Ptk
description
Transcript of Ptk
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................................................i
KATA PENGANTAR .................................................................................................................ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................................iii
BAB I . .PENDAHULUAN ........................................................................................................1
BAB II .PEMBAHASAN............................................................................................................3
1. KONSEP DAN TEORI PENELITIAN TINDAKAN KELAS ................................3
1.1 Pengertian PTK ...................................................................................................3
1.2 Karakteristik PTK ...............................................................................................4
1.3 Prinsip PTK ........................................................................................................5
1.4 Tujuan PTK ........................................................................................................7
1.5 Manfaat PTK ......................................................................................................7
1.6 Prosedur PTK .....................................................................................................8
1.7 Proses PTK .........................................................................................................9
1.7.1 Refleksi Awal, Gagasan Umum, Penelaahan Lapangan, dan Tema
Kepedulian ...............................................................................................9
1.7.2 Perencanaan .............................................................................................10
1.7.3 Pelaksanaan Tindakan ..............................................................................11
1.7.4 Observasi dan Evaluasi ............................................................................11
1.7.5 Refleksi ....................................................................................................12
2. IMPLEMENTASI PENELITIAN TINDAKAN KELAS ........................................14
2.1 Diagnosis dan Penetapan Masalah .....................................................................14
2.2 Bentuk dan Skenario Tindakan ...........................................................................17
2.3 Pengembangan Instrumen untuk Mengukur Keberhasilan Tindakan .................18
2.4 Prosedur Analisis dan Interpretasi Data Penelitian ............................................22
2.5 Teknik Penyusunan Proposal ..............................................................................24
BAB III PENUTUP .....................................................................................................................32
1. KESIMPULAN ........................................................................................................32
2. SARAN-SARAN ......................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................33
i
BAB I
P E N D A H U L U A N
Dalam menjalankan tugasnya, secara ideal guru merupakan agen pembaharuan. Sebagai agen
pembaharuan, guru diharapkan selalu melakukan langkah-langkah inovatif berdasarkan hasil evaluasi
dan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukannya. Langkah inovatif sebagai bentuk
perubahan paradigma guru tersebut dapat dilihat dari pemahaman dan penerapan guru tentang
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK sangat mendukung program peningkatan kualitas
pembelajaran di sekolah yang muaranya adalah peningkatan kualitas pendidikan. Hal ini, karena
dalam proses pembelajaran, guru adalah praktisi dan teoretisi yang sangat menentukan. Peningkatan
kualitas pembelajaran, merupakan tuntutan logis dari perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan seni (Ipteks) yang semakin pesat. Perkembangan Ipteks mengisyaratkan penyesuaian dan
peningkatan proses pembelajaran secara berkesinambungan, sehingga berdampak positif terhadap
peningkatan kualitas lulusan dan keberadaan sekolah tempat guru itu mengajar.
Berdasarkan penjelasan tersebut, peningkatan kompetensi guru merupakan tanggung jawab
moral bagi para guru di sekolah. Peningkatan kompetensi guru mencakup empat jenis, yaitu (1)
kompetensi pedagogi (2) kompetensi profesional, (3) kompetensi sosial, dan (4) kompetensi
kepribadian. Berdasarkan UURI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, PPRI
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, dan UURI Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen, peningkatan kompetensi guru menjadi isu strategis dalam rangka
peningkatan mutu pendidikan. Bahkan menurut PPRI Nomor 19 Tahun 2005 tersebut pada pasal 31
ditegaskan, bahwa selain kualifikasi, guru sebagai tenaga pendidik juga dituntut untuk memiliki
sertifikat kompetensi sesuai dengan tingkat dan bidang keahlian yang diajarkannya.
Upaya peningkatan keempat kompetensi merupakan upaya peningkatan profesionalisme guru.
Peningkatan profesionalisme dapat dicapai oleh guru dengan cara melakukan Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) secara berkesinambungan. Praktik pembelajaran melalui PTK dapat meningkatkan
profesionalisme guru (Ahmar, 2005; Jones & Song, 2005; Kirkey, 2005; McIntosh, 2005; McNeiff,
1992). Hal ini, karena PTK dapat membantu (1) pengembangan kompetensi guru dalam
menyelesaikan masalah pembelajaran mencakup kualitas isi, efisiensi, dan efektivitas pembelajaran,
proses, dan hasil belajar siswa, (2) peningkatan kemampuan pembelajaran akan berdampak pada
peningkatan kompetensi kepribadian, sosial, dan profesional guru (Prendergast, 2002). Lewin (dalam
Prendergast, 2002:2) secara tegas menyatakan, bahwa penelitian tindakan kelas merupakan cara guru
1
untuk mengorganisasikan pembelajaran berdasarkan pengalamannya sendiri atau pengalamannya
berkolaborasi dengan guru lain. Sementara itu, Calhoun dan Glanz (dalam Prendergast, 2002:2)
menyatakan, bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu metode untuk memberdayakan guru
yang mampu mendukung kinerja kreatif sekolah. Di samping itu, Prendergast (2002:3) juga
menyatakan, bahwa penelitian tindakan kelas merupakan wahana bagi guru untuk melakukan refleksi
dan tindakan secara sistematis dalam pengajarannya untuk memperbaiki proses dan hasil belajar
siswa. Cole dan Knowles (Prendergast (2002:3-4) menyatakan bahwa, penelitian tindakan kelas dapat
mengarahkan para guru untuk melakukan kolaborasi, refleksi, dan bertanya satudengan yang lain
dengan tujuan tidak hanya tentang program dan metode mengajar, tetapi juga membantu para guru
mengembangkan hubungan-hubungan personal. Pernyataan Knowles tersebut juga didukung oleh
Noffke (Prendergast (2002:5), bahwa penelitian tindakan kelas dapat mendorong para guru
melakukan refleksi terhadap praktek pembelajarannya untuk membangun pemahaman mendalam dan
mengembangkan hubungan-hubungan personal dan sosial antar guru. Whitehead (1993) menyatakan,
bahwa penelitian tindakan kelas dapat memfasilitasi guru untuk mengembangkan pemahaman
tentang pedagogi dalam rangka memperbaiki pemberlajarannya.
Penjelasan-penjelasan teoretis tersebut mengindikasikan, bahwa pemahaman dan penerapan
PTK akan membantu guru untuk mengembangkan keempat kompetensi yang dipersyaratkan oleh
UURI Nomor 14 Tahun 2005. PTK akan memfasilitasi guru untuk meningkatkan kompetensi-
kompetensi profesional, pedagogi, kepribadian, dan sosial.
