Puisi Dan Majas

14
Bahasa Indonesia Tentang Puisi Dan Majas Disusun Oleh: Laraswati dwi Nugrahani Sarah Nurhaniefa Wanti Megawati Kelas: 10-4

Transcript of Puisi Dan Majas

Page 1: Puisi Dan Majas

Bahasa Indonesia Tentang Puisi Dan

Majas

Disusun Oleh:

Laraswati dwi Nugrahani

Sarah Nurhaniefa

Wanti Megawati

Kelas:10-4

Page 2: Puisi Dan Majas

PUISI

Secara etimologis istilah puisi berasal dari kata bahasa Yunani poesis, yang berarti membangun, membentuk, membuat, menciptakan. Sedangkan kata poet dalam tradisi Yunani Kuno berarti orang yang mencipta melalui imajinasinya, orang yang hampir-hampir menyerupai dewa atau yang amat suka kepada dewa-dewa. Dia adalah orang yang berpenglihatan tajam, orang suci, yang sekaligus merupakan filsuf, negarawan, guru, orang yang dapat menebak kebenaran yang tersembunyi.

Menurut Kamus Istilah Sastra (Sudjiman, 1984), puisi merupakan ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait.

Watt-Dunton (Situmorang, 1980:9) mengatakan bahwa puisi adalah ekpresi yang kongkret dan yang bersifat artistik dari pikiran manusia dalam bahasa emosional dan berirama.

Carlyle mengemukakan bahwa puisi adalah pemikiran yang bersifat musikal, kata-katanya disusun sedemikian rupa, sehingga menonjolkan rangkaian bunyi yang merdu seperti musik.

Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang terindah dalam susunan terindah.

Ralph Waldo Emerson (Situmorang, 1980:8) mengatakan bahwa puisi mengajarkan sebanyak mungkin dengan kata-kata sesedikit mungkin.

Page 3: Puisi Dan Majas

Putu Arya Tirtawirya (1980:9) mengatakan bahwa puisi merupakan ungkapan secara implisit dan samar, dengan makna yang tersirat, di mana kata-katanya condong pada makna konotatif.

Herman J. Waluyo mendefinisikan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya.

Ada juga yang mengatakan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang mengekspresikan secara padat pemikiran dan perasaan penyairnya, digubah dalam wujud dan bahasa yang paling berkesan.

Yang Membedakan Puisi dari Prosa

Slametmulyana (1956:112) mengatakan bahwa ada perbedaan pokok antara prosa dan puisi. Pertama, kesatuan prosa yang pokok adalah kesatuan sintaksis, sedangkan kesatuan puisi adalah kesatuan akustis. Kedua, puisi terdiri dari kesatuan-kesatuan yang disebut baris sajak, sedangkan dalam prosa kesatuannya disebut paragraf. Ketiga, di dalam baris sajak ada periodisitas dari mula sampai akhir.

Pendapat lain mengatakan bahwa perbedaan prosa dan puisi bukan pada bahannya, melainkan pada perbedaan aktivitas kejiwaan. Puisi merupakan hasil aktivitas pemadatan, yaitu proses penciptaan dengan cara menangkap kesan-kesan lalu memadatkannya (kondensasi). Prosa merupakan aktivitas konstruktif, yaitu proses penciptaan dengan cara menyebarkan kesan-kesan dari ingatan (Djoko Pradopo, 1987).

Perbedaan lain terdapat pada sifat. Puisi merupakan aktivitas yang bersifat pencurahan jiwa yang padat, bersifat sugestif dan asosiatif. Sedangkan prosa merupakan aktivitas yang bersifat naratif, menguraikan, dan informatif (Pradopo, 1987)

Perbedaan lain yaitu puisi menyatakan sesuatu secara tidak langsung, sedangkan prosa menyatakan sesuatu secara langsung.

Struktur Fisik Puisi:

(1)   Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri

Page 4: Puisi Dan Majas

dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi.

(2)   Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata.

(3)   Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair.

(4)   Kata kongkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misal kata kongkret “salju: melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dll, sedangkan kata kongkret “rawa-rawa” dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dll.

(5)   Bahasa figuratif, yaitu bahasa berkias yang dapat menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu (Soedjito, 1986:128). Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna (Waluyo, 1987:83). Bahasa figuratif disebut juga majas. Adapaun macam-amcam majas antara lain metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte, hingga paradoks.

