Pustaka Kompos
-
Upload
raditya-budiarto -
Category
Documents
-
view
79 -
download
0
Transcript of Pustaka Kompos
5/17/2018 Pustaka Kompos - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pustaka-kompos 1/19
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penggunaan pupuk kimia, pestisida dan serta zat-zat lainnya dalam jumlah
yang berlebihan menunjukkan dampak negatif pertanian dan akhirnya mendapat
perhatian yang serius. Penggunaan pupuk kimia yang cenderung meningkat tidak
terlepas dari kemampuannya meningkatkan produktifitas dalam kurun waktu relatif
singkat bahkan dianggap sebagai teknik yang ampuh untuk meningkatkan produksi,
namun residu pupuk mulai diketahui mencemari air tanah sebagai sumber air
minuman sehingga akan membahayakan kesehatan manusia (Akrial), rendahnya
bahan organik menyebabkan kesuburan tanah menjadi rendah, stabilitas agregatnya
rendah dan peka terhadap erosi (Mardani, 2004).
Lahan pertanian baik lahan basah seperti sawah maupun lahan kering di
Indonesia saat ini umumnya mengalami kekurangan bahan organik. Bahan organik
diperlukan untuk menambah kesuburan tanah, mengaktifkan tanah dan meningkatkan
Water Holding Capacity. Penambahan pupuk organik bertujuan untuk meningkatkan
kesuburan tanah, meningkatkan kadar bahan organik tanah, menyediakan hara mikro,
dan memperbaiki struktur tanah. Penggunaan bahan-bahan ini juga dapat
meningkatkan pertumbuhan mikroba dan perputaran hara dalam tanah
(Bawolye, 2006).
Sebaiknya penggunaan pupuk kandang organik dipadukan dengan
penggunaan sumber hara anorganik sesuai keperluan. Hal ini memungkinkan petani
menggunakan bahan organik atau pupuk kandang yang tersedia di pertanian dengan
biaya rendah untuk memenuhi kebutuhan tanaman akan hara dan meningkatkan
kesuburan tanah bila diperlukan (Bawolye, 2006). Pembuatan pupuk organik tidak
serumit yang dibayangkan, asal petani tetap tekun, sabar dan memiliki motivasi serta
inovasi agar tidak tergantung pada pupuk kimia. Bahan-bahan untuk pembuatan
pupuk gampang diperoleh. Kotoran ternak, ayam, kuda, itik, jerami, limbah jagung,
kedelai, kulit buah kakao, daun-daunan dan sebagainya ada di lingkungan petani
(Gusmanizar dan Rusnam, 2009).
Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-
bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam
5/17/2018 Pustaka Kompos - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pustaka-kompos 2/19
mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik
(Crawford, 2003). Sedangkan pengomposan adalah proses dimana bahan organik
mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang
memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Membuat kompos adalah
mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih
cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air
yang cukup, pengaturan aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan.
Sampah terdiri dari dua bagian, yaitu bagian organik dan anorganik. Rata-rata
persentase bahan organik sampah mencapai ±80%, sehingga pengomposan
merupakan alternatif penanganan yang sesuai. Kompos sangat berpotensi untuk dikembangkan mengingat semakin tingginya jumlah sampah organik yang dibuang
ke tempat pembuangan akhir dan menyebabkan terjadinya polusi bau dan lepasnya
gas metana ke udara. DKI Jakarta menghasilkan 6000 ton sampah setiap harinya, di
mana sekitar 65%-nya adalah sampah organik. Dan dari jumlah tersebut, 1400 ton
dihasilkan oleh seluruh pasar yang ada di Jakarta, di mana 95%-nya adalah sampah
organik. Melihat besarnya sampah organik yang dihasilkan oleh masyarakat, terlihat
potensi untuk mengolah sampah organik menjadi pupuk organik demi kelestarian
lingkungan dan kesejahteraan masyarakat (Rohendi, 2005).
Secara alami bahan-bahan organik akan mengalami penguraian di alam
dengan bantuan mikroba maupun biota tanah lainnya. Namun proses pengomposan
yang terjadi secara alami berlangsung lama dan lambat. Untuk mempercepat proses
pengomposan ini telah banyak dikembangkan teknologi-teknologi pengomposan.
Baik pengomposan dengan teknologi sederhana, sedang, maupun teknologi tinggi.
Pada prinsipnya pengembangan teknologi pengomposan didasarkan pada proses
penguraian bahan organik yang terjadi secara alami. Proses penguraian dioptimalkan
sedemikian rupa sehingga pengomposan dapat berjalan dengan lebih cepat dan
efisien. Teknologi pengomposan saat ini menjadi sangat penting artinya terutama
untuk mengatasi permasalahan limbah organik, seperti untuk mengatasi masalah
sampah di kota-kota besar, limbah organik industri, serta limbah pertanian dan
perkebunan.
Teknologi pengomposan sampah sangat beragam, baik secara aerobik
maupun anaerobik, dengan atau tanpa aktivator pengomposan. Aktivator
5/17/2018 Pustaka Kompos - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pustaka-kompos 3/19
pengomposan yang sudah banyak beredar antara lain PROMI (Promoting Microbes),
OrgaDec, SuperDec, ActiComp, BioPos, EM4, Green Phoskko Organik Decomposer
dan SUPERFARM (Effective Microorganism) atau menggunakan cacing guna
mendapatkan kompos (vermicompost). Setiap aktivator memiliki keunggulan
sendiri-sendiri.
