Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1 ...

18
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1 Januari 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/fisip Corresponding Author : [email protected] JIM FISIP Unsyiah: AGB, Vol. 1. №. 1, Januari 2017: 1-18 1 Perubahan Sosial Masyarakat Kota Banda Aceh Dalam Mitigasi Bencana : Pelajaran Sosial dari Bencana Tsunami Putra Rizki Youlan Radhianto 1 , Khairulyadi 2 Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Unsyiah Email : [email protected] ABSTRAK Perubahan sosial masyarakat dalam menghadai bencana merupakan suatu persoalan yang muncul didaerah rawan bencana. Perubahan yang dimaksud berupa perubahan sikap dalam menghadapi bencana sehingga sebisa mungkin dikemudian hari dapat meminimalisir resiko yang terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perubahan sosial masyarakat Kota Banda Aceh dalam menghadapi bencana, pra tsunami, tsunami, dan pasca tsunami yang ditinjau dari pengetahuan, kepercayaan, dan tindakan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif, dimana yang menjadi informan diperoleh dengan metode purposive sampling. Untuk menganalisis penelitian ini, peneliti menggunakan Teori Kontruksi Sosial. Data dikumpulkan dengan cara wawancara dan studi kepustakaan, serta selanjutnya dianalisis dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Hasil dari penelitian ini adalah perubahan sosial masyarakat Kota Banda Aceh pra tsunami, tsunami, pasca tsunami dalam menghadapi bencana terjadi sangat dinamis. Perubahan tersebut terlihat pada bagaimana pengetahuan, kepercayaan, dan tindakan masyarakat dalam cara menghadapi bencana yang terus berubah mulai dari periode pra tsunami, saat terjadi tsunami, dan pasca tsunami. Pada saat periode pra tsunami, pengetahuan, kepercayaan, tindakan masyarakat sangat dipengaruhi oleh faktor agamis dan doktrin kultural yang turun temurun. Sehingga pada saat terjadinya bencana masyarakat cenderung menggunakan kontruksi sosial yang ada sebagai suatu cara mereka dalam menghadapi bencana. Hasilnya, akibat dari minimnya pengetahuan dalam hal menghadapi bencana khususnya tsunami, maka bencana tersebut menelan banyak korban jiwa. Namun pasca tsunami pengetahuan, kepercayaan, dan tindakan masyarakat dalam menghadapi bencana berubah, hal ini dikarenakan proses dealektis yang terjadi dengan masuknya pemahaman baru tentang cara menghadapi bencana yang bersifat sekuler dan berbasiskan ilmu pengetahuan empiris. Hal ini mempengaruhi pengetahuan, kepercayaan, dan tindakan mereka dalam menghadapi bencana. Sehingga masyarakat meninggalkan cara-cara lama mereka yang sangat beresiko dan mengkontruksikan cara baru tersebut kedalam diri mereka sehingga hal ini membawa sebuah perubahan sosial masyarakat dalam menghadapi bencana. Kata kunci: Perubahan Sosial, Masyarakat, Bencana

Transcript of Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1 ...

Page 1: Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1 ...

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah

Volume 1, Nomor 1 Januari 2017

www.jim.unsyiah.ac.id/fisip

Corresponding Author : [email protected]

JIM FISIP Unsyiah: AGB, Vol. 1. №. 1, Januari 2017: 1-18

1

Perubahan Sosial Masyarakat Kota Banda Aceh Dalam Mitigasi Bencana :

Pelajaran Sosial dari Bencana Tsunami

Putra Rizki Youlan Radhianto1, Khairulyadi2

Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Unsyiah

Email : [email protected]

ABSTRAK

Perubahan sosial masyarakat dalam menghadai bencana merupakan suatu persoalan

yang muncul didaerah rawan bencana. Perubahan yang dimaksud berupa perubahan

sikap dalam menghadapi bencana sehingga sebisa mungkin dikemudian hari dapat

meminimalisir resiko yang terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

bagaimana perubahan sosial masyarakat Kota Banda Aceh dalam menghadapi

bencana, pra tsunami, tsunami, dan pasca tsunami yang ditinjau dari pengetahuan,

kepercayaan, dan tindakan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis

penelitian deskriptif, dimana yang menjadi informan diperoleh dengan metode

purposive sampling. Untuk menganalisis penelitian ini, peneliti menggunakan Teori

Kontruksi Sosial. Data dikumpulkan dengan cara wawancara dan studi kepustakaan,

serta selanjutnya dianalisis dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Hasil dari

penelitian ini adalah perubahan sosial masyarakat Kota Banda Aceh pra tsunami,

tsunami, pasca tsunami dalam menghadapi bencana terjadi sangat dinamis. Perubahan

tersebut terlihat pada bagaimana pengetahuan, kepercayaan, dan tindakan masyarakat

dalam cara menghadapi bencana yang terus berubah mulai dari periode pra tsunami,

saat terjadi tsunami, dan pasca tsunami. Pada saat periode pra tsunami, pengetahuan,

kepercayaan, tindakan masyarakat sangat dipengaruhi oleh faktor agamis dan doktrin

kultural yang turun temurun. Sehingga pada saat terjadinya bencana masyarakat

cenderung menggunakan kontruksi sosial yang ada sebagai suatu cara mereka dalam

menghadapi bencana. Hasilnya, akibat dari minimnya pengetahuan dalam hal

menghadapi bencana khususnya tsunami, maka bencana tersebut menelan banyak

korban jiwa. Namun pasca tsunami pengetahuan, kepercayaan, dan tindakan

masyarakat dalam menghadapi bencana berubah, hal ini dikarenakan proses dealektis

yang terjadi dengan masuknya pemahaman baru tentang cara menghadapi bencana

yang bersifat sekuler dan berbasiskan ilmu pengetahuan empiris. Hal ini

mempengaruhi pengetahuan, kepercayaan, dan tindakan mereka dalam menghadapi

bencana. Sehingga masyarakat meninggalkan cara-cara lama mereka yang sangat

beresiko dan mengkontruksikan cara baru tersebut kedalam diri mereka sehingga hal

ini membawa sebuah perubahan sosial masyarakat dalam menghadapi bencana.

Kata kunci: Perubahan Sosial, Masyarakat, Bencana

Page 2: Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1 ...

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah

Volume 1, Nomor 1 Januari 2017

www.jim.unsyiah.ac.id/fisip

Perubahan Sosial Maysyarakat Kota Banda Aceh dalam Mitigasi Bencana:

Pelajaran Sosial dari Bencana Tsunami (Putra Rizki Youlan Radhianto,

Khairulyadi) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1. №. 1. Januari

2017 1-18

2

ABSTRACT

Social change of society in the face of disaster is an emerging issue of disaster-prone

areas. Change is in the form of a change in attitude in the face of natural disasters so

that as much as possible in the future to minimize the risk may occur. This study aimed

to determine how social change of society in Banda Aceh in the face of disaster such

as pre-tsunami, tsunami, and post-tsunami in terms of knowledge, beliefs, and actions.

This study used qualitative descriptive research which the informants were attained

by applying purposive sampling method. To analyze this study, the researcher used

the Social Construction Theory. Data were collected through conducting interviews

and literature study, and then data were analyzed by using a qualitative approach.

Results from this study were the social change of Banda Aceh society in pre-tsunami,

tsunami and post-tsunami in dealing with disaster is very dynamic. These changes are

reflected in how knowledge, beliefs, and actions of the society in a way that continues

to change the face of disaster ranging from pre-tsunami period, when the tsunami

hit, and after the tsunami happened. At the time of the pre-tsunami period,

knowledge, trust, and society actions are greatly influenced by religious and cultural

doctrine in hereditary. So that at the time of the disaster, the society tends to use social

construction as a way they deal with disasters. As a result, having poor knowledge of

the particular tsunami disaster was claimed that it gets many victims. But after getting

tsunami knowledge, beliefs, and actions of society for disasters have changed, it is

because the dialectic process happened with the inclusion of a new understanding on

how to face disasters in secular and based on empirical science. This influences on

knowledge, beliefs, and their actions in the face of disaster. So that people leave their

old and very risky ways and construct new way into them in order to bring a social

change of society in the face of disaster.

