r n Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah a l I l m i ah ...

23
J u r n a l I l m i a h M a h a s i s w a FISIP Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2: 628-650 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP Corresponding Author : [email protected] 628 JIM FISIP Unsyiah: AGB, Vol. 2. №. 2, Mei 2017:628-650 PEMANFAATAN HUTAN SEBAGAI LAHAN PETERNAKAN OLEH MASYARAKAT Wildayana Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unsyiah Email :[email protected] ABSTRAK PEMANFAATAN HUTAN SEBAGAI LAHAN PETERNAKAN OLEH MASYARAKAT Hutan adalah sumber daya alam yang besar manfaatnya terhadap aspek kehidupan masyarakat, manfaat tersebut dapat mensejahterakan masyarakat apabila dikelolah dengan baik. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pemanfaatan hutan sebagai lahan peternakan oleh masyarakat di Kemukiman Lampanah, yang terdiri dari Gampong Beruenut, Ujong Mesjid, Leungah, Meunasah Ujong Mesjid dan Lampanah). Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah perubahan sosial Robert Marisson Mac Iver. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan melakukan wawancara semi terstruktur sebagai teknik pengumpulan data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketersedian kawasan hutan sebagai lahan peternakan mengalami sengketa tapal batas dengan kawasan hutan HTI (Hak Tanaman Industri), rumput sebagai sumber pakan hewan ternak di kawasan hutan mongering apabila musim kemarau tiba. Modal dan bibit hewan ternak yang diperoleh masyarakat rata-rata berasal dari sistem mawah, sedangkan proses untuk mengakses kawasan hutan sebagai lahan peternakan oleh masyarakat dibagi menjadi dua pola, yaitu jika masyarakat peternak pribadi bukan kelompok tidak harus melakukan kesepakatan dan perizinan kepada stake holder, namun jika masyarakat peternak kelompok, baik peternak kelompok masyarakat maupun Badan Usaha Milik Gamppong (BUMG) harus melakukan kesepakatan dan perizinan kepada stake holder. Alat dan teknologi yang digunakan dalam proses beternak masih bersifat sistem tradisional serta masyarakat mendapatkan ilmu pengetahuan peternakan secara turun-temurun atau ortodidak. Untuk melestarikan

Transcript of r n Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah a l I l m i ah ...

Page 1: r n Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah a l I l m i ah ...

Jurn

alIlm

iah Mahasiswa

FISIP

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah

Volume 2, Nomor 2: 628-650 Mei 2017

www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP

Corresponding Author : [email protected] 628

JIM FISIP Unsyiah: AGB, Vol. 2. №. 2, Mei 2017:628-650

PEMANFAATAN HUTAN SEBAGAI LAHAN PETERNAKAN OLEH

MASYARAKAT

Wildayana

Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unsyiah

Email :[email protected]

ABSTRAK

PEMANFAATAN HUTAN SEBAGAI LAHAN PETERNAKAN OLEH

MASYARAKAT

Hutan adalah sumber daya alam yang besar manfaatnya terhadap aspek

kehidupan masyarakat, manfaat tersebut dapat mensejahterakan masyarakat

apabila dikelolah dengan baik. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk

mendeskripsikan pemanfaatan hutan sebagai lahan peternakan oleh masyarakat di

Kemukiman Lampanah, yang terdiri dari Gampong Beruenut, Ujong Mesjid,

Leungah, Meunasah Ujong Mesjid dan Lampanah). Teori yang digunakan dalam

penelitian ini adalah perubahan sosial Robert Marisson Mac Iver. Metode

penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan melakukan

wawancara semi terstruktur sebagai teknik pengumpulan data. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa ketersedian kawasan hutan sebagai lahan peternakan

mengalami sengketa tapal batas dengan kawasan hutan HTI (Hak Tanaman

Industri), rumput sebagai sumber pakan hewan ternak di kawasan hutan

mongering apabila musim kemarau tiba. Modal dan bibit hewan ternak yang

diperoleh masyarakat rata-rata berasal dari sistem mawah, sedangkan proses untuk

mengakses kawasan hutan sebagai lahan peternakan oleh masyarakat dibagi

menjadi dua pola, yaitu jika masyarakat peternak pribadi bukan kelompok tidak

harus melakukan kesepakatan dan perizinan kepada stake holder, namun jika

masyarakat peternak kelompok, baik peternak kelompok masyarakat maupun

Badan Usaha Milik Gamppong (BUMG) harus melakukan kesepakatan dan

perizinan kepada stake holder. Alat dan teknologi yang digunakan dalam proses

beternak masih bersifat sistem tradisional serta masyarakat mendapatkan ilmu

pengetahuan peternakan secara turun-temurun atau ortodidak. Untuk melestarikan

Page 2: r n Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah a l I l m i ah ...

Jurn

alIlm

iah Mahasiswa

FISIP

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah

Volume 2, Nomor 2:628-650 Mei 2017

www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP

Pemanfaatan Hutan Sebagai Lahan Peternakan Oleh Masyarakat (Wildayana)

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:628-650

629

dan mengelola hutan, masyarakat dan stake holder membuat sebuah nilai dan

norma, yaitu Qanun dan terdapat adat istiadat seperti kenduri binatang ternak.

Dalam hal ini, masyarakat telah mengalami perubahan nilai dan pola pikir tentang

peternakan, masyarakat tidak lagi berpikir jika beternak adalah mata pencaharian

untuk bertahan hidup, namun masyarakat sudah berpikir kalau mengarahkan anak

dan cucunya ke arah pendidikan itu lebih baik, daripada harus mengikuti orang

tuanya sebagai peternak.

Kata Kunci : Pemanfaatan, Hutan, Peternakan, Masyarakat.

ABSTRAC

Forest Untilization as a Ranch Area By The Society.

Fores is a natural energi resulce which have a big adventage to our life aspect, that

adventages can prosperous the people if can manage well. Therefore, this research

is aim to describe forest profit as a ranch area by the people in Lampanah Village,

which Consist of Gampong Beurenut, Ujung Mesjid, Leungah, Menasah Ujung

kepuela, and Lampanah. The teory which used in this research is a social

alteration By robert Marrison Mac Iver. This research method is used discriputive

kualitative approach by doing struktural interview as a techinique the quailability

of forest area as a ranch area are conduce to legal action of animal livestock in

forest area had been dried if dry seasons comes. The livestock seen and finance

which people gets are come from the mawah system. Meanwhile, the process to

acsess a ranch area as a people livestock are conclude into two types, that is if not

the personal ranch community doesn’t have to make a deal and make a permit to a

stoke holder, however if the people of the ranch community, is it people in the

ranch community or village communittee have to make a deal and a permit to a

stoke holder. The tools and technology which area used in the breed process are

still identifying in traditional system and the people also get a livestock sciencefor

generations or by ortodidak. To consurve and manage forest, the people and stoke

holder make a valve and costums and traditions like liestock animal kenduri. In

Page 3: r n Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah a l I l m i ah ...

