga berbulu,

dan menyerupai bentuk ginjal. Biji yang masih muda berwarna putih sedang jika sudah tua

berwarna coklat.

Disetiap daerah ukuran rosella selalu berbeda. Misalnya rosella dari Surabaya dipastikan

lebih kecil dibandingkan rosella di Bogor, begitu juga dengan warna ada yang berwarna

merah muda, merah tua, merah kehitaman dan merah kecoklatan. Bahkan ada juga rosella

yang kelopaknya berwarna kuning dan berukuran kecil.

Manfaat rosella merah memang sangat menakjubkan, ini terbukti dengan kandungan

rosella merah yang banyak mengandung vitamin. Khasiat rosella merah juga dapat dirasakan

setalah mengkonsumsinya. Oleh karena itu, semakin banyak orang yang membudidayakan

rosella dan mengkonsumsinya.

Karena memiliki berbagai kandungan rosella menjadi ‘primadona’ sebagai tanaman obat

tradisional. kandungan vitamin dalam rosella cukup lengkap, yatu vitamin C, A, D, B1, B2

dan asam amino. Asam amino yang diperlukan tubuh, 18 diantaranya terdapat dalam kelopak

bunga rosella, termasuk arginin dan lignin yang berperan dalam proses peremajaan sel tubuh.

Selain itu, rosella juga mengandung protein dan kalsium. Bahkan, kandungan vitamin C-nya

3 kali lebih banyak dari anggur hitam, 9 kali jeruk sitrus, 10 kali dari buah belimbing, dan 2,5

kali dari jambu biji.

Kandungan omega 3 yang terdapat dalam kelopak bunga rosella bermanfaat untuk

pertumbuhan dan kecerdasan otak anak. Asam sitrat dan asam malat memberi sensasi yang

menyegarkan ketika kelopak diseduh. Daun dan buah rosella juga mengandung senyawa yang

bermanfaat, begitu pula biji rosella yang mengandung protein tinggi.

Dari segi kesehatan, rosella mempunyai manfaat untuk mencegah penyakit. Menurut

penelitian Ballitas Malang, bunga rosella, terutama dari tanaman yang berkelopak bunga

tebal ( juicy), misalnya rosella merah berguna untuk mencegah penyakit Kanker dan Radang,

mengendalikan tekanan darah, melencarkan peredaran darah dan melancarkan buang air

besar.

Gossy peptin anthocyanin dan glucoside hibiscin yang mempunyai efek diuretik dan

choleretik, memperlancar peredaran darah, mencegah tekanan darah tinggi, meningkatkan

kinerja usus serta berfungsi sebagai tonik ( obat kuat).

Dari segi penelitian terbukti bahwa kelopak bunga rosella mempunyai efek anti-

hipertensi, kram otot dan anti infeksi-bakteri. Dalam eksperimen ditemukan juga bahwa

ekstrak kelopak bunga rosella mengurangi efek alkohol pada tubuh kita, mencegah

pembentukan batu ginjal, dan memperlambat pertumbuhan jamur/bakteri/parasit penyebab

demam tinggi. kelopak bunga rosella juga membantu melancarkan peredaran darah dengan

mengurangi derajat kekentalan darah. Ini terjadi karena asam organik, poly-sakarida dan

flavonoid yang terkandung dalam ektrak kelopak bunga rosella sebagaai Farmakologi. Selain

itu yang tidak kalah pentingnya adalah eklopak bungga rosella mengandung vitamin C dalam

kadar tinggi yang berfungsi untuk meningkatkan daya tahan tubuh manusia terhadap

serangan penyakit.

2.2  SIMPLISIA

2.2.1  Pengertian Simplisia

Simplisia adalah bentuk jamak dari kata simpleks yang berasal dari kata simple, berarti

satu atau sederhana. Istilah simplisia dipakai untuk menyebutkan bahan – bahan obat alam

yang masih berada dalam wujud aslinya atau belum mengalami perubahan bentuk.

Departemen Kesehatan RI membuat batasan tentang simplisisa sebagai berikut:

Simplisia adalah bahan alami yang digunakan untuk obat dan belum mengalami proses

perubahan apapun, dan kecuali dinyatakan lain umumnya dalam bentuk yang telah

dikeringkan. Berdasarkan hal itu maka simplisisa dibagi menjadi tiga golongan yaitu

simplisia nabati, hewani, dan pelikan atau mineral.

         Simplisia nabati : simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat

tanaman, atau gabungan antara ketiga. Misalnya Datura Folium dan Piperis nigri Fructus.

Eksudat tanaman adalah inti sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau dengan cara

tertentu sengaja dikeluarkan dari selnya. Eksudat tanaman dapat berupa zat – zat atau bahan –

bahan nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan atau diisolasi dari tanamannya.

         Simplisia hewani : simplisia yang berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat – zat berguna

yang dihasilkan oleh hewan dan berupa zat kimia murni. Contohnya adalah minyak ikan

( Oleum iecoris asselli ) dan madu ( Mel depuratum ).

      Simplisia pelican atau mineral : simplisia yang berupa mineral ( pelican ) yang belum diolah

atau diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni. Contohnya serbuk seng

dan serbuk tembaga.

