PURA JAGATNATHA - Selamat Datang di Situs Resmi ... BB KOTA KREATIF KOTA CERDAS 2013 IV PENGHARGAAN...
Transcript of PURA JAGATNATHA - Selamat Datang di Situs Resmi ... BB KOTA KREATIF KOTA CERDAS 2013 IV PENGHARGAAN...
ii
PURA JAGATNATHA
SUMBER SPIRITUAL KOTA DENPASAR
iii
BRANDING DENPASAR - THE HEART OF BALI
1
I. PENDAHULUAN
Kota Denpasar adalah ibu kota Provinsi Bali, The Island of Art dan The Island
of Heritage (Covarrubias, 1937). Kota Denpasar merupakan satu di antara sembilan
kabupaten/kota di Provinsi Bali, sebuah kota kategori kota menengah dengan jumlah
penduduk lebih dari 880.000 jiwa dan tengah menyongsong sebagai kota metropolitan
dalam tahun 2020 yang akan datang. Kota Denpasar telah berusia lebih dari dua abad dan
kajian sejarah mengungkapkan bahwa kota Denpasar berdiri tanggal 27 Pebruari 1788
(Wirawan, 2013). Tanggal 27 Pebruari yang lalu, pemerintah bersama masyarakat
Denpasar memperingati HUT Kota Denpasar ke-228 berbasis spirit Kota Pusaka dalam
sinergi Kota Berwawasan Budaya, Kota Kreatif dan Kota Cerdas.
Tesis universal yang dikemukakan penganut Ilmu Humaniora progresif, bahwa
abad XXI merupakan abad revitalisasi kebudayaan. Revitalisasi kebudayaan yang
diapresiasi oleh para ilmuwan, seniman dan budayawan identik dengan kebangkitan dan
kemajuan. Revitalisasi kebudayaan merupakan indikasi bahwa manusia, homosocious
dengan jiwa kebudayaan kreatif dan spirit heritage, memiliki kekuatan untuk bangkit
secara evolusi, akulturasi dan inovasi. Kekuatan kebudayaan dalam wujud sebagai soft-
power (Nye, 2005) dalam format sistem filosofis, tata nilai, sistem mental mampu
mengembangkan jaringan pusaka, diplomasi kebudayan menuju harmoni global. Filsuf
Fritjoff Capra mewacanakan Titik Balik Peradaban (Capra, 2004), Shinji Yamashita
memperkenalkan konsep Glokalisasi (Yamashita, 2005) dan antropolog Wayan Geriya
mengintroduksi Pembangunan Berwawasan Budaya (Geriya, 2002).
Bagi masyarakat Bali dan Kota Denpasar, daerah/kota yang minus sumberdaya
alam, kebudayaan lebih-lebih dalam sinergi religi, ekologi dan pariwisata merupakan
potensi dan modal yang andal. Kota Denpasar telah berkembang dalam lima gelombang
kebudayaan: kebudayaan rakyat, kebudayaan kraton, kebudayaan kolonial, kebudayaan
nasional dan kebudayaan modern yang secara holistik merepresentasikan peradaban.
Sejak kajian arkeologi, histori, antropologi, seni dan heritologi secara intensif
mengangkat temuan dan informasi tentang makna pusaka, perhatian para akademisi,
negarawan dan lembaga kebudayaan termasuk UNESCO sangat besar. Mereka
mengapresiasi pusaka alam, budaya, saujana berskala lokal, nasional, universal. Berbagai
2
budaya unggulan seperti keris pusaka (UNESCO, 2005), subak (UNESCO 2012), seni
tari Bali (2015) memperoleh apresiasi tinggi dan ditetapkan UNESCO sebagai Warisan
Budaya Dunia.
Dinamika Denpasar sebagai Kota Pusaka merupakan respon kreatif dan cerdas
Walikota dan Wawali Denpasar, Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra dan I Gusti
Ngurah Jayanegara dalam sinergi Four Helix: birokrasi, akademisi, pengusaha dan
masyarakat untuk mengakselerasi pembangunan Kota Denpasar kreatif berbasis budaya
unggulan. Masyarakat kreatif mengedepankan inovasi, sinergi sampai orange economy
menuju peningkatan nilai tambah secara ekonomi, teknologi, sosial, kultural. Jaringan
Kota Pusaka dikembangkan dalam skala lokal, nasional, internasional. Basis komunitas
dikokohkan untuk menggalang partisipasi publik. Jaringan Kota Pusaka nasional
dikuatkan melalui JKPI (2010) dan BPPI (2011). Jaringan internasional dikembangkan
melalui UNESCO (2012) dan OWHC (2013) sampai Strategic Meeting saat ini (2016)
dalam spirit heritage menuju jaringan pemuda dan harmoni global (searah dengan tema
pertemuan ini).
Denpasar sebagai Kota Pusaka telah membangun pondasi eksistensi berbasis
filosofi kearifan lokal, legislasi dan kelembagaan. Filosofi Tri Hita Karana (keserasian
Manusia – Tuhan, Manusia – Alam, Manusia – Manusia) merupakan basis dasar. UU No.
