PT JAKARTA INTERNATIONAL HOTELS & DEVELOPMENT...

62
PT JAKARTA INTERNATIONAL HOTELS & DEVELOPMENT Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI UNTUK TIGA BULAN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL-TANGGAL 31 MARET 2009 DAN 2008

Transcript of PT JAKARTA INTERNATIONAL HOTELS & DEVELOPMENT...

PT JAKARTA INTERNATIONAL HOTELS & DEVELOPMENT Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN

LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI UNTUK TIGA BULAN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL-TANGGAL 31 MARET 2009 DAN 2008

PT JAKARTA INTERNATIONAL HOTELS & DEVELOPMENT Tbk DAN ANAK PERUSAHAANNERACA KONSOLIDASI31 MARET 2009 DAN 2008(Dalam Ribuan Rupiah, kecuali Data Saham)

- 1 -

A S E T

Kas dan setara kas (Catatan 2d, 2g, 3, 36 dan 37) Rp 159.102.330 Rp 95.687.863

20082009

Surat berharga (Catatan 2d) 511.871.820 407.595.902

Investasi (Catatan 2e, 2h, 4, 36 dan 37) 80.156.356 73.906.443

Piutang usaha Pihak yang mempunyai hubungan istimewa (Catatan 2d, 2i, 5 dan 36) 16.795.097 16.121.732 Pihak ketiga - setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu sebesar

R 5 523 374 d t h 2009 d R 4 316 597 d t h 2008 Rp 5.523.374 pada tahun 2009 dan Rp 4.316.597 pada tahun 2008(Catatan 2i, 5 dan 37) 136.250.841 100.896.992

Piutang lain-lain - setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu sebesarRp 16.136.004 pada tahun 2009 dan 2008 (Catatan 2i, 6 dan 36) 9.333.043 11.291.934

Persediaan - setelah dikurangi penyisihan penurunan nilai sebesarRp 8.893.212 pada tahun 2009 dan 2008 (Catatan 2k, 2p dan 7) 1.796.021.028 1.530.258.654

Uang muka (Catatan 8) 13.969.787 20.706.419

Pajak dibayar di muka (Catatan 9 dan 19) 19.947.548 94.487.040

Biaya dibayar di muka (Catatan 2l, 10 dan 36) 4.363.704 4.023.881

Aset pajak tangguhan - bersih (Catatan 2x dan 19) 7.728.875 16.421.643

Properti investasi - setelah dikurangi akumulasi penyusutan sebesarRp 97.720.836 pada tahun 2009 dan Rp 22.546.132 pada tahun 2008(Catatan 11) 1.206.430.500 1.187.497.120

Aset tetap - setelah dikurangi akumulasi penyusutan sebesar Rp 912.020.815Aset tetap setelah dikurangi akumulasi penyusutan sebesar Rp 912.020.815pada tahun 2009 dan Rp 809.541.029 pada tahun 2008 (Catatan 2m, 2n dan 12) 1.398.715.560 1.427.900.421

Goodwill - setelah dikurangi akumulasi amortisasi sebesar Rp 119.038.652pada tahun 2009 dan Rp 66.705.242 pada tahun 2008 (Catatan 13) 125.501.577 109.327.709

Aset lain-lain (Catatan 14, 36 dan 37) 80.117.113 35.371.365

JUMLAH ASET Rp 5.566.305.179 Rp 5.131.495.118

(Berlanjut)

PT JAKARTA INTERNATIONAL HOTELS & DEVELOPMENT Tbk DAN ANAK PERUSAHAANERACA KONSOLIDASI (Lanjutan)31 MARET 2009 DAN 2008(D l Rib R i h k li D t S h )

- 1a -

(Dalam Ribuan Rupiah, kecuali Data Saham)

KEWAJIBAN DAN EKUITAS

Kewajiban

S t h t (C t t 15) R 752 375 000 R 737 360 000

2009 2008

Surat hutang (Catatan 15) Rp 752.375.000 Rp 737.360.000

Hutang bank (Catatan 16, 36 dan 37) 995.306.317 795.547.588

Hutang obligasi (Catatan 17) 22.000.000 25.000.000

Hutang usaha (Catatan 18 dan 37) 176.290.206 210.035.157Hutang usaha (Catatan 18 dan 37) 176.290.206 210.035.157

Hutang pajak (Catatan 2x dan 19) 11.535.207 5.220.514

Biaya yang masih harus dibayar (Catatan 2d, 20 dan 37) 375.837.443 451.948.084

Uang muka penjualan (Catatan 21) 299.444.180 -

Pendapatan diterima di muka (Catatan 2r dan 22) 137.397.218 140.831.885

Hutang kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa(Catatan 2d, 2e, 23, 36 dan 37) 27.895.675 23.986.467

Kewajiban pajak tangguhan - bersih (Catatan 2x dan 19) 10.985.737 -Kewajiban pajak tangguhan bersih (Catatan 2x dan 19) 10.985.737

Penyisihan untuk penggantian peralatan usaha (Catatan 2s) 1.270.980 1.062.664

Taksiran kewajiban untuk pembangunan prasarana (Catatan 24) 24.862.500 24.862.500

Cadangan imbalan pasti pasca-kerja (Catatan 2w dan 39) 40.357.703 32.194.358

Pendapatan ditangguhkan (Catatan 2e, 2t, 25 dan 33) 17.551.818 17.551.818

Kewajiban lain-lain (Catatan 26 dan 34) 942.508.506 687.068.365

Jumlah Kewajiban 3.835.618.490 3.152.669.400

Hak Minoritas atas Aset Bersih Anak Perusahaan (Catatan 2c dan 27) 549.140.737 755.144.757