2.2.2  Cara Pembuatan Simplisia

Dasar pembuatan simplisia meliputi beberapa tahapan. Adapun tahapan tersebut dimulai

dari pengumpulan bahan baku, sortasi basah, pencucian, pengubahan bentuk, pengeringan,

sortasi kering, pengepakan, dan penyimpanan.

1)   Pengumpulan bahan baku

Tahapan pengumpulan bahan baku sangat menentukan kualitas bahan baku. Faktor yang

paling berperan dalam tahapan ini adalah masa panen. Berdasarkan garis besar pedoman

panen, pengambilan bahan baku tanaman dilakukan sebagai berikut :

a.    Biji

Pengambilan biji dapat dilakukan pada saat mulai mengeringnya buah atau sebelum

semuanya pecah.

b.   Buah

Pengambilan bunga tergantung tujuan dan pemanfaatan kandungan aktifnya. Panen buah bisa

dilakukan saat menjelang masak ( misalnya Piper nigrum ), setelah benar – benar masak

( misalnya adas ), atau dengan cara melihat perubahan warna atau bentuk dari buah yang

bersangkutan ( misalnya jeruk, asam, dan pepaya ).

c.    Bunga

Pemanenan bunga tergantung dari tujuan pemanfaatan kandungan aktifnya. Panen dapat

dilakukan pada saat menjelang penyerbukan, saat bunga masih kuncup ( seperti pada

Jasminum sambac,melati ), atau saat bunga sudah mulai mekar ( misalnya Rosa sinensis,

mawar ).

d.   Daun atau herba

Panen daun atau herba dilakukan pada saat proses fotosintesis berlangsung maksimal, yaitu

ditandai dengan saat – saat tanaman mulai berbunga atau buah mulai masak. Untuk

pengambilan pucuk daun, dianjurkan dipungut pada saat warna pucuk daun berubah menjadi

daun tua.

2)      Sortasi basah

Sortasi basah adalah pemilahan hasil panen ketika tanaman masih segar. Sortasi basah

dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing atau bahan-bahan

asing lainnya dari bahan simplisia. Bahan-bahan asing itu seperti tanah, kerikil, rumput dan

kotoran lainnya yang harus di buang. Tanah mengandung bermacam-macam mikroba dalam

jumlah tinggi, oleh karena itu pembersihan simplisia dari tanah dalah mengurangi jumlah

mikroba awal.

3)      Pencucian

Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotoran lainnya yang melekat

pada bagian simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih, misalnya air dari mata air, air

sumur atau air PAM. Bahan simplisia yang mengandung zat yang mudah larut dalam air yang

mengalir, pencucian dilakukan dalam waktu yang sesingkat mungkin dengan cara dialirkan

air ke bahan simplisia.

4)      Perajarangan

Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses perajangan. Perajangan bahan

simplisia dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan, pengempakan dan

penggilingan. Tanaman yang baru diambil jangan langsung dirajang tetapi dijemur dalam

keadaan utuh selama 1 hari. Perajangan dapat dilakukan dengan pisau, dengan alat mesin

perajang khusus sehingga diperoleh irisan tipis atau potongan dengan ukuran yang

dikehendaki.

5)      Pengeringan

Tujuan pengeringan adalah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak,

sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Suhu pengeringan tergantung pada

bahan simplisia dengan cara pengeringannya. Bahan simplisia dapat dikeringkan pada suhu

30°C-90°C, tetapi suhu yang terbaik adalah tidak lebih dari 60°C. Bahan simplisia yang

mengandung senyawa aktif yang tidak tahan panas atau mudah menguap harus dikeringkan

pada suhu serendah mungkin, misalnya 30°C-45°C.

Berikut ini faktor yang memepengaruhi pengeringan yaitu :

a.       Waktu pengeringan.semakin lama dikeringkan akan semakin kering bahan tersebut.

b.      Suhu pengeringan. Semakin tinggi suhunya semakin cepat kering, tetapi harus di

pertimbangkan daya tahan kandungan zat aktif di lam sel yang kebanyakan tidak tahan panas.

c.       Kelembapan udara di sekitarnya dan kelembapan bahan kandungan air dari bahan.

d.      Ketebalan bahan yang di keringkan.

e.       Sirkulasi udara.

f.       Luas peermukaan bahan.semakin luas permukan bahan, semakin mudah kering.

Cara pengeringan bahan – bahan tertentu dijelaskan sebagai berikut :

1.      Untuk tanaman rendah misalnya lumut, jamur, thallus, agar – agar, dan rerumputan laut

dikeringkan dengan cara dijemur dibawah sinar matahari. Setelah kering, disimpan dalam

kantung kedap udara.

2.      Untuk bahan berupa akara, pengeringan dilakukan dengan cara dirajang atau dipotong –

potong pendek, kemudian dijemur langsung dibawah sinar matahari. Oleh karena akar

termasuk bahan keras maka sebaiknya dijemur tanpa pelindung dibawah sinar matahari.

3.      Untuk bahan berupa buah seperti jeruk bisa dibelah terlebih dahulu lalu dijemur. Dapat pula

buah diperam ( misalnya asam ), baru dijemur. Sementara untuk buah pala ( Myristica

fragrans ) atau cabe merah ( Capsicum annuum ) bisa langsung dijemur atau dioven. Syarat

pengeringan menggunakan oven adalah panasnya tidak boleh lebih dari 600 C.

