Pembahasan Majas

24
Pembahasan Majas (Gaya Bahasa) Majas merupakan pengungkapan bahasa yang diungkapkan penyair secara tersirat. Dalam sebuah gaya bahasa penyair menggunakan bahasa kiasan yang berarti wujud bahasa yang tidak menyatakan arti sebenarnya. Perhatikan larik-larik sajak yang mengandung majas dalam sajak teratai dibawah ini. Dalam kebun di tanah airku …………………….. Akarnya tumbuh dihati dunia Daun berseri Laksmi mengarang ……………………… Berseri di kebun Indonesia ………………………. Biarpun engkau tidak dilihat Biarpun engkau tidak diminat ………………….............. 1. Pada larik kebun di tanah airku dan di kebun Indonesia mengandung majas sinekdoke karena kata kebun tersebut menyatakan sebagian untuk keseluruhan yakni pars pro toto yang berarti kata kebun mewakili seluruh tanah air Indonesia. 2. Pada larik akarnya tumbuh dihati dunia, daun berseri Laksmi mengarang dan berseri di kebun Indonesia mengandung majas personifikasi, karena pada larik-larik tersebut menggambarkan benda mati seolah-olah sama dengan manusia, seperti dunia yang mempunyai hati dan bunga teratai yang dapat berseri.

description

free

Transcript of Pembahasan Majas

Page 1: Pembahasan Majas

Pembahasan Majas (Gaya Bahasa)Majas merupakan pengungkapan bahasa yang diungkapkan penyair secara

tersirat. Dalam sebuah gaya bahasa penyair menggunakan bahasa kiasan yang

berarti wujud bahasa yang tidak menyatakan arti sebenarnya.

Perhatikan larik-larik sajak yang mengandung majas dalam sajak teratai dibawah ini.

Dalam kebun di tanah airku

……………………..

Akarnya tumbuh dihati dunia

Daun berseri Laksmi mengarang

………………………

Berseri di kebun Indonesia

……………………….

Biarpun engkau tidak dilihat

Biarpun engkau tidak diminat…………………..............

1.        Pada larik kebun di tanah airku dan di kebun Indonesia mengandung majas

sinekdoke karena kata kebun tersebut menyatakan sebagian untuk keseluruhan

yakni pars pro toto yang berarti kata kebun mewakili seluruh tanah air Indonesia.

2.        Pada larik akarnya tumbuh dihati dunia, daun berseri Laksmi mengarang dan

berseri di kebun Indonesia mengandung majas personifikasi, karena pada larik-larik

tersebut menggambarkan benda mati seolah-olah sama dengan manusia, seperti

dunia yang mempunyai hati dan bunga teratai yang dapat berseri.

3.        Secara keseluruhan sajak “Teratai” karya Sanusi Pane boleh dikatakan sebagai

alegori, karena kisah bunga teratai itu digunakan untuk mengisahkan tokoh

pendidikan. Kisah tokoh pendidikan yang dilukiskan sebagai teratai itu digunakan

untuk memberikan nasihat kepada generasi muda agar mencontoh teladan “teratai”,

yang hidup di air berlumpur tetapi warna bunganya tetap cemerlang. Ki Hadjar

Dewantara dibandingkan dengan bunga teratai yang tidak menonjolkan diri namun

namanya termasyur di seluruh penjuru dunia.

4.        Dalam larik Biarpun engkau tidak dilihat Biarpun engkau tidak diminat termasuk

kedalam majas repetisi, karena terdapat pengulangan kata yang sama pada larik

pertama dan kedua.