Jurn

alIlm

iah Mahasiswa

FISIP

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah

Volume 2, Nomor 2:628-650 Mei 2017

www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP

Pemanfaatan Hutan Sebagai Lahan Peternakan Oleh Masyarakat (Wildayana)

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:628-650

630

this part, the people wes felt in value change and think the ways about livestock,

the people doest’t thaught if being a lielihood breed to be survive anymore.

Howaver, the people was thought to give direction to their child and grandchild

into a better aducation then following their parents as a livestock

Keywords: UntilizatioForest, Livestock, Society.

PENDAHULUAN

Hutan merupakan salah satu sumbernya alam yang besar peranannya

dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat, baik aspek ekonomi, sosial,

pembangunan dan lingkungan. Menurut Reksohadiprojo (2004: 64), pentingnya

hutan bagi kehidupan ekonomi sosial masyarakat kini dirasakan semakin

meningkat, hal ini menurut kesadaran untuk mengelola sumber daya hutan tidak

hanya dari segi finansial saja namun diperluas menjadi pengelolaan sumber daya

hutan secara utuh.

Hutan juga merupakan sumberdaya alam yang memberikan manfaat besar

bagi kesejahteraan manusia, baik manfaat yang dirasakan secara langsung,

maupun yang dirasakan secara tidak langsung. Manfaat langsung seperti

penyediaan kayu, satwa, dan hasil tambang. Sedangkan manfaat tidak langsung

seperti manfaat rekreasi, perlindungan danpengaturan tata air, pencegahan

erosi(Rahmawaty, 2004: 1)

Secara umum, hutan di Indonesia mempunyai fungsi konservasi, fungsi

lindung dan fungsi produksi. Fungsi konservasi adalah kawasan hutan yang

mempunyai fungsi pelestarian keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta

ekosistemnya. Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi

pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air,

mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut dan memelihara

kesuburan tanah. Sedangkan yang dimaksud dengan hutan produksi adalah

kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan (Undang-

undang RI No.41 Bab I pasal 1 tentang Kehutanan).

Page 4: r n Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah a l I l m i ah ...

Jurn

alIlm

iah Mahasiswa

FISIP

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah

Volume 2, Nomor 2:628-650 Mei 2017

www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP

Pemanfaatan Hutan Sebagai Lahan Peternakan Oleh Masyarakat (Wildayana)

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:628-650

631

Maksud dari hasil hutan dapat berupa kayu maupun non kayu. Setiap

wilayah hutan mempunyai kondisi yang berbeda- beda sesuai dengan keadaan

fisik, topografi,

flora dan fauna, serta keanekaragaman hayati dan ekosistemnya. Mendasarkan

pada karakteristik khusus pada hutan tersebut manusia dapat memanfaatkan

sumberdaya hutan yang terkandung di dalamnya, terutama pada kawasan hutan

produksi. Pemanfaatan hutan ini bertujuan untuk memperoleh manfaat yang

optimal bagi kesejahteraan seluruh masyarakat dengan tetap menjaga kelestarian

hutan itu sendiri (Pasal 15 PP No.34/2002).

Namun, masyarakat Kemukiman Lampanah, Kabupaten Aceh besar dalam

memanfaatkan hutan tidak hanya mencari kayu, rotan dan sebagai lahan pertanian.

Dimana lebih dari itu, berdasarkan observasi awal penulis melihat bahwa ada

aspek pemanfaatan dan aspek budaya dalam pemanfaatan kawasan hutan sebagai

lahan peternakan oleh masyarakat di Kemukiman Lampanah. Ketergantungan

antara manusia dan alam terlihat ketika masyarakat Kemukiman Lampanah

memanfaatkan hutan sebagai lahan untuk beternak.

TINJAUAN PUSTAKA

Peternakan

Peternakan adalah kegiatan mengembangbiakkan dan membudidayakan

hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut.

Kegiatan di bidang peternakan dapat dibagi atas dua golongan, yaitu peternakan

hewan besar seperti sapi, kerbau , kuda, dan babi. Sedang kelompok kedua yaitu

peternakan hewan kecil sepertiayam, kelinci dll (http://repository.usu.ac.id/,

Diakses pada tanggal 18 Oktober 2016).

Kegiatan sektor ekonomi jenis sumber daya alam hayati lainnya adalah

sektor peternakan, dengan memanfaatkan salah satu jenis sumber daya alam

biotik, yaitu hewan. Sistem peternakan biasa dipayakan penduduk di Indonesia

umumnya merupakan usaha sampingan, selain mata pencaharian utama yaitu

pertanian. Kegiatan peternakan dilakukan secara kecil-kecilan dan sebagai usaha

1

Page 5: r n Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah a l I l m i ah ...

Jurn

alIlm

iah Mahasiswa

FISIP

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah

Volume 2, Nomor 2:628-650 Mei 2017

www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP

Pemanfaatan Hutan Sebagai Lahan Peternakan Oleh Masyarakat (Wildayana)

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:628-650

632

rumah tangga dengan cara sederhana. Karena cara pengusahaanya yang masih

tradisional dan merupakan usaha sampingan maka hasilnyapun masih bersiat

subsistens, yaitu hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Sebagian kecil

sisanya baru dijual untuk menambah penghasilan. Disamping untuk menambah

kesejahteraan keluarga, pemeliharaan, misalnya sapi atau kerbau untuk mengolah

lahan pertanian.

Adapun beberapa golongan jenis peternakan di Indonesia pada umumnya

adalah sebagai berikut :

1. Ternak Besar

Hewan ternak besar yang sangat potensial untuk dibudidayakan adalah

sapi dan kerbau. Jenis sapi yang biasa diupayakan penduduk meliputi dua macam,

yaitu sapi potong dan sapi perah. Sedangkan kerbau merupakan komoditas ternak

besar kedua yang juga banyak dimanfaatkan tenaganya oleh penduduk. Hewan

ternak besar lainnya adalah kuda. Hewan ini banyak dimanfaatkan sebagai alat

transportasi yang utama sebelum ada sarana transportasi kendaraaan bermotor.

Jenis kuda yang biasa diternakkan di Indonesia berasal dari Saudi Arabia, Persia,

dan Mongolia.

2. Ternak Kecil

Ternak kecil terdiri dari atas jenis hewan domba (biri-biri), kambing, dan

kelinci. Usaha pemeliharaan domba atau kambing ditemui hampir di seluruh

wilayah tanah air, walaupun dalam sekala kecil. Di wilayah pedesaan banyak

penduduk yang memelihara hewan ini sebagai usaha sampingan pertanian. Ada

dua cara pemeliharaan kambing yang umum dilakukan penduduk, yaitu melalui

sistem penggembalaan di kawasan tegalan, atau dengan cara dikurung di kandang,

hanya sewaktu-waktu saja dilepas atau digembalakan.