2
BAB II
P E M B A H A S A N
1. KONSEP DAN TEORI PENELITIAN TINDAKAN KELAS
PTK tidak lepas dari tujuan perbaikan diri sendiri, maka sebelum seorang Guru atau para
Guru memulai merancang dan melaksanakan PTK, perlu memperhatikan hal-hal berikut :
1. PTK adalah alat untuk memperbaiki atau menyempurnakan mutu pelaksanaan tugassehari-hari
(mengajar yang mendidik), oleh karena itu hendaknya sedapat mungkinmemilih metode atau
model pembelajaran yang sesuai yang secara praktis tidak mengganggu atau menghambat
komitmen tugasnya sehari-hari.
2. Teknik pengumpulan data jangan sampai banyak menyita waktu, sehingga tugas utama Guru
tidak terbengkalai.
3. Metodologi penelitian hendaknya memberi kesempatan kepada Guru untuk merumuskan hipotesis
yang kuat, dan menentukan strategi yang cocok dengan suasana dan keadaan kelas tempatnya
mengajar.
4. Masalah yang diangkat hendaknya merupakan masalah yang dirasakan dan diangkat dari wilayah
tugasnya sendiri serta benar-benar merupakan masalah yang dapat dipecahkan melalui PTK oleh
Guru itu sendiri.
5. Sejauh mungkin, PTK dikembangkan ke arah meliputi ruang lingkup sekolah. Dalamhal ini,
seluruh staf sekolah diharapkan berpartisipasi dan berkontribusi, sehingga pada gilirannya Guru-
Guru lain ikut merasakan pentingnya penelitian tersebut. Jika kepedulian seluruh staf
berkembang, maka seluruh staf itu dapat bekerja sama untuk menentukan masalah-masalah
sekolah yang layak dan harus diteliti melalui PTK.
1.1 Pengertian PTK
Penelitian tindakan telah mulai berkembang sejak perang dunia kedua. Oleh sebab itu,
terdapat banyak pengertian tentang PTK. Istilah PTK dideferensiasi dari pengertian berikut:
Kemmis (1992): Action research as a form of self-reflective inquiry undertaken by
participants in a social (including educational) situation in order to improve the
rationality and justice of (a) their on social or educational practices, (b) their
3
understanding of these practices, and (c) the situations in which practices are
carried out.
McNeiff (2002): action research is a term which refer to a practical way of looking
at your own work to sheck that it is you would like it to be. Because action research
is done by you, the practitioner, it is often referred to as practitioner based
research; and because it involves you thinking about and reflecting on your work, it
can also be called a form of self-reflective practice.
Berdasarkan penjelasan Kemmis dan McNeiff tersebut, dapat dicermati pengertian PTK
secara lebih rinci dan lengkap. PTK didefinisikan sebagai suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif
oleh pelaku tindakan. Tindakan tersebut dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari
tindakan-tindakan mereka dalam melaksanakan tugas sehari-hari, memperdalam pemahaman
terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan, serta memperbaiki kondisi di mana praktik-praktik
pembelajaran tersebut dilakukan. Untuk mewujudkan tujuan-tujuan tersebut, PTK dilaksanakan
dalam proses berdaur (cyclical) yang terdiri dari empat tahapan, planing, action,
observation/evaluation, dan reflection.
1.2 Karakteristik PTK
Karakteristik PTK yang sekaligus dapat membedakannya dengan penelitian formal
adalah sebagai berikut :
1. PTK merupakan prosedur penelitian di kelas yang dirancang untuk menanggulangi masalah nyata
yang dialami Guru berkaitan dengan siswa di kelas itu. Ini berarti, bahwa rancangan penelitian
diterapkan sepenuhnya di kelas itu, termasuk pengumpulan data, analisis, penafsiran, pemaknaan,
perolehan temuan dan penerapan temuan. Semua dilakukan di kelas dan dirasakan oleh kelas itu.
2. Metode PTK diterapkan secara kontekstual, dalam arti bahwa variabel-variabel yang ditelaah
selalu berkaitan dengan keadaan kelas itu sendiri. Dengan demikian, temuan hanya berlaku untuk
kelas itu sendiri dan tidak dapat digeneralisasi untuk kelas yang lain. Temuan PTK hendaknya
selalu diterapkan segera dan ditelaah kembali efektivitasnya dalam kaitannya dengan keadaan dan
suasana kelas itu.
3. PTK terarah pada suatu perbaikan atau peningkatan kualitas pembelajaran, dalam arti bahwa hasil
atau temuan PTK itu adalah pada diri Guru telah terjadi perubahan, perbaikan, atau peningkatan
sikap dan perbuatannya. PTK akan lebih berhasil jika ada kerja sama antara Guru-Guru di
sekolah, sehingga mereka dapat sharing permasalahan, dan apabila penelitian telah dilakukan,
4
selalu diadakan pembahasan perencanaan tindakan yang dilakukan. Dengan demikain, PTK itu
bersifat kolaborasi dan kooperatif.
4. PTK bersifat luwes dan mudah diadaptasi. Dengan demikian, maka cocok digunakan dalam
rangka pembaharuan dalam kegiatan kelas. Hal ini juga memungkinkan diterapkannya suatu hasil
studi dengan segera dan penelaahan kembali secara berkesinambungan.
5. PTK banyak mengandalkan data yang diperoleh langsung atas refleksi diri peneliti. Pada saat
penelitian berlangsung Guru sendiri dibantu rekan lainnya mengumpulkan informasi, menata
informasi, membahasnya, mencatatnya, menilainya, dan sekaligus melakukan tindakan-tindakan
secara bertahap. Setiap tahap merupakan tindakan lanjut tahap sebelumnya.
6. PTK sedikitnya ada kesamaan dengan penelitian eksperimen dalam hal percobaan tindakan yang
segera dilakukan dan ditelaah kembali efektivitasnya. Tetapi, PTK tidak secara ketat
memperdulikan pengendalian variabel yang mungkin mempengaruhi hasil penelaahan. Oleh
karena kaidah-kaidah dasar penelitian ilmiah dapat dipertahankan terutama dalam pengambilan
data, perolehan informasi, upaya untuk membangun pola tindakan, rekomnedasi dan lain-lain,
maka PTK tetap merupakan proses ilmiah.
7. PTK bersifat situasional dan spesisifik, yang pada umumnya dilakukan dalam bentuk studi kasus.
Subyek penelitian sifatnya terbatas, tidak representatif untuk merumuskan atau generalisasi.
