Publikasi Online Yuni Susilowati · PDF fileberbagai persaingan usaha, baik itu secara resmi...

22
http://sosiologi.fisip.uns.ac.id | 1 Publikasi Online @2013 Yuni Susilowati Dialektika http://sosiologi.fisip.uns.ac.id/online-jurnal/ S o s i o l o g i Universitas Sebelas Maret

Transcript of Publikasi Online Yuni Susilowati · PDF fileberbagai persaingan usaha, baik itu secara resmi...

Page 1: Publikasi Online Yuni Susilowati · PDF fileberbagai persaingan usaha, baik itu secara resmi maupun secara tidak resmi. Ini dianggap sebagai peluang sekaligus tantangan bagi pelaku

http://sosiologi.fisip.uns.ac.id | 1

Publikasi Online @2013 Yuni Susilowati

Dialektika http://sosiologi.fisip.uns.ac.id/online-jurnal/

S o s i o l o g i Universitas Sebelas Maret

Page 2: Publikasi Online Yuni Susilowati · PDF fileberbagai persaingan usaha, baik itu secara resmi maupun secara tidak resmi. Ini dianggap sebagai peluang sekaligus tantangan bagi pelaku

http://sosiologi.fisip.uns.ac.id | 2

Studi Deskriptif Perilaku Pedagang ““Liar”” Di Kawasan Pasar Tani Jumat Pagi Karanganyar

Yuni Susilowati

Abstract: At the Farmers Market Friday morning Karanganyar merchants who sell not only traders who officially became a member of the Society of Farmers Market Friday morning, but traders also "wild" is selling at Farmers Market area Friday morning. Traders "wild" that there is not behaving like an official dealer, so that the behavior of traders "wild" is considered troubling. Formulation of the problem of this research is "how is the behavior of traders" wild "in the Farmers Market area Friday morning Karanganyar?". The purpose of research is to describe the behavior of traders "wild" in the Farmers Market area Friday morning Karanganyar. The theory used in this study is the exchangetheory of Homans. This type of research is descriptive qualitative research design of case study research. Sempel in this study were 8 informants who are traders who behave "wild" on the Farmers Market area Friday morning. Sempel retrieval technique used was purposive sampling based on the location / position traders "illegal" to sell the data collection techniques such as interviews, observation and documentation. The validity of the data used is triangulation by clicking crosskan first source that traders behave "wild" and the source of both the government Karanganyar. Analysis of the data used is interactive model.

The results showed that: 1). Behavior of traders "wild" in violation of administrative rules, under the rules of the Society of Farmers Market Friday morning about the requirements and procedures for trade in Friday Morning Farmers Market area, include provisions permitting letters, membership cards and special attributes merchant tents at Farmers Market Friday morning. Other administrative violations committed by the behavior of traders "wild" is a violation of Law Nu. 10 of 2006 concerning the withdrawal of charges. 2). Behavior of traders "wild" in violation of public order, according to the Department of Industry, Trade and SMEs have also violated Karanganyar Regulation Nu. 13 of 2006 concerning trade in violation of public order. That's because the behavior of traders "wild" in the Farmers Market area Friday morning has been using public facilities as a place to trade and trading behavior of traders "wild", most do sedentary, so the behavior of traders "wild" on the Farmers Market area Friday morning is considered as a street vendor, to the behavior of traders "wild" is the responsibility of the municipal police. But the behavior of traders during the "wild" that there was never reprimanded or punishment of the parties involved, so that more and more traders behavior "wild" that sell spread in various places in the Farmers Market area Friday morning.

Page 3: Publikasi Online Yuni Susilowati · PDF fileberbagai persaingan usaha, baik itu secara resmi maupun secara tidak resmi. Ini dianggap sebagai peluang sekaligus tantangan bagi pelaku

http://sosiologi.fisip.uns.ac.id | 3

Pendahuluan

Pada Pengangguran merupakan salah satu masalah krusial yang sulit diatasi

di semua Negara, termasuk pada Negara maju. Untuk mengatasi masalah

pengangguran yang diakibatkan oleh keterbatasan jumlah tenaga kerja, maka

sektor informal menjadi salah satu alternatif pekerjaan yang bisa digeluti

oleh sebagian masyarakat dan salah satu cara mengurai pengangguran

terutama di kalangan masyarakat kelas menengah ke bawah, karena bisa

dilakukan tanpa latarbelakang pendidikan yang tinggi dan latar belakang

ekonomi kelas atas (Chris Manning 1996:94).

Menurut Ali Achsan, 2008:4 di wilayah Jawa jumlah pelaku sektor informal

berkisar antara 37% sampai 43%, sedangkan di luar Jawa berkisar antara

40% sampai 55%. Maka bisa dikatakan bahwa sektor informal menjadi

motor penggerak ekonomi rakyat. Sektor informal bisa dikembangkan lewat

berbagai usaha dari skala kecil, menengah sampai dengan besar, dan pasar

adalah salah satu tempat yang menampung hasil kreatifitas dari orang yang

bergerak di sektor informal.

Karena pelaku di sektor perdagangan begitu banyaknya maka timbullah

berbagai persaingan usaha, baik itu secara resmi maupun secara tidak resmi.

Ini dianggap sebagai peluang sekaligus tantangan bagi pelaku usaha tersebut,

sehingga pergulatan di sub - sektor perdagangan ini menjadi menarik.

Menarik karena tempat usaha seperti pasar, kios dan lapak-lapak yang

disediakan oleh pemerintah jumlahnya terbatas sedangkan jumlah pelaku

usaha di sektor perdagangan sekitar lima puluh persen dari jumlah pelaku

usaha di sektor informal. sehingga hal itu memicu sebagian pedagang untuk

berdagang di tempat-tempat yang tidak semestinya dijadikan tempat

berdagang.

Berdasarkan Baron dan Byrne (dalam Didin Budiman), ada beberapa faktor

pembentuk perilaku seseorang diantaranya; perilaku dan karakteristik orang

lain, proses kognitif(berasal dari ingatan dan pikiran yang memuat ide),

Page 4: Publikasi Online Yuni Susilowati · PDF fileberbagai persaingan usaha, baik itu secara resmi maupun secara tidak resmi. Ini dianggap sebagai peluang sekaligus tantangan bagi pelaku

http://sosiologi.fisip.uns.ac.id | 4

faktor lingkungan, dan latar belakang budaya. Ada beberapa studi tentang

perilaku yang dituangkan dalam kajian sosiologi diantaranya; studi tentang

perilaku organisasi (Miftah Thoha, 2004:33), studi tentang patologi sosial

(MZ Lawang, 1980:42; Soejono Soekanto, 2000:195) dan studi tentang

perilaku konsumsi. Kajian tentang perilaku erat hubungannya dengan

kegiatan transaksi ekonomi manusia, dimana kegiatan ekonomi manusia

melibatkan aktor ekonomi dan fasilitas ekonomi (Margaret Poloma,

1992:52). Pasar merupakan salah satu fasilitas penting di sektor

perdagangan. Pasar diidentikkan dengan adanya pedagang yang merupakan

salah satu pelaku dasar dari lembaga ekonomi ini.