Pengomposan secara aerobik paling banyak digunakan, karena mudah dan
murah untuk dilakukan, serta tidak membutuhkan kontrol proses yang terlalu sulit.
Dekomposisi bahan dilakukan oleh mikroorganisme di dalam bahan itu sendiri
dengan bantuan udara. Sedangkan pengomposan secara anaerobik memanfaatkan
mikroorganisme yang tidak membutuhkan udara dalam mendegradasi bahan organik.Hasil akhir dari pengomposan ini merupakan bahan yang sangat dibutuhkan
untuk kepentingan tanah-tanah pertanian di Indonesia, sebagai upaya untuk
memperbaiki sifat kimia, fisika dan biologi tanah, sehingga produksi tanaman
menjadi lebih tinggi. Kompos yang dihasilkan dari pengomposan bahan organik
dapat digunakan untuk menguatkan struktur lahan kritis, menggemburkan kembali
tanah pertanian, menggemburkan kembali tanah petamanan, sebagai bahan penutup
sampah di TPA, reklamasi pantai pasca penambangan, dan sebagai media tanaman,
serta mengurangi penggunaan pupuk kimia.
Melihat potensi yang ada, pembuatan pupuk organik (kandang atau kompos)
merupakan hal yang sangat penting, maka perlu dilakukan suatu pelatihan dan
pembinaan kepada kelompok tani tentang pemanfaatan limbah organik menjadi
pupuk organik dengan menggunakan berbagai jenis bioaktivator. pada akhirnya
kelompok tani ini dapat menjadi percontohan dalam memanfaatkan limbah pertanian
dan peternakan dan mengubah menjadi pupuk organik.
B. Perumusan Masalah
1. Bagaimana tingkat pengetahuan petani tentang pemanfaatan limbah organik
menjadi pupuk organik?
2. Bagaimana limbah organik dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik?
3. Bagaimana metode yang dapat digunakan dalam pengolahan limbah organik
menjadi pupuk organik?
5/17/2018 Pustaka Kompos - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pustaka-kompos 4/19
C. Tujuan
1. Mengkaji tingkat pengetahuan petani tentang pemanfaatan limbah oerganik
menjadi pupuk organik.
2. Mengkaji pemanfaatan limbah organik mejadi pupuk organik.
3. Mengetahui metode pengolahan limbah organik menjadi pupuk organik.
D. Manfaat
1. Menambah pengetahuan dan keterampilan petani tentang pemanfaatan limbah
organik menjadi pupuk organik.
2. Limbah organik dapat dimanfaatkan petani dalam meningkatkan
produktivitas lahan pertanian yang dapat meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan petani
3. Petani dan Kelompok Tani dapat mengolahan limbah organik menjadi pupuk
organik sehingga keterbatasan pupuk dapat diatasi pada tingkat petani.
5/17/2018 Pustaka Kompos - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pustaka-kompos 5/19
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pertanian Organik
Pertanian organik adalah kegiatan usahatani secara menyeluruh dari proses
produksi sampai proses pengolahan hasil yang dikelola secara alami dan ramah
lingkungan tanpa penggunaan bahan kimia sintetis dan rekayasa genetik sehingga
menghasilkan produk yang sehat dan bergisi (Anonim, 2008a). Pertanian organik
merupakan sistem manajemen produksi holistic yang bertujuan meningkatkan dan
mengembangkan kesehatan agro-ekosistem, termasuk keragaman hayati, siklus
biologi, dan aktivitas biologi tanah. Pertanian organik menekankan penggunaanpraktik manajemen yang lebih mengutamakan penggunaan masukan setempat,
dengan kesadaran bahwa keadaan regional setempat memang memerlukan sistem
adaptasi lokal. Tujuan utama dari pertanian organik adalah untuk mengoptimalkan
kesehatan dan produktivitas komunitas interdependen dari kehidupan, tumbuhan,
hewan dan manusia (Anonim, 2008b).
Peran pertanian organik baik dalam produksi, pengolahan, distribusi dan
konsumsi bertujuan untuk melestarikan dan meningkatkan kesehatan ekosistem dan
organisme, dari yang terkecil yang berada di dalam tanah hingga manusia. Secara
khusus, pertanian organik dimaksudkan untuk menghasilkan makanan bermutu tinggi
dan bergizi yang mendukung pemeliharaan kesehatan dan kesejahteraan. Mengingat
hal tersebut, maka harus dihindari penggunaan pupuk, pestisida, obat-obatan bagi
hewan dan bahan aditif makanan yang dapat berefek merugikan kesehatan
(Anonim, 2005).
Pertanian organik dapat mencapai keseimbangan ekologis melalui pola sistem
pertanian, membangun habitat, pemeliharaan keragaman genetika dan pertanian.
Mereka yang menghasilkan, memproses, memasarkan atau mengkonsumsi produk-
produk organik harus melindungi dan memberikan keuntungan bagi lingkungan
secara umum, termasuk di dalamnya tanah, iklim, habitat, keragaman hayati, udara
dan air (Anonim, 2005). Limbah-limbah pertanian dapat dimanfaatkan untuk
dijadikan bahan organik bagi kebutuhan unsur hara tanaman
(Pangaribuan et al., 2009).
