Rabu

18
 Rabu, 01 Desember 2010 ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PENDAHULUAN Latar Belakang Di pihak lain kenyataan menunjukkan bahwa 80 – 85 % kayu Indonesia mempunyai keawetan yang rendah (kelas III – IV). Dengan kata lain sebagian besar jenis kayu tersebut mudah terserang berbagai jenis organisme perusak kayu. Kenyataan ini ditunjang  pu la ol eh le ta k geoga rf is Indon esia di kha tuli st iwa denga n ikli m tr opis nya yang memungkinkan hadirnya berbagai jenis organisme perusak kayu seperti rayap, bubuk kayu ker ing, jamur pel apuk. Dengan demiki an dapa t dimengert i men gapa anc ama n kerusakan kayu di Indonesia sangan besar. Kayu mer upak an bahan ala mi yang ser ba guna didukung ole h banyak keun ggul an komparatif dibanding bahan lainnya (metal, semen, plastik, dsb). Di sisi lain kayu juga memiliki berbagai kelemahan, salah satu yang sangat penting di antaranya adalah kayu dapat terdegradasi oleh faktor biologis (jamur, rayap, kumbang, penggerek laut, dsb.). Deteriorasi kayu oleh faktor biologis (khususnya jamur) telah menimbulkan kerugian yang sangat besar dan pemborosan pemanfaatan sumber daya alam/ hutan. Pengendalian deteriorasi kayu ini akan meningkatakan efisiensi pengolahan dan pemanfaatannya serta menekan konsumsi kayu dari hutan yang kini angka deforestasi di Indonesia demikian tinggi (Priadi, 2005). Wi la ya h Indone si a merupa ka n wi la ya h ya ng cocok untu k pe rt umbuha n da n  per kembang bia kan mik roorga nis me sepert i bakter i dan jamur. Bakter i dan jamur merupakan tumbuhan tingkat rendah, dimana dalam kehidupannnya akan selalu menjadi  par asi t dan ata u saprof it bagi organi sme /be nda lai n. Jamur mer upak an sal ah sat u mikroorganisme yang tidak memiliki klorofil sehingga dalam mempertahankan hidupnya akan mengambil energi serta bahan-bahan organik yang dihasilkan oleh tumbuhan hijau  baik yang masih hidup ataupun yang sudah mati (Iswanto, 2009). Tidak ada alasan untuk dapat menghindari terjadinya proses kemunduran kayu dalam suatu bangunan dimana penyebab-penyebabnya dapat diatasi atau dikendalikan. Kayu yang digunakan diluar atap berhubungan langsung dengan tanah atau air laut akhirnya

Transcript of Rabu

Page 1: Rabu

5/10/2018 Rabu - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/rabu5571fc9449795991699787cb 1/18

 

Rabu, 01 Desember 2010

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI

PENDAHULUAN

Latar Belakang 

Di pihak lain kenyataan menunjukkan bahwa 80 – 85 % kayu Indonesia mempunyai

keawetan yang rendah (kelas III – IV). Dengan kata lain sebagian besar jenis kayu

tersebut mudah terserang berbagai jenis organisme perusak kayu. Kenyataan ini ditunjang

  pula oleh letak geogarfis Indonesia di khatulistiwa dengan iklim tropisnya yang

memungkinkan hadirnya berbagai jenis organisme perusak kayu seperti rayap, bubuk 

kayu kering, jamur pelapuk. Dengan demikian dapat dimengerti mengapa ancamankerusakan kayu di Indonesia sangan besar.

Kayu merupakan bahan alami yang serba guna didukung oleh banyak keunggulan

komparatif dibanding bahan lainnya (metal, semen, plastik, dsb). Di sisi lain kayu juga

memiliki berbagai kelemahan, salah satu yang sangat penting di antaranya adalah kayu

dapat terdegradasi oleh faktor biologis (jamur, rayap, kumbang, penggerek laut, dsb.).

Deteriorasi kayu oleh faktor biologis (khususnya jamur) telah menimbulkan kerugian

yang sangat besar dan pemborosan pemanfaatan sumber daya alam/ hutan. Pengendalian

deteriorasi kayu ini akan meningkatakan efisiensi pengolahan dan pemanfaatannya serta

menekan konsumsi kayu dari hutan yang kini angka deforestasi di Indonesia demikian

tinggi (Priadi, 2005).

