PTKp - 3
-
Upload
endah-widyastuti -
Category
Documents
-
view
30 -
download
0
description
Transcript of PTKp - 3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebagai pengajar atau pendidik, guru merupakan salah satu faktor
penentu keberhasilan setiap upaya pendidikan. Itulah sebabnya setiap adanya
inovasi pendidikan, khususnya dalam kurikulum dan peningkatan sumber
daya manusia yang dihasilkan dari upaya pendidikan selalu bermuara pada
factor guru. Hal ini menunjukkan bahwa betapa eksisnya peran guru dalam
dunia pendidikan.
Demikianpun dalam upaya membelajarkan siswa guru dituntut
memiliki multi peran sehingga mampu menciptakan kondidi belajar mengajar
yang efektif. Belajar mengajar dikatakan efektif dapat dilihat dari sudut
prestasi, yaitu mampu menampung masukan yang banyak dan menghasilkan
tamatan yang banyak, bermutu dalam arti mampu bersaing di pasaran atau
lapangan kerja yang ada dan diperlukan. Efektivitasa proses belajar mengajar
ini dapat dilihat pula dari sudut proses pendidikan, meliputi kegairahan atau
motivasi belajar yang tinggi pada peserta didik.
Agar dapat mengajar efektif, guru harus mampu meningkatkan
kesempatan belajar bagi siswa ( kuantitas ) dan meningkatkan mutu ( kualitas)
mengajar. Kelayakan mengajarpun tidak hanya cukup diukur berdasarkan
pendidikan formal tetapi juga harus diukur berdasarkan bagaimana
kemampuan guru dalam mengajar dan sesi penguasaan materi, menguasai,
1
memilih dan menggunakan metode, media serta evaluasi pembelajaran.
Sehubungan dengan hal itu, Jiyono ( 1987 ) menyimpulkan bahwa
kemampuan guru SD dalam menguasai bahan pelajaran pada umumnya sangat
menghawatirkan karena dari sampel guru yang diminta menunjukkan
kemampuan menguasai bahan pelajaran 70% yang kurang menguasai bahan
pelajaran, sedangkan hanya 30% yang menguasai bahan pelajaran.
Kondisi seperti itu diperparah dengan kurang optimalnya fungsi
kepengawasan maupun kepala sekolah. Bila selama ini banyak pendapat
menyatakan profesionalisme guru di Indonesia relatif rendah atau kurang
memadai, hal itu merupakan akibat dari kurang kepengawasan baik kepala
sekolah maupun pengawas.
Pembelajaran adalah perpaduan dari dua aktivitas, yaitu aktivitas
mengajar dan aktivitas belajar. Pembelajaran sebagai suatu aktivitas
mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan
menghubungkan dengan anak didik sehingga terjadi proses belajar (S.
Nasution, (1994: 25). Kegiatan pengajaran merupakan suatu kegiatan yang
disadari dan direncanakan. Pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri
dari beberapa komponen yang saling terkait satu dengan yang lainnya untuk
mencapai suatu tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Pembelajaran
yang baik akan tercapai apabila disertai dengan perencanaan pengajaran
sebagai acuan dalam mengajar. Perencanaan Pembelajaran mempunyai
peranan penting dalam memandu guru melaksanakan tugasnya sebagai
pendidik. Oleh karena itu, seorang guru harus memiliki rencana pembelajaran
2
karena perencanaan tersebut adalah fungsi pedagogi yang penting untuk
meningkatkan kualitas praktik pembelajaran dan mungkin sekali untuk
memotivasi guru (Wawan S. Suherman, 2001: 113).
Perencanaan pembelajaran dibuat dengan mengacu pada kurikulum.
Dalam konteks pembelajaran, perencanaan dapat diartikan sebagai proses
penyusunan materi pelajaran, penggunaaan media pengajaran, penggunakaan
pendekatan dan metode pengajaran dan penilaian dalam suatu lokasi waktu
yang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan (Abdul Majid, 2005: 17).
Seorang guru dituntut untuk mengetahui pengetahuan, keterampilan
dan sikap yang profesional dalam membelajarkan siswa. Guru merupakan
unsur penanggungjawab dalam penyelenggaraan pendidikan jasmani dan
seringkali melaksanakan pembelajaran yang kurang menyeluruh sehingga
dalam pelaksanaannya tidak sesuai dengan apa yang diharapkannya. Oleh
karena itu, membuat rencana mengajar merupakan tugas guru, dimana guru
harus mampu menilai kebutuhan siswa sebagai subjek belajar, merumuskan
tujuan pembelajaran dan memilih metode serta strategi belajar yang tepat
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Perencanaan pembelajaran
dilakukan untuk mengkoordinasikan komponen-komponen pembelajaran
diantaranya kompetensi dasar, materi standar, indikator sekaligus metode
yang digunakan dalam proses mengajar.
Perencanaan pengajaran digunakan oleh guru sebagai petunjuk dan
arah kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Perencanaan
3
pengajaran mempunyai manfaat baik bagi guru maupun murid. Bagi guru
perencanaan pengajaran merupakan suatu pedoman kerja untuk
melaksanakan tugasnya sebagi pendidik dan untuk murid perencanaan
pengajaran merupakan pedoman belajar yang bisa digunakan sebagai
pemandu siswa dalam belajar (E. Mulyasa, 2006: 213). Membuat
perencanaan pembelajaran mensyaratkan seorang guru harus mempelajari
kurikulum sekolah dan memahami semua program pendidikan yang sedang
dilaksanakan. Selanjutnya dituangkan dalam program tahunan dan program
semester dan silabus, untuk dapat dilaksanakan dalam PBM, maka dibuat
dalam bentuk RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Persiapan tersebut
berisi tujuan mengajar, pokok yang diajarkan, metode mengajar, bahan
pelajaran, alat peraga, dan teknik observasi yang akan digunakan. Kekuatan
dan kelemahan dari program pengajaran yang telah disusun guru akan terlihat
jelas setelah program tersebut dilaksanakan. Langkah selanjutnya adalah guru
harus mampu mengembangkan kekuatan program mengajar dan
mengevaluasi kelemahan kemudian mencari jalan keluarnya (Abdul Majid,
2005: 98). Pelaksanaan perencanaan program terlihat sulit, namun apabila
guru mengetahui dengan jelas tujuan yang ingin dicapai maka pola kerjanya
akan menjadi terarah sehingga perencanaan program akan terlaksana dengan
mudah. Dalam melaksanakan program pengajarannya diperlukan pengalaman
guru dalam memilih prosedur pengajaran. Guru sebaiknya menyususun
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk setiap satu semester.
4
Penyusunan RPP secara menyeluruh untuk satu semester akan dapat
menjamin kesinambungan tujuan, materi pelajaran, proses belajar mengajar
dan penilaian. Apabila setiap bidang studi telah memiliki RPP menyeluruh
untuk setiap semester, maka akan lebih mudah menilai keberhasilan
kurikulum. Dalam penyusunan rencana pembelajaran , guru dituntut dapat
melaksanakan proses pengajaran dengan baik dan mencapai tujuan
pengajaran seperti yang telah direncanakan. Salah satu penyebab proses
belajar mengajar tidak berjalan dengan efektif karena kurangnya persiapan
guru dalam mengajar termasuk juga pembuatan perencanaan pengajaran.
Akibatnya adalah pencapaian tujuan pengajaran menjadi tidak maksimal
(Abdul Majid, 2005:4).
Data yang diperoleh dari Dinas Pendidikan Nasional dengan jumlah
SD Binaan di Kab. Sumbawa yang letaknya sangat bervariasi, ada yang di
daerah perkotaan dan di pedesaan, dengan ketentuan jumlah guru pendidikan
jasmani sebanyak 198 orang. Hasil observasi yang dilakukan peneliti
terhadap beberapa SD Binaan Wilayah Kec. Buer Kab. Sumbawa
menunjukan bahwa sebagian guru masih beranggapan bahwa perencanaan
pembelajaran itu tidak penting, hanya sebagai syarat administrasi saja sebagai
laporan mengajar apabila sewaktu-waktu ada pemeriksaaan. Guru
menganggap mengajar adalah suatu pekerjaan rutin yang tidak perlu
direncanakan. Permasalahan ini menjadi masalah klasik dalam dunia
pendidikan dimana guru tidak mempunyai waktu untuk membuatperencanaan
pembelajaran. Alasan lain yang banyak dikemukakan oleh guru SD Binaan
5
Wilayah Kec. Buer Kab. Sumbawa tidak membuat perencanaan mengajar
adalah tidak adanya waktu karena tugas mengajar yang terlalu banyak.
Bagaimanapun mengajar adalah tugas dan kewajiban yang harus dilakukan
oleh guru, namun hal ini bukan berarti pembuatan perencanaan pembelajaran
dapat diabaikan. Merupakan kewajiban bagi guru tersebut untuk dapat
mengatur waktunya agar dapat membuat perencanaan pembelajaran.
Adanya perencanaan pembelajaran akan dapat menghemat waktu,
tenaga, alat-alat, dan biaya. Dampak yang dapat ditimbulkan karena tidak
adanya perencanaan pembelajaran adalah ketidakefektifan guru dalam
mengajar. Guru mengajar tidak terarah dan cenderung hanya untuk
memenuhi kewajiban mengajar saja. Kurangnya persiapan membuat guru
mengajar seadanya sehingga tujuan yang akan dicapai pada proses
pembelajaran tersebut tidak dapat tercapai dengan maksimal. Adanya
perencanaan pembelajaran memberikan pedoman kerja bagi guru maupun
peserta didik. Perencanaan pembelajaran dapat digunakan sebagai alat ukur
untuk mengetahui efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap saat
diketahui ketepatan dan kelambanan kerja. Perencanaan suatu
pertanggungjawaban guru terhadap profesi yang disandangnya. Perencanaan
merupakan kompetensi yang penting yang harus dimiliki oleh guru,
walaupun perencanaan tidak menjamin keefektifan proses pembelajaran.
Walaupun demikian, dengan perencanaan yang baik, guru akan
memiliki bekal yang cukup untuk melaksanakan proses pembelajaran. Proses
pembelajaran yang direncanakan dengan seksama diharapkan akan
6
berlangsung secara efektif dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Permasalahan tersebut dapat menghambat pelaksanaan dan tercapainya
tujuan pembelajaran.
Oleh sebab itu, penting bagi guru untuk menguasai dan membuat
perencanaan pembelajaran yang akan diajarkan untuk dapat menunjang
pelaksanaan pembelajaran. Sehingga, kegiatan pembelajaran dapat mencapai
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Berdasarkan permasalahan yang
ditemukan, maka peneliti tertarik untuk mengkajinya lebih lanjut.
Sehubungan dengan hal di atas peneliti selaku pengawas di SD
Binaan Wilayah Kec. Buer Kab. Sumbawa mengadakan suatu penelitian
dalam upaya meningkatkan kinerja guru dengan judul : “ Peningkatan
Kinerja Guru dalam Penyusunan Rancangan Pembelajaran Melalui
Supervisi Akademik Pengawas Upaya Peningkatan Capaian Mutu
Sekolah di SD Binaan Wilayah Kec. Buer Kab. Sumbawa Tahun
Pelajaran 2013-2014 ”.