Keywords: Social Change, Society, Disaster

PENDAHULUAN

Bencana merupakan sebuah fenomena yang kerap terjadi di abad modern,

bencana sering kali datang tanpa tanda-tanda apapun. Bencana dapat disebabkan oleh

kejadian yang bersifat alamiah (natural disaster) maupun oleh ulah tangan manusia

(man-made disaster). Oleh karenanya bencana menjadi momok yang cukup

menakutkan bagi keberlangsungan peradaban umat manusia, dan juga memaksa

manusia untuk bertahan (survive) dalam menghadapi bencana.

Secara geografis Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terletak pada

pertemuan empat lempeng tektonik yaitu lempeng benua Asia, Benua Australia,

lempeng Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Pada bagian selatan dan timur

Page 3: Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1 ...

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah

Volume 1, Nomor 1 Januari 2017

www.jim.unsyiah.ac.id/fisip

Perubahan Sosial Maysyarakat Kota Banda Aceh dalam Mitigasi Bencana:

Pelajaran Sosial dari Bencana Tsunami (Putra Rizki Youlan Radhianto,

Khairulyadi) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1. №. 1. Januari

2017 1-18

3

Indonesia terdapat sabuk vulkanik (volcanic arc) yang memanjang dari pulau

Sumatera- jawa- Nusa Tenggara- Sulawesi, yang sisinya berupa pegunungan vulkanik

tua dan dataran rendah yang sebagian didominasi oleh rawa- rawa. Kondisi tersebut

sangat berpotensi sekaligus rawan bencana seperti, letusan gunung berapi, gempa

bumi, tsunami, banjir dan tanah longsor (http://dibi.bnpb.go.id). Posisi ini sangat tidak

menguntungkan bagi Indonesia yang tercatat sebagai salah satu Negara paling tinggi

tingkat kegempaannya bahkan 10 kali lipat tingkat kegempaan di Amerika Serikat

(Arnold, 1986).

Sepanjang tahun 2015 saja tercatat ada 1.116 kejadian bencana yang terjadi

dengan korban jiwa mencapai 168 orang, dan 636.205 jiwa harus menderita dan

mengungsi (http://dibi.bnpb.go.id/). Diantara daerah paling rawan bencana di

Indonesia, Aceh merupakan salah satunya. Sebagai provinsi yang baru saja dilanda

gempa bumi yang berkekuatan 9,3 Skala Richter (SR) dan disusul gelombang Tsunami

setinggi 30 meter 98ft). Menurut U.S Geological Survey, korban meninggal dunia di

Aceh saat bencana gempa bumi dan gelombang tsunami dipastikan sebanyak 130.736

jiwa, dan puluhan ribu lainnya dinyatakan hilang, (Wikipedia.org). Ini menunjukkan

rendahnya kesiapan dalam menghadapi bencana dan juga tidak adanya system

peringatan dini dalam penanggulangan bencana (Early Warning Disaster System) di

Aceh yang menjadi salah satu penyebab banyaknya korban jiwa saat bencana gempa

dan tsunami pada 2004 silam.

Kota Banda Aceh sebagai Ibukota dari Provinsi Pemerintah Aceh memiliki

kondisi geografis, hidrologi dan demografis yang rawan terhadap bencana. Sebagai

salah satu kota dengan tingat kerawanan bencana yang tinggi, maka masyarakat kota

Banda Aceh memiliki sebuah keharusan dalam mempelajari bagaimana memanajemen

bencana sehingga sebisa mungkin untuk mengurangi resiko dan korban saat bencana

terjadi.

Dalam kajian Sosiologi, bencana sebenarnya telah lama menjadi objek

penelitian para Sosiolog misalnya Burton, Kates and White (1993). Meskipun ada

banyak definisi Sosiologi, sebahagian besar ilmuan akan setuju bahwa fokus disiplin

ilmu sosiologi adalah tentang interaksi manusia. Oleh karena itu, ketika terjadi

bencana, sosiolog akan bertanya, “bagaimana masyarakat menanggapinya?”.

Perkembangan aktual dari sosiologi bencana berkonsentrasi pada kajian tentang risiko

dengan pendekatan pada kemampuan untuk berkompromi dengan situasi yang tidak

diharapkan, dengan penekanan pada fleksibilitas, adaptabilitas, resiliensi dan kapasitas.

Dengan kata lain sosiologi bencana berfokus pada bagaimana masyarakat menghadapi

bencana, dan bagaimana masyarakat tetap teguh terhadap situasi sulit saat bencana.

Pemahaman risiko dalam studi bencana sebenarnya berangkat dari pola yang

sama yakni untuk menyelaraskan kembali hubungan alam dan manusia. Hanya saja

risiko lebih mengarah pada aspek antroposentrisme yakni berorientasi kepada

Page 4: Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1 ...

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah

Volume 1, Nomor 1 Januari 2017

www.jim.unsyiah.ac.id/fisip

Perubahan Sosial Maysyarakat Kota Banda Aceh dalam Mitigasi Bencana:

Pelajaran Sosial dari Bencana Tsunami (Putra Rizki Youlan Radhianto,

Khairulyadi) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1. №. 1. Januari

2017 1-18

4

keselamatan manusia (human security) sendiri dari bencana yang ditimbulkan oleh

alam.

Masyarakat dalam menyelamatkan diri (survive) cenderung memiliki pola dan

budaya tersendiri yang terbentuk oleh berbagai faktor seperti kepercayaan (religusitas),

kebiasaan/tindakan (behaviour) dan pengetahuan (Knowledge). Menurut Soerjono

Soekanto (1990), budaya berguna bagi manusia yaitu untuk melindungi diri terhadap

alam, mengatur hubungan antar manusia dan sebagai wadah dari segenap perasaan

manusia. Penekanan terhadap aspek sosial terhadap skema penanggulangan bencana

sendiri dikarenakan adanya perubahan paradigma ilmu bencana.

Jauh sebelum Gempa Bumi dan Gelombang Tsunami terjadi pada 2004 silam,

masyarakat Aceh khususnya kota Banda Aceh tentunya telah memilki konsep

penanganan bencana sesuai dengan pengetahuan lokal (local wisdom). Mercer et al.,

(2009) mendefinisikan pengetahuan lokal sebagai seperangkat pengetahuan yang ada

dan diyakini masyarakat lokal dalam suatu jangka waktu tertentu melalui akumulasi

pengalaman, relasi masyarakat dengan alam, praktik dan institusi masyarakat dan

diteruskan antar generasi (Ma’arif, S, 2010). Seluruh pengetahuan bersifat dinamis,

terus berubah, berkembang dan beradaptasi karena respon masyarakat pada perubahan

lingkungannya.