Page 2: Pembahasan Majas

BUKAN BETA BIJAK BERPERI

(Rustam Effendi)

 

Bukan beta bijak berperi

Pandai mengubah madahan syair

Bukan bela budak negeri

Musti menurut undangan mair

 

Syarat sarat saya mungkiri

Untai rangkaian seloka lama

Beta buang beta singkiri

Sebab laguku menurut sukma

 

Susah sungguh saya sampaikan

Degub-deguban di dalam kalbu

Lemah laun lagu dengungan

Matnya digamat rasain waktu

 

Sering saya susah sesaat

Sebab madahan tidak nak dating

Sering saya sulit mendekat

Sebab terkurung kikisan mamang

 

Buka beta bijak berlagu

Dapat melemah bingkaian pantun

Page 3: Pembahasan Majas

Bukan beta berbuat baru

Hanya mendengar bisikan alam

 Pembahasan Majas (Gaya Bahasa)Bahasa kiasan adalah penggantian arti dalam puisi untuk memperoleh efek-efek

tertentu.

a         Metafora

Majas yang membandingkan dua hal secara langsung maupun tidak langsung dalam

bentuk singkat tanpa menggunakn kata-kata bagaikan, bak, laksana, sama, sebagai,

seperti

Contoh:

1) Sering saya susah sesaat

b.      Personifikasi

Gaya yang mendeskripsikn benda-benda mati dengan cara memberikan sifat-sifat

seperti manusia.

Contoh:

1)     Sebab terkurung lukisan mamang

2)        Hanya mendengar bisikan alun

Bahasa retorik adalah bahasa yang digunakan untuk memberi kesan penegasan

atau menarik perhatian pembaca.

c.   Repetisi (pengulangan)

Contoh:

1)      Bukan beta bijak berperi

2)      Bukan beta budak negeri

3)      Bukan beta bijak berlagu

4)      Bukan beta berbuat baru

d.    Hiperbola (mengungkapkan sesuatu secara berlebihan)

1)      Susah sungguh saya sampaikan

2)        Lemah laun lagu dengungan

e.  Majas Tautologi

Page 4: Pembahasan Majas

1) Untai rangkaian seloka lama

HUJAN BADAI(Rustam efendi)

Bersambung kilat di ujung langit,kata konkret, imaji visual, majas personifikasigemuruh-guruh, berjawab-jawaban.kata konkret, imaji visual, imaji auditif, majas personifikasiBertangkai hujan, dicurah awan,kata konkret, imaji visual, majas personifikasimengabut kabut, sebagai dibangkir.kata konkret, imaji visual, majas simili

Berhambur daun, dibadai angin,kata konkret, imaji visual, gaya bahasa hiperbolapakaian dahan beribu-ribuan.kata konkret, imaji visualBerkelang kabut tak ketentuan,kata konkret, imaji visualmenakut hati, menggoyangkan batin.kata konkret, imaji taktil, imaji visual

Begitu pula di dalam hidup,kata konkret, imaji visualLebih hebat, lebih dahsyat, badai bersabung,kata konkret, imaji visual, gaya bahasa hiperbolaLebih berkabut, bercabul topan, menggarung-garung.kata konkret, imaji visual, gaya bahasa hiperbola

Seorang tidak menolong kulud,kata konkret, imaji visualHanya tetap, tidak goyang, iman di jantung,kata konkret, imaji visual, imaji taktilYakin mengenal kepada Tuhan, itu tertolong.kata konkret, imaji visual, imaji taktil

Pembahasan Majas (Gaya Bahasa)

Secara umum, majas yang digunakan adalah majas personifikasi karena

dalam soneta di atas, dua bait pertama hanya melukiskan keadaan alam belaka, dan

kemudian ini digunakan Rustam sebagai perbandingan dengan kehidupan manusia

itu sendiri seperti yang terlihat pada bait berikutnya. Dalam puisi tersebut pula, dapat

kita temukan amanat yang ingin disampaikan oleh penyair, yaitu bahwa dalam

semua hal, termasuk dalam hujan badai yang begitu dahsyat, seseorang harus tetap

yakin kepa Tuhan karena Tuhan akan menolong setiap hamba-Nya yang yakin

terhadap-Nya.

Page 5: Pembahasan Majas

PUISI ANGKATAN TAHUN 45

CINTAKU JAUH DI PULAU

Cintaku jauh di pulau,gadis manis, sekarang iseng sendiri

Perahu melancar, bulan memancar,di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar.angin membantu, laut terang, tapi terasaaku tidak ‘kan sampai padanya.

