Push Down Accounting

10
AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN 2 Rangkuman Push-Down Accounting Oleh: Ricky Andian (040810119) DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

description

akuntansil keuangan lanjutn

Transcript of Push Down Accounting

AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN 2

Rangkuman Push-Down Accounting

Oleh:

Ricky Andian (040810119) DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2010PUSH-DOWN ACCOUNTINGDalam teori induk perusahaan, perbedaan harga perolehan/ nilai buku dialokasikan pada aktiva dan kewajiban diidentifikasi pada goodwill melalui jurnal kertas kerja. Pembukuan anak perusahaan tidak dipengaruhi oleh harga yang dibayarkan oleh induk perusahaan.

SEC di Amerika mensyaratkan bahwa nilai wajar dari aktiva dan kewajiban anak perusahaan yang diakuisisi menggambarkan penggunaan biaya oleh induk perusahaan, dicatat terpisah dalam laporan keuangan. Dengan kata lain diturunkan (pushed down) ke laporan anak perusahaan.Argumen SEC adalah jika induk perusahaan mengendalikan kepemilikan dalam suatu entitas, akuntansi untuk pembelian aktiva dan kewajiban harus sama tanpa memandang apakah entitas itu akan ada terus atau merjer ke dalam operasi induk perusahaan. Tetapi jika anak perusahaan memiliki hutang kepada publik atau memiliki saham preferen atau ada kepemilikan minoritas yang signifikan, induk perusahaan tidak akan dapat mengendalikan kepemilikan. SEC menyarankan akuntansi push-down untuk situasi ini tetapi tidak diwajibkan.Makalah AICPA menjelaskan akuntansi push-down sebagai : basis akuntansi dan pelaporan baru untuk entitas dengan laporan keuangan terpisah, berdasarkan pada transaksi pembelian saham berhak suara, dan yang menghasilkan perubahan kepemilikan saham berhak suara yang beredar entitas tersebut.Ketika akuntansi push-down tidak digunakan dalam akuisisi, alokasi harga pembelian pada aktiva bersih berwujud dan goodwill diselesaikan dalam kertas kerja konsolidasi. Laporan keuangan konsolidasi menggambarkan alokasi pembelian. Apabila anak perusahaan telah menggunakan metode push-down maka proses konsolidasi telah disederhanakan. Kritik atas akuntansi push-down berpendapat bahwa transaksi pembelian antara induk perusahaan dengan pemegang saham anak perusahaan tidak sesuai dengan basis akuntansi yang baru. Anak perusahaan bukanlah bagian dari transaksi ia tidak menerima dana baru; tidak menjual aktiva, kewajiban, dan hasil operasi anak perusahaan.Akuntansi push-down tidak diterapkan secara konsisten di antara pendukung konsep tersebut, biasanya anak perusahaan dinilai kembali secara proporsional. Berapa presentase kepemilikan minoritas yang signifikan sehingga akuntansi push-down tidak perlu digunakan? Apakah alokasi harus dilakukan dengan proporsional jika perubahan yang terjadi dalam kepemilikan kurang dari 100%?Perlakuan pemindahan saldo laba ke modal push-down mensaratkan basis akuntansi dan pelaporan baru untuk entitas yang diperoleh. Modal push-down adalah perkiraan tambahan modal disetor, yang mencakup penilaian kembali aktiva dan goodwill, dan saldo laba anak perusahaan yang dieleminasi dengan konsep entitas baru pada akuntansi push-down.Pada Leveraged Buyouts (LBO), sekelompok investor memperoleh sebuah perusahaan dari pemegang saham publik melalui transaksi yang dibiayai sedikit modal dan hutang dalam jumlah yang teramat besar. Biasanya hutang yang diperoleh investor untuk membiayai LBO dijamin oleh aktiva perusahaan dan dilunasi oleh dana perusahaan A atau menjual asetnya. Karena hutang tersebut dijamin oleh aktiva perusahaan A, bank pemberi pinjaman kelompok investor seringkali mengiginkan agar hutang tersebut muncul dalam laporan keuangan perusahaan A.

