Ptk_perbaikan Mardiati Repaired)

download Ptk_perbaikan Mardiati Repaired)

of 32

Transcript of Ptk_perbaikan Mardiati Repaired)

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME SISWA SMP SATRIA KENDARI

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

OLEH MARDIATI G2 G1 010 010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPS KONSENTRASI PENDIDIKAN SEJARAH PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HALUOLEO KENDARI 2010/2011

KATA PENGANTAR

Segala puji sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan yang Maha Pengasih yang menguasai dan mengatur semesta alam atas

1

Anugrah

dan

kasih

sayangNya

jualah

sehingga

penulis

dapat

menyelesaikan tugas pembuatan proposal Penelitian Tindakan Kelas. Proposal penelitian ini berjudul : Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Penerapan Model Pembelajaran Konstruktivisme Siswa SMP Satria Kendari Penulisan proposal penelitian ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas mata kuliah seminar pada program pascasarjana Universitas Haluoleo Kendari Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada pihak pihak yang banyak membantu terutama dosen mata kuliah yang telah banyak memberikan masukan demi perbaikan proposal ini. Kami menyadari sepenuhnya bahwa laporan proposal PTK ini masih banyak kekurangan olehnya itu penulis mengharapkan ide dan buah pikiran serta kritikan demi penyempurnaan laporan proposal ini. Akhirnya penulis sangat berbahagia jika laporan ini dapat bermanfaat Semoga Tuhan Memberkati kita semua. Kendari, Penulis HALAMAN PERSETUJUAN 2011

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

2

KONSTRUKTIVISME SISWA SMP SATRIA KENDARI PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) DISUSUN OLEH : MARDIATI G2G1 010 010 DISETUJUI OLEH : KOMISI PEMBIMBING

Pembimbing I

Pembimbing II

`

Prof Dr.H.Anwar, M.Pd NIP.

Prof. Dr. La Ode Turi, M.Pd NIP

Mengetahui : Ketua Program Studi Pendidikan IPS

Dr. H. Mursidin, T, M.Pd NIP. 19631231 199003 1 034

BAB I PENDAHULUAN

3

A. Latar BelakangDewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi melaju dengan pesat cenderung tak terkendali. Bahkan hampir tak mampu terelakan oleh dunia pendidikan. Suatu tantangan yang amat berat untuk dihadapi oleh bangsa Indonesia sebagai Negara yang berkembang, suka atau tidak suka hal ini harus diterima sebagai konsekwensi dari perkembangan dunia global. Untuk mengantisipasi hal tersebut salah satu cara untuk mengimbangi pesatnya perkembangan ilmu pendidikan dan teknologi dengan meningkatkan kualitas pendidikan baik pendidikan secara formal maupun non formal. Hal ini terbukti dengan adanya revisi kurikulum pendidikan yang hampir setiap tahun sesuai dengan tuntutan zaman, dilakukan penataran-penataran guru, menerapkan model atau metode pembelajaran baru serta diadakan penelitian tentang kesulitan dan kendala yang dihadapi siswa dalam belajar. Ilmu pengetahuan yang memegang peranan dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, mengingat peranan ilmu pengetahuan tersebut maka perlu adanya peningkatan mutu pendidikan. Salah satu yang harus diperhatikan dalam peningkatan kemampuan siswa dalam mengenal dan memahami konsepkonsep yang diajarkan serta meningkatkan keterampilan siswa dalam belajar bukan hanya sekedar menghafal konsep atau pengertian tetapi butuh keterampilan untuk menerapkan konsep-konsep atau pengertian tersebut, dimana pengenalan dan pemahaman konsep ini harus sudah dikuasai pada tingkat Sekolah Menengah Pertama. Suatu kenyataan bahwa siswa biasanya dalam belajar hanya semata-mata menghafal apa yang dipelajari tanpa dilandasi dengan pemahaman konsep.

4

Diketahui bahwa konsep yang diajarkan mempunyai keterkaitan yang erat dengan konsep-konsep pada jenjang pendidikan berikutnya. Agar konsep-konsep dapat dipahami dengan baik oleh siswa dan diingat lebih lama pada jenjang pendidikan berikutnya ynag lebih tinggi, maka pemahaman konsep harus sebaik mungkin. Fenomena di atas merupakan gambaran yang juga terjadi di SMP Satria Kendari. Rendahnya prestasi dan sulitnya pemahaman siswa terhadap konsep merupakan suatu masalah dimana penyajian materi hanya berdasarkan pada buku ajar yang dijadikan sebagai resep siap pakai siswanya, sehingga siswa bekerja secara prosedural dan memahami tanpa penalaran, serta guru banyak mendominasi kegiatan pembelajaran dan sedikit sekali melibatkan siswa baik secara fisik maupun secara mental. Hal ini jugalah yang menyebabkan daya tarik siswa untuk belajar sangat berkurang. Dalam proses pembelajaran umumnya guru langsung menuliskan materi