Menurut hipotesa awal yang peneliti dapat dilapangan pada 23 Januari 2016 di

Gampong Deah Geulumpang yang termasuk daerah paling parah terkena dampak

Tsunami, masyarakat sekitar memiliki kepercaayan ketika terjadi bencana sebagai

contoh gempa bumi, maka sesuai dengan petuah leluhur setiap terjadi gempa

diharuskan untuk beristigfar ataupun memanjatkan doa pada Tuhan. Dalam Hal ini

peneliti melihat terbentuknya pemahaman tersebut sesuai dengan intepretasi

masyarakat terhadap bencana. Pengetahuan, kepercayaan, dan tindakan terhadap

bencana yang melalui proses panjang yang akhirnya membentuk sebuah struktur

didalam masyarakat. Hal ini juga senada dengan yang dikatakan (Agrawal 1995),

bahwa selama bertahun- tahun masyarakat lokal telah memberikan tanggapan pada

lingkungan mereka dan menyesuaikannya dengan perubahan, menggunakan baik ilmu

pengetahuan modern maupun pengetahuan lokal. (Maarif, 2015)

Tetapi sayangnya kepercayaan yang dianut oleh masyarakat desa tersebut tidak

menjawab permasalahan ketika bencana gempa bumi dan tsunami terjadi pada 26

desember 2004 silam, dimana gelombang Tsunami telah meluluh-lantakkan desa

tersebut dan menewaskan banyak penduduk setempat. Oleh karena itu pasca terjadinya

tsunami, masyarakat mulai disugukan dengan cara-cara baru dalam penanganan

bencana khususnya Tsunami, melalui program intervensi yang dilakukan NGO

Nasional maupun Internasional yang bekerja sama dengan pemerintah setempat.

Program Manajemen bencana yang dilakukan oleh NGO maupun pemerintah

merupakan upaya dan tindakan yang dilakukan untuk pencegahan, penjinakan atau

Page 5: Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1 ...

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah

Volume 1, Nomor 1 Januari 2017

www.jim.unsyiah.ac.id/fisip

Perubahan Sosial Maysyarakat Kota Banda Aceh dalam Mitigasi Bencana:

Pelajaran Sosial dari Bencana Tsunami (Putra Rizki Youlan Radhianto,

Khairulyadi) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1. №. 1. Januari

2017 1-18

5

mitigasi, penyelamatan, rehabilitasi dan rekonstruksi, baik sebelum, pada saat, maupun

setelah kejadian bencana (Pribadi dan Merati, 1996).

Tentunya pogram-program tersebut telah membetuk suatu paradigma baru

dalam masyarakat dalam menghadapi bencana, yang dulunya berbasis lokal dan

digantikan dengan pendekatan yang baru yang merupakan hasil pengalaman

(experience) daerah atau pun Negara lainnya yang dianggap lebih efektif.

Adapun program yang telah dilaksanakan dalam mitigasi bencana seperti,

pendidikan mitigasi bencana kepada masyarakat, siswa/i sekolah, intansi

pemerintahan, dan penyandang cacat. Selain itu dari segi infrastruktur Pemerintah

Jepang melalui Japan Intenational Cooperation System (JICS) memberikan bantuan 3

unit Escape Building (gedung penyelamatan) sebagai wujud kepedulian kemanusian.

Gedung ini berguna sebagai tempat evakuasi saat terjadinya bencana, dan juga

pemasangan alarm tsunami dan papan petunjuk jalur evakuasi bencana di jalan-jalan

seputaran Kota Banda Aceh. Hal ini bertujuan untuk mempengaruhi pola perilaku

masyarakat dalam melakukan evakuasi saat terjadinya bencana.

Bencana kini bukan lagi dianggap sebagai fenomena yang sporadis, namun

sebisa mungkin bencana tersebut dikelola dan direduksi. Namun demikian, semakin

meningkatnya kesadaran sosial masyarakat tentang pengurangan risiko bencana dan

kerentanan menghadapi ancaman bencana, telah dikembangkan upaya untuk

membangun hubungan baru dan berkelanjutan berdasarkan kekuatan masing- masing

pengetahuan yang berlandaskan pada masyarakat.

Setelah 11 tahun bencana tsunami terjadi, perubahan apasaja yang telah terjadi

pada masyarakat kota Banda Aceh dalam melihat bencana, apakah masyarakat sudah

lebih peka dengan bencana baik tsunami, banjir, maupun kebakaran, dan bencana

lainnya. Perubahan apa yang timbul dari pengalaman bencana gempa dan tsunami 2004

silam yang menjadi kearifan baru bagi masyarakat kota Banda Aceh dalam menghadapi

bencana. Oleh karenanya peneliti tartarik untuk meneliti hal tersebut, melihat

bagaimana proses perubahan sosial masyarakat kota Banda Aceh baik sebelum

terjadinya gempa dan tsunami, saat terjadi tsunami, dan pasca terjadinya tsunami dalam

hal cara menghadapi bencana.

TINJAUAN PUSTAKA

Perubahan Sosial Sebagai Hasil Kontruksi Sosial

Perubahan sosial secara umum dapat diartikan sebagai suatu proses pergeseran

atau berubahnya struktur/tatanan didalam masyarakat, meliputi pola pikir yang lebih

inovatif, sikap, serta kehidupan sosialnya untuk mendapatkan penghidupan yang lebih

bermartabat. Pada tingkat makro, terjadi perubahan ekonomi, politik, sedangkan

ditingkat mezo terjadi perubahan kelompok, komunitas, dan organisasi, dan ditingkat

mikro sendiri terjadi perubahan interaksi, dan perilaku individual. Masyarakat bukan

Page 6: Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1 ...

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah

Volume 1, Nomor 1 Januari 2017

www.jim.unsyiah.ac.id/fisip

Perubahan Sosial Maysyarakat Kota Banda Aceh dalam Mitigasi Bencana:

Pelajaran Sosial dari Bencana Tsunami (Putra Rizki Youlan Radhianto,

Khairulyadi) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1. №. 1. Januari

2017 1-18

6

sebuah kekuatan fisik (entity), tetapi seperangkat proses yang saling terkait bertingkat

ganda (Sztompka, 2008).

Proses perubahan dalam masyarakat itu terjadi karena manusia adalah mahkluk

yang berfikir dan bekerja, disamping itu selalu berusaha untuk memperbaiki nasib serta

kekurang-kekurangnya untuk mempertahankan hidup (survive). Namun ada juga yang

berpendapat bahwa perubahan sosial dalam masyarakat itu, karena keinginan manusia

untuk menyesuaikan diri dengan keadaan disekelilingnya atau disebabkan oleh

ekologi.

Perubahan sosial pada tingkat mikro dalam hal ini dapat dijelaskan sebagai hasil

dari kontruksi sosial individu terhadap dunia sosialnya. Ini sejalan dengan prinsip

kontruksi sosial yang melihat individu sebagai refleksi dari dunia sosialnya yang

kemudian melalui proses dan membentuk sebuah kontruksi sosial. Kontrusi sosial

tebentuk dengan adanya dorongan terhadap individu untuk survive terhadap dunia

sosialnya, hal ini yang kemudian mendorong individu berinovasi kedalam dirinya yang

dimanifestasikan kedalam dunia sosialnya sehingga memunculkan perubahan sosial.

Kontruksi sosial terbentuk atas tiga hal dasar yaitu ekternalisasi, objektifasi dan

internalisasi. Ketiga proses yang dilalui individu ini menjelaskan bagaimana seorang

individu melalui proses sosialnya, dimulai dari refleksi dunia sosial kedalam dirinya

yang merupakan pengamalan terhadap apa yang ditemukan melalui proses mental

maupun fisik. Proses fisik maupun mental yang didapat melalui proses eksetnalisasi ini

kemudian dijadikan referensi bagi individu untuk menghadapi dunia sosialnya,

sehingga sebisa mungkin individu menciptakan temuan-temuan baru berupa alat

maupun kebudayaan non materil untuk memudahkan hidupnya.