Penggunaan metoda statistik terbatas pada pendekatan deskriptif tanpa inferensi.
1.3 Prinsip PTK
Menurut Hopkins (1993: 57-61), terdapat 6 prinsip penelitian tindakan kelas. Prinsip-
prinsip tersebut adalah sebagai berikut :
1. Sebagai seorang guru yang pekerjaan utamanya adalah mengajar, seyogyanya PTK yang
dilakukan tidak mengganggu komitmennya sebagai pengajar. Ada dua hal penting terkait dengan
prinsip ini. Pertama, mungkin metode pembelajaran yang diterapkannya dalam PTK tidak segera
dapat memperbaiki pembelajarannya, atau hasilnya tidak jauh berbeda dengan metode yang
digunakan sebelumnya. Sebagai pertanggungjawaban profesional, Guru hendaknya selalu secara
konsisten menemukan sebabnya, mencari jalan keluar terbaik, atau menggantinya agar mampu
memfasilitasi para siswa dalam belajar dan meningkatkan hasil belajar secara lebih optimal.
Kedua, banyaknya siklus yang diterapkan hendaknya mengutamakan pada ketercapaian kriteria
keberhasilan, misalnya pembentukan pemahaman yang mendalam (deep understanding)
5
ketimbang sekadar menghabiskan kurikulum (content coverage), dan tidak semata-mata mengacu
pada kejenuhan informasi (saturation of information).
2. Teknik pengumpulan data tidak menuntut waktu dan cara yang berlebihan. Sedapat mungkin
hendaknya dapat diupayakan prosedur pengumpulan data yang dapat ditangai sendiri, sementara
Guru tetap aktif sebagai mana biasanya. Teknik pengumpulan data diuapayakan sesederhana
mungkin, asal mampu memperoleh informasi yang cukup signifikan dan dapat dipercaya secara
metodologis.
3. Metodologi yang digunakan hendaknya dapat dipertanggung jawabkan reliabilitasnya yang
memungkinkan Guru dapat mengidentifikasi dan merumuskan hipotesis secara meyakinkan,
mengembangkan strategi yang dapat diterapkan pada situasi kelas, serta memperoleh data yang
dapat digunakan untuk membuktikan hipotesis tindakannya. Jadi, walaupun terdapat kelonggaran
secara metodologis, namun PTK mestinya tetap dilaksanakan atas dasar taat kaidah keilmuan.
4. Masalah yang terungkap adalah masalah yang benar-benar membuat Guru galau, sehingga atas
dasar tanggung jawab profesional, dia didorong oleh hatinya untuk memiliki komitmen dalam
rangka menemukan jalan keluarnya melalui PTK.
Komitmen tersebut adalah dorongan hati yang paling dalam untuk memperoleh perbaikan secara
nyata proses dan hasil pelayanannya pada siswa dalam menjalankan tugas-tugas kesehariannya
dibandingkan dengan proses dan hasil-hasil sebelumnya.Dengan demikian, mengajar adalah
penelitian yang dilakukan secara berkelanjutan dalam rangka mengkonstruksi pengetahuan
sendiri agar mampu melakukan perbaikan praktiknya.
5. Pelaksanaan PTK seyogyanya mengindahkan tata krama kehidupan berorganisasi. Artinya, PTK
hendaknya diketahui oleh kepala sekolah, disosialisasikan pada rekanrekan Guru, dilakukan
sesuai dengan kaidah-kaidah keilmuan, dilaporkan hasilnya sesuai dengan tata krama penyusunan
karya tulis ilmiah, dan tetap mengedepankan kepentingan siswa layaknya sebagai manusia.
6. Permasalahan yang hendaknya dicarikan solusinya lewat PTK hendaknya tidak terbatas hanya
pada konteks kelas atau mata pelajaran tertentu, tetapi tetap mempertimbangkan perspektif
6
sekolah secara keseluruhan. Dalam hal ini, pelibatan lebih dari seorang pelaku akan sangat
mengakomodasi kepentingan tersebut.
7
1.4 Tujuan PTK
Tujuan PTK dapat digolongkan atas dua jenis, tujuan utama dan tujuan sertaan. Tujuan-
tujuan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Tujuan utama pertama, melakukan perbaikan dan peningkatan layanan professional Guru dalam
menangani proses pembelajaran. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan melakukan refleksi untuk
mendiagnosis kondisi, kemudian mencoba secara sistematis berbagai model pembelajaran
alternatif yang diyakini secara teoretis dan praktis dapat memecahkan masalah pembelajaran.
Dengan kata lain, guru melakukan perencanaan, melaksanakan tindakan, melakukan evaluasi, dan
refleksi.
2. Tujuan utama kedua, melakukan pengembangan keteranpilan Guru yang bertolak dari kebutuhan
untuk menanggulangi berbagai persoalan aktual yang dihadapinya terkait dengan pembelajaran.
Tujuan ini dilandasi oleh tiga hal penting, (1) kebutuhan pelaksanaan tumbuh dari Guru sendiri,
bukan karena ditugaskan oleh kepala sekolah, (2) proses latihan terjadi secara hand-on dan mind-
on, tidak dalam situasi artifisial, (3) produknyas adalah sebuah nilai, karena keilmiahan segi
pelaksanaan akan didukung oleh lingkungan.
3. Tujuan sertaan, menumbuh kembangkan budaya meneliti di kalangan Guru.
1.5 Manfaat PTK
PTK dapat memberikan manfaat sebagai inovasi pendidikan yang tumbuh dari bawah, karena
Guru adalah ujung tombak pelaksana lapangan. Dengan PTK Guru menjadi lebih mandiri yang
ditopang oleh rasa percaya diri, sehingga secara keilmuan menjadi lebih berani mengambil prakarsa
yang patut diduganya dapat memberikan manfaat perbaikan. Rasa percaya diri tersebut tumbuh
sebagai akibat Guru semakin banyak mengembangkan sendiri pengetahuannya berdasarkan
pengalaman praktis. Dengan secara kontinu melakukan PTK, Guru sebagai pekerja profesional tidak
akan cepat berpuas diri lalu diam di zone nyaman, melainkan selalu memiliki komitmen untuk meraih
hari esok lebih baik dari hari sekarang. Dorongan ini muncul dari rasa kepedulian untuk
memecahkan masalahmasalah praktis dalam kesehariannya. Manfaat lainnya, bahwa hasil PTK dapat
dijadikan sumber masukan dalam rangka melakukan pengembangan kurikulum. Proses
pengembangan kurikulum tidak bersifat netral, melainkan dipengaruhi oleh gagasan-gagasan yang
8
saling terkait mengenai hakikat pendidikan, pengetahuan, dan pembelajaran yang dihayati oleh Guru
di lapangan. PTK dapat membantu guru untuk lebih memahami hakikat pendidikan secara empirik.
