Ptk ru

25
PROPOSAL PTK UPAYA PENINGKATKAN KEMAMPUAN MELAKUKAN OPERASI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN MELALUI PEMBELAJARAN TEMATIK DENGAN PERMAINAN DAKON DI KELAS II SDN BALEREJO 2 MADIUN TAHUN AJARAN 2012/2013 Disusun oleh : LIANA INSAN DEWI 09141125/7D/PGSD PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN IKIP PGRI MADIUN 2013

Transcript of Ptk ru

Page 1: Ptk ru

PROPOSAL PTK

UPAYA PENINGKATKAN KEMAMPUAN MELAKUKAN OPERASI

PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN MELALUI PEMBELAJARAN

TEMATIK DENGAN PERMAINAN DAKON DI KELAS II SDN BALEREJO 2

MADIUN TAHUN AJARAN 2012/2013

Disusun oleh :

LIANA INSAN DEWI

09141125/7D/PGSD

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

IKIP PGRI MADIUN

2013

Page 2: Ptk ru

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Sekolah Dasar,

ditegaskan bahwa Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika pada KTSP

diperuntukkan bagi siswa SD sejak kelas I hingga kelas III. Seperti halnya untuk mata

pelajaran lainnya, pembelajaran Matematika pada kurikulum tersebut untuk kelas

rendah di SD (kelas I, II dan III) dilaksanakan dengan pendekatan tematik dan

terintegrasi dengan mata pelajaran lainnya seperti PKn, SBK, IPS. Pembelajaran

tematik merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja

mengaitkan beberapa aspek, baik dalam segi kognitif, psikomotorik, dan afektif antar

mata pelajaran. Dengan pembelajaran tematik siswa akan memperoleh pengalaman

belajar yang utuh dan bermakna. Utuh dalam arti pengetahuan dan keterampilan secara

utuh sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa. Bermakna disini

memberikan arti bahwa pada pembelajaran terpadu siswa akan dapat memahami

konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan nyata yang

menghubungkan antar konsep dalam intra mata pelajaran maupun antar mata

pelajaran. Jika dibandingkan dengan pendekatan konvensional, maka pembelajaran

terpadu tampak lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam belajar, sehingga

siswa aktif terlibat dalam proses pembelajaran untuk pembuatan keputusan.

Pemberlakuan pembelajaran tematik pada KTSP untuk siswa kelas rendah di

SD dapat dibenarkan secara akademik, karena siswa pada usia tersebut masih

berpandangan holistik serta berperilaku dan berpikir konkrit. Mereka belum terbiasa

dengan cara berpikir terspesialisasi dan abstrak. Pengalaman belajar akan bermakna

bagi mereka jika banyak berkaitan dengan ragam pengalaman keseharian mereka yang

ditunjang dengan benda-benda dan fenomena nyata yang dapat diobservasi. Dengan

demikian pengelolaan pembelajaran dengan pendekatan tematik akan memberikan

pengalaman belajar yang sangat kaya bagi siswa dalam rangka

menumbuhkembangkan keragaman potensi yang dimiliki setiap siswa. Tumbuh dan

berkembangnya potensi siswa secara optimal sejak usia dini akan sangat menentukan

kualitas pengalaman dan hasil belajar mereka pada jenjang berikutnya.

Page 3: Ptk ru

Peningkatan kualitas guru adalah salah satu kunci memajukan pendidikan yang

ditunggu-tunggu oleh berbagai pihak terutama masyarakat, sebab salah satu aktor

penting dalam dunia pendidikan adalah guru. Guru adalah orang yang langsung

berinteraksi dengan peserta didik, memberikan keteladanan, motivasi, dan inspirasi

untuk terus bersemangat dalam belajar, berkarya, dan prestasi Dalam kaitan itu,

kualitas dan kinerja guru sangat perlu ditingkatkan dalam pembelajaran maupun

administrasinya, karena masih banyak yang mengalami kendala sehingga hasilnya

belum sesuai dengan harapan. Kenyataan ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara

lain, kurang memadainya pengetahuan tentang model-model pembelajaran, kurangnya

keterampilan dalam pembelajaran, kurang kreatif dan inovatif dalam implementasi

pembelajaran, serta kurangnya pengalaman dalam memahami dan menyusun

administrasi, serta kurang intensifnya kegiatan supervisi berkelanjutan bagi guru, yang

berupa bimbingan, penggerakan motivasi, nasihat, dan pengarahan yang

bertujuan untuk meningkatkan guru dalam proses belajar mengajar

yang pada gilirannya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Di temukan fakta bahwa siswa kelas II SDN Balerejo 2 Madiun banyak yang

mengalami kesulitan ketika belajar menghitung bilangan penjumlahan dan

pengurangan terutama siswa kelas, sedangkan kelas II Sekolah Dasar menggunakan

pembelajaran tematik . Dalam pembelajaran sehari-hari, guru sudah menjelaskan

perhitungan bilangan secara lisan, tertulis di papan tulis, memberi contoh perhitungan,

bahkan memberi soal-soal latihan, dan pekerjaan rumah bagi siswa kelas II SDN

Balerejo 2 untuk menghitung bilangan. Namun, tetap saja kemampuannya menghitung

bilangan rendah.

Akar penyebab rendahnya penguasaan perhitungan bilangan penjumlahan dan

pengurangan tersebut di duga karena guru kurang tepat dalam pemilihan cara dan

media dalam membelajarkan siswa. Secara teoritik, siswa kelas II SD kemampuan

berfikirnya masih berada pada kemampuan berfikir konkrit, sementara selama ini

siswa sudah di ajar dengan berfikir abstrak dengan menggunakan lambang-lambang

bilangan. Keadaan tersebut menjadikan siswa mengalami kesulitan untuk

membayangkan dalam menghitung bilangan terutama perkalian dan pembagian.