yang akan di ajarkan tanpa memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun sendiri konsep berdasarkan konsep-konsep sebelumnya. Hal ini mengakibatkan siswa mengalami kesulitan untuk memahami dan menyelesaikan soal-soal. Agar masalah tersebut tidak berkelanjutan secara terus menerus perlu solusi dan salah satu alternatif untuk mengatasi hal tersebut, maka melalui diskusi dengan guru kelas dipilih model konstruktivisme. Dalam model konstruktivisme ini diharapkan siswa sendiri yang mengkonstruksi ide-idenya berdasarkan konsepkonsep yang telah dimiliki. Wartono (2004:9) mengungkapkan bahwa dalam model konstruktivisme siswa harus membangun sendiri pengetahuan dalam benaknya untuk menemukan

5

dan menerapkan ide-idenya. Karena siswa mengkonstruksi sendiri ide-idenya maka konsep ini akan diingat lebih lama oleh siswa. Berdasarkan uraian di atas maka dalam penelitian ini akan dilakukan penelitian dengan judul Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Penerapan Model Pembelajaran Konstruktivisme Siswa SMP Satria Kendari.

B. Perumusan MasalahBerdasarkan latar belakang yang dikemukakan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:1. Apakah penerapan model pembelajaran konstruktivisme dapat meningkatkan

hasil belajar IPS siswa SMP Satria Kendari ?2. Model

pembelajaran

konstruktivisme

yang

mana

kah

yang

dapat

meningkatkan hasil belajar IPS siswa SMP Satria Kendari ?3. Bagaimanakah aktifitas guru dan siswa dalam penerapan model pembelajaran

konstruktivisme guna meningkatkan hasil belajar IPS siswa SMP Satria Kendari ?

A. Tujuan Penelitian 1. Untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa SMP Satria Kendari melalui

penerapan model pembelajaran konstruktivisme.2. Untuk mengetahui model pembelajaran konstruktivisme yang mana yang

dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa SMP Satria Kendari.

6

3. Untuk mengetahui aktifitas guru dan siswa dalam penerapan model

pembelajaran konstruktivisme guna meningkatkan hasil belajar IPS siswa SMP Satria Kendari.

A. Manfaat Penelitian1. Bagi guru: Untuk mengembangkan potensi guru dalam pembelajaran dengan

penerapan model pembelajaran konstruktivisme. 2. Bagi siswa: Dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep sehingga siswa pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajarnya. 3. Bagi sekolah: Sebagai bahan masukan dalam rangka perbaikan pembelajaran dan peningkatan mutu.

BAB II KERANGKA TEORITIK DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Kerangka Teoritis1. Proses Belajar Mengajar

7

Belajar merupakan upaya manusia untuk memperoleh pengetahuan secara sadar melalui proses pembelajaran dan pengalaman. Pernyataan ini didukung oleh beberapa pendapat para ahli diantara: Learning is the process of acquiring knowledge or skill through study, experience or teaching. It is a process that depends on experience and leads to longterm changes in behavior potential. (Anonim, 2007). Pendapat menjelaskan bahwa belajar merupakan proses memperoleh pengetahuan atau keterampilan melalui pengamatan atau penelitian, pengalaman dan pengajaran yang mana proses belajar manusia dapat berlangsung berdasarkan pengalaman dan mengantarkan pada perubahan jangka panjang pada potensi tingkah laku. Lebih jauh Gagne (1980:34) menyatakan bahwa belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja. Dalam hal ini, Gagne berkeyakinan, bahwa belajar dipengaruhi oleh faktor dari luar diri dan faktor dalam diri dan keduanya saling berinteraksi. Dalam teori psikologi konsep belajar Gagne ini dinamakan perpaduan antara aliran behaviorisme dan aliran instrumentalisme. Pada permasalahan yang sama, Ngalim Purwanto (1992:84) mengemukakan belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku, yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Mengacu pada pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa penambahan 5 pengetahuan atau kemahiran berdasarkan alat indera dan pengalamannya. Oleh sebab itu apabila setelah belajar peserta didik tidak ada perubahan tingkah laku yang positif dalam arti tidak memiliki kecakapan baru serta wawasan