Temuan-temuan tersebut kemudian menjadi indikator yang mendukung

perubahan terhadap individu tersebut yang merupakan sub dari masyarakat. Sehingga

jika diteruskan perubahan akan bergerak pada tingkat makro yaitu masyarakat secara

umum. Pada proses terakhir dari kontruksi sosial adalah ketika individu mulai

merefleksikan seluruh hasil dari penyerapan kembali dunia objektif ke dalam

kesadaran sedemikian rupa sehingga subjektif individu dipengaruhi oleh struktur dunia

sosial. Pada bagian ini individu menjadi bagian yang tak terpisahkan dari terbentuknya

sebuah realitas sosial yang mempengaruhi perubahan sosial dalam masyarakat. Pada

tingkat ini hasil objektifasi kemudian ditafsirkan kedalam bentuk kesadaran yang

memperngaruhi individu dalam dunia sosialnya.

Pengetahuan, Tindakan Dan Keprcayaan Dalam Kontruksi Sosial

Dalam teori kontruksi sosial terdapat tiga proses dealektis yang dijelaskan oleh

Luckman dan Peter L. Berger, ketiga proses dealetkis itu meliputi eksternalisasi,

objektivasi, dan internalisasi. Proses dealetkis tersebut tentunya berjalan sebagaimana

masyarakat terus bergerak, proses ini merupakan proses yang didalamnya melibatkan

Page 7: Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1 ...

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah

Volume 1, Nomor 1 Januari 2017

www.jim.unsyiah.ac.id/fisip

Perubahan Sosial Maysyarakat Kota Banda Aceh dalam Mitigasi Bencana:

Pelajaran Sosial dari Bencana Tsunami (Putra Rizki Youlan Radhianto,

Khairulyadi) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1. №. 1. Januari

2017 1-18

7

masyarakat sebagai subjek. Masyarakat sebagai sebuah realitas subjektif merupakan

sebuah institusional yang didalamnya terdapat nilai-nilai budaya yang telah tertanam,

baik itu pengetahuan, kepercayaan, dan cara bertindak (tindakan), ketiga nilai-nilai ini

sangat berpengaruh dalam proses dealektis masyarakat.

Pada proses eksternalisasi dimana masyarakat dipengaruhi oleh pengetahuan-

pengetahuan yang didalamnya terkandung nilai-nilai lokal yang telah mengakar dan

menjadi sebuah kearifan, pengetahuan ini kemudian menjadi sebuah anutan dasar yang

menjadi sebuah standar pada masyarakat tersebut. Setelah itu masyarakat melakukan

objektivikasi terhadap pengetahuan yang telah diketahuainya, disini masyarakat mulai

melakukan pemaknaan terhadap realitas yang ada sebagai bahan kepercayaan yang

sesuai dengan pemaknaan yang tertanam dalam dirinya. Kepercayaan itu meliputi

produk hasil pemaknaan terhadap realitas eksternalnya yaitu proses sosialisasi didalam

diri yang menghasilkan alat untuk keberlngsungan hidupnya. Pada proses Internalisasi

masyarakat memahami atau menafsirkan langsung menjadi tindakan objektifnya

sebagai suatu pengungkapkan makna.

PELAJARAN SOSIAL DAN MITIGASI BENCANA

- Pelajaran Sosial dalam penelitian ini merupakan suatu bentuk pembelajaran

masyarakat tentang suatu kejadian. Dalam penelitian ini, bencana tsunami

dilihat sebagai suatu pendorong terjadinya pelajaran sosial dalam masyarakat.

Pelajaran sosial dalam penelitian ini ditinjau dari pengetahuan, kepercayaan,

dan tindakan masyarakat yang dilihat dari waktu ke waktu, baik saat sebelum

bencana tsunami terjadi, saat kejadian, dan pasca kejadian bencana. Halini

dikarenakan pelajaran sosial sangat terkait dengan pengalaman masyarakat

terkait dengan apa yang dialaminya secara historis yang membentuk suatu

kontruksi sosial. Sehingga pelajaran sosial kemudian menjadi dorongan yang

mengarahkan masyarakat pada perubahan sosial secara makro.

- Mitigasi Bencana dalam penelitian ini dimaksudkan sebagai suatu upaya

sistematis untuk mengurangi resiko saat terjadi bencana, yang dilakukan baik

secara fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan masyarakat

dalam menghadapi ancaman bencana. Bencana dalam perspektif sosiologis

dipahami sebagai bentuk perasaan masyarakat terkait dengan pengalaman

emosional pada kejadian-kejadian yang mengancam keberlangsungan hidup.

Bencana juga dilihat sebagai suatu bagian dari definisi yang disusun dalam

konteks sosial budaya hidup masyarakat yang mengalami bencana.

Olehkarennya mitigasi bencana sangat berkaitan dengan pelajaran sosial

masyarakat yang terbentuk melalui pengalaman masyarakat dalam mengatasi

bencana.

Page 8: Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1 ...

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah

Volume 1, Nomor 1 Januari 2017

www.jim.unsyiah.ac.id/fisip

Perubahan Sosial Maysyarakat Kota Banda Aceh dalam Mitigasi Bencana:

Pelajaran Sosial dari Bencana Tsunami (Putra Rizki Youlan Radhianto,

Khairulyadi) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1. №. 1. Januari

2017 1-18

8

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian studi deskriptif dengan

menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif dapat diartikan sebagai

pendekatan yang menghasilkan data, tulisan, dan tingkah laku yang diamati dari orang-

orang (Taylor dan Bogdan, 1984:5 dalam Bagong Suyanto dan Sutinah, 2008: 166).

Lokasi penelitian dilakukan di Gampong Lambung, dan Gampong Alue Deah

Teungoh Kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh. Adapun alasan pemilihan lokasi

penelitian disebabkan oleh semua gampong-gampong tersebut berada di kecamatan

yang paling parah terkena dampak bencana tsunami, dan juga gampong-gampong

tersebut merupakan sasaran Pemerintah maupun LSM/NGO dalam melakukan

program intervensi guna memberikan pemahaman baru bagi masyarakat setempat.

Subyek penelitian adalah orang, tempat, atau benda yang diamati dalam rangka

pembumbutan sebagai sasaran (Kamus Bahasa Indonesia, 1989: 862). Adapun

subyek penelitian dalam tulisan ini, adalah tokoh kunci masyarakat setempat (Geuchik

ataupun tuha peut), dan juga masyarakat korban tsunami. Subjek penelitian ini menjadi

informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses

penelitian. Adapun yang dipakai untuk menentukan informan dalam penelitian ini

menggunakan metode purposive sampling adalah sebagai berikut:

1. Tokoh Masyarakat Gampong setempat;

2. Masyarakat, terdiri dari 5 orang laki-laki dan 5 orang perempuan;

Kemudian dalam penelitian ini peneliti mengambi 2 sumber data diantaranya:

1. Data primer adalah data yang di dapat dari sumber pertama baik individu

maupun perseorangan seperti hasil dari wawancara, observasi maupun

dokumentasi seperti yang dikatakan Umar (2009: 42).Data yang diperoleh

langsung dari 12 informan dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah

disiapkan untuk wawancara langsung.

2. Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek

penelitian. Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini berupa keadaan

geografis, demografi, kegiatan sosial masyarakat didapat dari data atau profil

gampong. Dan data lainnya yang berkaitan dengan penelitian didapat dari

instansi terkait (Badan Pusat Statistik, Kantor Geuchik), surat kabar, dokumen,

buku-buku/ studi kepustakaan (Library Research), dan internet.

- Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai cara, sumber dan

pengaturan. Dalam penelitian perolehan data sangat luas serta mendalam, maka perlu

Page 9: Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1 ...

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah

Volume 1, Nomor 1 Januari 2017

www.jim.unsyiah.ac.id/fisip

Perubahan Sosial Maysyarakat Kota Banda Aceh dalam Mitigasi Bencana:

Pelajaran Sosial dari Bencana Tsunami (Putra Rizki Youlan Radhianto,

Khairulyadi) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1. №. 1. Januari

2017 1-18

9

diklasifikasikan upaya yag dilakukan dalam penelitian ini melalui wawancara

mendalam, observasi, studi kepustakaan.