5/17/2018 Pustaka Kompos - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pustaka-kompos 6/19
B. Pupuk Organik
Pupuk organik adalah salah satu komponen dalam pertanian organik, tetapi
bukan monopoli pertanian organik. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh pertanian
konvensional untuk memelihara kelestarian lahan, memperbaiki kesuburan fisik,
kimia dan biologis tanah yang bersangkutan (Simanungkait, 2008). Pupuk organik
termasuk diantaranya pupuk kandang, sisa tanaman, pupuk hijau (tanaman/daun),
kompos, dan limbah organik rumah tangga dan industri (Sumarsih, 2003).
Pupuk organik dapat berfungsi sebagai 1) Nutrisi mikroba tanah/pupuk
hayati, 2) Pembenah sifat kimia tanah, dan 3) Pembenah sifat fisik tanah
(Sumarsih, 2003). Pupuk organik dan hayati mempunyai berbagai keunggulan nyata.
Pupuk organik dengan sendirinya merupakan keluaran setiap kegiatan pertanian,
sehingga merupakan sumber hara makro dan mikro yang boleh dikatakan cuma-
cuma. Pupuk organik bekerja menyuburkan tanah dan sekaligus menyehatkan tanah
sebagai suatu ekosistem dan memperkuat daya tahan tanah terhadap degradasi, dan
menghindarkan terjadinya pencemaran lingkungan (Notohadiprawiro, 2006).
Bahan/pupuk organik dapat berperan sebagai “pengikat” butiran primer
menjadi butir sekunder tanah dalam pembentukan agregat yang mantap. Keadaan ini
besar pengaruhnya pada porositas, penyimpanan dan penyediaan air, aerasi tanah,
dan suhu tanah. Bahan organik dengan C/N tinggi seperti jerami atau sekam lebih
besar pengaruhnya pada perbaikan sifat-sifat fisik tanah dibanding dengan bahan
organik yang terdekomposisi seperti kompos. Pupuk organik/bahan organik memiliki
fungsi kimia yang penting seperti: (1) penyediaan hara makro (N, P, K, Ca, Mg, dan
S) dan mikro seperti Zn, Cu, Mo, Co, B, Mn, dan Fe, meskipun jumlahnya relative
sedikit. Penggunaan bahan organik dapat mencegah kahat unsur mikro pada tanahmarginal atau tanah yang telah diusahakan secara intensif dengan pemupukan yang
kurang seimbang; (2) meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah; dan (3)
dapat membentuk senyawa kompleks dengan ion logam yang meracuni tanaman
seperti Al, Fe, dan Mn S (Simanungkait et al., 2006).
5/17/2018 Pustaka Kompos - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pustaka-kompos 7/19
C. Limbah Pertanian
Usaha untuk meningkatkan produktivitas dengan pemupukan sering
terhambat oleh mahalnya harga pupuk buatan bahkan kadang pupuk tidak tersedia.
Penggunaan pupuk buatan (anorganik) NPK secara terus-menerus juga dapat
menipiskan ketersediaan unsur-unsur mikro seperti seng, besi, tembaga, mangan,
magnesium, molibdenum, dan boron yang selanjutnya mengakibatkan tanaman
menjadi kerdil, produksinya menurun, dan rentan terhadap hama/penyakit
(Tandon 1990). Salah satu cara untuk mensubstitusi penggunaan pupuk buatan
adalah memanfaatkan sisa tanaman (limbah) sekitar kebun (Ruskandi, 2006).
Limbah Pertanian diartikan sebagai bahan yang dibuang di sektor pertanian,
misalnya sabut dan tempurung kelapa, jerami dan dedak padi, kulit, tulang pada
ternak potong serta jeroan & darah pada ikan (Rachmawan, 2001).
Limbah pertanian terbagi atas empat kelompok yaitu : (1) Limbah pertanian
pra panen contoh daun, ranting atau buah yang gugur sengaja atau tidak, (2) Limbah
pertanian panen, contoh batang atau jerami saat panen padi, (3) Limbah pertanian
pasca panen contoh kulit atau jeroan pada ternak potong dan (4) Limbah industri
pertanian contoh molasses pada pabrik gula tebu (Rachmawan, 2001).
D. Kompos
Kompos adalah hasil akhir suatu proses dekomposisi tumpukan
sampah/serasah tanaman dan bahan organik lainnya. Keberlangsungan proses
dekomposisi ditandai dengan nisbah C/N bahan yang menurun sejalan dengan
waktu. Bahan mentah yang biasa digunakan seperti: sisa tanaman (daun, batang, dan
lain-lain), kotoran ternak, limbah pertanian lainnya, sampah dapur, sampah kota danlain-lain dan pada umumnya mempunyai nisbah C/N yang melebihi 30
(Sutedjo, 2002; Simanungkait, 2008).