B. Identifikasi Masalah
Dari uraian tersebut di atas maka maka dalam penelitian ini dapat
diidentifikasi masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah model supervisi akademik pengawas pengawas yang
menjadi tanggung jawabnya ?
2. Bagaimana peningkatan kinerja guru sebelum maupun sesudah
melaksanakan supervisi akademik pengawas ?
7
3. Apakah supervisi akademik pengawas dapat meningkat kinerja guru dalam
penyusunan rencana pembelajaran ?
4. Apakah ada perbedaan kinerja guru antara yang belum dan sesudah
dilakukan supervisi akademik pengawas oleh pengawas ?
5. Sejauh mana pengawas dapat melaksanakan supervisi akademik
pengawas?
6. Bagaimana bentuk pembinaan pengawas dengan menerapkan supervisi
akademik?
C. Pembatasan dan Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah dan identifikasi masalah di
atas maka rumusan masalah dalam penelitian tindakan ini akan dibatasi pada
pada masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana peningkatan kinerja guru dalam penyusunan rancangan
pembelajaran melalui supervisi akademik pengawas upaya peningkatan
capaian mutu sekolah di SD Binaan Wilayah Kec. Buer Kab. Sumbawa
Tahun Pelajaran 2013-2014?
2. Bagaimana efektifitas supervisi akademik pengawas meningkatkan kinerja
guru dalam penyusunan rancangan pembelajaran upaya peningkatan
capaian mutu sekolah di SD Binaan Wilayah Kec. Buer Kab. Sumbawa
tahun pelajaran 2013-2014 ?
8
D. Tujuan Penelitian
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Peningkatan kinerja guru dalam penyusunan rancangan pembelajaran
melalui supervisi akademik pengawas upaya peningkatan capaian mutu
sekolah di SD Binaan Wilayah Kec. Buer Kab. Sumbawa Tahun Pelajaran
2013-2014.
2. Efektifitas supervisi akademik pengawas meningkatkan kinerja guru
dalam penyusunan rancangan pembelajaran upaya peningkatan capaian
mutu sekolah di SD Binaan Wilayah Kec. Buer Kab. Sumbawa tahun
pelajaran 2013-2014.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai bahan refleksi terhadap program pembinaan pengawas
melalui supervisi akademik pengawas sehingga dapat diadakan revisi
terhadap kegiatan yang telah dilakukan.
2. Jika pelaksanaan bimbingan pengawas melalui supervisi akademik
pengawas ini berpengaruh terhadap peningkatan kinerja guru dalam
penyusunan rancangan pembelajaran, maka dapat dipertimbangkan
sebagai bahan uji pelatihan bagi pengawas di masa mendatang.
3. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
dalam melakukan supervisi di sekolah pada umumnya, dan khususnya di
SD
9
4. Hasil penelitian ini memberikan kesempatan kepada guru dan
karyawan tata usaha di sekolah, untuk dapat aktif dalam kegiatan sekolah,
terutama dalam meningkatkan mutu pendidikan.
5. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi pada
hasanah pengetahuan yang berkaitan dengan teori
kepemimpinan/leadership terutama manajemen pendidikan.
6. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk referensi bagi penelitian
berikutnya.
10
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kinerja Guru
Istilah kinerja dapat diterjemahkan dalam perfomance atau unjuk kerja,
artinya kemampuan yang ditampilkan seseorang terhadap pekerjaannya pada
tempat ia bekerja. Kinerja merupakan suatu kinerja yang esensial terhadap
keberhasilan suatu pekerjaan. Karena itu suatu kinerja yang efektif bagi setiap
individu perli diciptakan sehingga tujuan lembaga dapat tercapai secara
optimal.
Menurut Fattah (1996) kinerja diartikan sebagai ungkapan kemajuan
yang didasari oleh pengetahuan, sikap, keterampilan dan otivasi dalam
menghasilkan suatu pekerjaan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
kinerja adalah hasil kerja seseorang yang mencerminkan prestasi kerja sebagai
ungkapan pengetahuan, sikpa dan keterampilan.
Menurut Supriadi (1998) kinerja guru akan menjadi lebih baik, bila
seorang guru memiliki lima hal yakni:
1. Mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya
2. Menguasai secara mendalam bahan mata pelajaran yang akan diajarkan
serta cara mengajarnya kepada siswa
3. Bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai cara
evaluasi dan
11
4. Guru mampu berpikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan
belajar serta pengalamannya.
Lebih lanjut Hamalik (2002) kemampuan dasar yang disebut juga
kinerja dari seorang guru teridiri dari: (1) kemampuan merencanakan
pembelajaran, (2) kemampuan mengelola program belajar mengajar, (3)
kemampuan menglola kelas (4) kemampuan menggunakan media/sumber
belajar, (5) kemampuan menglola interaksi belajar mengajar, (6) mampu
melaksanakan evaluasi belajar siswa.
Kinerja guru sangat terkait dengan efektifitas guru dalam
melaksanakan fungsinya oleh Medley dalam Depdikbud (1984) dijelaskan
bahwa efektifitas guru yaitu: (1) memiliki pribadi kooperatif, daya tarik,
penampilan amat besar, pertimbangan dan kepemimpinan, (2) menguasai
metode mengajar yang baik, (3) memiliki tingkah laku yang baik saat
mengajar, dan (4) menguasai berbagai kompetensi dalam mengajar.
Evaluasi kinerja guru mutlak dilakukan, karena masih terdapat banyak
kinerja guru yang kurang memadai, disamping itu guru dituntut dapat
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang terus
berkembang pula dengan pesat. Istilah kinerja berasal dari bahasa inggris yaitu
Performance, berarti hasil kena atau unjuk kerja yang dicapai seseorang atau
sekelompok orang/organisasi tertentu. Istilah kinerja dapat diterjemahkan
dalam unjuk kerja, artinya kemampuan yang ditampilkan seseorang terhadap
pekerjaannya di tempat ia bekerja. Kinerja merupakan suatu hal yang sangat
esensial terhadap keberhasilan suatu pekerjan. Pada hakikatnya orang bekerja
12
untuk memenuhi kebutuhan atas dorongan tertentu. Kebuituhan dipandang
sebagai penggerak atau pembangkit perilaku, sedanghkan tujuannya berfungsi
untuk menggerakkan perilaku. Karena itu suatu kinerja yang efektif bagi
setiap individu, perlu disiptakan sehingga tujuan lembaga dapat tercapai
secara optimal.
Widyastono (1999) berpendapat bahwa terdapat empat gugus yang erat
kaitannya dengan kinerja guru, yaitu kemampuan (1) merencanakan KBM, (2)
melaksanakan KBM, (3) melaksanakan hubungan antar pribadi, dan (4)
mengadakan penilaian. Sedangkan Suyud (2005) mengembangkan kinerja
guru profesional meliputi: (1) penguasaan bahan ajar, (2) pemahaman
karakteristik siswa, (3) penguasaan pengelolaan kelas, (4) penguasaan metode
dan strategi pembelajaran, (5) penguasaan evaluasi pembelajaran dan (6)
kepribadian.
Dari pendapat tersebut di atas, maka yang dimaksud dengan kinerja
guru dalam penelitian ini ialah: (1) penguasaan bahan ajar, (2) pemahaman
karakteristik, (3) penguasaan pengeloaan kelas, (4) penguasaan metode dan
strategi pembelajaran, (5) penguasaan evaluasi pembelajaran, dan (6)
kepribadian.
13
B. Tunjauan tentang Penyusunan Rancangan Pembelajaran
Pembelajaran adalah perpaduan dari dua aktivitas, yaitu aktivitas
mengajar dan aktivitas belajar. Pembelajaran sebagai suatu aktivitas
mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan
menghubungkan dengan anak didik sehingga terjadi proses belajar (S.
Nasution, (1994: 25). Kegiatan pengajaran merupakan suatu kegiatan yang
disadari dan direncanakan. Pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri
dari beberapa komponen yang saling terkait satu dengan yang lainnya untuk
mencapai suatu tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Pembelajaran yang
baik akan tercapai apabila disertai dengan perencanaan pengajaran sebagai
acuan dalam mengajar. Perencanaan Pembelajaran mempunyai peranan
penting dalam memandu guru melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Oleh
karena itu, seorang guru harus memiliki rencana pembelajaran karena
perencanaan tersebut adalah fungsi pedagogi yang penting untuk
meningkatkan kualitas praktik pembelajaran dan mungkin sekali untuk
memotivasi guru (Wawan S. Suherman, 2001: 113).
Perencanaan pembelajaran dibuat dengan mengacu pada kurikulum.
Dalam konteks pembelajaran, perencanaan dapat diartikan sebagai proses
penyusunan materi pelajaran, penggunaaan media pengajaran, penggunakaan
pendekatan dan metode pengajaran dan penilaian dalam suatu lokasi waktu
yang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan (Abdul Majid, 2005: 17).
14
Seorang guru dituntut untuk mengetahui pengetahuan, keterampilan
dan sikap yang profesional dalam membelajarkan siswa. Guru merupakan
unsur penanggungjawab dalam penyelenggaraan pendidikan jasmani dan
seringkali melaksanakan pembelajaran yang kurang menyeluruh sehingga
dalam pelaksanaannya tidak sesuai dengan apa yang diharapkannya. Oleh
karena itu, membuat rencana mengajar merupakan tugas guru, dimana guru
harus mampu menilai kebutuhan siswa sebagai subjek belajar, merumuskan
tujuan pembelajaran dan memilih metode serta strategi belajar yang tepat
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Perencanaan pembelajaran
dilakukan untuk mengkoordinasikan komponen-komponen pembelajaran
diantaranya kompetensi dasar, materi standar, indikator sekaligus metode yang
digunakan dalam proses mengajar.
Perencanaan pengajaran digunakan oleh guru sebagai petunjuk dan
arah kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Perencanaan
pengajaran mempunyai manfaat baik bagi guru maupun murid. Bagi guru
perencanaan pengajaran merupakan suatu pedoman kerja untuk melaksanakan
tugasnya sebagi pendidik dan untuk murid perencanaan pengajaran merupakan
pedoman belajar yang bisa digunakan sebagai pemandu siswa dalam belajar
(E. Mulyasa, 2006: 213). Membuat perencanaan pembelajaran mensyaratkan
seorang guru harus mempelajari kurikulum sekolah dan memahami semua
program pendidikan yang sedang dilaksanakan. Selanjutnya dituangkan dalam
program tahunan dan program semester dan silabus, untuk dapat dilaksanakan
dalam PBM, maka dibuat dalam bentuk RPP (Rencana Pelaksanaan
15
Pembelajaran). Persiapan tersebut berisi tujuan mengajar, pokok yang
diajarkan, metode mengajar, bahan pelajaran, alat peraga, dan teknik observasi
yang akan digunakan. Kekuatan dan kelemahan dari program pengajaran yang
telah disusun guru akan terlihat jelas setelah program tersebut dilaksanakan.