(Berlanjut)

PT JAKARTA INTERNATIONAL HOTELS & DEVELOPMENT Tbk DAN ANAK PERUSAHAANNERACA KONSOLIDASI (Lanjutan)31 MARET 2009 DAN 2008(Dalam Ribuan Rupiah, kecuali Data Saham)

- 1b -

EKUITASModal saham - nilai nominal Rp 500 per saham

Modal dasar - 3.000.000.000 sahamModal ditempatkan dan disetor penuh - 1.930.039.200 saham (Catatan 28) Rp 965.019.600 Rp 965.019.600

2009 2008

Tambahan modal disetor - bersih (Catatan 2q dan 29) 1.219.436.685 1.219.436.685 Selisih transaksi perubahan ekuitas anak perusahaan/perusahaan

asosiasi (Catatan 2c) 394.498.091 394.498.091 Selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali (Catatan 2c) ( 868.563.770 ) ( 868.563.770 )Defisit ( 528.844.654 ) ( 486.709.645 )

Jumlah Ekuitas 1.181.545.952 1.223.680.961

JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS Rp 5.566.305.179 Rp 5.131.495.118JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS Rp 5.566.305.179 Rp 5.131.495.118

Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasisecara keseluruhan.

- 2 -

PT JAKARTA INTERNATIONAL HOTELS & DEVELOPMENT Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN LAPORAN LABA RUGI KONSOLIDASI UNTUK TIGA BULAN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL-TANGGAL 31 MARET 2009 DAN 2008 (Dalam Ribuan Rupiah, kecuali Data Saham)

2009 2008

PENDAPATAN (Catatan 2d, 2t dan 30) Rp 294.586.253 Rp 148.089.620 BEBAN POKOK PENJUALAN DAN JASA (Catatan 2t dan 31) 98.840.983 60.307.271

LABA USAHA 195.745.270 87.782.349 BEBAN USAHA Umum dan administrasi (Catatan 32) 96.344.704 102.504.530 Pemasaran 43.961.735 3.070.298

Jumlah Beban Usaha 140.306.439 105.574.828

LABA (RUGI) USAHA 55.438.831 ( 17.792.479 )

PENGHASILAN (BEBAN) LAIN-LAIN Pendapatan sewa dan pengelolaan kawasan 8.770.588 6.889.210 Pendapatan bunga 1.540.614 744.148 Amortisasi goodwill ( 12.227.012 ) ( 8.801.648 ) Beban bunga – bersih (Catatan 15 dan 16) ( 19.933.706 ) ( 26.868.869 ) Laba (rugi) kurs – bersih (Catatan 2d dan 2v) ( 99.652.621 ) 37.268.329 Lain-lain – bersih 36.550.422 2.284.084

Penghasilan (Beban) Lain-lain – Bersih ( 84.951.715 ) 11.515.254

RUGI SEBELUM PAJAK 29.512.884 6.277.225 BEBAN (PENGHASILAN) PAJAK Kini 7.903.204 3.855.352 Ditangguhkan 1.909.818 1.717.185 9.813.022 5.572.537

RUGI SEBELUM HAK MINORITAS ATAS RUGI BERSIH ANAK PERUSAHAAN Rp 39.325.906 Rp 11.849.762

(Berlanjut)

- 2a - 2009 2008 HAK MINORITAS ATAS RUGI BERSIH ANAK PERUSAHAAN (Catatan 2c dan 27) ( Rp 45.055.362 ) ( Rp 15.856.528 )

LABA BERSIH Rp 5.729.456 Rp 4.006.766

LABA BERSIH PER SAHAM DASAR

(Catatan 2y) Rp 2,97 Rp 2,08

Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasi secara keseluruhan.

- 3 -

PT JAKARTA INTERNATIONAL HOTELS & DEVELOPMENT Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN LAPORAN ARUS KAS KONSOLIDASI UNTUK TIGA BULAN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL-TANGGAL 31 MARET 2009 DAN 2008 (Jumlah Rupiah dalam Ribuan) 2009 2008

ARUS KAS DARI KEGIATAN USAHA Penerimaan kas dari pelanggan hotel, penyewa pusat perbelanjaan dan pembeli apartemen Rp 441.483.439 Rp 342.914.004 Pembayaran kas untuk/kepada: Pemasok dan kontraktor ( 271.718.617 ) ( 132.654.578 Persediaan ( 94.230.373 ) ( 15.266.626 ) Uang jaminan ( 27.093.815 ) ( 574.351 ) Lain-lain ( 5.376.087 ) ( 2.608.200 ) Kas bersih diperoleh dari operasi 43.064.547 191.810.249 Pembayaran pajak penghasilan ( 11.440.626 ) ( 8.699.168 ) Kas Bersih Diperoleh dari Aktivitas Operasi 31.623.921 183.111.081 ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI Perolehan aset tetap ( 15.865.120 ) ( 62.845.047 ) Penambahan (penurunan) investasi 6.000.000 ( 146.065.457 ) Penerimaan bunga 1.545.640 744.148 Hasil penjualan aset tetap 282.194 - Kas Bersih Digunakan untuk Aktivitas Investasi ( 8.037.286 ) ( 208.166.356 ) ARUS KAS DARI AKTIVITAS PENDANAAN Penambahan (pengurangan) surat hutang dan hutang bank ( 56.775.000 ) 44.274.492 Pembayaran bunga ( 19.470.365 ) ( 25.399.608 ) Penambahan bersih saldo hutang/piutang pihak yang mempunyai hubungan istimewa 1.438.633 295.240 Kas Bersih Diperoleh dari (Digunakan untuk) Aktivitas Pendanaan ( 74.806.732 ) 19.170.124 KENAIKAN (PENURUNAN) BERSIH KAS DAN SETARA KAS ( 51.220.097 ) 5.885.151 KAS DAN SETARA KAS AWAL TAHUN 210.322.427 89.802.712

KAS DAN SETARA KAS AKHIR PERIODE Rp 159.102.330 Rp 95.687.863

Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasi secara keseluruhan.