8

pengetahuannya tidak bertambah maka dapat dikatakan bahwa belajarnya belum berlangsung secara sempurna. Dengan kata lain jika seorang siswa sudah mengikuti suatu proses belajar mengajar kemudian tidak menunjukkan peningkatan pemahaman atas materi yang dipelajarinya maka proses belajar mengajarnya dapat dikatakan gagal. Proses belajar mengajar pada dasarnya adalah interaksi atau hubungan timbal balik antara siswa dengan guru dan antara siswa dengan siswa dalam proses pembelajaran. Interaksi dalam proses belajar mengajar mempunyai arti luas tidak sekedar hubungan antara guru dengan siswa tetapi juga berupa topik melainkan juga nilai dari sikap pada diri siswa yang sedang belajar. Oleh karena itu, kegagalan sebuah proses belajar mengajar dapat dikatakan sebagai kegagalan interaksi antara komponen-komponen belajar tersebut. Adrian (2004:1) menyatakan bahwa kegiatan belajar mengajar melibatkan beberapa komponen, yaitu peserta didik, guru (pendidik), tujuan pembelajaran, isi pelajaran, metode mengajar, media dan evaluasi. Tujuan pembelajaran adalah perubahan prilaku dan tingkah laku yang positif dari peserta didik setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar, seperti: perubahan yang secara psikologis akan tampil dalam tingkah laku (over behaviour) yang dapat diamati melalui alat indera oleh orang lain baik tutur katanya, motorik dan gaya hidupnya. Sejalan dengan pernyataan diatas, Rosmini (2007:1) menyatakan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Dalam pembelajaran, guru berhadapan dengan sejumlah peserta didik dengan berbagai macam latar belakang, sikap, dan potensi, yang kesemuanya itu berpengaruh terhadap kebiasaannya dalam mengikuti pembelajaran di kelas. Dari sejumlah pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh pengetahuan yang umumnya

9

melibatkan guru dan siswa dengan karakter yang beragam yang menuntut guru tersebut untuk mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga siswa selalu termotivasi untuk belajar.

2. Evaluasi Hasil Belajar Dalam sebuah desain rencana pembelajaran (RP) biasanya telah dicantumkan tujuan-tujuan yang akan dicapai setelah proses belajar mengajar berlangsung. Tujuan-tujuan tersebut dituangkan secara lebih khusus dalam butir-butir soal yang biasanya diharapkan dapat diselesaikan dengan baik oleh siswa setelah mengikuti pelajaran. Untuk mengetahui sejauhmana tingkat pengetahuan siswa terhadap materi yang kita sampaikan, guru selalu melakukan evaluasi akhir belajar sete lah proses belajar mengajar berlangsung. Evaluasi merupakan upaya mengukur dan menilai efektifitas suatu program yang telah dijalankan. Pada suatu situs internet (2005) dinyatakan bahwa: Evaluation has several distinguishing characteristics relating to focus, methodology, and function. Evaluation (1) assesses the effectiveness of an ongoing program in achieving its objectives, (2) relies on the standards of project design to distinguish a program's effects from those of other forces, and (3) aims at program improvement through a modification of current operations. (Anonim, 2005). Pendapat ini dimaksudkan bahwa evaluasi dapat dibedakan dalam beberapa karakteristik yang berkaitan dengan fokus metodologi dan fungsi. Evaluasi dapat dimaknai sebagai upaya menilai efektifitas program yang sedang berlangsung dalam memperoleh tujuannya, dapat pula merupakan standar design sebuah proyek untuk membedakan pengaruh suatu program terhadap program yang lainnya dan tujuan pengembangan suatu program melalui modifikasi operasi yang sedang berlangsung.

10

Dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar, maka evaluasi hasil belajar dapat diartikan sebagai upaya menilai efektifitas proses belajar mengajar mengajar. Tingkat efektifitas proses belajar mengajar ini biasanya didefinisikan dalam bentuk angka-angka atau kriteria-kriteria tertentu. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa definisi prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh topik , lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Di Indonesia, alat ukur evaluasi prestasi belajar disebut Tes Hasil Belajar (THB). Kedua tes ini digunakan untuk mengukur taraf keberhasilan sebuah program pengajaran dan untuk mengetahui hingga sejauh mana siswa telah mendayagunakan kemampuan kognitifnya

Hasil belajar merupakan ukuran keberhasilan seseorang dalam memahami materi yang diberikan. Ukuran keberhasilan itu dapat diketahui dari evaluasi yang berbentuk skor untuk kerja seseorang dalam memahami konsep dan bagaimana menggunakan konsep itu dalam bidang ilmu itu sendiri maupun terhadap bidang ilmu lainnya (Paneo:2004:17). Ibrahim dan Syaodih, (2003:86) mengemukakan bahwa proses belajar mengajar akan diperoleh suatu hasil yang disebut hasil pengajaran atau hasil belajar. Agar memperoleh hasil yang optimal, maka proses belajar mengajar harus dilakukan dengan sadar serat terorganisasi dengan baik. Proses belajar mengajar merupakan proses yang bertujuan melihat kemampuan atau perilaku yang diharapkan dimiliki siswa setelah melakukan kegiatan belajar. Untuk dapat mengetahui tercapai tidaknya tujuan pengajaran serta kualitas proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan perlu dilakukan evaluasi atau tes hasil belajar siswa.