Wilayah Indonesia merupakan wilayah yang cocok untuk pertumbuhan dan

  perkembangbiakan mikroorganisme seperti bakteri dan jamur. Bakteri dan jamur 

merupakan tumbuhan tingkat rendah, dimana dalam kehidupannnya akan selalu menjadi

  parasit dan atau saprofit bagi organisme/benda lain. Jamur merupakan salah satu

mikroorganisme yang tidak memiliki klorofil sehingga dalam mempertahankan hidupnya

akan mengambil energi serta bahan-bahan organik yang dihasilkan oleh tumbuhan hijau

 baik yang masih hidup ataupun yang sudah mati (Iswanto, 2009).

Tidak ada alasan untuk dapat menghindari terjadinya proses kemunduran kayu dalam

suatu bangunan dimana penyebab-penyebabnya dapat diatasi atau dikendalikan. Kayu

yang digunakan diluar atap berhubungan langsung dengan tanah atau air laut akhirnya

Page 2: Rabu

5/10/2018 Rabu - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/rabu5571fc9449795991699787cb 2/18

 

akan membusuk atau diserang oleh pengebor-pengebor laut atau serangga. Tetapi umur 

  pakainya dapat sangat diperpanjang dengan perlakuan tepat. Untuk menghindari

kemunduran dalam bangunan-bangunan atau untuk memperpanjang umur bahan-bahan

kayu yang digunakan dibawah kondisi-kondisi yang berat, mereka yang menggunakan

  produk-produk kayu harus memahami kondisi-kondisi yang dapat berkembangnya

kemunduran dan tindakan pencegahan yang harus diambil (Samosir, 2009).

Agen-agen biologis adalah penyebab utama kerusakan kayu, akibat dari cendawan yang

menyebabkan noda, pelunakan dan pembusukan; pengebor-pengebor laut, terutama

cacing-cacing laut dan kerang-kerang laut kecil; serangga termasuk rayap, semut kayu;

 berbagai kumbang pengebor kayu; dan bekteri yang menyebabkan pelapukan pada kayu

yang apabila lama terendam oleh air (Samosir, 2009).

Sebenarnya kerugian akibat serangan jamur setiap tahunnya sangat besar, namun

masih jarang dilakukan penelitian-penelitian maupun publikasi-publikasi untuk 

mengetahui seberapa besar kerugian yang terjadi akibat serangan jamur. sebagian contoh

di Amerika Serikat kerugian akibat pelapukan bangunan diduga lebih dari 200 juta dolar 

 per-tahun.

Tujuan

Tujuan dalam praktikum ini adalah untuk mempelajari deteriorasi kayu oleh bakteri baik dari segi penyerangan maupun mikroskopisnya.

Page 3: Rabu

5/10/2018 Rabu - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/rabu5571fc9449795991699787cb 3/18

 

TINJAUAN PUSTAKA

Deskripsi Jamur

Jamur merupakan tumbuhan tingkat rendah yang tidak mempunyai zat hijau

(chlorophyl ). Untuk hidupnya mereka berperan sebagai parasit atau saprofit (Tambunan

dan Nandika, 1989), yang tidak dapat menghasilkan makanannya sendiri (Hunt dan

Garrat, 1986).

Jamur merupakan organisme eukariota yang digolongkan kedalam kelompok 

cendawan sejati. Dinding sel jamur terdiri atas kitin, sel jamur tidak mengandung

klorofil. Jamur mendapatkan makanan secara heterotrof dengan mengambil makanan dari

  bahan organik. Bahan organik disekitar tempat tumbuhnya diubah menjadi molekul-

molekul sederhana dan diserap langsung oleh hifa, jadi jamur tidak seperti organisme

heterotrof lainnya yang menelan makanannya kemudian mencernanya sebelum diserap

(Gunawan, 2000).

Mikroorganisme ini dapat dibedakan dalam empat golongan tergantung pada sifat

 perkembangan didalam dan pada kayu, dan tipe kerusakan yang ditimbulkan olehnya.

Hunt dan Garrat (1986) menyatakan golongan-golongan tersebut adalah cendawan

 perusak kayu, pewarna kayu, cendawan buluk dan bakteri penyerang kayu.

Jamur Sebagai Jasad Renik 

Jasad renik merupakan salah satu faktor yang banyak menimbulkan kerusakan pada kayu.

