A1 Selamat Datang dan Selamat Mengikuti...
Transcript of A1 Selamat Datang dan Selamat Mengikuti...
Selamat Datangdan Selamat Mengikuti Pelatihan
TAXATION
Iji Samaji, SE. M.Si. Ak. CA. BKP.
1
A1
Slide 1
A1 Axioo; 17/11/2011
PenghasilanPenghasilanPenghasilanPenghasilan TidakTidakTidakTidak KenaKenaKenaKena PajakPajakPajakPajak (PTKP)(PTKP)(PTKP)(PTKP) (Psl 7 UU PPh)
1. Penghasilan Kena Pajak WP OP = penghasilan neto – PTKP
2. Besarnya PTKP ditentukan menurut keadaan pada awal tahun pajak /
awal bagian tahun pajak.
3. Besarnya PTKP adalah :
Nilai Keterangan
Rp. 24.300.000,- Untuk diri WP OP
Rp. 2.025.000,- Tambahan untuk WP OP yang kawin
Rp. 24.300.000,- tambahan untuk seorang isteri yang penghasilannya digabung
dengan penghasilan suami
Rp. 2.025.000,- setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam
garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi
tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk
setiap keluarga
2
Iji Samaji, SE. M.Si. Ak. CA. BKP.
Mulai 1-1-2013
PenghasilanPenghasilanPenghasilanPenghasilan TidakTidakTidakTidak KenaKenaKenaKena PajakPajakPajakPajak ((((PTKP) PTKP) PTKP) PTKP) (Psl 7 UU PPh)
Contoh:
Wajib Pajak A mempunyai seorang isteri dengan tanggungan 4 (empat) orang anak.
Apabila isterinya memperoleh penghasilan dari satu pemberi kerja yang sudah dipotong
Pajak Penghasilan Pasal 21 dan pekerjaan tersebut tidak ada hubungannya dengan usaha
suami atau anggota keluarga lainnya.
Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak yang diberikan kepada Wajib Pajak A adalah
sebesar Rp 32.400.000,00 {Rp24.300.000,00 + Rp2.025.000,00 + (3 x Rp2.025.000,00)},
sedangkan untuk isterinya, pada saat pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 oleh
pemberi kerja diberikan Penghasilan Tidak Kena Pajak sebesar Rp15.840.000,00.
Apabila penghasilan isteri harus digabung dengan penghasilan suami, besarnya
Penghasilan Tidak Kena Pajak yang diberikan kepada Wajib Pajak A adalah sebesar
Rp56.700.000,00 (Rp32.400.000,00 + Rp24.300.000,00).
3
Iji Samaji, SE. M.Si. Ak. CA. BKP.
PenghasilanPenghasilanPenghasilanPenghasilan TidakTidakTidakTidak KenaKenaKenaKena PajakPajakPajakPajak ((((PTKP) PTKP) PTKP) PTKP) (Psl 7 UU PPh)
Penghitungan besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) ditentukan
menurut keadaan Wajib Pajak pada awal tahun pajak atau pada awal
bagian tahun pajak.
Misalnya, pada tanggal 1 Januari 2013 Wajib Pajak B berstatus kawin
dengan tanggungan 1 (satu) orang anak. Apabila anak yang kedua lahir
setelah tanggal 1 Januari 2013, besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak
yang diberikan kepada Wajib Pajak B untuk tahun pajak 2013 tetap dihitung
berdasarkan status kawin dengan 1 (satu) anak
4
Iji Samaji, SE. M.Si. Ak. CA. BKP.
Dilakukan terhadap hal-hal sbb :
a. Seluruh penghasilan yg diterima / diperoleh WP OP (suami);
b. Penghasilan / kerugian bagi wanita yg telah kawin pd awal tahun pajak / awal bagian
tahun pajak dianggap sebagai penghasilan / kerugian suaminya dan dikenai pajak
sebagai satu kesatuan (Psl 8 ay (1)).
Penggabungan tsb TIDAK dilakukan dlm hal penghasilan isteri diperoleh dari
pekerjaan sebagai pegawai yg telah dipotong pajak oleh pemberi kerja, dgn
ketentuan bhw :
� penghasilan isteri tsb semata-mata diperoleh dari satu pemberi kerja, dan
� penghasilan isteri tsb berasal dari pekerjaan yg tidak ada hubungannya dgn
usaha atau pekerjaan bebas suami atau anggota keluarga lainnya.