1.6 Prosedur PTK
PTK merupakan proses pengkajian suatu masalah pada suatu kelas melalui system daur ulang
dari berbagai kegiatan, seperti yang ditunjukkan pada Bagan 01.
Bagan 1. Daur Ulang dalam Penelitian Tindakan Kelas
Daur tersebut dapat dilaksanakan bertolak dari hasil refleksi diri tentang adanya unsure
ketidakpuasan diri sendiri terhadap kinerja yang dilakukan dan yang dilalui sebelumnya. Misalnya,
Guru sadar bahwa hasil belajar siswa pada bidang studi yang diasuh selalu terpuruk. Guru saat itu
berpikir tentang strategi pembelajaran yang diterapkan selama ini, fasilitas yang mendukung
pelajaran, lalu mencari kelemahan-kelemahan kinerja yang telah dilakukan yang diduga sebagai
penyebab terpuruknya hasil belajar siswa. Untuk merencanakan tindakan perbaikan, ada beberapa
pertanyaan yang dapat membantu Guru, sebagai berikut. (1) Apa kepedulian anda terhadap kelas itu?
(2) Mengapa anda peduli terhadap hal tersebut? (3) Apa yang menurut pendapat anda, anda dapat
lakukan berkenan dengan hal itu? (4) Bukti-bukti yang bagaimana yang dapat anda kumpulkan untuk
membantu menelaah apa yang terjadi? (5) Bagaimana anda akan mengumpulkan buktibukti itu? (6)
Bagaimana anda akan memeriksa bahwa pertimbangan anda mengenai apa yang terjadi itu cukup
tepat dan cermat?
Jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan itu akan menghasilkan penilaian praktis tentang
situasi yang dihadapi dan menghasilkan pula rencana yang mungkin digunakan untuk menangani
situasi itu. Dalam hal seperti itu, daur ulang yang serupa dengan yang dikemukakan tersebut terjadi
pula, yaitu dengan terjadinya apa yang dirasakan Guru.
9
1. Guru mengalami suatu masalah dalam mengajar apabila sistem nilai yang diperoleh tidak sesuai
dengan tuntutan kurikulum.
2. Guru membayangkan pemecahan masalah tersebut.
3. Guru bertindak sesuai dengan cara pemecahan yang dibayangkan.
4. Guru menilai hasil upaya pemecahan itu.
5. Guru memperbaiki praktik, rencana, dan gagasan-gagasan mengajar dengan strategibaru sesuai
dengan hasil penilaian itu.
6. Guru menerangkan hasil perubahan itu sambil menelaah dampaknya terhadap hasil kerjanya.
1.7 Proses PTK
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa keseluruhan proses PTK selengkapnya
terdiri atas tahapan-tahapan seperti yang dilukiskan pada Bagan 02, yang pada pokoknya terdiri dari
empat tahapan.
Bagan 2. Proses Siklus Penelitian Tindakan kelas
1.7.1 Refleksi Awal, Gagasan Umum, Penelaahan Lapangan, dan Tema Kepedulian
1.7.2 Perencanaan
1.7.3 Pelaksanaan Tindakan
1.7.4 Observasi dan Evaluasi
1.7.5 Refleksi
Refleksi adalah suatu upaya untuk mengkaji apa yang telah terjadi, yang telah dihasilkan, atau
apa yang belum dihasilkan, atau apa yang belum tuntas dari langkah atau upaya yang telah dilakukan.
Dengan perkataan lain, refleksi merupakan pengkajian terhadap keberhasilan atau kegagalan
pencapaian tujuan. Untuk maksud ini, Guru hendaknya terlebih dahulu menentukan kriteria
10
keberhasilan. Refleksi terdiri atas 5 komponen. Komponen-komponen tersebut dilukiskan pada
Bagan 03.
Bagan 03 Komponen-komponen Refleksi dalam PTK
Kelima komponen itu dapat terjadi secara berurutan, atau terjadi bersamaan. Apabila Guru
selaku pelaksana PTK telah memiliki gambaran menyeluruh mengenai apa yang terjadi pada fase
sebelumnya, maka kalau dia ingin melanjutkan tindakan berikutnya, dia harus memikirkan faktor-
faktor penyebabnya. Pengkajian seperti itu dilakukan dengan tetap memperhatikan ke seluruhan tema
kepedulian PTK yang sedang berjalan dan tentu saja dengan memperhatikan tujuan yang ingin
dicapai atau perubahan yang diharapkan. Dalam rangka menetapkan tindakan selanjutnya, Guru
hendaknya jangan semata-mata terpaku kepada faktor-faktor penyebab yang berhasil dianalisis, tetapi
yang lebih penting adalah penetapan langkah berikutnya merupakan hasil renungan kembali
mengenai kekuatan dan kelemahan tindakan yang telah dilakukan, perkiraan peluang yang akan
diperoleh, kendala atau kesulitan bahkan ancaman yang mungkin dihadapi. Hasil refleksi hendaknya
didiskusikan sebelum diambil suatu keputusan, lebih-lebih hasil refleksi yang akan digunakan
sebagai dasar kesimpulan dan rekomendasi.
Berikut disajikan contoh ilustrasi refleksi. Misalkan hasil observasi terungkap bahwa dari
strategi (misalkan diskusi kelas) yang telah digunakan dalam pembelajaran, ternyata siswa ribut,
kurang bertanggung jawab, kesiapannya kurang. Hasil observasi terhadap proses pembahasan hasil
asesmen diperoleh data bahwa siswa kurang aktif berinteraksi terhadap materi pelajaran, temannya,
dan terhadap Guru. Hasil analisis kompetnsinya terungkap masih rendah (belum mencapai target
minimal). Respon siswa tidak bisa mengikuti pembelajaran secara optimal dalam waktu singkat, sulit
mendapat giliran dalam diskusi kelas, tidak ada kesesuaian antara materi diskusi dengan materi tes,
dan lain-lain. Terhadap semua data tersebut, maka Guru melakukan refleksi. Misalnya diskusi kelas
diubah menjadi diskusi kelompok, lebih banyak menyiapkan pertanyaan-pertanyaan dalam diskusi,
memberikan tugas sebelumnya kepada siswa, menunjuk secara bergiliran siswa untuk mengerjakan
tugas sekaligus dinilai secara kualitatif atau kuantitatif, hasil asesmen didiskusikan kepada siswa
sebelum pembelajaran berikutnya, sasaran belajar dirumuskan secara realistis yang mudah diukur,
dan lain-lain.