Jasad renik tersebut terdiri dari jamur dan bakteri, dimana bagian vegetatifnya secara

individu hanya dapat dilihat dengan jelas dibawah mikroskop karena ukurannya sangat

kecil. Jasad renik adalah sejenis tumbuhan tingkat rendah yang tidak mengandung

klorofil, oleh karena itu mereka mempertahankan hidupnya dengan energi dan bahan

organik yang dihasilkan oleh tumbuhan hijau. Dengan demikian kayu sebagai produk 

terbesar dari tumbuhan hijau merupakan sumber makanan bagi berbagai jenis jamur dan

 bakteri. Berdasarkan medium tempat jasad renik itu berkembang dan sifatnya yang

saprofit dan parasit, jasad renik berbeda dengan tanaman hijau (Tambunan dan Nandika,

1989).

Ciri-ciri Jamur

Page 4: Rabu

5/10/2018 Rabu - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/rabu5571fc9449795991699787cb 4/18

 

Jamur atau fungi merupakan tumbuhan yang tidak mempunyai klorofil sehingga

  bersifat heterotrof, tipe sel eukarotik. Jamur ada yang uniseluler dan multiseluler.

Tubuhnya terdiri dari benang-benang yang disebut hifa, hifa dapat membentuk anyaman

  bercabang-cabang yang disebut miselium. Jamur pada umumnya multiseluler (bersel

  banyak). Ciri-ciri jamur berbeda dengan organisme lainnya dalam hal cara makan,

struktur tubuh, pertumbuhan, dan reproduksinya (Gandjar dkk, 1999).

Struktur Tubuh Fungi/Jamur

Struktur tubuh jamur tergantung pada jenisnya. Ada jamur yang satu sel, misalnya

khamir, ada pula jamur yang multiseluler membentuk tubuh buah besar yang ukurannya

mencapai satu meter, contohnya jamur kayu. Tubuh jamur tersusun dari komponen dasar 

yang disebut hifa. Hifa membentuk jaringan yang disebut miselium. Miselium menyusun

 jalinan-jalinan semu menjadi tubuh buah (Tapa, 2004).

Morfologi Fungi

Bagian vegetatif pada jamur umumnya berupa benang-benang halus memanjang, bersekat

( septa) atau tidak, dinamakn dengan hifa. Kumpulan-kumpulan benang-benang hifat

tersebut dinamakan dengan miselium. Miselium dapaat dibedakan menjadi dua tipe

 pokok. Yang pertama mempunyai hifa senositik (coenocytic), yaitu hifa yang mempunyai

 banyak inti dan tidak mempunyai sekat melintang, jadi hifa ini berbentuk tabung halus

yang mengandung protoplas dengan banyak inti. Pembelahan intinya tidak diikuti oleh pembelahan sel. Yang kedua mempunyai hifa seluler (celluler ), hifa terdiri dari sel-sel,

yang masing-masing mempunyai sat atau dua inti (Semangun, 1996).

Habitat Jamur/Fungi

Semua jenis jamur bersifat heterotrof. Namun, berbeda dengan organisme lainnya,

 jamur tidak memangsa dan mencernakan makanan. Untuk memperoleh makanan, jamur 

menyerap zat organik dari lingkungan melalui hifa dan miseliumnya, kemudian

menyimpannya dalam bentuk glikogen. Oleh karena jamur merupakan konsumen maka

  jamur bergantung pada substrat yang menyediakan karbohidrat, protein, vitamin, dan

senyawa kimia lainnya. Semua zat itu diperoleh dari lingkungannya. Sebagai makhluk 

heterotrof, jamur dapat bersifat parasit obligat, parasit fakultatif, atau saprofit (Saragih,

2008).

Hifa

Page 5: Rabu

5/10/2018 Rabu - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/rabu5571fc9449795991699787cb 5/18

 

Hifa dapat dibedakan atas dua tipe hifa yang fungsinya berbeda, yaitu yang menyerap

unsur hara dari substrat dan yang menyangga alat-alat reproduksi. Hifa umumnya rebah

  pada permukaan substrat atau tumbuh pada ke dalam substrat dan fungsinya untuk 

mengabsorbsi unsur hara yang diperlukan bagi kehidupan fungi disebut hifa vegetatif.

Hifa yang umumnya tegak pada miselium yang terdapat di permukaan substrat yang

disebut hifa fertil, karena berperan untuk reproduksi. Hifat-hifat yang telah menjalin

suatu jaringan miselium makin lama makin tebal dan membentuk suatu koloni yang dapat

dilihat mata telanjang (Semangun, 1996).

Hifa adalah struktur menyerupai benang yang tersusun dari dinding berbentuk 

 pipa. Dinding ini menyelubungi membran plasma dan sitoplasma hifa. Sitoplasmanya

mengandung organel eukariotik. Kebanyakan hifa dibatasi oleh dinding melintang atau

 septa. Septa mempunyai pori besar yang cukup untuk dilewati ribosom, mitokondria, dan

kadangkala inti sel yang mengalir dari sel ke sel. Akan tetapi, adapula hifa yang tidak 

 bersepta atau hifa senositik.