11

Hamilton, dkk (2001:1) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan hasil belajar yang ditunjukkan dalam penampilan yang tetap sebagian akibat dari proses belajar yang terjadi melalui program yang menyediakan fakta-fakta, bukti-bukti, keterangan dan sebagainya. Berdasarkan beberapa pengertian hasil belajar di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku, bukti keberhasilan usaha siswa, perubahan-perubahan dalam bidang pengetahuan, keterampilan, nilai, sikap, hasil interaksi secara aktif dan positif dengan lingkungannya, hasil yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan proses belajar. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam penguasaan keseluruhan cakupan materi yang dipelajari siswa tersebut harus dilakukan tes. Tingkat keberhasilan tersebut pada umumnya dapat diketahui melalui evaluasi yaitu dengan memberikan seperangkat instrumen yang berupa tes kepada siswa yang telah belajar sebagai alat keberhasilan perubahan yang terjadi pada siswa setelah mengalami proses pembelajaran. Usaha dan keberhasilan belajar dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut dapat bersumber pada diri siswa, dari luar individu siswa atau lingkungan. Menurut Sukmadinata (2004:162) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi usaha dan keberhasilan belajar yang bersumber dari dalam diri siswa adalah menyangkut aspek jasmaniah dan rohaniah dari siswa tersebut. Aspek jasmaniah mencakup kondisi dan kesehatan jasmaniah dari siswa, tiap orang memiliki kondisi fisik yang berbeda, ada yang tahan belajar selama lima atau enam jam terus menerus tetapi ada juga yang hanya tahan satu atau dua jam saja bahkan ada yang kurang dari satu jam. Aspek rohaniah

12

menyangkut kondisi kesehatan psikis, kemampuan-kemampuan intelektual, sosial, psikomotorik, serta kondisi efektif dan kognitif dari siswa. Menurut Susilo (2004:82) bahwa kondisi intelektual juga dipengaruhi terhadap hasil belajar seorang siswa. Kondisi intelektual ini menyangkut tingkat kecerdasan, bakat-bakat, baik bakat sekolah maupun bakat pekerjaan. Hal lain yang ada pada kondisi dan hasil belajar adalah situasi efektif, selain ketenangan dan ketentraman psikis juga motivasi untuk belajar. Belajar perlu didukung oleh motivasi yang kuat dan konstan. Motivasi yang lemah serta tidak konstan akan menyebabkan kurangnya usaha belajar yang pada akhirnya akan berpengaruh pada hasil belajar. Sukmadinata (2004:163) menyatakan bahwa keberhasilan belajar yang juga sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor diri siswa, baik faktor fisik maupun sosial psikologis yang berada pada lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama dalam pendidikan, memberikan landasan dasar bagi proses belajar pada lingkungan sekolah dan masyarakat. Faktor-faktor fisik dan sosial psikologis yang ada dalam keluarga sangat berpengaruh terhadap perkembangan belajar anak. Lingkungan sekolah juga memegang peranan penting bagi perkembangan belajar siswanya. Lingkungan ini meliputi lingkungan fisik sekolah seperti lingkungan kampus, sarana dan prasarana yang ada, sumber-sumber belajar, media belajar dan lain-lain. Lingkungan sosial seperti lingkungan siswa dan teman-temannya, dengan guru-gurunya serta staf sekolah yang lain. Lingkungan sekolah juga menyangkut lingkungan akademis yaitu suasana dan pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar, berbagai kegiatan

13

kurikuler dan lain-lain. Menurut Sufyarma (2003:71) bahwa sekolah yang kaya dengan aktifitas belajar, memiliki sarana dan prasarana yang memadai, terkelola dengan baik, diliputi suasana akademis yang wajar, akan sangat mendorong semangat belajar siswanya. Lingkungan masyarakat dimana siswa atau individu berada juga berpengaruh terhadap semangat dan aktivitas belajarnya. Lingkungan masyarakat dimana warga memiliki latar belakang pendidikan yang cukup, terhadap lembaga pendidikan dan sumber-sumber belajar di dalamnya akan memberikan pengaruh positif terhadap semangat dan perkembangan belajar generasi mudanya (Sukmadinata:2004:165). Dari beberapa uraian diatas, dapat dikemukakan bahwa proses dan hasil belajar secara garis besar dipengaruhi oleh faktor-faktor internal baik yang bersifat fisik maupun psikis dan faktor-faktor ekstrnal dalam lingkungan keluarganya, sekolah pekerjaan maupun masyarakat luas.

3. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan suatu paham atau teori yang menyatakan bahwa pengetahuan yang dapat dipahami (dikuasai) secara sungguh-sungguh oleh seseorang apabila orang itu secara mengkonstruksi (membangun) pengetahuan dalam pikirannya (Pudjohartono:2003:34). Jika pengetahuan itu tidak secara aktif dikonstruksi oleh orang yang bersangkutan, maka pengetahuan itu tidak dapat dikuasai secara sungguh-sungguh. Hal seperti itu

14

tidak terjadi proses belajar yang sungguh-sungguh dan hasilnya adalah belajar tanpa pengalaman. Lebih lanjut Pudjohartono (2003:35) menyatakan bahwa menurut faham konstruktivisme. Konstruktivisme menganggap pengetahuan yang dimiliki seseorang adalah hasil konstruksi individu yang bersangkutan. Pengetahuan ini tidak dapat dipindahkan maknanya, melainkan siswa itu sendiri yang membangun pengetahuannya. Pemahaman dapat dibangun oleh siswa sendiri berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya (Hudoyo, 2008:32). Menurut Sunarto (2003:9) dalam faham konstruktivisme, kemampuan awal siswa sangat dibutuhkan untuk membangun suatu pengetahuan baru. Kemampuan awal siswa adalah kemampuan yang telah dimiliki siswa sebelum mengikuti pelajaran dan menggambarkan kesiapan siswa dalam menerima pelajaran yang akan disampaikan guru. Penelitian yang dilaksanakan oleh Goldstain dalam Sukamto (2004:9) menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara kemampuan awal siswa dengan hasil belajarnya. Oleh sebab itu, kemampuan awal siswa sangat penting dalam mengkonstruksi suatu konsep-konsep baru. Kemampuan awal siswa dapat digunakan sebagai apersepsi dalam mengajar, yang berfungsi untuk memudahkan memahami ide-ide yang baru dipelajari dengan mengaitkan ide yang telah dimiliki siswa

(Sukarman:2003:14). Kemudian Sardiman (2003:38) mengatakan bahwa model

konstruktivisme, guru memfasilitasi agar proses konstruksi pengetahuan terjadi secara optimal. Agar peran dan tugas tersebut berjalan dengan optimal,

15

diperlukan beberapa kegiatan yang perlu dikerjakan dan beberapa pemikiran yang perlu disadari oleh guru diantaranya : a. Guru perlu banyak berinteraksi dengan siswa untuk lebih mengerti apa yang sudah diketahui dan dipikirkan. b. Tujuan dan apa yang akan dibuat di kelas sebaiknya dibicarakan bersama sehingga siswa terlibat. c. Guru perlu mengerti pengalaman belajar mana yang lebih sesuai dengan kebutuhan siswa. d. Diperlukan keterlibatan siswa yang sedang berjuang dan kepercayaan kepada siswa bahwa mereka dapat belajar. e. Guru harus dapat mempunyai pemikiran yang fleksibel untuk dapat mengerti dan menghargai pemikiran siswa. Suparno (2007:69) menyatakan bahwa prinsip-prinsip konstruktivisme adalah a. Pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif. b. Tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa. c. Mengajar adalah membantu siswa belajar. d. Tekanan dalam proses belajar lebih baik pada proses bukan pada hasil akhir. e. Kurikulum menekankan partisipasi siswa.f. Guru adalah fasiliator.

Dalam (Http://Puslit.Petra.ac.id/journals/interior/.) pembelajaran konstruktivisme adalah :

tujuan

model

16

a. Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa itu sendiri. b. Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan mencari sendiri pertanyaan. c. Membantu siswa untuk mengembangkan konsep secara lengkap. d. Mengembanngkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang sendiri. Selanjutnya (Http://Puslit.Petra.ac.id/journals/interior/.) ciri-ciri

model pembelajaran konstruktivisme yaitu : a. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun ide baru dalam dunia sebenarnya. b. Mengarahkan ide awal siswa sebagai panduan untuk merancang pengajaran. c. Menjadikan pembelajaran secara kooperatif. d. Menerima usaha dan ide-ide siswa. e. Mengarahkan siswa bertanya sesama rekannya dan guru. f. Menjadikan pembelajaran sebagai proses yang penting dari pada hasil belajar. g. Memberikan pemahaman siswa melalui kajian dan eksperimen. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran konstruktivisme :

Orientasi

Pengendalian ide

Rekonstruksi ide

Penggunaan ide dalam banyak situasi

17

Mengevaluasi ide dalam banyak situasi Gambar 1. Langkah-langkah pembelajaran konstruktivisme (Driver dan Oldham dalam Suparno:2007:69)

1.

Orientasi terjadi pada kegiatan pendahuluan. Pada tahap ini guru memperkenalkan topik pembelajaran, menjelaskan indikator pencapaian hasil belajar dan memberi motivasi dan apersepsi serta mempersiapkan siswa.

2.

Penggalian ide. Tahap ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan ide-idenya dengan mendiskusikan topik yang telah diberikan.

3.

Rekonstruksi ide. Tahap ini terjadi pada kegiatan inti dimana guru menata kembali gagasan-gagasan siswa yang tidak cocok dengan konsep yang sebenarnya. Tujuannya yaitu untuk menghindari ketidak cocokan apa yang dipikirkan siswa dan guru.

