ptyriasis rosea

download ptyriasis rosea

of 6

Transcript of ptyriasis rosea

  • 7/24/2019 ptyriasis rosea

    1/6

    Sebuah Uji Acak Terkontrol Buta Ganda, Menggunakan Placebo Sebagai Pembanding

    untuk Menilai Khasiat Acyclovir ral dalam Pengobatan Pityriasis !osea

    "atar Belakang#

    Pityriasis rosea adalah penyakit kulit akut yang dapat sembuh sendiri dimana etiologinya tidak

    diketahui. Baru-baru ini virus herpes manusia 6 dan 7 diduga menjadi penyebab pitiriasis rosea.

    Tujuan#

    Untuk menilai khasiat asiklovir, obat anti-virus, dalam pengobatan pitiriasis rosea.

    Bahan dan Metode#

    Sebuah uji acak terkontrol buta ganda menggunakan placebo sebagai pembanding untuk menilai

    khasiat asiklovir oral dalam pengobatan pityriasis rosea yang dilakukan pada 7 pasien. !igapuluh delapan pasien yang dipilih secara acak diberi acyclovir oral. !iga puluh lima pasien

    diberi resep placebo. Para pasien serta kepala penyelidik tidak menyadari kelompok terapi untuk

    tiap-tiap pasien "asiklovir atau plasebo#. Pasien pada kedua kelompok dievaluasi secara klinis

    pada hari ke-7 dan ke-$% setelah kunjungan pertama dan data dianalisis.

    $asil#

    &da 6' data pasien hasil (ollo)-up yang tersedia dan kemudian dilakukan analisis statistik.

    *,+ dan 6,66+ dari pasien kelompok asiklovir menunjukkan resolusi lengkap pada hari ke-

    7 dan hari ke-$% setelah kunjungan pertama dibandingkan dengan $'+ dan ,+ pada pasienkelompok plasebo. !emuan ini signi(ikan secara statistik.

    Kesim%ulan#

    asil penelitian menunjukkan bah)a asiklovir dosis tinggi e(ekti( dalam pengobatan pitiriasis

    rosea.

  • 7/24/2019 ptyriasis rosea

    2/6

    Pendahuluan

    Pityriasis rosea adalah penyakit kulit yang muncul sebagai ruam papulo-skuamosa dan dapat

    sembuh sendiri tanpa pengobatan dengan etiologi yang tidak diketahui. ejadiannya ada dimana-

    mana. Pada penelitian yang berbeda kejadian pitiriasis rosea tercatat antara ',/-%,' per $''

    pasien kulit 0$,12. 3eskipun dapat sembuh sendiri dengan )aktu penyembuhan yang berkisar -6minggu, perjalanan klinis pada beberapa pasien dapat memanjang selama beberapa bulan dan

    dapat terjadi kekambuhan. &danya lesi kulit yang muncul menyebabkan kecemasan di antara

    pasien dengan pityriasis rosea dan ada dampak psikologis yang signi(ikan pada orang tua dari

    anak-anak yang menderita penyakit tersebut 02. iperpigmentasi pasca in(lamasi juga dapat

    mengakibatkan masalah kosmetik yang signi(ikan pada pasien muda. 4ata terbaru menunjukkan

    kemungkinan pitiriasis rosea dapat menimbulkan risiko aborsi spontan pada )anita hamil 0%2.

    Sehingga pengobatan yang e(ekti( untuk kelainan ini menjadi penting.

    5tiologi yang pasti dari pityriasis rosea tidak diketahui. !erjadinya berdasarkan musim,

    pengelompokan kasus dan adanya gejala prodromal sesekali menunjukkan kemungkinan agenin(eksius yang terlibat dalam patogenesisnya 0*-72. 3enggunakan pakaian baru atau pakaian

    yang telah lama berada dalam penyimpanan diusulkan sebagai (aktor pencetus pitiriasis rosea,

    mengindikasikan adanya agen in(eksi yang menular 02. esempatan untuk mengobservasi

    peningkatan lesi kulit pitiriasis rosea pada dua pasien yang diberi eritromisin untuk in(eksi

    saluran pernapasan atas, juga menegaskan hipotesis ini 0/2. Sudah ditetapkan bah)a obat-obatan

    seperti allopurinol, arsenik, bismuth, barbiturat, emas, hydrochlorothiaide, mercurials organik,

    nimesulide, d-penicillamine, clonidine, isotretinoin dan ketoti(en dapat menyebabkan erupsi

    menyerupai pitiriasis rosea 0$'-$12. &mpisilin dan kortikosteroid sistemik telah diketahui dapat

    memperburuk P 0$$2. asus pityriasis rosea yang jarang dengan U menyerupai ruam juga

    dilaporkan setelah pemberian kaptopril, metronidaole dan omepraole 0$-$*2.

