Quality Control Pesawat Mammografi
-
Upload
samu-simamesa -
Category
Documents
-
view
884 -
download
10
Transcript of Quality Control Pesawat Mammografi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Quality assurance (QA) adalah suatu program manajemen yang dimanfaatkan untuk
memastikan kesempurnaan pelayanan kesehatan dengan menggunakan sistem
pengumpulan data dan evaluasi data yang sistematik.Quality control (QC) adalah bagian
dari program QA yang meliputi teknik monitoring dan pemeliharaan alat sistem radiologi
(Papp, 2006). QA dan QC telah lama dikenal di dunia radiologi.Joint Commossion on the
Accreditation of Hospital (JCAH) mengungkapkan bahwa salah satu tanggung jawab
kepala instalasi pelayanan radiologi adalah menjaga program QC untuk meminimalisir
pengulangan prosedur pemeriksaan yang merugikan serta menghasilkan informasi
diagnostik berkualitas tinggi (Gray, 1983).Penerapan QA dalam setiap prosedur
radiografi diharapkan mampu memberi manfaat dalam penanganan pasien, memastikan
agar setiap radiograf yang dihasilkan mempunyai nilai informasi diagnostik yang akurat,
serta memberi kemungkinan minimal terhadap dosis radiasi dan efisiensi biaya
pemeriksaan.(NCRP, 1988).Pembenaran yang nyata bagi upaya QA dan QC terletak
dengan hasil yang dapat diperoleh, yang disebut sebagai 3 D (dose, diagnosis, dollar)
(Papp,2006). Dosis yang sekecil-kecilnya, diagnosa yang akurat, serta biaya yang murah
dapat menjamin kualitas pelayanan radiologi.
Kualitas didalam pelayanan radiologitidak dapat terlepas dari kepuasan pelanggan
instalasi radiologi.Oleh karena itu kualitas pelayanan juga berarticustomer
satisfaction.Keberhasilan dalam pelayanan radiologi untuk mencapai tujuan customer
satisfaction sangat dipengaruhi oleh kegiatan program jaminan mutu (QAP) dan program
kendali mutu (QCP). Program jaminan mutu merupakan cakupan keseluruhan program
manajemen yang diterapkan untuk menjamin keprimaan pelayanan kesehatan.Melalui
kegiatan ini, informasi diagnostik yang memadai dengan biaya serendah mungkin dan
dosis sekecil mungkindapat dicapai sehingga tujuan kepuasan pasien sebagai customer
terpenuhi. Sedangkan program kendali mutu (QCP) merupakan bagian dari QAP yang
berhubungan dengan teknik-teknik pengawasan dan pemeliharaan elemen-elemen teknis
suatu sistem imejing yang berpengaruh terhadap kualitas/mutu gambar.Program Jaminan
1 R Sammuel Mamesa| MedPhys
Mutu di radiologi hendaknya di ikuti juga oleh program Kendali Mutu, karena dalam
program kendali mutu terdapat bagian-bagian yang meliputi pemeriksaan peralatan,
lingkungan kerja, serta pengujian kinerja dalam pelaksanaan kegiatan radiologi.Bila
kualitas radiograf yang dihasilkan buruk (low quality) maka akan berimbas pada dosis
yang berlebihan terhadap pasien serta biaya yang menjadi lebih besar karena timbulnya
pengulangan/penambahan pemeriksaan yang seharusnya tidak diperlukan. Kebalikannya
bila kualitas radiograf yang dihasilkan baik (high quality) maka ketepatan diagnosa yang
akurat, dan cepat ( tepat waktu ) akan menjadikan sebagai bentuk kepuasan terhadap
pelanggan (customer satisfaction). Oleh karena itu peralatan pencitraan, sebagai salah
satu bagian penting yang mempengaruhi proses terbentuknya hasil radiograf yang
berkualitas perlu mendapatkan perhatian khusus dalam program kendali mutu (QCP).
Mamografi merupakan salah satu teknik radiografi pada payudara yang menggunakan
sinar X berenergi rendah yang bertujuan untuk mendeteksi adanya lesi atau kelainan pada
organ payudara (Djarwani ,) .Teknik ini dapat mendeteksi tumor kecil sebelum gejala
klinik yang lebih jelas muncul ( The British Journal of radiology, June 1997). Sebuah
perubahan kecil dalam teknik atau faktor prosesing dapat memberikan efek yang
signifikan pada kualitas gambar dan dosis radiasi yang diterima pasien. Untuk
menghasilkan mamografi dengan dosis terendah dengan tingkat sensitivitas dan
spesifisitas diagnosa yang tinggi, maka dibutuhkan pemilihan secara tepat faktor eksposi,
posisi pasien, dan teknik imejing yang penerapannya termasuk dalamprogram kendali
mutu (AAPM report no.29 tahun 1990).
Program kendali mutu pada pesawat mamografi bertujuan agar pesawat tersebut dapat
bekerja secara optimal sehingga menghasilkan diagnosa yang tepat, meningkatkan
efisiensi, mengurangi biaya, dan mengurangi dosis radiasi yang tidak diperlukan bagi
pasien (Bushong, 2001). Food and Drug Administration(FDA) Amerika Serikat ,
American College of Radiology (ACR) dan Mammography Quality Standards Act
(MQSA) memberikan rekomendasi bahwa batas dosis di glandular pada ketebalan
payudara 4.5 cm setelah dikompresi adalah 3.0 mGy per eksposi karena jaringan tersebut
menunjukkan resiko yang tinggi untuk perkembangan karsinoma. Pada Jurnal tentang
Quality Control Programme in Mammography: second level quality controls oleh
E.Nassivera dan L.Nardin yang diterbitkan oleh The British Journal of Radiology tahun
2 R Sammuel Mamesa| MedPhys
1997 dinyatakan bahwa nilai batas Entrance Surface Dose yang bisa diterima adalah < 12
mGy.Fisikawan medis merupakan bagian penting dalam tim kendali mutu diharapkan
dapat bekerja sama secara penuh dan memberikan perhatian yang lebih dalam program
kendali mutu.
B. Tujuan Penulisan
Mengetahui kegiatan kegiatan QC Radiologi pada pesawat Mammografi yang
bertujuan untuk menjaga konsistensi pesawat mammografi dalam menghasilkan
gambaran radiografi dengan kontras serta resolusi yang baik, serta menjaga agar dosis
yang diterima pasien berada pada batas yang telah ditetapkan.