C. Seluruh penghasilan anak yg belum dewasa (Psl 8 ay (4)).
PenggabunganPenggabunganPenggabunganPenggabungan PenghasilanPenghasilanPenghasilanPenghasilan WP OP WP OP WP OP WP OP (Psl 8 UU PPh)5
Iji Samaji, SE. M.Si. Ak. CA. BKP.
Contoh :
Wajib Pajak A, yg memperoleh penghasilan dari usaha sebesar Rp100.000.000,-mempunyai seorang isteri yg menjadi pegawai dgn penghasilan sebesar Rp50.000.000,-.
� Apabila penghasilan isteri tsb diperoleh dari satu pemberi kerja dan telah dipotongpajak oleh pemberi kerja dan pekerjaan tsb tidak ada hubungannya dgn usaha suami / anggota keluarga lainnya, penghasilan Rp 50.000.000,- tidak digabung dgnpenghasilan A dan pengenaan pajak atas penghasilan isteri tersebut bersifat final.
� Apabila selain menjadi pegawai, isteri A juga menjalankan usaha, misalnya salon kecantikan dgn penghasilan sebesar Rp75.000.000,-, seluruh penghasilan isterisebesar Rp125.000.000,- (Rp50.000.000,- + Rp75.000.000,-) digabungkan dgnpenghasilan A.
Dengan penggabungan tsb, A dikenai pajak atas penghasilan Rp225.000.000,-(Rp100.000.000,- + Rp50.000.000,- + Rp75.000.000,-)
Potongan pajak atas penghasilan isteri tidak bersifat final, artinya dpt dikreditkanterhadap pajak yg terutang atas penghasilan sebesar Rp225.000.000,- tsb ygdilaporkan dalam SPT Tahunan PPh
PenggabunganPenggabunganPenggabunganPenggabungan PenghasilanPenghasilanPenghasilanPenghasilan WP OPWP OPWP OPWP OP (Psl 8 UU PPh)
6
Iji Samaji, SE. M.Si. Ak. CA. BKP.
a. suami-isteri telah hidup berpisah berdasarkan putusan hakim;
b. dikehendaki scr tertulis o/ suami-isteri berdsrkan perjanjian pisah harta & penghasilan;
c. dikehendaki o/ isteri yg memilih unt m’jalankan hak & kewajiban perpajakannya sendiri.
Penghasilan neto suami-isteri pd huruf b dan c di atas, dikenai pajak berdasarkan penggabungan penghasilan neto suami-isteri, dan besarnya pajak yg hrs dilunasi o/masing2 suami-isteri dihitung sesuai dgn perbandingan penghasilan neto mereka.
Contoh :
Dari contoh sblmnya, apabila isteri menjalankan usaha salon kecantikan, pengenaan pajaknya dihitung berdasarkan jumlah penghasilan sebesar Rp225.000.000,-.
Misalnya pajak yg terutang atas jml penghasilan tsb adl sebesar Rp 56.250.000,-,
Maka unt masing2 suami dan isteri pengenaan pajaknya dihitung sbb :
� Suami : 100.000.000,- / 225.000.000,- x Rp 56.250.000,- = Rp 25.000.000,
� Isteri : 125.000.000,- / 225.000.000,- x Rp 56.250.000,- = Rp 31.250.000,-
PengenaanPengenaanPengenaanPengenaan PajakPajakPajakPajak SuamiSuamiSuamiSuami----IstriIstriIstriIstri scrscrscrscr TERPISAHTERPISAHTERPISAHTERPISAH (Psl 8 UU PPh)
7
Iji Samaji, SE. M.Si. Ak. CA. BKP.
PPh Terhutang
PPh Terhutang = Penghasilan Kena Pajak x Tarif PPh
Penghasilan Neto = Penghasilan bruto – pengurang2 yg diperbolehkan
(Pembukuan)
Penghasilan Neto = Penghasilan bruto x Tarif Norma Penghitungan
(Norma Penghitungan)
Penghasilan Kena Pajak = Penghasilan Neto - PTKP
8
Iji Samaji, SE. M.Si. Ak. CA. BKP.
Pembahasan terkait pengurang2 penghasilan bruto bagi WP OP yg melakukan pembukuan dijelaskan dalam sesi berikutnya
Contoh penghitungan dgn Norma Penghitungan – dijelaskan dalam sesi berikutnya
No Jumlah Penghasilan Tarif
1. s.d. Rp. 50.000.000,00 5 %
2. Di atas Rp. 50.000.000,00 s.d Rp. 250.000.000,00 15 %
3. Di atas Rp. 250.000.000,00 s.d. Rp. 500.000.000,00 25 %
4. Di atas Rp. 500.000.000,00 30 %
Tarif PPh WP Orang PribadiTarif PPh WP Orang PribadiTarif PPh WP Orang PribadiTarif PPh WP Orang Pribadi (Psl 17 UU PPh)
Contoh : Jumlah Penghasilan Kena Pajak Rp 600.000.000,-.