Pasar kaget juga merupakan perwujudan pasar nyata dimana pembeli dan

penjual saling bertemu di tempat yang sama guna melakukan tukar-menukar

barang dan jasa. Model pasar kaget semacam ini telah banyak berkembang di

beberapa negara barat serta negara-negara di kawasan Asia Timur seperti

Hongkong, Jepang, Korea dan China dan dianggap mampu meyerap tenaga

kerja dengan latar belakang sosial-ekonomi yang tidak mumpuni.

Pasar Tani Jumat Pagi awalnya hanya diperuntukkan untuk pedagang yang

menjual hasil bumi dari Kabupaten Karanganyar yang diwakili dari masing-

masing kecamatan di Karanganyar. Namun karena anime masyarakat yang

semakin tinggi membuat pedagang atau orang selain pedagang di Pasar Tani

Jumat Pagi tersebut ikut-ikutan berjualan. Hal itu dipicu dengan letak Pasar

Tani Jumat Pagi yang ada di kawasan strategis seperti kawasan sekolah,

perkantoran, swalayan, perbankan, tempat beribadatan dan sport -center.

Dan alhasil dari pedagang yang awalnya hanya berjumlah 26 orang pedagang,

sekarang ini mengalami peningkatan menjadi lebih dari 100 orang pedagang,

bahkan barang dagangan yang ada melenceng dari dasar awal dengan

berbagai komoditas dagangan seperti barang sandang. Sehingga kawasan

Pasar Tani Jumat Pagi yang hanya sepanjang 300 m sampai dengan 500 m

mengalami pembengkakan jumlah pedagangnya.

Page 5: Publikasi Online Yuni Susilowati · PDF fileberbagai persaingan usaha, baik itu secara resmi maupun secara tidak resmi. Ini dianggap sebagai peluang sekaligus tantangan bagi pelaku

http://sosiologi.fisip.uns.ac.id | 5

Keberadaan Pasar Tani Jumat Pagi di sepanjang Jalan Lawu Karanganyar

semakin semrawut. Ini dipicu semakin banyaknya pedagang baru yang nekat

menggelar barang dagangan hingga ke trotoar jalan, bahkan arena publik

seperti alun-alun, monumen Kasih Ibu dan jalan-jalan disekitarnya pun tidak

luput dari sasaran pedagang-pedagang “liar”. Fasilitas publik yang

semestinya difungsikan untuk kegiatan bermain, berkumpul bersama

keluarga dan sarana pelepas lelah justru menjadi sebuah ajang perdagangan

yang dilakukan oleh pedagang-pedagang ““liar””. Padahal pihak pengelola

yaitu Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan hanya menyediakan lokasi

Pasar Tani Jumat Pagi di sepanjang depan Perpustakaan Daerah Karanganyar

sampai dengan depan Kantor Pemilihan Umum (KPU) Karanganyar. Ulah

sebagian pengunjung pun justru memperparah kondisi Pasar Tani Jumat Pagi

dengan semakin banyaknya pedagang yang berjualan di luar area Pasar Tani

Jumat Pagi dengan mendirikan lokasi – lokasi parkir yang tidak semestinya

ada seperti di depan alun-alun, di depan swalayan dan di sekitar taman

Monumen Kasih Ibu.

Perilaku pedagang “liar” seperti ini bisa dikatakan sebagai sebuah perilaku

menyimpang yang dilakukan oleh orang-orang tersebut, karena ia bertindak

tanpa mengindahkan prosedur atau aturan yang berlaku di Pasar Tani Jumat

Pagi yang dikelola oleh Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan

Karanganyar tersebut. Perilaku pedagang yang menyimpang ini seringkali

menimbulkan masalah baik itu masalah secara fisik maupun masalah secara

non-fisik. Apalagi pasar ini hanya berbentuk pasar kaget saja, sehingga

pedagang-pedagang tersebut lebih leluasa melancarkan aksinya untuk

berdagang tanpa mengindahkan aturan walaupun ada pihak berwenang yang

ada di lokasi tersebut.

Keberadaan Pasar Tani Jumat Pagi selama ini digadang-gadang oleh beberapa

pihak menjadi salah satu icon wisata belanja baru di Karanganyar, yang

mampu meyedot jumlah kunjungan lebih dari seribu orang per-minggunya.

Tapi dengan adanya pedagang-pedagang “liar” yang berjualan di kawasan

Page 6: Publikasi Online Yuni Susilowati · PDF fileberbagai persaingan usaha, baik itu secara resmi maupun secara tidak resmi. Ini dianggap sebagai peluang sekaligus tantangan bagi pelaku

http://sosiologi.fisip.uns.ac.id | 6

Pasar Tani Jumat Pagi itu bukankah akan membuat pengunjung enggan lagi

datang ke Pasar Tani Jumat Pagi dan bahkan bisa merusak citra dari

pemerintah Kabupaten Karanganyar sendiri karena dianggap tidak mampu

mengatasi pedagang-pedagang “liar” yang berada tepat di kawasan kerja

mereka. Jika perilaku pedagang “liar” di kawasan Pasar Tani Jumat Pagi tidak

segera di atasi oleh pihak pengelola dan instansi terkait tidak dipungkiri

kedepannya akan timbul berbagai masalah baru yang bermunculan dengan

keberadaan dari pedagang “liar”.

Untuk itu berdasarkan latar belakang penelitian ini, maka dapat diketahui

bahwa yang menjadi rumusan masaah dalam penelitian ini adalah

“Bagaimana gambaran perilaku pedagang “liar” di kawasan Pasar Tani Jumat

Pagi Karanganyar?”. Sehingga untuk mengkaji dan menganalisis

permasalahan yang sedang diteliti maka penulis menggunakan teori

pertukaran dari Homans, dimana teori ini memusatkan perhatiannya

perilaku seseorang yang didasarkan atas ganjaran dan hukuman.

Perilaku

Perilaku merupakan suatu cara bertingkahlaku, diciptakan dan untuk ditiru

oleh orang banyak. Suatu tindakan menjadi bagian dari pola bertindak yang

tetap melalui proses pengulangan (peniruan) yang dilakukan oleh orang

dalam waktu yang relatif lama, sehingga terbentuklah suatu kebiasaan

(Kartono, 1989:28).

Menurut Notoatmodjo, perilaku adalah tindakan atau aktivitas yang

merupakan bagian dari totalitas penghayatan dan aktivitas yang merupakan

hasil akhir jalinan yang saling mempengaruhi antara berbagai macam gejala.

Gejala itu muncul bersama-sama dan saling mempengaruhi antar - manusia

itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas. Atau bisa dikatakan

perilaku merupakan semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang

diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (syakira-

blog.blogspot.com dipublikasikan tanggal 18 januari 2009).