3 R Sammuel Mamesa| MedPhys
BAB II
TINJAUAN TEORI
Perangkat Pesawat Mammografi
Menurut (Papp,2006) pesawat mamografi (dedicated mammography equipment)
terdiri dari :
1.Generator Sinar-X
Generator sinar-X digunakan dalam pesawat mamografi harus terdesain sepenuhnya
untuk pencitraan mamografi. Semua generator sinar-X pada mamografi menggunakan
tiga fase atau biasa disebut dengan high frequency untuk mengurangi kebutuhan ruang
pada unit pesawat. Rentang kVp yang tersedia pada sebagian besar pesawat mamografi
antara 20-35 kVp dengan arus sebesar 80 – 100 miliampere.
Gambar 1 Generator dan Rangkaian Listrik pada Mammografi
1. Tabung Sinar-X
Secara garis besar, tabung sinar X pada pesawat Mammografi tersusun atas :
a. Window Tabung Sinar X:Pada pesawat konvensional dan fluroskopi menggunakan
bahan window dari kaca (esensial silikon dengan nomor atom 14). Pesawat
mamografi menggunakan lapisan kaca yang lebih tipis yaitu berrilium (nomor
4 R Sammuel Mamesa| MedPhys
atom = 4). Filter bawaan berrilium yaitu 0.1 mm Al setara dengan 0.5 mm Al pada
pesawat konvensional.
b. Target Anoda :Pada mamografi menggunakan komposisi target molibdenum,
rhodium, atau tungsten. Sinar-X yang dihasilkan oleh komposisi target diatas
adalah kombinasi dari sinar-X bremstrahlung dan sinar-X karakteristik.
c. Ukuran Titik Fokus : Besarnya ukuran titik focus dalam mammografi sangat
mempengaruhi kualitas citra mammogram yang dihasilkan. Resolusi spasial yang
dibutuhkan dalam penggambaran mamografi lebih besar daripada penggambaran
konvensional radiografi, karena diperlukan untuk menampakkan mikrokalsifikasi.
Rentang ukuran titik fokus yang digunakan yaitu 0.1 - 0.6 mm.
d. SID (source image distance) :SID yang digunakan pada mamografi adalah 50 – 80
cm. Secara efektif ditetapkan oleh FDA setidaknya minimun SID pada mamografi
adalah 55 cm.
2. Kompresi: Pada pesawat mamografi modern harus memiliki perangkat kompresi
(compression paddle) yang biasanya terbuat dari bahan plastik. Kompresi ini bertujuan
untuk membuat bentuk anatomi mammae lebih menyebar sehingga daerah patologi
pada jaringan – jaringan pada mamae dapat terlihat jelas. Selain itu, kompresi juga
akan mempengaruhi hasil mammogram yang dihasilkan sehingga lebih tajam dan
radiasi hambur yang dihasilkan juga akan lebih minimal.
Gambar 2. Mammae yang dilakukan Kompresi
5 R Sammuel Mamesa| MedPhys
Gambar 3. Kompresi pada Mammae dengan Compression Paddle
3. Grid : Pada tahun 1978, Fisikawan dari Jerman, Friedrich menemukan bahwa 44%
dari total radiasi pada mammografi adalah radiasi hambur. Hal inilah yang mendasari
penggunaan grid pada mammografi. Rasio grid dari 3:1 – 5:1 dengan frekuensi 30
lines/cm dan fokus pada sumber sinar-X.
4. Reseptor Gambar : Pokok pada pelaksanaan pemeriksaan mamografi adalah
penggunaan kombinasi film dan screen sebagai reseptor gambar. Film yang digunakan
adalah emulsi tunggal untuk menghilangkan efek paralak dan crossover. Fosfor rare
earth (biasanya mengandung ytrium) digunakan dalam intensifying screen untuk
membantu mengurangi dosis dan meningkatkan kontras gambar. Reseptor gambar
digital menggunakan CCD (charge-coupled devices) atau plat imejing yang mirip
penggunaannya pada digital radiografi sekarang.
Gambar 4 . Bagian bagian dalam Pesawat Mammografi
6 R Sammuel Mamesa| MedPhys
Gambar 5. Pesawat Mammografi
B. Film – Screen Mammografi
Ada 4 tipe reseptor gambar yang telah digunakan untuk mamografi yaitu: direct
exposure film, xeroradiografi, film-screen dan detektor digital. Hanya film-screen dan
detektor digital yang digunakan sampai saat ini, yang lainnya sudah tidak digunakan lagi
(Bushong,2001)
Intensifying screen (IS) dan film radiografi yang digunakan dibuat khusus untuk
mamografi. Film menggunakan emulsi tunggal dengan sebuah single back screen.
Dengan aransemen seperti ini sehingga tidak ada efek crossover. Butiran emulsi yang
berbentuk bundar diganti dengan yang berbentuk kotak di dalam film. Oleh karena itu
tipe film harus disamakan dengan emisi cahaya yang berkaitan dengan IS. Emulsi khusus
yang digabungkan dengan material rare earth juga bisa digunakan.
Kombinasi film-scren ditempatkan pada kaset khusus yang dirancang dengan
pelindung depan yang memiliki nomor atom kecil supaya sedikit atenuasi. IS digunakan
untuk menambah kecepatan sistem imejing, serta menghasilkan dosis pasien yang rendah.
Posisi IS dan film pada kaset adalah penting, permukaan film harus berada diatas
screen, film harus lebih dekat terhadap tabung pesawat sinar-X daripada IS. Bila
posisinya terbalik maka akan menghasilkan kekaburan dari screen. Posisi emulsi yang
mengarah pada screen akan menghasilkan resolusi spasial yang lebih baik (Bushong,
2001).
7 R Sammuel Mamesa| MedPhys
Gambar 6. Film pada Mammografi
A. Mammografi Digital
Mammografi digital adalah sistem mamografi yang pada dasarnya sama seperti
mamografi konvensional, tetapi dilengkapi denganreseptor digital dan komputer bukan
sebuah kaset film.Menurut Peart (2005) dalam digital mamografi karakteristik gambar
digital terdiri dari:
1. Piksel dan Matrik Gambar: Gambar matriks mengacu pada tata letak sel dalam baris
dan kolom setiap sel sesuai dengan lokasi spesifik dalam gambar. Angka dalam sel
merupakan pencerminan tingkat kecerahan dan intensitas di lokasi sel tersebut.
2. FOV (field of view): FOV dapat didefinisikan parameter yang mengontrol ukuran dari
bagian yang akan dicitrakan, sedangkan ukuran piksel adalah batasan tertentu yang
mengendalikan resolusi gambar.
3. Dynamic Range: Gambar yang dibuat pada perangkat digital atau CR ditampilkan
sebagai intensitas matrik. Dynamic Range adalah rentang nilai pada suatu pada sistem
dapat merespon intensitas matrik dan dikenal sebagai rentang skala abu-abu. Dynamic
range merujuk pada jumlah warna abu-abu yang diwakili pada setiap piksel. Nilai
dynamic range yang rendah akan meiliki nilai kontras yang besar namun memiliki
rentang latitude yang kecil dan kebalikannya.