Langkah selanjutnya adalah guru harus mampu mengembangkan kekuatan
program mengajar dan mengevaluasi kelemahan kemudian mencari jalan
keluarnya (Abdul Majid, 2005: 98). Pelaksanaan perencanaan program terlihat
sulit, namun apabila guru mengetahui dengan jelas tujuan yang ingin dicapai
maka pola kerjanya akan menjadi terarah sehingga perencanaan program akan
terlaksana dengan mudah. Dalam melaksanakan program pengajarannya
diperlukan pengalaman guru dalam memilih prosedur pengajaran. Guru
sebaiknya menyususun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk setiap
satu semester.
Penyusunan RPP secara menyeluruh untuk satu semester akan dapat
menjamin kesinambungan tujuan, materi pelajaran, proses belajar mengajar
dan penilaian. Apabila setiap bidang studi telah memiliki RPP menyeluruh
untuk setiap semester, maka akan lebih mudah menilai keberhasilan
kurikulum. Dalam penyusunan rencana pembelajaran , guru dituntut dapat
melaksanakan proses pengajaran dengan baik dan mencapai tujuan pengajaran
seperti yang telah direncanakan. Salah satu penyebab proses belajar mengajar
tidak berjalan dengan efektif karena kurangnya persiapan guru dalam
mengajar termasuk juga pembuatan perencanaan pengajaran. Akibatnya
16
adalah pencapaian tujuan pengajaran menjadi tidak maksimal (Abdul Majid,
2005:4).
Perencanaan pembelajaran yang mendidik perlu mengikuti prosedur
yang tepat agar rencana tersebut sesuai dengan aturan yang berlaku dan sesuai
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), dalam pedoman penyusunan
KTSP mengemukakan langkah-langkah yang ditempuh dalam pengembangan
silabus mata pelajaran adalah (1) mengkaji standar kompetensi dan
kompetensi dasar, (2) mengidentifikasi materi pokok pembelajaran, (3)
mengembangkan kegiatan pembelajaran, (4) merumuskan indikator
pencapaian kompetensi, (5) menetapkan jenis penilaian berdasarkan indikator
pencapaian kompetensi, (6) menentukan alokasi waktu tiap kegiatan
pembelajaran, dan (7) menentukan sumber belajar. Perhatikan Gambar 3.1
tentang langkah pengembangan.
1. Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Pembelajaran yang mendidik akan dapat dikelola dengan baik
apabila mengacu dan diarahkan kepada pencapaian kompetensi yang harus
dikuasai oleh peserta didik. Kompetensi yang dikuasai peserta didik pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah telah ditetapkan dalam Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 23 Tahun 2006
tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Di dalam Permendiknas
tersebut telah ditetapkan standar kompetensi lulusan minimal, yakni (1)
standar kompetensi lulusan minimal satuan pendidikan dasar dan
17
menengah, (2) standar kompetensi lulusan minimal kelompok mata
pelajaran, dan (3) standar kompetensi lulusan minimal mata pelajaran.
Pasal 1 Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 berbunyi: (1) Standar
Kompetensi Lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah
digunakan sebagai pedoman penilaian dalam menentukan kelulusan
peserta didik. (2) Standar Kompetensi Lulusan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi standar kompetensi lulusan minimal satuan
pendidikan dasar dan menengah, standar kompetensi lulusan minimal
kelompok mata pelajaran, dan standar kompetensi lulusan minimal mata
pelajaran. (3) Standar Kompetensi Lulusan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tercantum pada Lampiran Peraturan Menteri ini. Di dalam
melakukan kajian standar kompetensi dan kompetensi dasar setiap mata
pelajaran, perlu memperhatikan hal-hal berikut.
a) Urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat
kesulitan materi, tidak harus selalu sesuai dengan urutan yang ada di SI.
b) Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata
pelajaran.
c) Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar antara mata
pelajaran.
2. Merancang Pengalaman Belajar
Setelah kajian kompetensi dan kompetensi dasar minimal setiap
mata pelajaran, maka perlu merancang pengalaman belajar yang harus
dialami peserta didik untuk menguasai kompetensi dasar mata pelajaran
18
bersangkutan. Kegiatan merancangan pengalaman belajar ini menjadi
mudah dilakukan apabila kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran
telah selesai dikaji atau dijabarkan.
Rumusan kompetensi dasar dari SKL menunjukkan pengalaman
belajar yang dialami peserta didik. Pengalaman belajar kegiatan apa yang
dikerjakan oleh peserta didik dari mata pelajaran tertentu. Kompetensi
dasar sebagai jabaran dari SKL akan berkaitan dengan karakteristik jenis
tugas dan pekerjaan yang akan dilakukan oleh peserta didik.
3. Mengidentifikasi Materi Pokok/Materi Pembelajaran
Mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran merupakan langkah
ketiga dalam merancang pembelajaran yang mendidik. Identifikasi materi
pokok/pembelajaran hendaknya dipilih yang menunjang pencapaian
kompetensi dasar yang telah ditetapkan dengan mempertimbangkan hal-
hal seperti ; potensi peserta didik,relevan dengan karakteristik
daerah,tinhgkat perkembangan peserta didik,manfaat bagi peserta
didik,struktur keilmuan,aktualitas/kedalaman/keluasan,relevan dengan
peserta didik dan kebutuhan lingkungan,dan ketepatan alokasi waktu.
4. Menghembangkan kegiatan pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman
belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar
peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar
lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Pengalaman belajar
yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan
19
pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik. Pengalaman
belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik. Hal-
hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan
pembelajaran adalah sebagai berikut ;
a) Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada
para pendidik, khususnya guru, agar dapat melaksanakan proses
pembelajaran secara profesional.
b) Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus
dilakukan oleh peserta didik serta berurutan untuk mencapai
kompetensi dasar.
c) Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki
konsep materi pembelajaran.
d) Rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal
mengandung dua unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan
pengalaman belajar peserta didik, yaitu kegiatan peserta didik dan
materi pembelajaran.
5. Merumuskan Indikator dan Pencapaian Kompetensi
Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang
ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Indikator ini harus dikembangkan sesuai
dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan,
potensi daerah. Perumusan indikator menggunakan kata kerja operasional
20
yang terukur dan/atau dapat diobservasi, karena akan digunakan sebagai
dasar untuk menyusun alat penilaian
6. Penentuan Jenis Penilaian Pembelajaran
Penilaian pembelajaran dimaksudkan untuk mengukur pencapaian
kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan indikator yang telah
dirancang sebelumnya. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan
non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja,
pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau
produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri.
Perlu disadari dan dimengerti bahwa penilaian merupakan
serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan
data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara
sistematis dan berkesinambungan. Hasil penilaian pembelajaran tersebut
merupakan informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan,
sehingga dalam penentuan jenis penilaian perlu diperhatikan hal-hal :
a) Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi.
b) Penilaian menggunakan acuan kriteria, yaitu berdasarkan proses
pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi seseorang terhadap
kelompoknya.
c) Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan.
Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih kemudian hasilnya
dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang telah dimiliki dan
yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan peserta didik.
21
d) Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak
lanjut berupa perbaikan proses pembelajaran berikutnya, program
remedi bagi peserta didik yang pencapaian kompetensinya dibawah
kriteria ketuntasan, dan program pengayaan bagi peserta didik yang
telah memenuhi kriteria ketuntasan.
e) Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang
ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya jika pembelajaran
menggunakan pendekatan tugas observasi lapangan maka evaluasi
harus diberikan baik pada proses (keterampilan proses) misalnya
teknik wawancara, maupun produk/hasil melakukan observasi
lapangan yang berupa informasi yang dibutuhkan
7. Menentukan Alokasi Waktu
Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan
pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu
dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan,
kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi dasar.
Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan
waktu rerata untuk menguasai kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh
peserta didik yang beragam. Di dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun
2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah
telah ditetapkan alokasi waktu untuk setiap mata pelajaran.
22
C. Prinsip dan Langkah Perencanaan Pembelajaran
Pada prinsipnya pembelajaran yang mendidik merupakan
pembelajaran yang mengacu dan didasarkan pada penguasaan atau pencapaian
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang telah ditetapkan. Agar peserta didik
dapat menguasai atau mencapai kompetensi yang telah ditetapkan, guru perlu
memahami secara tepat perangkat kemampuan yang harus dikuasai oleh
peserta didik. Penguasaan atau pencapaian kompetensi dapat diindikasikan
sebagai penguasaan pengetahuan, penguasaan keterampilan dan
kecenderungan kepribadian tertentu. Jadi, standar kompetensi adalah
kemampuan seseorang dalam bidang tertentu yang dapat ditampilkan atau
didemonstrasikan dengan cara yang benar dan karakteristik kepribadian yang
mendukung.
Guru, di dalam menyelenggarakan proses pembelajaran yang mendidik
dituntut untuk menguasai standar kompetensi guru. Menurut PP 19 Tahun
2005 pasal 28 ayat (3), standar kompetensi yang harus dikuasai seorang
pendidik (guru) mencakup kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional,
dan sosial. Pada penjelasan pasal 28 ayat (3) tersebut, yang dimaksud dengan
kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta
didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan
pelaksanaan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan pengembangan peserta
didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil,
dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak
23
mulia. Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam, yang memungkinkannya
membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan
dalam standar nasional pendidikan. Adapun Kompetensi sosial adalah
kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi
dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar Dalam
pelaksanaan pembelajaran yang mendidik, guru perlu berpegang pada rencana
pembelajaran yang telah disusun sebelumnya. Rencana pembelajaran menjadi
panduan yang harus digunakan dalam pembelajaran, karena di dalam rencana
pembelajaran tersebut telah ditetapkan tujuan pembelajaran, materi pembelajaran,
kegiatan pembelajaran, dan penilaian pembelajaran. Bayangkanlah, jika kita
melakukan perjalanan tanpa menetapkan tempat yang dituju, tentunya perjalanan
tidak akan terarah. Perjalanan yang dilakukan sangat ditentukan oleh lokasi yang
dituju. Penetapan lokasi yang dituju tersebut menyebabkan kita melakukan
perjalanan dengan penuh kesadaran. Lain halnya apabila perjalanan tidak
berdasarkan lokasi yang dituju, ada kemungkinan kesadaran kadang-kadang
hilang atau tidak berfungsi. Hal ini mungkin saja terjadi di dalam proses
pembelajaran, karena apabila pembelajaran dikelola guru tanpa berpegang pada
rencana pembelajaran maka ada kemungkinan akan berlangsung dalam suasana
atau kondisi yang tidak disadari oleh guru.
24
D. Supervisi Akademik Pengawas
1. Pengertian Supervisi Akademik
Keterampilan utama dari seorang Pengawas adalah melakukan
penilaian dan pembinaan kepada guru untuk secara terus menerus
meningkatkan kualitas proses pembelajaran yang dilaksanakan di kelas
agar berdampak pada kualitas hasil belajar siswa. Untuk dapat mencapai
kompetensi tersebut Pengawas diharapkan dapat melakukan pengawasan
akademik yang didasarkan pada metode dan teknik supervisi yang tepat
sesuai dengan kebutuhan guru
Supervisi akademik adalah kemampuan Pengawas dalam
melaksanakan pengawasan akademik yakni menilai dan membina guru
dalam rangka mempertinggi kualitas proses pembelajaran yang
dilaksanakannya, agar berdampak terhadap kualitas hasil belajar siswa.