Rendahnya kemampuan siswa dalam menghitung, maka guru harus kreatif

dalam memanfaatkan media yang ada misalnya dengan media dakon, dakon

merupakan permainan tradisional yang ada di daerah Jawa, hampir semua penduduk

Page 4: Ptk ru

Jawa mengenal permainan dakon atau congklak, cara memainkannya mudah dan

alatnya bisa membuat sendiri tanpa harus membelinya kalaupun tidak bisa membuat

bisa menggunakan lantai, sedangkan pembelajaran di SD terutama kelas rendah

dengan menggunakan pembelajaran Tematik. Penerapan pembelajaran tematik dengan

Permainan dakon bisa diterapkan dalam mata pelajaran matematika yang dikaitkan

dengan mata pelajaran lainnya yaitu mata pelajaran SBK, PKn, IPS. Misalnya di

dalam pembelajaran SBK guru bisa menjelaskan bahwa permainan dakon merupakan

kebudayaan orang Jawa pada jaman dahulu dalam konteks permainan.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti akan berupaya untuk

meningkatkan keaktifan, kreatifitas, rasa senang dan kemampuan siswa dalam

menghitung bilangan dengan menerapkan pembelajaran tematik dengan permainan

dakon di kelas II SDN Balerejo 2 Madiun tahun ajaran 2012/2013.

B. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti membatasi masalah yang

akan dikaji agar penelitian lebih terfokus. Batasan masalah dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Subyek penelitian adalah siswa kelas II SDN Balerejo 2 Madiun tahun ajaran

2012/2013.

2. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tentang operasi hitung

penjumlahan dan pengurangan.

3. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian adalah model pembelajaran

tematik dengan permainan dakon.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalahnya adalah :

1. Bagaimana penerapan permainan dakon dalam meningkatkan kemampuan

melakukan operasi penjumlahan dan pengurangan melalui pembelajaran tematik

dengan permainan dakon di kelas II SDN Balerejo 2 Madiun tahun ajaran

2012/2013 ?

2. Apakah alat peraga dakon dapat meningkatkan kemampuan melakukan operasi

penjumlahan dan pengurangan melalui pembelajaran tematik dengan permainan

dakon di kelas II SDN Balerejo 2 Madiun tahun ajaran 2012/2013 ?

Page 5: Ptk ru

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini dirumuskan

sebagai berikut :

1. Mendiskripsikan penerapan permainan dakon dalam meningkatkan kemampuan

melakukan operasi penjumlahan dan pengurangan melalui pembelajaran tematik

dengan permainan dakon di kelas II SDN Balerejo 2 Madiun tahun ajaran

2012/2013.

2. Untuk mengetahui peningkatkan kemampuan melakukan operasi penjumlahan dan

pengurangan melalui pembelajaran tematik dengan permainan dakon di kelas II

SDN Balerejo 2 Madiun tahun ajaran 2012/2013 ?

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini daharapkan dapat memeberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Melalui kegiatan penelitian ini diperoleh aturan-aturan, rambu-rambu dan model

pembelajaran tematik yang lebih realistik yang mungkin dikembangkan

disekolah dasar.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi siswa

Siswa akan lebih aktif, kreatif, merasa senang, dan kemampuannya dalam

menghitung bilangan penjumlahan dan pengurangan akan meningkat.

Digunakan siswa untuk memotivasi belajar agar prestasi belajar

matematika dapat lebih meningkat.

b. Bagi Guru

Penelitian ini memberikan pengalaman langsung kepada guru kelas untuk

memecahkan permasalahan secara terencana dan sistematis yang tekait

dengan pembelajaran tematik di Sekolah Dasar, khususnya di kelas II

Sekolah Dasar Negeri Balerejo 2 Madiun.

Guru dimungkinkan menerapkan model pembelajaran menghitung bilangan

dengan memanfaatkan benda-benda konkrit dan dapat menggunakan

permainan dakon untuk pemahaman siswa dalam belajar sepanjang keadaan

sekolah tempat mengajarnya memiliki karakteristik/keadaan yang sama atau

hampir sama dengan kelas tempat penelitian ini berlangsung.

c. Bagi Sekolah

Memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam perbaikan proses

pembelajaran para gurunya

Page 6: Ptk ru

Meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan di sekolah

Meningkatkan prestasi sekolah dengan peningkatan prestasi belajar siswa

dan kinerja guru

d. Bagi Peneliti

Menambah wawasan tentang pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan

model pembelajaran dengan berbagai macam tipe dan pemanfaatan media

pembelajaran di dalamnya yang cocok sehingga mampu menciptakan keaktifan

siswa dan memperoleh hasil belajar yang baik.

Page 7: Ptk ru

BAB II

PEMBAHASAN

A. Kajian pustaka

1. Karakteristik siswa SD

Siswa SD terutama kelas rendah cara berfikirnya masih konkrit, mereka

masih senang bermain daripada belajar, jika disuruh kerja kelompok masih sulit

untuk diatur maka dari itu guru harus pintar dalam mengatur atau memilih strategi,

metode, pendekatan, media pembelajaran agar siswa senang dalam belajar.

Masa-masa kelas rendah siswa memiliki sifat-sifat khas sebagai berikut.

1. Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan kesehatan pertumbuhan

jasmani dengan prestasi sekolah;

2. Adanya sikap yang cenderung untuk memenuhi peraturan-peraturan permainan

tradisional;

3. Adanya kecenderungan memuji diri sendiri

4. Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak yang lain;

5. Kalau tidak dapat menyelesaikan sesuatu soal maka soal itu dianggapnya tidak

penting.

6. Pada masa ini (terutama 6,0 – 8,0) anak menghendaki nilai ( angka rapor) yang

baik tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau

tidak;

7. Hal-hal yang bersifat konkret lebih mudah dipahami ketimbang yang abstrak;

8. Kehidupan adalah bermain. Bermain bagi anak usia ini adalah sesuai yang

dibutuhkan dan dianggap serius. Bahkan anak tidak dapat membedakan secara

jelas perbedaan bemain dengan bekerja;

9. Kemampuan mengingat dan berbahasa sangat cepat dan mengagumkan.

2. Karakteristik Pembelajaran Tematik

Pembelajaran Tematik berlaku untuk siswa kelas rendah karena siswa pada

usia tersebut masih berpandangan holistik serta berperilaku dan berpikir konkrit.

Dengan pembelajaran tematik siswa akan memperoleh pengalaman belajar yang

Page 8: Ptk ru

utuh dan bermakna. Utuh dalam arti pengetahuan dan keterampilan secara utuh

sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa.

Pembelajaran tematik memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:

a. Berpusat pada siswa

Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered), hal ini sesuai

dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa

sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator

yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan

aktivitas belajar.

b. Memberikan pengalaman langsung

Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa

(direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada

sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih

abstrak.

c. Pemisahan matapelajaran tidak begitu jelas

Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak

begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema

yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.

d. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran

Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran

dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, Siswa mampu memahami

konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa

dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-

hari.

e. Bersifat fleksibel

Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan

bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan

mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana

sekolah dan siswa berada.

f. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa

Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya

sesuai dengan minat dan kebutuhannya.

g. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan

Page 9: Ptk ru

Beberapa ciri khas dari pembelajaran tematik antara lain: 1) Pengalaman dan

kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan

anak usia sekolah dasar; 2) Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan

pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa; 3) Kegiatan

belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga hasil belajar

dapat bertahan lebih lama; 4) Membantu mengembangkan keterampilan

berpikir siswa; 5) Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai

dengan permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya; dan 6)

Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerjasama, toleransi,

komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.

3. Media Pembelajaran

Menurut Briggs media pembelajaran pada hakikatnya adalah peralatan fisik

untuk membawakan atau menyempurnakan isi pembelajaran (Anitah, 2008).

Termasuk di dalamnya buku, video, tape, slide suara, suara guru, tape recorder,

modul atau salah satu komponen dari suatu sistem penyampaian. Sementara itu

Smaldino berpendapat media adalah suatu alat komunikasi dan sumber informasi

(Anitah, 2008). Jadi pengertian media adalah sesuatu atau alat yang memuat

informasi yang dapat dikomunikasikan kepada para siswa dan dapat menciptakan

suatu kondisi yang memungkinkan siswa menerima pengetahuan, keterampilan

dan sikap sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Media juga berperan

sebagai perantara atau pengantar. Konsep media pembelajaran memiliki dua segi

yang satu sama yang lain saling menunjang, yaitu perangkat keras (hardware) dan

materi atau bahan yang disebut perangkat lunak (software).

Menurut Munir (2008) manfaat dan kelebihan-kelebihan media

pembelajaran adalah :

1) Dapat memberikan pemahaman yang lebih dalam terhadap materi

pembelajaran yang sedang dibahas.

2) Dapat menjelaskan materi pembelajaran atau obyek yang abstrak menjadi

konkret.

3) Menarik dan membangkitkan perhatian, minat, motivasi, aktifitas dan

kreativitas belajar peserta didik.

4) Memancing partisipasi peserta didik dalam proses pembelajaran dan

memberikan kesan yang mendalam dalam pikiran peserta didik.

Page 10: Ptk ru

5) Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memberikan

pengalaman nyata dan langsung. Misalnya peserta didik mengamati tentang

jenis-jenis tumbuhan. Mereka dapat langsung melihat, memegang, atau

merasakan tumbuhan tersebut.

4. Alat Peraga

Peraga berasal dari kata raga yang berarti jasad atau bentuk. Alat peraga

dalam pembelajaran merupakan suatu alat yang digunakan untuk mmenunjukkan

sesuatu yang riil sehingga memperjelas pengertian pembelajaran. Soelarko

berpendapat fungsi dari alat peraga ialah memvisualisasikan sesuatu yang tidak

dapat dilihat atau sukar dilihat, hingga nampak jelas dan dapat menimbulkan

pengertian atau meningkatkan persepsi seseorang (Dedeawan, 2008). Sementara

itu menurut Sudjana (2002) ada enam fungsi pokok dari alat peraga dalam proses

belajar-mengajar, yakni : (1) penggunaan alat peraga dalam proses belajar

mengajar bukan merupakan fungsi tambahan tetapi mempunyai fungsi tersendiri

sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif; (2)

penggunaan alat peraga merupakan bagian yang integral dari keseluruhan situasi

mengajar; (3) alat peraga dalam pengajaran pengggunaannya integral dengan

tujuan dan isi pelajaran; (4) alat peraga dalam pengajaran bukan semata-mata alat

hiburan atau bukan sekedar pelengkap; (5) alat peraga dalam pengajaran lebih

diutamakan untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa

dalam menangkap pengertian yang diberikan guru; (6) penggunaaan alat peraga

dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu belajar mengajar.