4. Windowing : pemrosesan gambar dapat dimungkinkan hanya dengan sebuah window
dari seluruh rentang dinamis untuk dilihat pada monitor komputer. Dengan windowing
8 R Sammuel Mamesa| MedPhys
radiografer dapat mempersempit atau memperluas FOV untuk di fokuskan pada
daerah yang di inginkan.
5. Frekuensi Spasial: frekuensi spasial diukur dalam pasang baris per sentimeter (lp/cm)
atau dalam pasang baris per milimeter (lp/mm). Kemampuan gambar dengan frekuensi
spasial tinggi berarti kemampuan untuk menampilkan gambar objek yang sangat kecil
juga memberikan resolusi spasial yang lebih baik.
6. Noise: Semua digital imejing memiliki noise. Noise adalah informasi latar belakang
acak yang terdeteksi tetapi tidak memberikan kontribusi pada kualitas gambar.
Kebanyakan gambar digital statis akan mengandung beberapa noise visual. Noise
dapat mengurangi kontras pada gambar.
7. Display Kontras: Display kontras dalam penggambaran digital ditentukan oleh window
level. Window adalah rentang intensitas yang ditampilkan. Penggambaran digital
memiliki rentang latitude yang luas yang disebut dynamic range.
Teknologi detektor pada mamografi digital dibagi menjadi dua yaitu langsung dan
tidak langsung. Pada sistem langsung sinar-X diserap oleh detektor dan sinyal elektrik
dibentuk dalam satu langkah. Detektor Selenium (Se) flat panel biasa digunakan pada
sistem langsung. Se ideal bagi sistem mamografi karena dapat menyerap efisiensi sinar-X
yang tinggi, resolusi yang tinggi, rendah SNR, dan efisiensi dosis. Tidak terdapat radiasi
hambur (scatter) yang biasa menjadi masalah yang sering muncul pada sistem tidak
langsung, dan resolusi spasial hanya dibatasi oleh ukuran piksel, maka ukuran piksel
yang optimal ditentukan oleh pembatasan sistem display, sistem informasi , dan proses
pembuatan. Sinyal elektronik pada sistem langsung dikumpulkan dengan little lateral
spread ,tapi untuk dapat menerima ini lapisan selenium harus relatif tebal. Thin film
transistor (TFT) arrays digunakan untuk mentransfer sinyal elektronik dari selenium
fotokonduktor ke komputer.
Sistem tidak langsung melakukan proses dengan dua langkah seperti pada kombinasi
sistem film dan screen. Sebuah scintilator seperti cesium iodida (CsI) digabungkan
dengan thalium menyerap sinar-X dan menghasilkan kilauan cahaya yang kemudian akan
ditangkap oleh sebuah TFDs (thin film diodes array) yang disebut dengan fotodioda,
TFDs merubah foton cahaya menjadi sinyal elektronik yang kemudian ditangkap dengan
menggunakan TFT (Peart,2005).
9 R Sammuel Mamesa| MedPhys
Gambar 7. Perangkat Mammografi Digital
B. Program Jaminan Mutu Pesawat Mammografi
1. Tim Penjamin Mutu Pesawat Mammografi
The American College of Radiology (ACR) dan Mammography Quality Standard
Act (MQSA) diberi kewenangan untuk untuk membuat program kendali mutu dengan
tugas-tugas spesifik yang membutuhkan radiolog (seseorang dokter dengan
spesialisasi radiologi), fisikawan medis (seseorang yang memilki ilmu dan kapabilitas
untuk menguji dan memonitor kemampuan dari peralatan imejing), dan mammografer
(seseorang yang memiliki ijin dan kualifikasi khusus untuk menjalankan pesawat
mamografi).Program kendali mutu dirancang untuk memastikan bahwa radiolog dapat
menghasilkan diagnosa yang tepat melalui gambar mamografi yang berasal dari
peralatan imejing yang baik.(Bushong, 2001).
2. Regulasi Program Kendali Mutu Pesawat Mammografi
The American College of Radiologi's (ACR) Program Akreditasi Mamografi
menyediakan fasilitas dengan tiap laporan dan umpan balik konstruktif tentang
kualifikasi staf, peralatan, quality control (QC), jaminan mutu, kualitas gambar, dan
dosis radiasi. Dikembangkan pada tahun 1987 oleh ACR dan Satuan Tugas Kanker
Payudara, program akreditasi tersebut adalah yang pertama dan terbesar untuk
mamografi. Program ini dilaksanakan oleh ahli radiologi dan ahli fisika medis serta
Komite Akreditasi Mamografi Komisi ACR tentang Mutu dan Keselamatan.
10 R Sammuel Mamesa| MedPhys
Keberhasilan program ACR dalam meningkatkan kualitas mamografi termotivasi
Kongres AS untuk model ketentuan Mammography Quality Standard Act (MQSA)
pada tahun 1992, setelah Program Akreditasi Mamografi (ACR).
FDA telah menyetujui ACR sebagai badan akreditasi untuk film-screen mamografi
dan full field digital mammography / mamografi digital (FFDM) pada peralatan
sebagai berikut: General Electric Senographe 2000D, DS, and Essential, Fischer
Senoscan, Lorad Selenia, Siemens Mammomat Novation, dan Fuji FCR (computed
radiography).ACR pun telah menetapkan beberapa butir penting program kendali
mutu dalam pesawat Mammografi.