(6)   Versifikasi, yaitu menyangkut rima, ritme, dan metrum. Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. Rima mencakup (1) onomatope (tiruan terhadap bunyi, misal /ng/ yang memberikan efek magis pada puisi Sutadji C.B.), (2) bentuk intern pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi [kata], dan sebagainya [Waluyo, 187:92]), dan (3) pengulangan kata/ungkapan. Ritma adalah tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi. Ritma sangat menonjol dalam pembacaan puisi.

Struktur Batin Puisi:

Page 5: Puisi Dan Majas

(1)   Tema/makna (sense); media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan.

(2)   Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada kemampuan penyairmemilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.

(3)   Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll.

(4)   Amanat/tujuan/maksud (itention); sadar maupun tidak, ada tujuan yang mendorong penyair menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa dicari  sebelum penyair menciptakan puisi, maupun dapat ditemui dalam puisinya.

Jenis-jenis Puisi:

A. Puisi Lama

Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan. Aturan- aturan itu antara lain :

- Jumlah kata dalam 1 baris

- Jumlah baris dalam 1 bait

- Persajakan (rima)

- Banyak suku kata tiap baris

- Irama

1. Ciri-ciri Puisi Lama

Ciri puisi lama:

a) Merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya

Page 6: Puisi Dan Majas

b) Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra

lisan

c) Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap

bait, jumlah suku kata maupun rima

2. Jenis Puisi Lama

Yang termasuk puisi lama adalah

a) Mantra adalah ucapan-ucapan yang dianggap memiliki

kekuatan gaib

b) Pantun adalah puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait

4 baris, tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, 2 baris awal

sebagai sampiran,  2 baris berikutnya sebagai isi. Pembagian

pantun menurut isinya terdiri dari pantun anak, muda-mudi,

agama/nasihat, teka-teki, jenaka

c) Karmina adalah pantun kilat seperti pantun tetapi pendek

d) Seloka adalah pantun berkait

e) Gurindam adalah puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris,

bersajak a-a-a-a, berisi nasihat

f) Syair adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap

bait 4 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita

g) Talibun adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8,

ataupun 10 baris

B. Puisi Baru

Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama baik dalam

segi jumlah baris, suku kata, maupun rima.

1. Ciri-ciri Puisi Baru

a) Bentuknya rapi, simetris;

b) Mempunyai persajakan akhir (yang teratur);

c) Banyak mempergunakan pola sajak pantun dan syair

meskipun ada pola yang lain;

Page 7: Puisi Dan Majas

d) Sebagian besar puisi empat seuntai;

e) Tiap-tiap barisnya atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis)

f) Tiap gatranya terdiri atas dua kata (sebagian besar) : 4-5 suku

kata.

2. Jenis-jenis Puisi Baru

Menurut isinya, puisi dibedakan atas :

a) Balada adalah puisi berisi kisah/cerita

b) Himne adalah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau

pahlawan

c) Ode adalah puisi sanjungan untuk orang yang berjasa

d) Epigram adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup

e) Romance adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih

f) Elegi adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan

g) Satire adalah puisi yang berisi sindiran/kritik

Sedangkan macam-macam puisi baru dilihat dari bentuknya antara

lain:

a) Distikon

b) Terzina

c) Quatrain

d) Quint

e) Sektet

f) Septime

g) Oktaf/Stanza

h) Soneta

Langkah-Langkah Menulis Puisi:

langkah-langkah menulis puisi terdiri atas empat tahap penting, yaitu :

1. PENCARIAN IDE, dilakukan dengan mengumpulkan atau menggali informasi melalui membaca, melihat, dan merasakan terhadap kejadian/peristiwa dan pengalaman pribadi, sosial masyarakat, ataupun universal (kemanusiaan dan ketuhanan).

2. PERENUNGAN, yakni memilih atau menyaring informasi (masalah, tema, ide, gagasan) yg menarik dari tema yg didapat. Kemudian

Page 8: Puisi Dan Majas

memikirkan, merenungkan, dan menafsirkan sesuai dengan konteks, tujuan, dan pengetahuan yg dimiliki.