Di air yang tenang, di angin mendayu,di perasaan penghabisan segala melajuAjal bertahta, sambil berkata:“Tujukan perahu ke pangkuanku saja,”

Amboi! Jalan sudah bertahun ku tempuh!Perahu yang bersama ‘kan merapuh!Mengapa Ajal memanggil duluSebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!

Manisku jauh di pulau,

Pembahasan Majas (Gaya Bahasa)Dalam puisi “Cintaku jauh di pulau” juga menggunakan bahasa sajak. Bahasa sajak

yang digunakan adalah:

a.       Personifikasi adalah semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda mati seolah-olah hidup.

angin membantu, laut terang, tapi terasa…

Di air yang tenang, di angin mendayu,

Mengapa Ajal memanggil dulu

Page 6: Pembahasan Majas

b.      Hiperbola adalah gaya bahasa yang mengandung pernyataan melebih-lebihkan.

Amboi! Jalan sudah bertahun ku tempuh!

Perahu yang bersama ‘kan merapuh!

….

kalau ‘ku mati, dia mati iseng sendiri.

PENERIMAAN

Kalau kau mau kuterima kau kembali

Dengan sepenuh hati

Aku masih tetap sendiri

Kutahu kau bukan yang dulu lagi

Bak kembang sari sudah terbagi

Jangan tunduk! Tentang aku dengan berani

Kalau kau mau kuterima kembali

Untukku sendiri tapi

Sedang dengan cermin aku enggan berbagi.

(Deru Campur Debu,1959:36)

Pembahasan Majas (Gaya Bahasa)

Page 7: Pembahasan Majas

a) Repetisi

Repetisi adalah pengulangan bunyi, suku kata, kata, atau bagian kalimat yang

dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai.

Dalam sajak terdapat dalam:

Kalau kau mau ku terima kau kembali

...

Kalau kau mau kuterima kembali

...

b) Simile atau Persamaan

Simile atau Persamaan adalahperbandingan yang bersifat eksplisit, yaitu langsung

menyatakan sesuatu sama dengan hal lain. Dalam sajak terdapat dalam:

..

Bak kembang sari sudah terbagi

...

c) Pesonifikasi

Personifikasi adalah semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda

mati seolah-olah hidup. Dalam sajak terdapa dalam:

...

Sedang dengan cermin aku enggan berbagi

DOA

kepada pemeluk teguh

TuhankuDalam termangu

Page 8: Pembahasan Majas

Aku masih menyebut namaMuBiar susah sungguhmengingat Kau penuh seluruhcayaMu panas sucitinggal kerdip lilin di kelam sunyi

Tuhankuaku hilang bentukremuk

Tuhankuaku mengembara di negeri asing

Tuhankudi pintuMu aku mengetukaku tidak bisa berpaling

(13 November 1943)

Pembahasan Majas (Gaya Bahasa)   

Berikut adalah penjelasan tentang penggunaan majas pada puisi “DOA” karya

Chairil Anwar.

kepada pemeluk teguh

>> Pada baris tersebut menggunakan  majas metafora karena baris tersebut

dimaksudkan “kepada Tuhan”

Tuhanku,

dalam termangu,

 aku masih menyebut nama-Mu

>> Pada bait tersebut menggunakan majas asonansi karena terdapat perulangan

vocal yang sama.

Biar susah sungguhmengingat Kau penuh seluruh

Page 9: Pembahasan Majas

>> Pada bait tersebut…….

cayaMu panas suci

>> Pada baris tersebut terdapat  majas hiperbola karena baris tersebut menyatakan hal yang berlebih-lebihan.

tinggal kerdip lilin di kelam sunyi

>> pada baris tersebut ……….

Tuhankuaku hilang bentukremuk

>> Pada bait tersebut mengandung majas juga menggunakan majas hiperbola,

karena bait tersebut menyatakan hal yang berlebih-lebihan.

