RABU, 27 APRIL 2011 yak Mentah · 2011-04-27 · Kelurahan Gandus, Kecamatan Gandus, Palembang, ......

1
SEBUAH tongkang berlayar tenang menyusur aliran Musi, Palembang, Sumatra Selatan, tengah hari di bulan Maret. Kapal itu melintas ke tengah lalu lintas sungai yang sibuk, yang memang menjadi andalan sebagian masyarakat Bumi Sriwijaya. Setelah sekitar 45 menit me- ninggalkan pangkalan kapal di Kelurahan Gandus, Kecamatan Gandus, Palembang, tongkang dengan muatan 19 truk disel PS tersebut urung melanjutkan perjalanan. Sebuah kapal pa- troli Polisi Air (Polair) Polda Sumatra Selatan memberi aba- aba lalu menggiringnya kem- bali ke pangkalan pasir dekat CV Surya Gemilang, Gandus. Dengan sigap, petugas me- nyita tongkang yang ternyata memuat 152 ton minyak men- tah di dalam 19 truk. Petugas langsung memeriksa lima saksi, yakni nakhoda dan empat anak buah kapal. Dari mereka dike- tahui tongkang hendak berang- kat menuju Bangka Belitung, sekitar 12 jam perjalanan dari Palembang. Hingga kini polisi belum tuntas menyidik kisah di balik 152 ton minyak mentah milik pengusaha bernama Junaedi ST alias Ajun, 37, warga Jalan Residen HA Rozak, Palem- bang. Junaedi mengaku telah me- ngantongi izin dan bekerja sama dengan Koperasi Lembah Serelo di Kabupaten Lahat dan Koperasi Sehati, Kabupaten Musi Rawas. “Minyak itu saya tampung di Kenten, Palembang sejak Januari dan Februari lalu,” ungkapnya. Ia menyebutkan minyak mentah dibeli seharga Rp350 ribu per drum (isi 200 liter) atau Rp1.750 setiap liter yang diam- bil dari sumur-sumur tua yang dikelola koperasi Selero dan Sehati. Minyak-minyak itu ke- mudian diangkut mengguna- kan truk dengan bak yang telah dimodifikasi menjadi tangki dan mampu memuat sekitar 10.000 liter. “Saya punya 10 truk disel PS semacam itu,” paparnya. Ju- naedi mengaku minyak terse- but dijual ke Pulau Bangka dan Pulau Belitung dengan harga Rp3.500 per liter kepada orang yang bernama Feri, Awen, dan Nebinson. “Saya tidak kenal orang itu. Selama ini kontak via telepon dan bayar secara transfer,” urai Junaedi yang juga mengaku mengirim paling sedikit empat truk dan empat kali dalam sebulan. Lelaki itu mengaku baru enam bulan menggeluti bisnis minyak mentah. Namun, dari dokumen yang didapat Media Indonesia, Junaedi telah me- ngantongi izin dari Wali Kota Palembang No 7497/2009 untuk melakukan kegiatan usaha dagang minyak di Jalan Kebun Sayur, Kecamatan Sako, yang berlaku hingga Desember 2011. Di tempat usahanya, dia ha- nya menjalankan aktivitas per- dagangan pakan ayam dan ternak. Usaha minyak, menu- rutnya, hanya sampingan mes- ki ia juga punya penampungan minyak di kawasan Kenten, Palembang. Kini Junaedi tidak dapat berbuat apa-apa. Bisnis minyak mentahnya terganjal. Hasil RABU, 27 APRIL 2011 23 NUSANTARA TEMA: Persaingan Kelas 250 Cc OTOMOTIF KAMIS (28/4/2011) FOKUS MINYAK ILEGAL: Kapal tongkang kayu yang mengangkut puluhan ton minyak mentah ilegal siap berangkat menuju Pulau Bangka dan Belitung, beberapa waktu lalu. yak Mentah Akhir Perjalanan 152 Ton Minyak Mentah penyidikan polisi selama tiga pekan ini menggiringnya men- jadi tersangka sejak 18 April. “Kami telah memeriksa 19 orang saksi, dokumen, serta melakukan uji laboratorium minyak mentah milik Ajun,” kata Kabid Humas Polda Suma- tra Selatan, Komisaris Besar Sabaruddin Ginting. Cukong minyak itu bakal dijerat dengan Pasal 52 Un- dang-Undang No 22/2001 tentang Minyak dan Gas. Anca- man hukumannya yaitu enam tahun penjara dan denda Rp60 miliar. Tidak cuma itu, dia juga melanggar manifes (daftar muatan) kapal. Junaedi diduga memalsukan keterangan dalam manisfes, yang menyebutkan barang yang dimuat dalam 19 truk bukan minyak mentah, melainkan limbah B3. Akankah hanya Junaedi? Tampaknya polisi tidak ber- henti sampai di situ karena pengembangan penyidikan terus berlanjut. Apalagi dari 19 truk barang bukti yang disita polisi, sembilan truk tidak di- akui Junaedi. “Truk saya hanya 10 unit, sembilan lainnya milik Andi dan Khairul,” kata Junaedi ke- pada Media Indonesia . (Ba- harman/N-3) uhan truk semacam itu mampu memuat sekitar 10 ribu liter minyak mentah hasil curian. FOTO-FOTO: MI/BAHARMAN an Tinggi jadi tangki untuk mengelabui petugas keamanan. Jalur Su- ngai Musi menjadi pilihan yang efektif untuk mengirim barang ilegal itu. Cukong minyak mentah, AJ, mengungkapkan pengiriman satu unit truk berisi sekitar 10 ribu liter minyak mengguna- kan tongkang dikenai biaya Rp6 juta. “Muat barang yang dikirim dilakukan di tepi Musi di ka- wasan Gandus. Rata-rata saya kirim empat kali sebulan ter- gantung permintaan,” pa- parnya. Sebelumnya ia mengaku menggunakan kapal feri, tapi belakangan dilarang sebab kirimannya termasuk jenis yang mudah terbakar. Tidak cuma AJ. Di Palem- bang sedikitnya ada enam pe- main minyak mentah. Selain mendulang dari kawasan sumur-sumur tua di daerah Kabupaten Musi Banyuasin, Musi Rawas, Lahat, serta Kabu- paten Muara Enim, diduga mereka juga siap menampung minyak hasil tapping (me- lubangi pipa minyak milik pe- rusahaan pemegang kontrak kerja sama). Para cukong membayar seki- tar Rp350 ribu untuk setiap drum kapasitas 200 liter. “Seka- rang kami sanggup beli Rp250 ribu per drum, sebab situasi lagi kacau,” ujar salah seorang cukong. Di pihak lain, pilihan petani minyak menjual kepada para cukong ternyata lebih mengun- tungkan ketimbang melepas minyak mentah kepada peru- sahaan pemegang kontrak kerja sama. “Menjual ke cukong lebih praktis dan lebih mahal pem- bayarannya. Kalau ke perusa- haan, kami dibayar paling tinggi Rp1.000 per liternya, belum lagi uangnya tidak cash,” ungkap seorang petani minyak di sumur tua di Sungai Angit, Musi Banyuasin, yang minta namanya disamarkan. (Bhm/ RF/N-3) SUMUR TUA: Warga mengelola sumur minyak tua di areal perkebunan karet di Desa Sungai Angit, Kecamatan Babat Toman, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatra Selatan.