Dalam rangka menjawab perumusan masalah yang ditetapkan penulis maka

analisis data yang menjadi acuan dalam penelitian ini mengacu pada beberapa tahapan

yang dijelaskan oleh Miles dan Huberman (Sugiyono2010;91) yang terdiri dari

beberapa tahapan yaitu:

1. Pengumpulan informasi melalui wawancara terhadap keyinforman yang

compatible terhadap penelitian kemudian observasi langsung di lapangan

untuk menunjang penelitian yang dilakukan agar mendapatkan sumber data

yang diharapkan.

2. Reduksi data yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan di

lapangan selama meneliti. Tujuan diadakan transkrip data (transformasi data)

untuk memilih informasi mana yang dianggap sesuai dengan masalah yang

menjadi pusat penelitian dilapangan.

3. Penyajian data (data display) yaitu kegiatan sekumpulan informasi dalam

bentuk teks naratif, grafik jaringan, tabel dan bagan yang bertujuan

mempertajam pemahaman penelitian terhadap informasi yang dipilih

kemudian disajikan dalam table ataupun uraian penjelasan. Namun yang

akan paling sering digunakan untuk penyajian data penelitian kualitatif adalah

teks yang bersifat naratif.

4. Pada tahap akhir adalah penarikan kesimpulan atau verifikasi, yang mencari

arti pola-pola penjelasan, konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat dan

proposisi. Penarikan kesimpulan dilakukan secara cermat dengan melakukan

verifikasi berupa tinjauan ulang pada catatan-catatan dilapangan sehingga data-

data teruji validasinya.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Kondisi Masyarakat Saat Terjadi Tsunami 2004

Kondisi masyarakat saat terjadi bencana tsunami pada tahun 2004 lalu,

merupakan suatu faktor penting untuk dapat memahami bagaimana dinamika yang

dihadapi pada saat itu. Dalam pengertian umum kondisi merupakan suatu keadaan yang

sedang dihadapi baik itu oleh individu maupun masyarakat. kondisi sangat dipengaruhi

oleh faktor-faktor lingkungannya sehingga memberikan dampak pada yang

menghadapinya.

Kondisi masyarakat Kota Banda Aceh pada saat terjadi tsunami merupakan

suatu proses sosial, dimana masyarakat menghadapi bencana yang bagi mereka

merupakan suatu bencana baru yang sama sekali tidak pernah mereka hadapi yaitu

Page 10: Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1 ...

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah

Volume 1, Nomor 1 Januari 2017

www.jim.unsyiah.ac.id/fisip

Perubahan Sosial Maysyarakat Kota Banda Aceh dalam Mitigasi Bencana:

Pelajaran Sosial dari Bencana Tsunami (Putra Rizki Youlan Radhianto,

Khairulyadi) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1. №. 1. Januari

2017 1-18

10

tsunami, sehingga menciptakan kondisi yang sangat tidak kondusif. Kondisi tersebut

tidak lain disebabkan oleh ketidakpekaan maupun ketidakberdayaan masyarakat dalam

hal penanggulangan bencana. Padahal masyarakat memiliki pengetahuan lokal tentang

cara menghadapi bencana, namun hal tersebut tidak begitu solutif dikarenakan betuk

mitigasi bencana lebih berbasis pada hal-hal yang bersifat kultural yang merupakan

hasil warisan kontruksi sosial para leluhur. Hal ini tentunya juga disebabkan oleh

kondisi masyarakat yang tidak memiliki pengalaman maupun pengetahuan terkait

bagaimana cara menanggulangi bencana secara modern khususnya tentang bagaimana

menanggulangi tsunami. Selain itu tata letak kota juga menjadi salah satu penyebab

banyaknya korban jiwa ketika bencana tsunami terjadi, dikarenakan oleh tata letak

yang sangat tidak responsif terhadap bencana menyebabkan alur evakuasi menjadi

sangat tidak terarah.

Dalam tinjauan teori kontruksi sosial, kondisi yang dialami masyarakat ketika

tsunami dilihat sebagai suatu realitas yang bersifat pradisposisi (kecenderungan),

dimana faktor subjektifitas akan selalu memberikan pengaruh terhadap bagaimana

masyarakat kemudian bertindak dengan pengetahuan seadanya dalam menghadapi

tsunami. Kondisi tersebut menjadi suatu proses yang memberikan pengaruh bagi

masyarakat dalam hal mengartikan kondisi darurat tsunami.

Pada tataran subjektif, masyarakat kemudian sebisa mungkin untuk dapat

menyelamatkan diri, walaupun mereka sama sekali tidak mengerti dengan apa yang

mereka lakukan pada saat itu. Tsunami dianggap sebagai suatu ancaman bagi mereka,

sehingga sebisa mungkin harus dapat menyelamatkan diri. Hal ini menjadi dorongan

besar mengapa masyarakat dapat bertahan dalam kondisi tersebut..

Proses Perubahan Sosial Pada Masyarakat Kota Banda Aceh Pra Tsunami, Dan

Pasca Tsunami Dalam Mitigasi Bencana

Perubahan sosial merupakan suatu kepastian yang akan dialami oleh setiap masyarakat,

hal ini merujuk pada dinamisitas struktur masyarakat yang akan mengikuti arus nilai

maupun temuan-temuan baru. Menurut John Lewin Gillin dan John Phillip Gillin,

perubahan sosial adalah suatu variasi dari cara-cara hidup yang diterima yang

disebabkan oleh perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan materii,

komposisi penduduk, ideologi, maupun karena adanya difusi dan penemuaan baru

dalam masyarakat tersebut.

Bencana alam seperti yang gempa bumi dan tsunami yang terjadi di Kota banda Aceh

pada 2004 lalu, menjadi sebuah indikator yang disebut sebagai sebab geografis yang

menyebabkan terjadinya sebuah perubahan sosial. Korelasi antara bencana dan

perubahan sosial dilihat dari bagaimana masyarakat sebelum terjadinya bencana gempa

dan tsunami, saat kejadian, dan pasca kejadian tersebut bergerak menuju perubahan.

Perubahan-perubahan tersebut lihat melalui bagaimana cara menghadapi bencana saat

Page 11: Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1 ...

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah

Volume 1, Nomor 1 Januari 2017

www.jim.unsyiah.ac.id/fisip

Perubahan Sosial Maysyarakat Kota Banda Aceh dalam Mitigasi Bencana:

Pelajaran Sosial dari Bencana Tsunami (Putra Rizki Youlan Radhianto,

Khairulyadi) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1. №. 1. Januari

2017 1-18

11

sebelum dan sesudah terjadi bencana gempa dan tsunami hingga membuat masyarakat

benar-benar berubah kearah yang lebih baik dalam hal penaggulangan bencana.

Perubahan sosial dalam pemahaman teori kontruksi sosial, dilihat sebagai suatu

proses dealektis yang dialami oleh masyarakat yang melibatkan realitas sosial yang

berkembang didunia sosialnya. Teori kotruksi sosial akan menjelaskan bagaimana

proses eksternalisasi (pengetahuan), objektivasi (kepercayaan), dan internalisasi

(tindakan) berperan mewujudkan sebuah perubahan sosial masyarakat dalam cara

menghadapi bencana mulai sejak pra tsunami, tsunami, dan pasca tsunami. Bencana

dalam hal ini merupakan sesuatu realitas yang berkembang didalam dunia sosial yang

kemudian akan mendorong masyarakat untuk lebih waspada dan mengubah maindset

mereka dalam hal penanggulangan bencana. Hal ini dilakukan melalui proses

interpretasi masyarakat terhadap apa yang telah dialami pada saat bencana gempa dan

tsunami menimpa Kota Banda Aceh. Oleh karenanya masyarakat kemudian akan

kembali menyimak dan belajar dari kejadian tersebut sehingga menciptakan ataupun

menemukan cara baru dalam menghadapi bencana agar dapat sebisa mungkin

mengurangi resiko yang mereka alami.