Tabel 1. Program Kendali Mutu Pesawat Mamografi (www.ACR.org)
No PengujianMininum
PelaksanaanKriteria Performa
Jangka Waktu Tindakan Pembenaran Untuk QC
Rutin
1.Evaluasi Unit Mamografi
Tahunan Melewati kriteria pabrikanSecepatnya atau 30 hari
setelah diketahui ada masalah
2.Kualitas Gambar
PhantomHarian
Nilai: ≥ 4 fiber, ≥3 speck group , ≥ 3 massa
Secepatnya
3. Missed Tissue Tahunan Tidak boleh melebihi 7 mm Secepatnya
4. Evaluasi AEC TahunanHarus melewati kriteria dari
pabrikanDiantara 30 hari setelah tes
5. Evaluasi Artefak MingguanTidak ada artefak yang
mengganggu gambaran klinisDiantara 30 hari setelah tes
6.Akurasi kVp dan Reproduksibilitas
Tahunan
Akurasi>±5%
Reproduksibilitas C.O.V. >0.02
Secepatnya
7. HVL Tahunan <kVp/100 (mmAl) Diantara 30 hari setelah tes
8. ESE dan MGD TahunanTidak boleh melebihi 3mGy pada ketebalan 4.5 mm ACR
phantomSecepatnya
9.Evaluasi (Ghost
Image)Tahunan
Harus melewati standar kriteria pabrikan
Diantara 30 hari setelah tes
10. Pengujian Kolimator Tahunan
X-ray/light >2% SID, X-ray/IR >2% SID, X-ray/IR
(cw) <0 Diantara 30 hari setelah tes
11.Modulation Transfer
Function (MTF)Tahunan
Harus melewati standar kriteria pabrikan
Secepatnya
12. Noise Empat Bulanan Dapat menampilkan semua Diantara 30 hari setelah tes
11 R Sammuel Mamesa| MedPhys
target terkecil untuk gambaran utama
13. SNR dan CNR TahunanSNR tidak boleh <40, Δ CNR
and Δ SNR tidak boleh >±15%
Diantara 30 hari setelah tes
14. Cek Printer TahunanHarus melewati standar
kriteria pabrikanSecepatnya
15.Viewbox luminasi dan
room iluminasiTahunan
Viewbox tidak boleh melebihi 3000 cd/m2 dan iluminasi
harus 10 luxSecepatnya
16. Kompresi Tengah TahunanTidak boleh melebihi 200
newton / 45 poundsSecepatnya
3. Program Kendali Mutu Pesawat Mammografi
Dalam AAPMReport No.29 (1990), Bushong (2001) dan ACR mengenai
persyaratan-persyaratan peralatan dan pengendalian mutu untuk mamografi, struktur
dari sebuah program kendali mutu harus dikerjakan untuk memantau kemampuan dari
peralatan mamografi dan untuk menyediakan suatu catatan dalam hal kegagalan
mesin. Ketika masalah terlihat dan dicatat, tindakan perbaikan yang sesuai harus
diambil dengan pengujian untuk memverifikasi koreksi masalah. Program kendali
mutu tersebut antara lain :
a. Densitas film: Keseragaman dan konsistensi dari densitas gambar dan kerja nyata
OD seharusnya diperiksa dan dicatat tiap minggu dengan menggunakan
keseragaman gambar pada 4.5 cm PMMA phantom. Eksposi dibuat dengan teknik
yang biasa digunakan dengan peralatan tanpa grid, dengan grid, dan teknik
magnifikasi, menggunakan AEC atau teknik manual, yang manapun yang
digunakan untuk pasien. Keseragaman gambar phantom seharusnya juga di uji
untuk prosesing dan kemungkinan artefak lain.
b. Kontras Gambar: Pengukuran dari perbedaan pada OD, bisa dilakukan dengan dua
langkah yaitu dengan sebuah step wedge alumunium tipis atau lempengan PMMA
tipis (terdiri dari 15 step dari tipe alumunium 1100 ketebalan 0.4 mm ). Tes ini
menampilkan perubahan dalam filtrasi, kVp, emulsi film, dan karakteristik
prosesor. Pengukuran kontras gambar membantu memonitor segala perubahan
dalam kemampuan membuat gambar mamografi, pengukuran tersebut tidak
mendiagnosa masalah yang spesifik. Sebuah perubahan yang besar atau prosedur
12 R Sammuel Mamesa| MedPhys
jangka panjang dalam penilaian densitas atau kontras yang mengindikasikan tes
yang lebih spesifik dari parameter individual yang mempengaruhi kontras –
prosesing film, gradien film, keluaran tabung sinar-X dan kualitas sinar, harus
dilaksanakan untuk lokalisir permasalahan yang aktual.
c. Entrance Skin Exposure (ESE) (free in air): ESE dihubungkan dengan
penggambaran phantom standar yang harus dihitung dengan interval pengukuran
enam bulan sekali untuk teknik yang biasa digunakan- tanpa grid, dengan grid, dan
magnifikasi. ESE dapat dihitung dari pengukuran keluaran tabung.
d. Mean Glandular Dose (MGD) dapat dihitung dari ESE dan HVL untuk komposisi
jaringan tertentu. Sebagai catatan pengukuran eksposi tanpa adanya latar belakang
radiasi hambur dibutuhkan untuk penggunaan pada perhitungan dosis.Menurut
AAPM Report No.29 (1990) Perkiraan dosis pada beberapa variabel utama yang
mempengaruhi dosis pada payudara dalam pemeriksaan mamografi termasuk:
pemilihan sistem penggambaran, prosesing film, kualitas sinar (HVL), kompresi,
komposisi payudara, penggunaan grid, dan densitas optikal guna. Mean Glandular
Dose (MGD) merupakan ukuran yang sering digunakan untuk mengetahui resiko
potensial dari pemeriksaan mamografi dan dapat diperkirakan dengan ketelitian
yang baik. MGD dapat diperkirakan dengan menggunakan tabel untuk penggunaan
anoda ketika telah diketahui tebal jaringan payudara, HVL, dan Entrance Exposure
(free in air). Untuk wanita yang berusia 40 tahun dan yang lebih tua, rata-rata
komposisi jaringan payudara dapat diketahui dengan komposisi adipose 50% dan
jaringan glanduler 50% (50/50).
e. Kondisi viewbox dan pencahayaan ruangan : Kebersihan viewbox untuk memastikan
bahwa viewbox dan kondisi pencahayaan dapat terkendali dengan baik sehingga
kondisi pencahayaan yang optimal terjaga. Permukaan viewbox harus dibersihkan
dengan pembersih kaca dan dengan handuk lembut, pastikan semua kotoran hilang.
Inspeksi harus secara visual diperiksa untuk memastikan cahaya yang seragam dan
untuk memastikan bahwa semua perangkat masking berfungsi normal. Tingkat
pencahayaan ruangan harus diperiksa sebaik mungkin supaya tidak ada cahaya yang
terlalu terang atau redup.