3. PENULISAN, merupakan proses yg paling genting dan rumit. Penulisan ini mengerahkan energi kreatifitas (kemampuan daya cipta), intuisi, dan imajinasi (peka rasa dan cerdas membayangkan), serta pengalaman dan pengetahuan. Untuk itulah, tahap penulisan hendaknya mencari dan menemukan kata ataupun kalimat yg tepat, singkat, padat, indah, dan mengesankan. Hasilnya kata-kata tersebut menjadi bermakna, terbentuk, tersusun, dan terbaca sebagai puisi.

4. PERBAIKAN atau REVISI, yaitu pembacaan ulang terhadap puisi yg telah diciptakan. Ketelitian dan kejelian untuk mengoreksi rangkaian kata, kalimat, baris, bait, sangat dibutuhkan. Kemudian, mengubah, mengganti, atau menyusun kembali setiap kata atau kalimat yg tidak atau kurang tepat. Oleh karena itu, proses revisi atau perbaikan ini terkadang memakan waktu yg cukup lama hingga puisi tersebut telah dianggap ''menjadi'' tidak lagi dapat diubah atau diperbaiki lagi oleh penulisnya.

Page 9: Puisi Dan Majas

MAJASMajas atau gaya bahasa adalah pemanfaatan kekayaan bahasa,

pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu, keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tertulis.

Jenis-Jenis Majas:

Majas perbandingan

1. Alegori: Menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran.

Contoh:Perjalanan hidup manusia seperti sungai yang mengalir menyusuri tebing-tebing, yang kadang-kadang sulit ditebak kedalamannya, yang rela menerima segala sampah, dan yang pada akhirnya berhenti ketika bertemu dengan laut.

1. Alusio: Pemakaian ungkapan yang tidak diselesaikan karena sudah dikenal.

Contoh: Sudah dua hari ia tidak terlihat batang hidungnya.

1. Simile: Pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan penghubung, seperti layaknya, bagaikan, " umpama", "ibarat","bak", bagai". contoh: Kau umpama air aku bagai minyaknya, bagaikan Qais dan Laila yang dimabuk cinta berkorban apa saja.

2. Metafora: Pengungkapan berupa perbandingan analogis dengan menghilangkan kata seperti layaknya, bagaikan, dll. contoh: Waspadalah terhadap lintah darat

3. Antropomorfisme: Metafora yang menggunakan kata atau bentuk lain yang berhubungan dengan manusia untuk hal yang bukan manusia.

4. Sinestesia: Majas yang berupa suatu ungkapan rasa dari suatu indra yang dicurahkan lewat ungkapan rasa indra lainnya.

5. Antonomasia: Penggunaan sifat sebagai nama diri atau nama diri lain sebagai nama jenis.

6. Aptronim: Pemberian nama yang cocok dengan sifat atau pekerjaan orang.

7. Metonimia: Pengungkapan berupa penggunaan nama untuk benda lain yang menjadi merek, ciri khas, atau atribut.

8. Hipokorisme: Penggunaan nama timangan atau kata yang dipakai untuk menunjukkan hubungan karib.

9. Litotes: Ungkapan berupa penurunan kualitas suatu fakta dengan tujuan merendahkan diri.

Page 10: Puisi Dan Majas

10. Hiperbola: Pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan sehingga kenyataan tersebut menjadi tidak masuk akal.

11. Personifikasi: Pengungkapan dengan menggunakan perilaku manusia yang diberikan kepada sesuatu yang bukan manusia.

12. Depersonifikasi: Pengungkapan dengan tidak menjadikan benda-benda mati atau tidak bernyawa.

13. Pars pro toto: Pengungkapan sebagian dari objek untuk menunjukkan keseluruhan objek.

14. Totum pro parte: Pengungkapan keseluruhan objek padahal yang dimaksud hanya sebagian.

15. Eufimisme: Pengungkapan kata-kata yang dipandang tabu atau dirasa kasar dengan kata-kata lain yang lebih pantas atau dianggap halus.