11
12
2. IMPLEMENTASI PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) memiliki potensi yang sangat besar untuk meningkatkan
pembelajaran apabila diimplementasikan dengan baik dan benar. Diimplementasikan dengan baik di
sini berarti pihak yang terlibat (dosen dan guru) mencoba dengan sadar mengembangkan kemampuan
dalam mendeteksi dan memecahkan masalah-masalah pendidikan dan pembelajaran melalui tindakan
bermakna yang diperhitungkan dapat memecahkan masalah atau memperbaiki situasi dan kemudian
secara cermat mengamati pelaksanaannya untuk mengukur tingkat keberhasilannya.
Diimplementasikan dengan benar berarti sesuai dengan kaidah-kaidah penelitian tindakan.
Berikut akan di bahas bagaimana implementasi penelitian tindakan kelas untuk peningkatan
kualitas pembelajaran yang mencakup diagnosis dan penetapan masalah yang ingin diselesaikan,
bentuk dan skenario tindakan, pengembangan instrumen untuk mengukur kebehasilan tindakan, serta
prosedur analisis dan interpretasi data penelitian.
2.1 Diagnosis dan Penetapan Masalah
Masalah PTK yang merupakan penelitian kolaborasi antara dosen dan guru di sekolah
hendaknya berasal dari persoalan-persoalan praktis yang dihadapi guru di kelas. Oleh karena itu,
diagnosis masalah hendaknya tidak dilakukan oleh dosen lalu ”ditawarkan” kepada guru untuk
dipecahkan tetapi sebaiknya dilakukan bersama-sama oleh dosen dan guru. Pada kenyataannya dosen
dapat mengajak guru untuk berkolaborasi melakukan PTK dan menanyakan masalah-masalah apa
yang dihadapi guru yang mungkin dapat diteliti melalui PTK. Guru yang telah berpengalaman
melakukan penelitian tindakan kelas mungkin dapat langsung mengatakan permasalahan yang
dihadapinya yang mungkin dapat diteliti bersama dan kemudian membahas masalah tersebut dengan
dosen.
Lain halnya dengan guru yang belum berpengalaman dalam PTK. Guru tersebut mungkin
belum dapat secara langsung mengemukakan permasalahan yang mungkin dapat diteliti bersama
dosen. Dalam hal ini dosen perlu meminta izin kepada guru untuk hadir di kelas dan mengamati guru
mengajar. Setelah pembelajaran berakhir dosen dapat terlebih dahulu menanyakan kepada guru
masalah apa yang dirasakan guru pada saat pembelajaran sebelum mengusulkan salah satu
permasalahan yang dipikirkan dosen. Dosen baru-boleh mengajukan permasalahan bila guru tidak
dapat mendeteksi adanya masalah di kelasnya.
13
Di dalam mendiagnosis masalah untuk PTK ini guru dan dosen harus ingat bahwa tidak
semua topik penelitian dapat diangkat sebagai topik PTK. Hanya masalah yang dapat “dikembangkan
berkelanjutan” dalam kegiatan harian selama satu semester atau satu tahun yang dapat dipilih
menjadi topik. “Dikembangkan berkelanjutan” berarti bahwa setiap waktu tertentu, misalnya 2
minggu atau satu bulan, rumusan masalahnya, atau hipotesis tindakannya, atau pelaksanaannya sudah
perlu diganti atau dimodifikasi. Dalam kegiatan di kelas, guru dapat mencermati masalah-masalah
apa yang dapat dikembangkan berkelanjutan ini dalam empat bidang yaitu yang berkaitan dengan
pengelolaan kelas, proses belajar-mengajar, pengembangan/penggunaan sumber-sumber belajar,
maupun sebagai wahana peningkatan personal dan profesional.
PTK yang dikaitkan dengan pengelolaan kelas dapat dilakukan dalam rangka :
1. meningkatkan kegiatan belajar-mengajar,
2. meningkatkan partisipasi siswa dalam belajar,
3. menerapkan pendekatan belajar-mengajar inovatif, dan
4. mengikutsertakan pihak ketiga dalam proses belajar-mengajar.
PTK yang dikaitkan dengan proses belajar mengajar dapat dilakukan dalam rangka :
1. menerapkan berbagai metode mengajar,
2. mengembangkan kurikulum,
3. meningkatkan peranan siswa dalam belajar, dan
4. memperbaiki metode evaluasi.
PTK yang dikaitkan dengan pengembangan/penggunaan sumber-sumber belajar dapat dilakukan
dalam rangka pengembangan pemanfaatan :
1. model atau peraga,
2. sumber-sumber lingkungan, dan
3. peralatan tertentu.
PTK sebagai wahana peningkatan personal dan profesional dapat dilakukan dalam rangka :
1. meningkatkan hubungan antara siswa, guru, dan orang tua,
2. meningkatkan “konsep diri” siswa dalam belajar,
3. meningkatkan sifat dan kepribadian siswa, serta
14
4. meningkatkan kompetensi guru secara profesional. Jadi, masalah penelitian yang dipilih
hendaknya memenuhi kriteria “dapat diteliti”, dapat “ditindaki”, dan “ditindaklanjuti”.
Contoh permasalahan ada di Lampiran 1.
Dari sekian banyak kemungkinan masalah, guru bersama dosen perlu mendiagnosis masalah
apa atau masalah mana yang perlu diprioritaskan pemecahannya dalam penelitian yang akan
dilakukan bersama itu.
Penetapan masalah hendaknya dilakukan bersama oleh dosen dan guru setelah menganalisis
seluruh pilihan masalah, minat, dan keinginan guru serta dosen (bersama) untuk memecahkan salah
satu atau beberapa di antaranya. Penetapan masalah ini ditandai dengan penentuan permasalahan
yang akan diteliti dan perumusan fokus masalahnya. Rumusan fokus masalah yang mungkin
ditetapkan bersama antara guru dan dosen dapat berupa rumusan sebagai berikut: Bagaimana
membelajarkan siswa materi tertentu agar siswa mau dan mampu belajar?