11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya merupakan landasan legislasi. Organisasi
tradisional dan Dewan Pusaka merupakan basis kelembagaan. Monumen Fisik dan
Monumen Maya yang bersandar nilai-nilai utama: kreativitas, kemandirian dan spirit
jengah tampil sebagai ikon Denpasar Kota Pusaka. Ke depan, peluang Denpasar sebagai
Kota Pusaka meraih kemajuan dan keunggulan sangat besar. Tantangan dan isu strategis
terkait kerusakan ekologi, kerapuhan infrastruktur, tekanan populasi, distorsi sosial
budaya juga tidak ringan dan memerlukan solusi dengan roadmap yang holistik, dinamis,
terstruktur dan terukur.
3
Piagam UNESCO tentang
Keris Pusaka WBD
(Unesco, 2005)
Piagam UNESCO tentang
Seni Tari Bali sebagai WBD
(UNESCO, 2015)
Wali Kota
I. B. Rai Dharmawijaya Mantra
Gambar VI, Buku Keris Bali Seri 3
Piagam OWHC untuk Kota
Denpasar (OWHC, 2013)
Tari Wali Tari Bebali Tari Balih-balihan
4
II. KONSEP, DINAMIKA HISTORIS DAN KERAGAMAN PUSAKA KOTA DENPASAR
Konsep pusaka mencakup kategori pusaka alam, budaya dan saujana. Konvensi
UNESCO tahun 1972 merumuskan isi konsep pusaka budaya mencakup monumen
arsitektur, lukisan monumental, struktur arkeologi alami, prasasti, goa tempat tinggal
yang mempunyai sifat universal dan terkemuka dari sudut pandang nilai sejarah, seni dan
ilmu. Pusaka budaya wajib memenuhi lima kriteria: (1) berumur lebih dari 50 tahun; (2)
terdiri atas unsur budaya benda (tangible) dan tak benda (intangible); (3) merupakan
living dan dead monument; (4) merepresentasikan style tempat, periode atau gaya hidup
komunitas tertentu; (5) mengandung nilai universal dan terkemuka dari sudut sejarah,
seni, arkeologi, antropologi dan pengetahuan.
Kota Denpasar merupakan ibukota Provinsi Bali, salah satu dari 34 provinsi di
Indonesia. Bali sebagai The Island of Art dan The Island of Heritage dengan kekayaan,
keragaman dan kejeniusan pusaka alam, budaya dan saujana telah memeperoleh tiga
penghargaan Warisan Budaya Dunia dari UNESCO yaitu: Keris Pusaka (UNESCO
2015); Subak (UNESCO, 2005); dan Seni Tari Bali (UNESCO, 2015). Di Provinsi Bali
telah tercakup lima kabupaten/kota ke dalam jaringan JKPI: (1) Denpasar; (2) Gianyar;
(3) Buleleng; (4) Bangli; (5) Karangasem (JKPI, 2010) dan Kota Denpasar juga telah
termasuk ke dalam Jaringan Kota Pusaka Dunia The Organization of World Heritage
City (OWHC, 2013). Melihat potensi dulu, kini dan ke depan, seluruh dari sembilan
kabupaten/kota di Bali berdasar kekayaan, keragaman dan kejeniusan pusaka alam,
budaya dan saujana bepeluang untuk bergabung ke dalam JKPI dan OWHC demi
pemberdayaan, kelestaian dan keberlanjutan eksistensi pusaka bagi kehidupan,
penghidupan dan harmoni lokal, nasional, global.
Masyarakat Denpasar memberikan respon yang sangat kreatif dan positip terkait
pengakuan terhadap Kota Denpasar sebagai anggota JKPI dan OWHC. Tumbuh tekad
dan semangat publik dalam partisipasi aktif dan respon kreatif melalui: (1) Revitalisasi
Pusaka Budaya sebagai modal pembangunan kota ke depan; (2) Berkembangnya aneka
festival berbasis pusaka, seperti: Denpasar Festival, Sanur Village Festival, Festival
5
Pesona Pulau Serangan; (3) Menguatnya tradisi pusaka seperti Ritual Pangerebongan di
Kesiman dan Tradisi Med-Medan di Desa Sesetan; (4) Tumbuhnya kader-kader pelestari,
komunitas kreatif sampai Dewan Pusaka Kota Denpasar; (5) Berkembangnya aneka
kajian, penerbitan sampai dokumentasi tentang pusaka; (6) Berkembangnya ekonomi
kreatif berbasis pusaka budaya unggulan untuk peningkatan nilai tambah secara ekonomi,
teknologi, edukasi dan kultural.
