Putusan No.459 PN.Jak.Sel.

58
P U T U S A N No.459/Pdt.G/2000/PN.Jak.Sel. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan negeri Jakarta Selatan yang memeriksa dan mengadili perkara perdata dalam peradilan tingkat pertama telah menjatuhkan putusan sebagai berikut dalam perkara gugatan antara : YAYASAN WAHANA LINGKUNGAN HIDUP INDONESIA (WALHI) , Dalam hal ini diwakili Badan Pengurus Harian, berkantor di jalan Tegal Parang Raya Utara No.14 Jakarta, dipersidangan diwakili kuasanya R. Dwiyanto Prihartono, SH. Dari PBHI, Chairil Syah, SH. Ersan Budiman,SH. Badaruzzaman, SH. Zen Smith, SH. Dan Lukamanul Hakim, SH. Dari ALPERUDI, Abdul Haris Semendawai, SH. Dari ELSAM, Aulia Hidayat, SH. Dari JATAM dan Nur Amalia, SH. Dari YLBHI, memilih domisili di kantor Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) Jalan Diponegoro No.74 Jakarta Pusat, berdasarkan Surat Kuasa tanggal 27 Oktober 2000 sebagai pihak PENGGUGAT ; M e l a w a n : PT. FREEPORT INDONESIA COMPANY , berkantor di Plaza 89, 5th Floor Jalan H.R. Rasuna Said Kav. X-7 No.6 Jakarta, dipersidangkan diwakili kuasanya Minang Warman Sofyan, SH. Nanda Hidayat Sofyan, SH. Isnanu Chalid, SH. Dan Iwan Sidharta, SH. Advokat dan pengacara pada kantor Minang Warman Sofyan & Associates, berkantor di Jalan Cemara No.5 Jakarta, berdasarkan Surat Kuasa No.082/MWSI/2001 tanggal 23 Januari 2001 sebagai pihak TERGUGAT ; Pengadilan Negeri tersebut : Telah membaca surat-surat perkara : Setelah mendengar kedua pihak perkara : Setelah mendengar keterangan para saksi : Setelah meneliti surat-surat bukti : TENTANG DUDUK PERKARANYA Menimbang, bahwa Penggugat dalam surat gugatannya tertanggal, 1 November 2000, terdaftar dengan No.459/Pdt.G/2000/PN.Jak.Sel. telah menggugat Tergugat sebagai berikut : I. KEDUDUKAN HUKUM DAN KEPENTINGAN PENGGUGAT SEBAGAI LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT YANG BERGERAK DI BIDANG LINGKUNGAN 1. Penggugat adalah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang tumbuh secara swadaya, atas kehendak sendiri dan keinginan sendiri dari beberapa kalompok masyarakat

Transcript of Putusan No.459 PN.Jak.Sel.

Page 1: Putusan No.459 PN.Jak.Sel.

P U T U S A NNo.459/Pdt.G/2000/PN.Jak.Sel.

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Pengadilan negeri Jakarta Selatan yang memeriksa dan mengadili perkara perdata dalam peradilan tingkat pertama telah menjatuhkan putusan sebagai berikut dalam perkara gugatan antara :

YAYASAN WAHANA LINGKUNGAN HIDUP INDONESIA (WALHI), Dalam hal ini diwakili Badan Pengurus Harian, berkantor di jalan Tegal Parang Raya Utara No.14 Jakarta, dipersidangan diwakili kuasanya R. Dwiyanto Prihartono, SH. Dari PBHI, Chairil Syah, SH. Ersan Budiman,SH. Badaruzzaman, SH. Zen Smith, SH. Dan Lukamanul Hakim, SH. Dari ALPERUDI, Abdul Haris Semendawai, SH. Dari ELSAM, Aulia Hidayat, SH. Dari JATAM dan Nur Amalia, SH. Dari YLBHI, memilih domisili di kantor Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) Jalan Diponegoro No.74 Jakarta Pusat, berdasarkan Surat Kuasa tanggal 27 Oktober 2000 sebagai pihak PENGGUGAT ;

M e l a w a n :

PT. FREEPORT INDONESIA COMPANY, berkantor di Plaza 89, 5th Floor Jalan H.R. Rasuna Said Kav. X-7 No.6 Jakarta, dipersidangkan diwakili kuasanya Minang Warman Sofyan, SH. Nanda Hidayat Sofyan, SH. Isnanu Chalid, SH. Dan Iwan Sidharta, SH. Advokat dan pengacara pada kantor Minang Warman Sofyan & Associates, berkantor di Jalan Cemara No.5 Jakarta, berdasarkan Surat Kuasa No.082/MWSI/2001 tanggal 23 Januari 2001 sebagai pihak TERGUGAT ;

Pengadilan Negeri tersebut :Telah membaca surat-surat perkara :Setelah mendengar kedua pihak perkara :Setelah mendengar keterangan para saksi :Setelah meneliti surat-surat bukti :

TENTANG DUDUK PERKARANYA

Menimbang, bahwa Penggugat dalam surat gugatannya tertanggal, 1 November 2000, terdaftar dengan No.459/Pdt.G/2000/PN.Jak.Sel. telah menggugat Tergugat sebagai berikut :

I. KEDUDUKAN HUKUM DAN KEPENTINGAN PENGGUGAT SEBAGAI LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT YANG BERGERAK DI BIDANG LINGKUNGAN

1. Penggugat adalah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang tumbuh secara swadaya, atas kehendak sendiri dan keinginan sendiri dari beberapa kalompok masyarakat ditengah masyarakat, yang berminat bergerak di bidang lingkungan hidup.

2. Secara tegas hak gugat organisasi lingkungan diatur dalam UU No.23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pasal 38 (1) sebagai berikut :1) Dalam rangka pelaksanan tanggung jawab pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan pola kemitraan, organisasi lingkungan hidup berhak mangajukan gugatan untuk kepentingan pelestarian fungsi lingkungan hidup.2) Hak mengajukan gugatan sebagaimana dimaksud ayat (1) terbatas pada tuntutan untuk melakukan tindakan tertentu tanpa adanya tuntutan ganti rugi, kecuali biaya atau pengeluaran riil. 3) Organisasi lingkungan hidup berhak mengajukan gugatan sebagaimana dimaksud dengan ayat (1) apabila memenuhi persyaratan

1. berbentuk badan hukum atau yayasan.

Page 2: Putusan No.459 PN.Jak.Sel.

2. Dalam anggaran dasar organisasi lingkungan hidup yang bersangkutan menyebutkan dengan tegas bahwa tujuan didirikannya organisasi tersebut adalah untuk kepentingan pelestarian fungsi lingkungan hidup.

3. Telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan anggaran dasarnya.

3. Dalam Anggaran Dasar Yayasan WALHI pasal 5 angka 2 secara jelas menyebutkan bahwa salah satu maksud dan tujuan dari yayasan adalah :

" Meningkatakan kesadaran masyarakat sebagai pembina lingkungan dan terkendalinya pemanfaatan sumberdaya secara bijaksana" (Bukti P.1.b)

Salah satu cara mencapai maksud dan tujuan Yayasan :

"pengembangan program LSM" di dalam :

1. Menghimpun permasalahan lingkungan hidup dan sumber daya yang ada serta menemukan berbagai alternatif pemecahannya.

2. Mendorong terciptanya kesadaran diri terhadap lingkungan menjadi kegiatan nyata yang dapat mendatangkan manfaat bagi keselarasan antara manusia dan alam lingkungannya.

3. Meningkatkan pemgelolaan lingkungan hidup dengan sebanyak mungkin mengikut-sertakan anggota masyarakat secara luas.

4. Dalam menjalankan peranannya, PENGGUGAT secara nyata dan terus-menerus membuktikan dirinya peduli terhadap pelestarian fungsi lingkungan dan salah satu cara yang digunakan dalam menjalankan aktifitasnya adalah dengan mendayagunakan lembaganya sebagai sarana untuk mengikutsertakan sebanyak mungkin anggota masyarakat dalam mencapai tujuan pelestarian dan pengelolaan lingkungan.

5. Kepentingan hukum PENGGUGAT dalam mengajukan gugatan bagi kepentingan fungsi pelestarian lingkungan merupakan perwujudan pelaksanaan tanggung jawab pengelolaan lingkungan hidup sebagaimana diatur dalam Pasal 38 (1) Undang-Undang No.23 tahun 1997, diakui pula dalam praktek pengadilan antara lain dalam Keputusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Nomor. 820/PDT.G/1998/PN.JKT.PST. Putusan Pengadilan Mojokerto Nomor 1/Pra/Pid/1994/PN.MKT, dan Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta Nomor. 088/G/1994/Piutang/PTUN.JKT., Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Jakrta Nomor 053/G/1995/Ij/PTUN.JKT., Putusan Pengadilan Negeri Kelas I.A Palembang Nomor 08/Pdt.G/1998.P.N.PLG.

II. FAKTA-FAKTA HUKUM

1. TERGUGAT adalah perusahaan berbadan hukum yang dibentuk berdasarkan hukum Indonesia, dengan komposisi saham terbesar (81,28%) dimiliki oleh Freeport McMoran Copper and Gold Inc. Dan 2 (dua) pemegang saham lainnya adalah PT. Indocopper Investama Corporation sebesar 9,36% serta Negara Republik Indonesia cq Pemerintah Republik Indonesia sebesar 9,36% (Bukti P-2)

2. TERGUGAT yang dulu bernama Freeport Indonesia Inc. Pada tanggal 7 April 1967, telah menandatangani Kontrak Karya (KK) di Indonesia dengan jangka waktu selama 30 tahun, berdasarkan kontrak karya tersebut TERGUGAT telah melakukan kegiatan operasi penambanagan tembaga di suatu area yang saat ini berada di dalam wilayah Kabupaten Mimika, Irian Jaya sejak tahun 1972. (Bukti P-3

3. Pada tanggal 30 Desember 1991, sebelum berakhirnya KK yang pertama, telah dilakukan penandatanganan KK yang baru antara TERGUGAT dengan Negara R.I. cq. Pemerintah, berdasarkan kontrak karya baru tersebut TERGUGAT tidak hanya diberikan oleh pemerintah melakukan kegiatan penambangan tembaga, tetapi juga emas dan perak. Kegiatan operasi

Page 3: Putusan No.459 PN.Jak.Sel.

penambangan emas, tembaga dan perak tersebut meliputi dua daerah kontrak karya, yaitu (1) Kontrak Karya Blok A yang merupakan daerah penambangan yang terletak di pulau Irian Jaya dengan luas 100 Km persegi dan mempunyai titik pusat di Gunung Erstberg (2) Kontrak Karya Blok B yang merupakan daerah proyek dengan luas 2.890 Km yang membentang dari pesisir Laut Arafura di selatan hingga daerah tambang di utara pada ketinggian 4.000 meter (Bukti P-4).

4. Berdasarkan kontrak karya tanggal 31 desember 1991 sebagaimana disebutkan angka 3 di atas, luas wilayah kontrak karya adalah 2,610,182 Ha, yang membentang dari dataran rendah mulai daerah pesisir hingga dataran tinggi pada ketinggian di atas sekitar 4.000 Km di atas permukaan laut, dan termasuk dalam kawasan Daerah Aliran Sungai Kamoro, Ajkwa, Minajerwi dan Mawati (DAS KAMM). (Bukti P-4).

5. Bahwa dalam kegiatan penambangannya saat ini TERGUGAT melakukan penggalian tambang terbuka (open pit) di Grasberg yang juga merupakan deposit utama dan penggalian tambang bawah tanah (underground mining) di Erstberg bagian timur.

Adapun yang dimaksud dengan metode penggalian open pit adalah metode penambangan terbuka dengan arah penggalian atau arah penambangan dari permukaan yang relatif mendatar menuju ke arah bawah dimana endapan bijih berharga berada. TERGUGAT melakukan penambangan open pit di Grasberg dengan teknik pengeboran dan peledakan menggunakan peledak jenis campuran water gel dan Amonium Nitrat Fuel Oil (ANFO).

Yang dimaksud dengan penggalian tambang bawah tanah (uderground mining) adalah metode penambangan dimana seluruh proses penggalian bijih berharga dibawah permukaan tanah. TERGUGAT melakukan penambangan bawah tanah di Ertsberg bagian timur dengan menggunaka teknik ambrukan blok (block carving). (Bukti P-5).

6. Dalam proses penambangan terbuka dan bawah tanah tersebut dihasilkan fraksi bijih dan batuan limbah.Fraksi bijih yang di maksud adalah bagian batuan yang mengandung mineral berharga, dalam hal ini emas, tembaga dan perak yang akan mengalami proses pengolahan lebih lanjut. Sedangkan batuan limbah atau yang sering disebut juga overburden merupakan bagian batuan yang menutupi mineral-mineral berharga, yang diangap tidak bernilai eknomis.

7. Bahwa dalam kegiatan penambangan TERGUGAT, untuk memperoleh satu bagian batuan bijih perlu dipindahlan 1 sampai 2 bagian batuan limbah. (Bukti P-6). Pada tingkat operasi 160.000 ton per hari di tahun 1997, dihasilkan 520,000 ton batuan limbah per hari yang harus dipindahkan dari lubang tambang. (Bukti P-2).

Berdasarkan Laporan dari Environmental Geochemistry Institude berjudul "Waste Rock and Tailings Geochemistry", kegiatan penambangan TERGUGAT di gunung Crasberg akan menghasilkan 3,5 ton batuan limbah untuk setiap ton bijih yang dijasilkan atau mencapai 4 milyar ton batuan limbah sampai akhir masa penambangan di Grasberg pada tahun 2014. (Bukti P-7).

8. Dalam proses selanjutnya setelah batuan limbah dipisahkan dari fraksi bijih, 95% dari keseluruhan jumlah batuan limbah tersebut dibuang di lembah Wanagon di sebelah barat Grasberg, termasuk di Danau Wanagon yang terdapat di lembah Wanagon tersebut, dan 5% batuan limbah dibuang di Lembah Carstenz di sebelah timur Grasberg. (Bukti P-5).

9. Bahwa sejak awal kegiatan operasi hingga tahun 1987 jumlah batuan bijih yang di produksi dan diolah di pabrik pengolahan adalah rata-rata 16.000 ton perhari. Saat itu deposit diperkirakan sebesar 100 juta ton terutama dari

Page 4: Putusan No.459 PN.Jak.Sel.

deposit bijih Erstberg. Pada tahun 1988 deposit tembaga dan emas Grasberg ditemukan, total deposit bijih diperkirakan sebesar 200 juta ton. (Bukti P-6).

10. Berdasarkan dokumen Studi Evaluasi Lingkungan 160.000 ton per hari di tahun 1992, jumlah deposit bijih yang terbukti ada dan yang mungkin ada adalah hampir sebesar satu milyar ton. (Bukti P-7).

11. Bahwa sejak tahun 1988 produksi bijih yang diolah dari waktu ke waktu meningkat secara tajam dan mencapai rata-rata 220.000 ton per hari (220K) pada tahun 1998. Pada tahun 1999, jumlah total deposit batuan bijih diperkirakan 2,5 milyar ton dan dapat mencapai 3 milyar ton. Nerdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup melaui SK Menteri Negara lingkungan Hidup No. 55/MENLH/12/97 TERGUGAT dimungkinkan untuk melakukan peningkatan produksi bijih sampai 300.000 ton per hari (300K). Peningkatan secara tajam produksi bijih diperlihatkan oleh grafik sebagai berikut : (Bukti P-6).

Berdasarkan pemahaman PENGGUGAT dengan melihat fakta-fakta di atas, peningkatan secara tajam produksi bijih diperlihatkan oleh grafik sebagai berikut :

12. Berdasarkan Laporan Utama Studi ANDAL Regional Tahun 1997, kegiatan TERGUGAT membuang batuan limbah ke Danau Wanagon akan menimbulkan tumpukan batuan limbah setinggi 500 meter yang memiliki kemiringan lereng yang curam, dan mengakibatkan tertutupnya permukaan danau seluas 5,5 km x 2 km. (Bukti P-5).

13. Dari Laporan Utama Studi ANDAL, TERGUGAT tahun 1997, dekatahui batuan limbah yang berasal dari Grasberg mengandung pirit (senyawa besi sulfida/FeS2) dan tembaga sulfida. Bila terkena udara luar, senayawa sulfida ini akan teroksidasi dan menghasilkan senyawa asam sulfat. Dengan adanya rembesan air, seperti air hujan, maka akan dihasilkan air yang bersifat asam dan kaya kandungan tembaga, yang disebut Air Asam Tambang (AAT) atau sering pula disebut sebagai Air Asam Batuan (AAB). (Bukti P-5).

14. Bahwa batuan limbah TERGUGAT yang bserasal dari Grasberg juga mengandung logam-logam berat, seperti tembaga dan aluminium yang akan mengalami percepatan proses pelarutan bila terkena AAT. Logam berat yang terkandung dalam AAT, seperti tembaga dan aluminium bersifat sangat toksik (beracun) bagi mahluk hidup. Jika masuk ke dalam tubuh, logam-

Page 5: Putusan No.459 PN.Jak.Sel.

logam berat akan mengalami bioakumulasi atau tinggal di dalam jaringan hidup dan dapat berpindah-pindah melalui rantai makanan. Di dalam tubuh manusia, tembaga (Cu) dapat mengakibatkan depresi, mempengaruhi fungsi hati dan ginjal serta menimbulkan gangguan pada pembuluh darah. (Bukti P-8).

15. Bahwa untuk menetralisasi keasaman AAT, TERGUGAT melakukan penambahan batuan gamping (CaSO4) yang selanjutnya menyebabkan timbulnya endapan gypsum (CuSO4) yang merupakan limbah berbahaya dan beracun (Limbag B3) didasar danau. (Bukti P-5).

16. Bahwa dasar danau Wanagon juga terdiri atas pasir organik, lumpur dan endapan kapur yang menjadikan kondisi pondasi yang kurang baik yang dapat menimbulkan kegagalan lereng timbunan (longsornya tumpukan batuan limbah). Bila terjadi kegagalan tumpukan batuan limbah dapat menimbulkan gelombang yang besar ke dalam danau dan dapat menutupi bagian tepi batuan dan membentuk dam alamiah di danau tersebut, yang dapat menciptakan arus banjir yang besar. Tanpa penanggulangan perhitungan yang cermat, banjir besar dapat terjadi. (Bukti P-5).

17. Bahwa Danau Wanagon menurut kepercayaan masyarakat Amungme, yang secara turun temurun telah mendiami area penambangan TERGUGAT, merupakan tempat yang sakral dan sangat dihormati yang disebut ISOREI yang berarti rumah laki-laki, dimana ISOREI tersebut merupakan tempat tinggal arwah orang Amungme yang telah meninggal dunia. Demikian juga halnya dengan Gunung Grasberg yang dianggap sebagai tempat hidup roh nenek moyang mereka. Bagi masyarakat Amungme gunung ibarat seorang ibu yang memberi makan dan minum.Sebelum dilakukan pembuangan batuan limbah oleh TERGUGAT ke Danau Wanagon, Danau Wanagon juga berfungsi sebagai sumber air masyarakat, dimana air Dana Wanagon merembes melalui dasar danau dan membentuk mata air dan sungai yang digunakan bagi kebutuhan sehari-hari masyarakat Amungme.