Lahan Peternakan

Sejak tahun 1970, istilah lahan mulai banyak digunakan. Menurut FAO,

lahan diartikan sebagai tempat di permukaan bumi yang sifat-sifatnya layak

disebut seimbang dan saling berkaitan satu sama lain, memiliki atribut mulai dari

Page 6: r n Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah a l I l m i ah ...

Jurn

alIlm

iah Mahasiswa

FISIP

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah

Volume 2, Nomor 2:628-650 Mei 2017

www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP

Pemanfaatan Hutan Sebagai Lahan Peternakan Oleh Masyarakat (Wildayana)

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:628-650

633

biosfer atmosfer, batuan induk, bentuk-bentuk lahan, tanah dan ekologinya,

hidrologi, tumbuh-tumbuhan, hewan dan hasil dari aktivitas manusia pada masa

lalu dan sekarang yang menegaskan bahwa variabel itu berpengaruh nyata pada

penggunaan manusia saat ini dan akan datang. Menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI) istilah lahan bararti tanah terbuka, tanah garapan.Lahan

diartikan sebagai suatu tempat terbuka di permukaan bumi yang dimanfaatkan

oleh manusia, misalnya untuk lahan pertanian, untuk membangun rumah, dan

lain-lain.

Pemahaman tentang tipe-tipe tanah yang penting bagi pemanfaatan dan

daya guna lahan. Tidak semua tipe tanah bisa dipakai untuk lahan pertanian, untuk

membangun rumah, berdirinya pabrik, atau alas jalan. Setiap tanah memiliki

karakteristiknya sendiri yang memberi pengaruh pada terbatasnya daya guna lahan

di atas tanah itu.Sebelum pemanfaatan lahan di atas tanah, harus melakukan

survey tanah terlebih dahulu.

Pendayagunaan tanah sebagai sumber daya tidak hanya sebatas tanah

dalam batas yang sempit, tetapi lebih luas berupa lahan. Lahan mempunyai

peranan penting dalam kehidupan manusia, tumbuhan, dan makhluk lainnya.

Manusia selalu berusaha memiliki dan menguasai lahan, yang ikut menentukan

status sosialnya.Kebutuhan hidup manusia yang beragam, penguasaan teknologi,

kondisi sosial budaya, dan ekonomi masyarakat yang berbeda merupakan faktor

yang menentukan dalam penggunaan lahan.

Kawasan Hutan

Menurut Undang-Undang No.41 Tahun 1999 tentang kehutanan

pengertian kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau

ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadannya sebagai hutantetap,

sedangkan hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi

sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam

lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Secara

sederhana manfaat hutan dapat diartikan sebagai keseluruhan sistem konsep alam

Page 7: r n Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah a l I l m i ah ...

Jurn

alIlm

iah Mahasiswa

FISIP

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah

Volume 2, Nomor 2:628-650 Mei 2017

www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP

Pemanfaatan Hutan Sebagai Lahan Peternakan Oleh Masyarakat (Wildayana)

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:628-650

634

yang meyediakan aliran “barang” dan “jasa” yang sangat bermanfaat bagi

manusia dan lingkungan. Jasa lingkungan ini dihasilkan oleh proses yang terjadi

pada ekosistem alam. Contohnya, hutan sebagai ekosistem alam menyediakan

berbagai produk kayu dan non kayu. Selain itu, hutan merupakan reservoir besar

yang dapat menampung air hujan dan menyaring air tersebut, yang selanjutnya

dapat bermanfaat bagi manusia (Sulandari,2005 dalam Triyanto, 2009:7).

Klasifikasi nilai manfaat didasarkan atas sumber atau proses manfaat

tersebut diperoleh, yaitu :

1. Nilai guna (use value), yaitu seluruh nilai manfaat yang diperoleh dari

penggunaan sumberdaya hutan seperti kayu bulat untuk keperluan industri

pengolahan kayu, kayu bakar (energi), produksi tanaman pangan seperti

perladangan, kebun, produksi ikan, produksi air untuk berbagai keperluan

seperti kebutuhan air rumah tangga dan pertanian, pembangkit tenaga

listrik, dan ekowisata.

2. Nilai fungsi (function value), yaitu nilai manfaat yang diperoleh dari

fungsi ekologis sumberdaya hutan seperti: pengendalian banjir,

pencegahan intrusi air laut, dan habitat satwa.

3. Nilai atribut (attributes value), yaitu seluruh nilai yang diperoleh bukan

dari penggunaan materi (hasil produksi barang dan jasa), tetapi aspek

kebutuhan psikologis manusia yaitu menyangkut budaya masyarakat

(James 1991 dan Widiarso 2005 dalam Dedi Hendry Triyanto, 2009:7)

Dilihat dari aspek ekologis, kawasan hutan mampu berperan positif dalam

mengendalikan erosi dan limpasan permukaan, memperbaiki kesuburan tanah dan

keseimbangan tata air. Berdasarkan manfaat tersebut maka pembangunan kawasan

hutan sering digunakan sebagai suatu program perlindungan kawasan dari

masyarakat, perbaikan kawasan hutan sesuai dengan fungsi dan peruntukan

lahannnya.

Kondisi hutan yang baik mengakibatkan terciptanya sumber-sumber

manfaat yang berkelanjutan seperti sumber kayu dan sumber air (mata air)

yangdimanfaatkan oleh masyarakat baik yang berada di dalam hutan, sekitar

Page 8: r n Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah a l I l m i ah ...

Jurn

alIlm

iah Mahasiswa

FISIP

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah

Volume 2, Nomor 2:628-650 Mei 2017

www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP

Pemanfaatan Hutan Sebagai Lahan Peternakan Oleh Masyarakat (Wildayana)

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:628-650

635

kawasan hutan maupun masyarakat yang jauh dari kawasan hutan untuk

mencukupi kebutuhan akan kayu dan air sehari-hari. Pengelolaan kawasan hutan

yang baik memberikan manfaat diantaranya menghijaukan kembali lahan-lahan

kritis yang ada dan terbentuknya kembali lapisan humus yang dapat meningkatkan

kesuburan tanah. Manfaat lain dari terjaganya kawasan hutan adalah terserapnya

air hujan dengan baik sehingga mencegah terjadinya erosi permukaan tanah atau

longsor (Suhendang, 2002 dalam Triyanto, 2009:8).

Karakteristik Masyarakat Desa Sekitar Hutan

Berdasarkan SK Menteri Kehutanan No.691/Kpts.II/1992, yang dimaksud

masyarakat di dalam dan di sekitar hutan adalah kelompok-kelompok masyarakat

yang mendiami atau berada di dalam hutan maupun di pedesaan sekitar hutan

(Ardiansyah, 2002). Admawidjaja (1991), menyatakan kebijakan yang ditempuh

oleh pemerintah dalam melestarikan hutan selalu memperhatikan keberadaan

masyarakat di sekitar dan di dalam hutan. Mereka memanfaatkan segala sumber

penghidupan yang ada di dalam hutan untuk mempertahankan eksistensi

kelompoknya yang masih terbelakang yang tidak pernah mengenal keadaan di

luar batas wilayahnya.