    Baru-baru ini 48& dari virus herpes manusia 6 dan 7 "9-6 dan 9-7# diisolasi dari kulit

    lesi dan non-lesi, sel mononuclear dari darah peri(er, serum dan sampel air liur pasien dengan

    pityriasis rosea 0$62. 3engingat kemungkinan keterlibatan 9-6 dalam patogenesisnya, obat

    anti-viral mungkin berguna dalam pengobatan pitiriasis rosea. Beberapa uji coba asiklovir pada

    pityriasis rosea menunjukkan menghilangnya lesi secara lebih cepat dan memperpendek durasi

    penyakit 0$7-$/2 Berdasarkan hipotesis etiologi in(eksi dari pitiriasis rosea, serta beberapa

    bukti-bukti tidak langsung ini, percobaan mengenai khasiat asiklovir dalam gangguan ini

    dilakukan.

    Tujuan

    Untuk menentukan khasiat asiklovir, obat anti-viral, dalam pengobatan pitiriasis rosea.

  • 7/24/2019 ptyriasis rosea

    3/6

    Bahan dan metode

    Sebuah uji coba acak terkontrol buta ganda dilakukan untuk menentukan kemanjuran asiklovir,

    obat anti-viral, dalam pengobatan pitiriasis rosea. !ujuh puluh tiga pasien yang menderita

    pitiriasis rosea direkrut dari bagian ra)at jalan dari departemen dermatologi pada rumah sakit

    pera)atan kesehatan tersier di :ndia Selatan selama periode 8ovember 1''6 hingga 3ei 1''.riteria inklusi; kasus klinis yang didiagnosis sebagai pitiriasis rosea, terlepas dari usia dan jenis

    kelamin dilibatkan dalam penelitian tersebut. riteria eksklusi; Pasien yang telah diberi beberapa

    terapi sistemik untuk pitiriasis rosea "misalnya kortikosteroid, eritromisin# sebelum dilakukan

    pemeriksaan di rumah sakit dan orang-orang dengan penyakit sistemik termasuk gangguan ginjal

    dikeluarkan. :n(ormed consent diambil dari semua pasien dan orang tua dari anak-anak. :in dari

    kelembagaan komite etika, sesuai dengan revisi 4eclarartion elsinki.

    Prosedur; i)ayat rinci penyakit mengenai onset, evolusi , durasi, gejala sistemik, kekambuhan,

    ri)ayat kontak dan (aktor yang terkait seperti status sosial ekonomi, ri)ayat pengobatan,

    penggunaan pakaian baru, bersama dengan data epidemiologi lainnya tercatat untukperbandingan dengan data yang telah diterbitkan. emogram lengkap dan urine untuk analisis

    dilakukan pada semua pasien. biopsi kulit untuk pemeriksaan histopatologi dari herald patch atau

    ruam sekunder dilakukan dengan persetujuan pasien. !es laboratorium penyakit kelamin "94 digunakan sebagai placebo dalam percobaan ini. al ini penting untuk

    pembentukan hidroksiprolin, konstituen terpisah dari kolagen. ?adi, diperlukan untuk

    pertumbuhan serat kolagen pada dermis, jaringan subkutan, tulang ra)an, tulang, gigi dan

    dinding pembuluh darah 01'2. 4alam pityriasis rosea, sebagian besar perubahan histopatologi

    terlihat pada epidermis. @leh karena itu pemberian vitamin-> sebagai plasebo tidak mungkin

    mempengaruhi tingkat resolusi lesi kulit pitiriasis rosea. Para pasien mengetahui pembagian

    kelompok terapi mereka "asiklovir atau plasebo#. epala penyidik dan dokter kulit yang

    ditugaskan untuk memberikan pengobatan juga menyadari obat yang diresepkan untuk pasien.