Supervisi akademik intinya adalah membina guru dalam
meningkatkan mutu proses pembelajaran. Oleh karena itu sasaran
supervisi akademik adalah guru dalam proses pembelajaran, yang terdiri
dari materi pokok dalam proses pembelajaran, penyusunan silabus dan
RPP, pemilihan strategi/metode/teknik pembelajaran, penggunaan media
dan teknologi informasi dalam pembelajaran, menilai proses dan hasil
pembelajaran serta penelitian tindakan kelas. Oleh karena itu tujuan umum
pembinaan Pengawas melalui supervisi akademik ini adalah (1)
menerapkan teknik dan metode supervisi akademik di sekolah, dan (2)
Mengembangkan kemampuan dalam menilai dan membina guru untuk
25
mempertinggi kualitas proses pembelajaran yang dilaksanakannya agar
berdampak terhadap kualitas hasil belajar siswa.
2. Sifat Sifat Pengawas Akademik
Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam pembinaan
supervisi akademik maka sifat sebagai seorang Pengawas dalam
melaksanakan supervisi akademik harus memiliki kualitas sebagai berikut:
a) Mendengarkan dengan sabar
b) Menunjukkan ketrampilan dengan jelas
c) Menawarkan insentif atau dorongan dengan tepat.
d) Mempertimbangkan reaksi dan pemahaman dengan tepat
e) Menjelaskan, merangsang (stimulating) dan memuji secara simpatik
dan penuh perhatian
f) Meningkatkan pengetahuan sendiri secara berkelanjutan.
3. Tujuan Supervisi Akademik
Supervisi instruksional bertujuan untuk meningkatkan
pertumbuhan, pengembangan, interaksi, penyelesaian masalah yang bebas
kesalahan, dan sebuah komitmen untuk membangun kapasitas guru. Cogan
(1973) dan Goldhammer (1969), penyusun kerangka supervisi akademik,
meramalkan praktek yang akan memposisikan guru sebagai pebelajar
aktif. Lebih lanjut, Cogan menegaskan bahwa guru memiliki kemampuan
menjadi penanggungjawab professional dan lebih dari pada itu ia mampu
menjadi “penganalisis kinerjanya sendiri, terbuka untuk membantu orang
lain, dan mengarahkan diri sendiri”. Unruh dan Turner (1970) menyatakan
26
bahwa supervisi sebagai “sebuah proses sosial dari stimulasi, pengasuhan,
dan memprediksi pengembangan professional guru” dan Pengawas
sebagai “ penggerak utama dalam pengembangan secara optimum kondisi
pembelajaran ”. Apabila guru belajar dari memeriksa praktiknya sendiri
dengan bantuan teman sejawat atau Pengawas, pembelajarannya menjadi
lebih personal dan oleh karena itu lebih kuat.
Maksud dari supervisi akademik/instruksional adalah formatif,
sesuai dengan proses yang sedang berjalan, proses pengembangan, dengan
pendekatan yang berbeda yang memungkinkan guru untuk belajar dari
cara penganalisisan dan perefleksian praktik di kelas mereka dengan
pendampingan pengawas atau profesional lainnya (Glatthorn, 1984, 1990,
Glickman, 1990).
Sebaliknya, maksud dari evaluasi adalah sumatif; pengamatan
kelas dan penilaian kinerja professional lainnya mengarah pada
pertimbangan final atau rating keseluruhan (mis., M=memuaskan, B=
baik, PP = perlu peningkatan). McGreal (1983) memperjelas bahwa
seluruh supervisi mengarah ke evaluasi dan pengawas tidak dapat
mengevaluasi guru sebelum mereka melakukan pengamatan terhadap guru
di dalam kelasnya
Penelitian pada kebiasaan supervisi menyatakan bahwa, kebanyak
sekolah mengurangi tujuan awal dari supervisi akademik/instruksional
dengan menggantikannya dengan evaluasi (Sullivan & Glanz, 2000).
27
Maksud dari evaluasi adalah untuk melihat ketercapainya dengan
ketentuan standar pendidikan nasional dan kebijakan Pemda.
Menguji/menentukan nilai guru pada akhir tahun, dan dapat pula
digunakan untuk menentukan apakah seorang guru layak untuk mengajar
atau tidak.
Tujuan dari supervisi adalah untuk meningkatkan:
a. Interaksi tatap muka dan membangun hubungan antara guru dengan
Pengawas (Acheson & Gall, 1997; Bellon & Bellon, 1982;
Goldhammer, 1969; McGreal, 1983);
b. Pembelajaran bagi guru dan Pengawas (Mosher & Purpel, 1972)
c. Meningkatkan belajar siswa melalui peningkatan pembelajaran guru
(Blumberg, 1980; Cogan, 1973; Harris, 1975)
d. Basis data untuk pengambilan keputusan (Bellon & Bellon, 1982)
e. Pengembangan kapasitas individual dan organisasi (Pajak, 1993)
f. Membangun kepercayaan pada proses, satu sama lain, dan
lingkungan(Costa & Garmston, 1994), dan
g. Mengubah hasil dengan pengembangan kehidupan yang lebih
baikuntuk guru dan siswa dan pembelajaran mereka (Sergiovanni &
Starratt,1998).
Secara umum tujuan supervisi adalah meningkatkan kualitas
pembelajaran yang berdampak pada peningkatan kualitas hasil belajar
peserta didik.
28
E. Peningkatan Capaian Mutu Sekolah
1. Pengertian Mutu Pendidikan.
Mutu adalah baik buruknya suatu kualitas, taraf atau derajat dari
kecerdasan, kepandaian.Dalam kamus Bahasa Inggris Mutu adalah
Mutiara; kualitas, tingkat/taraf; sedangkan bermutu adalah kualitas tinggi;
pintar.
2. Pemecahan Masalah Mutu Pendidikan.
Meskipun untuk tiap-tiap jenis dan jenjang pendidikan masing-
masing memiliki kekhususan, namun pada dasarnya pemecahan masalah
mutu pendidikan sasarannya adalah pada perbaikan kualitas komponen
pendidikan ( utamanya komponen masukan mentah untuk jenjang
pendidikan menengah dan tinggi, dan komponen masukan instrumental )
serta mobilitas komponen-komponen tersebut. Upaya tersebut pada
gilirannya diharapkan dapat meningkatkan kualitas peserta didik, yang
akhirnya dapat meningkatkan hasil pendidikan.
Upaya pemecahan masalah mutu pendidikan dalam garis besarnya
meliputi hal-hal yang bersifat fisik dan perangkat lunak, persoalan, dan
manajemen sebagai berikut :
a. Seleksi yang lebih rasional terhadap masukan mentah, khususnya
untuk sekolah menengah dan perguruan tinggi.
b. Pengembangan kemampuan untuk tenaga kependidikan melalui studi
lanjut, misalnya berupa Pelatihan, Penataran, Seminar, Kegiatan-
kegiatan kelompok studi seperti KKG, dan MGMP.
29
c. Penyempurnaan kurikulum, misalnya dengan memberi materi yang
lebih esensial dan mengandung muatan lokal, metode yang menantang
dan menggairahkan belajar, dan melaksanakan evaluasi yang beracuan
PAP.
d. Pengembangan prasarana yang menciptakan lingkungan yang tentram
untuk belajar.
e. Penyempurnaan sarana belajar seperti buku paket, media pembe;ajaran
dan peralatan laboratorium.
f. Peningkatan administrasi manajemen khususnya yang mengenai
anggaran.
g. Kegiatan pengendalian mutu yang berupa kegiatan-kegiatan :
1. Laporan penyelenggara pendidikan oleh semua lembaga
pendidikan.
2. Supervisi dan monitoring pendidikan oleh penilik dan pengawas.
3. Sistem Ujian Nasional/Negara seperti EBTANAS, SIPENMARU /
UMPTN.
4. Akreditasi terhadap lembaga pendidikan untuk menetapkan status
suatu lembaga.
3. Komponen-komponen Peningkatan Mutu Pendidikan di Sekolah.
Komponen yang berpengaruh dalam rangka meningkatkan mutu
pendidikan di sekolah antara lain :
a) Siswa, meliputi :
(1) Kemampuan.
30
(2) Lingkungan, termasuk lingkungan sosial ekonomi, budaya dan
geografis.
(3) Intelegensi, kepribadian, bakat dan minat.
b) Guru, meliputi :
(1) Kemampuan.
(2) Latar Belakang Pendidikan.
(3) Pengalaman kerja.
(4) Beban mengajar.
(5) Kondisi sosial ekonomi.
(6) Motivasi kerja.
(7) Komitmen terhadap tugas.
(8) Disiplin.
(9) Kreatif.
c) Kurikulum, meliputi :
(1) Landasan program dan pengembangan
(2) Garis-garis besar program.
(3) Metode.
(4) Tehnik penilaian.
d) Sarana dan Prasarana, meliputi :
(1) Alat peraga.
(2) Laboratorium.
(3) Perpustakaan.
(4) Ruang UKS.
31
(5) Ruang Kantor/ Tata Usaha.
(6) Ruang BP.
e) Pengelolah Sekolah, meliputi :
(1) Pengelolah Kelas.
(2) Pengelolah Guru.
(3) Pengelolah Siswa.
(4) Pengelolah Sarana dan Prasarana.
(5) Peningkatan Tata Tertib/Disiplin.
(6) Kepemimpinan.
f) Proses Belajar Mengajar, meliputi :
(1) Penampilan guru.
(2) Penguasaan materi.
(3) Penggunaan metode.
(4) Pendayaguna alat pembelajaran.
(5) Penyelenggraan PBM dan evaluasi.
g) Pengelolah Dana, meliputi :
(1) RAPBS.
(2) Penggunaan dana secara efektif.
(3) Laporan pertanggungjawaban secara transparan dan akuntabilitas.
(4) Pengawasan.
h) Supervisi dan monitoring, meliputi :
(1) Kepala Sekolah sebagai supervisor.
(2) Pengawas sebagai supervisor.
32
(3) Pembinaan lainnya.
i) Hubungan Sekolah dengan masyarakat, meliputi :
(1) Hubungan sekolah dengan orang tua siswa.
(2) Hubungan sekolah dengan instansi pemerintah.
(3) Hubungan sekolah dengan dunia usaha.
(4) Hubungan sekolah dengan lembaga pendidikan
D. Hipotesis Tindakan
Dari uaraian yang telah dikemukakan di atas ,maka hipotesis tindakan
dalam penelitian aini adalah sebagai berikut :
1. Kinerja guru dalam penyusunan rancangan pembelajaran dapat ditingkatan
dengan pembinaan pengawas melalui supervisi akademik upaya
peningkatan capaian mutu sekolah di SD Binaan Wilayah Kec. Buer Kab.
Sumbawa tahun pelajaran 2013-2014.
2. Pembinaan pengawas melalui supervisi akademik efektif dapat
meningkatkan kinerja guru dalam penyusunan rancangan pembelajaran
sebagai upaya peningkatan capaian mutu sekolah di SD Binaan Wilayah
Kec. Buer Kab. Sumbawa tahun pelajaran 2013-2014.
33
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah Guru SD Binaan Wilayah Kec.
Buer Kab. Sumbawa yang merupakan sekolah tempat peneliti menjadi
pengawas tahun pelajaran 2013-2014.