4.

Mengevaluasi ide dalam banyak situasi. Ide yang telah dibentuk oleh siswa diuji dengan suatu percobaan atau persoalan.

5. Penggunaan ide dalam banyak situasi. Ide atau pengetahuan yang telah dibentuk oleh siswa perlu diaplikasikan pada bermacam-macam situasi yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai implikasi model konstruktivisme terhadap pembelajaran, tugas guru adalah membantu siswa agar mampu mengkonstruksi

18

pengetahuannya. Menurut Hudoyo (1998:121) guru perlu mengupayakan hal-hal sebagai berikut : 1. Menyediakan pengalaman belajar dengan melalui proses pembentukan pengetahuan.2. Menyediakan berbagai alternatif pengalaman belajar, tidak semua

mengerjakan soal yang sama, misalnya suatu masalah dapat diselesaikan dengan berbagai cara. 3. Melibatkan pengalaman kongret. 4. Mengintegrasi pembelajaran memungkinkan terjadinya interaksi dan kerja sama seseorang dengan orang lain atau lingkungannya. 5. Memanfaatkan berbagai media termasuk komunikasi lisan dan tertulis.6. Melibatkan siswa secara emosional dan sosial sehingga pelajaran jadi

menarik. Dari uraian-uraian diatas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah model pembelajaran konstruktivisme : (1) orientasi; (2) Pengendalian ide; (3) Rekonstruksi ide; (4) Mengevaluasi ide dalam banyak situasi; dan (5) Penggunaan ide dalam banyak situasi, hal dapat meningkatkan kemampuan bagi siswa tentang materi karena dengan mengkonstruksi sendiri materi pelajaran akan lebih mudah mengingatnya kembali dan dapat

diaplikasikannya dalam kehidupan nyata.

B.

Hipotesis TindakanBerdasarkan permasalahan, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah Penerapan mode pembelajaran konstruktivisme dapat meningkatkan hasil

19

belajar IPS siswa SMP Satria Kendari dengan kriteria ketuntasan bila 80% siswa telah memperoleh nilai 60 baik kognitif maupun psikomotor.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A.Jenis PenelitianPenelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di SMP Satria Kendari pada semester genap tahun ajaran 2011/2012 pada kelas VIII yang terdiri atas 10 orang siwa laki-laki dan 16 orang siswa perempuan. Penelitiain berlangsung selama dua bulan mulai dari tanggal 20 Januari sampai dengan 20 maret 2012.

B.Aspek

yang Diteliti

Aspek yang menjadi sasaran dalam rangka PTK adalah peningkatan aktivitas dan kemampuan siswa dalam mempelajari IPS, kemampuan guru

20

dalam menerapkan model pembelajaran konstruktivisme. Disamping aspek tersebut masih ada beberapa aspek yang lain yaitu : 1) Input: sarana pembelajaran, lingkungan belajar, bahan ajar, prosedur evaluasi. 2) Proses KBM: interaksi belajar, gaya guru mengajar, implementasi guru dalam menerapkan model pembelajaran konstruktivisme. 3) Output: Hasil belajar IPS siswa.

C.Rencana TindakanPenelitian tindakan kelas ini direncanakan terdiri dari 2 (dua) siklus, dimana tiap siklus terdiri dari dua pertemuan dengan tiap siklus dilaksanakan sesuai perubahan yang ingin di capai pada faktor-faktor yang diselidiki. Sebelum pelaksanaan tindakan terlebih dahulu diberikan tes awal yaitu untuk melihat kemampuan awal siswa berkaitan dengan topik yang akan diajarkan. Tiap siklus dalam penelitian ini terdiri dari tahapan kegiatan : (1) perencanaan; (2) pelaksanaan tindakan; (3) observasi dan evaluasi; dan (4) refleksi. Secara rinci setiap tahapan direncanakan sebagi berikut : 1. Perencanaan : Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini meliputi : a. Membuat skenario pembelajaran. b. Membuat lembar observasi, untuk melihat kondisi belajar mengajar dikelas ketika model pembelajaran konstruktivisme diaplikasikan. c. Menyiapkan alat bantu pembelajaran. d. Membuat alat evaluasi. e. Membuat jurnal untuk refleksi diri.

21

2.

Pelaksanaan tindakan : kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah melaksanakan skenario pembelajaran yang telah dibuat.

3.

Observasi dan evaluasi : kegiatan pada tahap ini adalah melakukan pengamatan pada saat pelaksanaan tindakan, yaitu melihat apakah pelaksanaan tindakan sesuai skenario pembelajaran yang telah dibuat. Setelah ini dilakukan evaluasi, yaitu untuk melihat keberhasilan pelaksanaan tindakan.

4.