Guru dalam menggunakan alat peraga hendaknya memperhatikan sejumlah

prinsip tertentu agar penggunaan alat peraga tersebut dapat mencapai hasil yang

baik. Prinsip-prinsip ini adalah : (1) menentukan jenis alat peraga dengan tepat,

artinya sebaiknya guru memilih terlebih dahulu alat peraga manakah yang sesuai

dengan tujuan dan bahan pelajaran yang hendak diajarkan; (2) menetapkan atau

memperhitungkan subyek yang tepat, artinya perlu dipertimbangkan tingkat

kemampuan atau kematangan anak didik; (3) menyajikan alat peraga dengan tepat;

(4) menempatkan dan memperlihatkan alat peraga pada waktu, tempat, dan situasi

yang tepat (Sudjana, 2002).

Sementara itu Soelarko menggolongkan macam-macam alat peraga

berdasarkan pada bahan yang dipakai : (1) gambar-gambar (lukisan), dalam

Page 11: Ptk ru

matematika misalnya gambar bangun ruang, bangun datar, gambar mata uang dan

siswa disuruh menjumlahkannya dan lain-lain; (2) benda-benda alam yang

diawetkan, pada matematika misalnya guru bisa menggunakan bahan-bahan dari

kayu sebagai alat peraganya. (3) model. Model adalah bentuk tiruan dalam skala

kecil, misalnya saja guru juga bisa sebagai model dalam menjelaskan materi

pembelajaran.

5. Permainan Tradisional

Permainan tradisional terdiri dari dua kata “permainan” dan “tradisional”.

Permainan berasal dari kata main, yang berarti melakukan perbuatan untuk tujuan

bersenang-senang (dengan alat-alat tertentu atau tidak), berbuat sesuatu dengan

sesuka hati, berbuat asal saja. Tradisional berasal dari kata tradisi yang berarti

segala sesuatu (seperti adat, kepercayaan, kebiasaan, ajaran dsb) yang turun-

temurun dari nenek moyang. Tradisional berarti bersifat turun-temurun

(pandangan hidup, kepercayaan, kesenian, tarian, upacara, dsb).

6. Permainan Dakon

Dakon adalah permainan tradisional yang diambil dari bahasa Jawa.

Dalam bahasa indonesia disebut permainan congklak. Congklak adalah lokan

yang dipakai untuk permainan, ada bermacam-macam seperti baiduri, putih, dsb.

Permainan dengan kulit lokan (biji-bijian, dsb) dan kayu yang bentuknya seperti

perahu yang berlubang-lubang (di Jawa disebut dakon), buah biji-bijian (kulit

lokan, dsb) yang dipakai dalam permainan congklak, papan kayu bentuknya

seperti perahu berlubang-lubang untuk bermain congklak.

Permainan congklak merupakan permainan yang dimainkan oleh dua

orang yang biasanya perempuan. Alat yang digunakan terbuat dari kayu atau

plastik berbentuk mirip perahu dengan panjang sekitar 75 cm dan lebar 15 cm.

Pada kedua ujungnya terdapat lubang yang disebut induk. Diantara keduanya

terdapat lubang yang lebih kecildari induknya berdiameter kira-kira 5 cm. Setiap

deret berjumlah 7 buah lubang. Pada setiap lubang kecil tersebut diisi dengan

kerang atau biji-bijian sebanyak 7 buah.

Cara bermainnya adalah dengan mengambil biji-bijian yang ada di lubang

bagian sisi milik kita kemudian mengisi biji-bijian tersebut satu persatu ke lubang

yang dilalui termasuk lubang induk milik kita (lubang induk sebelah kiri) kecuali

Page 12: Ptk ru

lubang induk milik lawan, jika biji terakhir jatuh di lubang yang terdapat biji-bijian

lain maka bijian tersebut diambil lagi untuk diteruskan mengisi lubang-lubang

selanjutnya. Begitu seterusnya sampai biji terakhir jatuh kelubang yang kosong.

Jika biji terakhir tadi jatuh pada lubang yang kosong maka giliran pemain lawan

yang melakukan permainan. Permainan ini berakhir jika biji-bijian yang terdapat

di lubang yang kecil telah habis dikumpulkan. Pemenangnya adalah anak yang

paling banyak mengumpulkan biji-bijian ke lubang induk miliknya. Permainan ini

merupakan sarana untuk mengatur strategi dan kecermat.

Gambar : variasi bentuk papan dakon

Dalam pembelajaran matematika materi penjumlahan, pengurangan, perkalian

dan pembagian dengan permainan dakon/congklak ini, tidak menggunakan aturan

baku dalam permainan dakon, tetapi aturan dimodifikasikan dan disesuaikan

kebutuhan untuk mencapai kompetensi peserta didik tentang melakukan penjumlahan,

pengurangan, perkalian dan pembagian, sebagai berikut:

a. Permainan dilakukan oleh dua orang peserta didik (kelompok berpasangan);

b. Masing-masing kelompok mengambil lokan berupa biji-bijian, atau kerikil,

kelereng, kulit kerang dan lain-lain sebanyak 100-150 butir.

c. Dalam permainan ini, anggota kelompok bekerja sama dan berkompetisi.satu

anggota kelompok memegang dan memainkan, sedangkan satu anggota lainnya

memberi soal, menulis jawaban, dan menilai temannya yang sedang bermain.

Misalnya:

7 x 5 = ....

Langkah-langkah :

Page 13: Ptk ru

1) Pemain dakon, mengambil biji-bijian sebanyak 5 dan dimasukkan ke lubang

sebanyak 7 lubang/kali.

2) Kemudian hitung dengan cara menjumlahkan isi semua lubang =

5 + 5 + 5 + 5 + 5 + 5 + 5 = 35

3) Pemain menyebutkan jawabannya 7 x 5 = 35, dan temannya menuliskan

pada lembar kerja siswa.