13 R Sammuel Mamesa| MedPhys
f. Keluaran Radiasi: Keluaran radiasi suatu pengujian yang bermanfaat secara
menyeluruh dari kemampuan generator dan tabung dan mungkin dapat meramalkan
kerusakan/kegagalan yang terjadi pada tabung dikemudian hari.
g. Titik Fokus: Kegagalan pada titik fokus terutama sekali pada titik fokus mikro,
dapat diketahui dengan magnifikasi gambar dari pola-pola bintang pada kontras
tinggi atau menggunakan pinhole kamera. Tidak ada rekomendasi seberapa sering
pengujian ini dilakukan, bagaimanapun dasar pola-pola bintang pada film harus
diambil untuk penerimaan pengujian, kemudian disimpan untuk perbandingan jika
ada kemungkinan masalah dengan ukuran titik fokus. Putaran anoda atau hilangnya
penyimpangan mungkin diakibatkan peningkatan ukuran titik fokus.
h. Half Value Layer (HVL): Pengukuran ini seharusnya dilakukan setiap enam bulan
sekali untuk mendeteksi variasi dalam kualitas sinar karena perubahan pada kV atau
filtrasi.
i. Screen: Keseragaman gambar phantom akan dapat dideteksi dari kekotoran atau
screen yang rusak. Frekuensi dari test adalah yang ditentukan ini menurut
kebiasaan dan lingkungan kerja, tapi harus dilaksanakan kurang lebih seminggu
sekali dan setiap screen harus diperiksa tiap bulan oleh mammografer. Inspeksi
visual harus juga dilaksanakan dengan menggunakan sebuah sumber cahaya yang
kuat, dibandingkan dengan lampu standar. Sebuah lampu ultraviolet menyediakan
cara yang tepat untuk mengetahui area screen yang rusak, serta kotoran yang
menempel. Goresan yang dikarenakan kuku dan cincin seperti juga lipatan dalam
screen dapat menyebabkan artefak yang tidak di inginkan. Kontak yang baik antara
screen dan film dapat di uji tiap tengah tahun dengan menggunakan screen tembaga
datar terdiri dari 30-40 mesh(jala-jala). Artefak akibat debu dapat mudah dilihat
dengan sistem emulsi dan screen tunggal. Gambar radiograf harus dapat ditinjau
kembali secara rutin oleh mammografer dan radiolog untuk mengidentifikasi
artefak.
j. Gambar phantom: Berguna untuk memastikan bahwa OD, kontras, keseragaman,
dan kualitas gambar yang dihasilkan pesawat mamografi serta prosesor film terjaga
pada kondisi yang optimal. Percobaan ini menggunakan film dan kaset, serta
phantom yang telah terakreditasi.
14 R Sammuel Mamesa| MedPhys
Penilaian pada gambar phantom, dengan mengidentifikasi banyaknya fiber,
speck groups, dan massa yang tampak kasat oleh mata pada gambar phantom.
Penilaian dibutuhkan pada objek yang dihitung dari objek terbesar ke yang terkecil,
dengan nilai tiap kelompok objek mendapatkan satu nilai dari 1.0, 0.5, atau 0. Fiber
mungkin dihitung 1.0 jika seluruh panjang fiber tampak pada tempat yang tepat dan
dengan orientasi yang benar. Fiber mungkin akan diberi nilai 0.5 jika panjangnya
tampak sebagian terletak pada tempat dan orientasi yang benar, nilai akan 0 jika
fiber hanya tampak kurang dari setengah.
Speck group (bercak kelompok) mungkin dapat dihitung dengan nilai 1.0 jika
empat atau lebih dari enam bercak terlihat dengan menggunakan kaca pembesar.
Nilai 0.5 didapat bila bercak kelompok kurang dari dua dari 6 bercak kelompok,
jika kurang dari dua yang tampak maka nilainya 0.
Massa dapat dihitung dengan nilai 1.0 bila DD tampak pada lokasi yang benar
dengan batas lingkaran. Nilai 0.5 mungkin diberikan pada massa jika DD terlihat
pada tempat yang tepat namun bentuknya tidak lingkaran, jika hanya sebuah DD
maka nilainya 0. Nilai minimun yang ditentukan oleh ACR adalah empat fiber, tiga
speck groups, dan tiga massa. Nilai tersebut merupakan batas minimun dari
rekomendasi ACR untuk dapat melewati akreditasi ACR.
k. Cek list visual : Dilakukan untuk memastikan bahwa sistem pencahayaan, display,
semua hal yang berkaitan dengan peralatan mamografi berfungsi dengan baik dan
memastikan kinerjanya optimal. Mammografer harus meninjau kembali semua item
pada daftar dan mengindikasikan kondisi masing-masing alat, jika ada sebagian alat
yang belum tercantum pada dafrtar maka bisa ditambahkan kedalam daftar. Ini
membantu untuk memastikan keselamatan pasien, menghasilkan gambar yang
berkulitas , dan kenyamanan operator. Jika ada alat yang gagal saat pemeriksaan
visual secepatnya langkah selanjutnya harus dilakukan untuk memperbaiki keadaan
yang terjadi, check list harus diberi tanggal dan diparaf.
l. Evaluasi Artefak pada Detektor dan Printer : Tes ini untuk menganalisa apakah
terdapat artefak yang mengganggu hasil gambaran radiograf mamografi. Pada
detektor seperti debu pada gambar yang tampak sebagai titik putih, goresan pada
plat imejing dan reader yang kotor berupa garis putih, roller mark yang terindikasi
15 R Sammuel Mamesa| MedPhys
sebagai kerusakan selama skening. Sedangkan pada printer biasanya diakibatkan
karena kerusakan dari printer itu sendiri (Peart,2005).
m.Pengujian pada alat kompresi : Pengujian ini dilakukan guna memastikan sistem
pada mamografi dapat menyediakan kompresi yang cukup pada mode manual
maupun otomatis untuk kecukupan waktu yang diperlukan. Pengujian ini juga harus
dapat memperlihatkan peralatan tersebut tidak memberikan kompresi yang
berlebihan pada pasien.
Hasilnya tidak boleh melebihi nilai 45 lbs pada pengaturan otomatis.Jika ini
terjadi maka alat kompresi harus dikalibrasi ulang supaya hal tersebut tidak terjadi.
Kedua pengaturan tersebut seharusnya dapat melakukan kompresi dari 25 hingga 45
lbs dan menahan proses ini kurang lebih selama 15 detik. Jika pengaturan gagal
untuk meraih standar capaian tersebut maka alat seharusnya dapat menyesuaikan
dengan baik.
n. CNR dan SNR : CNR (contrast noise to ratio) adalah suatu ukuran dari kemampuan
detektor-detektor untuk membedakan antara objek dalam satu gambaran dan noise
pada gambaran. SNR (signal noise to ratio) adalah suatu perbandingan dari tingkat
sinyal yang didapatkan dengan noise background . Fungsi dari pengujian tersebut
adalah untuk mengevaluasi noise dan kontras pada digital mamografi dengan
menggunakan eksposi yang tetap.
o. MTF (modulation transfer function) adalah pengukuran ketajaman gambar pada
digital mamografi.