Di tengah respon publik yang kreatif dan partisipatif tersebut, Walikota
Denpasar Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra juga tampil dengan rumusan konseptual
tentang Monumen Maya (Intangible Monument) menyandingi dan mendampingi rumusan
tentang Monumen Fisik (Tangible Monument). Monumen Maya yang dimaksud adalah
bukan monumen dari tumpukan batu, pasir dan beton, melainkan adalah bangunan
kesadaran berbasis filosofi humanitas, orientasi nilai keutamaan tentang kehidupan dan
penghidupan, serta dukungan pilar-pilar: (1) idealisme tentang kekayaan kreativitas; (2)
keluhuran budi dan ahlak; (3) kekuatan daya pikir dan taksu; (4) keikhlasan tindak; (5)
semangat selalu haus dalam inovasi (wawancara khusus dengan I. B. Rai Dharmawijaya
Mantra, Bawantara, 2013). Monumen maya hadir sebagai penyeimbang, penguat dan
harmoni terhadap monumen fisik secara berkelanjutan. Dari Denpasar juga mulai digagas
kehadiran Ilmu Pusaka, Heritologi dengan aspek ontologi, epistemologi dan aksiologi
(Geriya, 2016).
Sejarah Kota Denpasar telah berkembang dinamik selama 228 tahun (1788 –
2016). Perjalanan lebih dari dua abad merefleksikan satu transformasi mengikuti model
Continuity in Changes. Dalam garis besar, jelajah sejarah Kota Denpasar mencakup tiga
representasi pokok dalam lima tahap pengembangan sebagai berikut:
Representasi 1: landasan multikultural, dari budaya rakyat sampai
budaya modern
Representasi 2: landasan legal, penetapan kelahiran Kota Denpasar
tanggal 27 Pebruari 1788 (Perda)
Representasi 3: landasan identitas, kota berwawasan budaya.
6
Bertumpu pada tiga representasi tersebut, Kota Denpasar sebagai kota Pusaka
berkembang secara terencana dan terstruktur dalam lima tahap selama 10 tahun terakhir
(2007 – 2016)
I. Tahap pengembangan data dasar, melalui berbagai pengkajian mencakup
pemetaan kekayaan dan keragaman pusaka alam, budaya dan saujana;
II. Tahap pengembangan jaringan kota pusaka, melalui jaringan JKPI, BPPI
sampai OWHC;
III. Tahap penguatan sinergi, melalui sinergi kota berwawasan budaya, kota
kreatif sampai Denpasar kota cerdas;
IV. Tahap penguatan eksistensi, dalam bentuk penghargaan berkelas dunia
melalui lembaga kebudayaan UNESCO terhadap unsur unggulan keris
pusaka, subak dan seni tari Bali yang juga ada di Denpasar;
V. Tahap pengawalan berkelanjutan, sesuai amanat SDG’s (tujuan Sustainable
Development Goal’s, 2015 – 2025);
(secara visual lihat diagram di bawah)
7
Diagram: DINAMIKA HISTORIS DENPASAR KOTA PUSAKA
SINERGI KOTA PUSAKA, KOTA KREATIF, KOTA CERDAS
(1788 – 2016)
I
PENGKAJIAN:
MAPPING
DATA BASED
PUBLIKASI
2007
II
JARINGAN:
JKPI (2010)
BPPI (2010)
OWHC (2013)
2010
III
SINERGIS:
KOTA BB
KOTA KREATIF
KOTA CERDAS
2013
IV
PENGHARGAAN
UNESCO:
KERIS (2005)
SUBAK (2012)
SENI TARI (2015)
2015
V
KEBERLANJUTAN
STRATEGIC
MEETING OWHC
ASIA PASIFIC
2016
IDENTITAS KOTA DENPASAR
BERWAWASAN BUDAYA
TH. 2000
KELAHIRAN KOTA DENPASAR
27 PEBRUARI 1788 BUDAYA
RAKYAT
KEARIFAN
LOKAL
BUDAYA
KERATON
BUDAYA
KOLONIAL
BUDAYA
NASIONAL
BUDAYA
MODERN
POSTMO
8
Kota Pusaka Denpasar memiliki kekayaan, keragaman dan kejeniusan pusaka
alam, budaya dan saujana. Pusaka alam dijumpai di pantai sanur (the morning of Bali)
dengan Hotel Inna Grand Bali Beach dan latar belakang masyarakat Desa Sanur yang
kaya dengan kesenian dan sastra. Pusaka budaya yang meliputi: kesenian, sastra, tradisi,
religi sampai pusaka budaya multi kultur (desa Bali, kota tua Gajah Mada, kampung
Jawa, kampung Cina, kampung Arab, kampung Bugis) berkembang penuh toleransi dan
harmoni di Kota Denpasar. Pusaka Saujana berkembang melalui lembaga subak yang
dijumpai di beberapa lokasi, antara lain subak Sembung di Peguyangan, Denpasar Utara.
Secara holistik, pusaka Kota Denpasar meliputi ruang lingkup yang amat luas,
terdiri atas: (1) pusaka alam; (2) saujana; (3) arkeologi; (4) sejarah; (5) permukiman
arsitektur; (6) subak; (7) religi/agama; (8) seni, tradisi, sastra; (9) multikultur; (10)
pusaka khas Denpasar.