4) Penilai memberi nilai, dan seterusnya sampai selesai semua soal.

Jika siswa sudah memahami konsep tersebut maka dapat dinaikkan

jumlah bilangan sesuai dengan kebutuhan dalam pembelajaran. Uraian diatas

merupakan cara untuk menerapkan pembelajaran tematik dengan permainan

dakon.

Dalam penguasaan konsep dan pemahaman suatu materi pelajaran

sangat diperlukan baik bagi guru maupun siswa. Karena dengan pemahaman

dan penguasaan konsep pembelajaran, otomatis materi pelajaran dapat diserap

dan diterima oleh siswa dengan baik, maka target yang diharapkan dapat

terlaksananya sesuai dengan apa yang telah tercantum dalam silabus, RPP,

prota, promes.

d. Setelah permainan selesai menyelesaikan lima soal dan mendapat nilai, maka

permainan dilakukan bergantian dengan soal yang berbeda.

e. Permainan selesai, maing-masing kelompok melaporkan hasil permainannya

kepada guru.

Kelebihan dari media pembelajaran ini adalah : 1) tidak memerlukan

biaya yang sangat besar , murah meriah. 2) siswa akan lebih senangbdan enjoy

dalam belajar matematika, walaupun dikemas dalam bentuk permainan tetapi

tidak meninggalkan tujuan pembelajaran. 3) dapat meningkatkan daya kreativitas

5

5

5

5

5

5

5

Page 14: Ptk ru

siswa, baik dari aspek Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik. 4) menjalin rasa

kebersamaan dan daya saing yang sportif antar siswa dalam pembelajaran

kelompok. 5) dalam kurun waktu 1 kali pertemuan konsep penjumlahan,

pengurangan, perkalian dan pembagian dapat dipahami dan dimengerti oleh siswa.

6) mengenalkan permainan tradisional yang bisa diimplementasikan pada

pelajaran lain, contohnya adalah Seni Budaya dan Keterampilan (SBK), Bahasa

Daerah, PKn, dan sebagainya, sesuai dengan tema yang ada di pelajaaran

Tematik. Sedangkan kekurangan dan kelemahan media pembelajaran dakon ini

adalah : 1) belum semua siswa dan guru mengerti tentang alat permainan congklak

atau dakon ini. 2) media pembelajaran ini mudah rusak, dan 3) belum tentu di

semua daerah mengenal permainan ini karena dakon merupakan permainan

tradisional daerah jawa.

7. Pembelajaran Tematik dengan Permainan Dakon

Pembelajaran di SD khususnya pada kelas tematik atau rendah, memang

memerlukan tips atau trik dalam pelaksanaan pembelajaran. Hal ini dikarenakan

bahwa pada usia SD tersebut anak didik masih diliputi sifat kekanak-kanakan atu

masih suka bermain. Sehingga, alangkah baiknya dalam pelajaran kita

menggunakan metode education game (game pendidikan) yang fungsinya untuk

memancing siswa dalam belajar, artinya bermain sambil belajar bukan belajar

sambil bermain misalnya saja guru bisa menggunakan permainan tradisional

sebagai media pembelajaran yaitu salah satunya yang saya gunakan adalah dakon.

Penerapan pembelajaran tematik dengan Permainan dakon bisa diterapkan

dalam mata pelajaran matematika yang di kaitkan dengan mata pelajaran lainnya

yaitu mata pelajaran SBK, PKn, IPS yang sesuai dengan tema. Pada mata

pelajaran SBK, PKn, IPS ada salah satu SK dan KD-nya mengenai kebudayaan

sedangkan dakon itu sendiri merupakan suatu kebudayaan orang jawa dalam

konteks permainan dan permainan dakon dapat meningkatkan pemahaman dan

kecerdasan siswa dalam menghitung bilangan penjumlahan, pengurangan,

pembagian dan perkalian terutama perkalian dan pembagian untuk siswa kelas II

sekolah dasar.

Page 15: Ptk ru

8. Pembelajaran yang mengaktifkan, menjadi kreatif dan menyenangkan

(PAKEM)

Pembelajaran PAKEM mempunyai ciri-ciri atau karakteristik antara lain adalah :

1. Aktif

Ciri pertama pembelajaran model PAKEM adalah aktif. Maksudnya

pembelajaran model ini memungkinkan peserta didik berinteraksi secara aktif

dengan lingkungan, memanipulasi obyek-obyek yang ada di dalamnya dan

mengamati pengaruh dari manipulasi obyek-obyek tersebut. Dalam hal ini guru

pun terlibat secara aktif, baik dalam merancang, melaksanakan, dan

mengevaluasi proses pembelajarannya.

2. Kreatif

Ciri kedua pembelajaran model ini adalah kreatif. Maksudnya

pembelajarannya membangun kreativitas peserta didik dalam berinteraksi

dengan lingkungan, bahan ajar, dan 15esame peserta didik, utamanya dalam

menghadapi tantangan atau tugas-tugas yang harus diselesaikan dalam

pembelajaran. Dalam hal ini, guru pun dituntut ntuk kreatif dalam merancang

dan melaksanakan pembelajaran model PAKEM ini.

3. Efektif

Ciri ketiga pembelajaran model ini adalah efektif. Maksudnya, dengan

pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan dapat meningkatkan

efektivitas pembelajaran, yang pada gilirannya dapat meningkatkan kualitas

hasil belajar peserta didik.