Dalam kondisi sosial ekonomi yang sederhana, mereka secara alamiah

adalah penjaga dan pelestari alam lingkungannya. Masyarakat di sekitar dan di

dalam hutan (enclave), tidak dirugikan oleh larangan mengambil hasil hutan untuk

memenuhi kebutuhan hdup sehari-hari. Sebaliknya masyarakat dibina

kesadarannya sebagai penjaga hutan konservasi dengan imbalan pada saat musim

tertentu dapat mnenikmati hasil hutan seperti getah, rotan, buah-buahan, ranting-

ranting kayu mati, dan berbagai jenis tumbuhan bawah. Diusahakan pemungutan

hasil hutan terbatas di encalave dan zona penyangga dan areal yang telah ditunjuk.

Sebagian besar dari masyarakat desa di sekitar hutan bermata pencaharian sebagai

petani dengan lahan yang sempit dan bahkan tidak memilii lahan. Soedjatmoko

Page 9: r n Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah a l I l m i ah ...

Jurn

alIlm

iah Mahasiswa

FISIP

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah

Volume 2, Nomor 2:628-650 Mei 2017

www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP

Pemanfaatan Hutan Sebagai Lahan Peternakan Oleh Masyarakat (Wildayana)

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:628-650

636

(1998) dalam Kartasubrata (1986) Struktur masyarakat pedesaan di Jawa

menunjukan pembagian dalam tiga golongan, yaitu :

1. Golongan pertama adalah mereka yang memiliki tanah cukup besar untuk

menjamin kehidupan yang cukup bagi keluarganya.

2. Golongan kedua terdiri dari petani yang memiliki atau menguasai tanah

yang luasnya atau kwalitasnya marginal, sehingga kehidupan keluarganya

sangat tergantung dari kesempatan kerja sampingan, selain iklim dan

faktor pasar.

3. Golongan ketiga, yang makin lama makin besar jumlahnya di Asia yang

umumnya ialah mereka yang sama sekali tidak tidak mempunyai tanah.

Penduduk masyarakat dipinggir hutan dianggap memiliki fungsi sebagai

tempat penyangga seluruh aspek kehidupan sosial, ekonomi dan budaya mereka.

Dari hutan mereka memperoleh obat-obatan, buah-buahan, binatang buruan dan

kayu bakar. Di samping itu bagi penduduk desa tepian hutan, hutan adalah

cadangan bagi mereka ketika desa mereka tidak mampu lagi menyediakan lahan

pertanian apabila terjadi pertambahan penduduk (Soetrisno, 1995).

Interaksi Masyarakat Desa Sekitar Hutan Dengan Sumber Daya

Hutan

Masyarakat sebagai bagian dari mahluk hidup, memegang peranan yang

menentukan terhadap kelestarian dan keseimbangan ekosistem. Sebuah ekosistem

mencakup komponen mahluk hidup (manusia, hewan, jasad renik,

tumbuhtumbuhan) dan lingkungan yang tidak hidup (udara, energi, matahari,

cahaya, air, tanah, angin, mineral dan lain sebagainya) yang keduanya saling

berinteraksi dan saling berhubungan (Manan, 1998 dalam Triyanto 2009:10).

Masyarakat sekitar hutan, segaimana juga masyarakat pedesaan pada

umumnya adalah masyarakat agraris yang sangat bergantung pada alam

lingkungannya, mata pencahariannya adalah petani. Tapi tidak semua kebutuhan

hidup ini bisa atau dapat dipenuhi dari bekerja sebagai petani, bisa dilihat dari

Page 10: r n Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah a l I l m i ah ...

Jurn

alIlm

iah Mahasiswa

FISIP

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah

Volume 2, Nomor 2:628-650 Mei 2017

www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP

Pemanfaatan Hutan Sebagai Lahan Peternakan Oleh Masyarakat (Wildayana)

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:628-650

637

kondisi tanahnya dan kemampuan serta teknik bertani yang masih sederhana

(Junianto, B. 2007 dalam Triyanto, 2009:10).

Keterkaitan atau interaksi antara masyarakat dengan hutan telah

berlangsung cukup lama karena hutan memberikan manfaat langsung dan tidak

langsung bagi masyarakat. Keberadaan hutan juga memberikan kesempatan bagi

masyarakat untuk bekerja terutama dalam hal pembukaan lahan, penebangankayu,

pembersihan lahan, sehingga mendapat upah (pendapatan) yang lumayan. Selain

itu, bagi masyarakat yang hidupnya bergantung pada sumber-sumber dasar yang

terdapat di hutan seperti kayu bakar dan hasil hutan lainnya akan memberikan

nilai tambah terutama bagi masyarakat yang berada di dalam dan di sekitar

kawasan hutan (Mangandar, 2000 dalam Triyanto, 2009:10).

Contoh kongkrit interaksi sistem sosial masyarakat dengan hutan dapat

dilihat dari ketergantungan masyarakat desa di dalam dan di sekitar hutan

sumbersumber bahan kehidupan dasar seperti air, kayu bakar, bahan makanan dari

hutan. Pada saat populasi manusia belum padat, gambaran interaksi kedua sistem

masih bisa diterima artinya berfungsi normal. Tetapi pada kondisi populasi

manusia semakin padat, terutama masyarakat di dalam dan di sekitar hutan hutan

semakin bertambah, maka gambaran kedua sistem cenderung timpang artinya

sumberdaya hutan tidak mampu lagi menyediakan aliran bahan energi dan

material kepada sistem sosial. Apabila kondisi tersebut dibiarkan tanpa ada

perubahan sikap dari sistem sosial masyarakat, maka fungsi hutan sebagi pengatur

lingkungan hidup yang baik mustahil akan tercapai

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Menurut Husaini dan

Purnomo (2008: 78), Peneltitian kualitatif adalah penelitian yang berusaha

memahami dan menafsirkan makna atau peristiwa interaksi tingkah laku manusia

dalam situasi tertentu. Oleh karena itu, alat pengumpulan data atau instrumen

penelitian dalam metode kualitatif ialah si peneliti sendiri. Jadi, peneliti

Page 11: r n Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah a l I l m i ah ...

Jurn

alIlm

iah Mahasiswa

FISIP

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah

Volume 2, Nomor 2:628-650 Mei 2017

www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP

Pemanfaatan Hutan Sebagai Lahan Peternakan Oleh Masyarakat (Wildayana)

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:628-650

638

merupakan key instrument, dalam mengumpulkan data, si peneliti harus terjun

sendiri ke lapangan secara aktif. Teknik pengumpulan data sering digunakan ialah

observasi partisipasi, wawancara dan dokumentasi.

Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menghasilkan data deskriptif

mengenai kata-kata lisan maupun tertulis, dan tingkah laku yang dapat diamati

darorang-orang yang diteliti (Taylor dan Bogdan, 1984: 5 dalam Bagong Suyanto,

2005: 166).