Jika pemilik lama membayar agio yang besar untuk sahamnya, dan nilai buku, bukan nilai wajar aktiva dan kewajiban yang dicatat pada neraca perusahaan baru (perusahaan A yang diambil alih), hutang yang terjadi dari transaksi LBO membuat kondisi keuangan perusahaan baru tersebut makin memburuk dari seharusnya. Popularitas LBO merupakan salah satu alasan mengapa banyak akuntan yang mendukung menerapkan akuntansi push-down untuk akuisisi, termasuk LBO, yang mengizinkan pencatatan aktiva perusahaan yang diperoleh ke dalam laporan keuangannya dengan menggunakan harga beli.Untuk beberapa tahun, SEC dan FASB Emerging Issues Task Force (EITF) bergulat dengan pertanyaan apakah nilai wajar atau nilai buku digunakan dalam LBO. Struktur buyout mempengaruhi dasar akuntansi. Perusahaan holding dapat memperoleh aktiva bersih perusahaan A, modal perusahaan A, atau investor dapat memperoleh perusahaan A tanpa menggunakan perusahaan holding. Konsensus EITF diterapkan pada LBO di mana perusahaan holding digunakan untuk memperoleh semua ekuitas perusahaan yang beroperasi melalui akuisisi yang sebagian besar didanai pinjaman. EITF menetapkan pengujian ke empat untuk menentukan apakah LBO menyebabkan perubahan kepentingan pengendalian. Jika terdapat perubahan pengendalian, maka diperlukan perubahan dasar akuntansi. Kritik atas konsensus secara umum berkisar pada kompleksitasnya, juga pada tataran konseptual. Secara khusus, kritik terhadap ditetapkannya dasar akuntansi yang merefleksikan sebagian nilai wajar dan sebagian nilai buku. EITF berpendapat bahwa metode tersebut lebih mengutamakan isi daripada bentuk entitas baru memiliki pemegang saham baru dan hal tersebut sama dengan penggabungan usaha jenis pembelian.Perusahaan telah mencoba untuk merancang penggabungan usaha tanpa melibatkan goodwill. Perusahaan menginginkan target menerbitkan saham tambahan kepada induk perusahaan sebagai penukar kepentingan induk pada anak. Alasan yang digunakan dalam hal ini merupakan penggabungan badan usaha di bawah pengendalian yang sama. Karena itu, penggabungan bukanlah suatu pembelian dan transaksinya akan dicatat menggunakan nilai historis. EITF membahas penggabungan ini dalam EITF Issue No. 90-13, dan berkesimpulan bahwa : Sesuai APB Opinion No. 16, induk perusahaan mencatat pengalihan anak perusahaan ke Target sebagai pembelian Target. Perolehan pengendalian atas Target dan dan pengalihan anak perusahaan ke Target tidak bisa dipisahkan dan harus diperlakukan sebagai satu transaksi utuh. Induk perusahaan seharusnya mencatat transaksi itu sebagai penjualan sebagian anak perusahaan (kepada pemegang saham minoritas Target) dan akuisisi sebagian (parsial) terhadap Target. Induk perusahaan seharusnya mengakui laba atau rugi pada bagian anak perusahaan yang dijual. Induk perusahaan seharusnya menyesuaikan aktiva dan kewajiban Target sebatas yang diperoleh induk dan aktiva dan kewajiban anak perusahaan sebatas kepentingan pada anak perusahaan yang dijual.

Struktur penggabungan usaha ini tidak dapat menghindari akuntansi pembelian dan goodwill. Usaha untuk menghindari pencatatan goodwill berkurang pada tahun 1993 karena goodwill diakui sebagai beban oleh pajak. Kenyataan bahwa goodwill tidak akan diamortisasi lagi (yaitu, mengurangi laba yang dilaporkan) berdasarkan FASB guna menghindari pencatatan goodwill. (akan menarik jika amortisasi goodwill tetap diakui sebagai beban oleh pajak di masa yang akan datang, karena goodwill tidak lagi diamortisasi untuk tujuan pelaporan keuangan).