Tuhanku,

Aku mengembara di negeri asing

>> Pada bait tersebut tidak menggunakan majas, karena bait tersebut menggunakan

bahasa sehari-hari.

Puisi angkatan 50 an

SAJAK BULAN MEI 1998 DI INDONESIA

W.S. RENDRA

Aku tulis sajak ini di bulan gelap raja-raja.

Bangkai-bangkai tergeletak lengket di aspal jalan.

Amarah merajalela tanpa alamat.

Ketakutan muncul dari sampah kehidupan.

Page 10: Pembahasan Majas

Pikiran kusut membentuk simpul-simpul sejarah.

O, jaman edan !

O, malam kelam pikiran insan !

Koyak-moyak sudah keteduhan tenda kepercayaan.

Kitab undang-undang tergeletak di selokan

Kepastian hidup terhuyung-huyung dalam comberan.

O, tatawarna fatamorgana kekuasaan !

O, sihir berkilauan dari mahkota raja-raja !

Dari sejak jaman Ibrahim dan Musa

Allah selalu mengingatkan

bahwa hukum harus lebih tinggi

dari keinginan para politisi, raja-raja, dan tentara.

O, kebingungan yang muncul dari kabut ketakutan !

O, rasa putus asa yang terbentur sangkur !

Berhentilah mencari ratu adil !

Ratu adil itu tidak ada. Ratu adil itu tipu daya !

Apa yang harus kita tegakkan bersama

adalah Hukum Adil.

Hukum Adil adalah bintang pedoman di dalam prahara.

Bau anyir darah yang kini memenuhi udara

menjadi saksi yang akan berkata :

Apabila pemerintah sudah menjarah Daulat Rakyat,

apabila cukong-cukong sudah menjarah ekonomi bangsa,

apabila aparat keamanan sudah menjarah keamanan,

maka rakyat yang tertekan akan mencontoh penguasa,

lalu menjadi penjarah di pasar dan jalan raya.

Wahai, penguasa dunia yang fana !

Page 11: Pembahasan Majas

Wahai, jiwa yang tertenung sihir tahta !

Apakah masih buta dan tuli di dalam hati ?

Apakah masih akan menipu diri sendiri ?

Apabila saran akal sehat kamu remehkan

berarti pintu untuk pikiran-pikiran gelap

yang akan muncul dari sudut-sudut gelap

telah kamu bukakan !

Cadar kabut duka cita menutup wajah Ibu Pertiwi

Air mata mengalir dari sajakku ini.

Terdapat beberapa majas yang digunakan dalam puisi karya W.S. Rendra yang berjudul ‘Sajak Bulan Mei 1998 di Indonesia’. Diantaranya yaitu majas metafora. Seperti dibawah ini.

Kepastian hidup terhuyung-huyung dalam comberan.

Dalam sajak tersebut kepastian hidup dipersamakan dengan terhuyung-huyung dalam comberan.

Hukum Adil adalah bintang pedoman di dalam prahara.

Di dalam sajak karya W.S. Rendra tersebut hukum adil dipersamakan dengan bintang pedoman di dalam prahara.

Selain majas metafora, juga terdapat majas personifikasi dalam ‘Sajak Bulan Mei 1998 di Indonesia’ tersebut.

Ketakutan muncul dari sampah kehidupan.

Pikiran kusut membentuk simpul-simpul sejarah.

O, kebingungan yang muncul dari kabut ketakutan !

O, rasa putus asa yang terbentur sangkur !

Bau anyir darah yang kini memenuhi udara

menjadi saksi yang akan berkata

Page 12: Pembahasan Majas

AFRIKA SELATAN

Oleh :

Subagio Sartrowardjojo

Kristos pengasih putih wajah.

--kulihat dalam buku injil bergambar

dan arca-arca gereja dari marmer--

Orang putih bersorak: “Hosanah!”

Dan ramai berarak ke sorga

Tapi kulitku hitam.