Transcript of RABU, 27 APRIL 2011 yak Mentah · 2011-04-27 · Kelurahan Gandus, Kecamatan Gandus, Palembang, ......

SEBUAH tongkang berlayar tenang menyusur aliran Musi, Palembang, Sumatra Selatan, tengah hari di bulan Maret. Kapal itu melintas ke tengah lalu lintas sungai yang sibuk, yang memang menjadi andalan sebagian masyarakat Bumi Sriwijaya.

Setelah sekitar 45 menit me-ninggalkan pangkalan kapal di Kelurahan Gandus, Kecamatan Gandus, Palembang, tongkang dengan muatan 19 truk disel PS tersebut urung melanjutkan perjalanan. Sebuah kapal pa-troli Polisi Air (Polair) Polda Sumatra Selatan memberi aba-aba lalu menggiringnya kem-bali ke pangkalan pasir dekat CV Surya Gemilang, Gandus.

Dengan sigap, petugas me-nyita tongkang yang ternyata memuat 152 ton minyak men-tah di dalam 19 truk. Petugas langsung memeriksa lima saksi, yakni nakhoda dan empat anak buah kapal. Dari mereka dike-tahui tongkang hendak berang-kat menuju Bangka Belitung, sekitar 12 jam perjalanan dari Palembang.

Hingga kini polisi belum tuntas menyidik kisah di balik 152 ton minyak mentah milik pengusaha bernama Junaedi ST alias Ajun, 37, warga Jalan Residen HA Rozak, Palem-bang.

Junaedi mengaku telah me-ngantongi izin dan bekerja sama dengan Koperasi Lembah Serelo di Kabupaten Lahat dan Koperasi Sehati, Kabupaten Musi Rawas.

“Minyak itu saya tampung di Kenten, Palembang sejak Januari dan Februari lalu,” ungkapnya.

Ia menyebutkan minyak mentah dibeli seharga Rp350 ribu per drum (isi 200 liter) atau Rp1.750 setiap liter yang diam-bil dari sumur-sumur tua yang dikelola koperasi Selero dan Sehati. Minyak-minyak itu ke-mudian diangkut mengguna-kan truk dengan bak yang telah dimodifikasi menjadi tangki dan mampu memuat sekitar 10.000 liter.

“Saya punya 10 truk disel PS

semacam itu,” paparnya. Ju-naedi mengaku minyak terse-but dijual ke Pulau Bangka dan Pulau Belitung dengan harga Rp3.500 per liter kepada orang yang bernama Feri, Awen, dan Nebinson.