Masalah-masalah lain yang mungkin dihadapi guru dapat berupa :
1. Bagaimana meningkatkan minat dan motivasi siswa untuk belajar? yang “ideal” itu dapat
meningkatkan antusiasme siswa sehingga mereka sepertinya “tidak sabar” menunggu-nunggu
datangnya jam pelajaran yang dibina oleh guru tersebut;
2. Bagaimana mengajak siswa agar di kelas mereka benar-benar aktif belajar (aktif secara
mental maupun fisik, aktif berpikir)?
3. Bagaimana menghubungkan materi pembelajaran dengan lingkungan kehidupan siswa sehari-
hari agar mereka dapat menggunakan pengetahuan dan pemahamannya mengenai materi itu
dalam kehidupan sehari-hari dan tertarik untuk mempelajarinya karena mengetahui
manfaatnya?
4. Bagaimana memilih strategi pembelajaran yang paling tepat untuk membelajarkan materi?
5. Bagaimana melaksanakan pembelajaran kooperatif?
Striger (2004) memberikan arahan untuk memfokuskan penelitian dengan jelas setelah
melakukan refleksi mengenai apa yang terjadi yang memunculkan masalah dan apa isu serta
peristiwa yang terkait dengan masalah. Isu atau masalah itu harus dinyatakan dalam bentuk
pertanyaan yang dapat diteliti dan diidentifikasi tujuan meneliti masalah tersebut.
Isu atau topik yang ingin diteliti: Definisikan apa isu atau peristiwa yang menimbulkan
permasalahan.
Masalah penelitian : Nyatakan isu sebagai suatu masalah.
15
Rumusan masalah : Tuliskan masalah dalam bentuk pertanyaan.
Tujuan penelitian : Deskripsikan apa yang diharapkan dapat diperoleh dengan meneliti
masalah ini.
Misalnya dipilih masalah sebagai berikut.
Isu: Siswa kurang aktif di kelas, cenderung tidak pernah mengajukan pertanyaan dalam
pembelajaran. Guru sering memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tetapi hampir tidak ada
siswa yang bertanya.
Masalah : Siswa perlu digalakkan untuk aktif dalam kelas, aktif secara utuh (sedapat mungkin ”hands
on” atau ”minds on”, bahkan juga kalau mungkin ”hearts on”).
Fokus masalah: Bagaimana meningkatkan partisipasi siswa dalam kelas?
Rumusan masalah PTK yang lengkap biasanya berupa suatu pertanyaan dalam bentuk ”Masalah apa
yang terjadi di kelas, bagaimana upaya mengatasinya, apa tindakan yang dianggap tepat untuk itu, di
kelas, dan sekolah mana hal itu terjadi?”
Contoh fokus masalah (rumusan masalah yang belum dilengkapi dengan tindakan dan lokasi
penelitian): Bagaimana peningkatan partisipasi siswa dalam kelas, baik secara ”hands on”, ”minds
on” maupun ”hearts on” ?
Tujuan penelitian: Merupakan jawaban terhadap masalah penelitian
Contoh tujuan (yang belum dilengkapi dengan tindakan dan lokasi penelitian): Meningkatkan
partisipasi siswa dalam kelas, baik secara ”hands on”, ”minds on” maupun ”hearts on”..
Setelah ditetapkan fokus masalah seperti itu, dosen dan guru berdiskusi mengadakan gagas pendapat
mengenai tindakan apa saja yang dapat dipilih untuk memecahkan masalah.
2.2 Bentuk dan Skenario Tindakan
Gagas pendapat mengenai tindakan apa saja yang dapat memecahkan masalah yang dihadapi
akan menghasilkan banyak alternatif tindakan yang dapat dipilih.
Dosen dan guru perlu membahas bentuk dan macam tindakan (atau tindakan-tindakan) apa
yang kira-kira paling dikehendaki untuk dicoba dan dilaksanakan dalam kelas. Bentuk dan macam
tindakan ini kemudian dimasukkan dalam judul usulan penelitian yang akan disusun bersama oleh
dosen dan guru.
Tindakan yang dipilih dapat disebutkan sebagai suatu nama tindakan (misalnya penugasan
siswa membaca materi pelajaran 10 menit sebelum pembelajaran) atau dalam bentuk penggunaan
16
salah satu bentuk media pembelajaran (misalnya penggunaan peta konsep, penggunaan lingkungan
sekitar sekolah, penggunaan sungai, dan seterusnya), atau dapat pula dalam bentuk suatu strategi
pembelajaran (misalnya strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw atau STAD atau TGT atau GI,
strategi pembelajaran berbasis masalah dan seterusnya). Contoh tindakan untuk rumusan masalah di
atas: problem posing .
Bagaimana tindakan tersebut akan dilaksanakan dalam PTK perlu direncanakan dengan
cermat. Perencanaan pelaksanaan tindakan ini dituangkan dalam bentuk Rencana Pembelajaran (RP)
atau dalam bentuk Skenario Pembelajaran. Dalam makalah ini dilampirkan (Lampiran 2) contoh
salah satu RP untuk pembelajaran dengan Problem Posing (Chotimah dkk., 2005).
2.3 Pengembangan Instrumen untuk Mengukur Keberhasilan Tindakan
Instrumen yang diperlukan dalam penelitian tindakan kelas (PTK) haruslah sejalan dengan
prosedur dan langkah PTK. Instrumen untuk mengukur keberhasilan tindakan dapat dipahami dari
dua sisi yaitu sisi proses dan sisi hal yang diamati.
1. Dari Sisi Proses
Dari sisi proses (bagan alirnya), instrumen dalam PTK harus dapat menjangkau masalah yang
berkaitan dengan input (kondisi awal), proses (saat berlangsung), dan output (hasil).
a. Instrumen untuk input: Instrumen untuk input dapat dikembangkan dari hal-hal yang
menjadi akar masalah beserta pendukungnya. Misalnya: akar masalah adalah bekal
awal/prestasi tertentu dari peserta didik yang dianggap kurang. Dalam hal ini tes bekal awal
dapat menjadi instrumen yang tepat. Di samping itu, mungkin diperlukan pula instrumen
pendukung yang mengarah pada pemberdayaan tindakan yang akan dilakukan, misalnya:
format peta kelas dalam kondisi awal, buku teks dalam kondisi awal, dst.
b. Instrumen untuk proses: Instrumen yang digunakan pada saat proses berlangsung berkaitan
erat dengan tindakan yang dipilih untuk dilakukan. Dalam tahap ini banyak format yang dapat
digunakan. Akan tetapi, format yang digunakan hendaknya yang sesuai dengan tindakan yang
dipilih.
c. Instrumen untuk output: Adapun instrumen untuk output berkaitan erat dengan evaluasi
pencapaian hasil berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Misalnya: nilai 75 ditetapkan
sebagai ambang batas peningkatan (pada saat dilaksanakan tes bekal awal, nilai peserta didik
berkisar pada angka 50), maka pencapaian hasil yang belum sampai pada angka 75 perlu untuk
dilakukan tindakan lagi (ada siklus berikutnya).