Struktur hifa senositik dihasilkan oleh pembelahan inti sel berkali-kali yang tidak 

diikuti dengan pembelahan sitoplasma. Hifa pada jamur yang bersifat parasit biasanya

mengalami modifikasi menjadi haustoria yang merupakan organ penyerap makanan dari

substrat; haustoria dapat menembus jaringan substrat.

Jenis-jenis JamurJamur Trametes versicolor 

Klasifikasi jamur jenis ini adalah sebagai berikut:

Kingdom : Fungi

Divisio : Basidiomycota

Class : Hymenomycetes

Ordo : Aphyllophorales

Family : Polyporaceae

Genus : Trametes

Spesies : Trametes versicolor 

Adapun ciri-ciri jamur jenis ini adalah sebagai berikut:

1. Warna coklat keputih-putihan hingga putih kekuningan dengan tepi bergerigi

Page 6: Rabu

5/10/2018 Rabu - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/rabu5571fc9449795991699787cb 6/18

 

2. Permukaan badan buah jamur berbulu

3. Jamur tidak memiliki tangkai, langsung melekat pada kayu

4. Teksturnya menyerupai kulit

5. Pada badan jamur terlihat zonasi pertumbuhan jamur 

6. Bentuk basidiokarpa/badan buah seperti ekor kalkun yang sedang mengeliat.

Wood dan Stevens (1996) mengemukakan bahwa pori jamur ini memiliki ukuran

4-6 x 1,5-2,5 um, berbentuk silindrikal berliku yang ramping, permukaan halus,

hyaline/hymeniumnya berwarna putih hingga kuning pucat dalam lapisannya.

Berdasarkan bentuk penyerangnya, trametes versicolor termasuk kedalam jenis jamur 

White rot . Jamur ini merombak lignin dan sebagian selulosa. Kayu yang diserang akan

 berwarna putih.Jamur Ganoderma applanatum

Klasifikasi jamur jenis ini adalah sebagai berikut:

Kingdom : Fungi

Divisio : Basidiomycota

Class : Basidiomycetes

Ordo : Polyporales

Family : Ganodermataceae

Genus : Ganoderma

Species : Ganoderma applanatum

Adapun ciri-ciri jenis ini adalah sebagai berikut:

1. Berwarna putih, dengan cepat berubah menjadi coklat apabila dilukai. Memudar 

menjadi pucat kekuning-kuningan ketika basah.

2. Bdan buah 9basidiokarpa) jamur keras dan kaku

3. Basidiokarpa tersebar rata pada substratum4. Sporanya tidak terlihat sebagaimana jamur pada umumnya, namun jika

ditepukkan maka sporanya akan jatuh.

5. Jamur tidak memiliki tangkai, langsung melekat pada kayu.

Page 7: Rabu

5/10/2018 Rabu - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/rabu5571fc9449795991699787cb 7/18

 

Ganoderma applanatum termasuk kedalam kalsifikasi jamur perusak kayu

kelompok  Brown rot . Jamur ini merupakan jamur tingakt inggi dari kelas Basidiomycetes

yaitu golongan jamur yang meneyrang holoselulosa kayu dan meninggalkan residu

kecoklat-coklatan yang kaya akan lignin (Tambunan dan Nandika, 1989).

Faktor yang Mempergaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan Jamur

Menurut Tambunan dan Nandika (1989), ada beberapa faktor yang berpengaruh

terhadap pertumbuhan dan perkembangan jamur antara lain:

1. Temperatur 

Jamur perusak kayu dapat berkembang pada interval suhu yang cukup lebar, tetapi

  pada kondisi-kondisi alami perkembangan yang paling cepat terjadi selama periode-

 periode yang lebih panas dan lebih lembab dalam setiap tahun. Suhu optimum berbeda-

 beda untuk setiap jenis, tetapi pada umumnya berkisar antara 220C sampai 350C. Suhu

maksimumnya berkisar antara 270C sampai 390C dengan suhu minimum kurang lebih

50C.

2. Oksigen

Oksigen sangat dibutuhkan oleh jamur untuk melakukan respirasi yang menghasilkan

CO2 dan H2O. sebaliknya untuk pertumbuhan yang optimum, oksigen harus diambil

secara bebas dari udara. Tanpa adanya oksigen, tidak ada jamur yang dapat hidup.