Pajak Penghasilan terutang =
5% x Rp 50.000.000,- = Rp 2.500.000,-
15% x Rp 200.000.000,- = Rp 30.000.000,-
25% x Rp 250.000.000,- = Rp 62.500.000,-
30% x Rp 100.000.000,- = Rp 30.000.000,-
Jumlah Rp 125.000.000,-
9
Iji Samaji, SE. M.Si. Ak. CA. BKP.
PPh Akhir Tahun (Psl 29)PPh Akhir Tahun (Psl 29)PPh Akhir Tahun (Psl 29)PPh Akhir Tahun (Psl 29)
PPh Kurang Bayar = PPh terhutang – Kredit Pajak � PPh terhutang > Kredit Pajak
PPh Lebih Bayar = PPh terhutang – Kredit Pajak � PPh terhutang < Kredit Pajak
PPh Nihil = PPh terhutang – Kredit Pajak � PPh terhutang = Kredit Pajak
Kredit Pajak :
• PPh Pasal 21
• PPh Pasal 22
• PPh Pasal 23
• PPh Pasal 24
• PPh Pasal 25 (termasuk Pokok STP)
• PPh Pasal 26 (5)
• Fiskal Luar Negeri
10
Iji Samaji, SE. M.Si. Ak. CA. BKP.
PPh Akhir Tahun (Psl 29) PPh Akhir Tahun (Psl 29) PPh Akhir Tahun (Psl 29) PPh Akhir Tahun (Psl 29)
Pajak Penghasilan yang terutang Rp 80.000.000,-
Kredit pajak:
- Pemotongan pajak dari pekerjaan (Pasal 21) Rp 5.000.000,-
- Pemungutan pajak oleh pihak lain (Pasal 22) Rp 10.000.000,-
- Pemotongan pajak dari modal (Pasal 23) Rp 5.000.000,-
- Kredit pajak luar negeri (Pasal 24) Rp 15.000.000,-
- Dibayar sendiri oleh Wajib Pajak (Pasal 25) Rp 10.000.000,-
Jumlah Pajak Penghasilan yang dapat dikreditkan Rp 45.000.000,-
Pajak Penghasilan yang masih harus dibayar (PPh Psl 29) Rp 35.000.000,-
Contoh
11
Iji Samaji, SE. M.Si. Ak. CA. BKP.
Angsuranngsuranngsuranngsuran PajakPajakPajakPajak dlmdlmdlmdlm TahunTahunTahunTahun BerjalanBerjalanBerjalanBerjalan
PPhPPhPPhPPh PslPslPslPsl 25 25 25 25
PPh Pasal 25 adalah pembayaran pajak yg dibayar sendiri (angsuran pajak) oleh WP dlm tahun berjalan yg akan dikreditkan pd akhir tahun pajak yg bersangkutan
Penghitungan PPh Pasal 25
1. PPh yg terutang menurut SPT Tahunan PPh tahun pajak yg lalu, dikurangi dgn :
a. PPh yg dipotong /dipungut sbgmn dimaksud dlm Psl 21, Psl 23, Psl 22; dan
b. PPh yg dibayar / terutang di LN yg boleh dikreditkan sbgmn dimaksud dlm Psl 24
2. dibagi 12 atau banyaknya bulan dlm bagian tahun pajak.
PPh yang terutang berdasarkan SPT Tahunan PPh 2013 : Rp 50.000.000,-
dikurangi dengan :
a. PPh Pasal 21 (unt WP OP) Rp 15.000.000,-
b. PPh Pasal 22 Rp 10.000.000,-
c. PPh Pasal 23 Rp 2.500.000,-
d. PPh Pasal 24 Rp 7.500.000,- (+)
Jumlah kredit pajak Rp 35.000.000,- (-)
Selisih Rp 15.000.000,-
Besarnya PPh Psl 25 setiap bln selama 2014 adalah sebesar : Rp15.000.000,00 / 12 = Rp 1.250.000,00
12
Iji Samaji, SE. M.Si. Ak. CA. BKP.