17
2. Dari Sisi Hal yang Diamati
Selain dari sisi proses (bagan alir), instrumen dapat pula dipahami dari sisi hal yang diamati. Dari
sisi hal yang diamati, instrumen dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu: instrumen untuk
mengamati guru (observing teachers), instrumen untuk mengamati kelas (observing classroom),
dan instrumen untuk mengamati perilaku siswa (observing students) (Reed dan
Bergermann,1992).
a. Pengamatan terhadap Guru (Observing Teachers)
Pengamatan merupakan alat yang terbukti efektif untuk mempelajari tentang metode dan
strategi yang diimplementasikan di kelas, misalnya, tentang organisasi kelas, respon siswa
terhadap lingkungan kelas, dsb. Salah satu bentuk instrumen pengamatan adalah catatan
anecdotal (anecdotal record).
Catatan anekdotal memfokuskan pada hal-hal spesifik yang terjadi di dalam kelas atau catatan
tentang aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran. Catatan anekdotal mencatat kejadian di
dalam kelas secara informal dalam bentuk naratif. Sejauh mungkin, catatan itu memuat
deskripsi rinci dan lugas peristiwa yang terjadi di kelas. Catatan anekdotal tidak
mempersyaratkan pengamat memperoleh latihan secara khusus. Suatu catatan anekdotal yang
baik setidaknya memiliki empat ciri, yaitu :
1. pengamat harus mengamati keseluruhan sekuensi peristiwa yang terjadi di kelas,
2. tujuan, batas waktu dan rambu-rambu pengamatan jelas,
3. hasil pengamatan dicatat lengkap dan hati-hati, dan
4. pengamatan harus dilakukan secara objektif.
Beberapa model catatan anekdotal yang diusulkan oleh Reed dan Bergermann (1992) dan
dapat digunakan dalam PTK, antara lain :
1. Catatan Anekdotal Peristiwa dalam Pembelajaran (Anecdotal Record for Observing
Instructional Events),
2. Catatan Anecdotal Interaksi Guru-Siswa (Anecdotal Teacher-Student Interaction Form),
3. Catatan Anekdotal Pola Pengelompokan Belajar (Anecdotal Record Form for Grouping
Patterns),
4. Pengamatan Terstruktur (Structured Observation),
5. Lembar Pengamatan Model Manajemen Kelas (Checklist for Management Model),
6. Lembar Pengamatan Keterampilan Bertanya (Checklist for Examining Questions),
18
7. Catatan Anekdotal Aktivitas Pembelajaran (Anecdotal Record of Pre-, Whilst-, and Post-
Teaching Activities) ,
8. Catatan Anekdotal Membantu Siswa Berpartisipasi (Checklist for Routine Involving
Students), dsb.
b. Pengamatan terhadap Kelas (Observing Classrooms)
Catatan anekdotal dapat dilengkapi sambil melakukan pengamatan terhadap segala
kejadian yang terjadi di kelas. Pengamatan ini sangat bermanfaat karena dapat
mengungkapkan praktik-praktik pembelajaran yang menarik di kelas. Di samping itu,
pengamatan itu dapat menunjukkan strategi yang digunakan guru dalam menangani kendala
dan hambatan pembelajaran yang terjadi di kelas. Catatan anekdotal kelas meliputi deskripsi
tentang lingkungan fisik kelas, tata letaknya, dan manajemen kelas.
Beberapa model catatan anekdotal kelas yang diusulkan oleh Reed dan Bergermann
(1992) dan dapat digunakan dalam PTK, antara lain:
1. Format Anekdotal Organisasi Kelas (Form for Anecdotal Record of Classroom
Organization),
2. Format Peta Kelas (Form for a Classroom Map),
3. Observasi Kelas Terstruktur (Structured Observation of Classrooms),
4. Format Skala Pengkodean Lingkungan Sosial Kelas (Form for Coding Scale of Classroom
Social Environment),
5. Lembar Cek Wawancara Personalia Sekolah (Checklist for School Personnel Interviews),
6. Lembar Cek Kompetensi (Checklist of Competencies), dsb.
7. Pengamatan terhadap Siswa (Observing Students).
Pengamatan terhadap perilaku siswa dapat mengungkapkan berbagai hal yang menarik.
Masing-masing individu siswa dapat diamati secara individual atau berkelompok sebelum, saat
berlangsung, dan sesudah usai pembelajaran. Perubahan pada setiap individu juga dapat
diamati, dalam kurun waktu tertentu, mulai dari sebelum dilakukan tindakan, saat tindakan
diimplementasikan, dan seusai tindakan.
Beberapa model pengamatan terhadap perilaku siswa diusulkan oleh Reed dan Bergermann
(1992) yang dapat digunakan dalam PTK, antara lain :
19
1. Tes Diagnostik (Diagnostic Test) ,
2. Catatan Anekdotal Perilaku Siswa (Anecdotal Record for Observing Students),
3. Format Bayangan (Shadowing Form),
4. Kartu Profil Siswa (Profile Card of Students),
5. Carta Deskripsi Profil Siswa (Descriptive Profile Chart),
6. Sistem Koding Partisipasi Siswa (Coding System to Observe Student Participation in
Lessons),
7. Inventori Kalimat tak Lengkap (Incomplete Sentence Inventory),
8. Pedoman Wawancara untuk Refleksi (Interview Guide for Reflection),
9. Sosiogram, dsb
Adapun instrumen lain selain catatan anekdotal yang dapat digunakan dalam pengumpulan
data PTK dapat berwujud :
1. Pedoman Pengamatan: Pengamatan partisipatif dilakukan oleh orang yang terlibat secara
aktif dalam proses pelaksanaan tindakan. Pengamatan ini dapat dilaksanakan dengan
pedoman pengamatan (format, daftar cek), catatan lapangan, jurnal harian, observasi
aktivitas di kelas, penggambaran interaksi dalam kelas, alat perekam elektronik, atau
pemetaan kelas (cf. Mills, 2004: 19). Pengamatan sangat cocok untuk merekam data
kualitatif, misalnya perilaku, aktivitas, dan proses lainnya. Catatan lapangaan sebagai salah
satu wujud dari pengamatan dapat digunakan untuk mencatat data kualitatif, kasus
istimewa, atau untuk melukiskan suatu proses .