Diagram Kekayaan, Keragaman, Kejeniusan
Pusaka Alam, Budaya, Saujana Kota Denpasar
PUSAKA
DENPASAR
SUBAK
ALAM
SAUJANA
ARKEOLOGI
KHAS
DENPASAR
MULTI
KULTUR
SENI, TRADISI,
SASTRA SEJARAH
RELIGI / AGAMA
PEMUKIMAN
ARSITEKTUR
9
Beberapa Contoh Kekayaan, Keragaman, Kegeniusan Pusaka Alam, Budaya,
Saujana Kota Denpasar
Subak Sembung, Denpasar Utara
Pantai Sanur dengan Hotel Grand Inna Bali Beach Hutan Mangrove Serangan
Seni Tari Baris Kori Agung Pura Desa Denpasar
Kota Tua Gajah Mada
10
III. ANALISIS SITUASIONAL: MODAL, TANTANGAN, SOLUSI STRATEGIS
Revitalisasi dan promosi Denpasar sebagai Kota Pusaka memperoleh
momentum dan apresiasi berskala lokal, nasional, internasional. Secara lokal, Kota
Denpasar tampil sebagai Kota Pusaka yang memperoleh apresiasi publik dari komunitas
adat, komunitas kreatif dan juga dari komunitas etnik Nusantara yang berdomisili di Kota
Denpasar. Secara nasional Kota Denpasar telah tercakup ke dalam Jaringan Kota Pusaka
JKPI sejak tahun 2010 dengan jumlah anggota waktu itu sebanyak 51 kota. Secara
internasional, Kota Denpasar telah tergabung ke dalam OWHC, organisasi kota pusaka
dunia tahun 2013 yang mencakup sejumlah 252 kota-kota di dunia.
Dalam perspektif sains, khususnya ilmu-ilmu sosial, untuk tujuan pendalaman
potensi dan tantangan telah berkembang aneka ragam model analisis: Pertama, sangat
pokok analisis SWOT (strength, weakness, opportunity dan threat) dalam upaya
sistematis dan dinamika mendalami aneka kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan.
Kini juga mulai dikembangkan model analisis SBS (stimulants, barriers, dan solutions)
untuk mengidentifikasi ragam potensi (stimulants), aneka tantangan (barriers) dan solusi
pengembangan ke depan. Di halaman bawah disajikan ragam potensi dan modal serta
aneka hambatan dan tantangan yang dihadapi Kota Denpasar sebagai Kota Pusaka dalam
dinamika sepuluh tahun terakhir (lihat diagram di bawah). Berikut pula disajikan jenis-
jenis strategi antisipasi untuk pengembangan dan pemberdayaan Denpasar Kota Pusaka
yang bermanfaat bagi masyarakat dan kelestarian pusaka alam, budaya, saujana
berkelanjutan.
11
No. Jenis Strategi Narasi
1.
2.
3.
4.
5.
Strategi Legislasi
Strategi Edukasi
Strategi Network
Strategi Penguatan
Kelembagaan
Strategi Penghargaan dan
Pendanaan
Merumuskan dasar hukum seperti Perda Pelestarian Warisan
Budaya
Melaksanakan pendidikan dan pelatihan secara formal
(sekolah) dan informasl melalui capacity building, pelatihan
TOT dan DOT
Mengembangkan network lokal, nasional, internasional
mencakup: JKPI, BPPI, OWHC, UNESCO
Membangun mitra kerja dengan lembaga-lembaga tradisional
seperti: desa pakraman, subak, banjar, sabha upadesa dan
mengkaji kehadiran Dewan Pusaka Kota Denpasar
Penghargaan bagi lembaga dan kader-kader pelestari.
Pendanaan abadi bagi aktivasi, inovasi dan pengawalan
Denpasar Kota Pusaka berkelanjutan dalam jaringan lokal,
nasional, dunia.