4.      Untuk bahan berupa bunga hanya diangin – anginkan ditempat yang teduh atau jika

menggunakan oven maka suhu diatur rendah sekitar 250 – 350 C.

5.      Untuk bahan berupa kulit batang umumnya dibekah terlebih dahulu, diserut, dipecah,

kemudian langsung dijemur dibawah sinar matahari.

6.      Untuk bahan berupa rimpang harus dirajang dulu untuk memperluas permukaan, kemudian

dijemur dibawah sinar matahari tidak langsung ( ditutup kain hitam ). Tujuannya untuk

menghindari penguapan yang terlalu cepat yang dapat menurunkan mutu minyak atsiri di

dalam bahan. Penjemuran tidak langsung bertujuan untuk menghindari kontak langsung

dengan pancaran gelombang UV.

7.      Bahan – bahan eksudat seperti getah ( opium dan sebagainya ), daging daun lidah buaya, dan

biji jarak ( Ricinus communis ) yang akan diambil minyak lemaknya tidak perlu melalui

proses pengeringan.

8.      Untuk bahan berupa daun atau bunga yang akan diambil minyak atsirinya maka cara

pengeringan yang dianjurkan adalah menghindari penguapan terlalu cepat dan proses oksidasi

udara.

6)      Sortasi kering

Sortasi setelah pengeringan sebenarnya merupakan tahap akhir pembuatan simplisia.

Tujuan sortasi kering adalah untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian

tanaman yang tidak di inginkan dan pengotoran-pengotoran lain yang masih ada dan

tertinggal pada simplisia kering

7)      Pengepakan dan Penyimpanan

Pengepakan simplisia dapat menggunakan wadah yang inert, tidak beracun, melindungi

simplisia dari cemaran serta mencegah adanya kerusakan. Sedangkan penyimpanan simplisia

sebaiknya di tempat yang kelembabannya rendah, terlindung dari sinar matahari, dan

terlindung dari gangguan serangga maupun tikus.

8)      Pemeriksaan mutu

Merupakan usaha untuk menjaga keajegan mutu simplisia. Pemeriksaan mutu simplisia

dilakukan pada waktu penerimaan atau pembelian dari pengepul tau pedagang simplisia.

Simplisia diterima harus berupa simplisia murni dan memenuhi persyaratan umum untuk

simplisia. Simplisia yang bermutu adalah simplisia yang memenuhi persyratan Farmakope

Indonesia, Materia Media Indonesia.

2.2  EKSTRAKSI

2.2.1 Pengertian Ekstraksi

Ekstrasi adalah sediaan yang berupa kering, kental, dan cair, dibuat dengan menyari

simplisia nabati atau hewani menurut cara yang sesuai, yaitu maserasi, perkolasi, atau

penyeduhan dengan air mendidih (Moh. Anief,1987:168).

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehinga terpisah

dari bahan yang tidak larut dengan pelarut cair. Metode dasar ekstraksi adalah maserasi,

perkolasi dan sokhletasi. Pemilihan metode tersebut disesuaikan dengan kepentingan

memperoleh sari yang diinginkan. (Voigt, 1971)

Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair dengan bantuan

pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi yang diinginkan tanpa

melarutkan material lainnya. Ekstraksi merupakan proses pemisahan suatu bahan dari

campurannya, ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Ekstraksi menggunakan

pelarut didasarkan pada kelarutan komponen terhadap komponen lain dalam campuran

(Suyitno, 1989).

2.2.2     Macam – macam Ekstraksi

Ada tiga macam ekstraksi, antara lain :

1.   Ekstrak cair adalah sediaan yang berbentuk cair yang dibuat sedemikian rupa sehingga satu

bagian simplisia sesuai dengan dua bagian ekstrak cair. (Voight, 1995:578)

2.   Ekstrak kental liat dalam keadaan dingin dan tidak dapat dituang. Kandungan airnya

berjumlah 30%. Tingginya kandungan air menyebabkan ketidakstabilan sediaan obat dan

bahan aktifnya. Selain itu ekstrak kental juga sulit untuk ditimbang. (Voight, 1995:557)

3.   Ekstrak kering adalah sediaan berbentuk serbuk yang dibuat dari ekstrak tumbuhan melalui

penguapan melalui penguapan bahn pelarutnya. Melalui penguapan cairan pengekstraksi dan

pengeringan sisanya akan berbentuk suatu produk, yang sebaiknya memiliki kandungan

lembab tidak libih dari 5%. Ekstrak kering biasanya diperoleh melalui car perkolasi. Dalam

skala kecil digunakan percolator gelas, tetapi dalam skala besar industry, percolator yang

digunakan dari batu, porselen atau dari bahan logam atau dari bahan sintesis. (Voight, 1995:

557)

2.2.3     Metode pembuatan ekstrak

Dalam pembuatan ekstrak ada dua metode, antara lain :

1.   Maserasi

Meserasi berasal dari istilah mecaration dari bahasa latin macerace, yang artinya

merendam, merupakan proses paling tepat dimana obat yang sudah halus memungkinkan

untuk direndam dalam mentrum sampai meresap dan melunak susunan sel, sehingga zat – zat

yang mudah larut akan melarut. (Ansel, 1989 : 607). Maserasi merupakan cara penyarian

yang sederhana.

Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan

penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat

aktif, zat aktif akan larut dank arena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di

dalam sel dengan yang diluar sel, maka larutan yang terpekat didesak keluar. Peristiwa

tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antar larutan di luar sel dan di

dalam sel.

Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat aktif yang mudah

larut dalam cairan penyari, tidak mengandung bonzoin, stirak dan lain – lain. Kecuali

dinyatakan lain, meserasi pada umumnya dilakukan dengan cara 10 bagian simplisia atau

campuran simplisia dengan derajat halus yang cocok dimasukkan ke dalam bejana kemudia

dituangi dengan 75 bagian cairan penyari, ditutup dan dibiarkan selama lima hari terlindung

dari cahaya sambil berulang – ulang diaduk-aduk. Setelah lima hari campuran tersebut

diserkai, peras, dicuci ampasnya dengan penyari secukupnya hingga diperoleh seluruh sari

sebanyak 100 bagian. Lalu maserat dipisahkan dalam bejana tertutup dan dibiarkan di tempat

sejuk, terlindung dari cahaya selama 2 hari, maserat diendapkan atau disaring. Kemudian

endapan dipisahkan. (Indonesia, 1986:10)

2.   Perkolasi

Perkolasi berasal dari bahasa latin per artinya melalui dan colore yang artinya merembes,

secara umum dapat dinyatakan sebagai proses dimana obat yang sudah halus, zat yang

larutannya diekstraksi dalam pelarut yang cocok dengan cara melewatkan perlahan-lahan

melalui obat dalam suatu kolom. Obat dimampatkan dalam alat ekstraksi yang khusus disebut

perkolator, dengan ekstraksi yang telah dikumpulkan disebut perkolat. Kebanyakan ekstraksi

obat dikerjakan dengan cara perkolasi. (Ansel, 1989 : 608).

Perkolasi (percolare = penetesan) dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan

dalam suatu bejana silinder atau kerucut, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori sehingga

memiliki jalan masuk dan keluar yang sesuai. Cairan penyari dialirkan secara kontinyu dari

atas, akan mengalir turun secara lambat ke bawah melalui serbuk kasar simplisia tersebut,

sehingga cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel –sel yang dilalui sampai mencapai

keadaan jenuh. Melalui penyegaran bahan secara kontinyu, akan terjadi proses maserasi

tertahap banyak. Jika pada maserasi sederhana, tidak terjadi ekstraksi yang sempurna dari

simplisia. Oleh karena akan terjadi keseimbangan konsentrasi larutan dalam sel dengan cairan

disekelilingnya, maka pada perkolasi melalui suplai bahan pelarut segar, perbedaan

konsentrasi tadi selalu dipertahankan. (Voight, 1995 : 568)

2.2.4     Macam – macam penyari

Cairan yang dapat digunakan untuk menyari diantaranya air, ester, dan campuran etanol

dengan air. (Voight, 1995 : 561). Pemilihan pelarut ekstraksi dipengaruhi beberapa faktor.

Pertama, adanya selektivitas yaitu pelarut hanya melarutkan ekstrak yang diinginkan dan

bukan komponen lain dari bahan yang diekstraksi. Kedua, pelarut sedapat mungkin memiliki

kemampuan melarutkan ekstrak yang besar. Ketiga, pelarut memiliki kemampuantidak saling

bercampur dalam bahan ekstraksi. Keempat, pada umumnya pelarut tidak boleh

menyebabkan perubahan secara kimia pada komponen – komponen bahan ekstraksi. Selain

itu, palarut sedapat mungkin harus murah, tidak beracun, tidak dapat terbakar, tidak korosif,

stabil secar kimia dan termis. (Bernasconi, et al. 1995 :179).

2.3  ANTIBAKTERI

Antibakteri adalah zat yang dapat mengganggu pertumbuhan atau bahkan mematikan

bakteri dengan cara mengganggu metabolisme mikroba yang merugikan. Mikroorganisme

dapat menyebabkan bahaya karena kemampuan menginfeksi dan menimbulkan penyakit serta

merusak bahan pangan. Antibakteri termasuk kedalam antimikroba yang digunakan untuk

menghambat pertumbuhan bakteri.

Antibakteri hanya dapat digunakan jika mempunyai sifat tosik selektif, artinya dapat

membunuh bakteri yang menyebabkan penyakit tetapi tidak beracun bagi penderitanya.

Mekanisme kerja dari senyawa antibakteri diantaranya yaitu menghambat sintesis dinding

sel, menghambat keutuhan permeabilitas dinding sel bakteri, menghambat kerja enzim, dan

menghambat sintesis asam nukleat dan protein.

Langkah pertama kerja obat berupa pengikatan obat pada reseptor sel (beberapa)

diantaranya adalah enzim transpeptida. Kemudian dilanjutkan dengan reaksi transpeptidase

dan sintesis peptidoglikan terhambat. Mekanisme diakhiri dengan pembuangan atau

penghentian aktivitas penghambat enzim autolisis pada dinding sel. Pada lingkungan yang

isotonis lisis terjadi pada lingkungan yang jelas hipertonik, mikroba berubah menjadi

protoplas atau sferoflas yang hanya tertutup oleh selaput sel yang rapuh.