18. Bahwa pada tanggal 14 Mei 2000 jam 21.30 WIT telah terjadi longsoran overburden penambangan PT. Freeport Indonesia di Danau Wanagon, Irianjaya. Longsoran tersebut menyebabkan meluapnya material (sludge, overburden dan air) ke sungai Wanagon dan Desa Banti yang letaknya berada di bawah Danau Wanagon.

19. Bahwa peristiwa longsornya timbunan overburden di Danau Wanagon tanggal 4 Mei 2000 merupakan peristiwa yang ketiga. Persitiwa pertama terjadi pada bulan Juni 1998 dan yang kedua pada bulan Maret 2000. Mengingat kejadian tersebut terjadi berulangkali maka diduga kuat hal tersebut disebabkan oleh kelalaian TERGUGAT. (Bukti P-9).

20. Bahwa longsoran berasal dari timbunan overburden di lokasi ODG Dump. Longsoran tersebut telah menyebabkan terbentuknya gelombang air setinggi 20-57 meter yang menerpa dinding barat Danau Wanagon. Gelombang tersebut kemudian berbalik arah menuju outlet danau dimana tanggul atau dam sedang dikonstruksi. Akibatnya tanggul tersebut jebol dan luapannya mengalir ke Lower Wanagon. (Bukti P-9).

21. Pada saat kejadian tersebut mengakibatkan hanyutnya 1 (satu) tenda yang berada di Lower Wanagon, yang dihuni oleh 9 orang dan seluruhnya berhasil menyelamatkan diri. Selain itu kejadian tersebut juga mengakibatkan hanyutnya 7 orang sub kontraktor TERGUGAT yang sedang bekerja menyelesaikan konstruksi dam Danau Wanagon dan berada di dalam tenda di bagian barat lokasi kejadian. Samapai saat ini 4 orang tidak ditemukan sehingga dipastikan telah meninggal dunia, sedangkan 3 orang lainnya berhasil diselamatkan. (Bukti P-9).

22. Dalam pertemuan Tim (Bapedal dan Departemen Pertambangan dan Energi) dengan pihak PT. Freeport Indonesia pada tanggal 8 dan 9 Mei 2000 menyimpulkan bahwa pihak PT. Freeport Indonesia belum dapat

Page 6: Putusan No.459 PN.Jak.Sel.

menjelaskan secara rinci penyebab terjadinya longsor, selain kesimpulan sementara bahwa curah hujan yang tinggi selama 4 hari berturut-turut merupakan penyebab peristiwa tersebut. (Bukti P-9).

23. Sehubungan dengan peristiwa longsornya tumpukan batuan limbah di Danau Wanagon pada tanggal 14 Mei 2000 dan bulan Juni 1998, TERGUGAT dalam berbagai kesempatan telah menyampaikan pernyataan-pernyataan antara lain :

1. Dalam siaran pers tanggal 5 Mei 2000 berjudul Longsor di Wanagon, menyebutkan bahwa :" Sebuah sistem tanda bahaya yang telah dipasang bekerja dengan baik dan telah menyiagakan seluruh masyarakat di desa Banti untuk menjauhi sungai".(Bukti P-10)

2. Dalam rapat dengar pendapat umum dengan Komisi VIII DPR RI pada tanggal 28 Juni 2000 TERGUGAT menyatakan bahwa :"....banjir di Banti (16 km dari Wanagon) yang tidak memakan korban jiwa karena alarm peringatan dini dibunyikan pada waktunya".(Bukti P-11)

3. Dalam siaran pers 5 Mei 2000 tersebut di atas TERGUGAT juga menyatakan: "Perlu dicatat, bahwa curah hujan yang terjadi bebrapa hari sebelum kejadian berkisar pada 40 mm per hari. Curah hujan tersebut adalah empat sampai lima kali dari keadaan normal yang secara rata-rata berkisar 8 mm per hari".(Bukti P-10)

4. Dalam siaran pers TERGUGAT berjudul "PT. Freeport Sepakat Untuk Sementara Membatasi Produksinya" tertanggal 24 Mei 2000 disebutkan bahwa:"....tidak ditemukan adanya ancaman terhadap kesehatan manusia serta kemungkinan dampak lingkungan jangka panjang yang mungkin timbul dari kejadian tersebut".(Bukti P-12)

5. Dalam Annual Report tahun 1998, TERGUGAT menyatakan bahwa : "On June 20, 1998. after a periode of heavy rainfall, a sudden discharge of water occured from the Wanagon Lake water catchment basin into the Wanagon River."(Bukti P-13)Yang diartikan sebagai berikut :"Pada tanggal 20 Juni 1998, setelah hujan deras, secara tiba-tiba air dari Danau Wanagon meluap ke Sungai Wanagon."

24. Bahwa pernyataan-pernyataan TERGUGAT tersebut dalam point 23 merupakan pernyataan-pernyataaan dan atau informasi yang tidak benar dan atau dapat menyesatkan opini publik, dengan uraian sebagai berikut :

1. Bahwa pernyataan TERGUGAT dalam siaran pers tanggal 2 Mei 2000 dan dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VIII DPR RI pada tanggal 28 Juni 2000 sebagaimana tersebut dalam point 23.1 dan 23.2 yang menyebutakn bahwa "Sebuah sistem tanda bahaya yang telah dipasang bekerja dengan baik dan telah meniagakan seluruh masyarakat di desa Banti untuk menjauhi sungai" dan "....banjir di Banti (16 km dari Banti) yang tidak memakan korban jiwa karena alarm peringatan dini dibunyikan pada waktunya" adalah bertentangan dengan informasi yang diterima PENGGUGAT dari masyarakat Desa Banti yang menyatakan bahwa mereka mengetahui datangnya banjir air dan lumpur dari bunyi gemuruh air dan bahwa sistem tanda bahaya atau peringatan dini baru berbunyi kira-kira 30 menit setelah banjir mencapai Desa Banti.

Page 7: Putusan No.459 PN.Jak.Sel.

2. Selanjutnya pernyataan TERGUGAT yang disampaikan dalam rapat dengar pendapat umum dengan komisi VIII DPR RI pada tanggal 28 Juni 2000 sebagaimana tersebut dalam point 23.2 yaitu "....banjir di Banti (16 km dari Wanagon) yang tidak memakan korban jiwa karena alarm peringatan dini dibunyikan pada waktunya" adalah dapat menyesatkan publik, karena wlaupun di desa Banti tidak terdapat korban jiwa, namun tidak berfungsinya tanda peringatan di sekitar lokasi longsor telah menyebabkan 4 orang telah dinyatakan hilang, yang mana keempat orang ini adalah pekerja sub kontraktor TERGUGAT. Tidak bekerjanya sistem peringatan dini di lokasi longsor diakui sendiri oleh pihak TERGUGAT dalam penjelasan tertulis yang disampaikan TERGUGAT kepada Komisi VIII DPR RI pada rapat dengar pendapat umum tanggal 28 Juni 2000.

3. Pernyataan yang disampaikan oleh TERGUGAT dalam siaran pers tanggal 5 Mei 2000 sebagaimana tersebut dalam point 23.3 yaitu " Perlu dicatat, bahwa curah hujan yang terjadi bebrapa hari sebelum kejadian berkisar 40 mm per hari. Curah hujan tersebut adalah empat sampai lima kali dari keadaan normal yang secara rata-rata berkisar 8 mm per hari" secara sengaja berusaha memberi kesan bahwa peristiwa longsornya batuan limbah di Danau Wanagon terjadi akibat kondisi alam. Bahwa sebenarnya kondisi alam tersebut telah sangat disadari oleh TERGUGAT saat memutuskan untuk melakukan pembuangan batuan limbah ke Danau Wanagon. Hal ini disebutkan oleh TERGUGAT dalam Lap Studi Andal reg 300K, 97 hal 3-99, yang menyebutkan bahwa kondisi Danau Wanagon rentan terhadap terjadinya kecelakaan. Namun nyatanya tidak menghalangi TERGUGAT untuk melakukan pembuangan batuan limbah dalam jumlah yang sangat besar ke dalam danau. Denagn demikian TERGUGAT memang dengan sadar dan sengaja telah memperbesar resiko terjadinya kecelakaan.

4. Pernyataan TERGUGAT dalam siaran persnya tertanggal 24 Mei 2000 sebagaimana tersebut dalam point 23.4 yaitu "....tidak ditemukan adanya ancaman terhadap kesehatan manusia serta kemungkinan dampak lingkungan jangka panjang yang mungkin timbul dari kejadian tersebut" adalah dengan sengaja membohongi publik dimana hal ini bertentangan dengan hasil laporan Bapedal seperti tersebut dalam siaran persnya tertanggal 17 Mei 2000, yaitu "Longsoran tersebut menyebabkan meluapnya material (sludge, overburden dan air) ke Sungai Wanagon" dimana sludge yang dimaksud merupakan bahan beracun dan berbahaya (B3) sebagaiman yang disebutkan oleh Bapedal dalam siaran persnya tersebut yaitu "Mengingat sludge yang ada di dalam Danau Wanagon dikategorikan sebagai limbah B3,.....".Mengingat bahwa limbah berbahaya dan beracun (limbah B3) adalah setiap limbah yang mengandung bahan berbahaya dan/atu racun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak dan/atau mencemarkan lingkungan hidup dan/atau dapat membahayakan kesehatan manusia maka adalah tidak benar bahwa tidak terdapat ancaman terhadap kesehatan manusia serta kemungkinan dampak lingkungan jangka panjang yang mungkin timbul akibat kejadian tersebut.

5. Pernyataan TERGUGAT ,mengenai peristiwa longsornya batuan limbah pada bulan Juni 1998 dalam Annul Report 1998 sebagaimana tersebut dalam point 23.5 yaitu "On June 20, 1998, after a period of heavy rainfall, a sudden discharge of water occured from the Wanagon Lake water catchment basin into the Wanagon River." (Yang diartikan : Pada tanggal 20 Juni 1998, setelah periode curah

Page 8: Putusan No.459 PN.Jak.Sel.

hujan yang tinggi, secara tiba-tiba luapan air terjadi dari Danau Wanagon masuk ke Sungai Wanagon) adalah bertentangan dengan hasil penyelidikan konsultan TERGUGAT Call & Nicholas, Inc (Bukti P-14) yang menyatakan bahwa "Rainfall at the OGD dump station between the 8 and 20 June1998 ranged from 0 to 22 milimeters, with an average of 9 milimeters. These values are well within the normal range and are not considered to be high." (Yang diartikan sebagai berikut : curah hujan di tempat pembuangan OGD antara tanggal 8 sampai 20 Juni 1998 berkisar pada 0-22 milimeter dengan rata-rata 9 milimeter. Angka ini berada pada kisaran normal dan tidak dianggap sebagai nilai yang tinggi).

6. Pernyataan TERGUGAT dalam point 23.5 tersebut lebih lanjut secara sengaja memberi kesan bahwa penyebab longsornya tumpukan batuan limbah adalah kondisi alam dan dengan demikian menutupi burujnya pengelolaan lingkungan dan kelalaian TERGUGAT, yang jelas-jelas bertentangan dengan Laporan Hasil Investigasi Bapedal (Bukti P-15), mengenai peristiwa longsornya tumpukan batuan limbah pada bulan Juni 1998, yang menyatakan bahwa "Disamping itu kejadian tanggal 22 Juni 1998 disebabkan kesalahan prosedur berupa aktifitas dumping yang berlebihan sehari sebelumnya" dan juga prnyataan konsultan Call & Nicholas, Inc (Bukti P-14), yang menyatakan dalam laporannya bahwa "....the fact that displacement occured associated with large dumping rates is sufficient". (Yang diartikan : ....terdapat cukup fakta bahwa perpindahan/pergeseran tersebut berkaitan dengan besarnya tingkat pembuangan).

7. Kesalahan prosedur tersebut di atas juga diperkuat oleh konsultan TERGUGAT, Call & Nicholas, Inc (bukti P-14) yang menyatakan bahwa "On the 12, 18 and 19 June, the tonnage dumped on the south end of the Wanagon OBS was in the range of 80,000 tons per day" (Yang diartikan : pada tanggal 12, 18 dan 19 Juni, jumlah tonase yang dibuang di ujung selatan tempat pembuangan Wanagon adalah sekitar 80.000 ton sehari) dimana batas jumlah pembuangan batuan limbah adalah tidak melebihi 50.000 ton per hari sebagaimana disebutkan oleh konsultan Call & Nicholas, Inc : "Most of the displacement can be correlated to the time periods when the dumping tonnage was greater than 50,000 tpd." (Yang diartikan : Kebanyakan perpindahan/pergeseran yang terjadi adalah pada saat jumlah pembuangan melebihi 50.000 ton per hari).

25. Bahwa selain memberikan informasi yang menyesatkan publik atas jebolnya Danau Wanagon, TERGUGAT pun telah memeberikan informasi-informasi yang tidak benar sehubungan dengan pengelolaan lingkungannya, TERGUGAT dalam berbagai kesempatan menyatakan antara lain :

1. Dalam siaran pers tertanggal 22 Desember 1999 berjudul "PT. Freeport Indonesia Umumkan Hasil Audit Lingkungan Independen Kedua" TERGUGAT menyatakan bahwa :"Laporan Audit Montgomery Watson mewakili pandangan para ahli independen yang telah menyimpulkan bahwa secara menyeluruh Sistem Pengelolaan Lingkungan kami patut menjadi contoh dan bahwa program kerja kami termasuk pengelolaan tailing adalah alternatif terbaik."(Bukti P-16)

2. Dalam berita yang sama, antara lain disebutkan bahwa :"PTFI telah melakukan program lingkungan untuk pengelolaan limbah padat dan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), pengontrolan limbah cair dan air, kualitas udara yang semuanya memenuhi standar nasional dan internasional untuk sektor pertambangan dan industri."

Page 9: Putusan No.459 PN.Jak.Sel.

26. Bahwa informasi yang diberikan oleh TERGUGAT sebagaimana disebutkan dalam point 24 merupakn informasi-informasi yang tidak benar untuk menutupi buruknya pengelolaan lingkungan hidup, yaitu sebagai berikut :

1. Perbuatan TERGUGAT menyebarluaskan hasil audit Montgomery Watson sebagaimana tersebut dalam point 25.1 dan 25.2 yang menyebutkan bahwa Laporan audit Montgomery Watson mewakili pandangan para ahli independen yang telah menyimpulkan bahwa secara menyeluruh Sistem Pengelolaan Lingkungan kami patut menjadi contoh dan bahwa program kerja kami, termasuk pengelolaan tailing adalah alternatif terbaik." Serta " PTFI telah melakukan program lingkungan untuk pengelolaan limbah padat dan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), pengontrolan limbah cair dan air, kualitas udara yang semuanya memenuhi standar nasional maupun internasional untuk sektor pertambangan dan industri." Adalah bertentangan dengan hasil laporan Menteri Negara Lingkungan Hidup/Ka Bapedal pada rapat Koordinasi Bidang Ekuin tanggal 3 April 2000 pada halaman 2 (Bukti P-17) dimana pada laporan tersebut kegiatan pembuangan batuan limbah ke Danau Wanagon yang dilakukan oleh TERGUGAT dijadikan contoh negatif akibat kegiatan pertambangan di Indonesia bila tempat penimbunan limbah B3-nya todak mengacu pada kaidah lingkungan sehingga menimbulkan pencemaran, yaitu "PT. Freeport Indonesia menggunakan Danau Wanagon sebagai temapt penimbunan dan menetralisir asam waste rock-nya. Tetapi sudah dua kali limpahan air yang menimbulkan pencemaran di Sungai Wanagon, yaitu tanggal 22 Juni 1998 dan 21-25 Maret 2000."

2. Perbuatan TERGUGAT mempromosikan hasil audit Montgomey Watson adalah dengan sengaja menutupi fakta-fakta kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh buruknya pengelolaan lingkungan TERGUGAT diantaranya sebagai berikut :

1. Konsultan Dames and Moore telah melakukan audit lingkungan pada tahun 1996 di lokasi penambangan TERGUGAT dan mengidentifikasi terjadinya pembentukan Air Asam Tambang (AAT/AMD = Acid Mine Drainage). AAT yang muncul dari dasar timbunan batuan limbah tepat di sebelah hulu Danau Wanagon. Aliran tersebut bersifat asam dengan konsentrasi tembaga melebihi 500 mg/l (baku mutu air golongan B menetapkan batas konsentrasi tembaga sebesar 1 mg/l). (Bukti P-18)

2. Berdasarkan hasil monitoring TERGUGAT di tahun 1996 (Bukti P-5), aliran AAT ini bersifat asam dengan ph 3,1 - 4,2 konsentrasi sulfat sebesar 2500-6000 mg/l (baku mutu air golongan B menetapkan batas konsentrasi sulfat sebesar 400 mg/l), dan konsentrasi tembaga 400-900 mg/l (baku mutu air golongan B menetapkan konsentrasi tembaga sebesar 1 mg/l).

3. untuk menetralisir keasaman AAT dari batuan limbah tersebut TERGUGAT melakukan penambahan batu gamping (CaSO4) yang menimbulkan dampak samping endapan gypsum (CuSO4) yang merupakan limbah bahan berbahaya dan beracun (limbah B3). Endapan gypsum tersebut ikut mengalir ke Danau Wanagon sehingga danau tersebut tercemar oleh bahan berbahaya dan beracun.

III. KUALITAS PERBUATAN MELAWAN HUKUM OLEH TERGUGAT

1. Bahwa berdasarkan fakta-fakta di atas, perbuatan TERGUGAT yang dengan sengaja menutup-nutupi informasi, memberikan informasi yang salah dan tidak akurat atas peristiwa longsornya batuan limbah (overburden) di Danau

Page 10: Putusan No.459 PN.Jak.Sel.

Wanagon serta informasi yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan yang dilakukan oleh TERGUGAT, dapat menyesatkan publik adalah merupakan perbuatan melawan hukum sebagaimana ditentukan dalam Pasal 6 ayat (2) Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang menyatakan bahwa :"Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan berkewajiban memberikan informasi yang benar dan akurat mengenai pengelolaan lingkungan hidup."

2. Bahwa perbuatan TERGUGAT yang tidak menjaga dan memelihara kelestarian lingkungan serta telah menurunkan kualitas lingkungan merupakan perbuatan yang bertentangan dengan Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengeloalaan Lingkungan Hidup, yang menyatakan bahwa :"Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan hidup."