P
O
T
E
N
S
I
T
A
N
T
A
N
G
A
N
IDENTITAS DENPASAR KOTA
BERWAWASAN BUDAYA
TUMBUHNYA RAGAM POTENSI
BUDAYA UNGGULAN
KOTA DENPASAR MEMILIKI
SDM KREATIF DAN MAESTRO
PUNCAK-PUNCAK BUDAYA: TRI
HITA KARANA, SEWAKA DHARMA
DENPASAR KOTA PUSAKA
ALAM, BUDAYA, SAUJANA
DENPASAR TELAH TERCAKUP DALAM
JARINGAN NASIONAL, DUNIA
TEKANAN USIA YANG BERPOTENSI
RAPUH, RUSAK DAN BAHKAN PUNAH
ANCAMAN PERILAKU
VANDALISME, ANEKSASI PUSAKA
GANGGUAN BENCANA ALAM:
BANJIR, ANGIN, GEMPA
INFRASTRUKTUR ALAM, BUDAYA,
SAUJANA SEBAGIAN RUSAK
GAYA HIDUP PRAGMATIS,
MATERIALISTIK KEBABLASAN
PENGEMBANGAN DANA ABADI
TERBATAS
12
Aneka dampak yang diharapkan dari kegiatan pelestarian dan pemberdayaan
Denpasar Kota Pusaka dapat berwujud dalam tiga varian: (1) dampak perlahan; (2)
dampak ekstrim; dan (3) dampak berkelanjutan. Berikut disajikan tiga varian model
analisis dampak tersebut sebagai berikut:
Model Analisis Tiga Varian Dampak Pemberdayaan Pusaka: Dampak Perlahan,
Ekstrim, Berkelanjutan
PEMBERDAYAAN
KOTA DENPASAR
INOVASI UNGGUL
NILAI TAMBAH TINGGI DAN HOLISTIK
SPIRIT PELESTARIAN BANGKIT
INOVASI BERKELANJUTAN
NILAI TAMBAH SIGNIFIKAN
KESEJAHTERAAN, KEBAHAGIAAN DAN
KELESTARIAN
ANEKA INOVASI
RAGAM NILAI TAMBAH
KESEJAHTERAAN PUBLIK
DAMPAK PERLAHAN DAMPAK EKSTRIM
DAMPAK BERKELANJUTAN
13
IV. LINKAGE KEKUATAN BARU PUSAKA: EKONOMI KREATIF, KOTA CERDAS, PARIWISATA PUSAKA
Indonesia dalam melangkah menuju tahun 2025, mengembangkan 18 fokus
ekonomi kreatif (Mari Elka Pangestu, 2014). Di Kota Denpasar berkembang 14
kelompok ekonomi kreatif berbasis budaya unggulan dan tumbuh dalam linkage kreatif
dan inovatif. Ke 14 kelompok tersebut: (1) periklanan; (2) komputer; (3) arsitektur; (4)
permainan interaktif; (5) musik; (6) riset dan pengembangan; (7) televisi dan radio; (8)
seni pertunjukkan; (9) pasar seni; (10) penerbitan; (11) film, video, fotographi; (12)
fashion; (13) design; dan (14) kerajinan (Disperindag, 2008), lihat digram di bawah.
Kota Denpasar menghadirkan berbagai ruang kreatif, inovatif melalui: Denpasar
Festival, D.TIK Fest, Mahabandana Budaya, Petinget Rahina Tumpek Landep, Sanur
Village Festival, Revitalisasi Desa Tradisional, dll. Ciri khas dan dinamis Denpasar Kota
Kreatif adalah: (1) berbasis budaya unggulan; (2) kaya inovasi; (3) sinergi IT dan
teknologi digital; (4) mengembangkan sumberdaya terbarukan; (5) membangun multi
nilai tambah secara ekonomi, sosial, edukasi, ekologi, kultural.
PUSAKA ALAM
BUDAYA
SAUJANA
1
8
2 14
3
4
5
6
7
13
12
11
10
9
14
Munculnya konsep kota cerdas atau smart city di dunia, salah satunya melalui
pertemuan Puncak Kota Besar Cerdas Dunia di Istambul, Turki 27 November 2013. Dari
point of origin Kota Istambul, konsep kota cerdas menyebar ke berbagai penjuru dunia
termasuk Indonesia, meliputi: Bandung, Yogya, Magelang, Kediri, Surabaya, Denpasar.
Dalam aplikasi, banyak kota memulai dengan potensi lokal dan berkembang secara
bertahap.
Kota Denpasar mulai merespon kota cerdas tahun 2013 dengan merujuk enam
pilar pokok kota cerdas: (1) smart people; (2) smart governance; (3) smart environment;
(4) smart economy; (5) smart mobility; dan (6) smart living (Giffinger, 2007). Dalam
aplikasi kota cerdas, komponen teknologi digital atau teknologi informasi berperan
penting. Untuk Denpasar sebagai Kota Berwawasan Budaya: Pusaka Alam, Budaya dan
Saujana dapat mengembangkan linkage secara simbiosis. Pengembangan Indeks Kota
Cerdas untuk Kota Denpasar dihadapkan pada ragam peluang positip, seperti: kecepatan,
keluasan dan keseluruhan, di samping tantangan yang mencakup: kedangkalan, anomali
sampai cyber crime yang menjangkiti generasi Y (generasi manusia digital).
PUSAKA
ALAM, BUDAYA, SAUJANA
SMART
PEOPLE
SMART
GOVERNANC
E
SMART
LIVING
SMART
ECONOMY
SMART
ENVIRONMEN
T
SMART
MOBILITY
15
Pariwisata Bali, termasuk di Kota Denpasar beridentitas Pariwisata Budaya.