PenghitunganPenghitunganPenghitunganPenghitungan PPhPPhPPhPPh PslPslPslPsl 25 25 25 25
DalamDalamDalamDalam Hal2 Hal2 Hal2 Hal2 TertentuTertentuTertentuTertentu
Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk menetapkan penghitungan besarnya angsuran
pajak dalam tahun pajak berjalan dalam hal-hal tertentu, sbb :
1. WP berhak atas kompensasi kerugian;
2. WP memperoleh penghasilan tidak teratur;
3. SPT Tahunan tahun yg lalu disampaikan setelah lewat batas waktu yg ditentukan;
4. WP diberikan perpanjangan jk waktu penyampaian SPT Tahunan;
5. WP membetulkan sendiri SPT Tahunan yg mengakibatkan angsuran bulanan lebih besar dari angsuran bulanan sebelum pembetulan; dan
6. Terjadi perubahan keadaan usaha atau kegiatan WP.
13
Iji Samaji, SE. M.Si. Ak. CA. BKP.
Angsuran Pajak dlm Tahun Berjalan PPh Psl 25
WP Orang Pribadi Pengusaha Tertentu (OPPT)
Kewajiban PPh Pasal 25 bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu
(WP-OPPT) sesuai Psl 25 ayat (7) huruf (c) diatur lebih lanjut dengan PER-
32/2010 ���� akan dibahas tersendiri.
14
Iji Samaji, SE. M.Si. Ak. CA. BKP.
Fiskal Luar Negeri
Mulai 1 Januari 2009 s/d 31 Desember 2010, tarif FLN adalah sebesar :
� Rp 2.500.000,- unt setiap orang setiap kali bertolak ke LN - pesawat udara
� Rp. 1.000.000,- unt setiap orang setiap kali bertolak ke LN - angkutan laut.
Dikecualikan dari kewajiban membayar FLN adalah :
1. Bebas scr langsung (langsung menuju ke konter fiskal sblm imigrasi dgn menunjukkan paspor dan boarding pass);
2. WP OP DN yang memiliki NPWP;
3. Bebas dengan Surat Keterangan Bebas Fiskal Luar Negeri (SKBFLN).
15
Iji Samaji, SE. M.Si. Ak. CA. BKP.
SPT Tahunan PPh WP OP
1. Formulir 1770 (SPT Tahunan PPh WP OP), bagi Wajib Pajak ber penghasilan :
• dari usaha/pekerjaan bebas yg m’selenggarakan Pembukuan / Norma Penghitungan;
• dari satu atau lebih pemberi kerja;
• yang dikenakan PPh Final dan/atau Bersifat Final; dan/atau
• penghasilan lain.
2. Formulir 1770 S (SPT Tahunan PPh WP OP 1770 Sederhana), bagi WP ber penghasilan :
• dari satu atau lebih dari satu pemberi kerja;
• dari dalam negeri lainnya; dan/atau
• yang dikenakan PPh Final dan/atau Bersifat Final.
3. Formulir 1770 SS (SPT Tahunan PPh WP OP Sangat Sederhana), bagi WP ber penghasilan :
- hanya dari 1 pemberi kerja dgn jml penghsl bruto dari pekerjaan tdk lebih dari Rp 60 jt-sethn; &
- tidak mempunyai penghasilan lain kecuali penghasilan bunga bank dan/ atau bunga koperasi.
16
Iji Samaji, SE. M.Si. Ak. CA. BKP.
Penghitungan PPh dalam SPT Tahunan
1. Penghasilan Neto Komersial Dalam Negeri :
a. Peredaran Usaha
b. Harga Pokok Penjualan
c. Biaya Usaha Lainnya
d. Penghasilan Neto dari Usaha
e. Penghasilan dari Luar Usaha
f. Biaya dari Luar Negeri
g. Penghasilan Neto dari Luar Usaha
h. Penghasilan Neto Komersial DM
2. Penghasilan Neto Luar Negeri
3. Jumlah Penghasilan Neto Komersial
4. Penghasilan Dikenakan PPh Final & Bukan Obyek PPh
12/21/2013
17
Iji Samaji, SE. M.Si. Ak. CA. BKP.
Penghitungan PPh dalam SPT Tahunan
5. Penyesuaian Fiskal Positip (+)
6. Penyesuaian Fiskal Negatip (-)
7. Fasilitas Penanaman Modal – Pengurang Penghasilan
8. Penghasilan Neto Fiskal
9. Kompensasi Kerugian Fiskal
10. Penghasilan Kena Pajak
11. PPh Terhutang
12. PPh Ditanggung Pemerintah
13. Kredit Pajak Dipotong / dipungut pihak lain
14. PPh yg Harus dibayar sendiri / Lebih Bayar
15. PPh telah dibayar sendiri (PPh Psl 25)
16. PPh Kurang / (Lebih) Bayar
17. Penghitungan Angsuran Masa - PPh Psl.25
18. PPh Final
19. Penghasilan Bukan Obyek Pajak12/21/2013
18
Iji Samaji, SE. M.Si. Ak. CA. BKP.