Adapun data dan nama guru SD Binaan Wilayah Kec. Buer Kab.
Sumbawa yang diambil sebagai sampel adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1
DAFTAR RESPONDEN PENELITIAN
No Nama Guru Asal Sekolah Alamat
1 Abdul Aziz, S.Pd SDN Kabaleso Buer2 Supriati, S.Pd SDN Kabaleso Buer3 Abu M. Zain SDN Kabaleso Buer4 Hidaai, S.Pd SDN 1 Tarusa Buer5 Sabri, A.Ma.Pd.SD SDN 1 Tarusa Buer6 Abdul Hamid SDN 1 Tarusa Buer7 Helyatul Uyunie, S.Pd SDN Pernang Buer8 Muhammad Tahir, S.Pd SDN 2 Jurumapin Buer9 Arief Andayani SDN 2 Jurumapin Buer10 Hasanuddin SDN 2 Jurumapin Buer11 Ridwan SDN Labuhan Burung Buer12 Nuraini, S.Pd SDN Labuhan Burung Buer
13 Raja Tene, S.Pd SDN Labuhan Burung Buer
14 Rahmaniar SDN Brang Loka Buer
Sumber Data : Dinas Diknas kab. Sumbawa tahun 2013-2014 .
34
B. Setting Penelitian
1. PTKp akan dilakukan pada guru SD Binaan Wilayah Kec. Buer Kab.
Sumbawa tahun pelajaran 2013-2014 .
2. SD Binaan Wilayah Kec. Buer Kab. Sumbawa terdiri dari 6 sekolah
masing masing sekolah diambil 1-3 orang guru dengan jumlah seluruhnya
14 orang.
3. PTKp yang dilakukan di SD Binaan adalah pembinaan pengawas melalui
supervisi akademik dalam upaya peningkatan capaian mutu sekolah.
C. Rancangan Penelitian
1. Tindakan dilaksanakan dalam 3 siklus
2. Kegiatan dilaksanakana dalam semester Genap tahun pelajaran 2013-2014.
3. Lama penelitian 6 pekan efektif dilaksanakan mulai bulan 11 Februari
sampai dengan 18 Maret 2014.
4. Dalam pelaksanaan tindakan,rancangan dilakukan dalam 3 siklus yang
meliputi ; (a) perencanaan,(2) tindakan,(3) pengamatan,(4) refleksi.
Rancangan Penelitian Tindakan Kepengawasan ( PTKp ) menurut Kemmis
dan Mc.Taggar ( Depdiknas,2000 ) adalah seperti gambar berikut :
35
Plan
Reflective
Action / Observation
Siklus I
Recived Plan
Reflective
Action / Obesrvation
Siklus II
Recived Plan
Reflective
Action / Observation
Siklus III
Recived Plan
Gambar 3.1. Alur Penelitian Tindakan Kepengawasan
1. Rencana ( Plan ) : adalah rencana tindakan apa yang akan dilakukan untuk
memperbaiki ,meningkatkan atau perubahan perilaku dan sikap sebagai
solusi.
2. Tindakan ( Action ) : adalah apa yang dilakukan oleh peneliti / pengawas
sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang diinginkan.
36
3. Observasi ( Observation ) : adalah mengamati atas hasil atau dampak dari
tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap guru.
4. Refleksi ( reflection ) : adalah peneliti mengkaji,melihat,dan
mempertimbangkan atas hasil atau dampak dari tindakan dari pelbagai
keriteria.
5. Revisi ( recived plan ) : adalah berdasarkan dari hasil refleksi ini,peneliti
melakukan revisi terhadap rencana awal.
D. Varibel Penelitian
Dalam penelitian tindakan kepengawasan ini variabel yang akan
diteliti adalah peningkatan kinerja guru dalam penyusunan rancangan
pembelajaran melalui supervisi akademik pengawas upaya peningkatan
capaian mutu sekolah di SD Binaan Wilayah Kec. Buer Kab. Sumbawa Tahun
Pelajaran 2013-2014.
Variabel tersebut dapat dituliskan kembali sebagai berikut :
Variabel Harapan :
Variabel Tindakan :
Peningkatan kinerja guru dalam penyusunan
rancangan pembelajaran sebagai upaya
peningkatan capaian mutu sekolah.
Pembinaan pengawas melalui supervisi akademik
Adapun indikator yang akan diteliti dalam variabel harapan terdiri dari :
1. Kemampuan meningkatkan kinerja guru.
2. Kemampuan dalam perencanan dan pelaksanaan pembelajaran di sekolah
37
3. Kemampuan menguasai materi bimbingan dan pembinaan pengawas
4. Keefektifan pembinaan pengawas melalui supervisi akademik
meningkatkan kinerja guru dalam penyusunan rancangan pembelajaran
sebagai upaya peningkatan capaian mutu sekolah.
Sedangkan variabel tindakan memiliki indikator sebagai berikut :
1. Tingkat kualitas perencanaan
2. Kualitas perangkat observasi
3. Kualitas operasional tindakan
4. Kesesuaian perencanaan dengan tindakan pengawas
5. Kesesuaian materi pembinaan dan bimbingan yang diberikan
6. Tingkat efektifitas pelaksanaan pembinaan supervisi akademik pengawas
7. Kemampuan meningkatkan kinerja guru dalam penyusunan rancangan
pembelajaran sebagai upaya peningkatan capaian mutu sekolah.
E Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
1. Sumber Data :
Sumber data dalam penelitian ini berasal dari dua sumber yaitu :
1 Guru : Diperoleh data tentang peningkatan kinerja guru
dalam penyusunan rancangan pembelajaran sebagai
upaya peningkatan capaian mutu sekolah.
2 Pengawas : Diperoleh data tentang pembinaan pengawas
melalui supervisi akademik.
38
2. Teknik Pengumpulan Data :
Dalam pengumpulan data teknik yang digunakan adalah
menggunakan observasi dan angket.
F. Indikator Keberhasilan
Penelitian tindakan kepengawasan yang dilaksanakan dalam tiga
siklus dianggap sudah berhasil apabila terjadi peningkatan kinerja guru dalam
penyusunan rancangan pembelajaran sebagai upaya peningkatan capaian mutu
sekolah mencapai 85 % pengawas ( sekolah yang diteliti ) telah mencapai
ketuntasan dengan nilai rata rata 75 .Jika peningkatan tersebut dapat dicapai
pada tahap siklus 1 dan 2 ,maka siklus selanjutnya tidak akan dilaksanakan
karena tindakan kepengawasan yang dilakukan sudah dinilai efektif sesuai
dengan harapan dalam manajemen berbasis sekolah ( MBS ).
G. Teknik Analisis Data
Dalam analisis data teknik yang digunakan adalah ;
1. Kuantitatif
Analisis ini akan digunakan untuk menghitung besarnya
peningkatan kinerja guru dalam penyusunan rancangan pembelajaran
sebagai upaya peningkatan capaian mutu sekolah dengan menggunakan
prosentase ( %).
39
2. Kualitatif
Teknik analisis ini akan digunakan untuk memberikan gambaran
hasil penelitian secara ; reduksi data,sajian deskriptif,dan penarikan
simpulan.
H. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Tabel : 3.2
JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN
No Uraian Kegiatan
Bulan
KeteranganFebruari 2014
Maret 2014
1 2 3 4 5 61 Persiapan dan Koordinasi X
2 SIKLUS I
a. Perencanaan
b. Tindakan
c. Observasi
d. Evaluasi
X
X
X
X
3 SIKLUS II
a. Perencanaan
b. Tindakan
c. Observasi
d. Evaluasi
X
X
X
X
4 SIKLUS III
a. Perencanaan
b. Tindakan
c. Observasi
d. Evaluasi
X
X
X
X
5 ANALISIS DATA X
6 PENYUSUNAN DRAFT
LAPORAN
X
7 PENYUSUNAN LAPORAN
AKHIR
X
40
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Paparan Data dan Temuan Penelitian
1. Perencanaan Tindakan
Penelitian ini menggunakan model pembinaan melalui supervisi
akademik .
Tujuan yang diharapkan pada pertemuan pertama dalam
pembinaan pengawas melalui supervisi akademik ini adalah meningkatkan
kinerja guru dalam penyusunan rancangan pembelajaran sebagai upaya
peningkatan capaian mutu sekolah.
Agar tercapai tujuan di atas, peneliti yang bertindak sebagai
pengawas dengan melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
a) Menyusun instrumen pembinaan
b) Menyusun Instrumen Monitoring
c) Sosialisasi kepada guru
d) Melaksanakan tindakan dalam pembinaan
e) Melakukan refleksi
f) Menyusun strategi pembinaan pada siklus ke dua berdasar refleksi
siklus pertama
g) Melaksanakan pembinaan pada siklus kedua
h) Melakukan Observasi
i) Melakukan refleksi pada siklus kedua
41
j) Menyusun strategi pembinaan pada siklus ketiga berdasar refleksi
siklus kedua
k) Melaksanakan pembinaan pada siklus ketiga
l) Melakukan Observasi
m) Melakukan refleksi pada siklus ketiga
n) Menyusun laporan
2. Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan
Pelaksanaan tindakan dalam penelitian dilakukan 3 siklus yang
terdiri dari tiga kali pertemuan.
Waktu yang digunakan setiap kali pertemuan adalah 2 x 60 menit.
Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 11 s.d 18 Februari 2014 dan
pertemuan kedua pada tanggal 25 Februari s.d 04 Maret 2014 dan
pertemuan ke tiga 11 s.d 18 Maret 2014. Penelitian tindakan
kepengawasan ini dilaksanakan pada saat kegiatan belajar mengajar di
sekolah.
Berikut hasil pembinaan pengawas melalui supervisi akademik
pengawas per siklus sebagai berikut ;
SIKLUS 1
a) Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembinaan
yang terdiri dari rencana pembinaan, soal tes formatif 1 dan alat-alat
pembinaan lain yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar
42
observasi peningkatan kinerja guru dalam penyusunan rancangan
pembelajaran melalui pembinaan supervisi akademik pengawas
pengawas.
b) Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan pembinaan untuk siklus I dilaksanakan
pada tanggal 11 s.d 18 Februari 2014, di SD Binaan Wilayah Kec.
Buer Kab. Sumbawa tahun pelajaran 2013-2014. Dalam hal ini peneliti
bertindak sebagai pengawas. Adapun proses pembinaan mengacu pada
rencana pembinaan yang telah dipersiapkan.
Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan
pelaksanaan pembelajaran. Pada akhir proses pembinaan guru diberi
penilaian formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat
pemahaman guru dalam meningkatkan kinerjanya sesuai dengan yang
telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I. adalah
seperti pada tabel berikut :
Tabel 4.1 :
Tabel Distribusi Nilai Pembinaan Pengawas Meningkatkan
Kinerja Guru Dalam Penyusunan Rancangan Melalui Supervisi
Akademik Pada Siklus I.