4. Menyenangkan

Ciri keempat pembelajaran model ini adalah menyenangkan. Maksudnya,

pembelajaran model PAKEM dirancang dapat menciptakan suasana

pembelajaran yang menyenangkan. Dengan suasana pembelajaran yang

menyenangkan diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.

Dalam kaitan ini, Rose and Nicholl (2003) mengatakan bahwa pembelajaran

yang menyenangkan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

Menciptakan lingkungan tanpa stress, lingkungan yang aman untuk

melakukan kesalahan, namun harapan untuk sukses tetap tinggi.

Menjamin bahwa bahan ajar itu relevan. Anda ingin belajar ketika Anda

melihat manfaat dan pentingnya bahan ajar.

Menjamin bahwa belajar secara emosional adalah positif, yang pada

umumnya hal itu terjadi ketika belajar dilakukan bersama dengan orang

Page 16: Ptk ru

lain, ketika ada humor dan dorongan semangat , waktu rehat dan jeda

teratur, serta dukungan antusias.

Melibatkan secara sadar semua indera dan juga pikiran otak kiri dan otak

kanan.

Menantang peserta didik untuk dapat berpikir jauh ke depan dan

mengekspresikan apa yang sedang dipelajari dengan sebanyak mungkin

kecerdasan yang relevan untuk memahami bahan ajar.

Mengkonsolidasikan bahan yang sudah dipelajari dengan meninjau ulang

dalam periode-periode yang relaks.

Menurut Conny R. Semiawan (Jalal, 2002: 16) melalui bermain, semua

aspek perkembangan anak dapat ditingkatkan. Dengan bermain secara bebas anak

dapat berekspresi dan bererplorasi untuk memperkuat hal-hal yang sudah

diketahui dan menemukan hal-hal baru. Melalui permainan anak-anak juga dapat

mengembangkan semua potensinya secara optimal, baik potensi fisik maupun

mental intelektual dan spiritual. Melalui proses pembelajaran dengan kegiatan

yang menyenangkan bagi anak-anak yaitu melalui bermain, diharapkan dapat

merangsang dan memupuk kreatifitas anak sesuai dengan potensi yang

dimilikinya untuk pengembangan diri sejak usia dini. Hal ini sejalan dengan apa

yang dikemukakan oleh Mulyasa (2005: 164) bahwa : “proses pembelajaran

pada hakekatnya untuk mengembangkan aktifitas dan kreatifitas peserta didik,

melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar”.

Pembelajaran di kelas tidak hanya menggunakan teori dan ceramah saja,

tetapi penggunaan sumber dan alat belajar yang beragam dan bervariasi akan

menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.

9. Kemampuan Siswa SD dalam Menghitung Bilangan Penjumlahan dan

Pengurangan.

Pada mata pelajaran Matematika pada materi menghitung bilangan

penjumlahan dan pengurangan siswa kelas II SDN Balerejo 2 kurang dapat

menguasainya sulit untuk mempelajarinya dan nampaknya pembelajaran

matematika saat ini masih sebagai “hantu” bagi semua siswa, khususnya bagi

siswa di tingkat Sekolah Dasar. Namun, pada dasarnya matematika apabila

Page 17: Ptk ru

dipelajari dengan baik maka akan timbul perasaan senang, suka, gembira dan

akhirnya bisa.

B. Kerangka pikir

Untuk mempermudah pemahaman dalam kerangka pikir, dapat digambarkan

dalam skema berikut.

Gambar kerangka pikir

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan Kerangka piker di atas maka dirumuskan hipotesis penelitian

“Melalui permainan dakon, diharapkan kemampuan operasi hitung penjumlahan dan

pengurangan pada siswa kelas II SDN Balerejo 02 Madiun dapat meningkat”

MASALAH

TINDAKAN

HASIL

1. Hasil belajar matematika rendah

2. Penggunaan pendekatan/strategi/metode

kurang efektif dan efisien

3. Kemampuan peserta didik dalam pembelajaran

matematika kurang

1. Menggunakan buku-buku sumber yang relefan

2. Pembelajaran operasi hitung penjumlahan,

pengurangan, perkalian dan pembagian

melalui permainan dakon/congkak

Kemampuan memahami konsep Penjumlahan,

pengurangan, perkalian dan pembagian melalui

permainan dakon meningkat mencapai batas

minimal 85 %

Page 18: Ptk ru

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SDN Balerejo 2 Madiun Tahun Ajaran

2012/2013, selama 3 bulan mulai bulan September sampai November 2012.

B. Subyek Penelitian

Dalam penelitian ini, subyek penelitiannya adalah siswa kelas II SDN Balerejo

2 Madiun Tahun Ajaran 2012/2013. Alasan yang mendasari penelitian dilaksanakan di

SDN Balerejo 2 Madiun yaitu:

a. Penerapan permainan dakon/congkak dalam pembelajaran matematika belum

pernah diteliti di SDN Balerejo 2 Madiun.

b. Tersedianya buku sumber dan data-data yang mengupas tentang permainan

dakon/congkak.

c. Penghematan waktu dan biaya karena lokasi penelitian merupakan sekolah

tempat peneliti bertugas.