3. Kelembaban

Kebutuhan jamur akan kelembaban berbeda-beda, namun hampir semua jenis jamur 

dapat hidup pada substrat yang belum jenuh air. Kadar air subtrat yang rendah sering

menjadi faktor pembatas bagi pertumbuhan jamur. hal ini terutama berlaku bagi jenis

  jamur yang hidup pada kayu atau tanah. Kayu dengan kadar air kurang dari 20%

umumnya tidak terserang jamur perusak, sebaliknya kayu dengan kadar air 35-50%

sangat disukai oleh jamur perusak.

Page 8: Rabu

5/10/2018 Rabu - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/rabu5571fc9449795991699787cb 8/18

 

4. Konsentrasi hidrogen (pH)

Pada umumnya jamur akan tumbuh dengan baik pada pH kurang dari 7 (dalamsuasana asam sampai netral). Pertumbuhan yang optimumakan dicapai pada pH 4,5

sampai 5,5.

5. Bahan makanan (nutrisi)

Jamur memerlukan makanan dari zat-zat yang terkandung dalam kayu seperti

selulosa, hemiselulosa, lignin dan zat-zat isi sel lainnya. Selulosa, hemiselulosa dan

lignin yang menyusun kayu terdapat sebagai makromolekul yang terlalu besar dan tidak larut dalam air untuk diasimilasi langsung oleh cendawan.

Menurut Gandjar  et al ., (2006), secara umum pertumbuhan fungi dipengaruhi oleh

substrat, kelembaban, suhu, derajat keasaman substrat (pH), dan senyawa kimia

dilingkungannya.

Pengaruh Serangan Jamur

Pengaruh serangan jamur terhadap sifat-sifat kayu secara umum adalah:

1. Pengaruh berat, hilangnya sebagian selulosa dan lignin karena dirombak oleh

 jamur. Bila persentase penyerangan jamur ini tinggi, maka kayu menjadi semakin

ringan.

2. Pengaruh kekuatan, kayu yang diserang jamur akan mempengaruhi sifat

keteguhan pukul, keteguhan lengkung, keteguhan tekan, kekerasan serta

elastisitasnya dan mengakibatkan kekuatan kayu akan berkurang.

3. Peningkatan kadar air, kayu yang lapuk akan menyerap air lebih banyak dari pada

kayu yang segar sehat.4. Penurunan kalori, nilai kalori ada hubungannya dengan intesitas serangan.

Apabila intensitas pelapukan semakin tinggi maka nilai kalori semakin kecil,

sebab kayu yang lapuk memberikan panas yang lebih kecil dari pada kayu yang

sehat.

Page 9: Rabu

5/10/2018 Rabu - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/rabu5571fc9449795991699787cb 9/18

 

5. Perubahan warna, white-rot menimbulkan warna putih, brown-rot menimbulkan

warna coklat, sedangkan blue-stain menimbulkan warna hitam kebiru-biruan.

6. Perubahan bau, umunya kayu lapuk baunya berbeda dengan kayu yang sehat.

Kayu lapuk baunya sangat tidak menyenangkan bagi pencium

7. Perubahan struktur mikroskopis, white-rot menyebabkan dinding sel kayu makin

lama- makin tipis dan akhirnya habis. Brown-rot menyerang selulosa kayu. Soft-

rot hanya menyerang diding sekunder dan bila dilihat dengan mikroskop

 polarisasi maka terlihat lubang-lubang spiral yang memanjang.

(Damanik, 2003).

Ciri luar yang membedakan fungi adalah bentuk vegetatif yang berupa benang

(filamen). Miselia mempunyai tenunan yang sederhana dan terbatas ataupun bercabang-cabang yang ukurannya sangat menarik perhatian. Sering terjadi pembentukan spora

khusus atau badan buah yang bagi beberapa golongan berukuran makroskopis sederhana

dari fungi payung dan fungi penumpu, yang berukuran luar biasa.

Kayu

Kayu sebagai bahan biologis tidak terdegradasi atau rusak karena pengaruh waktu tetapi

karena faktor eksternal. Berbagai macam faktor eksternal yang terdiri atas tumbuhan

(bakteri, jamur), binatang (serangga, binatang laut), iklim, mekanis, kimia, panas, dapat

menyebabkan degradasi dari penampakan, struktur, ataupun komposisi kimia kayu

(Tsoumis, 1991).

Inokulasi

Inokulasi adalah terjadinya kontak antara patogen tumbuhan. Patogen-patogen yang

sampai dan menyebabkan terjadinya kontak dengan tumbuhan disebut inokulum.