No Nama Guru Skor
Keterangan
Tuntas
Tidak Tunta
s1 Abdul Aziz, S.Pd 65 √
2 Supriati, S.Pd 65 √
3 Abu M. Zain 65 √
43
4 Hidaai, S.Pd 70 √
5 Sabri, A.Ma.Pd.SD 65 √
6 Abdul Hamid 65 √
7 Helyatul Uyunie, S.Pd 60 √
8 Muhammad Tahir, S.Pd 55 √
9 Arief Andayani 55 √
10 Hasanuddin 55 √
11 Ridwan 55 √
12 Nuraini, S.Pd 60 √
13 Raja Tene, S.Pd 55 √
14 Rahmaniar 60 √
Jumlah Total 850 - -
Skor Maksimum Individu 100 - -
Skor Maksimum
Kelompok
1400 - -
Ket e rangan :
Jumlah Guru yang tuntas : 6 Orang
Jumlah Guru yang belum tuntas : 3 Orang
Kelompok ( Sekolah ) : Belum Tuntas.
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan pembinaan
yang dilakukan oleh pengawas melalui supervisi akademik diperoleh
nilai rata-rata peningkatan capaian mutu sekolah adalah 60,71 % atau
baru 6 dari 14 orang guru yang sudah tuntas. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara kelompok ( sekolah )
belum meningkat mutunya dalam pembelajaran, karena yang
44
memperoleh nilai ≥ 65 hanya sebesar 42,80 % lebih kecil dari
persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85 %. Hal ini
disebabkan karena banyak guru yang belum memahami dan merasa
baru dengan supervisi akademik pengawas sehingga mereka belum
dapat memahaminya dengan baik.
c) Refleksi
Dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan diperoleh informasi
dari hasil pengamatan sebagai berikut:
(1) Pengawas masih kurang teliti dalam melakukan pembinaan di
sekolah
(2) Pengawas masih kurang baik dalam pemanfaat waktu
(3) Pengawas Sekolah masih kurang konsentrasi dalam melakukan
pembinaan, karena ada tugas lain yang harus dikerjakan.
d) Revisi Rancangan
Pelaksanaan kegiatan pembinaan pada siklus I ini masih
terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan
pada siklus berikutnya.
1) Pengawas perlu lebih terampil dalam memotivasi guru dan lebih
jelas dalam menyampaikan tujuan pembinaan. Di mana guru
diajak untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan
dilakukan.
45
2) Pengawas perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan
menambahkan informasi-informasi yang dirasa perlu dan memberi
catatan.
3) Pengawas harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi
guru sehingga kinerja guru dapat lebih meningkat.
SIKLUS II
a) Tahap perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembinaan
yang terdiri dari rencana pembinaan yang ke 2, soal penilaian formatif
II dan alat-alat pembinaan lain yang mendukung.
b) Tahap kegiatan dan pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan pembinaan supervisi klinis untuk siklus
II dilaksanakan pada tanggal 25 Februari s.d 04 Maret 2014 di SD
Binaan Wilayah Kec. Buer Kab. Sumbawa tahun pelajaran 2013-2014
. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai Pengawas. Adapun proses
pembinaan mengacu pada rencana pembinaan dengan memperhatikan
revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I
tidak terulang lagi pada siklus II. Penelitian tindakan kepengawasan ini
dilaksanakan sesuai dengan prosedur rencana pembinaan dan skenario
pembinaan ,serta kegiatan pembinaan dilaksanakan pada saat proses
pembelajaran berlangsung.
46
Pada akhir proses pembinaan guru diberi tes formatif II dengan
tujuan untuk mengetahui tingkat capaian kinerja guru dalam
penyusunan rancangan pembelajaran. Instrumen yang digunakan
adalah tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II
adalah sebagai berikut
Tabel 4.2 :
Tabel Distribusi Nilai Pembinaan Pengawas Meningkatkan
Kinerja Guru Dalam Penyusunan Rancangan Pembelajaran
Melalui Supervisi Akademik Pada Siklus II.
No Nama Guru Skor
Keterangan
Tuntas
Tidak Tunta
s1 Abdul Aziz, S.Pd 75 √
2 Supriati, S.Pd 75 √
3 Abu M. Zain 75 √
4 Hidaai, S.Pd 80 √
5 Sabri, A.Ma.Pd.SD 85 √
6 Abdul Hamid 85 √
7 Helyatul Uyunie, S.Pd 70 √
8 Muhammad Tahir, S.Pd 60 √
9 Arief Andayani 60 √
10 Hasanuddin 60 √
11 Ridwan 60 √
12 Nuraini, S.Pd 70 √
13 Raja Tene, S.Pd 60 √
14 Rahmaniar 70 √
Jumlah Total 339 - -
Skor Maksimum Individu 100 - -
47
Skor Maksimum
Kelompok
1400 - -
Keterangan :
Jumlah Guru yang tuntas : 11 Orang
Jumlah Guru yang belum tuntas : 5 Orang
Kelompok ( Sekolah ) : Belum Tuntas.
Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata peningkatan kinerja
guru adalah 70,36 % dan peningkatan mutu mencapai 78,57 % atau
sudah 11 orang dari 14 orang guru yang sudah tuntas dalam
meningkatkan kinerjanya. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II
ini peningkatan kinerja guru guru dalam penyusunan rancangan
pembelajaran telah mengalami peningkatan sedikit lebih baik dari
siklus I. Adanya peningkatan ini karena setelah pengawas
menginformasikan bahwa setiap akhir pembinaan akan diadakan
penilaian sehingga pada pertemuan berikutnya guru lebih termotivasi
untuk meningkatkan mutunya. Selain itu guru juga sudah mulai
mengerti apa yang dimaksudkan dan diinginkan oleh pengawas dalam
melakukan pembinaan supervisi akademik.
c) Refleksi
48
Dalam pelaksanaan pembinaan diperoleh informasi dari hasil
pengamatan sebagai berikut:
1) Memotivasi guru dalam meningkatkan mutunya.
2) Membimbing guru dalam menyusun rencana pembelajaran
merumuskan kesimpulan/menemukan konsep
3) Pengelolaan waktu
d) Revisi Pelaksanaaan
Pelaksanaan pembinaan pada siklus II ini masih terdapat
kekurangan-kekurangan. Maka perlu adanya revisi untuk dilaksanakan
pada siklus III antara lain:
1) Pengawas dalam memberikan pembinaan hendaknya dapat
membuat guru termotivasi dalam membuat program dan rencana
sekolah.
2) Pengawas harus lebih dekat dengan guru sehingga tidak ada
perasaan takut/malu dalam diri guru terutama dalam bertanya
tentang masalah yang dihadapi oleh sekolah.
3) Pengawas harus lebih sabar dalam melakukan pembinan kepada
guru terutama dalam merumuskan kesimpulan / menemukan
konsep.
4) Pengawas harus mendistribusikan waktu secara baik sehingga
kegiatan pembinaan dapat berjalan efektif sesuai dengan yang
diharapkan.
49
5) Pengawas sebaiknya menambah lebih banyak contoh contoh
program pembelajaran dan penilaian dengan format format yang
sudah distandardisasi oleh Departemen Pendidikan Nasional,dalam
hal ini Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan ( LPMP ) baik di
Tingkat Provinsi maupun tingkat Pusat.
SIKLUS III
a) Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembinaan
yang terdiri dari rencana pembinaan 3, soal tes formatif 3 dan alat-alat
pembinaan lainnya yang mendukung.
b) Tahap kegiatan dan pengamatan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III
dilaksanakan pada tanggal 11 s.d 18 Maret 2014 di SD Binaan
Wilayah Kec. Buer Kab. Sumbawa tahun pelajaran 2013-2014 dengan
jumlah 14 orang guru. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai
pengawas. Adapun proses pembinaaan mengacu pada rencana
pembinaan dengan memperhatikan revisi pada siklus II, sehingga
kesalahan atau kekurangan pada siklus II tidak terulang lagi pada
siklus III. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan
pelaksanaan proses belajar mengajar berlangsung.
Pada akhir proses pembinaan guru diberi penilaian formatif III
dengan tujuan untuk mengetahui tingkat capaian kinerja guru dalam
50
penyusunan rancangan pembelajaran yang telah dilakukan. Instrumen
yang digunakan adalah tes formatif III. Adapun data hasil penelitian
pada siklus III adalah sebagai berikut :
Tabel 4.3 :
Tabel Distribusi Nilai Pembinaan Pengawas Meningkatkan
Kinerja Guru Dalam Penyusunan Rancangan Pembelajaran
Melalui Supervisi Akademik Pada Siklus III.
No Nama Guru Skor
Keterangan
Tuntas
Tidak Tunta
s1 Abdul Aziz, S.Pd 85 √
2 Supriati, S.Pd 85 √
3 Abu M. Zain 85 √
4 Hidaai, S.Pd 90 √
5 Sabri, A.Ma.Pd.SD 95 √
6 Abdul Hamid 95 √
7 Helyatul Uyunie, S.Pd 80 √
8 Muhammad Tahir, S.Pd 75 √
9 Arief Andayani 75 √
10 Hasanuddin 75 √
11 Ridwan 75 √
12 Nuraini, S.Pd 80 √
13 Raja Tene, S.Pd 75 √
14 Rahmaniar 80 √
Jumlah Total 1150 - -
Skor Maksimum Individu 100 - -
51
Skor Maksimum
Kelompok
1400 - -
Keterangan :
Jumlah Guru yang tuntas : 14 Orang
Jumlah Guru yang belum tuntas : - Orang
Kelompok ( Sekolah ) : Sudah tuntas.
Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai rata-rata tes formatif
sebesar 80,20 % dan dari 14 orang guru secara keseluruhan sudah
mencapai ketuntasan dalam meningkatkan kinerja guru. Maka secara
kelompok ketuntasan telah mencapai 100 % ( termasuk kategori
tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik
dari siklus II. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus III ini
dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan pengawas dalam
menerapkan pembinaan melalui supervisi kunjunghan kelas sehingga
guru menjadi lebih memahami tugasnya sehingga dapat meningkatkan
kinerja guru. Di samping itu ketuntasan ini juga dipengaruhi oleh kerja
sama dari guru dengan pengawas dalam melaksanakan tugasnya
masing masing.
c) Refleksi
Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan
baik maupun yang masih kurang baik dalam proses pembinaan melalui
52
supervisi kunjunghan kelas. Dari data-data yang telah diperoleh dapat
duraikan sebagai berikut:
(1) Selama proses pembinaan pengawas telah melaksanakan semua
pembinaan dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum
sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing
aspek cukup besar.
(2) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa guru aktif
selama proses pembinaan berlangsung.
(3) Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami
perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.
(4) Hasil pembinaan guru oleh pengawas melalui supervisi
kunjunghan kelas pada siklus III mencapai ketuntasan.
d) Revisi Pelaksanaan
Pada siklus III pengawas telah melaksanakan pembinaan
dengan baik dan dilihat dari peningkatan kinerja guru pelaksanaan
pembinaan sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi
terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakan
selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang
telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan pembinaan selanjutnya
baik melalui supervisi akademik dapat meningkatkan kinerja guru
sehingga tujuan pembinaan sebagai upaya meningkatkan mutu
pendidikan dapat tercapai.
53
B. Analisis Hasil Kegiatan
Setelah dilakukan tindakan pada siklus 1, siklus 2 dan siklus 3
menunjukkan hasil sebagai berikut.