16. Disfemisme: Pengungkapan pernyataan tabu atau yang dirasa kurang pantas sebagaimana adanya.

17. Fabel: Menyatakan perilaku binatang sebagai manusia yang dapat berpikir dan bertutur kata.

18. Parabel: Ungkapan pelajaran atau nilai tetapi dikiaskan atau disamarkan dalam cerita.

19. Perifrase: Ungkapan yang panjang sebagai pengganti ungkapan yang lebih pendek.

20. Eponim: Menjadikan nama orang sebagai tempat atau pranata.

21. Simbolik: Melukiskan sesuatu dengan menggunakan simbol atau lambang untuk menyatakan maksud.

22. Asosiasi: perbandingan terhadap dua hal yang berbeda, namun dinyatakan sama.

Majas sindiran

1. Ironi: Sindiran dengan menyembunyikan fakta yang sebenarnya dan mengatakan kebalikan dari fakta tersebut.seperti

2. Sarkasme: Sindiran langsung dan kasar.3. Sinisme: Ungkapan yang bersifat mencemooh pikiran atau ide

bahwa kebaikan terdapat pada manusia (lebih kasar dari ironi).4. Satire: Ungkapan yang menggunakan sarkasme, ironi, atau parodi,

untuk mengecam atau menertawakan gagasan, kebiasaan, dll.5. Innuendo: Sindiran yang bersifat mengecilkan fakta sesungguhnya.

Majas penegasan

1. Apofasis: Penegasan dengan cara seolah-olah menyangkal yang ditegaskan.

Page 11: Puisi Dan Majas

2. Pleonasme: Menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan keterangan yang sebenarnya tidak diperlukan.

3. Repetisi: Perulangan kata, frase, dan klausa yang sama dalam suatu kalimat.

4. Pararima: Pengulangan konsonan awal dan akhir dalam kata atau bagian kata yang berlainan.

5. Aliterasi: Repetisi konsonan pada awal kata secara berurutan.6. Paralelisme: Pengungkapan dengan menggunakan kata, frase,

atau klausa yang sejajar.7. Tautologi: Pengulangan kata dengan menggunakan sinonimnya.8. Sigmatisme: Pengulangan bunyi "s" untuk efek tertentu.9. Antanaklasis: Menggunakan perulangan kata yang sama, tetapi

dengan makna yang berlainan.10. Klimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut

dari yang sederhana/kurang penting meningkat kepada hal yang kompleks/lebih penting.

11. Antiklimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang kompleks/lebih penting menurun kepada hal yang sederhana/kurang penting.

12. Inversi: Menyebutkan terlebih dahulu predikat dalam suatu kalimat sebelum subjeknya.

13. Retoris: Ungkapan pertanyaan yang jawabannya telah terkandung di dalam pertanyaan tersebut.

14. Elipsis: Penghilangan satu atau beberapa unsur kalimat, yang dalam susunan normal unsur tersebut seharusnya ada.

15. Koreksio: Ungkapan dengan menyebutkan hal-hal yang dianggap keliru atau kurang tepat, kemudian disebutkan maksud yang sesungguhnya.

16. Polisindenton: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana, dihubungkan dengan kata penghubung.

17. Asindeton: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana tanpa kata penghubung.

18. Interupsi: Ungkapan berupa penyisipan keterangan tambahan di antara unsur-unsur kalimat.

19. Ekskalamasio: Ungkapan dengan menggunakan kata-kata seru.

20. Enumerasio: Ungkapan penegasan berupa penguraian bagian demi bagian suatu keseluruhan.

21. Preterito: Ungkapan penegasan dengan cara menyembunyikan maksud yang sebenarnya.

22. Alonim: Penggunaan varian dari nama untuk menegaskan.23. Kolokasi: Asosiasi tetap antara suatu kata dengan kata lain

yang berdampingan dalam kalimat.24. Silepsis: Penggunaan satu kata yang mempunyai lebih dari

satu makna dan yang berfungsi dalam lebih dari satu konstruksi sintaksis.

Page 12: Puisi Dan Majas

25. Zeugma: Silepsi dengan menggunakan kata yang tidak logis dan tidak gramatis untuk konstruksi sintaksis yang kedua, sehingga menjadi kalimat yang rancu.

Majas pertentangan

1. Paradoks: Pengungkapan dengan menyatakan dua hal yang seolah-olah bertentangan, namun sebenarnya keduanya benar.

2. Oksimoron: Paradoks dalam satu frase.3. Antitesis: Pengungkapan dengan menggunakan kata-kata yang

berlawanan arti satu dengan yang lainnya.4. Kontradiksi interminus: Pernyataan yang bersifat menyangkal

yang telah disebutkan pada bagian sebelumnya.5. Anakronisme: Ungkapan yang mengandung ketidaksesuaian

dengan antara peristiwa dengan waktunya.