Refleksi : hasil yang diperoleh setelah pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi, dikumpulkan kemudian di analisis kelemahan-kelemahan dan kekurangan yang terjadi pada siklus sebelumnya dan akan diperbaiki pada perencanaan siklus berikutnya.

A.Prosedur PenelitianBerdasarkan hasil tes awal, maka pada saat refleksi di tetapkan bahwa tindakan yang dipilh untuk meningkatkan prestasi belajar IPS yang diajarkan melalui model pembelajaran konstruktivisme. Hal ini dilakukan berdasarkan refleksi awal, maka pelaksanaan penelitian tindakan ini mengikuti prosedur berikut: 1) perencanaan, 2) pelaksanaan tindakan, 3) observasi dan evaluasi dan 4) refleksi. Siklus pembelajaran yang dirancang untuk dilaksanakan dalam penelitian tindakan kelas ini dapat digambarkan kelas ini dapat digambarkan sebagai berikut Alternatif Pemecahan (Rencana Tindakan Analisis Data I Evaluasi Pelaksanaan Tindakan I Siklus I Observasi I (Monitoring)

Permasalaha n Belum Terselesaik

Refleksi I

22 Permasalahan

Terselesaik

Refleksi II

Alternatif Pemecahan II Analisis Data (Rencana Tindakan Evaluasi

Pelaksanaan Tindakan II Siklus II Observasi II (Monitoring) Rencana dan Model Penelitian Tindakan kelas (Aqib, 2007 :30) Berdasarkan gambar di atas, prosedur penelitian tindakan kelas ini di jabarkan sebagai berikut : 1. Perencanaan Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini meliputi :a. Membuat skenario pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP) dengan menggunakan model pembelajaran konstruktivisme. b. Menyiapkan media/alat bantu dalam kegiatan pembelajaran dan kemampuan guru dalam penggunaan model pembelajaran konstruktivisme.c. Membuat instrumen penelitian dalam bentuk pilihan

ganda untuk

mengetahui keberhasilan proses belajar mengajar. 1. Pelaksanaan Tindakan Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini yaitu melaksanakan skenario pengajaran dengan penggunaan model pembelajaran konstruktivisme. 2. Observasi dan Evaluasi Kegiatan observasi pada siklus I ini dilaksanakan untuk mendapatkan informasi bagaimana kemampuan guru dalam membimbing dan memfasilitasi

23

siswa dalam kegiatan proses pembelajaran. Observasi dilakukan oleh guru pengamat dengan menggunakan lembar observasi berupa pengamatan kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran konstruktivisme. 3. Refleksi Peneliti melaksanakan diskusi dengan pengamat untuk merefleksikan hasil observasi yang dilakukan. Refleksi dilakukan untuk mengkaji hal-hal yang telah dan belum dicapai. Hasil refleksi digunakan untuk menetapkan untuk menetapkan langkah-langkah lebih lanjut pada siklus berikutnya.

A.Data dan Cara Pengumpulannya1.

Jenis data dalam penelitian ini yaitu data kuantitatif yang diperoleh dari tes prestasi hasil belajar.

2.

Sumber data yaitu guru, siswa dan peneliti.

3. Teknik pengambilan data :

Data dalam penelitian tindakan kelas ini diambil secara langsung dengan menggunakan metode pencatatan langsung pada saat proses pembelajaran sedang berlangsung pada masing-masing siklus I dan II dengan menggunakan instrumen yang telah disiapkan. Standar capaian yang digunakan sebagai indikator keberhasilan siklus pembelajaran PTK ini adalah nilai siswa yang mencapai rata-rata 60 atau dengan kata lain sebagaian besar siswa dapat menyelesaikan tugas yang diberikan lebih dari 80%, dengan tehnik pengambilan data sebagai berikut: a. Data tentang proses pelaksanaan model pembelajaran konstruktivisme diambil dengan menggunakan lembar observasi.

24

b.

Data tentang prestasi belajar IPS siswa diambil dengan menggunakan tes hasil belajar.

c.

Data tentang refleksi diri diambil dengan menggunakan jurnal.

A.Indikator KinerjaIndikator keberhasilan dalam penelititan ini ada dua macam, yaitu indikator keberhasilan pelaksanaan pembelajaran dan indikator pencapaian hasil belajar IPS siswa. Indikator tersebut adalah sebagai berikut : Suatu pelaksanaan pembelajaran dalam penelitian ini dikatakan berhasil dengan baik apabila minimal 80% skenario pembelajaran dapat terlaksana dengan baik. Pencapaian hasil belajar IPS siswa dikatakan berhasil apabila minimal 80% siswa memperoleh nilai minimal 60.

B.Teknik Analisis Data Teknik analisa data digunakan untuk menganalsisi data data yang

telah berhasil dikumpulkan antara lain : 1. Analisis Kualitatif dengan menelah seleuruh data data yang dikumpulkan . Penelahan dilakukan dengan cara menganalisis, mensintesisi, memaknai, menerangkan dan membiut kesimpulan. Kegiatan penelaahan pada prinsipnya dilakukan sejak awal penjaringan data.