Kompos dibuat dari bahan organik yang berasal dari bermacam-macam
sumber. Dengan demikian, kompos merupakan sumber bahan organik dan nutrisi
tanaman. Kemungkinan bahan dasar kompos mengandung selulosa 15-60%, enzi
hemiselulosa 10-30%, lignin 5-30%, protein 5-30%, bahan mineral (abu) 3-5%, di
samping itu terdapat bahan larut air panas dan dingin (gula, pati, asam amino, urea,
5/17/2018 Pustaka Kompos - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pustaka-kompos 8/19
garam amonium) sebanyak 2-30% dan 1-15% lemak larut eter dan alkohol, minyak
dan lilin (Sutanto, 2002).
Penggunaan bahan organik (pupuk organik) perlu mendapat perhatian yang
lebih besar, mengingat banyaknya lahan yang telah mengalami degradasi bahan
organik, di samping mahalnya pupuk anorganik (urea, ZA, SP36, dan KCl).
Penggunaan pupuk anorganik secara terus-menerus tanpa tambahan pupuk organik
dapat menguras bahan organik tanah dan menyebabkan degradasi kesuburan hayati
tanah. Selain itu, Hakim (2008) menyatakan humus dapat pula meningkatkan
seskuioksida, yaitu oksida-oksida Al dan Fe membentuk koloid protektif yang dapat
mengurangi fiksasi P, sehingga P lebih tersedia bagi tanaman.
1. Jenis-Jenis Kompos
Kompos cacing (vermicompost ), yaitu kompos yang terbuat dari bahan
organik yang dicerna oleh cacing. Yang menjadi pupuk adalah kotoran cacing
tersebut.
Kompos bagase, yaitu pupuk yang terbuat dari ampas tebu sisa penggilingan
tebu di pabrik gula.
Kompos bokashi.
2. Manfaat Kompos
Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan
organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan
kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan
meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman
untuk menyerap unsur hara dari tanah. Aktivitas mikroba tanah juga diketahui dapatmembantu tanaman menghadapi serangan penyakit.
Tanaman yang dipupuk dengan kompos juga cenderung lebih baik
kualitasnya daripada tanaman yang dipupuk dengan pupuk kimia, misal: hasil panen
lebih tahan disimpan, lebih berat, lebih segar, dan lebih enak.
Musfasil (2010), menerangkan bahwa kompos memiliki banyak manfaat yang
ditinjau dari beberapa aspek:
5/17/2018 Pustaka Kompos - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pustaka-kompos 9/19
Aspek Ekonomi :
1. Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah
2. Mengurangi volume/ukuran limbah
3. Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya
Aspek Lingkungan :
1. Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah dan pelepasan gas
metana dari sampah organik yang membusuk akibat bakteri metanogen di
tempat pembuangan sampah
2. Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan
Aspek bagi tanah/tanaman:1. Meningkatkan kesuburan tanah
2. Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah
3. Meningkatkan kapasitas penyerapan air oleh tanah
4. Meningkatkan aktivitas mikroba tanah
5. Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen)
6. Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman
7. Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman
8. Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah
Peran bahan organik terhadap sifat fisik tanah diantaranya merangsang
granulasi, memperbaiki aerasi tanah, dan meningkatkan kemampuan menahan air.
Peran bahan organik terhadap sifat biologis tanah adalah meningkatkan aktivitas
mikroorganisme yang berperan pada fiksasi nitrogen dan transfer hara tertentu
seperti N, P, dan S. Peran bahan organik terhadap sifat kimia tanah adalah
meningkatkan kapasitas tukar kation sehingga mempengaruhi serapan hara oleh
tanaman (Gaur, 1980).
Beberapa studi telah dilakukan terkait manfaat kompos bagi tanah dan
pertumbuhan tanaman. Penelitian Abdurohim, 2008, menunjukkan bahwa kompos
memberikan peningkatan kadar Kalium pada tanah lebih tinggi dari pada kalium
yang disediakan pupuk NPK, namun kadar fosfor tidak menunjukkan perbedaan
yang nyata dengan NPK. Hal ini menyebabkan pertumbuhan tanaman yang
ditelitinya ketika itu, caisin ( Brassica oleracea), menjadi lebih baik dibandingkan
dengan NPK.
5/17/2018 Pustaka Kompos - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pustaka-kompos 10/19
Hasil penelitian Handayani, 2009, berdasarkan hasil uji Duncan, pupuk
cacing (vermicompost ) memberikan hasil pertumbuhan yang terbaik pada
pertumbuhan bibit Salam ( Eugenia polyantha Wight ) pada media tanam subsoil.
Indikatornya terdapat pada diameter batang, dan sebagainya. Hasil penelitian juga
menunjukkan bahwa penambahan pupuk anorganik tidak memberikan efek apapun
pada pertumbuhan bibit, mengingat media tanam subsoil merupakan media tanam
dengan pH yang rendah sehingga penyerapan hara tidak optimal. Pemberian kompos
akan menambah bahan organik tanah sehingga meningkatkan kapasitas tukar kation
tanah dan mempengaruhi serapan hara oleh tanah, walau tanah dalam keadaan
masam.Dalam sebuah artikel yang diterbitkan Departemen Agronomi dan
Hortikultura, Institut Pertanian Bogor menyebutkan bahwa kompos bagase (kompos
yang dibuat dari ampas tebu) yang diaplikasikan pada tanaman tebu (Saccharum
officinarum L.) meningkatkan penyerapan nitrogen secara signifikan setelah tiga
bulan pengaplikasian dibandingkan degan yang tanpa kompos, namun tidak ada
peningkatan yang berarti terhadap penyerapan fosfor, kalium, dan sulfur.