PT JAKARTA INTERNATIONAL HOTELS & DEVELOPMENT Tbk DAN ANAK PERUSAHAANLAPORAN PERUBAHAN EKUITAS KONSOLIDASIUNTUK TIGA BULAN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL-TANGGAL 31 MARET 2009 DAN 2008(Dalam Ribuan Rupiah)

Selisih TransaksiPerubahan EkuitasAnak Perusahaan/

Perusahaan Asosiasi Defisit

Saldo pada tanggal 1 Januari 2008 Rp 965.019.600 Rp 1.219.436.685 Rp 744.827.274 Rp 394.498.091 ( Rp 868.563.770 ) ( Rp 1.235.543.685 ) Rp 1.219.674.195

Reklasifikasi sehubungan dengan penerapan PSAK No. 16 (Revisi 2007) - - ( 744.827.274 ) - - 744.827.274 -

Saldo pada tanggal 1 Januari 2008 setelah 965.019.600 1.219.436.685 - 394.498.091 ( 868.563.770 ) ( 490.716.411 ) 1.219.674.195 reklasifikasi

Laba bersih periode berjalan - - - - - 4.006.766 4.006.766

Saldo pada tanggal 31 Maret 2008 Rp 965.019.600 Rp 1.219.436.685 Rp - Rp 394.498.091 ( Rp 868.563.770 ) ( Rp 490.716.411 ) Rp 1.223.680.961

Saldo pada tanggal 1 Januari 2009 Rp 965.019.600 Rp 1.219.436.685 Rp - Rp 394.498.091 ( Rp 868.563.770 ) ( Rp 534.574.110 ) Rp 1.175.816.496

Laba bersih periode berjalan - - - - - 5.729.456 5.729.456

Saldo pada tanggal 31 Maret 2009 Rp 965.019.600 Rp 1.219.436.685 Rp - Rp 394.498.091 ( Rp 868.563.770 ) Rp 528.844.654 Rp 1.181.545.952

Penilaian KembaliSelisih

Aset Tetap

Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasi secara keseluruhan.

Restrukturisasi Entitas

- 4 -

Selisih Nilai Transaksi

Sepengendali Jumlah EkuitasModal Saham Modal DisetorTambahan

- 5-

PT JAKARTA INTERNATIONAL HOTELS & DEVELOPMENT Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI (Jumlah Rupiah dalam Ribuan, kecuali Data Saham)

1. U M U M

a. Pendirian

PT Jakarta International Hotels & Development Tbk (Perusahaan atau Induk Perusahaan) didirikan pada tanggal 7 Nopember 1969 dalam rangka Undang-Undang Penanaman Modal Asing No. 1/1967 berdasarkan Akta No. 5 tanggal 7 Nopember 1969 dari Soetrono Prawiroatmodjo, S.H., notaris di Jakarta, yang kemudian diubah dengan Akta No. 42 tanggal 27 Januari 1970 dari notaris yang sama. Akta tersebut telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 54 tanggal 7 Juli 1970, Tambahan No. 214. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, yang terakhir dengan Akta No. 108 tanggal 27 Juni 2008 dari Fathiah Helmi, S.H., notaris di Jakarta, sehubungan dengan penyesuaian Anggaran Dasar Perusahaan terhadap Undang-undang Republik Indonesia No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Perubahan Anggaran Dasar tersebut telah disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. AHU-94129.AH.01.02.Tahun 2008 tanggal 9 Desember 2008.

Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, lingkup kegiatan Perusahaan mencakup pembangunan hotel dan penyelenggaraan jasa perhotelan, pembangunan real estat dan properti, gedung perkantoran, pusat perbelanjaan dan niaga beserta fasilitasnya. Perusahaan memulai operasi komersialnya pada tahun 1969.

Perusahaan adalah pemilik Hotel Borobudur Jakarta (Hotel) yang dikelola oleh PT Dharma Harapan Raya.

Kantor pusat Perusahaan berkedudukan di Gedung Artha Graha - Lantai 15, Kawasan Niaga Terpadu Sudirman (KNTS), Jalan Jenderal Sudirman Kav. 52-53, Jakarta.

b. Penawaran Umum Efek Perusahaan

Seluruh saham Perusahaan yang ditempatkan dan disetor penuh berjumlah 1.930.039.200 saham telah dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia. Informasi historis mengenai saham Perusahaan yang dicatatkan di bursa adalah sebagai berikut:

Tahun Keterangan Jumlah Saham

1984 Penawaran Umum Saham Perdana 6.618.600 1988 Penawaran Umum Saham Kedua 6.633.700 1989 Pencatatan Saham Pendiri 11.315.700 1991 Pencatatan Saham Private Placement 432.000 1992 Pencatatan Saham Pendiri 56.869.280 1992 Pencatatan Saham yang berasal dari Penukaran Waran 46.800.000 1994 Pencatatan Saham Bonus 257.338.560