IV. PRINSIP TANGGUNG JAWAB MUTLAK (STRICT LIABILITY)

1. Bahwa berdasarkan Pasal 35 Undang-Undang No. 23 Tahun 1997, Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang usaha dan kegiatannya menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, yang menggunakan bahan berbahaya beracun dan/atau menghasilkan limbah bahan berbahaya dan beracun, bertanggung jawab secara mutlak atas kerugian yang ditimbulkan, dengan kewajiban membayar ganti rugi secara langsung dan seketika pada saat terjadinya pencemaran dan/atau perusakan lingkungan.

2. Bahwa dalam penjelasannya, disebutkan hal ini merupakan realisasi asas yang ada dalam hukum lingkungan hidup yang disebut asas pencemar membayar. Selain diharuskan membayar ganti rugi, pencemar dan/atau perusak lingkungan dapat pula dibebani hukum tertentu, misalnya perintah untuk : memulihkan fungsi lingkungan hidup; menghilangkan atau memusnahkan penyebab timbulnya pencemaran dan/atau perusakan lingkungan.

3. Bahwa kegiatan penambangan yang dilakukan oleh TERGUGAT di Irianjaya, telah menimbulkan kerusakan lingkungan yang sangat hebat, yang mengakibatkan degradasi kualitas lingkungan di daerah tersebut. Kegiatan tersebut telah menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan, sehingga TERGUGAT bertanggung jawab mutlak untuk setiap akibat yang terjadi dari kegiatan penambangan di Irian Jaya tersebut.

V. AKIBAT HUKUM YANG DITIMBULKAN

1. Bahwa PENGGUGAT sebagai organisasi lingkungan merasa dirugikan dengan adanya informasi-informasi terutama mengenai laporan audit lingkungan TERGUGAT yang lebih menekankan pada hal-hal yang positif, sedangkan isu-isu negatif yang potensial, kurang atau tidak jelas dikemukakan di dalam laporan. Hal seperti ini bisa menjadi informasi yang menyesatkan (missleading information), manakala laporan tersebut menjadi wacana publik (public discourse).

2. Bahwa berdasarkan fakta-fakta di atas, perbuatan TERGUGAT telah mengakibatkan tidak terjaganya dan tidak terpeliharanya kelestarian serta kualitas lingkungan hidup di wilayah Danau Wanagon.

3. Bahwa untuk mengembalikan kelestarian serta kualitas lingkungan yang telah menurun menjadi seperti semula atau setidak-tidaknya mendekati keadaan semula diperlukan sejumlah biaya yang jumlahnya sangat besar sekali.

4. Bahwa tindakan TERGUGAT yang melakukan penambangan tanpa memperhatikan aspek sosial masyarakat dan lingkungan, menimbulkan kerugian bagi PENGGUGAT selaku organisasi lingkungan non pemerintah, yang secara terus menerus melakukan ikhtiar dan upaya untuk melestarikan

Page 11: Putusan No.459 PN.Jak.Sel.

daya dukung lingkungan, pemberdayaan masyarakat adat atas haknya, yang antara ikhtiar dan upaya itu dilakukan PENGGUGAT melalui kegiatan-kegiatan sebagaimana telah disebutkan dalam Bagian I mengenai Kedudukan Hukum dan Kepentingan Penggugat dalam gugatan ini.

5. Bahwa PENGGUGAT sebagai organisasi lingkungan non pemerintah telah mengeluarkan biaya untuk melakukan penelitian dan investigasi di lapangan serta melakukan pendampingan dengan masyarakat korban, terutama masyarakat adat. Akibatnya dana yang dikeluarkan PENGGUGAT menjadi sia-sia dan PENGGUGAT harus melalui dari upaya dari awal kembali, karena upaya penelitian yang sekiranya untuk kepentingan pelestarian alam menjadi tidak terjadi, karean justru adanya kerusakan-kerusakan lingkungan yang dilakukan TERGUGAT.

6. Bahwa berkurangnya kepercayaan masyarakat terhadap kesungguhan pemerintah untuk melaksanakan pembangunan yang berbasis kerakyatan dikhawatirkan akan mengakibatkan menurunnya partisipasi masyarakat di dalam kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan monitoring pembangunan.

7. Bahwa akibat berkurangnya kepercayaan masyarakat, dapat mengakibatakan bertambahnya waktu dan pekerjaan yang harus dilakukan oleh PENGGUGAT sebagai organisasi lingkungan non pemerintah untuk mengembalikan kepercayaan rakyat, sehingga tetap berpartisipasi dalam kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan monitoring pembangunan.

8. Bahwa selain itu adalah sangat beralasan bagi TERGUGAT untuk mengajukan permintaan maaf secara terbuka dengan cara memasang iklan atas perbuatan melawan hukum yang telah dilakukannya, dengan redaksional yang ditentukan oleh PENGGUGAT, pada sedikinya 10 harian umum nasional, yaitu KOMPAS, MEDIA INDONESIA, REPUBLIKA, JAKARTA POST, BISNIS INDONESIA, RAKYAT MERDEKA, MERDEKA, BERITA BUANA, SINAR PAGI, JAWA POS, pada 2 harian umum lokal, yaitu Cendrawasih post, Tifa Papua; yang masing-masing keseluruhannya satu halaman penuh selama satu minggu berturut-turut : sedikitnya 10 majalah nasional antara lain yaitu ; TEMPO, FORUM, KEADILAN, SWA, WARTA EKONOMI, KONTAN; sedikitnya 5 majalah internasional antara lain TIME, FINANCIAL TIMES, FAR EASTERN, ECONOMIC REVIEW, NEWSWEEK, ASIAWEEK, THE ECONOMIST; tiga harian internasional yaitu : INTERNATIONAL HERALD TRIBUNES, NEW YORK TIMES, USA TODAY, WASHIMHTON POST yang masing-masing keseluruhannya satu halaman penuh selama satu bulan berturut-turut ; sedikitnya enam media elektronik televisi, yaitu TVRI, RCTI, SCTV, INDOSIAR, ANTEVE, TPI; media eletronik internasional yaitu : CNN, BBC, CNBC, BLOOMBERG, REUTERS TV, yang masing-msing disiarkan pada jam tayang utama (prime time) selama satu minggu berturut-turut; serta setidaknya 10 media elektronik radio yang keseluruhan waktu tayangnya setidaknya selama 5 kali dalam sehari dengan durasi selama 1 menit, selama 10 hari berturut-turut, selambat-lambatnya 7 hari setelah dikeluarkannya putusan yang telah berkekuatan tetap dalam perkara ini.

9. Bahwa dikhawatirkan TERGUGAT terlambat melaksanakan Putusan, adalah berdasarkan hukum untuk TERGUGAT dihukum untuk membayar uang paksa (dwangsom) sebesar US$ 100.000 (seratus ribu dollar Amerika).

10. Bahwa oleh karena gugatan ini didasarkan pada alat bukti-bukti yang otentik, maka kami mohon agar putusan dalam perkara ini dapat dijalankan terlebih dahulu walaupun ada upaya banding, kasasi, peninjauan kembali dan perlawanan.

VI. PETITUMBerdasarkan alsan-alasan tersebut diatas, PENGGUGAT mohon agar Majelis Hakim yang terhormat berkenan untuk memutuskan hal-hal sebagai berikut :

PRIMAIR

Page 12: Putusan No.459 PN.Jak.Sel.

1. Menerima dan mengabulkan Gugatan PENGGUGAT untuk seluruhnya;

2. Menyatakan bahwa TERGUGAT telah melakukan Perbuatan Melawan Hukum

3. Memerintahkan TERGUGAT untuk mengajukan permintaan maaf secara terbuka dengan cara memasang iklan atas perbuatan melawan hukum yang telah dilakukannya, dengan redaksional yang ditentukan oleh PENGGUGAT, pada sedikitnya 10 harian umum nasional, yaitu KOMPAS, MEDIA INDONESIA, REPUBLIKA, JAKARTA POST, BISNIS INDONESIA, RAKYAT MERDEKA, MERDEKA, BERITA UTAMA, SINAR PAGI, JAWA POS, pada 2 harian umum lokal yaitu Cendrawasih Pos, Tifa Papua; yang masing-masing keseluruhannya satu halaman penuh selama satu minggu berturut-turut; sedikitnya 10 majalah nasional antara lain yaitu TEMPO, FORUM KEADILAN, SWA, WARTA EKONOMI, KONTAN; sedikitnya 5 majalah internasional antara lain yaitu TIME, FINANCIAL TIMES, FAR EASTERN, ECONOMIC REVIEW, NEWSWEEK, ASIA WEEK, THE ECONOMIST; tiga harian internasional yaitu INTERNASIONAL HERALD TRIBUNES, NEW YORK TIMES, USA TODAY, WASHINGTON POST, yang masing-masing keseluruhannya satu halaman penuh selama satu bulan berturut-turut; sedikitnya 6 media elektronik televisi, yaitu TVRI, SCTV, RCTI, INDOSIAR, ANTEVE, TPI; media elektronik televisi internasional yaitu CNN, CNBC, BBC, BLOOMBERG, REUTERS TV, yang masing-masing disiarkan pada jam tayang utama (Prime Time) selama satu minggu berturut-turut, serta sedikitnya 10 media elektronik radio yang keseluruhan waktu tayangnya setidaknya 5 kali dalam sehari dengan durasi selama 1 menit selama 10 hari berturut-turut, selmabat-lambatnya 7 hari setelah dikeluarkannya putusan yang telah berkekuatan tetap dalam perkara ini.

4. Memerintahkan TERGUGAT untuk membayar uang paksa (dwangsom) sebesar US$ 100.000,00 (seratus ribu dollar Amerika) untuk setiap keterlambatan menjalankan putusan dalam putusan ini, berikut bunga sesuai dengan bunga bank yang berlaku di Indonesia, terhitung sejak putusan ini berkekuatan tetap.

5. Menyatakan putusan dalam perkara ini dapat dilaksanakan terlebih dahulu, walaupun ada upaya verzet, banding maupun kasasi.

6. Menghukum TERGUGAT untuk membayar seluruh biaya perkara hingga Putusan ini mempunyai kekuatan hukum tetap.

SUBSIDAIRApabila pengadilan berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya.Menimbang bahwa pada persidangan yang ditetapkan hadir kuasa kedua pihak berperkara dimana telah Majelis usahakan untuk mendamaikan perkara ini akan tetapi tidak berhasil karena pemeriksaan perkara ini dimulai dengan membacakan surat gugatan Penggugat yang isinya tetap dipertahankan.Menimbang, bahwa atas gugatan Penggugat tersebut oleh Tergugat disampaikan jawaban tanggal 21 Maret 2001 sebagai berikut :

I. DALAM EKSEPSI

1. GUGATAN KURANG PIHAK

1. Montgomery Watson Harus Dijadikan Pihak Tergugat

1. Bahwa Penggugat dalam surat gugatannya pada bagian posita butir 25 dan butir 26 menyebutkan bahwa Tergugat, yang telah mampublikasikan hasil laporan audit Montgomery Watson dalam siaran pers tertanggal 22 Desember 1999, dianggap menutup-nutupi fakta kerusakan lingkungan.

Page 13: Putusan No.459 PN.Jak.Sel.

2. Montgomery Watson merupakan suatu perusahaan independent yang profesional dan dipercaya mempunyai kompetensi dalam bidang lingkungan hidup.

3. Bahwa hasil audit tersebut andaikata tidak benar = quod non = maka pembuat/pelaku audit lingkungan tersebut hasruslah turut digugat.

4. Bahwa dengan demikian jelas bahwa gugatan ini kurang pihak sehingga oleh karenanya gugatan Penggugat haruslah ditolak atau setidak-tidaknya dinyatakan tidak dapat diterima.

2. GUGATAN TIDAK JELAS

1. Peristiwa Yang Digugat Tidak Jelas

1. Bahwa Penggugat dalam surat gugatannya pada bagian posita telah menguraikan tentang adanya suatu peristiwa pada tahun 1998 dan juga menguraikan tentang adanya peristiwa pada tahun 2000. Demikian kedua peristiwa tersebut berbeda satu sama lainnya.

2. Bahwa penguraian gugatan tidak secara jelas atau tegas atas peristiwa ditahun yang mana merupakan dasar/landasan dari tuntutan Penggugat terhadap Tergugat atau dengan perkataan lain posita Penggugat sering berpindah-pindah peristiwa, sehingga gugatan Penggugat menjadi kabur.

3. Bahwa oleh karenanya berdasarkan hal tersebut di atas gugatan Penggugat haruslah ditolak atau setidak-tidaknya dinyatakan tidak dapat diterima.

2. Petitum Di Luar Putusan Pengadilan

1. Bahwa Penggugat didalam surat gugatannya pada bagian petitum butir 3 telah menuntut agar "... dengan redaksional yang ditentukan oleh Penggugat...".

2. Bahwa andaikata gugatan Penggugat diterima oleh Majelis Hakim = quod non = khususnya untuk butir 3 petitum, maka redaksional yang akan ditentukan oleh Penggugat tersebut akan berada di luar putusan Pengadilan (Majelis Hakim).

3. Bahwa dengan demikian petitum butir 3 gugatan adalah tidak jelas dan kabur, sehingga oleh karenanya gugatan Penggugat haruslah ditolak atau setidak-tidaknya dinyatakan tidak dapat diterima.

3. Tanggung Jawab Mutlak (Strict Liability)

1. Bahwa dalam posita gugatan didalihkan adanya tanggung jawab mutlak (Strict Liability) dari tergugat berdasarkan Pasal 35 ayat (1) Undang-Undang No. 23 Tahun 1997, yang berbunyi : "Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang usaha dan kegiatannya menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, yang menggunakan bahan berbahaya dan beracun dan/atau menghasilkan limbah bahan berbahaya dan beracun, bertanggung jawab secara mutlak atas kerugian yang ditimbulkan, dengan kewajiban membayar ganti rugi secara langsung dan seketika

Page 14: Putusan No.459 PN.Jak.Sel.

pada saat terjadinya pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup."

2. Penerapan Strict Liability menurut Pasal 35 ayat (1) mensyaratkan sebagai berikut : 

1. Adanya dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup.

2. Adanya tuntutan ganti rugi

3. Bahwa Penggugat tidak mengendalikan adanya kegiatan Tergugat yang menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan.

4. Bahwa bentuk ganti rugi yang dimaksudkan dalam Pasal 35 ayat (1) tersebut dijelaskan dalam bagian penjelasan Pasal 34 ayat (1) yaitu :

Memasang atau memperbaiki unit pengolahan limbah sehingga limbah sesuai dengan baku mutu lingkungan hidup yang ditentukan.

Memulihkan fungsi lingkungan hidup.

Menghilangkan atau memusnahkan penyebab timbulnya pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup.Adapun petitum surat gugatan tidak menuntut ganti rugi sebagaimana ditentukan penjelasan Pasal 34 ayat (1) Undang-Undang No. 23 Tahun 1997.

5. Dengan demikian gugatan Penggugat tidak memenuhi syarat Strict Liability yang ditentukan Pasal 35 ayat (1) tersebut, karenanya gugatan Penggugat hasruslah dinyatakan ditolak atau setidak-tidaknya dinyatakan tidak dapat diterima.

2. SURAT KUASA PENGGUGAT TIDAK MEMENUHI SYARAT FORMAL

1. Menurut Pasal 38 ayat (3) Undang-Undang No.23 Tahun 1997

1. Bahwa Penggugat pada bagian awal halaman pertama angka 1 s/d 5 surat gugatannya menyebutkan antara lain ".... untuk dan atas nama Yayasan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI).

2. Bahwa begitu pula pada bagian angka romawi I tentang "Keduduakn Hukum Dan Kepentingan Penggugat sebagai Lembaga Swadaya Masyarakat yang bergerak di bidang lingkungan hidup, dengan jelas menyatakan bahwa Penggugat adalah sebagai sebuah yayasan."

3. Bahwa akan tetapi di dalam surat kuasa yang diberikan kepada kuasa hukumnya dan yang diajukan ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan tidak terlihat bahwa Penggugat adalah sebagai sebuah yayasan.

4. Bahwa apabila Penggugat sebagai Yayasan, maka redaksional seharusnya menyatakan bahwa nama-nama tersebut bertindak dalam jabatannya dalam

Page 15: Putusan No.459 PN.Jak.Sel.

hal ini secara bersama-sama bertindak mewakili Dewan Pengurus Harian karenanya bertindak untuk dan atas nama WALHI, dan tidak seperti yang terdapat dalam surat kuasa khusus tertanggal 27 Oktober 2000.

5. Bahwa karenanya jelas kedudukan hukum Penggugat tidaklah memenuhi syarat formil Pasal 38 Undang-Undang No. 23 Tahun 1997, sehingga oleh karenanya gugatan Penggugat haruslah ditolak atau setidak-tidaknya dinyatakan tidak diterima.

2. Surat Kuasa Tidak Mencantumkan Perbuatan Yang Digugat

1. Bahwa surat kuasa Penggugat menyatakan memberi kuasa kepada Penerima Kuasa untuk melakukan gugatan perbuatan melawan hukum.

2. Pencantuman yang demikian tidak memenuhi syarat pemberian kuasa yang diatur dalam SEMA No. MA/KUMDIL/288/X/K/1994, maka sepatutnya gugatan ditolak atau setidak-tidaknya dinyatakan tidak dapat diterima.

3. Karena surat kuasa tidak mencantumkan prbuatan yang hendak dugugat seperti yang disyarakan oleh SEMA No. ME/KUMDIL/288/X/K/1994, maka sepatutnya gugatan ditolak atau setidak-tidaknya dinyatakan tidak dapat diterima.

2. PENGGUGAT TIDAK MELAKUKAN GUGATAN SESUAI DENGAN PASAL 38 AYAT (1) UNDANG-UNDANG NO.23 TAHUN 1997

1. Pasal 38 ayat (1) menentukan : "Dalam rangka pelaksanaan tanggung jawab pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan pola kemitraan, organisasi lingkungan hidup berhak mengajukan gugatan untuk kepentingan pelestarian lingkungan hidup."

2. Bahwa ternyata tuntutan-tuntutan dalam petitum gugatan tidak ditujukan untuk kepentingan fungsi pelestarian lingkungan hidup tetapi hanya ditujukan untuk kepentingan Penggugat belaka.

3. Karena gugatan tidak dimaksudkan untuk kepentingan fungsi lingkungan seperti dimaksud Pasal 38 ayat (1), maka sesungguhnya gugatan ini bukan merupakan gugatan lingkungan hidup melainkan gugatan perdata biasa.

4. Bahwa antara Penggugat dengan Tergugat tidak terdapat hubungan perdata, oleh karenanya gugatan Penggugat harus dinyatakanditolak atau setidak-tidaknya dinyatakan tidak dapat diterima.

3. PEMBATASAN GUGATAN MENURUT PASAL 38 AYAT (2) UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 1997

1. Bahwa Pasal 38 ayat (1) Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 adalah benar sebagaimana yang dikutip oleh Penggugat mamberikan hak kepada masyarakat maupun Organisasi Lingkungan Hidup untuk mengajukan gugatan.