Penggunaan kompos bagase dengan pupuk anorganik secara bersamaan tidak
meningkatkan laju pertumbuhan, tinggi, dan diameter dari batang, namun
diperkirakan dapat meningkatkan rendemen gula dalam tebu.
3. Bahan-bahan yang dapat dikomposkan
Pada dasarnya semua bahan organik padat dapat dikomposkan, misalnya:
limbah organik rumah tangga, sampah-sampah organik pasar/kota, kertas,
kotoran/limbah peternakan, limbah pertanian, limbah agroindustri, limbah pabrik
kertas, limbah pabrik gula, limbah pabrik kelapa sawit, dan lain-lain. Bahan organik
yang sulit untuk dikomposkan antara lain: tulang, tanduk, dan rambut.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengomposan antara lain:
4.1 Rasio C/N, Rasio C/N yang efektif untuk proses pengomposan berkisar
antara 30: 1 hingga 40:1. Mikroba memecah senyawa C sebagai sumber
energi dan menggunakan N untuk sintesis protein. Pada rasio C/N di antara
30 s/d 40 mikroba mendapatkan cukup C untuk energi dan N untuk sintesis
5/17/2018 Pustaka Kompos - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pustaka-kompos 11/19
protein. Apabila rasio C/N terlalu tinggi, mikroba akan kekurangan N untuk
sintesis protein sehingga dekomposisi berjalan lambat. Umumnya, masalah
utama pengomposan adalah pada rasio C/N yang tinggi, terutama jika bahan
utamanya adalah bahan yang mengandung kadar kayu tinggi (sisa gergajian
kayu, ranting, ampas tebu, dan sebagainya). Untuk menurunkan rasio C/N
diperlukan perlakuan khusus, misalnya menambahkan mikroorganisme
selulotik (Toharisman, 1991) atau dengan menambahkan kotoran hewan
karena kotoran hewan mengandung banyak senyawa nitrogen.
4.2 Ukuran Partikel, Aktivitas mikroba berada diantara permukaan area dan
udara. Permukaan area yang lebih luas akan meningkatkan kontak antara
mikroba dengan bahan dan proses dekomposisi akan berjalan lebih cepat.
Ukuran partikel juga menentukan besarnya ruang antar bahan (porositas).
Untuk meningkatkan luas permukaan dapat dilakukan dengan memperkecil
ukuran partikel bahan tersebut.
4.3 Aerasi, Pengomposan yang cepat dapat terjadi dalam kondisi yang cukup
oksigen (aerob). Aerasi secara alami akan terjadi pada saat terjadi
peningkatan suhu yang menyebabkan udara hangat keluar dan udara yang
lebih dingin masuk ke dalam tumpukan kompos. Aerasi ditentukan oleh
posiritas dan kandungan air bahan (kelembaban). Apabila aerasi terhambat,
maka akan terjadi proses anaerob yang akan menghasilkan bau yang tidak
sedap. Aerasi dapat ditingkatkan dengan melakukan pembalikan atau
mengalirkan udara di dalam tumpukan kompos.
4.4 Porositas, Porositas adalah ruang diantara partikel di dalam tumpukan
kompos. Porositas dihitung dengan mengukur volume rongga dibagi dengan
volume total. Rongga-rongga ini akan diisi oleh air dan udara. Udara akan
mensuplay Oksigen untuk proses pengomposan. Apabila rongga dijenuhi
oleh air, maka pasokan oksigen akan berkurang dan proses pengomposan
juga akan terganggu.
4.5 Kelembaban ( Moisture content), Kelembaban memegang peranan yang
sangat penting dalam proses metabolisme mikroba dan secara tidak
5/17/2018 Pustaka Kompos - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pustaka-kompos 12/19
langsung berpengaruh pada suplay oksigen. Mikrooranisme dapat
memanfaatkan bahan organik apabila bahan organik tersebut larut di dalam
air. Kelembaban 40 - 60 % adalah kisaran optimum untuk metabolisme
mikroba. Apabila kelembaban di bawah 40%, aktivitas mikroba akan
mengalami penurunan dan akan lebih rendah lagi pada kelembaban 15%.
Apabila kelembaban lebih besar dari 60%, hara akan tercuci, volume udara
berkurang, akibatnya aktivitas mikroba akan menurun dan akan terjadi
fermentasi anaerobik yang menimbulkan bau tidak sedap.
4.6 Temperatur/suhu, Panas dihasilkan dari aktivitas mikroba. Ada hubungan
langsung antara peningkatan suhu dengan konsumsi oksigen. Semakin
tinggi temperatur akan semakin banyak konsumsi oksigen dan akan semakin
cepat pula proses dekomposisi. Peningkatan suhu dapat terjadi dengan cepat
pada tumpukan kompos. Temperatur yang berkisar antara 30 - 60oC
menunjukkan aktivitas pengomposan yang cepat. Suhu yang lebih tinggi
dari 60oC akan membunuh sebagian mikroba dan hanya mikroba thermofilik
saja yang akan tetap bertahan hidup. Suhu yang tinggi juga akan membunuh
mikroba-mikroba patogen tanaman dan benih-benih gulma.