C. Desain Penelitian

Pembelajaran matematika dengan materi melakukan operasi penjumlahan dan

pengurangan melalui permainan tradisional dakon dirancang dengan menggunakan

skenario sebagai berikut;

1. Guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menerapkan

permainan tradisional dakon menggunakan aturan yang telah dimodifikasi;

2. Guru menyiapkan peralatan permainan dakon (papan dakon, biji-bijian: saga, kecik,

dsb);

3. Guru membentuk kelompok belajar berpasangan dengan tugas; (1) sebagai pemain,

dan (2) sebagai penyampai soal dan penilai;

4. Guru menjelaskan aturan permainan kepada peserta didik;

5. Permainan selesai setelah kedua anggota kelompok berpasangan melakukan

permainan secara bergantian dan masing-masing telah memperoleh nilai;

6. Pemenang dari permainan dakon, adalah pemain yang memperoleh nilai lebih tinggi;

Page 19: Ptk ru

7. Pemenang kelompok yang satu akan dipertemukan dengan pemenang kelompok

yang lain.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas . Arikunto (2006:3)

menjelaskan bahwa Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu pencermatan terhadap

kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi

dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru yang

akan dilakukan oleh siswa. Adapun tujuan PTK adalah untuk memeperbaiki dan

meningkatkan mutu pembelajaran di kelas.

Rancangan pelaksanaan penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus. Masing-

masing terdiri 4 tahap, yaitu: perencanaan (planning), tindakan (acting),

pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).

Bagan 1 Alur Penelitian Tindakan Kelas Diadaptasi dari Mulyasa (2011)

Perencanaan I

Pembelajaran menggunakan media

permainan dakon dengan 4 anak.

Perencanaan II

Pembelajaran menggunakan media

permainan dakon dengan 2 anak.

Page 20: Ptk ru

Adapun desain penelitian ini adalah sebagai berikut:

Langkah-langkah Penelitian

Siklus 1

1. Perencanaan

Perencanaan merupakan langkah menyusun rancangan tindakan yang akan

dilakukan dalam proses belajar mengajar.

a. Mengidentifikasi masalah

b. Menentukan SK dan KD pembelajaran

c. Menyusun RPP

d. Menyusun dan menyiapkan lembar kegiatan

e. Menyusun dan menyiapkan tes evaluasi

f. Menyusun lembar observasi keaktifan siswa

2. Tindakan

Tindakan dalam hal ini adalah pelaksanaan dari perencanaan yang telah disusun

sebelumnya.

a. Guru mengadakan persiapan pembelajaran, yakni menyiapkan siswa dan

media pembelajaran yang akan digunakan.

b. Melaksanakan proses pembelajaran sesuai RPP yang telah disusun dengan

bantuan media pembelajaran yang telah dipersiapkan.

c. Melakukan evaluasi pada saat pembelajaran.

3. Observasi

Observasi merupakan pengamatan yang dilakukan peneliti bersama guru

pada saat proses pelaksanaan tindakan.

Pengamatan dilakukan sebelum, selama, dan sesudah penelitian berlangsung.

Pengamatan dilakukan terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan

lembar observasi untuk mengetahui minat siswa terhadap pelajaran yang telah

diberikan oleh guru dan aktivitas dalam proses pembelajaran.

4. Refleksi

Refleksi adalah pengkajian terhadap hasil pengamatan dari rangkaian

tindakan yang telah dilakukan.

Refleksi dilakukan oleh peneliti. Dengan analisis data akan diketahui kelebihan

dan kekurangan, jika terdapat kekurangan maka akan diperbaiki pada siklus II.

Page 21: Ptk ru

SiklusII

Kegiatan pada siklus dua pada dasarnya sama dengan pada siklus I hanya saja

perencanaan kegiatan mendasarkan pada hasil refleksi pada siklus I sehingga lebih

mengarah pada perbaikan pada pelaksanaan siklus I.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam penelitian,

karena itu seorang peneliti harus terampil dalam mengumpulkan data agar

mendapatkan data yang valid. Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan

standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Metode pengumpulan data yang

digunakan peneliti adalah sebagai berikut

1. Dokumentasi

Dokumentasi adalah setiap bahan tertulis baik berupa karangan, memo,

pengumuman, instruksi, majalah, buletin, pernyataan, aturan suatu lembaga

masyarakat, dan berita yang disiarkan kepada media massa. Dari uraian di atas

maka metode dokumentasi adalah pengumpulan data dengan meneliti catatan-

catatan penting yang sangat erat hubungannya dengan obyek penelitian. Tujuan

digunakan metode ini untuk memperoleh data secara jelas dan konkret tentang

perilaku siswa pada saat proses belajar mengajar di SDN Balerejo 2 Madiun.

Di penelitian ini dalam teknik pengumpulan data yang menggunakan

dokumentasi adalah RPP, penggunaan media, dan soal evaluasi.

2. Observasi langsung

Observasi langsung adalah cara pengambilan data dengan menggunakan

mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut. Dalam

kegiatan sehari-hari, kita selalu menggunakan mata untuk mengamati sesuatu.

Observasi ini digunakan untuk penelitian yang telah direncanakan secara

sistematik tentang bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran.Tujuan

menggunakan metode ini untuk mencatat hal-hal, perilaku, perkembangan, dan

sebagainya tentang perilaku. Observasi lansung juga dapat memperoleh data dari

subyek baik yang tidak dapat berkomunikasi secara verbal atau yang tidak mau

berkomunikasi secara verbal. Dalam penelitian ini yang perlu menggunakan teknik

pengumpulan data adalah aktivitas guru dan aktivitas siswa.

Page 22: Ptk ru

Observasi yang pertama yaitu pengamatan partisipasi dan keaktifan siswa

dalam pembelajaran di kelas yang dilakukan oleh observer 1 yaitu peneliti sendiri

saat proses pembelajaran.