1996 Penawaran Umum Terbatas I 579.011.760 2004 Pemecahan Nilai Nominal Saham 965.019.600

Jumlah 1.930.039.200

- 6-

c. Anak Perusahaan yang Dikonsolidasi

Pada tanggal 31 Maret 2009 dan 2008, Perusahaan memiliki lebih dari 50% saham pada anak-anak perusahaan berikut:

T ahun Perus ahaan Dom isili B id ang U saha Berdiri 2009 2008 2009 2008

Pem i likan L ang sun gPT D anayas a A rthatama Tbk (DJ aka rta Real es ta t 1987 82,41% 82,41% 4.135.463.204 4.0 78.616.801PT Pandunek a Sejahtera (PS) J aka rta Pemb angunan dan 1995 99,99% 99,99% 115.678.015 1 15.196.785

pengelo laan gedungperk antoran

PT D harma Harapa n R aya (DHJ aka rta Manajem en perhote la 1998 60,00% 60,00% 5.696.826 4.761.930PT J akarta In terna tional Hote ls J aka rta Manajem en perhote la 1992 90,00% 90,00% - - Managem ent (J IH M) * )

Pem i likan T id ak L ang sun gM ela lu i D A J aka rta Telek om unikas i, lihat penyertaan saham D A pad a anak perus ahaan

real esta t, p ropert i, hote l dan perdagangan

* ) d ihent ik an s ementara kegia tannya se hubungan den gan berd iriny a D HR

Pers entas e Kepemilik an Jum lah Aset s ebe lum E lim inasi

PT Danayasa Arthatama Tbk (DA)

Pada tanggal 28 Maret 2002, DA memperoleh pernyataan efektif dari Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam dan LK) dengan Surat Keputusan No. S-615/PM/2002 untuk melakukan penawaran umum perdana atas 100.000.000 saham DA kepada masyarakat dengan harga nominal sebesar Rp 500 per saham dan harga penawaran sebesar Rp 500 per saham. Saham-saham tersebut telah dicatatkan pada Bursa Efek Surabaya (sekarang Bursa Efek Indonesia) pada tanggal 19 April 2002. Kepemilikan saham Perusahaan pada DA mengalami dilusi setelah penawaran umum perdana ini dari semula 99,99% menjadi 96,28%. Perubahan nilai investasi yang terjadi akibat transaksi ini adalah sebesar Rp 15.562.817 dicatat sebagai bagian dari ekuitas dalam akun “Selisih Transaksi Perubahan Ekuitas Anak Perusahaan/Perusahaan Asosiasi” pada neraca konsolidasi dan akan diakui sebagai pendapatan atau beban pada saat pelepasan penyertaan saham yang bersangkutan. Pada tanggal 6 September 2004, DA memperoleh pernyataan efektif dari ketua Bapepam dan LK dengan Surat Keputusan No. S-2837/PM/2004 untuk melakukan Penawaran Umum Terbatas I kepada pemegang saham DA dalam rangka penerbitan hak memesan efek terlebih dahulu sebanyak 630.360.000 saham dengan harga nominal sebesar Rp 500 per saham dan harga pelaksanaan sebesar Rp 625 per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Surabaya pada tanggal 23 September 2004. Dalam penerbitan saham tersebut, Perusahaan tidak melaksanakan haknya. Setelah penerbitan saham baru tersebut, kepemilikan saham Perusahaan pada DA mengalami dilusi menjadi 63,44%. Perubahan nilai investasi yang terjadi akibat transaksi ini adalah sebesar Rp 110.045.409 dan dicatat sebagai bagian dari ekuitas dalam akun “Selisih Nilai Transaksi Restrukturisasi entitas sepengendali” pada neraca konsolidasi dan akan diakui sebagai pendapatan atau beban pada saat pelepasan investasi yang bersangkutan. Pada bulan Juli 2007, Perusahaan memperoleh kepemilikan 630.360.000 saham dalam DA yang berasal dari pembagian dividen non-tunai dari PT Graha Jakarta Sentosa (GJS) dahulu merupakan anak perusahaan yang seluruh kepemilikan sahamnya telah dijual pada tahun 2007, sehingga meningkatkan kepemilikan saham Perusahaan pada DA menjadi 82,41%. DA saat ini sedang mengembangkan area seluas lebih kurang 45 hektar yang terletak di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, yang dikenal dengan nama "Kawasan Niaga Terpadu Sudirman" (KNTS). Pada tanggal 31 Maret 2009 dan 2008, DA memiliki penyertaan saham pada perusahaan-perusahaan berikut:

- 7-

Perusahaan Bidang Usaha Tahun Berdiri

Pemilikan LangsungPT Grahamas Adisentosa (GA) Pemban gunan dan pengelolaan gedung serta 1995 100% *) 100% *)

kegiatan yang berkaitanPT Intigraha Arthayasa (IA) **) Perhotel an, pariwisata dan kegiatan yang berkaitan 1995 100% *) 100% *)PT C itra W iradaya (CW ) ***) Pemban gunan dan pengelolaan gedung serta 1995 100% *) 100% *)

kegiatan yang berkaitanPT C itra Adisara na (CA) ** Pemban gunan dan pengelolaan gedung serta 1995 100% *) 100% *)

kegiatan yang berkaitanPT Artharaya Unggul Abadi (AUA) **) Pemban gunan dan pengelolaan gedung serta 1995 100% *) 100% *)

kegiatan yang berkaitanPT Nusagraha Adic itra (NA) **) Pemban gunan dan pengelolaan gedung serta 1995 100% *) 100% *)

kegiatan yang berkaitanPT Artha Telekom indo (AT) Telekomu nikasi 1993 100% 100%PT Pandugraha Sejahtera (PGS) **) Pemban gunan dan pengelolaan gedung serta 1995 100% *) 100% *)

kegiatan yang berkaitanPT Adinusa Pu ripratama (AP) **) Pemban gunan dan pengelolaan gedung serta 1995 100% *) 100% *)

kegiatan yang berkaitanPT Panduneka Abadi (PA) **) Pemban gunan dan pengelolaan gedung serta 1995 100% *) 100% *)

kegiatan yang berkaitanPT Grahaputra Sen tosa (GPS) **) Pemban gunan dan pengelolaan gedung serta 1995 100% *) 45% *)

kegiatan yang berkaitanPT Primagraha Majumakmur (PGMM) **) Pengem bangan real estat dan agen 1993 100% *) 100% *)

pemasaran aparteme nPT Pusat Graha Makmur (PGM) **) Perdagangan 1994 99% *) 99% *)PT Esagraha Pu ripratam a (EP) **) Perdagangan 1995 99% *) 99% *)PT Adimas Utam a (AMU) **) Perdagangan 1995 99% *) 99% *)PT Trinusa W iragraha (TW ) **) Perdagangan 1995 99% *) 99% *)Delfina Group Holdings Lim ited (Delfina) **) Penyertaan saham di berbagai perusahaa n 2005 64% 64%PT Majumakmur Artha sentosa (MAS) Pengembangan hotel d an apartemen 1995 51% *) 51% *)PT Andana Utamagraha (AU) Pengembangan hotel d an apartemen 1995 51% 51%

Pemilikan Langsung oleh Anak PerusahaanPT Pacific Pl ace Jakarta (PPJ)(oleh Delfina) Pengembangan dan pengelolaan hote l, pusat 1995 55% 55%

perbe lanjaan, aparte men dan gedun g kantorPT Graha Sampoe rna (GS)(oleh PPJ) Pemban gunan dan pengelolaan gedung serta 1995 100% - kegiatan yang berkaitan

*) Perusahaan masih dal am tahap pengembangan**) Anak Perusahaan memil iki posis i keuangan yang ti dak signif ikan dibandingkan posis i keuangan konsolidasi

2009 2008

PT Panduneka Sejahtera (PS) Pada tahun 2007, Perusahaan memperoleh kepemilikan 112.043.366 saham dalam PS yang berasal dari pembagian dividen non tunai dari GJS.

PT Grahaputra Sentosa (GPS) Pada tahun 2006, DA melakukan penyertaan sebanyak 13.329.103 saham yang merupakan 45% dari modal ditempatkan dan disetor dalam GPS. Transaksi tersebut dinyatakan dalam Risalah Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa yang didokumentasikan dalam Akta No. 108 tanggal 30 Juni 2006 dari Fathiah Helmi S.H., notaris di Jakarta. Berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa yang didokumentasikan dalam Akta No. 35 tanggal 11 Juni 2007 dari Ratu Putti Ranni Anggraini S.H., notaris pengganti Esther Mercia Sulaiman S.H., di Jakarta, DA mengambil alih 16.291.125 saham milik PT Asia Global Nusantara dalam GPS, sehingga kepemilikan DA dalam GPS menjadi sebesar 100%. PT Majumakmur Arthasentosa (MAS) dan PT Andana Utamagraha (AUG) Sejak tahun 1998, pengembangan hotel yang dilakukan MAS dan apartemen yang dilakukan oleh AU telah ditunda akibat krisis ekonomi yang belum membaik. Pada tahun 2003, AU mulai melanjutkan pembagunan apartemen yang berlokasi di Lot 23-B KNTS dan pada tahun 2005 telah melakukan kegiatan komersialnya. Delfina Group Holdings Limited (Delfina)

Pada tahun 2005, Delfina memiliki penyertaan saham dalam PPJ sebanyak 269.683.066 saham atau sebesar 20% dari seluruh saham PPJ yang disetor penuh. Berdasarkan Risalah Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa yang didokumentasikan dalam Akta No. 108 tanggal 30 Juni 2006 dari Fathiah Helmi S.H., notaris di Jakarta, DA mengalihkan 471.945.365 saham dalam PPJ kepada Delfina sehingga penyertaan saham Delfina dalam PPJ menjadi 741.628.431 saham atau sebesar 55% dari seluruh saham yang dikeluarkan oleh PPJ.