16 R Sammuel Mamesa| MedPhys
BAB III
PENATALAKSANAAN KENDALI MUTU MAMMOGRAFI
A. Uji Ukuran Titik Fokus (Focal Spot)
1. Alat dan Bahan :
a. Multiple Pinhole Test Tool
Alat ini digunakan untuk melakukan pengukuran besar titik fokus pada pesawat
mammografi. Terbuat dari stainless steel dengan ukuran 8,5 x 5,5 cm. Tersusun atas
54 buah lubang kecil ( 9 kolom dan 6 baris) dengan diameter 50μm. Jarak antar
lubang adalah 1 cm yang diukur dari titik tengah lubang.
b. Film
c. Densitometer
2. Metode Pengujian :
a. Multiple Pinhole Test Tool diletakkan pada kolimator X Ray Mammografi dan
diletakkan pada posisi tegak lurus terhadap medan berkas sinar X
b. Atur jarak FFD sebesar 60 cm
c. Faktor Eksposi yang diberikan pada pesawat mammografi tersebut sebesar 26 kV
dan 32 mAs
d. Lakukan pengukuran densitas citra yang dihasilkan. Densitas citra yang dihasilkan
harus bernilai satu. Bila belum bernilai satu, maka eksposi harus diulang kembali
sampai densitas mencapai satu.
e. Ukur besarnya panjang dan lebar focal spot tersebut dengan rumus berikut :
,
dengan F1 adalah ukuran panjang titik focus, Fw adalah ukuran lebar titik focus, l
dan w sebagai besaran panjang dan b lebar titik focus pada film, sedangkan d adalah
ukuran jarak dari titik fokus yang ada di sebelah kiri fokus tengah sampai titik fokus
yang ada di sebelah kanan fokus tengah.
17 R Sammuel Mamesa| MedPhys
Gambar 8. Metode Pengukuran Focal Spot pada pesawat mammografi
B. Uji Nilai Entrance Skin Eksposure (ESE)
1. Alat dan Bahan :
a. Phantom Mammografi PMMA ukuran 10,8 cm x 10,15 cm x 4,4 cm
b. Detektor Radiasi Rad Check
Gambar 9. Phantom untuk Evaluasi ESE
2. Metode Pengujian :
a. Pengukuran keluaran output dilakukan dengan meletakkan Rad Check pada bagian
tengah meja compressor mammografi dan tegak lurus terhadap medan radiasi
berkas sinar X tersebut
18 R Sammuel Mamesa| MedPhys
b. Berikan eksposi pada beberapa variasi nilai tegangan sehingga akan diperoleh nilai
keluaran (mR/mAs) yang bervariasi juga. Grafik hubungan antara nilai keluaran
dengan variasi nilai tegangan yang diinginkan dapat digunakan untuk menghitung
nilai ESE pada kondisi yang diinginkan.
Pengukuran Nilai ESE diperoleh dari data keluaran (output) dan melalui
pengukuran langsung pada kondisi yang menghasilkan citra phantom yang baik.
Pengukuran keluaran dilakukan dengan menempatkan Rad Check pada meja
compressor, untuk beberapa rentang tegangan kV. Grafik antara nilai keluaran
(mR/mAs) terhadap tegangan kV digunakan untuk menghitung nilai ESE pada
kondisi yang diinginkan. Metode pengukuran selanjutnya dilakukan dengan
meletakkan phantom pada meja compressor. Kemudian Phantom dipapar sinar - X
pada kondisi penyinaran (kV dan mAs) tertentu sehingga diperoleh citra dengan
kontras serta ketajaman yang cukup baik sekitar densitas 1,2 (Papp, 2006). Paparan
pada kondisi kV dan mAs yang paling sesuai untuk menghasilkan citra yang
cukup baik digunakan sebagai nilai ESE yang diterima phantom.
Gambar 10. Pengukuran Nilai ESE Mammografi
C. Uji Linearitas mAs
1. Alat dan Bahan :
a. Dosimeter Digital
Dosimeter adalah alat yang digunakan untuk menguji resiprok dan liniearitas mA.
Nilai eksposi yang tercatat pada dosimeter merupakan penjumlahan dari dosis
radiasi alam (radiasi background) dan eksposure yang dihasilkan dari pesawat
sinar-X. Eksposi sinar-X (mR) tersebut dibagi dengan nilai mAs yang digunakan
saat melakukan eksposi (mR/mAs).
19 R Sammuel Mamesa| MedPhys
Gambar 11. Dosimeter Digital
2. Metode Pengujian :
a. Mempersiapkan pesawat mamografi yang akan diuji.
b. Mempersiapkan dosimeter .
c. Meletakkan dosimeter tersebut diatas reseptor gambar, tepat dibawah lampu
kolimator, SID sejauh 65 cm dan kolimasi diatur seluas dosimeter
d. Kemudian dosimeter diberi eksposi pada nilai kV yang sama tetapi nilai mAs
dilakukan variasi. Lakukan eksposi sebanyak tiga kali untuk setiap nilai pengukuran
mAs
e. Catat nilai rata - rata yang tertera pada dosimeter. Kemudian bandingkan besar
dosimeter rata rata yang terukur terhadap nilai mAs yang diberikan.
f. Linearitas mAs diperbolehkan berada pada batas ±10 %
Tabel 3. Pengaturan Linearitas mAs
D. Uji Phantom Mammografi
Pengujian ini bertujuan untuk menilai besarnya Optical Density, kontras serta kualitas
mammogram yang dihasilkan.
20 R Sammuel Mamesa| MedPhys
No kV Dipilih mAs DipilihNilai Dosimeter Rata-
Rata (mSv)1 23 1002 23 1103 23 1254 23 1405 23 160
6 23 180
1. Alat dan Bahan :
a. Phantom Mammografi yang terstandar ACR. Terbuat dari bahan akrilik dan
memiliki ketebalan 4 mm dan berdiameter 1 cm. Phantom tersebut juga setara
dengan 4,2 cm ketebalan mammae yang dikompresi yang terdiri atas 50% kelenjar
glandular serta 50% kelenjar adipose. Phantom tersusun atas beberapa:
1) Fiber yang memiliki diameter mulai dari 0,4 mm; 0,54 mm; 0,75 mm; 0,89
mm; 1,12 mm; dan 1,56 mm.
2) Specks Group dengan diameter 0,54 mm; 0,4 mm; 0,32 mm; 0,24 mm; dan 0,16
mm.
3) Mass dengan diameter 2 mm; 1 mm; 0,75 mm; 0,5 mm; dan 0,25 mm.
2. Metode Pengujian :
a. Mempersiapkan pesawat mamografi yang akan diuji.
b. Mempersiapkan phantom mammae.
c. Memasukkan plat imejing ke dalam tempat kaset, kemudian phantom mammae
diletakkan diatas reseptor gambar tepat di bawah kolimator.
d. Mengatur kolimasi seluas lapangan kaset, SID 65 cm. Kemudian lakukan eksposi
dengan menggunakan 23 kV dan 100 mAs.
e. Kemudian melihat hasil gambar phantom mammo pada reader dan menganalisa
hasilnya.