2. Bahwa, sesuai dengan ketentuan Pasal 38 ayat (2) Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 berikut penjelasannya, tuntutan-tuntutan dalam gugatannya yang boleh diajukan oleh Organisasi Lingkungan Hidup terbatas hanya pada :

1. Memohon kepada Pengadilan agar seseorang diperintahkan untuk melakukan tindakan hukum

Page 16: Putusan No.459 PN.Jak.Sel.

tertenty yang berkaitan dengan tujuan pelestarian fungsi lingkungan hidup.

2. Menyatakan seseeorang telah melakukan perbuatan melanggar hukum karena telah mencemarkan atau merusak lingkungan hidup.

3. Memerintahkan seseorang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan untuk membuat atau memperbaiki unit pengolah limbah.

3. Bahwa Penggugat dalam surat gugatannya pada petitum bagian Primair dan Subsidair secara keseluruhan tidak satupun memuat tuntutan sebagaimana yang diatur alam Pasal 38 ayat (2) Undang-Undang No. 23 Tahun 1997, bahkan jauh menyimpang. Oleh karenanya gugatan Penggugat haruslah ditolak atau setidak-tidaknya dinyatakan tidak dapat diterima.

4. GUGATAN SALAH OBJEK

1. Informasi yang dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 adalah informasi mengenai "pengelolaan lingkungan hidup."

Menurut Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang No. 23 Tahun 1997, pengertian "pengelolaan lingkungan hidup" adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharan, pemulihan, pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup.

Dengan kata lain informasi-informasi tersebut di atas berhubungan langsung dengan penyusunan dan pelaksanaan AMDAL.

2. Adapun informasi yang digugat oleh Penggugat adalah informasi berkaitan dengan Siaran Pers ataupun Dengar Pendapat dengan Komisi VIII DPR RI yang tidak termasuk dalam pengertian pengelolaan lingkungan hidup seperti dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) jo. Pasal 1 angka 2 Undang-Undang No. 23 Tahun 1997.

3. Bahwa berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas jelas bahwa gugatan Penggugat telah salah objek, oleh karenanya gugatan Penggugat haruslah ditolak atau setidak-tidaknya dinyatakan tidak dapat diterima.

II. DALAM POKOK PERKARA

1. Bahwa Tergugat menolak seluruh dalil Penggugat kecuali untuk hal-hal yang diakui secara tegas kebenarannya, serta mohon agar hal-hal yang diuraikan dalam eksepsi dianggap telah diulang dan termuat dalam pokok perkara.

2. Bahwa pada tanggal 7 April 1967, ditandatangani Kontrak Karya antara Pemerintah Republik Indonesia dengan Freeport Indonesia Incorporated. (Bukti T-1).

Freeport Indonesia Incorporated merupakan suatu perusahaan yang didirkan berdasarkan hukum perseroan Negara Bagian Delaware, Amerika Serikat.

Berdasarkan Kontrak Karya ini, Freeport Indonesia Incorporated ditunjuk sebagai Kontraktor tunggal untuk menambang tembaga dan bahan logam lain (emas dan perak) di wilayah Erstberg, Irian Jaya.

Page 17: Putusan No.459 PN.Jak.Sel.

Setelah melalui masa konstruksi, Freeport Indonesia Incorporated mulai melakukan penambangan pada tahun 1972.

3. Bahwa pada tanggal 26 Desember 1991, berdasarkan akta Notaris Rahmah Arie Soetardjo, SH. No.102, didirikan sebuah Perseroan Terbatas PT. Freeport Indonesia Company, yang mengganti segala hak-hak dan kewajiban Freeport Indonesia Incorporated. (Bukti T-2).

Pemegang Saham pada PT. Freeport Indonesia Company (sekarang bernama PT. Freeport Indonesia/TERGUGAT) pada waktu didirikan adalah :· Freeport - McmOran Copper & Gold Inc.· Pemerintah Republik Indonesia.

4. Pada saat ini pemegang saham PT. Freeport Indonesia adalah :a. Freeport - McMoran Copper & Gold Inc.b. Pemerintah Republik Indonesia.c. PT. Indocopper Investama Tbk

5. Bahwa pada tanggal 30 Desember 1991 Tergugat telah menandatangani Kontrak Karya baru dengan Pemerintah Republik Indonesia yang mengandung syarat-syarat yang lebih menguntungkan bagi Negara Republik Indonesai (Bukti T-3).Dalam Kontrak Karaya ini, Tergugat diberi hak untuk melakukan operasi pertambangan dalam wilayah Kontrak Karya yang teridiri atas dua blok yakni :16.1. Blok A mencakup wilayah seluas 10.000 ha.16.2. Blok B mencakup wilayah seluas 2,6 juta ha.

6. Bahwa sesuai dengan Kontrak Karya baru setelah melakukan eksplorasi pada wilayah Kontrak Karya Blok B, Tergugat kemudian mengembalikan sekitar 92,22% dari total wilayah Kontrak Karya Blok B, sehingga saat ini Tergugat hanya menguasai 7,78% atau sekitar 202,950 ha. (Bukti T-4).

7. Bahwa dalam Kontrak Karya kedua ini diberikan berdasarkan permohonan Tergugat kepada Pemerintah Republik Indonesia, berhubung ditemukannya endapan mineral baru di Grasberg pada tahun 1988.

8. Bahwa setelah diberlakukannya Undang-Undang No.4 Tahun 1982, mengenai Pokok-pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, Tergugat menyusun suatu Studi Dampak Lingkungan di bawah pengawasan Departemen Pertambangan dan Energi. Meskipun Tergugat telah beroperasi selama sekitar 12 athun berdasarkan persetujuan pemerintah, Tergugat tetap mengajukan dokumen ANDAL (sebuah studi lingkungan bagi proyek baru) kepada pemerintah pada tahun 1984 guna memenuhi semua persyaratan yang berlaku pada saat itu.Dokumen ANDAL 1984 tersebut tidak mengacu kepada Peraturan Pemerintah No.29 Tahun 1986, mengenai Pelaksanaan Analisis Dampak Lingkungan, mengingat Peraturan Pemerintah No.29 Tahun 1986 baru diterbitkan pada tahun 1986 dan diberlakukan pada tahun 1987.

9. Bahwa pada tahun 1990, atas instruksi Departemen Pertambangan dan Energi, Tergugat mulai memperbarui laporan ANDAL tahun 1984 agar dapat mencakup berbagai perubahan kegiatan yang telah dilaksanakan selama masa 1984 - 1990, dan rencana kegiatan tahun 1991 - 1993, guna memungkinkan pengelolaan bijih tembaga sampai kira-kira 66.000 ton per hari.

Page 18: Putusan No.459 PN.Jak.Sel.

Studi ini telah dipresentasikan di hadapan Komisi Pusat AMDAL (Komisi AMDAL) serta Departemen Pertambangan dan Energi pada tanggal 6 Mei 1992.

Melalui surat No.351/0115/KPA/1992, tertanggal 28 Oktober 1992, Komisi Pusat AMDAL serta Departemen Pertambangan dan Energi menginstruksikan Tergugat untuk merubah Studi Evaluasi Lingkungan (SEL) yang dipresentasikan pada bulan Mei 1992 agar meliputi pengembangan kegiatan pertambangan dan pengolahan bijih sampai kapasitas sebesar 150.000 - 160.000 ton per hari sesuai dengan rencana Tergugat.

Dengan demikian, dokumen SEL 160.000 ton per hari diperbaiki, disempurnakan, dikembangkan dan meliputi dokumen SEL yang dievaluasi Komisi AMDAL pada tanggal 6 Mei 1992 agar dapat memenuhi ketentuan yang berlaku bagi pelaksanaan rencana peningkatan kapasitas produksi sebesar 115.000 - 120.000 ton per hari untuk pada akhirnya mencapai produksi 150.000 - 160.000 ton per hari.

Pada tanggal 22 Februari 1994, SEL mendapat persetujuan dari Menteri Pertambangan dan Energi sebagaimana ternyata dalam surat No. 881/0115/SJ.T/1994. (Bukti T-5)

10. Bahwa pada tanggal 6 Januari 1997 dengan surat No. B-82/MENLH/01/97, Menteri Negara Lingkungan Hidup mengharuskan tergugat melakukan Studi mengenai Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Regional (Bukti T-6).

Studi ANDAL Regional dimaksudkan agar dapat menunjang tinggkat produksi sampai dengan 300.000 ton per hari.

11. Bahwa untuk mengumpulkan dan menganalisa data bagi studi ANDAL Regional, Tergugat telah melakukan 42 kajian teknis dan 5 lokakarya. (Bukti T-7).

12. Bahwa sehubungan dengan rencana ANDAL Regional yang diajukan Tergugat, Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDAL) dengan surat No. B-705/III/03/1997 tanggal 11 Maret 1997 telah meminta tanggapan dan penilaian dari : (Bukti T-8).a. Ketua Komisi AMDAL Pusat Departemen Dalam Negeri.b. Ketua Komisi AMDAL Pusat Departemen Perindustrian dan Perdagangan.c. Ketua Komisi AMDAL Pusat Departemen Parpostel.d. Kepala Biro Lingkungan dan Teknologi Departemen Pertambangan dan Energi.e. Ketua Komisi AMDAL Pusat Departemen Kehutanan.f. Ketua Komisi AMDAL Pusat Departemen Perhubungan u/p Dirjen Perla.g. Ketua Komisi AMDAL Pusat Departemen Parpostel.h. Ketua Komisi AMDAL Pusat Departemen Pekerjaan Umum.i. Ketua Komisi AMDAL Pusat Departemen Pertanian.j. Ketua Komisi AMDAL Pusat Depatemen Transmigrasi.k. Ketua Komisi AMDAL Pusat Departemen Kesehatan.l. Ketua Komisi AMDAL Daerah Irian Jaya.m. Kepala Biro Lingkungan Hidup Irian Jaya.n. Ketua BAPPEDA Dati II Kabupaten mimika.o. Deputi Bidang Pembinaan dan Pengendalian Pengawasan/Satgas BKPM.p. Deputi Bidang Pengaturan, penguasaan dan penatagunaan Tanah

Page 19: Putusan No.459 PN.Jak.Sel.

BPN.q. Deputi Bidang Regional dan Daerah BAPPENAS.r. Asisten I Menteri Negara Lingkungan Hidup.s. Asisten II Menteri Negara Lingkungan Hidup.t. YTMD Irian Jaya.u. WALHI.

13. Bahwa setelah mendapat masukan-masukan dari seluruh instansi tersebut di atas termasuk WALHI (Penggugat), hasil pembahsan ANDAL oleh Komisi AMDAL tersebut disampaikan BAPEDAL kepada Tergugat dengan surat No. B-1137/III/04/1997 tanggal 10 April 1997. (BuktiT-9)

Dalam suratnya itu, BAPEDAL menyatakan bahwa ANDAL Tergugat masih harus disempurnakan dengan mengacu pada notulensi dan kompilasi masukan tertulis dari anggota sidang.

14. Bahwa stelah dokumen ANDAL Regional diperbaiki dan disempurnakan oleh Tergugat, sesuai dengan masukan dari anggota sidang di atas maka BAPEDAL menyampaiakn Dokumen ANDAL tersebut kepada seluruh anggota komisi AMDAL untuk mendapat pembahasan dan penilaian engan surat No. B-4295/III/1997 tanggal 2 September 1997. (Bukti T-10).

15. Bahwa setelah mendapat penilaian dari komisi-komisi AMDAL tersebut, maka Menteri Negara Lingkungan Hidup mengeluarkan surat persetujuan yang tertuang dalam keputusan No. KEP-55/MENLH/12/1997 tanggal 22 Desember 1997, tentang persetujuan Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL), Rencana pengelolaan lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL). (Bukti T-11).

16. Bahwa disamping itu, berbagai instansi pemerintah jug atelah memberikan izin-izin kepada Tergugat untuk melakukan kegiatan pertambangan yaitu :

1. Persetujuan Departemen Pertambangan dan Energi qq Dirjen Pertambangan Umum No. 2400/2012/DJP/1991 tanggal 5 November 1991 tentang kegiatan penambanga di Grasberg termasuk penggunaan Lembah Cartenz Meadow sebagai tempat penimbunan. (Bukti T-12.1)

2. Persetujuan Departemen Pertambangan dan Energi No. 3543/0115/SJ.T/1996 tanggal 6 September 1996 tentang studi ANDAL, RKL dan RPL PLTU Amamapare (4 x 65 MW) dan SUTT 230 kV. (Bukti T-12.3)

3. Persetujuan Departemen Pertambangan dan Energi qq Dirjen Pertambangan Umum No. 488/25.01/DJP/1999 tanggal 12 Maret 1999 tentang peningkatan produksi sampai 300.000 ton per hari. (Bukti T-12.3)

4. Persetujuan Departemen Pertambangan dan Energi qq Dirjen Pertambangan umum No. 1366/28.01/DJP/2000 tanggal 4 Juli 2000 tentang Stabilitas Timbunan Overburden di Danau Wanagon. (Bukti T-12.4)

5. Persetujuan Menteri Kehutanan No. 242/Menhut-VI/93 tanggal 13 Februari 1993 tentang Penggunaan Kawasan Hutan Guna Tempat Penampungan Limbah Pertambangan (Tailing). (Bukti T-12.5).

6. Persetujuan Menteri Kehutanan No. 25/Menhut-VIII/1997 tanggal 9 Januari 1997 tentang Penggunaan Kaasan Hutan untuk Pembangunan PLTU dan Fasilitas Penunjangnya dan Areal Penampungan Sisa Penambangan (Tailing). (Bukti T-12.6).

Page 20: Putusan No.459 PN.Jak.Sel.

7. Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 693/Kpts-II/1998 tanggal 14 Oktober 1998 tentang Pelepasan Kawasan Hutan dari Kelompok Hutan Sungai Jaramaya-Sungai Otomora Seluas 735,30 Hektar di Kabupaten Mimika untuk Pembangunan Jaringan Jalan, Jalur Transmisi PLTU dan Fasilitas Penunjang Lainnya. (Bukti T-12.7)

8. Izin Gubernur Irian Jaya No. 540/154/SET tanggal 20 Juni 1996 tentang Pemanfaatan Sungai Ajkwa untuk Penyaluran Limbah Pertambangan (Tailing). (Bukti T-12.8)

9. Izin Gubernur Irian Jaya No. 540/2102/SET tanggal 20 Juni 1996 tentang Pemanfaatan Sungai Aghwa/Otomona/Minajerwi/Ajkwa untuk Penyaluran Limbah Pertambangan (Tailing). (Bukti T-12.9).

10. Perjanjian antara Pemerintah Daerah Tingkat I Irian Jaya dengan Tergugat tanggal 6 September 1996 mengenai penggunaan air dan bahan galian C. (Bukti T-12.10).

11. Izin Gubernur Irian Jaya No. 660/4268/SET tanggal 4 Desember 1997 tentang Penngunaan Lokasi Danau Wanagon Untuk Penimbunan Batuan Penutup. (Bukti T-12.11).

12. Izin Gubernur Irian Jaya No. 671/2188/Set tanggal 29 Juni 1998 tentang Pengelolaan Limbah Cair Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). (Bukti T-12.12.).

13. Izin Gubernur Irian Jaya No. 503/2299/SET tanggal 19 Agustus 1999 tentang Pembuangan Limbah Cair dari Kegiatan Cargo Dock Container Wash di Amamapare, Sewage Treatment Plant di MP-64 dan Ridge Camp Acetyelene Plant di MP-72. (Bukti T-12.13).

14. Izin Gubernur Irian Jaya No. 660/3053/SET tanggal 4 November 1999 tentang Pembuangan Limbah Cair dari Kolam Pengendapan Konsentrat di Amamapare dan Pengumpula dan Pengolahan Air Pelindian di Lokasi Pembuangan Limbah di MP-38. (BuktiT-12.14)

15. Keputusan Gubernur Propinsi Irian Jaya No. 15 tahun 2000 tanggal 29 Februari 2000 tentang Pemberian Izin Pemboran Air Bawah Tanah, Pengambilan/Pemakaian Air Bawah Tanah Hasil Pemboran, Penurapan Mata Air dan Pengambilan/Pemakaian Air Hasil Penurapan. (Bukti T-12.15).

16. Peraturan Daerah Kabupaten Tingkat II Fak-Fak No. 2 tahun 1997 tanggal 3 Mei 1997 tentang Rencana Detail Tata Ruang Daerah Aliran Sungai Kamora, Ajkwa, Minajerwi dan Mawati. (Bukti T-12.16).

17. Perjanjian dengan Departemen Kehutanan dan Perkebunan Irian Jaya No. 02/PPKH/KWL-IRJA/1998-JK-98037 tanggal 1 Mei 1998 tentang Pinjam Pakai Kawasan Hutan. (Bukti T-12.17).

18. Keputusan Kepala Badan Pertahanan Nasional Kabupaten Mimika No. 560-1/001/BPN/MMK tanggal 4 Juli 1998 tentang Pemberian Izin Lokasi Untuk Keperluan Penambahan Areal Penampungan Limbah Tambang (Tailing Deposition Area). (Bukti T-12.18).

17. Bahwa dari uraian butir 15 dan 16 di atas, Tergugat telah mendapatkan semua izin yang diperlukan dari Pemerintah Pusat maupun dari Pemerintah Daerah. Sebelum membrikan persetujuan-

Page 21: Putusan No.459 PN.Jak.Sel.

persetujuan tersebut, khususnya AMDAL, Pemerintah terlebih dahulu mewajibkan Tergugat untuk melakukan studi-studi lingkungan hidup yang komprehensif dengan standar internasional untuk mengevaluasi dampak-dampak lingkunga yang ditimbulkan dari aktivitas pertambangan Tergugat.

Bahwa Tergugat secara konsisten melaksanakan aktivitas pertambangannya sesuai dengan perizinan yang telah diberikan oleh Pemerintah tersebut di atas, termasuk memebrikan laporan berkala kepada Pemerintah. Disamping itu, Pemerintah juga selalu melaksanakan pengawasan atas aktivitas pertambangan yang dilakukan oleh tergugat.

Karena Tergugat telah melakaukan seluruh kewajibannya, maka gugatan Penggugat tidak mempunyai dasar hukum yang kuat dan oleh karenanya gugatan Penggugat harus dinyatakan ditolak.

18. Bahwa disamping telah memenuhi persyaratan formal seperti ternyata dari didapatnya izin-izin dari berbagai instansi pemerintah tersebut dalam butir-butir 15 dan butir 16 di atas, Tergugat juga telah mendapatkan pernyataan tidak berkeberatan dari masyarakat Amungme untuk meneruskan penggunaan lembah dan cekungan Wanagon sebagai tempat penimbunan batuan penutup.

Pernyataan tidak berkeberatan tersebut dinyatakan dengan suatu upacara adat yang dilaksanakan pada tanggal 27 Desember 2000. (Bukti T13).