Tabel : 4.4 :
Analisis Hasil Tes Tentang Pembinaan Pengawas Terhadap Peningkatan
Kinerja Guru Melalui supervisi akademik .
No NamaSkor sebelum
Tindakan
Siklus 1
Skor setelahTindakan 1
Siklus 2
Skor setelahTindakan 2
Siklus 31 Abdul Aziz, S.Pd 65 75 85
2 Supriati, S.Pd 65 75 85
3 Abu M. Zain 65 75 85
4 Hidaai, S.Pd 70 80 90
5 Sabri, A.Ma.Pd.SD 65 85 95
6 Abdul Hamid 65 85 95
7 Helyatul Uyunie, S.Pd 60 70 80
8 Muhammad Tahir, S.Pd 55 60 75
9 Arief Andayani 55 60 75
1 Hasanuddin 55 60 75
54
0
1
1
Ridwan 55 60 75
1
2
Nuraini, S.Pd 60 70 80
1
3
Raja Tene, S.Pd 55 60 75
1
4
Rahmaniar 60 70 80
Jumlah Total 850 985 1150
Skor Maksimum Individu 100 100 100
Skor Maksimum Kelas 1400 1400 1400
Analisis Data Deskriptif Kuantitatif
1. Pencapaian peningkatan kinerja guru dalam penyusunan rancangan
pembelajaran sebelum diberi tindakan oleh pengawas ;
= 850x 100% = 60,71 % 1400
2. Pencapaian peningkatan kinerja guru dalam penyusunan rancangan
pembelajaran setelah diberi tindakan melalui supervisi akademik
pengawas oleh pengawas
= 985 x 100% = 70,36 % 1400
55
3. Pencapaian peningkatan kinerja guru dalam penyusunan rancangan
pembelajaran setelah diberi tindakan melalui supervisi akademik
pengawas oleh pengawas
= 1150x 100% = 82,14 % 1400
Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa
A. Terjadi peningkatan kinerja guru dalam penyusunan rancangan
pembelajaran setelah diberi pembinaan melalui supervisi akademik
pengawas yaitu peningkatan dari 60,71 % menjadi 70,36 % ada
kenaikan sebesar = 9,65 %
B. Dari sebelum pembinaan ( siklus 1 ) dan setelah pembinaan oleh
pengawas sampai dengan ( siklus 3 ) 60,71 % menjadi 70,36 %, dan
dari ( siklus 2 ) ke ( siklus 3 ) juga ada peningkatan sebanyak 82,14 %
- 70,36 % = 11,78 %.
C. Rata – rata peningkatan kinerja guru dalam penyusunan rancangan
pembelajaran mulai dari sebelum diberi pembinaan sampai selesai
melaksanaan pembinaan siklus III naik dari 20 % menjadi 100 %
D. Dari Pembinaan pada siklus 2 dan setelah pembinaan melalui supervisi
akademik pengawas ( siklus 3 ) 67,80 % menjadi 80,20 % berarti ada
peningkatan prestasi sebanyak 80,20 % - 67,80 % = 12,40 %.
Refleksi dan Temuan
56
Berdasarkan pelaksanaan pembinaan yang telah dilakukan pengawas
kepada para guru melalui supervisi akademik maka hasil observasi nilai,
dapat dikatakan sebagai berikut :
a. Pertemuan pertama kegiatan pembinaan belum berhasil karena dalam
pembinaan pengawas, masih terlihat guru belum begitu antusias karena
mereka masih menganggap pembinaan pengawas tersebut merupakan
tugas baru yang diembannya ;
b. Pembinaan yang dilakukan melalui supervisi akademik , dalam hal
peningkatan kinerja guru dalam penyusunan rancangan pembelajaran
belum tampak, sehingga hasil yang dicapai tidak tuntas.
c. Mungkin karena proses pembinaan yang dilakukan melalui supervisi
akademik pengawas yang baru mereka laksanakan sehingga guru
merasa kaku dalam menerapkannya.
d. Akan tetapi setelah dijelaskan, mereka bisa mengerti dan buktinya pada
pertemuan kedua dan ketiga proses pembinaan pengawas berjalan baik,
semua guru aktif dan lebih-lebih setelah ada rubrik penilaian proses,
semua guru antusias untuk mengikutinya.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Ketuntasan hasil pembinaan kepada guru.
Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa pembinaan
pengawas melalui supervisi akademik memiliki dampak positif dalam
meningkatkan kinerja guru, hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya
57
pemahaman guru dan terhadap pembinaan yang disampaikan pengawas
(kinerja guru dalam penyusunan rancangan pembelajaran meningkat dari
siklus I, II, dan III ) yaitu masing-masing 60,71 % ; 70,36 % ; 82,14 %
Pada siklus III capaian mutu sekolah secara kelompok dikatakan tuntas
( 100 % tuntas ).
2. Kemampuan pengawas dalam meningkatkan kinerja guru ;
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas guru dalam
meningkatkan kinerjanya pada setiap siklus mengalami peningkatan. Hal
ini berdampak positif terhadap peningkatan kinerja guru, yaitu dapat
ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata guru pada setiap siklus
yang terus mengalami peningkatan.
2. Aktivitas pengawas dalam pembinaan melalui supervisi akademik.
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas guru, yang paling
dominan dalam kegiatan supervisi akademik pengawas adalah bekerja
dengan menggunakan alat/media, mendengarkan/memperhatikan
penjelasan pengawas, dan diskusi antar guru dan pengawas. Jadi dapat
dikatakan bahwa aktivitas guru dapat dikategorikan aktif.
Sedangkan untuk aktivitas pengawas selama pembinaan telah
melaksanakan langkah-langkah metode pembinaan melalui supervisi
akademik dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di
antaranya aktivitas membuat dan merencanakan program sekolah,
melaksanakan, memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab di mana
prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar.
58
Berdasarkan hasil penelitian di atas, peningkatan kinerja guru dalam
penyusunan rancangan pembelajaran melalui pembinaan supervisi akademik
pengawas hasilnya sangat baik. Hal itu tampak pada pertemuan pertama dari
14 orang guru yang ada pada saat penelitian ini dilakukan nilai rata rata
mencapai ; 60,71 % meningkat menjadi 70,36 % dan pada siklus 3
meningkat menjadi 82,14 % .
Dari analisis data di atas bahwa pembinaan guru oleh pengawas
melalui supervisi akademik efektif diterapkan dalam upaya meningkatkan
kinerja guru dalam penyusunan rancangan pembelajaran, yang berarti proses
pembinaan pengawas lebih berhasil dan dapat meningkatkan kinerja guru,
khususnya SD Binaan Wilayah Kec. Buer Kab. Sumbawa , oleh karena itu
diharapkan kepada para pengawas dapat melaksanakan pembinaan melalui
supervisi akademik secara berkelanjutan.
Berdasarkan Permen No 12 Tahun 2007 tentang kompetensi guru dan
pengawas, dan dapat membuat rencana kerja kerja sekolah, serta dapat
mengorganisasikan sekolah kearah perubahan yang diinginkan mencapai 85 %
ketercapaiannya, maka supervisi akademik pengawas tersebut dikatakan
efektif. Dengan demikian maka hipotesis yang diajukan di atas dapat
diterima.
59
BAB V
P E N U T U P
A. Simpulan
Berdasarkan analisis hasil penelitian dan diskusi dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Pembinaan pengawas dalam upaya meningkatkan kinerja guru dalam
penyusunan rancangan pembelajaran melalui supervisi akademik
menunjukan peningkatan pada tiap-tiap putaran ( Siklus ).
60
2. Aktivitas dalam kegiatan pembinaan menunjukan bahwa guru dapat
meningkatkan kinerjanya dalam penyusunan rancangan pembelajaran,
dengan baik dalam setiap aspek.
3. Peningkatan kinerja guru dalam penyusunan rancangan pembelajaran guru
oleh pengawas melalui supervisi akademik ini menunjukan peningkatan
pada tiap-tiap putarannya.
4. Aktivitas guru menunjukan bahwa kegiatan pembinaan melalui supervisi
akademik pengawas bermanfaat dan dapat membantu meningkatkan
kinerja guru, untuk lebih muda memahami konsep peran dan fungsi guru
sehingga kinerja guru dapat meningkat,dengan demikian capaian mutu
sekolah dapat ditingkatkan.
B. Saran – Saran
1. Penelitian perlu dilanjutkan dengan serangkaian penelitian yang
mengembangkan alat ukur keberhasilan yang lebih reliabel agar dapat
menggambarkan peningkatan kinerja guru dengan baik sehingga mutu
pendidikan dapat ditingkatkan.
2. Pembinaan pengawas melalui supervisi akademik upaya meningkatkan
kinerja guru dalam penyusunan rancangan pembelajaran diperlukan
perhatian penuh dan disiplin yang tinggi pada setiap langkah
61
pembinaan,dan perencanaan yang matang misalnya dalam pengalokasian
waktu dan pemilihan konsep yang sesuai.
3. Kepada guru diharapkan selalu mengikuti perkembangan jaman, terutama
dengan membaca hasil karya para akhli sehingga tidak ketinggalan dengan
daerah lain, dalam meningkatkan mutu pendidikan,sebagai tanggung
jawab bersama memajukan pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, I. 2000. Profesionalisme Guru: Analisis Wacana Reformsi Pendidikan dam Era Globalisasi. Simposium Nasional Pendidikan di Universitas Muhammadiyah Malang, 25-26 Juli 2001.
Arikunto, Suharsini. 2004. Dasar – dasar Supervisi. Jakarta: Rineka Cipta.
Atmodiwiro, Soebagio dan Soenarto Tatosiswanto, 1991. Kepemimpinan Pengawas, Semarang: Adhi Waskitho.
Bafadal Ibrahim, 1979. Supervisi Pengajaran Teori dan Aplikasinya dalam Membina Profesional Guru, Jakarta: Rineka Cipta.
62
Dedi Herawan, 2005. Pengembangan Model Supervisi Akademik Mata Pelajaran IPA-Biologi: Efektifitas Model Inovasi Supervisi Akademik Mata Pelajaran IPA Biologi dalam Upaya Meningkatkan Kinerja Guru IPA Biologi di SMU. Tesis Tidak diterbitkan UPI Bandung.
Depdiknas RI 2007, Peraturan No 12 Tentang Kompetensi Pengawas.Jakarta : Depdiknas
____________2007, Peraturan Menteri No 13 Tentang Kompetensi Pengawas.Jakarta : Depdiknas.
____________2007, Peraturan Menteri No 19 Tentang Standar Pengelolaan Sekolah/Madrasah.Jakarta : Depdiknas
Dirjen PMPTK.2009. Bahan Belajar Mandiri Musyawarah kerja pengawas Dimensi Supervisi.Jakarta : Dirjen PMPTK.
63
Lampiran : 1
INSTRUMEN PENILAIAN KINERJA GURUDALAM PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Instrumen Penilaian Kinerja Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran (PP)SD Binaan Wilayah Kec. Buer Kab. Sumbawa Tahun Pelajaran 2013-2014
1. Nama Guru : …………………………………………………
2. NIP/NIK : …………………………………………………
3. Sekolah (tempat) : …………………………………………………
4. Waktu (penilaian) : …………………………………………………
5. Tanggal (penilaian) : ……………………………………………………………..
64
Petunjuk :
Berilah skor pada butir-butir pelaksanaan pembelajaran dengan cara melingkari angka pada kolom skor (1, 2, 3, 4, 5) sesuai dengan kriteria sebagai berikut.