- 8-

Sebaliknya DA mendapatkan penyertaan saham dalam Delfina sebanyak 50.757.975 saham atau sebesar 63,64% dari seluruh saham yang dikeluarkan Delfina. Transaksi tersebut telah didokumentasikan dalam Akta tanggal 12 Agustus 2006 No. 23, dari Ny. Sinta Susikto S.H., notaris di Jakarta. Transaksi tersebut diatas telah memenuhi ketentuan dalam peraturan Badan Pengawas Pasar Modal No. IX.E.2 mengenai “Transaksi Material dan Perubahan Kegiatan Usaha Utama”. PT Pacific Place Jakarta (PPJ)

Berdasarkan Risalah Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa tanggal 1 Juli 2005, yang didokumentasikan dalam Akta No. 44 tanggal 12 September 2005 dari Retno Handayani Rahayu S.H., notaris pengganti Esther Mercia Sulaiman, S.H., notaris di Jakarta, PPJ meningkatkan modal dasarnya menjadi Rp 2.000.000.000 dan modal ditempatkan dan disetor penuh menjadi Rp 1.348.415.328. Dalam peningkatan modal ditempatkan dan disetor penuh tersebut, DA tidak ikut ambil bagian sehingga kepemilikan saham DA dalam PPJ mengalami dilusi menjadi 35%. Perubahan nilai investasi yang terjadi akibat transaksi ini adalah sebesar Rp 216.044.968. Dampak pencatatan akun tersebut pada DA, mengakibatkan perubahan nilai investasi Perusahaan terhadap DA sebesar Rp 178.044.634 dan dicatat sebagai bagian dari ekuitas dalam akun “Selisih transaksi perubahan ekuitas anak perusahaan/perusahaan asosiasi” pada neraca konsolidasi. PT Graha Sampoerna (GS)

Pada tanggal 2 Juli 2007, PPJ melakukan Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) saham GS dengan PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMS). Berdasarkan perjanjian, PPJ akan membeli dari HMS sebanyak 87.732.410 saham GS yang mewakili 99,99% dari keseluruhan modal disetor GS dengan harga yang disepakati sebesar Rp 157.249.641. Pada bulan Januari 2008, PPJ telah memperoleh pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia atas pengambilalihan saham tersebut. Nilai wajar aset GS yang dapat diidentifikasi pada saat akuisisi adalah sebesar Rp 88.742.558 termasuk saldo kas sebesar Rp 16.676. Goodwill yang diakui dari akuisisi saham GS adalah sebesar Rp 68.507.284. Sehubungan dengan transaksi tersebut di atas, sejak bulan Juni 2008 laporan keuangan GS dikonsolidasikan ke dalam laporan keuangan PPJ.

d. Pelepasan Anak Perusahaan

Pada bulan Juli 2007, Perusahaan memperoleh dividen non-tunai dari GJS berupa penyertaan saham GJS dalam DA dan PS masing-masing sebanyak 630.340.604 saham dan 112.043.366 saham, serta surat hutang dengan nilai nominal sebesar US$ 44.222.188. Berdasarkan Perjanjian Pengikatan Jual Beli tanggal 27 Juli 2007 yang diaktakan dengan Akta Penyimpangan Surat (Depot) No. 21 tanggal 26 Januari 2008, Perusahaan mengalihkan seluruh kepemilikan sahamnya dalam GJS kepada PT Artha Jaya Makmur, pihak ketiga. Pelepasan penyertaan saham dalam GJS mengakibatkan terealisasinya saldo “Selisih Nilai Transaksi Restrukturisasi Entitas Sepengendali”, dan laporan keuangan GJS tahun 2007 tidak lagi dikonsolidasikan ke dalam laporan keuangan konsolidasi Perusahaan.

e. Dewan Komisaris, Direksi dan Karyawan

Susunan anggota Dewan Komisaris dan Direksi Perusahaan pada tanggal 31 Desember 2008 dan berdasarkan Akta No. 108 tanggal 27 Juni 2008, dari Fathiah Helmi, S.H., notaris di Jakarta, adalah sebagai berikut:

- 9-

Komisaris Utama : Prof. Dr. J. B. Sumarlin *)Wakil Komisaris Utama : Sugianto Kusuma

Tomy WinataKomisaris : Parlaungan Lumban Toruan Sihombing, S.H., LLM *)

Direktur Utama : H. Jusuf Indradewa, S.H.Wakil Direktur Utama : Santoso GunaraDirektur : Budiman Effendi

Hartono Tjahjadi AdiwanaMimy C. Ratulangi

*) Merupakan Komisaris Independen Susunan Komite Audit berdasarkan Akta No. 17 tanggal 12 Juni 2007, dari Fathiah Helmi, S.H., notaris di Jakarta adalah sebagai berikut: Ketua : Parlaungan Lumban Toruan Sihombing, S.H., LLM *)Anggota : Gandhi

Tatang SayutiWitadinata SumantriBudianto Tirtadjaja

Jumlah kompensasi yang diterima oleh Dewan Komisaris dan Direksi Perusahaan pada 31 Maret 2009 dan 2008 masing-masing sebesar Rp 973.900 dan Rp 982.200. Jumlah rata-rata karyawan Perusahaan pada tanggal 31 Maret 2009 dan 2008 masing-masing sebanyak 871 karyawan dan 888 karyawan.

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI a. Dasar Penyusunan dan Pengukuran Laporan Keuangan Konsolidasi

Laporan keuangan konsolidasi disusun dengan menggunakan prinsip dan praktek akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, yakni Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (sekarang Bapepam dan LK). Dasar pengukuran laporan keuangan konsolidasi ini adalah konsep biaya perolehan (historical cost), kecuali untuk akun persediaan yang dinyatakan sebesar kecuali nilai yang lebih rendah antara biaya perolehan atau nilai realisasi bersih (the lower of cost and net realizable value) dan efek hutang yang dinyatakan sebesar nilai wajarnya. Laporan keuangan konsolidasi disusun dengan metode akrual, kecuali laporan arus kas.