Page 7: Publikasi Online Yuni Susilowati · PDF fileberbagai persaingan usaha, baik itu secara resmi maupun secara tidak resmi. Ini dianggap sebagai peluang sekaligus tantangan bagi pelaku

http://sosiologi.fisip.uns.ac.id | 7

Pedagang “liar”

Menurut Damsar pedagang adalah orang atau institusi yang memperjual

belikan produk atau barang kepada konsumen, baik secara langsung maupun

tidak langsung (Damsar, 1997:106). “liar” menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia berarti tidak teratur, tidak menurut aturan (hukum), sikap dan

tingkah orang tersebut belum beradab, tidak resmi ditunjuk atau diakui oleh

pihak yang berwenang, tanpa izin resmi dari yang berwenang, tidak memiliki

izin usaha, mendirikan dan membangun bangunan. Dari beberapa pandangan

tersebut maka kata ““liar”” dalam penelitian ini dimaksudkan untuk

menunjuk perilaku pedagang yang ada di Pasar Tani Jumat Pagi yang

berdagang secara “liar”.

Pasar Tani Jumat Pagi

Pasar adalah tempat untuk tukar menukar surplus produksi warga

masyarakat. Pasar yang barangkali berasal dari kata Parsi “bazar”

berdasarkan bahasa Arab adalah pranata ekonomi sekaligus cara hidup suatu

gaya umum dari kegiatan ekonomi yang mencapai segala aspek dari

masyarakat dan suatu dunia sosial budaya yang nyaris lengkap dalam

dirinya. Pasar ada dua macam berdasarkan barang yang diperdagangkan

yaitu pasar nirkala yang menggunakan sistem barang sebagai contoh. Kedua,

pasar nyata yaitu pasar dimana barang yang diperdagangkan secara

keseluruhan diperlihatkan dengan proses jual beli secara langsung(Clifford

Geertz, 1989:30-31).

Pasar menurut Weber adalah sebagai suatu organisasi ekonomi murni yang

terpusat pada konflik kepentingan ekonomi terutama antara seller dan buyers

yang didalamnya terdapat kompetisi dan pertukaran. Kompetisi untuk

melihat siapa yang akan menjadi penjual terakhir dan pembeli terakhir

(perjuangan melalui pertukaran) (Sodality jurnal transdisiplin sosiologi,

komunikasi dan ekologi manusia Vol. 01, No. 02, Agustus 2007). Pasar Tani

Jumat Pagi adalah salah satu pasar kaget resmi yang ada di Kabupaten

Page 8: Publikasi Online Yuni Susilowati · PDF fileberbagai persaingan usaha, baik itu secara resmi maupun secara tidak resmi. Ini dianggap sebagai peluang sekaligus tantangan bagi pelaku

http://sosiologi.fisip.uns.ac.id | 8

Karanganyar yang dibuat oleh Dinas Pertanian, Perkebunan, Tanaman

Pangan dan Kehutanan (Distanbunhut) Kabupaten Karanganyar

Pembahasan

Perilaku Pedagang “liar” di Kawasan Pasar Tani Jumat Pagi

Perilaku pedagang “liar” merupakan salah satu penyakit yang dijangkit oleh

sebagian masyarakat dengan tidak mempedulikan norma-norma yang

berlaku di lokasi ia menggelar barang dagangannya. Keberadaan dari

perilaku pedagang “liar” semacam ini seringkali mengganggu kenyamanan,

ketertiban dan keindahan kota karena keberadaan perilaku yang dilakukan

oleh pedagang “liar” dengan menjajakkan barang dagangannya sesuka hati

dan bahkan tidak mempedulikan kepentingan umum.

Perilaku jika dikaitkan dengan pekerjaan yang dijalani maka seorang

individu dapat dituntut segala hal yang berbeda-beda dan setiap individu

memiliki kemampuan yang berbeda-beda pula. Kemampuan merupakan

kapasitas seorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam setiap

pekerjaan. Kemampuan tersebut dapat dipergunakan oleh individu dengan

memanfaatkan pengetahuan yang ia miliki untuk meningkatkan

kemungkinan seseorang melakukan tindakan yang baik(Stippen Robbin,

2008:57). Namun kadangkala perilaku manusia justru tidak selamanya baik

atau tidak sesuai dengan norma karena berbagai alasan. Pertama, adanya

pengaruh lingkungan yang ada di sekitarnya. Kedua, kebutuhan yang tidak

diimbangi dengan kemampuan dan pemikiran yang mumpuni sehingga

menjadikan seseorang bertindak tanpa berfikir panjang dan tidak

mempedulikan aturan yang berlaku di masyarakat lagi (Miftah Thoha,

2004:46).

Perilaku Pedagang “liar” yang Melanggar Aturan Administratif di Kawasan

Pasar Tani Jumat Pagi Karanganyar

Sebagai seorang warga Negara yang baik sudah selayaknya kita diharapkan

bisa mematuhi peraturan yang berlaku di suatu wilayah dan tidak membuat

Page 9: Publikasi Online Yuni Susilowati · PDF fileberbagai persaingan usaha, baik itu secara resmi maupun secara tidak resmi. Ini dianggap sebagai peluang sekaligus tantangan bagi pelaku

http://sosiologi.fisip.uns.ac.id | 9

aturan sendiri-sendiri untuk menghormati orang-orang yang ada di sekitar

kita atau warga local, agar tidak dikatakan sebagai seseorang yang

berperilaku menyimpang atau bisa disebut “liar”. Selama ini sebagian orang

menganggap bahwa peraturan itu dibuat untuk dilanggar atau bahkan jika

ada peluang untuk melanggarnya maka seseorang akan melakukannya

dengan tujuan masing-masing misalnya untuk memuaskan diri, karena

terdesak ekonomi dan alasan-alasan lainnya yang bahkan dianggap

legal(oleh pelaku) padahal itu bertentangan dengan aturan yang seharusnya.

Pasar sebagai salah satu fasilitas umum yang disediakan oleh pemerintah

untuk kegiatan ekonomi masyarakat luas pun memiliki aturan yang harus

ditaati oleh setiap pelakunya, baik itu pedagang, pembeli, pengunjung atau

pegawai pasar. Di Pasar Tani Jumat Pagi terdapat aturan yang harus ditaati

oleh setiap pedagang yang berdagang di dalamnya yang dijadikan sebagai

batasan dan pegangan dalam bertindak. Salah satu aturan yang diberlakukan

di Pasar Tani Jumat Pagi adalah aturan administratif yang menyangkut

registrasi pedagang atau persyaratan administrasi yang harus dipatuhi dan

dilaksanakan oleh setiap pedagang yang berjualan di kawasan Pasar Tani

Jumat Pagi berdasarkan kesepakatan bersama yang sudah dijalankan antara

perwakilan pedagang(pengurus Paguyuban Pasar Tani Jumat Pagi) dengan

instansi terkait yaitu Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten

Karanganyar yang bekerjasama dengan BPD-BKD Kabupaten Karanganyar.