Sitoplasma semua sel hidup dibatasi oleh selaput sitoplasma yang bekerja sebagai

penghalang dengan permeabilitas selektif, melakukan fungsi pengangkutan aktif sehingga

dapat mengendalikan susunan sel. Bila integritas fungsi selaput sitoplasma terganggu

misalnya oleh zat bersifat surfaktan sehinga permeabilitas dinding sel berubah atau bahkan

menjadi rusak, maka komponen penting, seperti protein, asam nukleat, nukleotida, dan lain-

lain keluar dari sel dan sel berangsur-angsur mati.

Aktivitas senyawa antibakteri dipengaruhi oleh pH, suhu stabilitas senyawa tersebut,

jumlah bakteri yang ada, lamanya inkubasi, dan aktivitas metabolisme bakteri. Berdasarkan

aktivitasnya zat antibakteri dibedakan menjadi dua jenis, yaitu bakteriostatik dan

bakteriosida. Bakteriostatik adalah zat antibakteri yang memiliki aktivitas menghambat

pertumbuhan bakteri (menghambat perbanyakan populasi bakteri), namun tidak mematikan.

Bakterisida adalah zat antibakteri yang memiliki aktifitas membunuh bakteri. Namun ada

beberapa zat antibakteri yang bersifat bakteriostatik pada konsentrasi rendah dan bersifat

bakterisida pada konsentrasi tinggi.

2.4  PENGUJIAN ANTIBAKTERI

Pengujian mikrobiologi memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian.

Dalam hal ini mikroorganisme digunakan sebagai penentu konsentrasi komponen tertentu

pada campuran kompleks kimia, untuk mendiagnosa penyakit tertentu serta untuk menguji

bahan kimia untuk menentukan potensi mutagenik atau karsinogenik suatu bahan. Kegunaan

uji antimikroba adalah diperolehnya suatu sistem pengobatan yang efektif dan efisien.

Terdapat bermacam-macam metode uji antimikroba seperti dijelaskan berikut ini:

1.      Metode difusi

a. Metode disc diffusion, untuk menentukan aktivitas agen antimikroba. Piringan agen yang

berisi antimikroba diletakkan pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme yang

akan berdifusi pada media agar tersebut. Area jernih mengindikasikan adanya hambatan

pertumbuhan mikroorganisme oleh agen antimikroba pada permukaan media agar.

b.Metode E-test, digunakan untuk mengestimasi MIC (minimum inhibitor cocentration), yaitu

konsentrasi minimal suatu agen antimikroba untuk dapat menghambat pertumbuhan

mikroorganisme. Pada metode ini digunakan strip plastik yang mengandung agen

antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi dan diletakkan pada permukaan media

agar yang ditanami mikroorganisme. Pengamatan dilakukan pada area jernih yang

ditimbulkan yang menunjukkna kadar agen antimikroba yang menghambat pertumbuhan

mikroorganisme pada media agar.

c. Ditch-plate technique, pada metode ini sampel uji berupa agen antimikroba yang diletakkan

pada parit yang digunakan dengan cara memotong media agar dalam cawan petri pada bagian

tengah secara membujur dan mikroba uji (maksimum enam macam) digoreskan kearah parit

yang berisi agen antimikroba.

d.               Cup-plate technique, metode ini serupa dengan disc diffusion, dimana dibuat sumur

pada media agar yang telah ditanami dengam mikroorganisme dan pada sumur tersebut diberi

agen antimikroba yang akan diuji.

e. Gradient plate technique, pada metode ini konsentrasi agen antimikroba pada media agar

secara teoritis bervariasi dari nol hingga maksimal. Media agar dicairkan dan larutan uji

ditambahkan. Campuran kemudian tituangkan kedalam cawan petri dan diletakkan dalam

posisi miring. Nutrisi kedua kemudian dituangkan diatasnya. Plate inkubasi selama 24 jam

untuk memungkinkan agen antimikroba berdifusi dan permukaan media mengering. Mikroba

uji (maksimal enam macam) digoreskan pada arah mulai dari konsentrasi tinggi kerendah.

Hasil diperhitungkan sebagai panjang total pertumbuhan mikroorganisme maksimum yang

mungkin dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan. Yang perlu diperhatikan

adalah dari hasil perbandingan yang didapat dari lingkungan padat dan cair, faktor difusi agen

antimikroba dapat mempengaruhi keseluruhan hasil pada media padat.

2.   Metode dilusi

Metode dilusi dibedakan menjadi dua, yaitu dilusi cair (broth dilution) dan dilusi padat (solid

dilution).

a.    Metode dilusi cair, digunakan unutk mengukur MIC atau kadar hambat minimum dan MBC

atau kadar bunuh minimum. Cara yabg dilakukan adalah dengan memberi seri pengenseran

agen antimikroba pada medium cair yang ditambahkan dengan mikroba uji. Larutan uji agen

antimikroba pada kadar terkecil yang terlihat jernih tanpa adanya pertumbuhan mikroba uji

ditetapkan sebagai KHM. Larutan yang ditetapkan sebagi KHM tersebut selanjutnya dikultur

ulang pada media cair tanpa penambahan mikroba uji ataupun agen antimikroba dan

diikubasi selama 18-24 jam. Media cair yang tetap terlihat jernih setelah diinkubasi

ditetapkan sebagai KMB.

b.   Metode dilusi padat, metode ini serupa dengan metode dilusi cair namun menggunakan

media padat (soil). Keuntungan metode ini adalah suatu konsentrasi agen antimikroba yang

diuji dapat digunakan untuk menguji beberapa mikroba uji.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Percobaan

Penelitiana ini bersifat eksperimental dan pengamatan dilakukan pada hari Jumat

sampai dengan Rabu. Tanggal 26 Mei 2011 sampai dengan 1 Juni 2011 di laboratorium

Mikrobiologi Putra Indonesia Malang.