Kebudayaan daerah dengan kearifan lokal merupakan modal utama dalam
pengembangan pariwisata berkelanjutan. Luasnya cakupan dan isi kebudayaan yang
terpadu dengan keindahan alam telah memacu munculnya beragam obyek dan daya tarik
wisata budaya yang tersebar di seluruh dari sembilan kabupaten/kota di Bali. Tanah Lot
di Tabanan, Pura Besakih Karangasem, Kerta Gosa Klungkung, Tampaksiring Gianyar,
Pura Taman Ayun Badung adalah beberapa contoh daya tarik wisata utama di Bali.
Kota Denpasar mengembangkan dan mempromosikan City Tour. Pusaka Alam,
Budaya, Saujana Kota Denpasar merupakan modal andalan dan opsi baru yang dapat
dikembangkan sebagai langkah inovasi dalam optimalisasi program city tour. Hotel
Pusaka untuk Hotel Grand Inna Bali Beach; atraksi seni tari Legong, tari Baris, seni tari
Gambuh untuk atraksi wisata; Kuliner Be Sanur; pasar tradisional; Subak Sembung,
Peguyangan sebagai warisan budaya; kerajinan patung kayu, kerajinan kerang, tekstil
songket sebagai cendramata pusaka; Museum Bali, Museum Sidik Jari sebagai museum
pusaka, dll. Keseluruhan elemen tersebut dalam sinergi dengan keindahan alam dan
keramahan manusia Denpasar merupakan daya tarik Pariwisata Pusaka yang berpotensi
menghasilkan variasi, inovasi dengan nilai tambah yang tinggi secara ekonomi, sosial
dan kultural (lihat diagram).
PUSAKA
ALAM
BUDAYA
SAUJANA
PELAYANAN
SEWAKA
DHARMA
OBYEK
DAYA
TARIK
AKOMO
DASI
MANAJEMEN
BERWAWASAN
BUDAYA
KULINER ATRAKSI
TRADISI
CENDRA
MATA TRANSPORT
ASI
16
V. ROADMAP MENUJU HARMONI DAN KEBAHAGIAAN
Terwujudnya keseimbangan dan harmoni merupakan visi Walikota dalam
membangun Denpasar sebagai kota modern berbasis tradisi dengan sinergi Kota Pusaka,
Kota Kreatif dan Kota Cerdas dalam era 2016 – 2021. Keseimbangan dan harmoni
berbasis filosofi Tri Hita Karana (harmoni hubungan manusia dengan Tuhan, manusia
dengan sesama manusia dan manusia dengan lingkungan) yang dimantapkan melalui
kekuatan daya cipta, rasa dan karsa kemanusiaan sebagai smart people dan smart
community. Cakupan harmoni yang melekat dalam konsep Tri Hita Karana meliputi
bhuana agung (alam semesta) dan bhuana alit (individu manusia) berskala lokal,
nasional, universal.
Tujuan pokok dan tujuan bersama yang dicita-citakan adalah menuju
masyarakat Denpasar bahagia, jagadhita ca iti dharma. Jaringan Kota Pusaka yang
berhasil dikembangkan, baik berskala nasional seperti JKPI dan BPPI, berskala
internasional seperti OWHC dan Warisan Budaya Dunia melalui UNESCO, diharapkan
mempunyai kewajiban dan misi mulia untuk terus menerus mengawal, mensosialisasikan
dan melestarikan pusaka budaya tangible dan intangible menuju kedamaian dan
kebahagiaan.
Dengan merujuk sepuluh indikator kebahagiaan seperti dirumuskan oleh BPS,
fungsi kebudayaan termasuk pusaka budaya sangat signifikan dalam membangun linkage
dengan kesepuluh indikator tersebut, baik dalam hubungan fungsional secara langsung
maupun tidak langsung. Sepuluh indikator kebahagiaan tersebut adalah: (1) kondisi
keamanan; (2) keharmonisan keluarga; (3) keadaan lingkungan; (4) hubungan sosial; (5)
kesehatan; (6) pekerjaan; (7) kesediaan waktu luang; (8) kondisi rumah dan aset; (9)
pendapatan; (10) pendidikan.