Adapun seorang pedagang dianggap berperilaku “liar” atau menyimpang dari

aturan yang berlaku di Pasar Tani Jumat Pagi manakala perilaku yang

ditunjukkan oleh pedagang tersebut tidak memenuhi satu dan/atau lebih

dari beberapa indikator pelanggaran administratif yang dilakukan oleh

pedagang Pasar Tani Jumat Pagi diantaranya; tidak memiliki kartu tanda

anggota, tidak memiliki ijin berdagang/ijin usaha, tidak menggunakan tenda

resmi dari paguyuban dan tidak membayar retribusi. Sesuai dengan

peraturan Paguyuban Pasar Tani Jumat Pagi Karanganyar mulai tahun 2012

Page 10: Publikasi Online Yuni Susilowati · PDF fileberbagai persaingan usaha, baik itu secara resmi maupun secara tidak resmi. Ini dianggap sebagai peluang sekaligus tantangan bagi pelaku

http://sosiologi.fisip.uns.ac.id | 10

setiap pedagang wajib memiliki kartu tanda anggota, jika tidak maka ia

dianggap berperilaku dagang secara “liar”.

Berdasarkan penelitian di lapangan dapat diketahui bahwa perilaku yang

dilakukan oleh pedagang “liar’ yang melanggar administratif seperti tidak

memiliki dan/atau menggunakan tenda resmi Paguyuban Pasar Tani Jumat

Pagi, tidak memiliki kartu keanggotaan terjadi karena pihak pengelola tidak

memberikan ijin kepada pelaku perilaku pedagang ‘liar” sehingga pedagang

“liar” yang ada di kawasan Pasar Tani Jumat Pagi nekat menggelar barang

dagangannya. Dari delapan orang informan perilaku pedagang “liar” dapat

diketahui bahwa kedelapan informan tidak memiliki tenda resmi yang

berwarna biru dari paguyuban Pasar Tani Jumat Pagi. Kedelapan orang

informan juga tidak memiliki perijinan yang jelas, namun lima dari delapan

informan mengaku telah meminta ijin walaupun sifatnya tidak resmi alias

illegal.

Selain masalah ketidakadaan kartu keanggotaan, ketidakadaan tenda resmi

dan perijinan yang tidak jelas, perilaku yang dilakukan oleh pedagang ‘liar” di

kawasan Pasar Tani Jumat Pagi juga bisa dinilai dari adanya retribusi yang

diberlakukan di kawasan Pasar Tani Jumat Pagi

Retribusi atau pungutan diberlakukan saat melakukan perijinan. Disamping

itu masyarakat perlu diberikan peraturan perundang-undangan untuk

mendukung atau memberikan kekuatan hukum terhadap perijinan yang

diberikan. Hal itu sebagai cambuk bagi pelanggar untuk keperluan

pemaksaan agar mereka yang mendapatkan ijin mentaati peraturan dan

melakukan kegiatan dengan baik. Tetapi seringkali orang lebih takut (tidak

mau) untuk melakukan pembayaran daripada menjalani hukuman fisik

(misalnya hukuman penjara) sehingga pembayaran retribusi sebagai alat

intensif ekonomi agar orang tidak melakukan kegiatan ekonomi dan ataupun

kegiatan lainnya sesuka hati mereka di luar ketentuan Pemerintah Daerah

(Suparmoko, 2002:86).

Page 11: Publikasi Online Yuni Susilowati · PDF fileberbagai persaingan usaha, baik itu secara resmi maupun secara tidak resmi. Ini dianggap sebagai peluang sekaligus tantangan bagi pelaku

http://sosiologi.fisip.uns.ac.id | 11

Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Kabupaten

Karanganyar yaitu Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar Nomor 10

tahun 2006 tentang retribusi pasar dapat diketahui bahwa retribusi pasar

dikenakan kepada pedagang atau pelaku pasar yang memanfaatkan fasilitas

pasar. Fasilitas Pasar adalah bangunan prasarana/sarana yang ada di

lingkungan pasar dan digunakan untuk pelayanan bagi pengguna pasar yang

meliputi Kios Tingkat, Kios Permanen, Kios Darurat, Skat darurat, Los,

Halaman Pasar/Luar Kios/Luar Los dengan mengajukan ijin penempatan

kepada bupati atau petugas dan badan yang ditunjuk.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa perilaku pedagang ‘liar”

di Pasar Tani Jumat Pagi di sebelah utara dan di sekitar kantor Pemerintah

Daerah Karanganyar telah dikenakan retribusi sewa tempat sebesar Rp

1.000,00 yang ditarik setiap kali pedagang “liar” berjualan. Berbeda dengan

perilaku pedagang ‘liar” di sebelah barat Pasar Tani Jumat Pagi yang tidak

dikenakan retribusi, namun Dinas Pendapatan Daerah Karanganyar

menganggap telah menarik retribusi kepada pedagang di sebalah barat Pasar

Tani Jumat Pagi karena dianggap sebagai pkl yang memanfaatkan fasilitas

umum.

Menurut pendapat dari Kepala Dinas Pendapatan Karanganyar, Bapak

Sutarno yang dalam harian Solopos pada tanggal 14 Februari 2013 dapat

diketahui bahwa memang ada pungutan yang dilakukan oleh petugas. Seperti

yang dilangsir dalam harian Solopos, Kepala Dinas Pendapatan Karanganyar,

Sutarno mengatakan bahwa pungutan yang diambil dari sejumlah pedagang

di sekitar alun-alun itu, telah diatur dalam Peraturan Daerah (Perda) No 21

tahun 2001.

Dalam Peraturan Daerah tersebut disebutkan, restoran atau tempat makan,

termasuk pedagang kaki lima (PKL), dimintai pajak restoran. “Pajaknya

senilai Rp 500 per hari,” Jadi, lanjut Sutarno, jika pungutan tersebut sudah

diatur dengan Perda, maka sah-sah saja pihaknya meminta kepada para

pedagang kaki lima, sesuai dengan peraturan yang ada. Apalagi, uang

Page 12: Publikasi Online Yuni Susilowati · PDF fileberbagai persaingan usaha, baik itu secara resmi maupun secara tidak resmi. Ini dianggap sebagai peluang sekaligus tantangan bagi pelaku

http://sosiologi.fisip.uns.ac.id | 12

tersebut juga sudah masuk ke kas daerah. “Jadi itu bukan pungutan “liar”,”

ujarnya. Uang yang masuk ke kas daerah itu, sambung Sutarno, bisa

dipertanggungjawabkan. Sebab dasar hukum dan uang yang masuk ke kas

daerah, juga sudah jelas. “Jaminannya saya,” tegas Sutarno. DP2KAD tidak

mengelola retribusi, tapi hanya pajak. Sedangkan pajak yang ditarik dari para

PKL yang berdagang di sekitar alun-alun Karanganyar, yakni berupa pajak

restoran(dalam Harian Solopos).

Pelanggaran administratif itupun diperparah dengan tidak adanya tindakan

tegas dari pihak pengelola untuk mengatasi masalah perilaku yang dilakukan

oleh pedagang “liar” di kawasan Pasar Tani Jumat Pagi. Bahkan retribusi yang

dibebankan oleh pedagang “liar” di sebelah utara Pasar Tani Jumat Pagi dan

di sekitar Kantor Dinas Pemda Karanganyar ternyata tidak masuk ke kas

pengelola karena sejak peresmian pertengahan tahun 2012 lalu belum ada

pemasukan yang diterima oleh Dinas Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan

Karanganyar.