12/21/2013
KOREKSI FISKAL
Latar Belakang
Adanya perbedaan perlakuan terhadap penghasilan dan pengurang
penghasilan menurut Laporan Keuangan Komersial (SAK) dan Peraturan
Perpajakan
Solusi
• Tidak boleh membuat pembukuan ganda
• Apabila Laporan Keuangan berdasarkan Komersial (SAK)
• Lakukan Koreksi Fiskal sesuai Peraturan Perpajakan
Jenis Koreksi Fiskal
- Koreksi Positip (+) : menambah penghasilan / pajak atau mengurangi biaya
- Koreksi Negatip (-) : mengurangi penghasilan / pajak atau menambah biaya
19
Iji Samaji, SE. M.Si. Ak. CA. BKP.
JENIS KOREKSI FISKAL
1. Beda Tetap
Perbedaan perlakuan di Lap Keu Komersial (SAK) dan Peraturan Perpajakan bersifat tetap
a. Dividen yg diterima PT, Koperasi, BUMN/ BUMD atas penyertaan modal pd
badan usaha di Indonesia , dgn syarat dividen yg diterima PT, BUMN, BUMD
berasal dari cad laba yg ditahan dankepemilikan saham paling rendah 25%
• Komersial : obyek kena pajak
• Fiskal : bukan obyek kena pajak
b. Bunga Tabungan / Deposito
• Komersial : penghasilan yg digabung dgn penghasilan lain
• Fiskal : bersifat final – tdk digabung dgn penghasilan lain
a. Sumbangan, Fringe Benefit, PPh dll
• Komersial : boleh dibebankan sebagai biaya pengurang penghasilan
• Fiskal : tidak boleh dibebankan sebagai biaya pengurang penghasilan
12/21/2013
20
Iji Samaji, SE. M.Si. Ak. CA. BKP.
KOREKSI FISKAL
U R A I A NCfm.
KomersialKoreksi Fiskal
Cfm.
FiskalKeterangan
Penerimaan Deviden dari
PT. ABCD (penyertaan
40%)150.000.000 (150.000.000) -
Bukan Obyek Pajak
Bunga Deposito 160.000.000 (160.000.000)-
Dikenakan PPh
Final
Sumbangan HUT RI & ABRI 20.000.000 20.000.000 -
Psl.9
Bantuan ke Panti Asuhan 10.000.000 10.000.000 -
Psl.9
Contoh : Beda Tetap
12/21/2013
21
Iji Samaji, SE. M.Si. Ak. CA. BKP.
JENIS KOREKSI FISKAL
2. Beda Waktu
Perbedaan perlakuan antara Akuntansi Komersial (SAK) dan Peraturan
Perpajakan menyangkut saat (waktu) pengakuannya yang berbeda.
� Pengakuan biaya penyusutan – perbedaan tarif
� Penilaian persediaan – perbedaan metode
� Pengahukuan penghapusan piutang – perbedaan persyaratan
� dll
12/21/2013
22
Iji Samaji, SE. M.Si. Ak. CA. BKP.
KOREKSI FISKAL
U R A I A NCfm.
Komersial
Koreksi
FiskalCfm. Fiskal Keterangan
Penyusutan - Aktiva
Pabrik250.000.000 (50.000.000) 300.000.000 Beda tarif
Pemakaian Bahan
(HPP) 800.000.000 40.000.000 760.000.000
Beda
metode
Penghapusan
Piutang 90.000.000 20.000.000 70.000.000
persyaratan
blm
terpenuhi
Contoh : Beda Waktu
12/21/2013
23
Iji Samaji, SE. M.Si. Ak. CA. BKP.
12/21/2013 24
Ada Pertanyaan???
Iji Samaji, SE. M.Si. Ak. CA. BKP. 24
1. ……
2. ……
3. ……
4. ……
5. ……
Pertanyaan:
Iji Samaji, SE. M.Si. Ak. CA. BKP.
25
Terima kasih
atas perhatiannya
Iji Samaji, S.E, M.Si., Ak.. CA., BKP.
Lecturer, Tax Adviser & Tax Trainer / Instructor
Iji Samaji, SE. M.Si. Ak. CA. BKP. 26
Semoga Sukses
Iji Samaji, SE. M.Si. Ak. CA. BKP.
27
28Iji Samaji, SE. M.Si. Ak. CA. BKP.
28
Terima Kasih
atas perhatiannya
29
Iji Samaji, SE. M.Si. Ak. CA. BKP.