    Pengobatan simtomatik dan antihistamin diberikan bila diperlukan. Pasien pada kedua kelompok

    dievaluasi secara klinis setelah 7 dan $% hari.

  • 7/24/2019 ptyriasis rosea

    4/6

    A egresi sempurna jika eritema berkurang atau menghilang pada semua lesi dan meninggalkan

    deskuamasi atau pigmentasi.

    A egresi partial jika eritema menghilang pada C *'+ dari lesi.

    A !idak ada perubahan jika penurunan eritema tercatat D*'+ dari lesi.

  • 7/24/2019 ptyriasis rosea

    5/6

    dan 9-7 ditemukan pada lesi "6+ dan /+# dan kulit non-lesi "7/+ dan 6+#, air liur "'+

    dan $''+#, sel mononuklear darah peri(er "+ di kasus kedua# dan serum "+ dan $''+# dari

    pasien dengan pityriasis rosea melalui pemeriksaan polymerase chain reaction 0$62. 3ekanisme

    patogenesis mayoritas eManthema karena virus masih belum jelas. !elah diusulkan bah)a virus

    menyerang ruang dermis berasal dari pembuluh darah dan merusak kulit atau epidermis jaringan

    baik secara langsung atau dengan interaksi mereka dengan sistem kekebalan tubuh inang 0112.

    !idak ada bukti in(eksi akti( oleh >ytomegalovirus, virus 5pstein-Barr dan Parvovirus B$/ pada

    P 012.

    &gaknya in(eksi produkti( muncul dari reaktivasi, karena pasien ini kemungkinan besar telah

    terin(eksi dengan kedua virus ini sebelumnya selama masa kanak-kanak. &da juga kemungkinan

    interaksi antara 9-6 dan 9-7. Percobaab secara :n-vitro menunjukkan bah)a 9-7,

    tetapi tidak 9-6, dapat diakti(kan kembali dari sel mononuklear darah yang terin(eksi secara

    laten oleh aktivasi sel-! 01%2. 8amun, 9-6 laten dapat pulih ketika ada co-in(eksi dengan

    9-7, menunjukkan bah)a 9-7 dapat memberikan (ungsi yang memungkinkan reaktivasi

    l9-6 laten01%2. al ini juga menunjukkan bah)a reaktivasi satu virus dapat terjadi dengan

    in(eksi primer yang lain. Paling sering, 9-7 primer muncul untuk memperoleh reaktivasi

    9-6, meskipun hal sebaliknya juga dapat terjadi. ?adi, pityriasis rosea tidak disebabkan oleh

    in(eksi virus herpes langsung pada kulit, tapi mungkin oleh in(iltrasi kulit lim(osit yang terin(eksi

    secara laten selama replikasi virus sistemik 0$$2. 3ikroskop elektron dari kulit lesi juga

    menunjukkan sejumlah besar virion yang menyerupai virus herpes manusia dalam serat kolagen

    dan pembuluh darah dermis bagian atas dan pertengahan 0112.

    Berbagai jenis pengobatan telah dicoba pada pitiriasis rosea. Sharma et al., 0/2 telah melakukan

    uji coba buta ganda terkontrol placebo menggunakan stearat oral eritromisin pada orang de)asa

    "1*' mg N.i.d. O 1 minggu# dan anak-anak "1* sampai %' mg N.i.d.# yang menderita pitiriasis

    rosea. !otal pasien dalam kelompok pengobatan mencapai respon lengkap dalam 1 minggu

    pengobatan dengan eritromisin dibandingkan dengan kelompok placebo yang tidak ada yang

    dapat mencapai respon lengkap0/2. U9B (ototerapi diketahui menurunkan keparahan pityriasis

    rosea dalam studi perbandingan bilateral 01*2. asus ptyriasis rosea vesikular yang berat telah

    berhasil diobati dengan dapson 0162. 3engingat ada kemungkinan etiologinya karena virus, obat

    anti-viral mungkin e(ekti( dalam pitiriasis rosea. Kansiklovir, Ioscarnet, dan sido(ovir akti(

    terhadap 9-6, tapi agen ini memiliki e(ek samping yang serius seperti myelosupresi dan