Perilaku Pedagang “liar” di Kawasan Pasar Tani Jumat Pagi yang Melanggar

Aturan Ketertiban Umum

Masalah kebersihan, penataan, ketertiban umum dan ketentraman

merupakan permasalahan yang seringkali dijadikan parameter keberhasilan

sebuah kota ataupun daerah, terlebih lagi semenjak dibukanya pintu otonomi

daerah. Masalah ketertiban umum tersebut erat hubungannya dengan

perilaku manusia, dimana perilaku manusia itu bisa mencerminkan kota itu

sendiri. Misalnya saja di Jakarta yang notabennya adalah kota yang besar

justru dihuni oleh sebagian masyarakat yang berperilaku tidak bersih atau

berperilaku “liar”.

Ketertiban umum juga menyangkut masalah fasilitas umum yang digunakan

oleh masyarakat dalam menjalankan aktivitasnya. Misalnya ketertiban umum

di jalan raya, ketertiban umum di pasar dan ketertiban umum di kantor yang

seharusnya ditaati oleh masyarakat. Pasar Tani Jumat Pagi sebagai salah satu

Page 13: Publikasi Online Yuni Susilowati · PDF fileberbagai persaingan usaha, baik itu secara resmi maupun secara tidak resmi. Ini dianggap sebagai peluang sekaligus tantangan bagi pelaku

http://sosiologi.fisip.uns.ac.id | 13

fasilitas umum di bidang ekonomi, tidak luput dari adanya berbagai perilaku

yang dilakukan oleh orang-orang di dalamnya.

Keberadaan Pasar Tani Jumat Pagi yang ada di kawasan strategis tepat di

tengah pusat Kabupaten Karanganyar membawa pengaruh terhadap

keberadaan perilaku pedagang-pedagang “liar” yang ada. Pasar Tani Jumat

Pagi yang berada di ruang publik menjadi salah satu magnet tersendiri bagi

sebagian orang. Hal itu ditandai dengan semakin banyaknya perilaku

pedagang “liar” yang bertambah dengan membawa komoditas barang

dagangannya masing-masing serta berbagai sarana dan prasarana yang telah

ia persiapkan sebelumnya.

Sebagian perilaku pedagang “liar” berjualan di kawasan Pasar Tani Jumat

Pagi Karanganyar karena adanya peniruan yang dilakukan oleh pedagang

lain yang berdagang di kawasan Pasar Tani Jumat Pagi. Perilaku pedagang

“liar” tersebut awalnya meniru perilaku pedagang “liar” lain yang berdagang

di sektor barat, namun justru pedagang di sektor barat tersebut telah

dijadikan sebagai anggota resmi Paguyuban Pasar Tani Jumat Pagi, sehingga

keinginan dan hal yang sama dilakukan oleh pedagang “liar” agar bisa

diperlakukan sama

Jika dilihat dari jumlah pasar yang ada di Kabupaten Karanganyar, maka

hanya terdapat 56 buah pasar tradisional yang berdiri, sedangkan jumlah

pedagang yang ada berkisar 13.557 orang atau sekitar 1,85%(dalam

www.karanganyar.go.id). Maka keberadaan dari Pasar Tani Jumat Pagi

dianggap sebagai angin segar bagi pedagang yang berasal dari Karanganyar

ataupun pedagang yang ada di luar Karanganyar. Namun jika pedagang yang

ada di Pasar Tani Jumat Pagi melebihi ruang yang ada, maka hal ini akan

menimbulkan kesemrawutan dan ketidaknyamanan bagi orang-orang yang

beraktivitas di sekitarnya. Perilaku pedagang “liar” yang ada pun diperparah

dengan perilakunya yang sering melakukan mobilitas dengan sarana dan

prasarana yang digunakannya seperti gerobak sepeda, mobil, beronjong

Page 14: Publikasi Online Yuni Susilowati · PDF fileberbagai persaingan usaha, baik itu secara resmi maupun secara tidak resmi. Ini dianggap sebagai peluang sekaligus tantangan bagi pelaku

http://sosiologi.fisip.uns.ac.id | 14

sepeda dan berjalan kaki, padahal hal itu dianggap mengganggu ketertiban

umum dan memicu kesemrawutan di kawasan Pasar Tani Jumat Pagi.

Perilaku pedagang-pedagang “liar” yang sering berpindah dan menggunakan

fasilitas umum sebagai tempat berdagang disebut oleh pihak dinas sebagai

pedagang kaki lima yang mengganggu ketertiban umum. Hal itu sesuai

dengan Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar Nomor 13 tahun 2006,

yang menyebutkan bahwa pedagang kaki lima adalah, penjual barang dan/

atau jasa yang berusaha dalam kegiatan ekonomi yang menggunakan fasilitas

umum dan bersifat sementara/tidak menetap dengan menggunakan

peralatan bergerak maupun tidak bergerak dengan menggunakan fasilitas

umum berupa jalan dan trotoar jalan (Peraturan Daerah Kabupaten

Karanganyar Nomor 13 Tahun 2006).

Pembahasan

Definisi perilaku menurut Kartini Kartono merupakan suatu cara

bertingkahlaku, diciptakan dan untuk ditiru oleh orang banyak. Suatu

tindakan menjadi bagian dari pola bertindak yang tetap melalui proses

pengulangan (peniruan) yang dilakukan oleh orang dalam waktu yang relatif

lama, sehingga terbentuklah suatu kebiasaan. Selain itu definisi ““liar”’yang

merujuk pada perilaku pedagang “liar” menurut kamus besar bahasa

Indonesia berarti tidak teratur, tidak menurut aturan (hukum), sikap dan

tingkah orang tersebut belum beradab, tidak resmi ditunjuk atau diakui oleh

pihak yang berwenang, tanpa izin resmi dari yang berwenang, tidak memiliki

izin usaha, mendirikan dan membangun bangunan.

Selain itu berdasarkan teori pertukaran perilaku yang dikemukakan oleh

Homans yang memandang bahwa perilaku manusia sebagai pertukaran

aktivitas, ternilai ataupun tidak, dan kurang lebih menguntungkan atau

mahal, bagi sekurang-kurangnya dua orang. Reaksi yang terjadi dalam suatu

pertukaran baik itu bersifat positif, negatif atau normatif diyakini

mempengaruhi perilaku sosial nantinya. Jika reaksi yang muncul atas suatu

tindakan tersebut berupa ganjaran, maka tindakan-tindakan yang sama akan

Page 15: Publikasi Online Yuni Susilowati · PDF fileberbagai persaingan usaha, baik itu secara resmi maupun secara tidak resmi. Ini dianggap sebagai peluang sekaligus tantangan bagi pelaku

http://sosiologi.fisip.uns.ac.id | 15

dilakukan lagi pada situasi yang sama. Sebaliknya, jika reaksi yang muncul

atas suatu tindakan sosial berupa hukuman maka lebih kecil kemungkinan

bagi seorang aktor untuk melakukan tindakan yang serupa di masa

mendatang.