Inokulum adalah bagian patogen yang dapat memulai infeksi. Interval waktu antara

inokulasi dengan munculnya gejala penyakit disebut periode inkubasi. Lama periode

inkubasi berbagai penyakit bervariasi, khususnya dengan kombinasi inang-patogen,

dengan tingkat perkembangan inang, dan dengan suhu lingkungan tumbuhan yang

terinfeksi. Pada fungi inokulum dapat berupa spora, sklerotium atau bagian-bagian

miselium (Yunasfi, 2008).

Penetrasi

Page 10: Rabu

5/10/2018 Rabu - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/rabu5571fc9449795991699787cb 10/18

 

Patogen mempenetrasi permukaan tumbuhan secara langsung melalui lubang-lubang

alami, atau melalui luka. Fungi ada yang dapat melakukan penetrasi dengan satu cara dan

ada yang dua cara. Proses penetrasi ini dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu :

a. Penetrasi langsung melalui permukaan yang utuh, menggunakan apresorium.

 b. Penetrasi melalui luka

c. Penetrasi melalui lubang-lubang alami, banyak fungi dan bakteri masuk ke dalam

tumbuhan melalui stomata, hidatoda, nektartoda dan lentisel

(Yunasfi, 2008).

Infeksi

Infeksi adalah proses saat patogen melakukan kontak dengan sel atau jaringan tumbuhan

yang rentan dan mendapatkan makanan dan tumbuhan tersebut. Infeksi yang berhasil

akan mengakibatkan timbulnya bagian yang berubah warna, berubah bentuk, atau

nekrosis pada tumbuhan inang yang disebut gejala, dan ada yang tidak menghasilkan

gejala yang disebut laten dan gejala ini akan kelihatan pada waktu berikutnya di saat

kondisi lingkungan lebih menguntungkan (Yunasfi, 2008).

Page 11: Rabu

5/10/2018 Rabu - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/rabu5571fc9449795991699787cb 11/18

 

METODE PRATIKUM

Waktu dan Tempat

Praktikum yang berjudul Pembuatan PDA ( Potatoes Dextros Agar ) dan Pertumbuhan

Jamur dilaksanakan pada Laboratorium Biotek pada tanggal 29 September 2010.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah pisau cutter , talenan, timbangan

elektrik, gelas ukur 1000 ml, erlenmeyer 1000 ml, spatula kaca, hot plate, corong kaca,

kertas saring, alumunium foil , kapas, kompor gas, autoclave, pingset, cawan petri, alat

 pelindung, alat dokumentasi, dan laminar flow.

Bahan yang digunakan adalah kentang 200 g, agar-agar bubuk 15 g, gula 15 g, air dan

alkohol.

Prosedur

Pembuatan PDA ( Potatoes Dextrose Agar )

1. Dikupas kentang dan dipotong dadu dengan ukuran 1 cm x 1 cm sebanyak 200 g.

2. Dicuci kentang hingga bersih.

3. Direbus kentang dalam 500 ml air, sampai empuk dan lunak.

4. Ditambahkan 15 g agar dan dimasak menggunakan air steril sebanyak 500 ml,

hingga larut.

5. Ditambahkan gula sebanyak 15 g.

6. Dituangkan air ekstrak kentang ke dalam larutan agar-agar.

7. Disaring larutan tersebut dengan menggunakan kertas saring.

8. Ditambahkan air steril hingga mencapai volume 1000 ml.

9. Dimasukkan larutan mendidih ke dalam erlenmeyer dan ditutup lagi

menggunakan aluminium foil .

10. Disterilkan di dalam autoclave selama 15 menit dengan suhu 121-1240 C pada

tekanan 1,25 atm.

11. Dikeluarkan PDA dan dituangkan dalam cawan petri.

12. Ditanam jamur pada cawan petri tersebut.

13. Ditutup dengan rapat media jamur tersebut.

14. Dimasukkan dalam laminar flow.

Page 12: Rabu

5/10/2018 Rabu - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/rabu5571fc9449795991699787cb 12/18

 

15. Diamati perkembangan jamur baik dari diameternya dan perubahan warnanya.

Isolasi Fungi

1. PDA dituangkan ke dalam cawan petri.

2. Diisolasi dan dibiarkan selama 1 hari.

3. Jamur dari kayu dipotong kecil, kemudian dimasukkan ke dalam PDA.

4. Didiamkan selama 3-4 hari.

5. Diliat pertumbuhan jamurnya.

Pemurnian Media PDA

1. Diletakkan jamur pada media PDA, ditutup dan dibiarkan selama 24 jam.

2. Diamati perkembangannya selama 14 hari.

3. Diukur pertumbuhan jamurnya, diamati pertumbuhan jamur, diameter jamur,

diukur setiap hari hingga 14 hari.