19. Bahwa berdasarkan keterangan pada butir 18 di atas, terbukti bahwa Tergugat sangat menghormati kepercayaan dan adat masyarakat Amungme. Oleh karenanya dalil Penggugat dalam butir 17 surat gugatan adalah tidak benar.

20. Bahwa mengenai penggunaan cekungan Wanagon sebagai tempat penimbunan bahan batuan penutup, dapat disampaikan hal-hal sebagai berikut : (Bukti T-11).

1. Batuan penutup merupakan batuan yang tidak cukup mengandung logam brharga sehingga harus disingkirkan.

2. Menurut studi ANDAL regional, batuan penutup yang akan dihasilkan sejak tahun 1997 sampai masa akhir tambang berkisar 2,02 milyar ton.

3. Dalam ANDAL Regional telah disiapkan suatu rencana pengelolaan batuan limbah (RPBL) dengan tujuan melaksanakan sistem kontrol secara geokimia terhadap penempatan batuan penutup.

4. Untuk menimbun batuan penutup, diperlukan suatu tempat penimbunan yang luasnya mencapai 1000 ha.

5. Dalam studi kelayakan ANDAL telah dikaji beberapa lokasi penimbunan dan dari beberapa alternatif yang ada hanya cekungan Wanagon dan lembah Cartenz yang memungkinkan untuk itu.

6. Penggunaan danau Wanagon sebagai tempat penimbunan batuan penutup telah dikaji dan mendapat izin dari Departemen Pertambangan dan Energi dan Gubernur Irian Jaya. (Bukti T-12.11).

Page 22: Putusan No.459 PN.Jak.Sel.

7. Dampak yang ditimbulkan dari timbunan batuan penutup adalah : (Bukti T-11)

1. Terjadi air asam tambang sebagai hasil reaksi antara belerang dalam batuan penutup dengan air dan udara.

2. Air asam tambang bersifat melarutkan logam-logam dalam batuan penutup sehingga air tersebut mengandung tembaga, besi, aluminium dan beberapa logam lain dalam konsentrasi yang relatif tinggi.Untuk menetralkan air asam tambang dan meningkatkan PH air, dipergunakan kapur. Penggunaan kapur telah diuraikan dalam dokumen ANDAL Regional yang telah mendapat persetujuan dari Menteri Negara Lingkungan Hidup.

3. Penggunaan kapur menghasilkan sludge, yakni lumpur hasil netralisir air asam tambang sengan kapur.

4. Menurut baku mutu yang telah ditentukan dalam PP 18 Tahun 1999 jo PP 85 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Beracun (B3), namun karena sludge ini tenggelam dan bertumpuk di dasar danau, maka sludge tidak menimbulkan efek bahaya bagi lingkungan.

5. Selain penggunaan kapur, Tergugat juga telah dan sedang membangun saluran-saluran air bawah tanah guna mengumpulkan dan menampung air asam tambang.Saat ini Tergugat membangun pabrik yang akan mengolah dan menetralisir sludge dan air asam tambang dengan mendapatkan hasil sampingan berupa tembaga.

21. Longsor tanggal 4 Mei 2000.Berdasarkan "Studi Komprehensif Penyebab Longsornya Timbunan Overburden di Cekungan Wanagon dan Upaya Penanggulangannya" yang dilakukan oleh LAPI-ITB, yakni sebuah institusi independen yang diakui sangat profesional dan berkompeten dalam bidang lingkungan, disimpulkan bahwa longsornya batuan penutup disebabkan hujan lebat di atas normal 4 hari berturut-turut. (Bukti T-14)

Menurut hasli studi tersebut, terjadi dua zona longsoran berturut-turut :

1. Zona keoongsoran pertama terjadi pada 1/3 tinggi lereng di bagian atas, disebabkna oleh adanya infiltrasi air yang relatif tinggi di dalam material overburden yang menyebabkan naiknya tekanan air pori yang selanjutnya mengakibatkan berkurangnya kuat geser material (blow out). Selain itu erosi permukaan di bawah timbunan juga memicu erosi-erosi selanjutnya yang merambat ke atas.

2. Zona kelongsoran kedua terjadi pada tumit (toe) lereng akibat terganggunya pondasi timbunan bantuan penutup. Gelombang air akibat longsoran pertama meruntuhkan dinding penahan air dan lumpur di bagian outlet cekungan sehingga terjadi penurunan muka air di cekungan secara tiba-tiba. Disamping itu longsornya timbunan dari ketinggian 200 sampai 300 meter menyebabkan terjadinya pemindahan

Page 23: Putusan No.459 PN.Jak.Sel.

beban yang cukup tinggi ke dalam pondasi timbunan. Tekanan air pori di dalam pondasi juga otomatis naik menyebabkan pondasi kehilangan stabilitsnya dan terjadi kelongsoran pada tumit lereng timbunan.

Hasil studi komprehensif tersebut telah diserahkan dan diterima oleh Dirjen Pertambangan Umum.

22. Bahwa karena hasil penelitian tersebut menunjukkan tidak terdapat/terjadi dampak lingkungan yang besar dan penting sebagaimana didalihkan oleh Penggugat dalam surat gugatannya, maka pemerintah qq Dirjen Pertambangan Umum mengeluarkan surat No. 3364/28.04/DJP/2000 tanggal 21 Desember 2000 memberi Persetujuan melanjutkan penimbunan kembali overburden di Wanagon. (Bukti T-15).

23. Runtuhnya timbunan batuan penutup mengakibatkan gelombang air setinggi sekitar 50 M sampai 60 M yang menghantam tanggul yang sedang dibangun sehingga air tumpah ke sungai Wanagon.Bahwa tumpahan air kemudian mencapai desa Banti, suatu desa berjarak sekitar 16 Km dari Wanagon tanpa adanya korban jiwa. Tidak adanya korban jiwa di desa Banti tidak terlepas dari bekerjanya suatu sistem tanda bahaya yang telah disiapkan Tergugat, yakni Early Response Plan (Sistem Tanda Bahaya), berupa suatu sistem tanda bahaya terpadu dan berlapis guna menghadapi kemungkinan kecelakaan yang terdiri dari : (Bukti T-16)

1. Emergency response Group merupakan sebuah kelompok kerja yang bertugas memberi peringatan dan melakukan upaya-upaya darurat dalam hal terjadi kecelakaan.

2. Early Warning System merupakan alarm yang akan berbunyi secara otomatis jika debit air di sungai Wanagon meningkat.

Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa Sistem Tanda Bahaya yang dimiliki oleh Tergugat tidak hanya berupa alarm saja, namun berupa suatu sistem tanda bahaya yang terpadu dan berlapis guna menghadapi kemungkinan kecelakaan.

24. Bahwa bekerjanya Sistem Tanda Bahaya pada saat longsor Mei 2000, sebagai berikut : (Bukti T-16)

1. Pada jam 21.30 WIT, longsor batuan penutup terjadi di danau Wanagon yang mengakibatkan air danau meluap dan tumpah ke sungai Wanagon.

2. Longsoran batuan penutup ternyata terlebih dahulu menghantam dan merusak monitor alarm (early warning response) sehingga alarm tidak berfungsi secara otomatis.

3. Mengetahui adanya banjir, maka petugas Emergency Response Group yang bertugas di Banti segera membangunkan dan memberitahu penduduk Banati mengenai adanya banjir di sungai Wanagon dan membantu orang-orang di desa Banti mengungsi ke tempat yang lebih tinggi.

4. Petugas Emergency Response Group yang dikirim dari Tembagapura ke Banti dengan segera membunyikan alarm secara manual.

5. Cepatnya petugas Emergency Response Group membangunkan dan membantu penduduk desa Banti

Page 24: Putusan No.459 PN.Jak.Sel.

menunjukkan bahwa Sistem Tanda Bahay berfungsi dengan baik walau alarm tidak berbunyi secara otomatis.

25. Bahwa bersama-sama luapan air, terbawa pula sludge ke dalam sungai Wanagon. Sesuai hasil studi oleh LAPI-ITB dan Tergugat (Bukti T-14), melalui peninjauan secara langsung di daerah ADA (Ajkwa Deposition Area/Daerah Pengendapan Ajkwa) dampak kehidupan air dapat dikategorikan rendah. Terlihat ada beberapa buaya, ikan dan udang berenang dekat permukaan menuju kolam atau genangan yang berdekatan dengan daerah ADA mencari jalan keluar dari beban aliran timbunan. Namun peristiwa peluapan tidak meninggalkan korban yang berarti pada hewan dan biota air.Pengujian laboratorium terhadap jaringan hewan air menunjukkan bahwa kemungkinan terjadinya keracunan tembaga tipis sekali dan efek yang terjadi cenderung karena adanya sedimen di atas normal

26. Bahwa tidak benar dalil butir 24.5 dan 24.6 surat gugatan yang menyatakan Tergugat membuat pengumuman dalam Annual Report tahun 1998 secara bertentangan dengan hasil investigasi awal Call & Nicholas. (Bukti T-17.1)

1. Untuk mengerti yang dimaksud "after a period of heavily rainfall" oleh Tergugat dalam Annual Report tahun 1998 tersebut, mesti diacu catatan curah hujan harian yang terjadi pada hari-hari sebelum tanggal 20 Juni 1998.

2. Curah hujan harian normal di daerah operasi Tergugat berkisar 10mm per hari. Curah hujan harian lebih 10 mm dikategorikan tinggi. Menurut catatan yang ada pada Tergugat beberapa hari dalam bulan Juni 1998 di beberapa lokasi pencatatan, terjadi curah hujan harian yang sangat tinggi bahkan ada yang mencapai 40 mm per hari. (Bukti T-17.2).

3. Bahwa curah hujan harian yang tinggi di bulan Juni menyebabkan air terakumulasi di pimggir danau sehingga terjadi kondisi jenuh di seluruh dinding timbunan batuan penutup terutama di bagian pondasi yang berada di permukaan air danau.

4. Kejenuhan ini menyebabkan tekanan air pori di dalam "loose Material" meningkat sehingga kuat geser (daya tahan) material terlampaui.

5. Tekanan besar pada pori akhirnya menyebabkan longsor pad bagian kaki sehingga timbunan batuan penutup yang berada di atasnya ikut longsor.

6. Untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya longsor pada pondasi lereng timbunan, sesuai dengan rekomendasi dari Call & Nicholas, (Bukti T-17.3) Tergugat telah :

1. memasang sistem tanda bahaya di Banti.

2. memasang alat pemantauan pergerakan timbunan batuan penutup di bagian atas dan timbunan.

3. menurunkan permukaan air danau untuk mengurangi resiko banjir

27. Terdapat perbedaan yang prinsipil antara longsor bulan Juni 1998 dengan longsor bulan Mei 2000, yakni (Bukti T-14)

1. Pada peristiwa bulan Juni 1998 , lomgsor bermula dari pondasi timbunan.

2. Peristiwa bulan Mei 2000, longsor bermula dari bagian atas sekitar 220 M dari permukaan air.

Page 25: Putusan No.459 PN.Jak.Sel.

28. Pagi hari setelah peristiwa longsor tanggal 4 Mei 2000, atau tanggal 5 Mei 2000, Tergugat mengeluarkan siaran pers yang isinya (Bukti T-18)

1. Sebuah kejadian telah terjadi kemarin malam (4 Mei 2000) ditumpukan batuan penutup di daerah tambang Grasberg, yang longsor dan menyebabkan terjadinya limpahan air dan lumpur yang meluap melewati cekungan Wanagon dan memasuki lembah Wanagon.

2. Empat karyawan perusahaan kontraktor Tergugat masih belum ditemukan dan pencarian besar-besaran terus dilakukan.

3. Tidak dilaporkan adanya korban ataupun yang terluka di Banti, sebuah des yang dihuni oleh masyarakat setempat, yang terletak sekitar 12 Km di bawah cekungan Wanagon.

4. Sebuah sistem tanda bahaya yang telah dipasang bekerja dengan baik dan telah menyiagakan seluruh masyarakat di desa Banti untuk menjauhi sungai.

5. Perlu dicatat, bahwa curah hujan yang terjadi beberapa hari sebelum kejadian berkisar pada 40 mm per hari. Curah hujan tersebut adalah empat sampai lima kali dari keadaan normal, yangsecara rata-rata berkisar 8 mm sehari.

6. Di dalam cekungan Wanagon terdapat kandungan bahan-bahan yang dihasilakan dari proses netralisasi air asam tambang yang menggunakan kapur, sebagaimana diuraikan dalam Rencana Tambang Tergugat yang telah disetujui oleh pemerintah.

7. Kami sangat menyesali kejadian ini, dan segala upaya sedang dilakukan untuk menemukan keempat karyawan tersebut dan menghubungi pihak keluarganya.

8. Instansi Pemerintah yang terkait telah dihubungi oleh Tergugat. Para spesialis lingkungan telah melakukan pengambilan contoh air di berbagai tempat di cekungan Wanagon dan daerah-daerah lainnya yang terkena dampak.

9. Para eknisi Tergugat terus mempelajari kejadian ini dan akan bekerja sama dengan instansi pemerintah yang terkait untuk membuat rencana kerja untuk menangani, mengurangi dampak kerusakan serta memperbaiki dan melakukan pencegahan di kemudian hari.

29. Pada tanggal 28 Juni 2000 dalam acara dengar pendapat dengan Komisi VIII DPR RI, Tergugat menyampaikan hal-hal yang berkaitan dengan peristiwa longsor tanggal 4 Mei 2000, sebagai berikut : (Bukti T-19)

1. Pada tanggal 4 Mei 2000 pukul 21.30, bagian atas dari lereng timbunan batuan penutup di Wanagon longsor secara tiba-tiba (tanpa adanya peringatan dini dari alat SMS yang teroasang di sana).

2. Longsoran bauan ini jatuh ke permukaan air di cekungan Wanagon, yang menimbulkan gelombang setinggi kurang lebih 50 M.

3. 7karyawan kontraktor (yang bermalam didaerah itu tanpa sepengetahuan atasan mereka) tersapu gelombang.

4. 3 diantaranya selamat dan 4 hilang (tanggal 17 Mei 2000 telah dinyatakan meninggal setelah kepolisian setempat dan BASARNAS memerintahkan pencarian korban dihentikan).

Page 26: Putusan No.459 PN.Jak.Sel.

Keluarga para korban telah menerima santunan dan melakukan upaca ra pelepasan di lokasi kejadian.

5. Lereng longsor ini telah tidak aktif (tidak ada kegiatan penimbunan) selama 5-6 bulan sebelum kejadian tersebut.

6. Erosi permukaan lereng (karena surface runoff dai hujan) dan naiknya tegangan air pori dalam timbunan berakibat hikangnya kekuatan geser dari meterial yang selanjutnya menyebabkan longsornya bagian atas lereng (blow out).

7. Curah hujan yang 3-4 kali normal selama 5 hari sebelum kejadian memicu tegangan air pori tersebut.

30. Dari penjelasan-penjelasan di atas, terlihat bahwa Tergugat telah mengungkapakan kecelakaan Wanagon yang sesuai dengan fakta dan telah memebrikan informasi yang benar dan tidak menyesatkan publik. Oleh karena itu tidak benar dalil Penggugat dalam surat gugatannya butir III dan butir 24.

31. Bahwa tidak benar Tergugat telah melanggar Pasal 6 ayat (2) Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 karena :

1. Pasal 6 ayat (2) berbunyi :"Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan, berkewajiban memberikan informasi yang benar dan akurat mengenai pengelolaan lingkungan hidup."

Pengertian "pengelolaan lingkungan hidup" dijelaskan dalam Pasal 1 angka 2 Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 sebagai berikut :"Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu yang meliputi kebijakan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan dan pengendalian lingkungan hidup."

2. Dengan memperhatikan kedua pasal tersebut, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa informasi pengelolaan lingkungan hidup yang dimaksud oleh Pasal 6 ayat (2) merupakan informasi-informasi yang meliputi kebijakan-kebijakan :· Penataan· Pemanfaatan · Pengembangan · Pemeliharan· Pemulihan· Pengendalian lingkungan hidup

3. Dengan kata lain, informasi yang dimasud oleh Pasal 6 ayat (2) adalah informasi-informasi yang diberikan/dimasukkan dalam penyusunan dokumen AMDAL dan bukan informasi-informasi yang diberikan dalam bentuk keterangan pers maupun dalam Dengar Pendapat dengan Komisi VIII DPR RI.

32. Bahwa tidak benar Tergugat telah melanggar Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang no. 23 Tahun 1997 karena :

1. Pasal 6 ayat (1) berbunyi :"Setiap Orang berkewajiban memlihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan hidup."

2. Seluruh proses penyusunan dokumen ANDAL dan laporan-laporan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) dan Laporan Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL), merupakan serangkaian upaya-upaya yang telah akan terus dilakukan

Page 27: Putusan No.459 PN.Jak.Sel.

Tergugat dalam rangka menjalankan kewajiban memelihara pelestarian fungsi lingkungan hidup. Oleh karenanya tidak benar dalil Penggugat dalam surat gugatannya butir III angka 2 yang menyatakan bahwa Tergugat tidak menjaga dan memelihara kelestarian lingkungan.

33. Bahwa dalam posita surat gugatan, Penggugat tidak mendalilkan adanya pencemaran atau perusakan yang berdampak besar dan penting terhadap lingkungan yang telah dilakukan oleh Tergugat. Padahal tanggung jawab mutlak menurut Pasal 35 ayat (1) Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 hanya dapat diterapkan apabila telah terjadi pencemaran atau perusakan lingkungan yang berdampak besar dan penting.

II. DALAM POKOK PERKARAMenolak atau setidak-tidaknya menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima

Apabila Majelis Hakim yang memeriksa perkara ini berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya (ex aequo qt bono).

Menimbang, bahwa selanjutnya replik Penggugat tanggal 17 April 2001 dan duplik Tergugat tanggal 15 Mei 2001 sebagaimana terlampir dalam berita acara persidangan yang untuk mempersingkat dianggap termuat dalam uraian putusan.Menimbang, bahwa guna meneguhkan gugatannya oleh Penggugat diajukan 20 (dua puluh) set surat bukti tanda P.1 s/d P.20, yaitu :

1. Akta Notaris Pernyataan Keputusan Rapat Nomor 04 tanggal 20 September 1999, dan Anggaran Dasar Yayasan Walhi No. 11 Tahun 1983 (Bukti P-1) sesuai aslinya.

2. Ringkasan Esekutif AMDAL Regional 300K PT.FI, Jakarta, Desember 1997 (Bukti P-2) sesuai aslinya.

3. Contract of Work dated 7 April 1967 between Indonesian and Freeport Indonesia, Incorporated No. 82/EK/KEP/4/1967 of 7 April 1967 (Bukti P-3) foto copy

4. Contract of Work Between Between The Governmentof the Republik Indonesia and PT. Freeport Indonesia Company, dated 30 Desember 1991 (Versi bahasa Indonesai dan bahasa Inggris) (Bukti P-4) foto copy.