Gambar 12. Citra Uji Phantom beserta Fiber, Speck Group dan Mass
f. Kemudian amati hasil yang tampak pada gambaran radiografi tersebut dan berikan
penilaian terhadap fiber, speck group, serta mass dengan ketentuan sebagai berikut:
21 R Sammuel Mamesa| MedPhys
1) Garis panjang fiber dihitung besar nilainya sama dengan satu jika tampak jelas
terlihat keseluruhan panjang fiber pada gambaran. Jika hanya sebagian yang
terlihat, maka besar nilai garis fiber tersebut adalah 0,5. Sedangkan jika
gambaran fiber yang tampak kurang dari setengah, maka nilai garis fiber
tersebut bernilai nol.
2) Untuk pengamatan specks group, dapat digunakan kaca pembesar. Bila speck
group yang tampak sebanyak empat atau lebih, maka nilai yang diberikan
adalah satu. Untuk speck group yang hanya tampak paling sedikit dua, maka
besarnya nilai yang diberikan adalah 0,5. Sedangkan speck group akan bernilai
nol bila tidak ada gambaran yang tampak sama sekali.
3) Pada pengamatan mass, jika tampak lubang mass berada pada lokasi yang tepat
serta garis tepi bulatan terlihat jelas maka penilaian terhadap mass tersebut
adalah satu. Sedangkan bila mass tampak dengan garis tepi bulatan yang kurang
jelas bulatannya, maka penilaian terhadap mass tersebut adalah 0,5. Dan mass
akan bernilai nol jika gambaran mass tidak terlihat dengan jelas.
Besarnya nilai minimum yang ditentukan oleh ACR adalah empat untuk
fiber, tiga untuk speck groups, dan tiga untuk massa. Nilai tersebut merupakan
batas minimum dari rekomendasi ACR untuk dapat melewati akreditasiACR.
E. Evaluasi Artefak pada Detektor dan Printer
1. Alat dan Bahan :
a. Phantom Akrilik
Gambar 13. Phantom Akrilik
22 R Sammuel Mamesa| MedPhys
2. Metode Pengujian :
a. Mempersiapkan pesawat mamografi yang akan di uji.
b. Menyiapkan akrilik
c. Memasukkan plat imejing ke dalam tempat kaset, kemudian akrilik diplester dan
diletakkan diatas reseptor gambar tepat di bawah kolimator.
d. Mengatur kolimasi seluas lapangan kaset, SID 65 cm. Kemudian lakukan eksposi
dengan menggunakan 28 kV dan 65 mAs.
e. Melakukan eksposi lalu akrilik diputar 180 derajat lalu di eksposi lagi, kemudian
melihat hasil gambar akrilik pada reader dan menganalisa hasilnya.
Gambar 14. Pengukuran Artefak pada Detektor
F. Pengujian Compression Paddle
1. Alat dan Bahan:
a. Handuk
b. Timbangan
2. Metode Pengujian :
a. Letakkan sebuah handuk di atas cassette holder untuk melindungi peralatan,
kemudian letakkan timbangan di atas handuk dengan posisi yang memudahkan
untuk membaca skala pada timbangan
b. Letakkan satu atau lebih handuk di atas timbangan tersebut untuk melindungi alat
kompresi kemudian atur alat kompresi tersebut hingga maksimal
23 R Sammuel Mamesa| MedPhys
c. Nilai kompresi dicatat kemudian peralatan dilepaskan. Pengujian pada alat
kompresi dilakukan tiga kali untuk mengetahui rata-rata nilai kompresi yang terlihat
pada alat timbangan.
Hasilnya tidak boleh melebihi nilai 45 pounds atau 20,45 Kg. Jika ini terjadi maka
alat kompresi harus dikalibrasi ulang. Alat kompresi seharusnya dapat melakukan
kompresi dari 25 hingga 45 pounds dan menahan proses ini kurang lebih selama 15
detik.
Gambar 15. Pengukuran Berat Compression Paddle
G. Pengujian Kesebangunan Kolimasi
Pengujian ini bertujuan untuk mengevaluasi kesebangunan dan ketegaklurusan dari
luas lapangan kolimasi dengan lapangan sinar - X yang dihasilkan. Pengujian ini penting
untuk membatasi radiasi yang mengenai pasien dengan cara memastikan bahwa radiasi
sinar X yang keluar tepat dan sesuai dengan luas kolimasi yang digunakan.
1. Alat dan Bahan:
a. Kaset Mammografi
2. Metode Pengujian:
a. Letakkan kaset mamografi di atas cassette holder pesawat mammografi
b. Nyalakan lampu kolimasi dan atur kolimasi secukupnya untuk mengeksposi area
yang lebih kecil dari ukuran film mammografi
c. Letakkan benda radiopaque seperti paper clip atau koin pada tepi kolimasi
d. Lakukan eksposi dan proses film. Bila tepi dari lapangan sinar X tidak lurus dengan
bagian tepi dari lapangan cahaya dan perbedaannya lebih dari 2% SID maka
kesebangunan kolimasi berada pada ambang batas yang buruk.
24 R Sammuel Mamesa| MedPhys
H. Pengujian Tegangan Puncak Efektif (kVp) tabung
1. Alat dan Bahan :
a. Detektor
b. Elektrometer
2. Metode Pengujian:
a. Posisikan detektor pada bagian tengah meja kompressi mammografi
b. Atur FFD 100 cm
c. Lakukan eksposi pada tegangan yang bervariasi mulai 22Kv sampai 34 kV dengan
arus dan waktu yang konstan
d. Tegangan yang terukur akan terbaca oleh electrometer
e. Catat besarnya tegangan tersebut kemudian bandingkan terhadap tegangan pada
panel
Gambar 16. Pengukuran Tegangan Puncak (kVp)
f. Hasil perbandingan antara tegangan terukur terhadap tegangan panel masih dapat
ditoleransi bila besaran deviasi menunjukan ≤ 5% (Royal Australian and New
Zealand College of Radiologist)
I. Pengukuran Kualitas Berkas Radiasi (HVL)
1. Alat dan Bahan :
a. Dosimeter TLD 100
25 R Sammuel Mamesa| MedPhys
b. Lembaran Al dengan ketebalan bervariasi
Gambar 17. Dosimeter TLD 100
2. Metode Pengukuran :
a. Mempersiapkan pesawat yang akan diuji.
b. Mempersiapkan dosimeter dan lempengan alumunium yang akan digunakan.
c. Meletakkan dosimeter tersebut diatas reseptor gambar, tepat dibawah lampu
kolimator, jarak SID 65 cm. Kolimasi diatur seluas dosimeter tersebut.
d. Mengukur Intensitas Awal (Io)
e. Lempengan alumunium diletakkan tepat dibawah kolimator, dengan cara diplester.