17
DIAGRAM KEBAHAGIAAN BERBASIS SEPULUH INDIKATOR
Secara holistik, bertahap dan terarah, roadmap Denpasar Kota Pusaka dalam sinergi
Kota Kreatif dan Kota Cerdas mencakup lima tahap menuju harmoni dan kebahagiaan:
I. Pengembangan Eksistensi
II. Pemantapan Basis
Komunitas dan Birokrasi
III. Penguatan Jaringan
IV. Pemberdayaan dan
Pelestarian
V. Pencapaian Tujuan
: perumusan legislasi, penguatan kebudayaan Denpasar Pusaka
dan pelatihan SDM cerdas sebagai sumber daya
: basis komunitas, kader pelestari untuk partisipasi; basis
birokrasi untuk pemberdayaan
: Nasional (JKPI, BPPI), Internasional (OWHC, UNESCO)
: pemberdayaan untuk mewujudkan nilai tambah dan pelestarian
untuk tujuan keberlanjutan sejalan tujuan SDG’s
: kebahagiaan publik berbasis Indeks Kebahagiaan dan Indeks
Kepuasan Publik
INDIKATOR
KEBAHAGIA
AN
1
6
2
7
10
9
8
3
4
5
Pengembangan
eksistensi:
Legislasi
Kelembagaan
SDM Cerdas
I
Pemantapan Basis
Komunitas
Birokrasi (ke
dalam)
II
Penguatan Jaringan
Nasional
Internasional
(ke luar)
III
Pencapaian
Tujuan
Kebahagiaan
berbasis Indeks
dan Kepuasan
V
Pemberdayaan
dan Pelestarian
Berkelanjutan
IV
18
VI. PENUTUP: SIMPULAN DAN REKOMENDASI
SIMPULAN NARASI
Simpulan 1
Simpulan 2
Simpulan 3
Denpasar Kota Pusaka memiliki akar sejarah yang panjang,
mencakup peradaban yang terkonstruksi melalui: budaya rakyat,
keraton, kolonial, nasional sampai modern
Berkembangnya jaringan lokal, nasional dan internasional
membuka beragam peluang positif dan tantangan yang tidak
ringan. Ragam peluang mencakup terbukanya nilai tambah
secara ekonomi, teknologi, edukasi dan aneka tantangan
meliputi tekanan usia, vandalisme dan distorsi
Sinergi Kota Pusaka dengan kota Kreatif dan Kota Cerdas
merupakan kekuatan baru, soft power menuju harmoni dan
kebahagiaan
REKOMENDASI NARASI
Rekomendasi 1
Rekomendasi 2
Rekomendasi 3
Dinamika Denpasar Kota Pusaka dalam sinergi Kota Kreatif dan
Kota Cerdas perlu dikawal bersama melalui penguatan landasan
hukum (Perda), kelembagaan (Dewan Pusaka), aplikasi dengan
manajemen Kota Pusaka secara profesional: perencanaan,
koordinasi, evaluasi dan inovasi berkelanjutan
Ragam peluang yang muncul dalam kerangka dinamika Kota
Pusaka perlu direspon kreatif menuju optimalisasi manfaat dan
direspon cerdas melalui minimalisasi resiko negatif
Sinergi Kota Pusaka, Kota Kreatif, dan Kota Cerdas sebagai
kekuatan baru makin diberdayakan melalui pengembangan
ekonomi kreatif, pariwisata pusaka, birokrasi inovatif,
komunitas produktif menuju harmoni dan kebahagiaan yang
makin terstruktur dan terukur
19
DAFTAR PUSTAKA
Anindya, I Gusti Putu, 2015.
Menyongsong Kota Masa Depan: Tantangan Denpasar Menuju Kota
Metropolitan (Sebuah Bunga Rampai).
Denpasar: Bappeda Kota Denpasar dengan Kelompok Ahi Pembangunan
Ardhana, Ketut, dkk.
Denpasar, Smart Heritage City : Sinergi Budaya Lokal, Nasional, Universal
Denpasar: Kerjasama Pemerintah Kota Denpasar dengan Pusat Kajian Bali
Universitas Udayana
Bandem, I Made, 2016
Menuju Kebangkitan Global Kebudayaan Indonesia (Peran Kebudayaan
dalam Penguatan Kebudayaan Nasional). Jakarta, Orasi Ilmiah HUT ke-41
Lemhanas
Barker, Chris, 2005
Cultural Studies : Teori dan Praktek
Jakarta : PT. Bentang Jaya
Bawantara, Agung, dkk., 2013
Membangun Monumen Maya. Derap Pembangunan Kota Denpasar
Denpasar: Percetakan Prasarti O
Capra, Fritjoff, 2004
Titik Balik Peradaban, Sain, Masyarakat dan Kebangkitan Kebudayaan
Yogyakarta, Bentang Pustaka
Covarrubias, M, 1937
Island of Bali
Kualalumpur : Oxford University Press
Daoed Yoesoef, 1991
Satu Kebudayaan di Abad Iptek
Majalah Analisis, Jakarta,CSIS
Dibia, I Wayan, 2012
Taksu dalam Seni dan Kehidupan Bali
Denpasar : Bali Mangsi Foundation
Geriya, I Wayan, dkk., 2010
Kebudayan Unggul. Inventori Unsur Unggulan sebagai Basis Denpasar
Kreatif
Denpasar, Bappeda Kota Denpasar
20
Giffinger, Rudolf, dkk., 2007
Smart City: Ranking of European Medium Sized Cities
Wien: Center of Regional Science de Vienna University of Technology
Mantra, Ida Bagus, 1988
Landasan Kebudayaan Bali
Denpasar: Upada Sastra
Mardika, I Nyoman, Made Mardika, A.A Rai Sita Laksmi, 2010
Pusaka Budaya, Representasi Ragam Pusaka dan Tantangan Konservasi di
Kota Denpasar, Bali
Denpasar, Bappeda Kota Denpasar
Piliang, Yasraf Amir, 2011
Dunia Yang Dilipat : Tamasya Melampaui Batas-Batas Kebudayaan
Jogjakarta : Jala Sutra
Ramantha, I Wayan (ed) 2014
Kebahagiaan di Kota Denpasar
Denpasar, Bappeda Kota Denpasar
Rumawan Salain, Putu (ed), 2011
Denpasar Kota Pusaka
Denpasar, Bappeda Kota Denpasar
Storey, John, 1993
Culture Theory and Popular Culture
New York, Harveston, Wheatscheaf
PROFIL PENULIS
I WAYAN GERIYA, lahir di Batubulan, Bali tanggal 1 Desember 1940 adalah seorang
antropolog, purna bhakti dari jurusan Antropologi, Faksas, UNUD. Menamatkan
pendidikan sarjana dalam ilmu Antropologi–UI, Jakarta tahun 1976 dengan Yudicium
Cum Laude.