4.7 pH, Proses pengomposan dapat terjadi pada kisaran pH yang lebar. pH yang
optimum untuk proses pengomposan berkisar antara 6,5 sampai 7,5. pH
kotoran ternak umumnya berkisar antara 6,8 hingga 7,4. Proses
pengomposan sendiri akan menyebabkan perubahan pada bahan organik dan
pH bahan itu sendiri. Sebagai contoh, proses pelepasan asam, secara
temporer atau lokal, akan menyebabkan penurunan pH (pengasaman),
sedangkan produksi amonia dari senyawa-senyawa yang mengandung
nitrogen akan meningkatkan pH pada fase-fase awal pengomposan. pH
kompos yang sudah matang biasanya mendekati netral.
4.8 Kandungan Hara, Kandungan P dan K juga penting dalam proses
pengomposan dan bisanya terdapat di dalam kompos-kompos dari
peternakan. Hara ini akan dimanfaatkan oleh mikroba selama proses
pengomposan.
5/17/2018 Pustaka Kompos - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pustaka-kompos 13/19
4.9 Kandungan Bahan Berbahaya, Beberapa bahan organik mungkin
mengandung bahan-bahan yang berbahaya bagi kehidupan mikroba.
Logam-logam berat seperti Mg, Cu, Zn, Nickel, Cr adalah beberapa bahan
yang termasuk kategori ini. Logam-logam berat akan mengalami imobilisasi
selama proses pengomposan.
4.10 Lama pengomposan, Lama waktu pengomposan tergantung pada
karakteristik bahan yang dikomposakan, metode pengomposan yang
dipergunakan dan dengan atau tanpa penambahan aktivator pengomposan.
Secara alami pengomposan akan berlangsung dalam waktu beberapa
minggu sampai 2 tahun hingga kompos benar-benar matang.
E. TEKNOLOGI EFFECTIVE MICROORGANISME-4 (EM4)
EM4 adalah suatu kultur campuran berbagai mikroorganisme bermanfaat
yang dapat digunakan sebagai inokulan untuk meningkatkan keragaman mikroba
tanah. EM-4 mengandung bakteri fotosintetik, bakteri asam laktat, ragi,
actinomycetes dan jamur fermentasi yang berfungsi sebagai alat pengendali biologis
dalam menekan/ mengendalikan hama dan penyakit dan menfasilitatori dekomposisi
bahan organik dengan cara memasukkan mikroorganisme bermanfaat dalam
lingkungan hidup tanaman. Dengan demikian hama/penyakit dikendalikan secara
alami melalui peningkatan kegiatan kompetitif dan antagonistik antar
mikroogranisme.
Teknologi EM merupakan bioteknologi yang dikembangkan dengan prinsip
pertanian berwawasan lingkungan, menekan penggunaan pupuk kimia dan pestisida
dengan memanfaatkan sistem alami untuk meningkatkan produktivitas tanah,
mengurangi biaya produksi serta menghasilkan bahan pangan yang tidak
terkontaminasi dengan bahan kimia. Mikroba tersebut dapat digunakan untuk
menfermentasi bahan organik tanah menjadi senyawa organik serdehana yang mudah
diserap oleh akar tanaman, sehingga kuantitas dan kualitas produksi tanaman
meningkat (Wididana dan Muntoyah, 1999).
Peningkatan produksi tanaman dengan EM4 terjadi melalui reaksi fermentasi
yang menghasilkan senyawa organik sederhana, hormon tanaman, vitamin, antibiotik
5/17/2018 Pustaka Kompos - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pustaka-kompos 14/19
dan polysakarida (Wibisono dan Muchsin, 1993). Disamping itu, EM dapat
melarutkan hara dan batuan induk yang susah larut, menghambat penyerapan logam
berat, menjaga tanaman dari serangan hama dan penyakit, memacu pertumbuhan
dengan mengeluarkan ZPT, mempercepat dekomposisi bahan organik dan
mempercepat daur ulang unsur hara. Pengaruh tersebut secara komulatif
meningkatkan prooduktifitas tanah dan tanaman tanpa menggunakan pupuk an
organik dan peptisida.
Penggunaan EM4, selain dapat disemprotkan langsung pada tanaman dan
penyiraman ke dalam tanah sebagai larutan stok EM4, juga dapat digunakan dalam
bentuk larutan EM5, sebagai ekstrak tanaman yang difermentasikan dengan EM4 dansebagai Bokasi EM (Anonim, 1996).
1. Larutan Stok EM4
EM4 asli berada dalam keadaan dorman sehingga sebelum digunakan perlu
diaktifkan terlebih dahulu dengan menambahkan air dan molases atau gula pasir
(Gambar 1)
Gambar 1. Skema Pembuatan Larutan Stok EM4
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunanaan larutan stok EM4 pada
tanaman semusim dan hortikultura seperti padi, tomat, cabe keriting dan jeruk nipis
dengan konsentrasi 5 – 10 ml /liter air dengan interval 7 hari dapat meningkatkan hasil
padi 47%, tomat 38%, cabe keriting 44% dan jeruk nipis 145% (Sastrodilaga, 1993).