25

2. Teknik statistic deskriptif komparatif. Ini

dilkaukan

membandingkan

hasil hasil penilaian yang diperoleh antar siklus (Sudjana, 2996).

DAFTAR PUSTAKAAdrian ,2004. Pengajaran Berdasarkan Masalah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Aqib, 2007. Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru. Yrama Widya. Bandung. Djamarah, 2002. Psikologi Belajar. PT. Rineka Cipta. Jakarta. Hudoyo, Herman. 2008. Belajar Mengajar Matematika. Depdikbud. Jakarta. Hamilton, B, dkk. 2000. The For Learning Out Come (Http:/efcefc/ca/Trainang Connection? Learning,html). Pudjohartono, Sugiarto. 2003. Teori-teori Perkembangan Kognitif dan Penerapannya Dalam Perkembangan Matematika. Depdiknas. Jakarta. Purwanto, 1992 Ilmu Pendidikan Teori dan Implementasi Praktis Remaja Rosda karya Bandung Sukamto, Toeti. 2004. Teori Belajar dan Model-model Belajar. Depdiknas. Jakarta. Suparno, Hery. 2007. Filsafat Konstruktivisme Dalam Penelitian. Kanisius. Yogyakarta. Sudjana, Nana. 2000. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Sinar Baru Algesindo. Bandung. Sardiman, A.M. 2003. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Grasindo Persada. Jakarta. Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta. Jakarta. Sufyarma, 2003. Kapita Selekta Manajemen Pendidikan. Alphabeta. Bandung.

26

Sukmadinata, N. S., 2004. Landasan Psikologis Proses Pendidikan. Alphabeta. Bandung. Susilo, J. M., 2004. Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran. LP2I Press. Yogyakarta. Suprayekti, 2004. Interaksi Belajar Mengajar. Depdiknas, Jakarta. Wartono, dkk. 2004. Materi Pelatihan Terintegrasi Sains. Depdiknas. Jakarta. Http://Puslit.Petra.ac.id/journals/interior/.Anonim, 1999. Penelitian Tindakan Kelas. Proyek PGSM: Jakarta.

27

TUGAS:

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME SISWA SMP SATRIA KENDARI

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

OLEH MARDIATI G2 G1 010 010 PROGRAM PASCA SARJANA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS HALUOLEO

28

KENDARI 2010/2011KATA PENGANTAR Segala puji sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan yang Maha Pengasih yang menguasai dan mengatur semesta alam atas Anugrah dan kasih sayangNya jualah sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Proposal Penelitian Tindakan Kelas . Proposal penelitian ini berjudul : Meningkatkan hasil belajar IPS Melelui Model Pembelajaran Kendari Penulisan proposal penelitian ini dimaksudkan sebagai salah satu persyaratan seminar proposal pada Program Studi pendidikan IPS Program Konstruktivisme Siswa SMP Negeri Satria pembuatan

Pascasarjana Universitas Haluoleo Kendari. Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang banyak membantu terutama dosen

Pembimbing yang telah banyak memberikan masukan demi perbaikan proposal ini. Kami menyadari sepenuhnya bahwa laporan proposal PTK ini masih banyak kekurangannya olehnya itu penulis mengharapkan ide dan buah pikiran serta kritikan demi penyempurnaan loporan proposal ini . Akhirnya penulis sangat berbahagia jika laporan ini dapat bermanfaaat . Semoga Tuhan Memberkati kita semua. Kendari, 2011

29

Penulis

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian:

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME SISWA SMP SATRIA KENDARI : MARDIATI : G2 G1 010 010

Oleh NIM

Pembimbing I

Pembimbing II

Prof Dr. H. Anwar, M.Pd

Prof. Dr La Ode Turi, M.Pd

30

A.Jadwal Kegiatan PenelitianNo. 1. 2. 3. Rencana Kegiatan 1 Persiapan Penyusunan konsep pelaksanaan Kesepakatan jadwal tugas Penyusunan instrument Pelaksanaan Menyiapkan kelas dan alat peraga Melakukan tindakan siklus I Melakukan tindakan siklus II Penyusunan laporan Menyusun konsep laporan Seminar Hasil Penelitian Perbaikan Hasil Penelitian Penggandaan dan Pengiriman hasil Penelitian Waktu (Minggu ke) 2 3 4 5 6

4.

A.Rincian AnggaranAnggaran yang diperlukan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah sebagai berikut :a. Penyusunan Proposal b. Penggandaan Proposal c. Transportasi d. Konsumsi

Rp. 350.000 Rp. 250.000 Rp. 250.000 Rp. 150.000 Jumlah Rp.

1.000.000

31

32