Pendekatan metode penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan

jenis penelitian deskriptif. Metode ini digunakan karena peneliti secara aktif dapat

berinteraksi secara langsung dengan informan, sehingga peneliti dapat melihat,

memendengar pendapat, gagasan dan tergambar kehidupan individu informan

dalam tata budaya agar hasil yang diperoleh lebih baik. Maka dari itu, jenis

penelitian deskriptif dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai

sesuatu fenomena atau kenyataan sosial, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah

variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang ingin diteliti (Sanapiah

Faisal, 2005: 20).

Lokasi Penelitian dilakukan di Kemukiman Lampanah Kabupaten Aceh

Besar. Kemukiman Lampanah dipilih sebagai lokasi penelitian karena

pertimbangan bahwa Kemukiman Lampanah masih terdapat banyak hutan yang

dimanfatkan oleh masyarakat sekitar.

Informan penelitian adalah orang – orang yang dapat memberikan

informasi atau data terkait dengan masalah dan fokus penelitian yang akan dikaji

atau diteliti.Dengan kriteria informan adalah pemilik hewan ternak yang

memanfaatkan lahan hutan, dengan rasio umur 45-65 tahun diutamakan laki-laki

dan tokoh masyarakat. Penulis memilih informan penelitian dengan rasio sebaran

umur antara 45-65, karena penulis ingin melihat perkembangan dan mayoritas

peternak berumur demikian. Serta untuk jenis kelamin dipilih laki-laki, karena

mayoritas peternak dan yang memahami tentang hutan adalah laki-laki. Dalam

penelitian ini, penentuan informan dilakukan dengan teknik Purposive Sampling.

26

Page 12: r n Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah a l I l m i ah ...

Jurn

alIlm

iah Mahasiswa

FISIP

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah

Volume 2, Nomor 2:628-650 Mei 2017

www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP

Pemanfaatan Hutan Sebagai Lahan Peternakan Oleh Masyarakat (Wildayana)

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:628-650

639

Sehingga, informan yang dipilih bersarkan teknik tersebut memilih informan yang

dapat benar-benar memberikan informasi sesuai dengan realitas dan fokus

penelitian

- Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan dua

metode sebagai berikut:

1) Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan ini merupakan teknik pengumpulan data dengan

melakukan penelaahan kepustakaan melalui dokumentasi lainnya yang

berhubungan dengan permasalahan yang akan diteliti. Dengan mempelajari

dokumen-dokumen ini maka akan dapat lebih mudah untuk memahami kon

sep, pendapat ahli, data serta kebijakan-kebijakan yang terkait dengan

penelitian yang akan dilakukan. Studi yang akan dilakukan adalah

membaca, mengutip serta mengkaji teori dan informasi yang dianggap

relevan dengan permasalahan penelitian yang telah ditemukan, untuk

selanjutnya dirangkum dan dijadikan rujukan dalam menganalisis temuan

lapangan.

2) Studi Lapangan

Pengumpulan data dengan teknik studi lapangan dilakukan dengan cara

peneliti terjun langsung ke lapangan untuk memperoleh data primer.

Adapun cara pengumpulan datanya dengan melakukan wawancara.

Wawancara dilakukan secara mendalam dan terarah dengan daftar

pertanyaan dan melakukan pencatatan terhadap gejala yang ada.

Teknik wawancara yang digunakan adalahwawancara mendalam (in depth

interview).

- Teknik Analisis Data

Miles dan Huberman dalam (Muhammad Idrus, 2009:148) mengungkapkan

bahwa dalam penelitian kualitatif dilakukan analisis data secara interaktif yang

terdiri dari empat hal utama yaitu:

1) Pengumpulan data

Page 13: r n Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah a l I l m i ah ...

Jurn

alIlm

iah Mahasiswa

FISIP

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah

Volume 2, Nomor 2:628-650 Mei 2017

www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP

Pemanfaatan Hutan Sebagai Lahan Peternakan Oleh Masyarakat (Wildayana)

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:628-650

640

Dalam proses analisisinteraktif, kegiatan pertama yang dilakukan adalah

proses pengumpulan data. Data dalam penelitian ini diperoleh dari

berbagai sumber, yaitu:

a. Data primer diperoleh dari hasil wawancara mendalam (in depth

interview) dan menggunakan pedoman wawancara (interview guide).

b. Data sekunder diperoleh dari catatan, buku, artikel, internet dan tulisan

ilmiah yang relevan dengan topik penelitian yang dilakukan.Pada tahap

ini, peneliti membaca, mengkaji, dan menelusuri data yang telah

dikumpulkan berdasarkan hasil wawancara.

2) Reduksi data

Reduksi data berarti proses memilih, merangkum dan menyederhanakan

hal-hal pokok yang sesuai dengan permasalahan penelitian dengan tujuan

untuk memberikan gambaran yang jelas dan mempermudah peneliti dalam

melakukan pengumpulan data. Data yang telah diseleksi dan

disederhanakan, peneliti melakukan pengelompokkan data sesuai dengan

topik permasalahan.

3) Penyajian data

Penyajian data merupakan sekumpulan informasi yang memberikan

kemungkinan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Proses

penyajian data ini belum berakhir sebelum laporan hasil akhir penelitian

disusun sehingga peneliti tidak boleh terburu-buru untuk menghentikan

kegiatan ini sebelum yakin bahwa semua hal yang berkaitan dengan

permasalahan penelitian telah dipaparkan atau disajikan oleh peneliti.

Pada tahap ini, peneliti membandingkan data dari hasil studi lapangan

dengan data yang diperoleh dari hasil studi kepustakaan untuk memperoleh

hasil yang relevan. Dalam hal ini, peneliti mengkaji dalam bentuk deskriptif

sebagai bentuk penyajian data.

4) Penarikan kesimpulan dan verifikasi

Tahap akhir dari proses pengumpulan data adalah verifikasi dan

penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan bisa saja dilakukan saat proses

Page 14: r n Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah a l I l m i ah ...

Jurn

alIlm

iah Mahasiswa

FISIP

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah

Volume 2, Nomor 2:628-650 Mei 2017

www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP

Pemanfaatan Hutan Sebagai Lahan Peternakan Oleh Masyarakat (Wildayana)

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:628-650

641

pengumpulan data berlangsung, kemudian dilakukan reduksi dan penyajian

data. Tetapi kesimpulan yang dilakukan di awal akan menjadi kesimpulan

awal belum menjadi kesimpulan final. Simpulan perlu diverifikasi agar data

relevan dan benar-benar bisa dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu perlu

dilakukan aktifitas pengulangan untuk tujuan pemantapan, penelusuran data

kembali dengan cepat. Verifikasi juga dapat dilakukan dengan melakukan

replikasi dalam satuan data yang lain.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Analisis Teori Perubahan Sosial Robert Marisson Mac Iver Terhadap

Pemanfaatan Hutan Kemukiman Lampanah Sebagai Lahan Peternakan

Oleh Masyarakat.