AIR 1000 cc MOLASES 2 cc EM 2-10 cc
LARUTAN
MOLASES
LARUTAN MOLASES-EM
LARUTAN
STOK EM
5/17/2018 Pustaka Kompos - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pustaka-kompos 15/19
Pemberian EM4 5ml/liter air setiap minggu pada tanaman bawang putih akan
meningkatkan hasil umbi kering simpan sebesar 0,9 ton/ha. Sedangkan pada bawang
merah dengan konsentrasi 10 ml/liter air meningkatkan hasil 1,724 ton/ha
(Anonim, 1994). Pada tanaman kacang panjang dengan konsentarsi 15 ml/liter air
memberi hasil sebesar 40,6 ton/ha (Astuti, 1995). Rahmawati (1998) mengemukakan
bahwa penambahan EM4 dengan konsentrasi 8 ml/liter air pada kacang panjang
meningkatkan secara nyata jumlah polong, bobot polong muda serta bobot
polong/ha.
2. Larutan EM5
EM5 adalah penangkal serangga non kimia dan tidak beracun (bukan
peptisida) yang digunakan sebagai pencegah serangan hama dan penyakit tanaman.
EM5 merupakan pengembangan dari teknologi EM-4 yang khusus digunakan untuk
mengendalikan/mencegah serangan hama dan penyakit tanaman. Tujuan
pengembangan EM-5 adalah untuk menggantikan pestisida kimia yang mempunyai
dampak negatif apabila dosis aplikasinya apabila dosis aplikasinya tidak sesuai
dengan dosis anjuran. EM5 digunakan sejak tanaman ditanam sebelum ada serangan
hama dan penyakit melalui penyeprotan pada tanaman setelah diencerkan dengan air
dengan konsentrasi 5-10 ml/liter air (Wididana dan Muntoyah, 1999).
Larutan EM5 terbuat dari campuran antara EM4 (100 cc), asam cuka (100
cc), alkohol (100 cc), molases (100 cc) dan air (600 cc) (Gambar 2).
3. Fermented Plant Extrac (FPE)
FPE merupakan ekstrak tanaman yang difermentasi dengan EM yang dapat
digunakan sebagia sumber hara dan sekaligus untuk mengendalikan hama dan
penyakit tanaman. Tanaman yang digunakan sebagai FPE hendaknya masih segar.
Ekstrak ini mengandung asam-asam organik, zat bio aktif dan zat-zat anti oksidan
yang banyak terdapat pada tanaman rempat dan obat-obatan (Wididana dan
Muntoyah, 1999). Cara pembuatan mengikuti cara pembuatan larutan stok EM-4
ditambah dengan cairan ekstrak tanaman yang akan difermentasikan.
5/17/2018 Pustaka Kompos - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pustaka-kompos 16/19
Gambar 2. Skema Pembuatan Larutan Stok EM5
4. Bokasi EM
Bokasi merupakan bahan organik hasil fermentasi dengan menggunakan EM.
Bokasi dapat digunakan untuk produksi tanaman meskipun bahan organiknya belum
terurai seperti pada kompos. Bila Bokasi dimasukkan ke dalam tanah, bahan
organiknya dapat digunakan sebagai pakan oleh mikroooorganisme bermanfaat
untuk berkembang biak dalam tanah sekaligus sebagai tambahan persediaan unsur
hara bagi tanaman.
Bokasi dapat dibuat secara cepat dengan adanya mikroorganisme yang
menfermentasikan bahan organik selama 7 – 15 hari setelah fermentasi dan langsung
dapat digunakan sebagai pupuk organik. Bahan organik untuk Bokasi sangat banyak
terdapat di sekitar lahan pertanian seperti jerami, pupuk kandang, rumput, pupuk
hijau, sekam, dedak, serbuk gergaji, ampas tebu dan arang. Namun dedak padi
sangat dianjurkan sebagai bahan penting untuk Bokasi, karena mengandung gizi
yang baik untuk mikroorganisme. Akan lebih baik lagi apabila campuran bahan
organik yang mempunyai perbandingan karbon dan nitrogen (C/N rasio ) yang
AIR 600 cc MOLASES 100 cc ASAM CUKA 100 cc
LARUTAN
MOLASES
LARUTAN
MOLASES CUKA
ALKOHOL
100 cc
LARUTAN MOLASESCUKA-ALKOHOL
EM4
100 cc
LARUTAN
EM5Simpan 2-3 Minggu
5/17/2018 Pustaka Kompos - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pustaka-kompos 17/19
rendah dan yang tinggi. Biasanya untuk meningkatkan keragaman mikroba,
penggunaan paling sedikit 3 macam bahan organik sangat dianjurkan (Wididana dan
Higa, 1996)
Berdasarkan proses pembuatannya Bokasi dibagi atas 2 yaitu Bokasi aerob
dan Bokasi an aerob. Pada Bokasi aerob masa fermentasinya sangat singkat dan
dapat diproduksi secara besar-besaran, meskipun energi bahan organiknya dapat
hilang jika suhu tidak terkendali selama fermentasi. Prosedur pembuatan Bokasi
dapat dilihat pada Gambar 3.