Dan sorga bukan tempatku berdiam.

bumi hitam

iblis hitam

dosa hitam

Karena itu:

aku bumi lata

aku iblis laknat

aku dosa melekat

aku sampah di tengah jalan.

Mereka membuat rel dan sepur

hotel dan kapal terbang

Mereka membuat sekolah dan kantorpos

Page 13: Pembahasan Majas

gereja dan restoran.

Tapi tidak buatku.

Tidak buatku.

Diamku di batu-batu pinggir kota

di gubug-gubug penuh nyamuk

di rawa-rawa berasap.

Mereka boleh memburu

Mereka boleh membakar

Mereka boleh menembak

Tetapi isteriku terus berbiak

seperti rumput di pekarangan mereka

seperti lumut di tembok mereka

seperti cendawan di roti mereka.

Sebab bumi hitam milik kami

Tambang intan milik kami.

Gunung natal milik kami.

Mereka boleh membunuh.

Mereka boleh membunuh.

Mereka boleh membunuh.

Sebab mereka kulit putih

dan kristos pengasih putih wajah.

Page 14: Pembahasan Majas

(Simfoni Dua, 1990: 31)

   Majas

Majas yang digunakan penyair dalam puisi ‘Afrika Selatan’ tersebut bermacam-macam. Dalam tulisan ini diuraikan mengenai majas-majas yang digunakan dalam puisi Subagio Sastrowardjojo.

Di dalam puisi tersebut terdapat Majas Perbandingan atau Simile.

Tetapi isteriku terus berbiak

seperti rumput di pekarangan mereka

seperti lumut di tembok mereka

seperti cendawan di roti mereka.

Sebab bumi hitam milik kami

Tambang intan milik kami.

Gunung natal milik kami.

Selanjutnya, puisi ‘Afrika Selatan’ ini menggunakan Majas Metafora.

Tapi kulitku hitam.

Dan sorga bukan tempatku berdiam.

bumi hitam

iblis hitam

dosa hitam

Karena itu:

aku bumi lata

aku iblis laknat

aku dosa melekat

aku sampah di tengah jalan.

Page 15: Pembahasan Majas

Dalam puisi Subagio tersebut, aku dipersamakan dengan bumi lata, iblis laknat, dosa melekat, dan sampah di tengah jalan.

TAPI

Oleh :

Sutardji Calzoum Bachri

aku bawakan bunga padamu

                                       tapi kau bilang masih

aku bawakan resah padamu

                                       tapi kau bilang hanya

aku bawakan darahku padamu

                                       tapi kau bilang cuma

aku bawakan mimpiku padamu

                                       tapi kau bilang meski

aku bawakan dukaku padamu

                                       tapi kau bilang tapi

aku bawakan mayatku padamu

                                       tapi kau bilang hampir

aku bawakan arwahku padamu

                                       tapi kau bilang kalau

tanpa apa aku datang padamu

                                       wah!

O AMUK KAPAK, 1981 

Page 16: Pembahasan Majas

Pembahasan Majas

Majas yang digunakan dalam puisi “Tapi” adalah Majas Metonimia. Metonimia dalam bahasa Indonesia sering disebut kiasan pengganti nama. Dalam puisi tersebut si aku adalah manusia dan si kau adalah seumpama Tuhan YME.

aku bawakan bunga padamu                                        tapi kau bilang masih

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan oleh penulis, dapat

disimpulkan bahwa :

Majas adalah gaya bahasa kias yang digunakan untuk memunculkan suatu efek

tertentu. Majas dalam suatu karya sastra, khususnya puisi bertujuan untuk mewakili

perasaan dan pikiran penyair atau pengarang. Majas dapat dikelompokkan menjadi

empat, yaitu majas perbandingan, majas pertentangan, majas pertautan, dan majas

perulangan.