Pembahasan dalam penelitian ini berdasarkan teori perubahan sosial yang

dijelaskan oleh Robert Masrisson Mac Iver, dimana dalam konteks pemanfaatan

hutan sebagai lahan peternakan oleh masyarakat dapat dianalisis menggunakan

konsep utilitarian dan culture yang merupakan dua indikator dalam teori Robert

Marisson Mac Iver. Utilitarian adalah alat yang digunakan oleh masyarakat untuk

mencapai atau memanfaatkan sesuatu dengan tujuan memenuhi kebutuhan,

sedangkan culture adalah nilai dan norma yang mengatur dan sangat

mempengaruhi proses pemanfaatan alat tersebut sebagai media untuk mencapai

tujuan atau kebutuhan masyarakat. Dalam hal pemanfaatan hutan sebagai lahan

peternakan oleh masyarakat Kemukiman Lampanah adalah bahwa yang dikatakan

utilitarian disini berarti yang berkaitan dengan ketersedian lahan hutan sebagai

sumber daya pakan hewan ternak, modal awal atau bibit hewan ternak yang

didapatkan oleh masyarakat Kemukiman Lampanah, tenaga ahli dalam peternakan

dan penggunaan teknologi dalam beternak. Sedangkan cuture adalah melihat

bagaimana perubahan atau kestabilan pola pikir masyarakat peternak terhadap

mata pencahariannya sebagai peternak, adat istiadat yang digunakan dalam

Page 15: r n Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah a l I l m i ah ...

Jurn

alIlm

iah Mahasiswa

FISIP

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah

Volume 2, Nomor 2:628-650 Mei 2017

www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP

Pemanfaatan Hutan Sebagai Lahan Peternakan Oleh Masyarakat (Wildayana)

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:628-650

642

beternak seperti nilai dan norma yang terdapat serta pengetahuan masyarakat

sendiri tentang peternakan.

Ketersedian lahan hutan sebagai sumber daya alam yang menyedia lahan

dan pakan untuk proses beternak di Kemukiman Lampanah masih terjadi sengketa

tapal batas kawasan hutan dengan HTI (Hak Tanaman Industri), dari 5 (lima)

Gampong di Kemukiman Lampanah 3 (tiga) diantaranya masih mengalami

sengketa tapal batas sampai sekarang. Masyarakat sudah mengusahakan masalah

ini dengan mengadvokasi kepada pihak-pihak terkait, agar sengketa tapal batas

antara kawasan hutan Kemukiman Lampanah dengan HTI dapat diperjelas dan

menghindar terjadinya konflik vertikal.

Kawasan hutan Kemukiman Lampanah yang dijadikan sebagai lahan

peternakan oleh masyarakat menyediakan kecukupan sumber pakan hewan ternak

seperti rumput. Namun ketika pada musim kemarau tiba, sedikit terkendala

dengan ketersedian pakan hewan ternak, yaitu rumput yang merupakan sumber

pakan ternak menjadi mengering. Tidak hanya itu saja yang menjadi kendala

masyarakat dalam proses beternak di kawasan hutan Kemukiman Lampanah,

namun keberadaan binatang buas seperti harimau juga menjadi kendala dan

meresahkan masyarakat peternak. Karena hampir setiap tahunnya masyarakat

dalam satu keluarga kehilangan 1 (satu) sampai 2 (dua) hewan ternak dimakan

oleh harimau.

Modal awal atau bibit hewan ternak yang diperoleh oleh masyarakat

Kemukiman Lampanah melalui sistem mawah (bagi hasil). Rata-rata masyarakat

di Kemukiman Lampanah mendapatkan modal atau bibit untuk menjadi peternak

adalah mengaplikasikan sistem mawah yang merupakan kearifan lokal tradisional

warisan leluhur mereka. Sistem mawah pada masyarakat Kemukiman Lampanah

sangat bervariasi polanya, setiap pola sistem mawah dalam masyarakat tergantung

pada perjanjian antara pemilik modal dengan pemelihara hewan ternak. Hanya ada

1 (satu) Gampong di Kemukiman Lampanah yang mendapatkan modal atau bibit

hewan ternak dari Islamic Relief, namun modal atau bibit hewan ternak tersebut

Page 16: r n Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah a l I l m i ah ...

Jurn

alIlm

iah Mahasiswa

FISIP

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah

Volume 2, Nomor 2:628-650 Mei 2017

www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP

Pemanfaatan Hutan Sebagai Lahan Peternakan Oleh Masyarakat (Wildayana)

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:628-650

643

bukan milik masyarakat, akan tetapi milik kelompok usaha Gampong dalam

bentuk BUMG (Badan Usaha Milik Gampong), masyarakat hanya sebagai

pengelola dan pekerja saja.

Sedangkan untuk pola dalam mengakses kawasan hutan Kemukiman

Lampanah sebagai lahan yang digunakan untuk beternak oleh masyarakat adalah

terbagi kedalam dua tipe pola yang terdapat dalam masyarakat Kemukiman

Lampanah. Yaitu, jika masyarakat peternak pribadi mengakses kawasan hutan

tidak ada kesepakatan atau perjanjian maupun pembertahuan kepada para stake

holder, biasanya mereka melepaskan saja hewan ternak mereka ke kawasan hutan

Kemukiman Lampanah, namun adanya larangan untuk melepaskan hewan ternak

di lahan kawasan hutan ternak yang sudah dipagar. Karena itu merupakan lahan

kawasan hutan ternak milik kelompok usaha Gampong atau milik sekelompok

masyarakat ternak yang aksesnya sudah adanya kesepakatan dan pemberitahuan

kepada para stake holder. Dan jika masyarakat peternak kelompok, baik

kelompok bersifat independen maupun kelompok BUMG. Mereka mengakses

lahan kawasan hutan ternak melalui berbagai pola, yaitu harus melapor pada

Keuchik (Kepala Desa), Petua Seunebok dan Imuem Mukim. Biasanya mereka

melakukan kesepakatan dan perjanjian kepada para stake holder tersebut, mulai

dari kesepakatan batas lahan yang digarab untuk beternak dan jangka waktu untuk

memanfaatkan lahan kawasan hutan ternak tersebut.

Ada beberapa Gampong di Kemukiman Lampanah yang menggunakan

sistem peminjaman lahan kawasan hutan kepada masyarakatnya ketika ingin

menggarab, peminjaman tersebut menggunakan kesepakatan dan perjanjian dalam

jangka waktu yang harus ditentukan oleh para aparatur Gampong. Pola

peminjaman lahan kawasan hutan ternak ini hanya berlaku bagi masyarakat

ternak, sedangkan pada masyarakat petani mereka diberikan lahan kawasan hutan

jika ingin menggarap sebagai kawasan untuk bertani, namun dengan ukuran luas

lahan hutan maksimal 2 Ha (dua hektar).