3.2 Instrumen Penelitian

3.2.1 Alat :

3.2.1.1 Alat Pembuatan Ekstrak

1.      Pisau

2.      Blender

3.      Ayakan

4.      Botol coklat

5.      Botol infus

6.      Selang

7.      Klem dan statif

8.      Water bath

9.      Cawan

10.  Erlenmeyer

11.  Kapas

12.  Batang pengaduk

3.2.1.2 Alat Pembuatan Media

1.      Timbangan

2.      Sendok tanduk

3.      Perkamen

4.      Erlenmeyer

5.      Kompor

6.      Batang pengaduk

7.      Autoklaf

8.      Cawan petri

9.      Benang

10.  Kapas

11.  Kertas coklat

3.2.1.3 Alat Pengujian Daya Hambat

1.      Pipet volum 1 ml

2.      Blue tip

3.      Beker glass 50 ml

4.      Laminar air flow

5.      Incubator

3.2.2        Bahan

1.      Nutrient broth

2.      Suspense bakteri

3.      Ekstrak bunga rosella

4.      Etanol 70%

3.3  Prosedur Kerja

3.3.1  Pembuatan media untuk menumbuhkan sampel dan uji aktifitas

1.   Ditimbang agar 1 gram,

2.   Dilarutkan dengan aquades hingga volumenya 45 ml pada elenmeyer diaduk hingga

homogen,

3.   Direbus agar yang telah dilarutkan dengan kompor listrik,

4.   Pada saat direbus larutan agar tersebut harus selalu diaduk hingga menunjukkan hasil bahwa

media tersebut telah medidih, kemudian disisihkan,

3.3.2  Cara Sterilisasi

1.      Dibungkus cawan petri sebanyak 3 dengan menggunakan kertas coklat, dengan cara yang

benar,

2.      Ditutup mulut elenmeyer yang berisikan larutan agar dengan kapas, kemudian dibungkus

dengan kertas coklat, setelah itu diikat dengan menggunakan tali,

3.      Diletakkan blue tipe secukupnya pada beaker glass, kemudian mulut beaker glass ditutup

dengan kapas, setelah itu dibungkus dengan kertas coklat, kemudian diikat dengan tali,

4.      Diletakkan kertas cakram secukupnya pada beaker glass, kemudian mulut beaker glass

ditutup dengan kapas, setelah itu dibungkus dengan kertas coklat, kemudian diikat dengan

tali,

5.      Semua alat dan bahan yang telah dibungkus dengan kertas coklat tersebut, dimasukkan dalam

autoklaf untuk disterilkan secara panas basah, selama 15 menit dengan tekanan 2 atm pada

suhu 121°C,

3.3.3     Pembuatan ekstrak bunga rosella

1.      Dipilih bunga rosella yang masih segar dan muda,

2.      Dicuci bunga rosella dengan menggunakan air yang mengalir sambil digosok-gosok

bunganya agar benar-benar bersih,

3.      Dikeringkan dengan bantuan matahari selama 5 – 6 hari,

4.      Dipilih bunga rosella yang baik,

5.      Dibender bunga rosella hingga membentuk serbuk sebanyak 10 gram,

6.      Dimasukkan kedalam botol coklat yang tidak tembus cahaya, direndam bunga rosella dengan

etanol 70% sebanyak 100 ml,

7.      Didiamkan selama kurang lebih tiga hari,

8.      Dilakukan perkolasi,

9.      Setelah ekstraknya didapat dari hasil perkolasi, saatnya untuk pemekata dengan cara water

bath, hingga diperoleh ekstrraknya saja tanpa adanya etanol.

10.  Dimasukkan ekstrak bunga rosella kedalam botol kemudian di simpan,

3.3.4  Uji Aktivitas antibakteri ekstrak bunga rosella dengan metode disc diffusion

1.   Disiapkan tiga cawan petri steril, kemudian dimasukkan sampel bakteri kedalam cawan petri

steril @ 1 ml, sesuai dengan teknik aseptis,

2.   Dimasukkan agar encer kedalam cawan petri yang telah berisi sampel, sesuai dengan teknik

aseptis,

3.   Diputar cawan petri yang telah berisi agar dan sampel membentuk angka 8, agar antara

sampel dan media dapat tercampur merata,

4.   Ditunggu beberapa menit hingga media menjadi padat,

5.   Pada pengujian aktivitas dengan menggunakan metode cakram, maka agar yang telah padat

pada cawan petri diberi kertas cakram yang mengandung ekstrak bunga rosella,

6.   Dibungkus ketiga cawan petri tersebut dengan menggunakan kertas coklat, kemudian

diinkubasi pada suhu 37°C selama 1 x 24 jam,

7.   Diukur zona bening yang terbentuk, kemudian didokumentasikan,

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1     Data Hasil Pengamatan

Uji Aktivitas Ekstrak bunga rosella ( mengunakan metode disc difussi terhadap bakteri

Escherichia coli di Inkubasi Selama 1 X 24 Jam

No

.