5. Laporan Utama Hasil Studi Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) Regional tahun 1997 (Bukti P-5) sesuai aslinya

6. Makalah Seminar Dampak Eksploitasi Sumberdaya Alam Terhadap Masyarakat dan Pelestarian Lingkungan Hidup di Irian Jaya, Jayapura 15-16 Desember 1999 (Bukti P-6) foto copy

7. Laporan Waste Rock and Tailings Geochemistry Site Visit Report and Geochemistry Work Programe oleh Environmental Geochemistry International Pty Ltd, March 1992 (Bukti P-7) foto copy

8. Marion N. Gleason, Robert E. Gosselin, Harold C. Hodge, Roger P. Smith, Clinical Toxicology of Commercial Products, Acute poisonning, Third Edition (Bukti P-8) sesuai aslinya.

9. Press Release Kantor Menteri Negara LH/Bapedal tentang Kasus Longsornya Timbunan Overburden Penambangan PT. Freeport Indonesia di Danau Wanagon, Papua tanggal 17 Mei 2000 (Bukti P-9) sesuai aslinya

10. Siaran Pers PT. Freeport Indonesia tentang Longsor di Wanagon tanggal 5 Mei 2000 (BuktiP-10) foto copy

11. Penjelasan PT. Freeport Indonesia dalam rangka rapat dengar pendapat Umum Komisi VIII DPR RI Bidang Pertambangan dan Energi, Riset

Page 28: Putusan No.459 PN.Jak.Sel.

dan Teknologi, Lingkungan Hidup dengan PT. Freeport Indonesia tanggal 28 Juni 2000 (Bukti P11) foto copy

12. Siaran Pers PT. Feeport Indonesia berjudul : PT. Freeport Sepakat Untuk Sementara Membatasi Produksinya tertanggal 24 Mei 2000 (Bukti P-12) foto copy

13. Annual Report tahun 1998 (Bukti P-13) foto copy

14. Memorandum dari David Nicholas/Call & Nicholas, Inc Kepada Ken Bradley/PTFI tanggal 07/01/98 (Bukti P-14) foto copy

15. Laporan Tim Investigasi Bapedal atas Peristiwa Meluapnya Air Danau Wanagon bulan Juli 1998 (Bukti P-15) foto copy

16. Siaran Pers PT. Freeport Indonesia tertanggal 22 Desember 1998 (Bukti P-16)sesuai aslinya.

17. Laporan Menteri Negara Lingkungan Hidup/Ka. Bapedal pada Rapat Koordinasi Bidang Ekuin tanggal 3 April 2000 (Bukti P-17) foto copy

18. Laporan Audit Lingkungan PTFI 25/03/96 (Bukti -P18) foto copy

19. Kliping Koran tertanggal 12 Januari 1998 (Bukti P-19) sesuai aslinya

20. Kliping (Bukti P-20

Serta menhadapkan 8 (delapan) orang saksi yaitu:

1. Saksi AGUS PURNOMO dibawah sumpah dipersidangkan pada pokoknya memberikan keterangan sebagai berikut :

Bahwa saksi adalah Direktur Eksekutif WWF Bahwa saksi selama lebih kurang 20 tahun bekerja di berbagai organisasi

Lingkungan Hidup termasuk Direktur WALHI pada tahun 1986 - 1989 Bahwa selama di WALHI tidak pernah berhenti melakukan kegiatan dalam

Lingkungan Hidup Bahwa WALHI berhak untuk mengajukan gugatan sebagai organisasi Lingkungan

Hidup

2. Saksi PROF. DR. KALIMARAJO TUNGGUL SIRAIT, dibawah sumpah dipersidangkan pada pokoknya memberikan keterangan sebagai berikut :

Bahwa saksi mengetahui tentang masalah Freeport setelah menjadi Anggota DPR RI Bahwa saksi bertugas di Komisi VIII yang menangani masalah-masalah

Pertambangan Energi dan Lingkungan Hidup sejak Oktober 1999 sampai sekarang dan pernah mengundang Freeport untuk dengar pendapat, pada kesempatan itu PT. Freeport (bersama team sebanyak 20 orang) menyerahkan AMDAL dan menginap di perkampungan masyarakat dan selama berada di sana saksi benyak menerima keluhan dari masyarakat tentang pengelolaan limbah yang dilakukan PT. Freeport yang mengalir ke sungai Aiquo.

Bahwa danau Wanagon sebelumnya merupakan tempat suci yang disaklarkan oleh masyarakat setempat dan sekarang kalau dilihat dari atas permukaan danau atau lapisan yang tebal, yang apabila ada perahu lewat terlihat tersibak;

Bahwa setelah saksi amati ternyata alur limbah tidak ada dan PT Freeport mengalirkan limbahnya ke sungai alam, bukan membuat sungai / waduk sendiri sehingga banyak pohon yang mati.

3. Saksi MAS AHMAD SNTOSA, SH sebagai saksi AHLI dibawah sumpah dipersidangan pada pokoknya memberikan keterangan sebagai berikut :

Page 29: Putusan No.459 PN.Jak.Sel.

Saksi menerangkan bahwa sesuai dengan ketentuan Undang-Undang No.23/1997, Walhi dapat mengajukan gugatan dengan persyaratan :

Harus berbadan hukum Dalam anggaran Dasar harus tercantum isi dan misi organisasi tersebut pada

obyek gugatan Telah melakukan kegiatan sesuai dengan Anggaran Dasar Organisasi ;

bahwa tindakan yang dapat diminta oleh organisasi antara lain : Perbuatan untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu Perintah untuk memperbaiki limbah Perintah untuk mengoperasikan produksi Berdampak penting sehingga masyarakat sadar bahwa kegiatan tersebut

mempunyai dampak Lingkungan Hidup yang mengancam kesehatanBahwa dalam Pasal 6 UU No. 23/1997 ditentukan bahwa setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan berkewajiban memberikan informasi yang benar dan akurat mengenai pengelolaan Lingkungan Hidup sehingga adalah merupakan hak setiap orang untuk mendapatkan informasi yang benar dan akurat tersebut

4. Saksi IR. SIGIT RALIANTORO, dibawah sumpah dipersidangkan pada pokoknya memberikan keterangan sebagai berikut :

Bahwa saksi mengetahui kegiatan pertambangan tembaga yang dilakukan Freeport menghasilkan limbah yang di-batuannya mengandung asam tambang yang batuannya mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3)

Bahwa Freeport melaporkan bahwa sistem yang dilakukan untuk menetralisir air tersebut dengan menambahakan kapur

Bahwa laporan dari freeport maupun dari team mengenai jumlah batuan overburden yang longsor tersebut mencapai lebih kurang 500.000 kibik.

5. Saksi IR. MAYA SARAH, dibawah sumpah dipersidangan pada pokoknya memberikan keterangan sebagai berikut :

Bahwa saksi mengetahui tentang Freeport dari AMDAL tahun 1994 hasil Audit Lingkungan dan dari konsultan tahun 1996

Bahwa saksi sebagai staff WALHI mengetahui informasi tentang masalah yang ditimbulkan dari pertambangan tersebut ketika saksi masih bertugas di WALHI, oleh karena saksi mengetahui masalah casos in casu ketika saksi bertugas di WALHI, maka keterangan yang diberikan tersebut dianulir Majelis

6. Saksi IR. AMSOR, dibawah sumpah dipersidangkan pada pokoknya memberikan keterangan sebagai berikut :

Bahwa saksi bekerja sebagai PNS di Bapedal Pusat sejak 1997 Bahwa saksi mengetahui Freeport dari laporan PT. Freeport yang dikirim ke Bapedal Bahwa yang terakhir laporan mengenai longsornya danau Wanagon tanggal 4 Mei

2000 dan saksi ditugaskan langsung oleh atasannya bersama 4 orang lainnya untuk meninjau lokasi dan di sana selama 4 hari

Bahwa PT. Freeport membuang limbah ke pinggir danau Wanagon dan pada waktu team ke sana pembuangan limbah sedang berhenti

Bahwa di sana ditemukan bukti longsoran adalah kabel putus dan dinding ada jejak-jejak bekas air dan lumpur kira-kira 57 M

Bahwa Freeport sedang membangun tanggul dan karena terjadi banjir besar maka tanggul tersebut jebol dan 4 orang pekerja dinyatakan hilang

Bahwa dari Bapedal ada petunjuk tentang pengolahan limbah dan itu dikirim ke perusahaan-perusahaan

Bahwa dari laporan Freeport mempunyai dokumen tentang AMDAL Bahwa air dalam danau Wanagon sekarang sudah tidak ada, yang ada aliran kecil

dan air asam yang merupakan limbah itu terlihat dari ketinggian 100 M

Page 30: Putusan No.459 PN.Jak.Sel.

7. Saksi BAMBANG PRAMUDIYANTO, dibawah sumpah pada pokoknya memberikan keterangan sebagai berikut :

Bahwa saksi Pegawai Negeri Sipil yang bertugas di Bapedal dan pernah datang ke lokasi kerja PT. Freeport ketika terjadi banjir di danau Wanagon yang diakibatkan Overburden runtuh

Bahwa saksi bersama team melaporkan tentang kunjungan kerja tersebut sebagai berikut :

Agar Freeport melakukan penelitian mengenai penyebab longsornya overburden

Emergency atau alarm tanda bahaya yang hanyut supaya dipasang lagi. Freeport supaya memantau 2 minggu sekali

Bahwa penyebab longsornya tanah tersebut menurut laporan Freeport karena hujan terus menerus , fondasi yang lemah, slof yang terlalu terjal dan ada gempa di Sulawesi namun dari pengamatan saksi akibat runtuhnya overburden yang terlalu tinggi dan miring

Bahwa akibat longsor tersebut desa Banti tidak terendam semua karena air sampai pos jembatan, pinggiran sungai ada yang hanyut dan bebrapa meter masih berdiri rumah penduduk

Bahwa dari laporan Freeport tidak ada korban namun kenyataannya ada 4 orang belum ditemukan

8. saksi SUDARSONO, SH., dibawah sumpah dipersidangan pada pokoknya memberikan keterangan sebagai berikut :

Bahwa saksi sebagai kepala humas Bapedal dan apabila ada data lapangan lalu diolah dalam rapat

Bahwa sebagai humas kejadian overburden tersebut dipublikasikan kepada publik Bahwa atas kejadian tersebut langkah yang diambil adalah rapat Koordinasi,

mengadakan pertemuan dan mengirim team untuk dikirim ke lapangan Bahwa informasi Freeport tidak sama dengan hasil team, kejadian danau Wanagon

overburden katanya ada curah hujan deras dan laporan dari Team karena adanya tumpukan limbah

Bahwa Freeport bilang ada alarm, tetapi masyarakat Banti bilang tidak ada Bahwa atas kejadian tersebut Freeport sekarang sedang memperbaiki LKL & RPKL

dan mengadakan perbaikan-perbaikan

Menimbang, bahwa untuk meneguhkan bantahannya oleh Tergugat diajukan 24 (dua puluh empat) set surat bukti tanda T.1 s/d T.24, yaitu :

1. Kontrak Karya antara Pemerintah Republik Indonesia dengan Freeport Indonesia Incorporated tanggal 7 April 1967 (Bukti T-1)

2. Akta Notaris Rahmah Arie Sutardjo, SH. Tanggal 26 Desember 1991 No. 102 tentang Pendirian Perseroan Terbatas PT. Freeport IndonesiaCompany (Bukti T-2)

3. Kontrak Karya baru antara Pemerintah Republik Indonesia dengan PR. Freeport Indonesia tanggal 30 Desember 1991 (Bukti T-3)

4. Surat Direktorat Jenderal Pertambangan Umum No. 96.K/20.10/DJP/2000 tanggal 17 Maret 2000 (Bukti T-4)

5. Persetujuan dai Menteri Pertambangan dan Energi No. 881/0115/SJ.T/1994 tanggal 22 Februari 1994 (Bukti T-5)

6. Surat Menteri Negara Lingkungan Hidup No. B82/MENLH/01/97 tanggal 6 Januari 1997 (Bukti T-6)

7. Kajian Teknis dan Lokakarya untuk Penyusunan ANDAL 300K (Bukti T-7)

8. Surat Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDAL) No. B-705/III/03/1997 tanggal 11 Maret 1997 (Bukti T-8)

Page 31: Putusan No.459 PN.Jak.Sel.

9. Surat BAPEDAL No. B-1137/III/04/1997 tanggal 10 April 1997 (Bukti T-9)

10. Surat BAPEDAL No. B-4295/III/1997 tanggal 2 September 1997 (Bukti T-10)

11.Surat Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-55/MENLH/12/1997 tanggal 22 Desember 1997 (Bukti T-11)

12. Persetujuan Departemen Pertambangan dan Energi qq Dirjen Pertambangan Umum No. 2400/2012/DJP/1991 tanggal 5 November 1991 (Bukti T12.1)

13. Persetujuan Departemen Pertambangan dan Energi No. 3543/0115/SJ.T/1996 tanggal 6 September 1996 (Bukti T-12.2)

14. Persetujuan Departemen Pertambangan dan Energi qq Dirjen Pertambangan Umum No. 488/25.01/DJP/1999 tanggal 12 Maret 1999 (Bukti T-12.3)

15. Persetujuan Departemen Pertambangan dan Energi qq Dirjen Pertambangan Umum No. 1366/28.01/DJP/2000 tanggal 4 Juli 2000 (Bukti T-12.4)

16. Persetujuan Menteri Kehutanan No. 242/Menhut-VI/93 tanggal 13 Februari 1993 (Bukti T-12.5)

17. Persetujuan Menteri Kehutanan No. 25/Menhut-VII/1997 tanggal 9 Januari 1997 (Bukti T-12.6)

18. Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 693/Kpts-II/1998 tanggal 14 Oktober 1998 (Bukti T-12.7)

19. Izin Gubernur Irian Jaya No. 540/154/SET tanggal 4 Januari 1995 (Bukti T-12.8)

20. Izin Gubernur Irian Jaya No. 540/2102/SET tanggal 20 Juni 1996 (Bukti T-12.9)

21. Perjanjian antara Pemda TK I Irian Jaya dengan PTFI tanggal 6 September 1996 (Bukti T-12.11)

22. Izin Gubernur Irian Jaya No. 660/4268/SET tanggal 4 Desember 1997 (Bukti T-12.11)

23. Izin Gubernur Irian Jaya No. 671/2188/SET tanggal 29 Juni 1998 (bukti T-12.12)

24. Izin Gubernur Irian Jaya No. 503/2299/SET tanggal 19 Agustus 1999 (Bukti T-12.13)

25. Izin Gubernur Irian Jaya No. 660/3055/SET tanggal 14 November 1999 (Bukti T-12.14)

26. Keputusan Gubernur Irian Jaya No. 15 Tahun 2000 tanggal 29 Februari 2000 (Bukti T-12.15)

27. Peraturan Daerah Kabupaten Fak-Fak No. 2 Tahun 1997 tanggal 3 Mei 1997 (Bukti T-12.16)

28. Perjanjian dengan Departemen Kehutanan dan Perkebunan Irian Jaya No. 02/PPKH/KWL-IRJA/1998-JK-98037 tanggal 1 Mei 1998 (Bukti T-12.17)

29. Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Mimika No. 560-1/001/BPN/MMK tanggal 4 Juli 1998 (Bukti T-12.18)

30. Dokumentsi Upacara Adat yang dilaksanakan pada tanggal 27 Desember 2000 (Bukti T-13)

31. "Studi Komprehensif Penyebab Longsornya Timbunan Overburden di Cekungan Wanagon dan Upaya Penanggulangannya" yang dilakukan oleh LAPI-ITB (bukti T-14)

32. Surat Dirjen Pertambangan umum No. 3364/28.04/DJP/2000 tanggal 21 Desember 2000 (Bukti T-15)

33. Early Response Plan (Sistem Tanda Bahaya), berupa suatu sistem tanda bahaya terpadu dan berlapis guna menghadapi kemungkinan kecelakaan (Bukti T-16)

34. Mamorandum Call & Nicholas (Bukti T-17.1)

Page 32: Putusan No.459 PN.Jak.Sel.

35. Cuarah hujan tahun 1998 (Bukti T-17.2)

36. Rekomendasi Call & Nicholas (Bukti T-17.3)

37. Siaran pers tanggal 5 Mei 2000 (Bukti T-18)

38. Berita Acara Dengar Pendapat dengan Komisi VIII DPR RI tanggal 28 Juni 2000 Tergugat menyampaikan hal-hal yang berkaitan dengan peristiwa longsor tanggal 4 Mei 2000 (Bukti T-19)

39. Hasil Audit Lingkungan Montgomery Watson tahun 1999 (Bukti T-20)

40. Siaran pers tanggal 22 Desember 1999 (Bukti T-20)

41. Perjanjian tanggal 8 Januari 1984 (Bukti T-22)

42. Regognisi (Bukti T-23)

43. Program Pembangunan Masyarakat (Bukti T-24)

Menimbang, bahwa akhirnya kesimpulan Penggugat dan Tergugat masing-masing tanggal 31 Juli 2000 sebagaimana selengkapnya dilampirkan dalam berita acara persidangan yang untuk mempersingkat dianggap termuat dalam uraian putusan dan karena kedua pihak berperkara telah menyatakan tidak ada lagi yang akan mereka sampaikan maka perkara ini segera dapat diputus.