Observasi keaktifan siswa terdapat 5 point yang diamati yaitu:

- Perhatian siswa terhadap pelajaran

- Menjawab pertanyaan yang diberikan kelompok lain

- Keberanian siswa merespon dan bertanya kepada guru

- Mempresentasikan tugas yang telah diberikan

- Membuat kesimpulan materi yang telah diajarkan

Kemudian menulis hasil pengamatan di lembar pengamatan yang telah

dipersiapkan

Observasi kedua yaitu pengamatan kepada aktifitas mengajar yang dilakukan oleh

guru, yaitu yang dilakukan oleh observer 2 yaitu pengamat lain.

Observasi aktifitas mengajar guru terdapat 8 point yang diamati yaitu:

- Membuka kegiatan pembelajran

- Penjelasan konsep materi

- Komunikasi dengan siswa

- Pengelolaan kelas

- Mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar

- Memberi motivasi dan pengutan

- Menutup kegiatan pembelajaran

- Mengadakan evaluasi

3. Test dilaksanakan setiap akhir siklus, hal ini dimaksudkan untuk mengukur hasil

yang diperoleh siswa setelah pemberian tindakan. Test tersebut berbentuk

multiple choise agar banyak materi tercakup.

E. Instrumen Penelitian

1. Peneliti

yang menjadi instrumen penelitian ini pada dasarnya adalah peneliti

sendiri. Peneliti menjadi instrumen peneliti karena dalam proses pengumpulan

data itulah peneliti akan melakukan adaptasi secara aktif sesuai dengan keadaan

yang dihadapi peneliti ketika berhadapan dengan subyek peneliti. Peneliti dapat

Page 23: Ptk ru

saja mengubah pertanyaan, memperdalam pertanyaan dan menggambarkan

pertanyaan dari pedoman wawancara yang telah disusun kalau memang adaptasi

tersebut dipandang perlu dilakukan. Peneliti akan mengumpulkan data yang

berupa dokumen yang sesuai pedoman dokumentasi dan sangat mungkin juga

menambah daftar dokumen yang akan dikumpulkan pada saat itu juga ketika

melakukan proses dokumentasi.

Meskipun peneliti berperan sebagai instrumen penelitian yang dapat

melekukan adaptasi aktif terhadap keadaan subjek dan fokus penelitian, namun

untuk menjaga fokus masalah penelitian maka peneliti juga mengggunakan

instrumen penelitian yang berupa pedoman-pedoman : observasi atau lembar

pengamatan, wawancara, dokumentasi, cacatan lapang, ceck list dan soal tes.

2. Observasi atau lembar pengamatan

Melakukan observasi dengan cara : mengamati, dan

mencatat/mendiskripsikan gejala-gejala yang tampak yang terjadi dalam praktik

pembelajaran sesuai dengan fokus penelitian yang sudah ditentukan. Ketika

melakukan observasi peneliti dapat juga mencatat gejala-gejala yang terjadi pada:

siswa dalam proses pembelajaran, proses pembelajaran yang dilakukan guru,

anekdot-anekdot yang terjadi, konteks-konteks saat melakukan observasi dan

mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan kepada pihak yang

bersangkutan.

Pada saat melakukan observasi, peneliti dapat juga merekam dengan

handycamp,mewawancarai : siswa dan guru, mengisi form-form lembar observasi

yang sudah dipersiapkan, menelaah dokumen fortofolio siswa, dokumen

perangkat pembelajaran, dan lainnya yang sesuai dengan fokus penelitian,

mengamati siswa-siswi ketika: mengerjakan LKS, berdiskusi, melaksanakan

tugas, dan berbagai aktivitas pembelajaran yang terjadi.

3. Catatan lapang

Catatan lapangan merupakan catatan tertulis mengenai apa yang didengar,

dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka mengumpulkan data dan refleksi

terhadap data dalam penelitian kualitatif (Moloeng,2005:153).

4. Ceck list

Checklist digunakan untuk mengukur indikator program yang dapat dinilai

sendiri oleh peneliti dan tidak membutuhkan pendapa torang lain. Program

Page 24: Ptk ru

diamati, lalu di-checkcross-kan dengan variable pada indikator yang telah

ditetapkan.Dalam checklist digunakan dua pilihan, yaitu ya/ada atau

tidak/tidak ada Untuk pertanyaan positif, jawaban ya/ada memiliki bobot

1,sedangkan jawaban tidak / tidak ada berbobot 0. Sedangkan bobot

untuk pertanyaan negatif adalah sebaliknya.

5. Soal Evaluasi

Soal evaluasi merupakan instrumen penelitian yang digunakan untuk

mengetahui hasi belajar siswa. Bentuknya bisa berupa pilihan ganda, isian

ataupun uraian.

F. Analisis Data

Analisis data dapat dilakukan secara bertahap, pertama dengan menyeleksi dan

mengelompokkan data, kedua dengan memaparkan atau mendeskripsikan data dan

yang terakhir adalah menyimpulkan atau memberi makna. Pada tahap pertama, data

diseleksi, difokuskan, jika perlu ada yang direduksi karena itu tahap ini sering disebut

sebagai reduksi data. Tahap kedua, data yang sudah terorganisasi ini dideskripsikan

sehingga bermakna baik dalam bentuk narasi, grafik maupun tabel. Tahap terakhir,

berdasarkan paparan atau deskripsi yang sudah dibuat maka ditarik kesimpulan dalam

bentuk pernyataan singkat.

Page 25: Ptk ru

DAFTAR PUSTAKA

Malawi Ibadullah, 2012. Penelitian Tindakan Kelas, Madiun : IKIP PGRI Madiun

Ridwan Mohamad, 2012. Media Majalah Bulanan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur,

Surabaya : Karunia

Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Pendidikan, Bandung : Alfabeta

http://pengetahuanolahraga.wordpress.com/2011/08/24/catatan-lapangan-penelitian-

kualitatif/