Perilaku yang seharusnya

Pasar Tani Jumat Pagi adalah sebuah pasar keget yang hanya menyediakan

kebutuhan yang berasal dari hasil bumi seperti beras, gula, jagung dan buah-

buahan. Namun lambat laun muncul pedagang-pedagang baru dengan

komoditas selain barang hasil bumi yaitu berupa barang sandang dan

makanan. Karena pedagang sandang tersebut (yang notabennya merupakan

pedagang “liar”) tidak ditindak oleh petugas, maka muncul lagi pedagang-

pedagang baru yang nekat berjualan secara “liar”. Untuk mengatasi masalah

perilaku pedagang “liar” yang berjualan di kawasan Pasar Tani Jumat Pagi,

maka pihak pengelola pun akhirnya merekrut pedagang “liar” yang ada

dengan sistem tendanisasi. Namun setelah peresmian pada pertengahan

tahun 2012, pihak pengelola tidak lagi mau merekrut pedagang yang

berperilaku “liar” yang ada karena adanya instruksi langsung dari Bupati

Karanganyar, Rina Iriani untuk membatasi jumlah pedagang agar bisa

diawasi secara maksimal.

Perilaku pedagang “liar” yang ada di kawasan Pasar Tani Jumat Pagi dianggap

bertentangan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar nomor 13

tahun 2006 tentang pedagang kaki lima dan Peraturan Daerah Kabupaten

Karanganyar nomor 10 tahun 2006 tentang retribusi pasar serta peraturan

khusus yang berlaku selama Pasar Tani Jumat Pagi berlangsung yaitu berupa

persyaratan pedagang yang berjualan di kawasan Pasar Tani Jumat Pagi

Karanganyar.

Pasalnya perilaku pedagang “liar” yang berjualan di kawasan Pasar Tani

Jumat Pagi tidak memenuhi persyaratan administratif karena tidak memiliki

perijinan yang jelas dari dinas terkait (Paguyuban Pasar Tani Jumat Pagi dan

Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan) serta tidak memiliki tenda

Page 16: Publikasi Online Yuni Susilowati · PDF fileberbagai persaingan usaha, baik itu secara resmi maupun secara tidak resmi. Ini dianggap sebagai peluang sekaligus tantangan bagi pelaku

http://sosiologi.fisip.uns.ac.id | 16

resmi dari Paguyuban Pasar Tani Jumat Pagi Karanganyar (Papatajumpa)

serta tidak adanya kejelasan retribusi.

Apalagi sesuai dengan peraturan daerah Kabupaten Karanganyar yang

menyangkut tentang pedagang dan menyangkut tentang ketertiban umum,

pedagang seharusnya berjualan di lokasi yang sudah disediakan oleh pihak

berwenang agar bisa berjualan secara aman, nyaman dan teratur sehingga

akan terwujud keindahan dan keteraturan di kawasan pasar. Untuk itu

pedagang perlu menghindari lokasi yang seharusnya tidak boleh digunakan

untuk berdagang seperti trotoar jalan, taman serta fasilitas publik lainnya

sehingga tidak mengganggu kenyamanan umum karena itu akan dianggap

melanggar aturan.

Pemerintah Kabupaten Karanganyar pun seharusnya membuat langkah

antisipatif untuk mengatasi semakin bertambahnya pedagang “liar” yang

berjualan di kawasan Pasar Tani Jumat Pagi agar tidak merambah lebih luas

lagi karena itu akan merusak pemandangan kota. Perilaku yang dilakukan

oleh dagang “liar” yang ada seharusnya ditindak agar tidak terjadi masalah

dikemudian hari seperti semakin bertambahnya jumlah pedagang yang

menyebabkan kerusakan fasilitas umum, pencemaran lingkungan yang

disebabkan oleh perilaku pedagang “liar” yang berjualan sesuka hati.

Berdasarkan pandangan Homans tentang teori pertukaran, maka dalam

masalah perilaku pedagang “liar” di kawasan Pasar Tani Jumat Pagi ini

perilaku pedagang “liar” terjadi karena adanya ganjaran atau hukuman yang

di dapatkan oleh pedagang atas perilakunya yang berdagang secara “liar” di

kawasan yang seharusnya bersih dari pedagang “liar”. Perilaku yang

dilakukan oleh pedagang “liar” terjadi karena ganjaran yang diterima oleh

pedagang “liar” tersebut dianggap menguntungkan atau positif sehingga ia

akan melakukan tindakan yang sama di kemudian hari.

Pertama, perilaku pedagang “liar” yang ada di kawasan Pasar Tani Jumat Pagi

telah melanggar peraturan administratif berupa peraturan tentang

persyaratan berdagang di kawasan Pasar Tani Jumat Pagi yang dibuat oleh

Page 17: Publikasi Online Yuni Susilowati · PDF fileberbagai persaingan usaha, baik itu secara resmi maupun secara tidak resmi. Ini dianggap sebagai peluang sekaligus tantangan bagi pelaku

http://sosiologi.fisip.uns.ac.id | 17

Paguyuban Pasar Tani Jumat Pagi dan Undang-undang nomor 10 tahun

2006 tentang retribusi. Berdasarkan peraturan ini setiap pedagang yang

berdagang di Pasar Tani Jumat Pagi wajib mengikuti persyaratan tersebut,

seperti adanya kelengkapan surat ijin berdagang dari Paguyuban Pasar Tani

Jumat Pagi yang diwujudkan dalam bentuk pernyataan, kartu tanda anggota

dan adanya tenda. Untuk mendapatkan semuanya itu dibutuhkan biaya yang

cukup besar, untuk tenda saja setiap pedagang dikenakan Rp 2.500.000,00

per tenda. Selain itu pedagang juga dikenakan retribusi berupa retribusi

kebersihan(Rp 1.000,00), retribusi bongkar-pasang tenda(Rp 5.000,00) dan

biaya lainnya (Rp 30.000,00). Dengan berperilaku dagang secara “liar” maka

biaya-biaya tersebut tidak dikenakan oleh pedagang “liar” sehingga

pendapatan(ganjaran) yang diterima pun juga akan besar pula tanpa harus

bersusah payah mengeluarkan biaya untuk berdagang.

Kedua, perilaku pedagang “liar” yang ada di kawasan Pasar Tani Jumat Pagi

juga telah melanggar aturan tentang ketertiban umum yaitu peraturan

Daerah Kabupaten Karanganyar nomor 13 tahun 2006 karena perilaku

pedagang “liar” tersebut telah menggunakan fasilitas umum sebagai tempat

berjualan. Fasilitas umum yang dimaksud berupa trotoar, taman Monumen

Kasih Ibu, alun-alun Karanganyar, Halaman Kantor Dinas Pemerintah Daerah

Kabupaten Karanganyar dan di jalanan sekitar Pasar Tani Jumat Pagi. Area

yang diperbolehkan berjualan oleh Pemerintah Kabupaten Karanganyar yang

dikhususkan untuk pasar kaget Pasar Tani Jumat Pagi hanyalah di sepanjang

jalur lambat pejalan kaki dan pesepeda angin di Jalan Lawu depan Kompleks

Perkantoran Dinas Kabupaten Karanganyar yang berjajar memanjang dari

Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Karanganyar sampai dengan Kantor

Pemilihan Umum Kabupaten Karanganyar. Bagi pedagang yang tidak

memenuhi kriteria tersebut maka dianggap sebagai pedagang yang

berperilaku “liar”.