1 = sangat tidak baik2 = tidak baik3 = kurang baik4 = baik5 = sangat baik
NO
INDIKATOR/ASPEK YANG DIAMATI SKOR
I PRAPEMBELAJARAN1. Memeriksa kesiapan siswa 1 2 3 4 52. Melakukan kegiatan apersepsi 1 2 3 4 5
II KEGIATAN INTI PEMBELAJARANA. Penguasaan materi pelajaran3. Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran 1 2 3 4 54. Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan 1 2 3 4 55. Menyampaikan materi dengan jelas dan sesuai dengan
hierarki belajar1 2 3 4 5
6. Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan 1 2 3 4 5
B. Pendekatan/strategi pembelajaran7. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi
(tujuan) yang akan dicapai1 2 3 4 5
8. Melaksanakan pembelajaran secara runtut 1 2 3 4 59. Menguasai kelas 1 2 3 4 5
10. Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual 1 2 3 4 511. Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan
tumbuhnya kebiasaan positif1 2 3 4 5
12. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan
1 2 3 4 5
C. Pemanfaatan sumber belajar /media pembelajaran13. Menggunakan media secara efektif dan efisien 1 2 3 4 514. Menghasilkan pesan yang menarik 1 2 3 4 515. Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media 1 2 3 4 5
D. Pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa
16. Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran 1 2 3 4 517. Menunjukkan sikap terbuka terhadap respons siswa 1 2 3 4 518. Menumbuhkan keceriaan dan antusisme siswa dalam 1 2 3 4 5
65
NO
INDIKATOR/ASPEK YANG DIAMATI SKOR
belajar
E. Penilaian proses dan hasil belajar19. Memantau kemajuan belajar selama proses 1 2 3 4 520. Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi
(tujuan)1 2 3 4 5
F. Penggunaan bahasa 21. Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik, dan
benar1 2 3 4 5
22. Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai 1 2 3 4 5
III PENUTUP 23. Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan
melibatkan siswa 1 2 3 4 5
24. Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, atau kegiatan, atau tugas sebagai bagian remidi/pengayaan
1 2 3 4 5
Total Skor
Buer, 11 Februari 2014Pengawas
BACHTIAR, S.PdNIP.19581207 197911 1 003
Lampiran : 2
Instrumen Penilaian Kinerja Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran (PP)SD Binaan Wilayah Kec. Buer Kab. Sumbawa Tahun Pelajaran 2013-2014
Nama Guru :___________________________Nip :___________________________Pangkat/Golonga n :___________________________Bidang Studi yang diajarkan :___________________________
Petunjuk :
66
Berilah penilaian kompetensi kepribadian dan sosial guru, dengan cara
melingkari angka pada kolom skor (1, 2, 3, 4, 5) sesuai dengan kriteria
sebagai berikut.
1 = sangat tidak baik/sangat rendah
2 = tidak baik/rendah
3 = kurang baik/kurang tinggi
4 = baik/tinggi
5 = sangat baik/sangat tingi
No. Aspek yang dinilai Skor
1. Ketaatan dalam menjalankan ajaran agama (rajin menjalankan ajaran agama yang dianut, misal: orang muslim rajin menjalankan sholat, orang Kristiani rajin ke gereja, dll.)
1 2 3 4 5
2. Tanggung jawab (sanggup menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan, misal: melaksanakan pembelajaran dengan baik dan sesuai jadwal)
1 2 3 4 5
3. Kejujuran (menyampaikan sesuatu apa adanya, misal: ijin tidak masuk atau tidak mengajar dengan alasan yang sebenarnya)
1 2 3 4 5
4. Kedisiplinan (kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku, misal mulai dan mengakhiri kegiatan pembelajaran sesuai dengan jadwal)
1 2 3 4 5
5. Keteladanan (menjadi contoh atau rujukan dalam sikap dan perilaku bagi orang lain, misal: menjadi teladan bagi sejewat dan peserta didik dalam tutur kata, berpakaian, dll.)
1 2 3 4 5
6. Etos kerja (komitmen dan semangat dalam melaksanakan tugas, misal yang memiliki etos kerja tinggi, bersemangat melaksanakan dan mentaati kaidah-kaidah dalam tugas)
1 2 3 4 5
7. Inovasi dan Kreativitas (kemampuan dan kemauan untuk mengadakan pembaharuan melalui olah pikirnya, misal selalu berusaha menggunakan alam sekitar dan bahan-bahan yang ada di sekitarnya dalam proses pembelajaran di kelas)
1 2 3 4 5
8. Kemampuan menerima kritik dan saran (perilaku dalam merespon kritik dan saran dari orang lain, misal mendapat kritik tidak marah dan akomodatif terhadap saran orang lain)
1 2 3 4 5
9. Kemampuan berkomunikasi (dapat menyampaikan ide-idenya dengan bahasa yang baik dan dapat dipahami oleh sasaran, misal: dalam keseharian dapat berkomunikasi secara baik dengan sejawat)
1 2 3 4 5
10. Kemampuan bekerjasama 1 2 3 4 5
67
No. Aspek yang dinilai Skor
Skor Total ............
Buer, 11 Februari 2014Pengawas
BACHTIAR, S.PdNIP.19581207 197911 1 003
Lampiran : 3
Penilaian Kinerja Guru
Penilaian Kinerja Guru dalam Perencanaan Pembelajaran( Skala Nilai 1 – 4 )
Nama Guru : ..............................................................
68
Mata Pelajaran : ..............................................................Pokok Materi : ..............................................................Kelas/Semester : ..............................................................
No Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Nilai *)1 Tujuan Pembelajaran
Standar KompetensiIndikatorRanah Tujuan (komprehenship)Sesuai dengan Kurikulum
2 Bahan Belajar/Materi PelajaranBahan belajar mengacu/sesuai dengan tujuanBahan belajar disusun secara sistematisMenggunakan bahan belajar sesuai dengan kurikulumMemberi Pengayaan
3 Strategi/Metode PembelajaranPemilihan metode disesuaikan dengan tujuanPemilihan metode disesuaikan dengan materiPenentuan langkah-langkah proses pembelajaran
berdasarkan metode yang digunakanPenataan alokasi waktu proses pembelajaran sesuai
dengan pro-porsi.Penetapan metode berdasarkan pertimbangan
kemampuan siswa.Memberi pengayaan
4 Media PembelajaranMedia disesuaikan dengan tujuan pembelajaranMedia disesuaikan dengan materi pembelajaranMedia disesuaikan dengan kondisi kelasMedia disesuaikan dengan jenis evaluasiMedia disesuaikan dengan kemampuan guruMedia disesuaikan dengan kebutuhan dan
perkembangan siswa
5 EvaluasiEvaluasi mengacu pada tujuanMencantumkan bentuk evaluasi Mencantumkan jenis evaluasiDisesuaikan dengan alokasi waktu yang tersediaEvaluasi disesuaikan dengan kaidah evaluasi
Total NilaiNilai RPP (R)
69
*) Skala Nilai 0 – 4
Buer, 11 Februari 2014Pengawas
BACHTIAR, S.PdNIP.19581207 197911 1 003
Kriteria Penilaian:
Nilai 4 jika semua deskriptor tampak
Nilai 3 jika hanya 3 deskriptor yang tampak
Nilai 2 jika hanya 2 deskriptor yang tampak
Nilai 1 jika hanya 1 deskriptor yang tampak
Nilai 0 jika tidak ada deskriptor yang tampak
Lampiran ; 4
ASPEK YANG DIAMATI DALAM PENILAIAN KINERJA GURU
Petunjuk Umum
70
Berilah tanda (V) atau nilai pada kolom yang sesuai dengan penilaian anda dan
catatlah hal-hal yang penting yang berhubungan dengan aspek yang diamati pada
kolom keterangan.
1. Tidak ada (0-25)2. Kurang baik (26-50)3. Cukup (51-75)4. Baik (76-100)5. Sangat baik (101-125)
LEMBAR OBSERVASI
No Aspek yang diamati 1 2 3 4 5 Keterangan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
A. Perencanaan Proses
pembelajaran.
Apakah guru:
Menyusun Silabus?
Identitas mata pelajaran
atau tema pelajaran
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Materi pembelajaran
Kegiatan pembelajaran
Indikator pencapaian
kompetensi
Penilaian
Alokasi waktu
Sumber belajar
10
11
12
B. Menyusun RPP ?
Komponen-komponen:
Identitas mata pelajaran
Standar kompetensi
Kompetensi Dasar
71
13
14
15
16
17
18
19
20
Indikator pencapaian
kompetensi
Tujuan Pembelajaran
Materi Ajar
Alokasi Waktu
Metode Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
a) Pendahuluan
b) Inti
c) Penutup
Penilaian hasil belajar
Sumber belajar
21
22
23
24
25
C. Pelaksanaan Proses
Pembelajaran
1. Persyaratan pelaksanaan
proses pembelajaran
2. Pelaksanaan
Pembelajaran
D. Penilaian Hasil Belajar
E. Pengawasan Proses
Pembelajaran
Buer, 11 Februari 2014Pengawas
BACHTIAR, S.PdNIP.19581207 197911 1 003
Lampiran 5
DAFTAR HADIR GURU PADA KEGIATAN
PENELITIAN TINDAKAN KEPENGAWASAN
72
No N A M AAsal
Sekolah
KEHADIRANI II III IV V VI
Tgl. 11-022014
Tgl.18-022014
Tgl.25-022014
Tgl.04-032014
Tgl.11-032014
Tgl.18-032014
1 Abdul Aziz, S.Pd SDN
Kabaleso
2 Supriati, S.Pd SDN Kabaleso
3 Abu M. Zain SDN
Kabaleso
4 Hidaai, S.Pd SDN 1 Tarusa
5 Sabri, A.Ma.Pd.SD SDN 1 Tarusa
6 Abdul Hamid SDN 1
Tarusa
7 Helyatul Uyunie,
S.Pd
SDN Pernang
8 Muhammad Tahir,
S.Pd
SDN 2 Jurumapin
9 Arief Andayani SDN 2
Jurumapin
10 Hasanuddin SDN 2
Jurumapin
11 Ridwan SDN
73
Labuhan
Burung
12 Nuraini, S.Pd SDN
Labuhan
Burung
13 Raja Tene, S.Pd SDN
Labuhan
Burung
14 Rahmaniar SDN
Brang
Loka
Buer, 11 Februari 2014Pengawas
BACHTIAR, S.PdNIP.19581207 197911 1 003
Lampiran : 6
FOTO - FOTO KEGIATAN PEMBINAAN
74
Pengawas sedang melakukan pertemuan dan memberikanPembinaan kepada kepala sekolah, upaya peningkatan kinerja guru
Para guru binaaan sedang mendengarkan pembinaanyang disampaikan oleh pengawas
Pengawas sedang mengamati salah seorang guru
Di salah satu SD binaan melalui supervisi akademik
75
Pengawas sedang memberikan pembinaan saat Proses pembelajaran berlangsung
76