- Pengetahuan Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana Pra Tsunami dan

Pasca Tsunami

Pengetahuan masyarakat dalam menghadapi bencana merupakan suatu tahapan

dimana masyarakat sebagai suatu proses kontruksi sosial dipengaruhi oleh apa yang

bereda didunia sekitarnya. Proses peredaran pengetahuan dimasyarakat juga sangat

berpengaruh pada pengalaman dan juga pelajaran yang didapat melalui proses formal

maupun informal.

Dalam pemahaman kontruksi sosial, pengetahuan dilihat sebgai suatu yang

bersifat eksternalisasi, dimana pengetahuan disuatu masyarakat merupakan suatu

pengaruh yang kemudian didapat dari komunitas masyarakat disekitarnya.

Eksetrnalisasi merupakan suatu realitas dimana individu berusaha mencurahkan atau

mengeksprekspresikan diri ke dalam dunia sosialnya, baik dalam kegiatan mental

maupun fisik. Dalam hal ini pengetahuan dilihat sebagai suatu hasil dari proses

eksternalisasi yang terjadi pada individu, sehingga menemukan suatu dunia yang

dipengaruhi oleh berbagai pengetahuan yang beredar disekitarnya.

Pengetahuan kemudian berpengaruh penting bagi pemaknaan apa yang yang

dimaksud dengan bencana didalam masyarakat, sehingga pada proses ini masyarakat

akan selalu memaknai bencana sesuai dengan pengetahuan yang ia miliki. Pengetahuan

masyarakat saat sebelum tsunami sangatlah dipengaruhi oleh faktor religusitas dan juga

doktrin kultural. Hal ini menjadi legacy (wairsan) mitigasi bencana yang telah

terkontruksi dari pengalaman para leluhur menghadapi bencana. pengetahuan ini

kemudian yang sangat mempengaruhi pikiran masyarakat saat menghadapi bencana

Page 12: Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1 ...

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah

Volume 1, Nomor 1 Januari 2017

www.jim.unsyiah.ac.id/fisip

Perubahan Sosial Maysyarakat Kota Banda Aceh dalam Mitigasi Bencana:

Pelajaran Sosial dari Bencana Tsunami (Putra Rizki Youlan Radhianto,

Khairulyadi) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1. №. 1. Januari

2017 1-18

12

tsunami lalu.Pada kasus bencana gempa dan tsunami 2004 silam, tsunami dianggap

sebagai suatu kejadian kiamat oleh masyarakat, hal ini disebabkan oleh pengetahuan

yang mereka miliki.

Proses ini kemudian pasca tsunami coba dikontruksikan kembali oleh NGO

Nasional maupun Internasional bahwa tsunami bukanlah suatu kejadian kiamat seperti

yang masyarakat ketahui selama ini, namun tsunami merupakan kejadian ataupun

bencana yang disebabkan oleh aktivitas tektonik seperti gempa maupun vulkanik yang

disebabkan oleh ledakan gunung api di bawah laut. Proses kontruksi pengetahuan baru

ini dalam masyarakat, kemudian melahirkan suatu perubahan cara pandang masyarakat

dalam melihat bencana tsunami, hal ini juga dibarengi dengan berubahnya cara tanggap

bencana ketika suatu waktu mereka dihadapkan dengan kondisi yang sama seperti yang

terjadi pada tahun 2004 silam.

Pada dasarnya, proses ekseternalisasi dalam hal ini pemaknaan pengetahuan

umum kedalam dunia sosial masyarakat bukanlah suatu yang bersifaat stagnan, namun

proses ini terus mengalami dealektika tergantung dengan pengetahuan-pengetahuan

yang dikemudian hari bereda. Proses katalisasi dari sebuah pengetahuan baru

dimasyarakat dilakukan melalui metode-metode ilmiah yang kemudian dapat diterima

sebagai suatu pengetahuan yang bersifat komperhensif dan aktual.

Bencana tsunami telah menjadi suatu pelajaran sosial yang membentuk suatu

pengetahuan baru ditengah masyarakat, sehingga perubahan sosial tidak dapat

dihindari dan menjadi suatu keharusan dalam hal menghadapi bencana. Sehingga

dikemudian hari menjadi ketika bencana terjadi kembali, pengetahuan yang telah

dimiliki dari proses eksternalisasi menjadi berguna dalam pengurangan resiko.

- Kepercayaan Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana Pra Tsunami dan

Pasca Tsunami

Kepercayaan masyarakat dalam menghadapi bencana merupakan suatu

indikator yang diukur dalam melihat sebuah perubahan sosial yang terjadi.

Kepercayaan merupakan salah satu unsur dari nilai-nilai kebudayaan yang

mengkontruksikan diri didalam keyakinan masyarakat, baik itu terhadap kepercayaan

yang bersifat agamis, maupun kepercayaan kepada leluhur.

Kepercayaan adalah kemauan seseorang untuk bertumpu pada orang lain

dimana kita memiliki keyakinan padanya. Kepercayaan merupakan kondisi mental

yang didasarkan oleh situasi seseorang dan konteks sosialnya. Ketika seseorang

mengambil suatu keputusan, ia akan lebih memilih keputusan berdasarkan pilihan dari

orang- orang yang lebih dapat ia percaya dari pada yang kurang dipercayai (Moorman,

1993).

Dalam pemahaman kontruksi sosial, kepercayaan dilihat sebagai suatu hasil

dari objektivasi diri manusia yang melibatkan faktor-faktor yang bersifat subjektif

Page 13: Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1 ...

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah

Volume 1, Nomor 1 Januari 2017

www.jim.unsyiah.ac.id/fisip

Perubahan Sosial Maysyarakat Kota Banda Aceh dalam Mitigasi Bencana:

Pelajaran Sosial dari Bencana Tsunami (Putra Rizki Youlan Radhianto,

Khairulyadi) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1. №. 1. Januari

2017 1-18

13

ddidalam dirinya. Objektivasi yaitu hasil yang telah dicapai baik mental maupun fisik

dari kegiatan eksternalisasi manusia tersebut. Hasil itu menghasilkan realitas objektif

yang bisa jadi akan menghadapi si penghasil itu sendiri sebagai suatu faktisitas yang

berada di luar dan berlainan dari manusia yang menghasilkannya. Lewat proses

objektivasi ini, masyarakat menjadi suatu realitas suigeneris.

Pada proses terbentuknya kepercayaan tidak terlepas dari kenyataan dunia

sosial yang telah dipengaruhi oleh faktor pengetahuan yang bereda dimasyarakat.

Pengetahuan-pengetahuan tersebut kemudian coba diobjektivasikan dalam bentuk

suatu kepercayaan yang membuat individu yakin bahwa apa yang telah diketahui

sebagai suatu hasil dari pengamalan dan berguna bagi dirinya.

Dalam kejadian tsunami lalu,masyarakat dapat dilihat sebagai suatu dunia yang

dipengaruhi oleh kepercayaan-kepercayaan yang berlaku didalam. Hal ini dapat dilihat

pada bagaimana masyarakat melakukan ritual keagamaannya seperti mengucapkan

kalimat zikir maupun doa, sebagai bentuk kepercayan mereka terhadap nilai-nilai

agama yang mampu mengatasi sebuah bencana. Kepercayaan yang beredar pada

masyarakat Aceh umumnya dan Banda Aceh khususnya, bencana merupakan sesuatu

yang diberikan tuhan akibat dari dosa yang dilakukan oleh manusia, sehingga ritual-

ritual doa maupun ucapan-ucapan keagamaan kemudian menjadi suatu yang pasti akan

coba ditempuh sesuai dengan tuntunan dan kepercayan yang berlaku untuk sedemikian

rupa dapat mengatasi bencana.