Menjabat Dekan Fakultas Sastra (1989-1996); Staf Ahli Pemerintah Provinsi Bali (1990-
1999); Ketua Pusat Studi Jepang, UNUD (1997-2000); Konsultan BUIP (Bali Urban
Infrastructure Project), bidang Partisipasi (1996); Co-Team Leader Bali-CHC (Bali
Cultural Heritage Conservation, 1999-2000); Tim Ahli Lembaga Pelestarian Kebudayaan
Bali, Bali Heritage Trust (2005-sekarang); kelompok Ahli Pemerintah Kota Denpasar (2000-sekarang),
Penggagas Kongres Kebudayaan Bali I (2008), Ketua Tim Pengawas Independen PKB XXXI-2009 – PKB
XXXIII-2011, Tim Ahli Kota Pusaka Gianyar (2015).
Kerjasama penelitian tentang Culture and Globalization in Southeast Asia dengan jurusan Antropologi,
universitas Tokyo dibawah koordinasi Prof. DR. Yamashita (1995-1996). Melaksanakan penelitian melalui
bantuan Sumitomo Foundation tentang Internation Marriage (1998). Menyajikan makalah dalam berbagai
seminar lokal, nasional, internasional, antara lain: Kongres Kebudayaan (Jakarta, 1991); Interaction Between
Culture and Industry (Tokyo, 1996); International Symposium on Concerving Culture for Sustainable Social,
Economic, and Environment Development (Sanur, 2000), Kongres Kebudayaan Bali I (2008). Menulis lebih
dari duaratus artikel dan kertas kerja yang tersebar dalam berbagai jurnal. Aneka fokus kajian yang dikerjakan:
kebudayaan, pariwisata, pendidikan, kesenian, lingkungan, SDM, konfliks, mitigasi bencana, urban life, budaya
politik, kearifan lokal, diplomasi kebudayaan sampai Kota Pusaka.
Menerbitkan delapan belas buku dalam kurun waktu 32 tahun sejak 1983-2014, yaitu: (1) Pokok-Pokok Studi
Pedesaan (1983); (2) Antropologi Diakronis (1983); (3) Masyarakat dan Sistem Sosial (1985); (4) Partisipasi
dan Pemberdayaan Desa Adat dalam Pariwisata (1993); (5) Pariwisata dan Dinamika Kebudayaan, Lokal,
Nasional, Global (1995); (6) Transformasi Kebudayaan Bali Memasuki Abad XXI (2000); (7) Konsep Dasar
Pembangunan Denpasar yang Berwawasan Budaya (2000,ed); (8) Kota Denpasar Menuju Tahun 2010,
Perspektif Holistik Futurologi (2005, ed); (9) Desa Seni Batubulan dalam Dinamika Pulau Dewata (2007, ed);
(10) Transformasi Kebudayaan Bali Memasuki Abad XXI, Cetakan ke-2 dengan perbaikan (2008). (11)
Kebudayaan Unggul, Inventori Unsur Unggulan sebagai Basis Kota Denpasar Kreatif (2010); (12) Pusaka
Budaya, Representasi Ragam Pusaka Dan Tantangan Konservasi di Kota Denpasar, Bali (ed), 2010; (13)
Konservasi Pusaka Budaya Kabupaten Badung, Mangapura (2012); (14) Cetak Biru, Revitalisasi Gianyar
Menuju Kabupaten Unggulan Dalam Bidang Seni Budaya (2013); (15) Jelajah Keris Bali (2013); (16)
Denpasar Smart Heritage City (2014); (17) Representasi Koperasi Berwawasan Budaya Unggulan (2014); (18)
Kain Tradisional Khas Kabupaten Gianyar (2015)
Menerima penghargaan Dharma Kusuma di bidang Kebudayaan oleh Pemda Bali (2003).
Menerima penghargaan Hita Karya Wisata oleh Pemda Bali (2003).
Menerima penghargaan Widya Kusuma dari Pemda Kabupaten Gianyar (2006).
Menerima penghargaan Budayawan berprestasi oleh Bali Villa Asotiation (2011)
Menerima penghargaa Parama Budaya dari Pemerintah Kota Denpasar(2012)