TENTANG PERTIMBANGAN HUKUM

DALAM EKSEPSI

Menimbang, bahwa maksud eksepsi Tergugat sebagaimanauraian di atas

Menimbang, bahwa dengan eksepsi tersebut dikemukakan Tergugat bahwa gugatan Penggugat :

1. GUGATAN PENGGUGAT KURANG PIHAK , sebab dalam gugatannya Penggugat menyebutkan bahwa Tergugat telah mempublikasikan hasil laporan audit Montgomery Watson dalam siaran pers, andaikan hasil audit tersebut tidak benar, quod non maka pembuat audit haruslah turut diguga

2. GUGATAN PENGGUGAT TIDAK JELAS   sebab dalam gugatannya menyebutkan adanya peristiwa yang terjadi pada tahun 1998 dan yang terjadi pada tahun 2000 namun tidak jelas, peristiwa mana yang dijadikan dasar gugatan ini.Disamping itu petitum dalam gugatan Penggugat diluar putusan Pengadilan sebab dengan tuntutan agar "dengan redaksional yang ditentukan oleh Penggugat" maka jika gugatan diterima Pengadilan maka redaksional yang akan ditentukan Penggugat tersebut berada diluar putusan Pengadilan.Demikian pula tentang tanggung jawab mutlak yang didalilkan ada pada Tergugat berdasarkan pasal 35 ayat 1 UU No. 23 tahun 1997 namun Penggugat tidak menyebutkan kegiatan Tergugatyang menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan tersebut bahkan bukan menuntut sebagaimana ditentukan UU

3. SURAT KUASA PENGGUGAT TIDAK MEMENUHI SYARAT FORMAL  sebab dalam gugatannya menyebutkan untuk dan atas nama Yayasan WALHI namun dalam surat kuasa tidak terlihat bahwa Penggugat sebagai sebuah Yayasan sehingga tidak memenuhi ketentuan formil pasal 38 UU No.23 tahun 1997Selain itu, surat kuasa hanya menyebutkan untuk melakukan gugatan perbuatan melawan hukum, tidak menyebutkan perbuatan yang digugat secara spesifik sebagaimana ditentukan SEMA

4. GUGATAN PENGGUGAT TDAK SESUAI PASAL 38 (1) UU No.23 TAHUN 1997 , sebab sesuai ketentuan diajukannya gugatan untuk kepentingan pelestarian fungsi lingkungan hidup sedangkan petitum yang ada tidak ditujukan untuk itu melainkan untuk kepentingan Penggugat belaka sehingga hakekatnya bukan gugatan

Page 33: Putusan No.459 PN.Jak.Sel.

lingkungan hidup melainkan gugatan perdata biasa padahal antara Penggugat dengan Tergugat tidak ada hubungan keperdataan apapun

5. PEMBATASAN GUGATAN MENURUT PASAL 38 (2) UU No. 23 TAHUN 1997 namun petitum gugatan Penggugat tidak satupun memuat tuntutan sebagaimana diatur dalam UU tersebut

6. GUGATAN SALAH OBJEK , sebab sesuai ketentuan informasi yang dimaksu adalah informasi mengenai pengelolaan lingkungan hidup berhubungan dengan penyusunan dan pelaksanaan AMDAL sedangkan informasi yang digugat Penggugat adalah informasi yang berkaitan dengan siaran pers ataupun dengar pendapat dengan Komisi VIII DPR RI yang tidak termasuk pengertian pengelolaan lingkungan hidup.

Menimbang, bahwa dalam repliknya Penggugat menolak eksepsi tergugat dengan menyatakan bahwa :

1. TENTANG GUGATAN KURANG PIHAK , dikemukakan bahwa yang melakukan publikasi tersebut adalah Tergugat, Penggugat tidak pernah menyebutkan bahwa Montgomery Watson melakukan publikasi dan publikasi yang dilakukan Tergugat tersebut telah utuh dan lengkap tanpa harus menempatkan Montgomery Watson sebagai Tergugat.

2. TIDAK JELASNYA GUGATAN , dikemukakan bahwa Penggugat telah cukup jelas merumuskan uraian peristiwa yang terjadi di danau Wanagon pada bulan Juni 1998, Maret dan Mei 2000 dan rangkaian tindakan Tergugat yang menyampaiakn pernyataan-pernyataan yang menjadidasar diajukannya gugatan casus in casuTentang petitum diluar putusan Pengadilan, dikemukakan bahwa sejak awal telah jelas dirumuskan petitum yang memerintahkan Tergugat mengajukan permintaan maaf sehingga pokok tuntutannya jelas adalah permintaan maaf.Bahwa tentnag tanggung jawab mutlak, telah cukup jelas dikemukakan terjadinya peristiwa longsor tumpukan batuan limbah (overburden) akibat perbuatan Tergugat dengan egala dampak negatifnya menunjukkan telah terjadinya dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup dan usaha kegiatan Tergugat yang berhubungan dengan bahan berbahaya dan beracun menunjukkan dapat diterapkannya tanggung jawab mutlak tersebut, sedangkan tuntutan yang dapat diajukan selain ganti rugi adalah melakukan tindakan tertentu yang dalam hal ini permintaan maaf.

3. TENTANG SURAT KUASA PENGGUGAT TIDAK MEMENUHI SYARAT FORMAL , dikemukakan bahwa dengan kalimat "nama-nama di atas adalah Badan Pengurus Harian Yayasan WALHI, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Yayasan WALHI sehingga sudah dengan jelas menyebutkan kapasitasnya sebagai Yayasan sedangkan spesifikasi penyebutan perbuatan yang digugat dinilai sebagai mengada-ada sebab syarat dalam SEMA tentang kekhususan atau mencantumkan dengan jelas bahwa surat kuasa itu hanya dipergunakan untuk keperluan tertentu.

4. TENTANG GUGATAN PENGGUGAT TIDAK SESUAI PASAL 38 (1) UU No. 23 TAHUN 1997, dikemukakan bahwa gugatan Penggugat adalah uraian peristiwa pemberian informasi yang tidak benar yang dilakukan Tergugat tentang pengeloaan lingkungan padahal informasi tersebut adalah bagian penting untuk mewujudkan pelestarian fungsi lingkungan hidup dimaksud Pasal 38 (1) UU No. 23 Tahun 1997.

5. TENTANG PEMBATASAN GUGATAN MENURUT PASAL 38 (2) UU No. 23 TAHUN 1997, dikemukakan bahwa telah jelas disebutkan Penggugat minta agar Tergugat dinyatakan melakukan perbuatan melanggar hukum dan minta agar tergugat menyatakan permohonan maaf karena telah memberikan informasi yang tidak benar tentang pengeloaan lingkungan hidup.

6. TENTANG GUGATAN SALAH OBJEK , dikemukakan bahwa memberikan informasi melalui siaran pers atau dengar pendapat dengan Komisi VIII DPR RI jelas merupakan tindakan memberikan informasi yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan hidup.

Menimbang, atas argumentasi kedua pihak menyangkut eksepsi tersebut, majelis berpendapat :

Page 34: Putusan No.459 PN.Jak.Sel.

1. Tentang gugatan Penggugat kurang pihak, dari pengamatan terhadap uraian fundamentum petendi halaman 10 angka 25.1, hemat majelis penyebutan Montgomery Watson tersebut dikemukakan Tergugat dalam publikasi siaran persnya tanggal 22 Desember 1999, karena yang melakukan publikasi tersebut adalh Tergugat itu sendiri, maka secara acara majelis tidak melihat adanya keharusan hukum untuk menempatkan montgomery Watson sebagai tergugat.

2. Tentang gugatan tidak jelas, mengamati fundamentum petendi gugatan mulai halaman 6 angka 18 diuraikan peristiwa-peristiwa yang terjadi dan pernyataan-pernyataan Tergugat yang dinilai Penggugat bertentangan dengan kenyataan dan meyesatkan tersebut karenanya dalam petitum gugatannya Penggugat menuntut agar Penggugat mengajukan permohonan maaf secara terbuka dengan redaksional yang ditentukan Penggugat tersebut, majelis berpendapat fundamentum petendi dan petitum gugatannya telah cukup jelas diuraikan Penggugat, sedangkan tentang pengabulannya tergantung pembuktian dan beralasan hukum tidaknya tuntutan tersebut.

3. Tentang surat kuasa Penggugat, mengamati surat kueasa tersebut dengan telah dikemukakan bahwa pemberi kuasa adalah Badan Pengurus Harian Yayasan WALHI yang bertindak untuk dan atas nama Yayasan WALHI dan dengan menyebutkan mengajukan gugatan perbuatan melawan hukum, hemat majelis telah jelas kapasitasnya dan telah memenuhi kriteria sebagai Surat Kuasa Khusus.

4. Tentang eksepsi bahwa gugatan tidak sesuai dengan ketentuan UU, pembatasan gugatan menurut UU No. 23 Tahun 1997 da gugatan salah objek, hemat majelis hal-hal tersebut telah menyangkut pemeriksaan pokok perkara yang tidak tepat untuk dikemukakan sebagai satu eksepsi

Dan dengan pertimbangan-pertimbangan ini majelis berpendapat bahwa eksepsi Tergugat tidaklah tepat dan tidak beralasan hukum karenanya haruslah ditolak seluruhnya.

DALAM POKOK PERKARA :

Menimbang, bahwa maksud gugatan Penggugat sebagaimana diuraikan di atas;

Menimbang, dengan gugatan tersebut didalilkan bahwa berdasarkan Kontrak Karya yang ditanda tangani tanggal 7 April 1967, Tergugat yang dulu bernama Freeport Indonesia diberi izin melakukan kegiatan penambangan tembaga di Kabupaten Mimika Irian Jaya dan berdasarkan Kontrak Karya yang ditanda tangani tanggal 30 Desember 1991 izin diberikan juga terhadap penambangan emas dan perak;

Dalam kegiatannya Tergugat melakukan penggalian terbuka (open pit) dan penggalian tambang bawah tanah (underground mining) yang menghasilkan fraksi bijih yaitu bagian batuan yang mengandung mineral berharaga yang akan diproses lebih lanjut dan batuan limbah yang disebut overburden yang tidak bernilai ekonomis dimana untuk memperoleh batuan bijih perlu dipindahkan 1 - 2 bagian batuan limbah dari lubang tambang, batuan limbah tersebut dibuang di lembah Wanagon, termasuk di danau Wanagon dan lembah Carstenz.

Bahwa berdasarkan laporan studi ANDAL regional tahun 1997, kegiatan membuang batuan limbah ke danau Wanagon akan menimbulkan tumpikan batuan limbah setinggi 500 meter yang memiliki kemiringan curam dan mengakibatkan tertutupnya permukaan danau seluas 5,5 km x 2 km, disamping itu, batuan limbah Grasberg tersebut mengandung pirit (senyawa besi sulfida / FeS2) yang bila terkena udara luar akan teroksidasi menjadi senyawa asam sulfat, demikian pula jika terjadi rembesan air maka akan dihasilkan aliran air yang bersifat asam berkandungan tembaga yang disebut Air Asam Tembaga (AAT) dan bersifat sangat toksik (beracun) bagi mahluk hidup, untuk menetralisirnya Tergugat melakukan penambahan batuan gamping

Page 35: Putusan No.459 PN.Jak.Sel.

(CaSo4) yang menyebabkan timbulnya endapan gypsum (CuSo4) limbah berbahaya dan beracun (limbah B3) di dasar danau

Bahwa pada tanggal 4 Mei 2000 terjadi longsoran overburden di danau Wanagon yang menyebabkan meluapnya material (Sludge, Overburden dan Air) ke sungai Wanagon dan desa Banti. Peristiwa tanggal 4 Mei 2000 ini merupakan peristiwa yang ketiga, pertama pada bulan Juni 1998 dan kedua Mart 2000. Longsoran tersebut menyebabkan terbentuknya gelombang air setinggi 20 - 57 meter yang menerpa dinding barat danau, berbalik arah menuju outlet danau dimana tanggul/dam sedang dikonstruksi mengakibatkan tanggul jebol dan luapannya ke lower Wanagon sehingga mengakibatkan hanyutnya 7 (tujuh) orang karyawan sub kontraktor Tergugat yang sampai saat ini 4 (empat) orang tidak ditemukan

Dalam siaran pers tanggal 5 Mei 2000, Tergugat menyebutkan bahwa "sistem tanda bahaya yang dipasang telah bekerja dengan baik dan telah menyiagakan seluuh masyarakat desa Banti untuk menjauhi sungai", juga menyebutkan "bahwa curah hujan yang terjadi beberapa hari sebelum kejadian berkisar 40 mm per hari. Ini dikatakan adalah 4 sampai 5 kali dari keadaan normal yang rata-rata berkisar 8 mm per hari".

Dalam dengar pendapat dengan Komisi VIII DPR RI tanggal 28 Juni 2000 Tergugat menyatakan bahwa "banjir di Banti (16 Km dari Wanagon) tidak memakan korban jiwa karena alarm peringatan dini dibunyikan pada waktunya" dan dikatakan "tidak ditemukan adanya ancaman terhadap kesehatan manusia serta kemungkinan dampak lingkungan jangka panjang yang mungkin timbul dari kejadian tersebut dan dalam Annual Roport tahun 1998, Tergugat menyatakan bahwa "pada tanggal 20 Juni 1998 setelah hujan deras, secara tiba-tiba air dari danau Wanagon meluap ke sungai Wanagon".

Pernyataan Tergugat yang menyatakan sistem tanda bahaya/alarm peringatan dini dibunyikan pada waktunya itu adalah bertentangan dengan informasi yang diterima Penggugat dari masyarakat desa Banti yang menyatakan bahwa mereka mengetahui datangnya banjir adalah dari bunyi gemuruh air dan sistem tanda bahaya peringatan dini baru berbunyi kira-kira 30 (tigapuluh) menit setelah banjir mencapai desa Banti dan tentang tidak bekerjanya sistem peringatan dini ini diakui Tergugat kepada Komisi VIII DPR RI pada tanggal 28 Juni 2000.

Pernyataan Tergugat yang menyatakan tidak memekan koraban jiwa adalah menyesatkan publik, karena walaupun desa Banti tidak terdapat korban jiwa, namun empat orang dinyatakan hilang. Dalam Lap Studi ANDAL reg 300K 97 hal 3-99 oleh Tergugat telah disebutkan bahwa Kondisi Danau Wanagon rentan terhadap terjadinya kecelakaan namun ternyata tidak menghalangi Tergugat untuk membuang batuan limbah dalam jumlah yang sangat besar ke dalam danau sehingga Tergugat memang dengan sadar dan sengaja telah memperbesar resiko terjadinya kecelakaan.

Pernyatan Tergugat yang menyatakan tidak ditemukan adanya ancaman terhadap kesehatan manusia serta kemungkinan dampak lingkungan jangka panjang yang mungkin timbul dari kejadian tersebut adalah sengaja membohongi publik, sebab pernyataan itu bertentangan dengan laporan Bapedal pada siaran persnya tanggal 17 Mei 2000 yang menyatakan bahwa longsoran tersebut menyebabkan meluapnya material (sludge, overburden dan air) yang merupakan bahan beracin dan berbahaya (B3) ke sungai Wanagon dan desa Banti yang letaknya di bawah danau Wanagon dan sebagaimana dimaklumi bahwa setiap limbah yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun baik langsung maupun tidak langsung dapat merusak/mensemarkan lingkungan hidup dan/atau membahayakan kesehatan sehingga tidaklah benar tidak terdapat ancaman terhadap kesehatan manusia serta dampak lingkungan jangka panjang yang timbul akibat kejadian tersebut.

Page 36: Putusan No.459 PN.Jak.Sel.

Pernyataan Tergugat yang menyatakan peristiwa longsor bulan Juni 1998 akibat curah hujan yang tinggi adalah bertentangan dengan penyelidikan konsultan tergugat Call & Nicholas menyatakan bahwa curah hujan di tempat pembuangan OGD antara tanggal 8 - 20 Juni 1998 berkisar pada 0 -22 mm dengan rata-rata 9 mm angka ini berada pada kisaran normal, tidak dianggap sebagai nilai yang tinggi dan pernyataan Tergugat yang menyatakan peristiwa longsor tumpukan batuan limbah pada bulan Juni 1998 disebabkan kesalahan prosedur, dikemukakan oleh Call & Nicholas cukup fakta bahwa perpindahan / pergeseran tersebut berkaitan dengan besarnya tingkat pembuangan sebab pada tanggal 12, 18 dan 19 Juni telah dilakukan pembuangan limbah sekitar 80.000 ton per hari padahal batas pembuangan adalah tidak melibihi 50.000 ton per hari.

Bahwa selain memberikan informasi yang menyesatkan publik atsa jebolnya danau Wanagon, Tergugat juga memberikan informasi yang tidak benar sehubungan dengan pengelolaan lingkungan, dalam berbagai kesempatan antara lain siaran pers tanggal 22 Desember 1999 mengumumkan hasil Audit Montgomery Watson yang menyimpulkan bahwa secara menyeluruh sistem Pengelolaan Lingkungannya patut menjadi contoh dan program kerjanya termasuk pengelolaan tailing adalah alternatif terbaik, selain itu mnyebutkan bahwa PTFI telah melakukan program lingkungan untuk pengelolaan limbah padat dan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), pengontrolan limbah cair dan air, kualitas udara semuanya memenuhi standar nasional dan internasional untuk sektor pertambangan dan industri.

Hasil Audit Montgomery Watson tersebut bertentangan dengan audit yang dilakukan oleh konsultan Dames and Moore tahun 1996 di lokasi penambangan Tergugat yang mengidentifikasi pembentukan Air Asam Tambang (AAT) / AMD (Acid Mine Drainage) yang muncul dari dasar timbunan batuan limbah di hulu danau Wanagon yang bersifat asam dengan konsentrasi tembaga melebihi 500 mg/l padahal baku mutu air golongan B menetapkan batas konsentrasi tembaga sebesar 1 mg/l, disamping itu hasil monitoring Tergugat sendii tahun 1996 menyebutkan AAT ini bersifat asam dengan ph 3,1 - 4,2. konsentrasi sulfat sebesar 2500 - 6000 mg/l dan konsentrasi tembaga 400 - 900 mg/l padahal baku mutu air golongan B menetapkan batas konsentrasi sulfat sebesar 400 mg/l dan tembaga sebesar 1 mg/l, untuk menetralisirnya Tergugat melakukan penambahan batu gamping (CaSo4) yang menimbulkan dampak samping berupa gypsum yang merupakan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) ikut mengalir ke danau Wanagon sehingga tentunya tercemar oleh B3 tersebut.

Karena Tergugat dengan sengaja memberikan informasi yang salah dan tidak akurat atas peristiwa longsornya batuan limbah (overburden) di danau Wanagon serta informasi yang tidak benar berkaitan dengan pengelolaan lingkungan yang dilakukannya yang menyesatkan publik tersebut adalah merupakan perbuatan melawan hukum sebagaimana ditentukan dalam Undang-Undang No. 23 tahun 1997 karenanya Penggugat menuntut agar Tergugat dinyatakan telah melakukan prbuatan melawan hukum serta tuntutan-tuntutan lainnya sesuai petitum surat gugatannya.

Menimbang, bahwa Tergugat menolak gugatan Penggugat dengan menyatakan bahwa kegiatan yang Tergugat lakukan adalah berdasarkan Kontrak Karya, surat-surat perizinan serta rekomendasi yang sah yang dikeluarkan oleh instansi / lembaga yang berwenang, demikian pula untuk pembuangan limbah ke danau Wanagon tersebut telah mendapat izin baik dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah maupun persetujuan masyarakat setempat dan semuanya dilaksanakan sebagaimana mestinya.

Bahwa tentang terjadinya peristiwa longsornya overburden di danau Wanagon tersebut telah Tergugat kemukakan apa adanya secara benar dan tidak menyesatkan publik baik dalam siaran pers maupun dengar pendapat dengan VIII DPR RI dan tidak benar Tergugat telah melanggat Pasal 6 ayat 2 UU No. 3 Tahun 1997 sebab informasi dimaksud pasal tersebut adalah informasi yang diberikan / dimasukkan

Page 37: Putusan No.459 PN.Jak.Sel.

dalam penyusunan dokumen AMDAL, bukan informasi yang duberikan dalam bentuk siaran pers maupun dengar pendapat dengan Komisi VIII DPR RI.