Laporan arus kas konsolidasi disusun dengan menggunakan metode langsung dengan mengelompokkan arus kas dalam aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. Mata uang pelaporan yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasi adalah mata uang Rupiah (Rp). Kecuali dinyatakan secara khusus, angka-angka adalah dalam Rupiah.

b. Penerapan Pernyataan Stándar Akuntasi Keuangan (PSAK) Revisi PSAK Revisi yang Berlaku Efektif Tahun 2008 Perusahaan dan anak perusahaan telah menerapkan PSAK revisi tersebut mulai tanggal 1 Januari 2008:

- 10-

(1) PSAK No. 13 (Revisi 2007) “Properti Investasi”, yang mengatur mengenai pengakuan, pengukuran dan pengungkapan atas properti investasi. Selain itu, stándar ini diterapkan untuk pengukuran hak atas properti investasi yang diperoleh melalui sewa pembiayaan di dalam laporan keuangan lessee. Stándar ini mengizinkan Perusahaan dan anak perusahaan untuk memilih di antara model biaya dan model nilai wajar untuk seluruh properti investasinya. Standar ini telah diterapkan secara restrospektif. Oleh sebab itu, bangunan (mall dan perkantoran) anak perusahaan yang disewakan dengan biaya periode pada tahun 2007 sebesar Rp 1.168.014.797 yang termasuk dalam akun “Aset tetap – bersih” ditransfer ke akun “Properti investasi – bersih” dalam neraca konsolidasi tahun 2007. Perusahaan dan anak perusahaan memilih menggunakan model biaya untuk akuntansi setelah pengakuan awal atas properti investasi yang dimilikinya.

(2). PSAK No. 16 (Revisi 2007) “Aset Tetap”, yang mengatur perlakuan akuntansi atas aset tetap. Stándar ini mengatur antara lain mengenai pengakuan aset tetap, penentuan jumlah tercatat, penyusutan dan penurunan nilai. Selain itu, stándar ini mewajibkan untuk menghitung dan memasukkan biaya pembongkaran dan pemindahan atau restorasi lokasi aset sebagai bagian dari biaya perolehan, serta mewajibkan entitas untuk memilih di antara model biaya atau model revaluasi sebagai kebijakan akuntasi atas aset tetapnya. Perusahaan dan anak perusahaan memilih menggunakan model biaya untuk akuntansi setelah pengakuan awal atas aset tetap yang dimilikinya stándar ini diterapkan secara retrospektif. Sebagaimana diatur dalam ketentuan transisi atas stándar ini, surplus revaluasi aset tetap yang dicatat pada akun “Selisih Penilaian Kembali Aset Tetap” sebesar Rp 744.827.274 direklasifikasi ke “Saldo Laba”.

(3) PSAK No. 30 (Revisi 2007) “Sewa”, yang mengatur kebijakan akuntansi dan pengungkapan transaksi sewa baik dari sisi lessor maupun lessee. Stándar ini mengatur klasifikasi sewa berdasarkan sejauh mana risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset sewaan berada pada lessor atau lessee, serta berdasarkan substansi transaksi dan bukan pada bentuk kontraknya. Standar ini diterapkan secara prospektif. Penerapan standar ini tidak berdampak material terhadap laporan keuangan konsolidasi Perusahaan dan anak perusahaan.

PSAK Revisi yang Berlaku Efektif Setelah Tahun 2008 Perusahaan dan anak perusahaan akan menerapkan PSAK revisi berikut pada saat telah berlaku efektif: (1) PSAK No. 50 (Revisi 2006), “Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan”,

mengatur ketentuan mengenai penyajian instrumen keuangan serta pengungkapan yang wajib dilakukan. Ketentuan penyajian mencakup klasifikasi instrumen keuangan tersebut dari sudut pandang penerbit, yakni aset keuangan, kewajiban keuangan dan instrumen ekuitas; pengklasifikasian bunga, dividen, kerugian dan keuntungan yang terkait dengan instrumen keuangan; dan keadaan tertentu yang memungkinkan saling hapus (offset) antara aset dan kewajiban keuangan. Standar ini mewajibkan pengungkapan antara lain informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah, saat dan kepastian arus kas masa depan dari suatu entitas terkait dengan instrumen keuangan dan kebijakan akuntansi yang diterapkan atas instrumen tersebut. PSAK No. 50 (Revisi 2006) menggantikan PSAK No. 50 “Akuntansi Investasi Efek Tertentu”, dan diterapkan secara prospektif mulai tanggal 1 Januari 2010.

(2) PSAK No. 55 (Revisi 2006), “Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran”, mengatur prinsip-prinsip pengakuan dan pengukuran aset keuangan, kewajiban keuangan, dan

- 11-

kontrak tertentu untuk membeli atau menjual item non-keuangan. Standar ini mengatur antara lain mengenai definisi dan karakteristik instrumen derivatif, kategori, pengakuan dan pengukuran instrument keuangan, akuntansi lindung nilai dan penentuan hubungan lindung nilai. PSAK No. 55 (Revisi 2006) menggantikan PSAK No. 55 “Akuntansi Instrumen Derivatif dan Lindung Nilai”, dan diterapkan secara prospektif mulai tanggal 1 Januari 2010.

Kedua standar tersebut seharusnya berlaku efektif pada laporan keuangan konsolidasi untuk periode yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2009. Namun, pada tanggal 30 Desember 2008 Dewan Standar Akuntasi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK-IAI) mengumumkan penundaan berlakunya kedua standar tersebut selama 1 tahun melalui Surat No. 1705/DSAK/IAI/XII/2008, sehingga kedua standar tersebut berlaku efektif mulai tanggal 1 Januari 2010.