2. Pedoman Wawancara: Untuk memperoleh data dan atau informasi yang lebih rinci dan
untuk melengkapi data hasil observasi, tim peneliti dapat melakukan wawancara kepada
guru, siswa, kepala sekolah dan fasilitator yang berkolaborasi. Wawancara digunakan
untuk mengungkap data yang berkaitan dengan sikap, pendapat, atau wawasan.
Wawancara dapat dilakukan secara bebas atau terstruktur. Wawancara hendaknya dapat
dilakukan dalam situasi informal, wajar, dan peneliti berperan sebagai mitra. Wawancara
hendaknya dilakukan dengan mempergunakan pedoman wawancara agar semua informasi
dapat diperoleh secara lengkap. Jika dianggap masih ada informasi yang kurang, dapat pula
dilakukan secara bebas. Guru yang berkolaborasi dapat berperan pula sebagai
pewawancara terhadap siswanya. Namun harus dapat menjaga agar hasil wawancara
memiliki objektivitas yang tinggi.
20
3. Angket atau kuesioner: Indikator untuk angket atau kuesioner dikembangkan dari
permasalahan yang ingin digali.
4. Pedoman Pengkajian Data dokumen: Dokumen yang dikaji dapat berupa: daftar hadir,
silabus, hasil karya peserta didik, hasil karya guru, arsip, lembar kerja dll.
5. Tes dan Asesmen Alternatif: Pengambilan data yang berupa informasi mengenai
pengetahuan, sikap, bakat dan lainnya dapat dilakukan dengan tes atau pengukuran bekal
awal atau hasil belajar dengan berbagai prosedur asesmen (cf. Tim PGSM, 1999; Sumarno,
1997; Mills, 2004).
2.4 Prosedur Analisis dan Interpretasi Data Penelitian
Dalam PTK, perhatian lebih kepada kasus daripada sampel. Hal ini berimplikasi bahwa
metodologi yang dipakai lebih dapat diterapkan terhadap pemahaman situasi problematik daripada
atas dasar prediksi di dalam parameter.
1. Analisis Data Penelitian.
2. Validasi Hipotesis
3. Interpretasi Data Penelitian
4. Penyusunan Laporan Penelitian
2.5 Teknik Penyusunan Proposal
Substansi secara umum, sistematika proposal penelitian tindakan kelas terdiri dari komponen-
komponen berikut: (1) judul, (2) latar belakang masalah, (3) identifikasi masalah, (4) pembatasan dan
perumusan masalah, (5) cara pemecahan masalah, (6) tujuan tindakan, (7) manfaat tindakan, (8)
krangka konseptual dan hipotesis tindakan, (9) metode penelitian, dan beberapa komponen lainnya.
Metode penelitian mencakup unsur-unsur: (a) subjek dan objek penelitian, (b) rancangan penelitian,
yang mencakup: perencanaan, tindakan, pengamatan, refleksi, perencanaan ulang, dst, (c) instrumen
penelitian dan teknik pengumpulan data, (d) analisis data dan kriteria keberhasilan.
1 Judul Penelitian
2. Latar Belakang Masalah
3. Identifikasi Masalah
21
4. Pembatasan dan Perumusan Masalah
5. Cara Pemecahan Masalah
6. Tujuan Tindakan
7. Manfaat Tindakan
8. Kerangka Konseptual
9. Hipotesis Tindakan
10. Cara Penelitian
11. Rancangan Penelitian
12. Subjek dan Objek Penelitian
13. Prosedur Penelitian
14. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
15. Teknik Analisis Data dan Kriteria Keberhasilan
22
BAB III
P E N U T U P
1. KESIMPULAN
PTK adalah penelitian praktis dalam berbagai bentuk kegiatan yang dimaksudkan untuk
memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. Pada penelitian ini, guru tidak
diperlakukan sebagai obyek penelitian, melainkan ikut serta dalam kegiatan penelitian untuk
memperbaiki dan menyempurnakan proses pembelajaran di kelas yang dibina. Dengan kata lain guru
diajak bekerja sama sebagai agen-agen pembaharu untuk menyempurnakan proses belajar mengajar
di kelas.
Penelitian tindakan merupakan suatu jawaban dari problematika yang muncul selama ini yaitu
mengapa prestasi peseerta didik ada yang masih rendah walaupun sudah diberikan tambahan belajar.
Dengan melakukan penelitian tindakan kita akan segera mendapatkan jawaban tentang apa yang
diperlukan oleh anak didik.
2. SARAN-SARAN
PTK sudah waktunya segera dilaksanakan guru mesti belum dijadikan laporan PTK, karena
hasilnya nyata bukan saja proses pembelajaran tetapi banyak hal dapat diperbaiki seperti motivasi,
kreativitas dan hasil belajar siswa. Hal ini merupakan wujud peran observer dan kolabolator.
23
DAFTAR PUSTAKA
Wiriaatmadja, Rochiati. 2009. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung Program Pasca Sarjana
Universitas Pendidikan Indonesia dan PT Rmaja Rosdakarya.
Kirkey, T. L. 2005. Differentiated instruction and enrichment opportunities: An action
research report. http://www.nipissingu.ca/oar/PDFS/V833E.pdf
McNiff, J. 1992. Action research: Principles and practice. London: Routledge
McNiff, J. 1992. Action research for professional development: Concise advise for new
action esearchers. http://www.jeanmcneiff.com/booklet1.html
McIntosh, J. E. 2005. Valuing the collaborative nature of professional learning
communities. http://www.nipissingu.ca/oar/PDFS/V82E.pdf
Prendergast, M. 2002. Action research: The improvement of student and teacher learning.
http://educ.queensu.ca/~ar/reports/MP2002.htm
Ryan, Thomas G. 2002. Action research: Collecting and analyzing data. http://www.
nipissingu.ca.oar/Reports/reports_and_document-Thomas_G_Ryan%20.pdf
Jones, P., & Song, L. 2005. Action research fellows at Towson University.
http://www.nipissingu.ca/oar/PDFS/V832E.pdf
Stringer, R. T. 1996. Action research: A handbook for practitioners. London: International
Educational and Profesional Publisher.
24