4. Diamati perubahan warna, dilakukan dokumentasi.

Identifikasi Fungi

1. Pengamatan Makroskopis

1. Dimurnikan kembali PDA yang ditumbuhi fungi hingga muncul koloni tunggal.

2. Diamati perkembangan diameter setiap hari dengan rumus.

D= (D1 + D2)/2

3. Diamati dan diidentifikasi fungi yang menyangkut bentuk, warna, dan jenis fungi

masing-masing yang tumbuh.

2. Pengamatan Mikroskopis

Page 13: Rabu

5/10/2018 Rabu - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/rabu5571fc9449795991699787cb 13/18

 

1. Dipindahkan fungi yang telah muncul pada media PDA berukuran 3x3 mm atau

4x4 mm ke dalam objek glass, sebanyak 3 atau 5 buah.

2. Ditutup fungi yang telah dipindahkan tersebut dengan objek glass.

3. Diletakkan objek glass tersebut ke dalam sebuah kotak dan diberikan pelembab

yanhg dapat berupa kapas atau tisu basah.

4. Dibiarkan kmotak tersebut selama 5-6 hari, setelah itu dibuang agar-agar yang ada

 pada objek glass, diamatai dan diidentifikasi fungi yang ada pada mikroskop yang

menyangkut bentuk, warna dan jenia fungi yang tumbuh.

Page 14: Rabu

5/10/2018 Rabu - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/rabu5571fc9449795991699787cb 14/18

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan setiap hari, maka didapat hasil observasi yang

meliputi diameter dan perubahan warna, sebagai berikut.

Tabel 1. Pengamatan perkembangan dan perubahan jamur 

Hari Cawan Diameter Diameter  

rata-rata

Perubahan warna

HariI

Cawan I

Cawan II

Cawan III

D1 = 0,6 + 0,5D2 = 0,5 + 0,6

D1 = 0,4 + 0,5

D2 = 0,3 +0,4D1 = kontaminasi

D2 = kontaminasi

0,55

0,4

-

Hijau mudaHijau muda

Putih kapas

Putih kapasBintik hitam

Bintik hitam

Hari

III

Cawan I

Cawan II

Cawan III

D1 = 2,1 + 2,0

D2 = 2,0 + 2,0

D1 = 1,8 + 1,9D2 = 1,9 +1,8D1 = kontaminasi

D2 = kontaminasi

2,025

1,85

-

Hijau muda memutih

Hijau muda memutih

Putih kapas halusPutih kapas halusBintik hitam

Bintik hitam

Hari

IV

Cawan I

Cawan II

Cawan III

D1 = kontaminasi

D2 = kontaminasi

D1 = 2,6 + 2,4D2 = 2,6 + 2,7

D1 = kontaminasi

D2 = kontaminasi

-

2,575

-

Hijau muda memutih

Hijau muda memutih

Putih kapas halusPutih kapas halus

Bintik hitam

Bintik hitam

Hari

V

Cawan I

Cawan II

Cawan III

D1 = kontaminasi

D2 = kontaminasiD1 = kontaminasi

D2 = kontaminasiD1 = kontaminasi

D2 = kontaminasi

-

-

-

Hijau muda memutih

Hijau muda memutihPutih kapas halus

 bercak hijau

Putih kapas halus bercak hijau

Bintik hitam

Page 15: Rabu

5/10/2018 Rabu - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/rabu5571fc9449795991699787cb 15/18

 

Bintik hitam

Pengamatan diameter rata-ratanya pada hari pertama pada cawan pertama adalah

0,55 cm, cawan kedua adalah 0,4 cm dan cawan ketiga tidak diketahui karena

terkontaminasi. Pada hari ketiga pada cawan pertama adalah 2,025 cm, cawan kedua

adalah 1,85 cm. Pada hari keempat pada cawan pertama terkontaminasi, cawan kedua

adalah 2,575. Pada hari kelima seluruh cawan telah terkontaminasi. Hal ini terlihat

dengan adanya warna bintik-bintik hitam pada PDA sehingga jamur yang seharusnya

tumbuh tidak dapat diidentifikasi dengan baik.