“Saya tidak kenal orang itu. Selama ini kontak via telepon dan bayar secara transfer,” urai Junaedi yang juga mengaku mengirim paling sedikit empat truk dan empat kali dalam sebulan.

Lelaki itu mengaku baru enam bulan menggeluti bisnis minyak mentah. Namun, dari dokumen yang didapat Media Indonesia, Junaedi telah me-ngantongi izin dari Wali Kota Palembang No 7497/2009 untuk melakukan kegiatan usaha dagang minyak di Jalan Kebun Sayur, Kecamatan Sako, yang berlaku hingga

Desember 2011. Di tempat usahanya, dia ha-

nya menjalankan aktivitas per-dagangan pakan ayam dan ternak. Usaha minyak, menu-rutnya, hanya sampingan mes-ki ia juga punya penampungan minyak di kawasan Kenten, Palembang.

Kini Junaedi tidak dapat berbuat apa-apa. Bisnis minyak mentahnya terganjal. Hasil

RABU, 27 APRIL 2011 23NUSANTARA

TEMA:Persaingan

Kelas 250 Cc

OTOMOTIFKAMIS (28/4/2011)

FOKUS

MINYAK ILEGAL: Kapal tongkang kayu yang mengangkut puluhan ton minyak mentah ilegal siap berangkat menuju Pulau Bangka dan Belitung, beberapa waktu lalu.

yak Mentah

Akhir Perjalanan 152 Ton Minyak Mentah

penyidikan polisi selama tiga pekan ini menggiringnya men-jadi tersangka sejak 18 April.

“Kami telah memeriksa 19 orang saksi, dokumen, serta melakukan uji laboratorium minyak mentah milik Ajun,” kata Kabid Humas Polda Suma-tra Selatan, Komisaris Besar Sabaruddin Ginting.

Cukong minyak itu bakal dijerat dengan Pasal 52 Un-dang-Undang No 22/2001 tentang Minyak dan Gas. Anca-man hukumannya yaitu enam tahun penjara dan denda Rp60 miliar. Tidak cuma itu, dia juga melanggar manifes (daftar muatan) kapal. Junaedi diduga memalsukan keterangan dalam manisfes, yang menyebutkan barang yang dimuat dalam 19 truk bukan minyak mentah, melainkan limbah B3.

Akankah hanya Junaedi?

Tampaknya polisi tidak ber-henti sampai di situ karena pengembangan penyidikan terus berlanjut. Apalagi dari 19 truk barang bukti yang disita polisi, sembilan truk tidak di-akui Junaedi.

“Truk saya hanya 10 unit, sembilan lainnya milik Andi dan Khairul,” kata Junaedi ke-pada Media Indonesia. (Ba-harman/N-3)

uhan truk semacam itu mampu memuat sekitar 10 ribu liter minyak mentah hasil curian.

FOTO-FOTO: MI/BAHARMAN

an Tinggijadi tangki untuk mengelabui petugas keamanan. Jalur Su-ngai Musi menjadi pilihan yang efektif untuk mengirim barang ilegal itu.

Cukong minyak mentah, AJ, mengungkapkan pengiriman satu unit truk berisi sekitar 10 ribu liter minyak mengguna-kan tongkang dikenai biaya Rp6 juta.

“Muat barang yang dikirim dilakukan di tepi Musi di ka-wasan Gandus. Rata-rata saya kirim empat kali sebulan ter-gantung permintaan,” pa-parnya.

Sebelumnya ia mengaku menggunakan kapal feri, tapi belakangan dilarang sebab kirimannya termasuk jenis yang mudah terbakar.

Tidak cuma AJ. Di Palem-bang sedikitnya ada enam pe-main minyak mentah. Selain mendulang dari kawasan sumur-sumur tua di daerah Kabupaten Musi Banyuasin, Musi Rawas, Lahat, serta Kabu-paten Muara Enim, diduga

mereka juga siap menampung minyak hasil tapping (me-lubangi pipa minyak milik pe-rusahaan pemegang kontrak kerja sama).

Para cukong membayar seki-tar Rp350 ribu untuk setiap drum kapasitas 200 liter. “Seka-rang kami sanggup beli Rp250 ribu per drum, sebab situasi lagi kacau,” ujar salah seorang cukong.

Di pihak lain, pilihan petani minyak menjual kepada para cukong ternyata lebih mengun-tungkan ketimbang melepas minyak mentah kepada peru-sahaan pemegang kontrak kerja sama.

“Menjual ke cukong lebih praktis dan lebih mahal pem-bayarannya. Kalau ke perusa-haan, kami dibayar paling tinggi Rp1.000 per liternya, belum lagi uangnya tidak cash,” ungkap seorang petani minyak di sumur tua di Sungai Angit, Musi Banyuasin, yang minta namanya disamarkan. (Bhm/RF/N-3)

SUMUR TUA: Warga mengelola sumur minyak tua di areal perkebunan karet di Desa Sungai Angit, Kecamatan Babat Toman, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatra Selatan.