Menimbang, bahwa karena gugatan Penggugat disangkal Tergugat maka secara hukum beban pembuktian beraa di pihak Penggugat untuk itu telah diajukan 20 (duapuluh) set surat bukti tanda P.1 s/d P.20 serta menghadapkan 8 (delapan) orang saksi sebagaimana keterangannya telah dikemukakan di atas sedangkan untuk meneguhkan dalil sangkalannya oleh Tergugat diajukan 24 (duapuluh emapat) set surat bukti tanda T.1 s/d/ T.24 sebagaimana juga telah diuraikan diatas.

Menimbang, bahwa dari pengamatan atas pemeriksaan di persidangan, baik argumentasi kedua pihak dalam proses jawab - menjawab, surat-surat bukti yang diajukan serta keterangan para saksi penggugat dibawah sumpah di persidangan, hemat majelis. Materi pokok siaran pers dan dengar pendapat dengan Komisi VIII DPR RI yang dilakukan Tergugat yang dipermasalahkan Penggugat dalam posita gugatannya mulai halaman 7 angka 23 yang didukung surat-surat bukti tanda P.10 s/d P.13 tersebut pada prinsipnya tidaklah berbeda dengan apa yang dikemukakan oleh Tergugat dalam jawabannya mulai halaman 14 angka 28 yang juga didukung surat-surat bukti tanda T.18 dan T.19 sehingga yang harus dibuktikan Penggugat tersebut adalah bahwa benar dengan pernyataan-pernyataan tersebut Tergugat telah memberikan keterrangan yang tidak benar dan menyesatkan publik sehingga dinilai melakukan perbuatan melawan hukum sebagaimana dimaksud Pasal 6 ayat 2 UU No. 23 Tahun 1997 yang mewajibkan setiap orang melakukan usaha dan/atau kegiatan memberikan informasi yang benar dan akurat mengenai pengelolaan lingkungan hidup.

Menimbang, bahwa materi pernyataan Tergugat yang dikemukakan dalam siaran pers dan dengar pendapat dengan Komisi VIII DPR RI yang dipermasakahan Penggugat tersebut pada pokoknya adalah menyangkut sistem tanda bahaya yang dipasang yang dikatakan telah bekerja dengan baik dan telah menyiagakan seluruh masyarakat desa Banti untuk menjauhi sungai, tentang pernyataan yang menyebutkan curah hujan beberapa hari sebelum kejadian berkisar pada 40 mm per hari yang dikataan adalah empat sampai lima kali keadaan normal yang rata-rata berkisar 8 mm per hari, pernyataan yang menyatakan bahwa banjir di Banti tidak memakan korban jiwa karena alarm peringatan dini dibunyikan pada waktunya dan pernyataan yang menyatakan bahwa tidak ditemukan adanya ancaman terhadap kesehatan manusia serta kemungkinan dampak lingkungan jangka panjang yang mungkin timbul dari kejadian tersebut, dinilai bertentangan dengan kenyataan yang ada, sebab sesuai informasi yang diterima Penggugat dari masyarakat desa Banti bahwa mereka mengetahui datangnya banjir adalah dari bunyi gemuruh air dan sistem tanda bahaya / peringatan dini baru berbunyi kira-kira 30 (tigapuluh) menit setelah banjir mencapai desa Banti, keterangan ini didukung oleh keterangan di bawah sumpah dipersidangan para saksi Penggugat yamg sempat mendatangi lokasi seperti Prof.DR. Kalimarajo Tunggal Sirait, Ir. Amsar dan Drs Bambang Pramudiyanto, tentang tidak bekerjanya sistem peringatan dini ini terakhir disampaikan pula oleh Tergugat kepada Komisi VIII DPR RI.

Bahwa pernyataan Tergugat tentang curah hujan yang tinggi juga dinilai tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya sebab sebagaimana dikemukakan saksi-saksi penggugat Prof. DR. Kalimarajo Tunggal Sirait, Ir. Amsar dan Drs. Bambang Pramudiyanto, sesuai laporan Badan Meteorologi dan Geofisika pada bulan tersebut curah hujan boleh dikatakan normal, demikian pula informasi yang mereka terima dari masyarakat bahkan dibuktikan penggugat bahwa curah hujan yang tinggi ini juga telah dijadikan alasan oleh Tergugat saat terjadinya longsor bulan Juni 1998 padahal sesuai penyelidikan konsultan Tergugat Call & Nicholas bukti tanda P.14 menyatakan bahwa curah hujan ditempat pembuangan OGD antara tanggal 8 -20 Juni 1998 berkisar pada 0 - 22 mm dengan rata-rata 9 mm angka ini berada pada kisaran normal, tidak dianggap sebagai nilai yang tinggi dan pernyataan Tergugat yang menyatkan longsor bulan Juni 1998 disebabkan kesalahan prosedur, dikemukakan

Page 38: Putusan No.459 PN.Jak.Sel.

Call & Nicholas terdapat cukup fakta bahwa perpindahan / pergeseran berkaitan dengan besarnya tingkat pembuangan sebab tanggal 12, 18 dan 19 Juni dilakukan pembuangan sekitar 80.000 ton per hari padahal batas pembuangan adalah tidak melebihi 50.000 ton per hari bahkan dalam Laporan Studi ANDAL reg 300K 97 hal 3 - 99 oleh Tergugat telah dikatakan bahwa kondisi Danau Wanagon rentan terhadap terjadinya kecelakaan namun nyatanya tidak menghalangi Tergugat untuk membuang batuan limbah dalam jumlah yang sangat besar ke dalam danau sehingga Tergugat memang dengan sadar dan sengaja telah memperbesar resiko terjadinya kecelakaan.

Pernyataan Tergugat yang menyatakan bahwa banjir di Banti tidak memakan korban jiwa karena alarm peringatan dini dibunyikan pada waktunya adalah menyesatkan publik, karena walaupun di desa Banti tidak terdapat korban jiwa, 4 orang karyawan sub kontraktor Tergugat dinyatakan hilang dan pencarian telah dihentikan tim SAR sehingga dinyatakan meninggal dunia.

Bahwa pernyataan Tergugat yang menyatakan tidak ditemukan adanya ancaman terhadap kesehatan manusia serta kemungkinan dampak lingkungan jangka panjang yang mungkin timbul dari kejadian tersebut adalah bertentangan dengan laporan Bapedal dalam siaran persnya tanggal 17Mei 2000 yang menyatakan bahwa longsoran tersebut menyebabkan meluapnya material (sludge, overburden dan air) yang merupakan bahan beracun dan berbahaya (B3) ke sungai Wanagon dan desa Banti yang berada di bawah danau Wanagon, hal ini dibenarkan saksi Sudarsono S.H, Kepala Humas Bapedal yang memberikan siaran pers tersebut dan sebagaimana diterangkan saksi Ir. Sigit Raliantoro dipersidangan bahwa setiap limbah yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun baik langsung maupun tidak langsung dapat merusak / mencemarkan lingkungan hidup dan/atau membahayakan kesehatan bahkan hasil audit yang dilakukan oleh konsultan Dames and Moore tahun 1996 di lokasi penambangan mengidentifikasikan pembentukan Air Asam Tambang (AAT) / AMD (Acid Mine Drainage) yang muncul dari dasar timbunan batuan limbah di hulu danau Wanagon yang bersifat asam dengan konsentrasi tembaga melebihi 500 mg/l padahal baku mutu air golongan B menetapkan batas konsentrasi tembaga sebesar 1 mg/l, disamping itu monitoring Tergugat sendiri tahun 1996 menyebutkan AAT ini bersifat asam dengan ph 3,1 - 4,2, konsentrasi sulfat sebesar 2500 - 6000 mg/l dan konsentrasi tembaga 400 - 900 mg/l padahal baku mutu air menetapkan batas konsentrasi sulfat sebesar 400 mg/l dan tembaga sebesar 1 mg/l, untuk menetralisirnya Tergugat menambahkan batu gamping (CaSo4) yang menimbulkan dampak samping berupa endapan gypsum yang merupakan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) ikut mengalir ke danau Wanagon sehingga tidaklah benar jika dikatakan tidak terdapat ancaman terhadap kesehatan manusia serta dampak lingkungan jangka panjang yang timbul akibat kejadian tersebut.

Menimbang, bahwa surat-surat bukti yang diajukan Tergugat sebanyak 24 (duapuluh empat) set tersebut adalah menunjukkan Kontrak Karya, perizinan-perizinan, persetujuan-persetujuan yang dimiliki Tergugat, siaran-sairan pers, berita acara dengar pendapat dengan Komisi VIII DPR RI, dokumentasi upacara adat, semuanya tidak disangkal oleh Penggugat, hanya saja sebagaimana pertimbangan di atas dalam pelaksanaannnyalah yang menunjukan telah terjadinya penyimpangan-penyimpangan.

Menimbang, bahwa dengan fakta-fakta yang dapat dihimpun sebagai kesimpulan pemeriksaan persidangan di atas, yang harus majelis pertimbangkan lebih lanjut adalah apakah ketidak benaran pernyataan Tergugat tersebut memang dikwalifisir sebagai bertentangan dengan ketentuan Pasal 6 ayat 2 UU No. 23 Tahun 1997 sehingga dinilai senagai telah melakukan perbuatan melawan hukum ataukah tidak.

Menimbang, bahwa mencermati pernyataan-pernyataan Tergugat yang dinilai memang bertentangan dengan kenyataan sebenarnya tersebut, hemat majelis,

Page 39: Putusan No.459 PN.Jak.Sel.

pernyataan-pernyataan yang menyangkut sistem tanda bahaya yang dikatakan telah bekerja dengan baik, tentang curah hujan yang dikatakan tinggi dan tentang dikatakan tidak memakan korban jiwa tersebut adalah pernyatan-pernyataan yang tidak mengungkapkan masalah sebenarnya yang telah terjadi dari peristiwa longsornya overburden di danau Wanagon tersebut, namun hal ini hemat majelis semata-mata hanyalah bersifat ketidak benaran dalam pengungkapan fakta belaka, tidak ada kaitannya dengan kewajiban setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan memberikan informasi yang benar dan akurat mengenai pengelolaan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud Pasal 6 ayat 2 UU No. 23 Tahun 1997 akan tetapi lain halnya dengan pernyataan Tergugat yang menyatakan tidak diketemukan adanya ancaman terhadap kesehatan manusia serta kemungkinan dampak lingkungan jangka panjang yang mungkin timbul dari kejadian tersebut, pernyataan ini jelas menyangkut pengelolaan lingkungan hidup dimana UU mewajibkan setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan memberikan informasi yang benar dan akurat dan tindakan Tergugat tersebut jelas bertentangan dengan ketentuan Pasal 6 ayat 2 UU No. 23 Tahun 1997 sehingga dikwalifisir sebagai telah melakukan perbuatan melawan hukum untuk dikabulkan

Manimbang, bahwa sebelum majelis mempertimbangkan lebih lanjut tuntutan Penggugat lainnya perlu majelis cermati ketentuan-ketentuan UU No. 23 Tahun 1997 yang akan dijadikan acuan utama dalampertimbangan selanjutnya, yaitu ketentuan-ketentuan :

Pasal 34 ayat (1) menetukan bahwa setiap perbuatan melanggar hukum berupa pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup yang menimbulkan kerugian pada orang lain atau lingkungan hidup, mewajibkan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan untuk membayara ganti rugi dan/atau melakukan tindakan tertentu(2) selain pembebanan untuk melakukan tindakan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hakim dapat menetapkan pembayaran uang paksa atas setiap hari keterlambatan penyelesaian tindakan tertentu tersebut.

Dalam Pasal 34 ayat (1) disebutkan bahwa ayat ini merupakan realisasi asas yang ada dalam hukum lingkungan hidup yang disebut asas pencemar membayar. Selain itu diharuskan membayar ganti rugi, pencemar dan/atau perusak lingkungan hidup dapat pula dibebani oleh hakim umtuk melakukan tindakan hukum tertentu, misalnya perintah untuk :

Memasang atau memperbaikiunit pengolahan limbah sesuai dengan baku mutu lingkungan hidup yang ditentukan 

Memulihkan fungsi lingkungan hidup Menghilangkan atau memusnahkan penyebab timbulnya pencemaran dan/atau

perusakan lingkungan hidup

(2) Pembebanan pembayaran uang paksa atas setiap hari keterlambatan pelaksanaan perintah pengadilan untuk melaksanakan tindakan tertentu adalah demi pelestarian lingkungan hidup

Pasal 35 ayat (1) menyebutkan bahwa penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang usaha dan kegiatannya menimbulkan dampak besar dan penting terhdap lingkungan hidup yang menggunakan bahan berbahaya dan beracun bertanggung jawab secara mutlak atas kerugian yang ditimbulkan, dengan kewajiban membayar ganti rugi secara langsung dan seketika pada saat terjadinya pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hisup.

(2) Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan dapat dibebaskan dari kewajiban membayar ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 jika yang bersangkutan dapat membuktikan bahwa pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup disebabkan salah satu alasan dibawah ini :a. Adanya bencana alam atau peperangan atau ;

Page 40: Putusan No.459 PN.Jak.Sel.

b. Adanya keadaan terpaksa diluar kemampuan manusia atau ;c. Adanya tindakan pihak ketiga yang menyebabkan terjadinya pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup.

Pasal 38 ayat (1) menyebutkan bahwa dalam rangka pelaksanaan tanggung jawab pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan pola kemitraan, organisasilingkungan hidup berhak mengajukan gugatan untuk kepentingan pelestarian fungsi lingkungan hidup ;

(2) Hak mengajukan gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terbatas pada tuntutan untuk hak melakukan tindakan tertentu tanpa adanya tuntutan ganti rugi, kecuali biaya atau pengeluaran riil ;

(3) Organisasi lingkungan hidup berhak mengajukan gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) apabila memenuhi persyaratan :a. Berbentuk bdan hukum atau yayasan ;b. Dalam anggaran dasar organisasi lingkungan hidup yang bersangkutan menyebutkan dengan tegas bahwa tujuan didirikannya organisasi tersebut adalah untuk kepentingan pelestarian fungsi lingkungan hidup ;c. Telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan anggaran dasarnya

Menimbang, bahwa dengan acuan utama ketentuan-ketentuan UU No. 23 Tahun 1997 tersebut di atas, telah ditentukan bahwa setiap perbuatan melanggar hukum mewajibkan penanggung jawab untuk membayar ganti rugi dan/atau melakukan tindakan tertentu seperti memasang atau memperbaiki unit pengolahan limbah, memulihkan fungsi lingkungan hidup atau menghilangkan atau memusnahakan penyebab timbulnya pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup dan telah ditentukan pula bahwa organisasi lingkungan hidup berhak mengajukan gugatan untuk kepentingan pelestarian fungsi lingkungan hidup, namun terbatas pada tuntutan untuk hak melakukan tindakan tertentu tanpa adanya tuntutan ganti rugi kecuali biaya atau pengeluaran riil, karenanya adalah jelas bahwa bagi organisasi lingkungan hidup berhak menhajukan gugatan untuk kepentingan pelestarian fungsi lingkungan hidup, namun terbatas pada tuntutan hak melakukan tindakan tertentu sedangkan tuntutan penggugat agar tergugat diperintahkan mengajukan permintaan maaf secara terbuka dengan cara memasng iklan melalui media cetak dan melalui media elektronika sebagaimana dituntut penggugat tersebut dinilai majelis bukanlah substansi untuk kepentingan pelestarian fungsi lingkungan hidup dan untuk melakukan tindakan tertentu. Sebagaimana dimaksud UU No. 23 Tahun 1997 namun karena petitum gugatan penggugat memuat clausule ex aequo et bono maka sesuai substansinya, majelis berpendapat akan lebih bermanfaat jika perintah melakukan tindakan tertentu tersebut ditujukan untuk kepentingan pelestarian fungsi lingkungan hidup yaitu memeintahkan tergugat untuk berupaya semaksiamal mungkin untuk meminimalkan resiko terjadinya longsor overburden yang dibuamg ke danau Wanagon tersebut dan upaya semakasimal mungkin hingga mencapai baku mutu air yang baik bagi danau Wanagon serta sungai yang dialirkannya.

Menimbang, bahwa karean dikabulkan majelis tersebut adalah tuntutan subsidaritas ex aqup et bono, disamping itu pelaksanaan perintah tersebut tentunya perlu pengawasan lebih lanjut dari instansi / lembaga yang berwenang dan memerlukan waktu karenanya tuntutan uang paksa dinilai tidak beralsan hukum untuk dikabulkan, demikian pula tuntutan agar putusan dalam perkara ini dijalankan serta-merta, karenanya tuntutan-tuntutan tersebut haruslah ditolak majelis.Menimbang, bahwa dengan seluruh pertimbangan diatas majelis berpendapat bahwa gugatan penggugat haruslah diakabulkan sebagian dengan menolak tuntutan lainnya, karean tergugat sebagai pehak yang dikalahkan maka haruslah dibebankan untuk membayar biaya perkara.

Memperhatikan terutama pasal-pasal dari UU No. 23 Tahun 1997, pasal-pasal HIR serta peraturan perundang-undangan yang berkenaan dengan perkara ini :

Page 41: Putusan No.459 PN.Jak.Sel.

M E N G A D I L I

DALAM EKSEPSI :

Menolak eksepsi tergugat untuk seluruhnya

DALAM POKOK PERKARA :

Mengabulkan gugatan penggugat untuk sebagian Menyatakan bahwa tergugat PT. FREEPORT INDONESIA COMPANY telah

melakukan perbuatan melawan hukum dengan pernyataan yang telah diberikannya sehubungan dengan longsornya overburden di danau Wanagon Irian Jaya

Memerintahkan tergugat untuk berupaya semaksimal mungkin untuk meminimalkan resiko terjadinya longsor overburden yang dibuang ke danau Wanagon tersebut dan upaya semaksimal mungkin agar limbah yang terdiri dari Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang ditimbulkan dari overburden tersebut dapat ditekan seminimal mungkin hingga mencapai baku mutu air yang baik bagi danau Wanagon serta sungai yang dialirkannya

Menolak gugatan penggugat selain dan selebihnya Membebankan Tergugat untuk membayar biaya perkara sebesar Rp. 209.000,- (dua

ratus sembilan ribu rupiah)

Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada hari SELASA tanggal 28 AGUSTUS 2001, oleh kami RUSMAN DANY AHMAD S.H sebagai Ketua Majelis, H. ABDUL MADJID RAHIM S.H dan IERSJAF S.H masing-masing sebagai anggota, putusan mana diucapkan pada hari itu juga dalam persidangan yang terbuka untuk umum oleh Majelis tersebut dengan dibanti ANIES SUNDARNI S.H sebagai Panitera pengganti srta dihadiri kuasa kedua belah pihak berperkara.

HAKIM ANGGOTAHAKIM KETUA

MAJELIS

t.t.d t.t.d

1. H.ABDUL MADJID RAHIM, SH

RUSMAN DANI AHMAD, SH

t.t.d

2.IERSYAF, SH