Kemudian, ukur besarnya intensitas setelah dilakukan penambahan lempengan
mulai dari 0,1 sampai 0,3.mm Al bertahap.
f. Kemudian hasil pengukuran dimasukan dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 4. Pengukuran HVL
Ko efis
ien Atenuasi Linier (μ) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut :
26 R Sammuel Mamesa| MedPhys
kV & mAs Io(nC) t(mmAl) It μ HVL(mmAl)
atau
Penentuan kualitas berkas sinar X (HVL) digunakan untuk menentukan nilai dosis
yang diterima oleh pasien. Pengukuran HVL yang diperoleh kemudian dibandingkan
dengan nilai batas dari Radiation Safety Act 75 (2000) dan yang direkomendasikan
IAEA TecDoc 1447 yang menentukan persyaratan pengukuran HVL dilakukan pada
tegangan tabung 28 kVp
Gambar 18. Batasan nilai HVL
dengan diketahui besarnya nilai μ, maka HVL dapat diperoleh dengan menggunakan
persamaan
J. Pengukuran Mean Glandular Dose
Mammae merupakan organ yang radiosensitive dan memiliki faktor bobot jaringan
0.05 (ICRP,1991). Pada organ mammae terdapat kelenjar adipose dan kelenjar glandular.
Kelenjar Glandular memiliki sifat yang lebih radiosensitive dari kelenjar
adipose ,sehingga estimasi dosis terhadap kelenjar glandular ini merupakan bagian organ
yang penting dalam proteksi radiasi terhadap pemeriksaan Mammografi (Faulkner et al,
1995)
Mean Glandular Dose adalah dosis efektif radiasi pada kelenjar payudara (glandula).
Karena perkiraan langsung dari MGD tidak dapat diperoleh, maka pengukuran MGD
dapat diperoleh dari peninjauan pada dosis Breast Entrance Skin Eksposure dan
kemudian hasil pengukuran tersebut dikonversikan ke dalam MGD dengan menggunakan
27 R Sammuel Mamesa| MedPhys
faktor konversi (ACR ,1999) Pengukuran besar Breast Entrance Skin Eksposure
digunakan Ionization Chamber yang diletakkan di dalam lapangan sinar X. Namun
sebelum melakukan pengukuran tersebut, maka QC HVL .kVp dan linearitas mAs
pesawat mammografi harus dilakukan terlebih dahulu.(ACR ,1999)
Gambar 19. Pengukuran Dosis Breast Entrance Skin Eksposure dengan Ionization Chamber
K. Pengukuran Film Screen Contact
1. Alat dan Bahan :
a. Wire Mesh Test Tool
b. Film Mammografi
c. Densitometer
d. Phantom Akrilik yang setara dengan ketebalan 4 cm
2. Metode Pengukuran :
a. Secara hati hati bersihkan screen dan film yang akan di uji dengan menggunakan
pembersih yang telah direkomendasikan oleh pabrikan
b. Keringkan screen setelah dibersihkan
c. Isi kaset dengan film mammografi,kemudian tempatkan kaset yang akan diuji di
atas cassette holder. Jangan menggunakan grid
d. Tempatkan copper screen pada bagian atas kaset
28 R Sammuel Mamesa| MedPhys
e. Tempatkan lapisan akrilik ,bila dibutuhkan, di atas alat kompresi kemudian
pindahkan alat kompresi ke atas ,dengan jarak sedekat mungkin terhadap tabung
sinar – X.
f. Berikan faktor eksposi pada rentang 25-28kVp,sehingga diperoleh nilai densitas
film antara 0,7-0,8 saat film diukur menggunakan densitometer.
g. Lakukan prosedur di atas terhadap semua kaset mammografi
h. Tampilkan film yang sudah diproses tersebut pada viewing box dengan jarak sekitar
3 kaki (3ft) untuk memperoleh gambaran wire secara jelas. Amati area yang
memiliki kontak film screen yang rendah. (Area tersebut akan berwarna hitam
pada mesh image)
i. Ulangi pengujian terhadap kaset yang tidak lulus test tersebut
29 R Sammuel Mamesa| MedPhys
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Mammografi adalah teknik radiografi pada organ payudara yang menggunakan sinar
X berenergi rendah yang bertujuan untuk mendeteksi adanya lesi atau kelainan pada
organ payudara.
2. Program kendali mutu pada pesawat mamografi bertujuan agar pesawat tersebut dapat
bekerja secara optimal sehingga menghasilkan diagnosa yang tepat, meningkatkan
efisiensi, mengurangi biaya, dan mengurangi dosis radiasi yang tidak diperlukan bagi
pasien.
3. Terdapat beberapa program kendali mutu pesawat mammografi sebagai bagian dari
kegiatan jaminan mutu radiologi yang dibahas pada makalah ini yaitu meliputi Uji
Ukuran Titik Fokus (Focal Spot), Uji Nilai Entrance Skin Eksposure, Uji Linearitas
mAs, Uji Phantom Mammografi, Evaluasi Artefak pada Detektor & Printer, Uji
Compression Paddle, Uji Kesebangunan Kolimasi, Uji Tegangan Puncak Efektif
(kVp) tabung, Uji Kualitas Berkas Radiasi (HVL), Uji Mean Glandular Dose, dan Uji
Kontak Film Screen.
30 R Sammuel Mamesa| MedPhys
DAFTAR PUSTAKA
AAPM Report no.29. Equipment Requirements and Quality Control for Mammography.1990
A,P Supriyanto ,Djarwani, S dkk. Evaluasi ukuran titik fokus (focal spot) dan Entrance Skin
Eksposure (ESE) sebagai parameter Quality Control Pesawat Mammografi
Bushberg.2002 .The Essential Physics of Medical Imaging.Lippincot Williams & Wilkins .USA
Kusumawati, Dyah Dwi.2006. Pengukuran Kualitas Berkas Radiasi Sinar X Mammografi untuk
Jaminan Kualitas.PTKMR Batan
Liddington, Mark .Digital Mammography Quality Control – The Role of Technologist
Papp, Jeffrey. 2006. Quality Management in The Imaging Science. Mosby Inc : USA
Peart,Olive. 2005 .Mammography and Breast Imaging. McGraw Hill.USA
Suyati ,dkk. 2009.Pengukuran Beberapa Tegangan Puncak Pesawat Mammografi. Prosiding
Seminar Nasional Keselamatan dan Kesehatan Lingkungan V. Depok
Sookpeng,Supawito ,Ketted, Potjana.2006. Mean Glandular Dose for Routine Mammography.
Naresuan University Journal. Thailand
The British Journal of Radiology, June 1997
www.acr.org
31 R Sammuel Mamesa| MedPhys
32 R Sammuel Mamesa| MedPhys