Berdasarkan perilaku yang dilakukan oleh pedagang “liar” yang telah

melakukan pelanggaran terhadap aturan administratif maupun aturan

Page 18: Publikasi Online Yuni Susilowati · PDF fileberbagai persaingan usaha, baik itu secara resmi maupun secara tidak resmi. Ini dianggap sebagai peluang sekaligus tantangan bagi pelaku

http://sosiologi.fisip.uns.ac.id | 18

tentang ketertiban umum, seharusnya pihak pengelola yaitu Dinas Pertanian,

Perkebunan dan Kehutanan melakukan tindakan pencegahan agar perilaku

yang dilakukan oleh pedagang “liar” itu tidak semakin meluas. Tindakan

pencegahan itu bisa dilakukan dengan cara menghukum perilaku yang

dilakukan oleh pedagang “liar”, karena berdasarkan menurut Homans

hukuman akan membuat seseorang jera dan jarang atau tidak akan pernah

melakukan tindakan yang sama karena perilaku yang dilakukan

mendapatkan ganjaran negatif berupa hukuman.

Perilaku yang senyatanya

Perilaku pedagang “liar” yang ada di kawasan Pasar Tani Jumat Pagi, ada atas

dasar pembiaran dari pihak berwenang. Karena pada awalnya perilaku yang

dilakukan oleh pedagang “liar” yang ada hanya berjumlah satu orang,

kemudian bertambah lagi satu orang hingga akhirnya pada tahun 2013 ini

telah mencapai lebih dari 25 pelaku perilaku pedagang “liar” yang berjualan

di kawasan Pasar Tani Jumat Pagi. Namun karena tidak mendapatkan

teguran atau larangan, perilaku pedagang “liar” yang ada justru semakin

bertambah sehingga mengganggu kenyamanan umum.

Berdasarkan teori pertukaran Homans, maka perilaku pedagang “liar”

tersebut melakukan tindakan berdagang karena dianggap menguntungkan

apalagi ganjaran yang berupa hukuman tidak ia dapatkan - sehingga perilaku

tersebut dilakukan terus menerus hingga akhirnya menjadi sebuah kebiasaan

berperilaku berdagang “liar” di Kawasan Pasar Tani Jumat Pagi( dalam

Kartini Kartono).

Padahal perilaku pedagang “liar” yang berjualan di kawasan pasar tersebut

dianggap melanggar aturan yang berlaku di kawasan Pasar Tani Jumat Pagi

yang merupakan kawasan terbuka atau ruang publik, sehingga yang

berjualan di kawasan Pasar Tani Jumat Pagi seharusnya adalah hanya

pedagang yang resmi saja yang berjualan di Pasar tersebut yang telah

mendapatkan ijin dari dinas terkait (Dinas Pertanian, Perkebunan dan

Kehutanan). Selain itu perilaku pedagang “liar” yang ada tidak sesuai dengan

Page 19: Publikasi Online Yuni Susilowati · PDF fileberbagai persaingan usaha, baik itu secara resmi maupun secara tidak resmi. Ini dianggap sebagai peluang sekaligus tantangan bagi pelaku

http://sosiologi.fisip.uns.ac.id | 19

Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar nomor 13 tahun 2006 tentang

pedagang kaki lima(aturan ketertiban umum) dan Peraturan Daerah

Kabupaten Karanganyar nomor 10 tahun 2006 tentang retribusi pasar serta

aturan khusus yang berlaku di Pasar Tani Jumat Pagi (aturan administratif)

namun selama ini perilaku pedagang “liar” yang ada masih saja dibiarkan

oleh pihak terkait.

Pertama, dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan yang menganggap

bahwa perilaku pedagang “liar” yang ada di Kawasan Pasar Tani Jumat Pagi

bukan anggota Paguyuban sehingga pihaknya tidak bertanggungjawab atas

perilaku yang dilakukan oleh pedagang “liar” yang ada, karena pihaknya

sudah membatasi jumlah pedagang dan membatasi lokasi pedagang yang

berjualan sesuai dengan jangkauan kewenangannya walaupun anime

masyarakat untuk berdagang sangatlah tinggi. Kedua, Dinas Perdagangan,

Perindustrian dan UMKM Karanganyar menganggap bahwa Pasar Tani Jumat

Pagi adalah kewenangan dari Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan,

maka pihaknya tidak bisa berbuat banyak apalagi tanpa adanya bangunan

sebagai tempat berjualan sehingga ia tidak bisa melarang perilaku para

pedagang “liar” yang berjualan di Kawasan Pasar Tani Jumat Pagi dan

pihaknya tidak bisa menarik retribusi kepada perilaku yang dilakukan oleh

pedagang “liar” yang ada.

Berdasarkan teori pertukaran Homans, suatu perilaku seseorang didasarkan

atas interaksi dan susunan hadiah – biaya - dan hasil. Hadiah - hadiah yang

berasal dari interaksi-interaksi akan mendorong timbulnya kebutuhan,

sementara biaya akan menimbulkan kekhawatiran, frustasi, kesusahan atau

kelelahan(Miftah Thoha, 2004). Dalam hal ini retribusi yang dikenakan

kepada pedagang “liar” merupakan biaya sedangkan yang dimaksud dengan

hadiah adalah kegiatan berdagang secara “liar” yang disebabkan oleh tidak

adanya ijin berdagang dan pembatasan jumlah pedagang yang boleh

berdagang resmi di Pasar Tani Jumat Pagi.

Page 20: Publikasi Online Yuni Susilowati · PDF fileberbagai persaingan usaha, baik itu secara resmi maupun secara tidak resmi. Ini dianggap sebagai peluang sekaligus tantangan bagi pelaku

http://sosiologi.fisip.uns.ac.id | 20

Pertukaran perilaku yang dilakukan oleh pedagang “liar” yang ada di

kawasan Pasar Tani Jumat Pagi dengan pemerintah Kabupaten Karanganyar

lewat dinas Pertanian ternyata tidak seimbang karena pedagang “liar”

berjualan di kawasan yang menjadi kewenangan dari Dinas Pertanian,

namun pedagang tersebut tidak melakukan perijinan dan berdagang sesuka

hati dengan menggunakan gerobak, gerobak sepeda, sepeda motor, trotoar

jalan, area perkantoran dan bahkan mobil. Cara berdagang yang dilakukan

pun juga berpindah-pindah maka ini dianggap mengganggu ketertiban umum

karena tindakan yang dilakukan berada di dalam kawasan Pasar Tani Jumat

Pagi.