Page 17: Pembahasan Majas

MAJAS pada puisi dan pengertiannya

1.    Pengertian MajasMajas atau biasa disebut dengan gaya bahasa merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam dunia sastra, karena majas memberi penguatan tersendiri terhadap suatu karya sastra baik Puisi, Prosa dan Drama. Menurut KBBI (2008: 969) majas adalah cara melukiskan sesuatu dengan jalan menyamakan dengan sesuatu yang lain atau kiasan. Sedangkan pengertian majas seperti yang dikutip pada Wikipedia adalah pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu, keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tertulis.

2.    Jenis-Jenis MajasPada sebuah puisi biasanya memberikan atau menentukan diksi yang baik terhadap karyanya, diksi tersebut juga biasanya bersifat kiasan. Dalam Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas menyatakan ada empat jenis majas yaitu:a.    Majas perbandingan1)     Alegori: Menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran. Contoh: Perjalanan hidup manusia seperti sungai yang mengalir menyusuri tebing-tebing, yang kadang-kadang sulit ditebak kedalamannya, yang rela menerima segala sampah, dan yang pada akhirnya berhenti ketika bertemu dengan laut.2)      Alusio: Pemakaian ungkapan yang tidak diselesaikan karena sudah dikenal. Contoh: Sudah dua hari ia tidak terlihat batang hidungnya.3)   Simile: Pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan penghubung, seperti layaknya, bagaikan, " umpama", "ibarat","bak", bagai". contoh: Kau umpama air aku bagai minyaknya, bagaikan Qais dan Laila yang dimabuk cinta berkorban apa saja.4)  Metafora: Pengungkapan berupa perbandingan analogis dengan menghilangkan kata seperti layaknya, bagaikan, dll. contoh: Waspadalah terhadap lintah darat5)    Antropomorfisme: Metafora yang menggunakan kata atau bentuk lain yang berhubungan dengan manusia untuk hal yang bukan manusia.6)   Sinestesia: Majas yang berupa suatu ungkapan rasa dari suatu indra yang dicurahkan lewat ungkapan rasa indra lainnya.7)        Antonomasia: Penggunaan sifat sebagai nama diri atau nama diri lain sebagai nama jenis.8)        Aptronim: Pemberian nama yang cocok dengan sifat atau pekerjaan orang.9)    Metonimia: Pengungkapan berupa penggunaan nama untuk benda lain yang menjadi merek, ciri khas, atau atribut.10)  Hipokorisme: Penggunaan nama timangan atau kata yang dipakai untuk menunjukkan hubungan karib.11)    Litotes: Ungkapan berupa penurunan kualitas suatu fakta dengan tujuan

Page 18: Pembahasan Majas

merendahkan diri.12)    Hiperbola: Pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan sehingga kenyataan tersebut menjadi tidak masuk akal.13)  Personifikasi: Pengungkapan dengan menggunakan perilaku manusia yang diberikan kepada sesuatu yang bukan manusia.14)    Depersonifikasi: Pengungkapan dengan tidak menjadikan benda-benda mati atau tidak bernyawa.15)    Pars pro toto: Pengungkapan sebagian dari objek untuk menunjukkan keseluruhan objek.16)    Totum pro parte: Pengungkapan keseluruhan objek padahal yang dimaksud hanya sebagian.17)    Eufimisme: Pengungkapan kata-kata yang dipandang tabu atau dirasa kasar dengan kata-kata lain yang lebih pantas atau dianggap halus.18)    Disfemisme: Pengungkapan pernyataan tabu atau yang dirasa kurang pantas sebagaimana adanya.19)    Fabel: Menyatakan perilaku binatang sebagai manusia yang dapat berpikir dan bertutur kata.20)    Parabel: Ungkapan pelajaran atau nilai tetapi dikiaskan atau disamarkan dalam cerita.21)    Perifrasa: Ungkapan yang panjang sebagai pengganti ungkapan yang lebih pendek.22)    Eponim: Menjadikan nama orang sebagai tempat atau pranata.23) Simbolik: Melukiskan sesuatu dengan menggunakan simbol atau lambang untuk menyatakan maksud.24)    Asosiasi: perbandingan terhadap dua hal yang berbeda, namun dinyatakan sama.b.   Majas sindiran1)        Ironi: Sindiran dengan menyembunyikan fakta yang sebenarnya dan mengatakan kebalikan dari fakta tersebut.2)        Sarkasme: Sindiran langsung dan kasar.3)        Sinisme: Ungkapan yang bersifat mencemooh pikiran atau ide bahwa kebaikan terdapat pada manusia (lebih kasar dari ironi).4)        Satire: Ungkapan yang menggunakan sarkasme, ironi, atau parodi, untuk mengecam atau menertawakan gagasan, kebiasaan, dll.5)        Innuendo: Sindiran yang bersifat mengecilkan fakta sesungguhnya.c.    Majas penegasan1)        Apofasis: Penegasan dengan cara seolah-olah menyangkal yang ditegaskan.2)        Pleonasme: Menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan keterangan yang sebenarnya tidak diperlukan.3)        Repetisi: Perulangan kata, frasa, dan klausa yang sama dalam suatu kalimat.4)        Pararima: Pengulangan konsonan awal dan akhir dalam kata atau bagian kata yang berlainan.5)        Aliterasi: Repetisi konsonan pada awal kata secara berurutan.6)        Paralelisme: Pengungkapan dengan menggunakan kata, frasa, atau klausa yang sejajar.7)        Tautologi: Pengulangan kata dengan menggunakan sinonimnya.