Ekstrak Bunga Rosella Luas Zona

Bening

Gambar

1 Cawan I 3,48 mm

2 Cawan II 3,65 mm

3 Cawan II 3,78 mm

4.2  Analisa Prosedur

Pada penelitian ini digunakan bunga rosella karena tanaman ini mempunyai berbagai

khasiat, salah satunya sebagai antibakteri. Kandungan kimia dari bunga rosella yang diduga

sebagai antibakteri adalah flavonoid. Namun, penggunaan bunga rosella di masyarakat hanya

berdasarkan pengalaman turun-temurun dan dari generasi ke generasi. Maka untuk

membuktikan khasiat bunga rosella sebagai antibakteri, perlu dilakukan uji secara kimia.

Ektraksi bunga rosella yang digunakan sebagai sample penelitian terlebih dahulu dibuat

dalam bentuk simplisia. Pembuatan simplisia ini melalui tahap yaitu, tahap pencucian,

pengeringan dan pemilihan. Tahap pencucian bertujuan untuk menghilangkan kotoran dan

mengurahi mikroba- mikroba yang menempel pada rosella. Pada pengeringan dilakukan pada

panas matahari secara langsung selama tiga hari. Dan pemilihan dilakukan untuk memperoleh

simplisia yang terlihat bagus dan utuh.

Ekstrak bunga rosella diperoleh dengan cara penyarian yang meliputi tahap pengecilan

ukuran, pembasahan, penyarian dengan cara perkolasi dan pemekatan.

Tahap pengecilan ukuran dilakukan untuk mempermudah proses penyarian. Bunga rosella

yang sudah menjadi simplisia di bender dan diayak untuk mendapatkan simplisia dalam

bentuk serbuk.

Selanjutnya dilakukan pembasahan dengn cara merendam bunga rosella yang telah melalui

tahap pengecilan ukuran dalam pelarut etanol 70 % Selama 1 X 24 jam. Pembasahan bunga

rosella dimaksudkan untuk memberi kesempatan sebesar – besarnya pada cairan penyari agar

masuk ke dalam seluruh pori- pori sehingga mempermudah penyarian selanjutnya.

Tahap berikutnya adalah tahap penyarian dengan cara perkolasi. Perkolasi merupakan cara

penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari melalui bunga rosella yang

telah dibasahi selama 1 x 24 jam dan dipindahkan ke dalam wadah yang disebut perkolator.

Keuntungan menggunakan cara penyarian ini adalah tidak memerlukan langkah tambahan

karena sampel padat telah terpisah dari ekstrak. Mekanisme kerja perkolasi yaitu cairan

penyari akan melarutkan zat aktif melalui sel – sel yang dilalui sampai mencapai keadaan

jenuh. Dengan cara perkolasi, aliran cairan penyari meyebabkan pergantian larutan yang

terjadi dengan larutan yang konsentrasinya lebih rendah. Selain itu, ruang diantara pori–pori

akanmembentuk saluran tempat cairan penyari mengalir.

Hasil perkolasi selanjutnya dipekatkan dengan menggunakan penguapan diatas waterbath

untuk menguapkan etanol 70 % pada suhu 70% karena pada suhu tersebut merupakan suhu

minimal untuk menguapkan etanol 70%. Setelah didapatkan hasil ekstraksi disimpan dalam

botol kecil.

Bakteri yang digunakan yaitu Eschericia coli karena bersifat invesif dan toksigenik,

menimbulkan infeksi pada penderita apabila bakteri tersebut hidup pada usus besar.

pengujian aktivitas terhadap bakteri Eschericia coli ini mengunakan media cair.

Nutrien Broth adalah media cair yang digunakan untuk pertumbuhan bakteri, salah satunya

Eschericia coli dan dapat digunakan untuk isolasi bakteri tersebut karena mengandung semua

unsur senyawa esensial untuk pertumbuhan.

Untuk melakukan langkah selanjutnya, harus dilakukan sterilisasi alat dan bahan yang

akan digunakan, sterilisasi dilakukan secara panas basah dengan menggunaka autoklaf pada

tekanan 2 atm selama 15 menit pada suhu 121°C, hal ini bertujuan agar alat dan bahan yang

akan digunakan terbebas dari mikroba (steril), karena pada pemanasan pada waktu, suhu dan

tekanan tersebut semua jenis mikroba dapat dipastikan telah mati, kecuali jenis mikroba

tertentu yang dapat hidup pada suhu yang tinggi.

Sebelum melakukan praktikum tangan dan meja harus disemprot terlebih dahulu dengan

menggunakan alkohol 70%, hal ini bertujuan untuk meminimalisir adanya cemaran mikroba,

perlakuan tersebut berlaku untuk setiap kali melakukan praktikum setelah dilakukan

sterilisasi. Bakteri tersebut kemudian ditumbuhkan dalam media Nutrient Broth.

Pada uji aktivitas ekstrak bunga rosella menggunakan metode disc diffusion, karena

metode ini lebih efisien jika dibandingkan dengan metode hole plate, dalam arti pada metode

tersebut ekstrak rosella tidak akan mengalami tumpah saat diinkubasi, sehingga zona bening

yang akan terbentuk nantinya juga akan lebih sempurna.