    ne(rotoksisitas. &siklovir, dosis tinggi, telah terbukti e(ekti( mela)an 9-6 0$72. 9-7

    kurang sensiti( terhadap asiklovir karena tidak memiliki gen kinase timidin, di mana aksiasiklovir tergantung gen tersebut 0172. 8amun asiklovir adalah obat yang mudah didapat dengan

    e(ek samping yang lebih rendah. 4rago et al., 0$72 melakukan uji coba terkontrol plasebo dengan

    dosis tinggi acyclovir oral "'' mg * kali sehari M 7 hari# pada pasien dengan pityriasis rosea.

    Setelah terapi ini, remisi lengkap dan parsial diamati dalam )aktu 1 minggu pada '+ dan 61+

    pasien masing-masing.

  • 7/24/2019 ptyriasis rosea

    6/6

    ke-$% lebih baik pada kelompok asiklovir dibandingkan kelompok kontrol 0$72. Penelitian serupa

    dilakukan oleh assai et al., menunjukkan penurunan eritema %6,%+ dan 7,*+ pada pasien

    yang menerima acyclovir pada akhir minggu pertama dan kedua, meskipun mereka

    menggunakan dosis asiklovir yang lebih rendah "%'' mg lima kali sehari# 0$2. 5hsani et al., 0$/2

    membandingkan khasiat asiklovir dan eritromisin pada pitiriasis rosea. 3ereka memiliki

    metodologi penilaian untuk (ollo)-up sama seperti 4rago et al, 0$72 dan penelitian ini. 8amun

    tidak ada pasien, baik dalam asiklovir atau dalam kelompok eritromisin yang menunjukkan

    respon lengkap pada akhir minggu kedua. 3ereka memperoleh hasil yang signi(ikan secara

    statistik pada akhir minggu kedelapan.

    asil penelitian ini menunjukkan bah)a jumlah pasien yang mengalami regresi lengkap lesi kulit

    secara signi(ikan lebih tinggi pada kelompok asiklovir dibandingkan dengan kelompok plasebo

    pada hari ke-7 dan ke-$% setelah kunjungan pertama. ?umlah yang lebih besar "p D','*# pada

    pasien kelompok plasebo yang gagal untuk menunjukkan perbaikan apapun dibandingkan

    dengan kelompok asiklovir pada hari ke-7 dan $%. espon yang dicapai pada hari ke-7 lebih

    penting, karena dalam perjalanan penyakit, remisi spontan tidak mungkin terjadi pada saat itu.

    Pengamatan ini menunjukkan bah)a pemberian asiklovir mengakibatkan resolusi yang lebih

    cepat dari lesi kulit pada pitiriasis rosea. Perbandingan hasil dengan studi yang dilakukan oleh

    4rago et al., 0$72 dan asai et al., 0$2 dalam kaitannya dengan respon klinis "respon lengkap =

    tidak ada respon# telah disajikan dalam 0!abel = Kambar-62. Penelitian ini menunjukkan

    presentase respon lengkap yang lebih tinggi dibandingkan dengan studi yang dikutip di atas.

    !idak ada perbedaan yang signi(ikan dalam )aktu yang dibutuhkan untuk resolusi lesi kulit pada

    kelompok asiklovir, apakah pengobatan dimulai dalam atau setelah 7 hari dari onset. !emuan ini

    sama dengan temuan 4rago et al., 0$72 dan menyebabkan kesimpulan bah)a respon terhadap

    asiklovir pada pitiriasis rosea adalah terlepas dari durasi penyakit. al ini berbeda dengan in(eksivirus herpes lainnya di mana pemberian a)al agen anti-virus diperlukan untuk mencapai e(ek

    yang menguntungkan. Penelitian ini secara acak dan tersamar ganda, dengan objektivitas yang

    lebih baik dari penelitian oleh 4rago et al., 0$72 yang non-acak dan single-blind.

    Kesim%ulan

    Penelitian ini adalah yang pertama yang menilai khasiat asiklovir pada pityriasis rosea dari :ndia.

    4ari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bah)a dosis tinggi dari asiklovir e(ekti( dalam

    pengobatan pityriasis rosea dan khasiat ini tidak dipengaruhi durasi penyakit.