Berdasarkan teori pertukaran perilaku yang dilakukan oleh pedagang “liar”

di kawasan Pasar Tani Jumat Pagi, maka perilaku yang dilakukan oleh

pedagang “liar” tersebut lebih banyak menghasilkan ganjaran baik itu berupa

pendapatan atau rasa senang daripada hukuman karena pada kenyataannya

hukuman yang seharusnya dikenakan kepada pelaku perilaku dagang “liar”

tersebut tidak dikenakan oleh pihak pengelola atau instansi terkait baik itu

Paguyuban Pasar Tani Jumat Pagi; Dinas Pertanian, Perkebunan dan

Kehutanan; Dinas Perdagangan, Perindustrian dan UMKM maupun Satuan

Polisi Pamong Praja, sehingga perilaku tersebut dilakukan terus menerus

oleh pedagang “liar” yang ada di kawasan Pasar Tani Jumat Pagi.

Bagi pemerintah khususnya Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan,

perilaku yang dilakukan oleh pedagang “liar” itu dianggap meresahkan.

Berdasarkan masalah ini maka Homans menganggap bahwa perilaku

pedagang “liar” itu dianggap sebagai perilaku yang negatif karena telah

melanggar aturan yang berlaku di Kabupaten Karanganyar khususnya di

Pasar Tani Jumat Pagi, namun pihaknya tidak bisa berbuat banyak untuk

mengatasi masalah perilaku pedagang “liar” di kawasan Pasar Tani Jumat

Pagi karena keterbatasan jangkauan kewenangan. Disisi lain pedagang “liar”

menganggap perilakunya merupakan hal yang positif karena mampu

membawa keuntungan baginya baik itu berupa materi atau non materi,

Page 21: Publikasi Online Yuni Susilowati · PDF fileberbagai persaingan usaha, baik itu secara resmi maupun secara tidak resmi. Ini dianggap sebagai peluang sekaligus tantangan bagi pelaku

http://sosiologi.fisip.uns.ac.id | 21

namun karena sebagian perilaku yang dilakukan oleh pedagang “liar” itu

dikenakan retribusi maka hal ini bisa menjadikan kekhawatiran baginya,

pasalnya suatu perilaku seseorang didasarkan atas interaksi dan susunan

hadiah – biaya - dan hasil. Hadiah - hadiah yang berasal dari interaksi-

interaksi akan mendorong timbulnya kebutuhan, sementara biaya akan

menimbulkan kekhawatiran, frustasi, kesusahan atau kelelahan(Miftah

Thoha, 2004:33).

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tersebut maka bisa diketahui

bahwa pemerintah merasa dirugikan atas keberadaan perilaku pedagang

“liar” yang ada di kawasan Pasar Tani Jumat Pagi karena telah melakukan

pelanggaran berupa pelanggaran administratif (peraturan tentang

persyaratan berdagang di kawasan Pasar Tani Jumat Pagi yang dibuat oleh

Paguyuban Pasar Tani Jumat Pagi dan Undang-undang Nomor 10 tahun

2006 tentang retribusi). Selain itu perilaku pedagang “liar” juga telah

melakukan pelanggaran terhadap aturan tentang ketertiban

umum(Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar nomor 13 tahun 2006)

yang berlaku di Kabupaten Karanganyar. Sedangkan pedagang yang

berperilaku “liar” merasa diuntungkan karena perilaku yang ia lakukan tidak

mendapatkan hukuman atau teguran dari pihak terkait, bahkan perilaku

berdagangnya secara “liar” tidak dikenakan biaya, kalaupun dikenakan biaya

hanya sedikit saja sehingga ganjaran yang diterima pun juga akan semakin

besar tanpa harus dipotong biaya sewa tempat atau yang lainnya karena

Pasar Tani Jumat Pagi setiap jum’atnya selalu ramai pengunjung.

Daftar Pustaka

Abimanyu, Anggito, dkk. 1997. Pembangunan Ekonomi dan Pemberdayaan Rakyat. Yogyakarta : PAU-SE UGM bersama BPFE-Yogyakarta

Achsan, Ali Mustafa. 2008. Transformasi Sosial Masyarakat Marjinal: Mengukuhkan Eksistensi Pedagang Kaki Lima dalam Pusaran Modernitas. Jawa Timur : INSPIRE

Geertz, Clifford. 1989. Penjaja dan Raja. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia Damsar. 1997. Sosiologi Ekonomi. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Page 22: Publikasi Online Yuni Susilowati · PDF fileberbagai persaingan usaha, baik itu secara resmi maupun secara tidak resmi. Ini dianggap sebagai peluang sekaligus tantangan bagi pelaku

http://sosiologi.fisip.uns.ac.id | 22

Dwi, J Narwoko dan Bagong Suyanto (ed). 2006. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta : Kencana Pradana Media Group

Sanapiah, Faisal. 2005. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Hardhika, Putra Wicak. 2010. Keberadaan dan Perkembangan Pasar Kaget Rajawali Jakarta. Semarang : Universitas Diponegoro

HR MARS InternationalJournal of Academic Research in Business and Social Sciences Vol. 2, No. 6 ISSN: 2222-6990 diterbitkan pada bulan Juni 2012

J, Lexy. Moleong. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya

Ivan Hadar dalam Jurnal Sosial Demokrasi. Mencari Format Pengelolaan Utang untuk Pembangunan Berkelanjutan. Vol. 7 No. 2 September-Desember 2009

Jurnal Ilmu Sosial Alternatif Vol. IX, No. 1,. Mengatasi Kesenjangan Desa Kota dalam rangka Mencegah Urbanisasi. Yogyakarta : Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa terbit bulan Mei 2008

K, Norman Denzin dan Yvonna S Lincoln. 2009. Handbook of Qualitative Research. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

M, M Poloma. 1992. Sosiologi Kontemporer. Jakarta : Rajawali Pers Manning, Chris dan Tadjuddin Noer Effendi. 1996. Urbanisasi, Pengangguran

dan Sektor Informal di Kota. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia Mimbar-opini.com. Pasar Tumpah, Sebuah Ancaman. Diposting pada hari

jum’at 15 Februari 2008 dan diakses pada tanggal 7 Maret 2012 P, Stiphen Robbins dan Timothy A Judge. 2007. Perilaku Organisasi. Jakarta :

Salemba Empat Ritzer, George. 1985. SosiologiIlmu Pengetahuan Berparadigma Ganda.

Jakarta : CV Rajawali S, Cyril Belshaw. 1981. Tukar-Menukar Tradisional dan Pasar Modern. Jakarta

: Gramedia Safi’I, M. 2007. Strategi dan Kebijakan Pembangunan Ekonomi Daerah

Perspektif Teoritik. Yogyakarta : Averroes Press Salim, Agus. 2001. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta : PT.

Tiara Wacana Salim, Agus. 2008. Pengantar Sosiologi Mikro. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Slamet, Y. 2006. Metode Penelitian Sosial. Surakarta : Sebelas Maret

University Press