Pengamatan makroskopis yang dilakukan dalam mengidentifikasi jamur 

  berdasarkan sifat-sifat morfologinya menunjukkan bahwa jamur tersebut merupakan

 jamur Trametes versicolor. Ini disimpulkan karena pengamatan warna yang dilihat pada

 jamur tersebut. Koloni jamur tersebut berwarna cokelat keputih-putihan pada awalnya.

Kemudian terjadi perubahan warna secara berlahan menjadi warna kuning dan akhirnya

 berwarna hijau muda. Badan jamur tersebut berbulu. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Wood dan Stevans (1996), yang mengatakan bahwa ciri-ciri jamur Trametes versicolor 

adalah warna coklat keputih-putihan hingga putih kekuningan dengan tepi bergerigi,

 permukaan badan buah jamur berbulu, jamur tidak memiliki tangkai, langsung melekat

 pada kayu, teksturnya menyerupai kulit, pada badan jamur terlihat zonasi pertumbuhan

  jamur, bentuk basidiokarpa/badan buah seperti ekor kalkun yang sedang mengeliat.

Berdasarkan bentuk penyerangnya, trametes versicolor termasuk kedalam jenis jamur 

White rot . Jamur ini merombak lignin dan sebagian selulosa. Kayu yang diserang akan

 berwarna putih.

Berdasarkan data amatan observasi, maka dapat dinyatakan bahwa pada dasarnya salah

satu sifat dari jamur adalah perusak, hal ini terlihat dari perkembangan fungi yang sangatsignifikan baik dari bentuk, diameter dan perubahan warnanya. Perubahan warna pada

  jamur merupakan reaksi yang timbul akibat enzim yang dikeluarkan enzim tersebut.

Jamur yang terdapat pada media tersebut bersifat patogen hal ini terlihat dari perubahan

media yang terjadi.

Page 16: Rabu

5/10/2018 Rabu - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/rabu5571fc9449795991699787cb 16/18

 

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Jamur yang diidentifikasi merupakan jamur Trametes versicolor 

2. Jamur yang diamati bersifat patogenetik, yang berpenetrasi secaraa

langsung sehingga menyebabkan degradasi biologis.

3. Jamur yang menyerang kayu mengalami perubahan warna seiring

 perkembangan usia jamur tersebut.

4. Kontaminasi terjadi akibat area pengamatan yang tidak steril.

Saran

Pertumbuhan fungi yang sifat medianya harus steril maka diharapkan pada saat

 pembuatan media PDA hendaknya dikerjakan dengan menggunakan alat yang steril dan

didukung lingkungan yang juga steril.

Page 17: Rabu

5/10/2018 Rabu - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/rabu5571fc9449795991699787cb 17/18

 

DAFTAR PUSTAKA

Iswanto, A. H. 2009. Identifikasi Jamur Perusak Kayu. Skripsi. USU. Medan.

Gandjar, I., Robert, A.S., Karin van den, T. V., Ariyati, O., dan Iman, S. 1999. Mengenali

Kapang Tropik Umum. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.

Gunawan, A. W. 2000. Usaha Pembibitan Jamur. Penebar Swadaya. Jakarta.

Hunt, G.M, dan Garrat. 1986. Pengawetan Kayu. Terjemahan Yusuf, N. Edisi Pertama. CetakanPertama. Akademika Presindo. Jakarta.

Priadi, T. 2005. Pelapukan Kayu Oleh Kamur dan Strategi Pengendaliannya. Skripsi. Institut

Pertanian Bogor. Bogor 

Samosir, R. 2009. Jenis-Jenis Fungi pada Tegakan Kayu Mati di Lahan Gambut. Skripsi.

Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Saragih, S. D. 2008. Fungi Perombak Bahan Organik di Tanah Gambut. Skripsi. Departemen

Kehutanan, Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Semangun, H. 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gajah Mada University Press.

Yogyakarta.

Tambunan, B dan Dodi Nandika. 1989. Deteriorasi Kayu oleh Faktor Biologis. IPB-Press.

Bogor.

Tapa Darma, I. G. K. 2004. Blue Stain, Perusak Warna Kayu. Institut Pertanian Bogor. Bogor 

Page 18: Rabu

5/10/2018 Rabu - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/rabu5571fc9449795991699787cb 18/18

 

Wood, M dan F. Stevens. 1996. Trametes viscolor. http://www.rrich.com

Read more: http://juliusthh07.blogspot.com/2010/12/isolasi-dan-identifikasi-

fungi.html#ixzz1GeHAIpj6

http://juliusthh07.blogspot.com/2010/12/isolasi-dan-identifikasi-fungi.html