Berdasarkan jenis bahan organik yang digunakan Bokasi ada beberapa
macam yaitu Bokasi jerami, Bokasi pupuk kandang, Bokasi pupuk kandang-arang,dan Bokasi pupuk kandang tanah. Keseluruh jenis Bokasi tersebut mutlak
menggunakan EM4, air, molases, dan dedak padi. Jenis Bokasi yang dibuat
disesuaikan dengan ketersediaan jenis bahan di masing-masing lahan pertanian di
wilayah masing-masing
1). Bokasi Limbah Jagung
Bahan: Limbah jagung 450 kg, sekam 450 kg, dedak 100 kg, EM4 1 liter,
molases 1 liter dan air
Cara Pembuatan (Gambar 3)
a. Campurkan secara merata pupuk kandang, sekam dan dedak
b. Larutkan EM4 dan molasses dalam air dengan konsentrasi 5 – 10 cc/ liter
c. Siramkan larutan b secara perlahan-lahan ke dalam adonan campuran a secara
merata sambil diaduk sampai kadar air mencapai 30 - 35%. Kadar air dapat
diperiksa dengan mengambil segenggam adonan dan meremasnya. Apabila
setelah diremas adonan tetap menyatu dan bila dilepas adonan akan hancur
kembali berarti kadar airnya sudah baik
d. Campuran c digundukkan pada bak fermentasi setinggi 20-30 cm, kemudian
ditutup dengan karung goni selama 3-7 hari. Selama fermentasi suhu
dipertahankan 40-50oC. Bila suhu lebih besar dari 50
oC bukalah karung goni dan
campuran dibalik-balik hingga udara masuk dan suhu turun. Pengecekan suhu
sebaiknya dilakukan setiap 6 jam. Setelah 4 hari fermentasi bokasi akan matang
dan siap digunakan sebagai pupuk organik. Jenis bokasi ini disebut bokasi aerob.
5/17/2018 Pustaka Kompos - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pustaka-kompos 18/19
Bila campuran c dimasukkan ke dalam kantong plastik hitam yang kedap udara,
kemudian disimpan di tempat yang tidak kena sinar matahari dengan kadar air 35
%, suhu 40-50o
C, dengan lama fermentasi 3-7 hari, jenis Bokasi ini disebut
bokasi anaerob
2). Bokasi Jerami
Bahan : Jerami yang telah dipotong 5-10cm sebanyak 450 kg, sekam 450 kg,
dedak 100 kg, EM4 1 liter, molases 1 liter dan air
Cara Pembuatan (sama dengan Bokasi pupuk kandang pada Gambar 3)
Gambar 3. Teknik Pembuatan Bokasi
PUPUK
KANDANG (PK)
SEKAM
( S )
DEDAK
( D )
CAMPURAN J,S,D
ADUK RATA
PK + S + D
J,S,D + EM4
KADAR AIR 35%
LARUTAN
STOK EM4
SUHU 40-500C 100-150 cm
20-30 cm
5/17/2018 Pustaka Kompos - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pustaka-kompos 19/19
3). Bokasi Pupuk Kandang-Arang
Bahan : Pupuk kandang 20 kg
Arang sekam/ arang serbuk gergaji 10 kg
Bahan : Pupuk kandang 600 kg, arang sekam atau arang serbuk gergaji 300 kg,
dedak 100 kg, EM4 1 liter, molases 1 liter dan air
Cara Pembuatan (sama dengan Bokasi pupuk kandang pada Gambar 3)
4). Cara Penggunaan
Bokasi EM yang telah dihasilkan disebar merata ditas permukaan tanah 200-
500 g/m persegi (2-5 ton/ha)
Cangkul/ bajak tanah untuk mencampurkan Bokasi ke dalam tanah secara
merata
Siramkan/ semprotkan Larutan Stok EM4 ke dalam tanah. Biarkan Bokasi
selama seminggu kemudian bibit siap ditanam
Lakukan penyemprotan EM5 sejak benih tumbuh dengan interval 2 minggu.
Penggunaan Bokasi pada tanaman jagung, ukuran tongkol yang diberi
Bokasi lebih besar, lebih tahan kekeringan, tanaman lebih tinggi dibandingkan
dengan tanaman tanpa Bokasi. Demikian juga umur tanaman cabe yang diberi
Bokasi lebih panjang, lebih tahan terhadap virus mosaik atau keriting daun dan
produktivitasnya pun lebih tinggi dibandingkan dengan yang tanpa Bokasi. Buah
tomat yang diberi Bokasi lebih besar, lebih padat dan tahan lama serta tanaman tomat
yang dibiarkan sampai musim berikutnya mampu berproduksi baik. Tanaman kacang
tanah yang ditanam di lahan kering pada musim kemarau, bila diberi Bokasi masih
mampu menghasilkan polong yang bernas. Tanaman jeruk yang dipupuk dengan
Bokasi tidak pernah mengalami stress. Kuncup tumbuh terus menerus yang diikuti
dengan pembungaan (Anonim,1998). Pemberian Bokashi dengan dosis 5 ton/ha
dengan penyemprotan larutan stok EM 5cc/l memperlihatkan jumlah cabang
simpodial, bobot buah mekar dan produksi yang lebih tinggi dibanding penggunaan
pupuk anorganik sesuai paket pada tanaman kapas Deltapine dan Transgenik
(Farid, 2003).