Pasca tsunami, seiring dengan berkembangnya pengetahuan baru dimasyarakat

terkait dengan mitigasi bencana dan juga pengalaman yang telah dirasakan, kemudian

melahirkan sebuah kepercayaan baru yang mengkontruksi sebagai proses objektivasi

terhadap pengetahuan yang ada. Kepercayaan baru ini kemudian lebih bersifat sekuler,

dimana keterlibatan kepercayaan religus bergeser kepada kepercayaan yang bersifat

ilmiah (saintifik). Kepercayaan ini kemudian menjadi sebuah pendorong masyarakat

lebih inovatif dalam hal penanggulangan bencana. Dalam kontruksi sosial proses ini

dianggap sebagai suatu bentuk hirarkis dari sebuah model terbentunya perubahan

sosial.

- Tindakan Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana Pra Tsunami dan Pasca

Tsunami

Tindakan meurupakan suatu bentuk aktualisasi suatu pikiran kedalam suatu

perbuatan. Tindakan pada waktu tertentu juga dapat dilihat sebagai suatu perilaku yang

terdorong oleh adanya pemahaman maupun nilai kepercayaan didalamnya. Tindakan

masyarakat dalam menghadapi bencana khususnya tsunami, dapat digolongkan sebagai

suatu proses yang telah mengalami pengaruh dari pikiran maupun nilai-nilai yang

terkandung pada masyarakat tersebut.

Page 14: Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1 ...

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah

Volume 1, Nomor 1 Januari 2017

www.jim.unsyiah.ac.id/fisip

Perubahan Sosial Maysyarakat Kota Banda Aceh dalam Mitigasi Bencana:

Pelajaran Sosial dari Bencana Tsunami (Putra Rizki Youlan Radhianto,

Khairulyadi) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1. №. 1. Januari

2017 1-18

14

Pada tataran teoritis tindakan dapat dilihat sebagai sebuah pemaknaan dari

suatu realita dunia sosial yang telah teraktualisasi kedalam suatu bentuk. Dalam

pendekatan kontruksi sosial, tindakan bisa dilihat sebagai suatu bagian dari proses

internalisasi yang sangat berkaitan erat dengan proses eksternalisasi dan objektivasi

dan merupakan suatu kesatuan dealektis yang tidak dapat dipisahkan.

Sesuai dengan penjelasan teoritis diatas, tindakan masyarakat Kota Banda Aceh

yang dilakukan baik pra tsunami, tsunami, dan pasca tsunami sangat dipengaruhi oleh

pengetahuan dan juga kepercayaan yang berkembang dilingkungannya. Hal ini dapat

dilihat ketika bencana tsunami terjadi, masyarakat menyimpulkan bahwa tindakan

yang dipengaruhi oleh nila-nilai keagaman sangat memungkinkan dapat

menyelamatkan mereka dari bencana, sehingga saat tsunami terjadi banyak masyarakat

yang melarikan diri ke tempat-tempat ibadah atau pun melakukan ritual-ritual

keagamaan seperti azan, berzikir, dan juga berdoa.

Tetapi berbeda halnya ketika pasca tsunami, seiring dengan munculnya

pengetahuan baru dan pengalaman yang dihadpi pada masa lalu. Tindakan masyarakat

kemudian lebih teraktualisasikan kedalam tindakan-tindakan yang lebih terukur. Hal

ini sangat dipengaruhi oleh pengetahuan dan kepercayaan yang beredar pasca tsunami

dengan dibentuknya program-program intervensi seperti mitigasi bencana oleh pihak

NGO Nasional maupun Internasional. Ini menunjukkan bahwa tindakan sangat

dipengaruhi oleh faktor- faktor eksternal dan objektifitas maupun subjektifitas

masyarakat. seluruh proses tersebut memiliki korelasi ilmiah sehingga terbentuknya

suatu tindakan yang bersifat empiris.

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan dan analisa data penelitian perubahan sosial

masyarakat Kota Banda Aceh dalam mitigasi bencana: pelajaran sosial dari bencana

tsunami, maka dapat disimpulkan bahwa faktor yang menyebabkan terjadinya

perubahan sosial dimasyarakat kota Banda Aceh dalam hal mitigasi bencana

disebabkan oleh tiga faktor yaitu: pengetahuan (eksternalisasi), kepercayaan

(objektivasi), dan tindakan (internalisasi). Ketiga hal tersebut merupakan suatu proses

dealektis yang saling berkaitan satu dengan lainnya.

Faktor pengetahuan (eksternalisasi) yang dimaksud adalah dimana masyarakat

dalam hal ini sangat dipengaruhi oleh dunia sosialnya yang berupa pengetahuan yang

ia dapatkan dari proses formal maupun non formalnya. Hal tersebut yang kemudian

menjadi berpengaruh pada pengetahuan yang berkembang dimasyarakat dalam hal ini

terkait dengan mitigasi bencana. Pengetahuan pra tsunami dan pasca tsunami tentunya

memiliki perbedaan yang signifikan, dimana pengetahuan tentang cara menghadapi

bencana pra tsunami lebih dipengaruhi oleh nilai yang berkembang ditingkat lokal

dalam hal ini nilai-nilai religusitas dan doktrin kultural. Namun pasca tsunami hal itu

Page 15: Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1 ...

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah

Volume 1, Nomor 1 Januari 2017

www.jim.unsyiah.ac.id/fisip

Perubahan Sosial Maysyarakat Kota Banda Aceh dalam Mitigasi Bencana:

Pelajaran Sosial dari Bencana Tsunami (Putra Rizki Youlan Radhianto,

Khairulyadi) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1. №. 1. Januari

2017 1-18

15

bergeser, seiring dengan pengetahuan baru yang didapat melalu mitigasi bencana

maupun pengalaman masa lalu, maka pengetahuan yang berkembang sangat bersifat

sekuler dan terukur tanpa namun tetap dipengaruhi oleh nilai-nilai religusitas.

Faktor selanjutnya adalah kepercayaan (objektifasi), faktor ini sangat

dipengaruhi oleh pengetahuan (eksternalisasi), dimana pengetahuan yang berkembang

ditengah masyarakat kemudian sebisa mungkin diobjektivasikan untuk mempengaruhi

subjektifitasnya dalam melihat bencana. Dalam proses objektivasi ini masyarakat

kemudian menerjemahkan pengetahuan yang mereka dapatkan menjadi suatu

kepercayaan dalam dirinya. Pada proses pra tsunami, kepercayaan yang diratifikasi

oleh masyarakat sesuai dengan pengetahuan yang mereka miliki, yang erat kaitannya

dengan religusitas dan nilai-nilai lokal. Pasca tsunami seiring dengan berkembangnya

pengetahuan-pengetahun mengenai bencana yang bersifat universal, maka

kepercayaan masyarakat pun sangat dipengaruhi pengetahuan tersebut. Hal ini dapat

dilihat dari bagaimana kemudian masyarakat melihat bencana tidak hanya sebagai

suatu yang bersifat musibah, namuan bencana kemudian dipercayai sebagai suatu

proses gejala alamiah yang disebabkan oleh pergerakan bumi.