Page 17: r n Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah a l I l m i ah ...

Jurn

alIlm

iah Mahasiswa

FISIP

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah

Volume 2, Nomor 2:628-650 Mei 2017

www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP

Pemanfaatan Hutan Sebagai Lahan Peternakan Oleh Masyarakat (Wildayana)

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:628-650

644

Dalam proses beternak, masyarakat Kemukiman Lampanah masih

menggunakan alat dan teknologi tradisional, seperti pada umumnya masyarakat

peternak di pedesaan tertinggal di Indonesia. Sedangkan pengetahuan dan ilmu

tentang beternak masih mereka dapatkan secara ortodidak (alami) dan

mengaplikasikan ilmu peternakan yang diwariskan secara turun-temurun.

Nilai dan norma yang terdapat dalam proses beternak pada masyarakat

Kemukiman Lampanah dibagi dalam dua tipe nilai dan norma masyarakat

peternak di Kemukiman Lampanah. Yaitu, Qanun (Undang-Undang khas Aceh)

dan nilai serata peraturan yang tidak tertulis atau peraturan yang masih mereka

pegang teguh dari para leluhur (nenek moyang) mereka dalam proses beternak.

Nilai dan norma dalam bentuk Qanun merupakan aturan yang dibuat oleh stake

holder berdasarkan kesepakatan dengan masyarakat peternak, Qanun tersebut

pada intinya berisi tentang pola pengelolaan, pemanfaatan dan aturan dalam

mengakses lahan kawasan hutan ternak di Kemukiman Lampanah. Serta aturan

yang tidak tertulis atau kepercayaan nenek moyang yang masih dipegang teguh

oleh masyarakat adalah berbentuk upacara kenduri binatang ternak. Upacara

tersebut dilakukan oleh masyarakat peternak dengan tujuan untuk meminta

kepada Sang Pencita Allah SWT, agar hewan ternak mereka dijauhkan dari segala

penyakit yang merugikan, dijauhkan dari binatang buas yang memakan hewan

ternak dan meminta tetap adanya keimbangan kawasan hutan ternak dengan

ketersedian sumber daya pakan hewan ternak seperti rumput.

Seiring dengan perkembangan zaman dan derasnya arus globalisasi yang

membawa nilai dan norma baru bagi masyarakat di Negara-negara dunia ketiga,

sangat mempengaruhi pola pikir masyarakat peternak di Kemukiman Lampanah.

Dimana masyarakat dalam mengandalkan hidup atau bertahan hidup dulunya

dengan mata pencaharian sebagai peternak, namun rata-rata mereka mulai

mengalami perubahan pola pikir tentang mata pencaharian dan gaya bertahan

hidup, yaitu mereka lebih mengutamakan pendidikan anak dan cucu mereka

ketimbang meneruskan generasinya sebagai peternak sukses. Walaupun mereka

Page 18: r n Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah a l I l m i ah ...

Jurn

alIlm

iah Mahasiswa

FISIP

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah

Volume 2, Nomor 2:628-650 Mei 2017

www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP

Pemanfaatan Hutan Sebagai Lahan Peternakan Oleh Masyarakat (Wildayana)

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:628-650

645

terkadang sebagian kecil menyadari bahwa hasil peternakan yang mereka peroleh

dapat digunakan untuk segala kebutuhan keluarga, tanpa kecuali pendidikan anak.

KESIMPULAN

Dalam penelitian ini, berdasarkan anilisis kajian Pemanfaatan Hutan

Kemukiman Lampanah Sebagai Lahan Peternakan Oleh Mayarakat dengan

menggunakan teori perubahan sosial Robert Marrison Mac Iver, dapat

disimpulkan sebagai berikut :

A. Aspek Peralatan (Utilitarian Elements)

1. Ketersedian lahan kawasan hutan ternak di Kemukiman Lampanah masih

ada 3 (tiga) Gampong mengalami sengketa tapal batas dengan kawasan

hutan HTI (Hak Tanaman Industri). Masyarakat peternak di Kemukiman

Lampanah juga menghadapi kendala lain, selain masalah sengketa tapal

batas tersebut, yaitu ketersedian sumber daya pakan hewan ternak yang

terdapat di kawasan hutan ternak Kemukiman Lampanah, seperti

ketersedian rumput yang mongering pada musim kemarau.

2. Modal awal atau bibit hewan ternak yang didapatkan oleh masyarakat

peternakan adalah menggunakan sistem mawah. Namun, ada 1 (satu)

Gampong di Kemukiman Lampanah yang mendapatkan modal atau bibit

hewan ternak dari Islamic Relief, namun itu bukan kelompok ternak

milikmasyarakat. Akan tetapi milik kelompok usaha Gampong yang

disebut Badan Usaha Milik Gampong (BUMG).

3. Proses beternak pada masyarakat di Kemukiman Lampanah dalam hal

pola mendapatkan atau mengakses lahan kawasan hutan ternak dibagi

kedalam dua tipe pola. Yaitu, jika masyarakat peternak pribadi bukan

kelompok usaha ternak masyarakat. Biasanya mereka mengakses lahan

tersebut tanpa kesepakatan atau pemberitahuan kepada para stake holder,

mereka melepaskan hewan ternak dengan begitu saja. Akan tetapi dengan

memperhatikan tapal batas antara kawasan hutan milik Kemukiman

71

Page 19: r n Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah a l I l m i ah ...

Jurn

alIlm

iah Mahasiswa

FISIP

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah

Volume 2, Nomor 2:628-650 Mei 2017

www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP

Pemanfaatan Hutan Sebagai Lahan Peternakan Oleh Masyarakat (Wildayana)

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:628-650

646

Lampanah dengan kawasan hutan HTI (Hak Tanaman Industri).

Sedangkan pada masyarakat kelompok usaha Gampong dan masyarakat,

mereka harus melalui tahap perizinan dan kesepakatan kepada para stakte

holder utnuk mengakses lahan tersebut.

4. Dalam proses beternak, masyarakat peternak di Kemukiman Lampanah

masih menggunakan alat dan teknologi peternakan tradisional, yaitu sama

seperti masyarakat peternak di pedesaan terpencil di Indonesia. Sedangkan

untuk pengetahuan dan ilmu tentang peternakan, masyarakat

menggunakan sistem tradisional, yaitu mereka mendapatkan ilmu

pengetahuan tentang beternak yang diwariskan secara turun-temurun dan

ortodidak (alami).

B. Aspek Budaya (Cultural Elements)

1. Kearifan lokal tradisional yang terdapat pada masyarakat peternak di

Kemukiman Lampanah untuk mengelola dan melestarikan kawasan

hutan ternak adalah terbentuknya Qanun (Undang-Undang khas Aceh)

dan kepercayaan yang berbentuk nilai dan norman yang diturunkan

dari nenek moyang mereka, misalnya seperti kenduri binatang ternak.