Setelah proses praktikum selesai. Cawan petri dibungkus dengan kertas coklat, ditali

dengan benang dan di inkubasi. Dalam proses inkubasi cawan petri dibalik hal ini

dikarenakan agar air uapan pada cawan tidak menetes pada media.

4.3  Analisa Hasil

Berdasarkan Hasil pengamatan uji antimikroba ekstrak bunga rosela (Hibiscus Sabdariffa

Linn) mampu menghambat pertumbuhan bakteri gram negatif Escherichia coli. Pada tabel

menunjukkan efektifitas hambatan yang terjadi bakteri gram negatif. Pada konsentrasi

tertentu cawan petri satu, dua dan tiga mampu menghambat 3,48 mm, 3,65mm, 3,78 pada

inkubasi 1 x 24 jam. Pada literatur yang ada dikatakan membunuh bakteri apabila zona

bening pada cawan petri lebih dari separuh. Sehingga dapat dianalisa bahwa aktivitas ekstrak

bunga rosella mampu menghambat bakteri gram negatif, karena hanya menunjukkan sedikit

media yang terdapat zona bening.

Perbedaan kemampuan menghambat ekstrak bunga rosela terhadap bakteri gram negatif

antara cawan petri satu, dua dan tiga mungkin disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya:

banyaknya ekstrak bunga rosella yang ada pada ketiga cawan tersebut mungkin berbeda,

tebal media yang terdapat pada ketiga cawan petri tersebut berbeda, sehingga luas

permukaannya pun menjadi berbeda dalam arti semakin tebal media dalam cawan petri

semakin membuat bakteri berkembang dengan baik. Selain itu permasalahan yang dihadapi

dalam pengujian ini adalah hasil ekstrak yang diperoleh dengn cara perkolasi kurang

maksimal. Hal ini disebabkan hasil ekstrak tidak hnya menarik senyawa flavonoid, namun

juga msih trcampur oleh senyawa lain yang diduga dapat berfungsi sebagai antibakteri karena

peneliti tidak melakukan isolasi pada senyawa flavonoid yang diduga sebagai antibakteri.

Sehingga dengan adanya hasil tersebut dapat dikatakan aktivitas ekstrak bunga rosella

dalam menghambat bakteri masih tidak kalah jika dibandingkan dengan obat antibakteri yang

ada saat ini. Dengan adanya hasil penelitian tersebut seharusnya masyarakat berfikir ulang

untuk menggunakan obat sintetik antibakteri, karena penggunaan obat sintetik antibakteri

yang berlebihan dapat memicu bakteri resisten terhadap tubuh, padat memicu kerusakan

organ tubuh. Oleh karena itu lebih baik menggunakan obat tradisional yaitu ekstrak bunga

rosella dalam mengatasi masalah infeksi bakteri. Selain harganya rekatif murah juga tidak

menimbulkan efek samping yang berlebih.

BAB V

PENUTUP

5.1  Kesimpulan

5.1.1     Berdasarkan uji antimikroba menunjukkan bahwa Ekstrak bunga rosela (Hibiscus Sabdariffa

Linn) memberi hambatan pertumbuhan mikroba uji bakteri gram negatif.

5.1.2     Dari pengukuran hambatan pertumbuhan bakteri, Ekstrak bunga rosella dapat dianggap

mampu mengantikan obat sintetik sebagai antibakteri dengan harga yang relatif murah dan

efek samping yang tidak berlebih.

5.2  Saran

5.2.1     Perlu kiranya dalam dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan hewan coba sebagai

uji antimikroba dengan konsentrasi yang lebih besar agar pengaruh Ekstrak methanol bunga

rosela (Hibiscus Sabdariffa Linn) dapat terlihat lebih nyata.

5.2.2  Perlu kiranya dilakukan uji terhadap aktivitas  bunga rosela (Hibiscus Sabdariffa Linn)

dengan menggunakan senyawa murni hasil isolasi atau menggunakan ekstrak hasil fraksinasi,

sehingga efek manfaat dari ekstrak dapat terlihat lebih nyata

Daftar pustaka

Devi, Maria. 2009. Dasyatnya Khasiat Rosella. Cemerlang Publishing. Yogyakarta

Ir. Mardiah.Msi, Ir. Sarwani Hasibuan, M.T, Ir. Arifah Rahayu, M.Si., Dr. Ir Reki Wicakono

Aswadi. 2009. Budi Daya dan Pengolahan Rosella. PT AgroMedia Pustaka. Jakarta

Dra. Herti Maryani, Lusi Kristiana, Apt. 2005. Khasiat dan Manfaat Rosella. PT AgroMedia

Pustaka. Jakarta

Cara Pembuatan Simplisia. 198. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta

Pratiwi, S. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Erlangga. Jakarta: 189-195

Jayanti, Dwi. 2010. Aktivitas antibakteri ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia

(Tennore) Steen) trhadap pseudomonas aeruginosa. Jurnal Ilmiah

Voigt, R. 1984. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. ITB. Bandung

http://farmakog.blogspot.co.id/2011/10/tugas-akhir-mikrobiologi-uji-aktivitas.html