Faktor terakhir yang menentukan terbentuknya suatu kontruksi sosial yang

kemudian melahirkan perubahan sosial adalah faktor tindakan (internalisasi). Faktor

yang merupakan suatu hasil dari proses pengetahuan dan kepercayaan ini kemudian

melahirkan suatu perilakunya dalam menghadapi bencana. Pada saat pra tsunami,

tindakan yang dilakukan sangat bersifat ritual dan tidak terukur. Namun pasca tsunami

seiring dengan pengetahuan yang berkembang dan memperngaruhi kepercayaan

masyarakat, maka tindakan yang dilakukan dalam menghadapi bencana lebih terukur

dan mengalami perubahan yang sangat signifikan. Hal ini tidak terlepas dari proses

dealektis yang saling berpengaruh satu dengan lainnya.

Dari semua hal yang dijelaskan di atas dapat ditarik suatu kesimpulan sampai

saat ini memang belum ada suatu pengetahuan, kepercayaan, maupun tindakan yang

baku dalam hal mitigasi bencana. Namun segala bentuk yang hadir hari ini merupakan

suatu proses yang cukup dinamis dan universal terkait dengan pengalaman dalam

menghadapi bencana. Hal ini sangat terkait dengan pelajaran sosial yang dapat diambil

oleh masyarakat pada bencana tsunami silam, yang mana bencana tersebut membentuk

suatu kontruksi baru pada masyarakat sehingga terjadinya suatu perubahan sosial.

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Arikunto, Suharsimi. (2006). Metode Penelitian.Jakarta: Rineka Cipta.

Daymont, Cristine. (2008). Metode Riset Kualitatif. Jakarta: Bentang.

Page 16: Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1 ...

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah

Volume 1, Nomor 1 Januari 2017

www.jim.unsyiah.ac.id/fisip

Perubahan Sosial Maysyarakat Kota Banda Aceh dalam Mitigasi Bencana:

Pelajaran Sosial dari Bencana Tsunami (Putra Rizki Youlan Radhianto,

Khairulyadi) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1. №. 1. Januari

2017 1-18

16

James Midgley, (2013). Social Development : Theory and Practice. Los Angeles :

SAGA.

Johnson, Sociological Theory, II (1986). terj. Robert M.Z. Lawang, Teori

Sosiologi Klasik dan Modern, Jilid II, Jakarta: Gramedia.

Kinloch, Graham C (2005). Perkembangan dan Paradigma Utama Teori Sosiologi,

Bandung: Pustaka Setia.

Lexy J Moleong. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Luckman, Peter. L. Berger. (2012). Tafsir Sosial Atas Kenyataan: Risalah tentang

Sosiologi Pengetahuan. Jakara : LP3ES

Martono, Nanang. 2011. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta; Rajawali Pers.

Permana, C.E. (2010). Kearifan Lokal Masyarakat Baduy dalam Mitigasi Bencana.

Jakarta: Wedatama Widya Sastra

Poloma, M. Margareth (1987). Sosiologi Kontemporer, Jakarta: Rajawali Pers.

Pribadi, K. S., & Merati, G. W. (1996). Mitigasi Bencana.

Rudito, Bambang dan Famiola, Melia. (2013). Social Mapping Metode Pemetaan

Sosial : Teknik Memahami Suatu Masyarakat atau Komuniti. Bandung.

RekayasaSains

Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. (2009). Teori Sosiologi Modern. Jakarta:

Kencana.

Ritzer, George & Goodman, Douglas J (2004). Modern Sociological Theory, 6th

edition, terj. Alimandan, Teori Sosiologi Modern, Jakarta: Prenada Media.

Soekanto, Soerjono (1990). Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali Pers

Sugiyono. (2010). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Alfabeta.

Suyanto, Bagong, and Sutinah. (2005) Metode Penelitian Sosial. Kencana.

Suwarsono, Suwarsono, dan Y. SO, (1994) Perubahan Sosial dan Pembangunan.

LP3ES, Jakarta

Sztompka, Piötr. (2008). Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada.

Page 17: Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1 ...

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah

Volume 1, Nomor 1 Januari 2017

www.jim.unsyiah.ac.id/fisip

Perubahan Sosial Maysyarakat Kota Banda Aceh dalam Mitigasi Bencana:

Pelajaran Sosial dari Bencana Tsunami (Putra Rizki Youlan Radhianto,

Khairulyadi) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1. №. 1. Januari

2017 1-18

17

Umar, Husein. (2009). Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis.

Undang-Undang

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana

Qanun No.3 Tahun 2011 tentang susunan organisasi dan tata kerja badan

penanggulangan bencana daerah Kota Banda Aceh.

Tulisan Ilmiah/Jurnal

Aguirre, B. E. (2002). Can sustainable development sustain us? International

Journal of Mass Emergencies and Disasters, 20(2), 111-125

Albala-Bertrand, J. M. (2000). Responses to complex humanitarian emergencies

and natural disasters: An analytical comparison. Third World Quarterly, 2,

215-227

Arnold, C. (1986). Occupant behavior related to seismic performance in a high-

rise office building. Earthquake Engineering Research Institute.

Bates, F.L. and Pelanda, C. (1994) “An Ecological Approach to Disasters” in

Dynes, R.R., and Tierney K. (Eds.). (1994). Disasters, collective behavior

and social organization. Newark, DE: University of Delaware Press: 145-

159

Cecep,Raden, et al. (2011). Kearifan Lokal Tentang Mitigasi Bencana Pada

Masyarakat Badu. Jurnal Makara, Sosial Humaniora, Vol. 15, No. 1, Juli

2011: 67-76

Kreps, G.A. 1984. Sociological Inquiry and Disaster Research. Annual Review of

Sociology, Vol. 10. No.1, hal. 309-330.

Ma’arif, S. (2010). Bencana dan Penanggulangannya: Tinjauan dari Aspek

Sosiologi. Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana, Vol. 1, 1-17.

Maarif, Syamsul, et al. (2015). Kontestasi Pengetahuan Dan Pemaknaan Tentang

Ancaman Bencana Alam. ISSN 2087636X: 1.

Moorman, Christine, Rohit Deshpande, and Gerald Zaltman. (1993). Factors

affecting trust in market research relationships. The Journal of Marketin,

hal. 81-101.

Prelog. J Andrew, (2010). Social Change and Disaster. Annotated Bibliography

Page 18: Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1 ...

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah

Volume 1, Nomor 1 Januari 2017

www.jim.unsyiah.ac.id/fisip

Perubahan Sosial Maysyarakat Kota Banda Aceh dalam Mitigasi Bencana:

Pelajaran Sosial dari Bencana Tsunami (Putra Rizki Youlan Radhianto,

Khairulyadi) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1. №. 1. Januari

2017 1-18

18

Subiyantoro, I. (2010). Selayang Pandang tentang Bencana. Jurnal Dialog

Penanggulangan Bencana, Vol. 1, 43-46.

Siasah. Dr. Muhsinatun et al. (2010). Sosialisasi Pendidikan Mitigasi Pada

Lingkungan Rawan Bencana. Karya Ilmiah Kebencanaan.

Skripsi

Haiqal, Muhammad. (2015). Efektivitas Bangunan Penyelamat Sebagai Upaya

Mitigasi Bencana Tsunami Di Kota Banda Aceh. Pasca Sarjana Universitas

Gajah Mada.

Internet

ASEAN, “ASEAN Agreement on Disaster Management and Emergency Respone”,

http://www.aseansec.org/17579. (diakses 10 September 2015)

(http://regional.kompas.com/read/2014/12/25/20093411/Aceh.Tidak.Siap.jika.Ada.Be

ncana.Lagi).htm, diakses 10 September 2015

(http://nasional.tempo.co/read/news/2012/04/16/058397416/gedung-penyelamat-

diabaikan-warga-aceh-saat-gempa). (diakses 10 September 2015)

(http://dibi.bnpb.go.id/). (diakses 10 September 2015)

(http://id.wikipedia.org/wiki/Gempa_bumi_dan_tsunami_Samudra_Hindia_2004)(dia

kses 10 September 2015)