2. Terjadinya perubahan pola pikir masyarakat peternak di Kemukiman

Lampanah dalam menafsirkan mata pencaharian sebagai peternak.

Dimana masyarakat peternak tidak lagi melihat profesi sebagai

peternak dapat menjanjikan untuk dapat bertahan hidup dimasa depan.

Namun, masyarakat lebih percaya terhadap institusi pendidikan

sebagai saluran mobilitas paling utama dalam hidupnya.

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Amsyari Fuad, 1981. Prinsip-prinsip Masalah Perencanaan Lingkungan, Jakarta:

Ghalia Indonesia.

Page 20: r n Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah a l I l m i ah ...

Jurn

alIlm

iah Mahasiswa

FISIP

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah

Volume 2, Nomor 2:628-650 Mei 2017

www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP

Pemanfaatan Hutan Sebagai Lahan Peternakan Oleh Masyarakat (Wildayana)

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:628-650

647

Arief, Arifin.2001. Hutan Dan Kehutanan Indonesia, Jakarta: PT Canisius.

Arikunto, 2003.Manajemen Penelitian, Jakarta: Rhineka Cipta .

Danusaputro, St. Munadjat, 1980. Hukum Lingkungan, Bandung: Binacipta

Faisal, Sanapiah.2005.Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta: PT Grafindo

Persada

Hardjasoemantri, Koesnadi, 2005. Hukum Tata Lingkungan, Jogyakarta: Gadjah

Mada University Press.

Kardi, W. dkk.1992.Manual Kehutanan, Jakarta: Departemen Kehutanan

Republik Indonesia

Makka, D. 2004. Penyediaan Kredit KKP dalam mendukung pengembangan sapi

potong dan unggas di kawasan agribisnis peternakan. Direktorat

pengembangan peternakan. Direktorat Bina Produksi. Disampaikan Pada

Pertemuan Kemitraan Usaha Peternakan Sumatera Selatan.

Reksohadiprojo,S.2004. Produksi Tanaman Hijau. Yogyakarta: BPFE.

Satori, Djam’an & Komariah Aan. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif.

Bandung: Alfabeta

Setiadi & Kolip. 2011. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Kencana Prenada media

Group

Soekanto, Soerjono, 2006. Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

Page 21: r n Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah a l I l m i ah ...

Jurn

alIlm

iah Mahasiswa

FISIP

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah

Volume 2, Nomor 2:628-650 Mei 2017

www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP

Pemanfaatan Hutan Sebagai Lahan Peternakan Oleh Masyarakat (Wildayana)

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:628-650

648

Soemarwoto otto, 1981.“Pengelolaan Manfaat dan Resiko Lingkungan,Lembaga

Ekologi UNPAD, Bandung.

Soerianegara, I. dan A. Indrawan, 1982.Ekologi Hutan Indonesia.Bogor : Fakultas

Kehutanan IPB

Sudjana, 1976.Metode Distribusi Frekuensi, Bandung: Tarsito

Sumadi Suryabrata, 2002. Metodelogi Penelitian. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Sumintarsih,dkk., Kearifan Tradisional Masyarakat Pedesaan dalam

Hubungannya

dengan pemeliharaan Lingkungan Hidup Dareh istimewa Yogyakarta,

Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994.

Suyanto, Bagong & Sutinah.2005.Metode Penelitian Sosial.Jakarta: Kencana

Prenada Media Group

Syahrin Alvi, 2003. Pengaturan Hukum Dan Kebijakan Pembangunan

Perumahan dan Pemukiman Berkelanjutan, Medan: Pustaka Bangasa

Press.

Syarbaini, Syahrial,2009.Dasar-Dasar Sosiologi, Yogyakarta: Candi Gebang

Permai.

Syarif, 2005.Hukum Pawang Hutan, Bandung: Angkasa

Taher, Alamsyah. 2009. Metode Penelitian Sosial. Banda Aceh: Syiah Kuala

University Press

Usman, Husaini & Akbar.2008.Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: PT Bumi

Aksara

Wirawan.2013.Teori-teori Sosial Dalam Tiga Paradigma.Jakarta:Kencana

Prenadamedia Group

Page 22: r n Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah a l I l m i ah ...

Jurn

alIlm

iah Mahasiswa

FISIP

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah

Volume 2, Nomor 2:628-650 Mei 2017

www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP

Pemanfaatan Hutan Sebagai Lahan Peternakan Oleh Masyarakat (Wildayana)

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:628-650

649

Skripsi :

Dede Hendry Triyanto. 2009. Persepsi, Motivasi, Sikap dan Perilaku Masyarakat

Lokal Terhadap Keberadaan Hutan. Skripsi. Fakultas Kehutanan Institut

Pertanian Bogor

Sartini. Menggali Kearifan Lokal Nusantara Sebuah Kajian Filsafati. Jurnal

Filsafat,

Agustus 2004, Jilid 37, Nomor 2.

Situ Zulaifah. 2006. Pemanfaatan Sumber Daya Hutan Bersama Masyarakat

Untuk Pengembangan Kawasan Hutan Regaloh Di Kabupaten Pati Jawa

Tengah. Tesis. Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota

Universitas Diponegoro.

T. Hafid Mushawwir. 2013. Sistem Mawah Pada Usaha Ternak Sapid an

Kontribusinya Terhadap Pendapatan Keluarga di Kecamatan Blang

Bintang Kabupaten Aceh Besar. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas

Syiah Kuala Banda Aceh.

Internet :

Aji, Gutomo Bayu. tt. Pengelolaan Hutan Adat dan Partisipasi Masyarakat Desa

Buluhcina,KabupatenKampar,Riau.

http://www.damar.or.id/artikel/pengelolaanhutanadat.php.Diakses

pada 28 November 2016.

Dede Hendry Triyanto. 2015. 2009. Persepsi, Motivasi, Sikap dan Perilaku

Masyarakat Lokal Terhadap Keberadaan Hutan.

https://repository.ipb.ac.id. Diakses : 11Oktober 2016

Erlina. 2012. http://eprints.uny.ac.id. Diakses pada 28 Desember 2016

Komunitas Lampanah.https://komunitaslampanah.blogspot.co.id/. Diakses pada

tanggal 28 November 2016

Page 23: r n Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah a l I l m i ah ...

Jurn

alIlm

iah Mahasiswa

FISIP

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah

Volume 2, Nomor 2:628-650 Mei 2017

www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP

Pemanfaatan Hutan Sebagai Lahan Peternakan Oleh Masyarakat (Wildayana)

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:628-650

650

Respotory Universitas Sumatera Utara (Medan). https://repository.usu.ac.id.

Diakses pada tanggal 18 Oktober 2016

Situ Zulaifah. 2006. Pemanfaatan Sumber Daya Hutan Bersama Masyarakat

Untuk Pengembangan Kawasan Hutan Regaloh Di Kabupaten Pati Jawa

Tengah.. http://eprints.undip.ac.id. Diakses : 08September 2016