Page 19: Pembahasan Majas

8)        Sigmatisme: Pengulangan bunyi "s" untuk efek tertentu.9)        Antanaklasis: Menggunakan perulangan kata yang sama, tetapi dengan makna yang berlainan.10)    Klimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang sederhana/kurang penting meningkat kepada hal yang kompleks/lebih penting.11)     Antiklimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang kompleks/lebih penting menurun kepada hal yang sederhana/kurang penting.12)     Inversi: Menyebutkan terlebih dahulu predikat dalam suatu kalimat sebelum subjeknya.13)    Retoris: Ungkapan pertanyaan yang jawabannya telah terkandung di dalam pertanyaan tersebut.14)     Elipsis: Penghilangan satu atau beberapa unsur kalimat, yang dalam susunan normal unsur tersebut seharusnya ada.15)     Koreksio: Ungkapan dengan menyebutkan hal-hal yang dianggap keliru atau kurang tepat, kemudian disebutkan maksud yang sesungguhnya.16)     Polisindenton: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana, dihubungkan dengan kata penghubung.17)    Asindeton: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana tanpa kata penghubung.18)    Interupsi: Ungkapan berupa penyisipan keterangan tambahan di antara unsur-unsur kalimat.19)    Ekskalamasio: Ungkapan dengan menggunakan kata-kata seru.20)    Enumerasio: Ungkapan penegasan berupa penguraian bagian demi bagian suatu keseluruhan.21)    Preterito: Ungkapan penegasan dengan cara menyembunyikan maksud yang sebenarnya.22)    Alonim: Penggunaan varian dari nama untuk menegaskan.23)    Kolokasi: Asosiasi tetap antara suatu kata dengan kata lain yang berdampingan dalam kalimat.24)    Silepsis: Penggunaan satu kata yang mempunyai lebih dari satu makna dan yang berfungsi dalam lebih dari satu konstruksi sintaksis.25)    Zeugma: Silepsi dengan menggunakan kata yang tidak logis dan tidak gramatis untuk konstruksi sintaksis yang kedua, sehingga menjadi kalimat yang rancu.d.  Majas pertentangan1)   Paradoks: Pengungkapan dengan menyatakan dua hal yang seolah-olah bertentangan, namun sebenarnya keduanya benar.2)   Oksimoron: Paradoks dalam satu frasa.3)   Antitesis: Pengungkapan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan arti satu dengan yang lainnya.4)   Kontradiksi interminus: Pernyataan yang bersifat menyangkal yang telah disebutkan pada bagian sebelumnya.5)    Anakronisme: Ungkapan yang mengandung ketidaksesuaian dengan antara peristiwa dengan waktunya.