(3) PSAK No. 14 (Revisi 2008) “Persediaan”, yang mengatur mengenai penentuan biaya persediaan pada saat pengakuan awal dan mengharuskan pengukuran selanjutnya berdasarkan yang lebih rendah antara biaya perolehan dan nilai realisasi bersih, Standar ini mengurangi alternatif pengukuran biaya persediaan, karena standar ini tidak memperkenankan penggunaan metode masuk terakhir keluar pertama (LIFO) untuk mengukur biaya persediaan dan mengharuskan Perusahaan dan anak perusahaan untuk menggunakan metode biaya yang sama terhadap semua persediaan yang memiliki sifat dan kegunaan yang sama. PSAK No. 14 (2008) menggantikan PSAK No. 14 (1994) “Persediaan”, berlaku efektif mulai tanggal 1 Januari 2009 dan diterapkan secara retrospektif.

Perusahaan dan anak perusahaan masih mengevaluasi dampak penerapan PSAK revisi di atas dan dampak terhadap laporan keuangan konsolidasi dari penerapan PSAK revisi tersebut belum dapat ditentukan.

c. Prinsip Konsolidasi

Laporan keuangan konsolidasi meliputi laporan keuangan Perusahaan dan anak perusahaan yang dikendalikannya, dimana Perusahaan memiliki lebih dari 50%, baik langsung maupun tidak langsung, hak suara di anak perusahaan dan dapat menentukan kebijakan keuangan dan operasi dari anak perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari aktivitas anak perusahaan tersebut. Sebuah anak perusahaan tidak dikonsolidasikan apabila sifat pengendaliannya adalah sementara karena anak perusahaan tersebut diperoleh dengan tujuan akan dijual kembali dalam waktu dekat; atau jika ada pembatasan jangka panjang yang mempengaruhi kemampuan anak perusahaan untuk memindahkan dananya ke Perusahaan.

Dalam hal pengendalian terhadap anak perusahaan dimulai atau diakhiri dalam suatu periode tertentu, maka hasil usaha anak perusahaan yang diperhitungkan ke dalam laporan keuangan konsolidasi hanya sebatas hasil pada saat pengendalian tersebut mulai diperoleh atau hingga saat pengendalian atas anak perusahaan itu berakhir.

Laba anak perusahaan sebelum akuisisi oleh Perusahaan disajikan dalam akun “Laba Pra-akuisisi” pada laporan laba rugi konsolidasi.

Saldo dan transaksi, termasuk keuntungan/kerugian yang belum direalisasi, atas transaksi antar perusahaan yang signifikan dieliminasi untuk mencerminkan posisi keuangan dan hasil usaha Perusahaan dan anak perusahaan sebagai satu kesatuan usaha. Laporan keuangan konsolidasi disusun dengan menggunakan kebijakan akuntansi yang sama untuk peristiwa dan transaksi sejenis dalam kondisi yang sama. Apabila anak perusahaan menggunakan kebijakan akuntansi yang berbeda dari kebijakan akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan konsolidasi, maka dilakukan penyesuaian yang diperlukan terhadap laporan keuangan anak perusahaan tersebut.

- 12-

Hak minoritas atas laba bersih dan ekuitas anak perusahaan dinyatakan sebesar proporsi pemegang saham minoritas atas laba bersih dan ekuitas anak perusahaan tersebut sesuai dengan persentase kepemilikan pemegang saham minoritas pada anak perusahaan tersebut. Kerugian yang menjadi bagian dari pemegang saham minoritas pada suatu anak perusahaan dapat melebihi bagiannya dalam modal disetor. Kelebihan tersebut dan kerugian lebih lanjut yang menjadi bagian pemegang saham minoritas, harus dibebankan kepada pemegang saham mayoritas, kecuali terdapat kewajiban yang mengikat pemegang saham minoritas untuk menutupi kerugian tersebut dan pemegang saham minoritas mampu memenuhi kewajibannya. Apabila pada periode selanjutnya, anak perusahaan melaporkan laba, maka laba tersebut harus terlebih dahulu dialokasikan kepada pemegang saham mayoritas sampai seluruh bagian kerugian pemegang saham minoritas yang dibebankan pada pemegang saham mayoritas dapat ditutup. Selisih dari harga perolehan dengan nilai wajar kepemilikan Perusahaan atas aset bersih anak perusahaan dicatat sebagai goodwill dan diamortisasi menggunakan metode garis lurus selama periode 5 tahun.

d. Transaksi dan Saldo dalam Mata Uang Asing

Pembukuan Perusahaan dan anak perusahaan diselenggarakan dalam mata uang Rupiah. Transaksi-transaksi selama periode berjalan dalam mata uang asing dicatat dengan kurs yang berlaku pada saat terjadinya transaksi. Pada tanggal neraca, aset dan kewajiban moneter dalam mata uang asing disesuaikan untuk mencerminkan kurs yang berlaku pada tanggal tersebut yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia. Keuntungan atau kerugian kurs yang timbul dikreditkan atau dibebankan dalam laporan laba rugi konsolidasi periode yang bersangkutan, kecuali yang berhubungan dengan pengembangan proyek real estat dikapitalisasi ke persediaan real estat dan tanah yang belum dikembangkan.

e. Transaksi Hubungan Istimewa

Pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah:

1. Perusahaan yang melalui satu atau lebih perantara, mengendalikan, atau dikendalikan oleh,

atau berada di bawah pengendalian bersama, dengan Perusahaan (termasuk holding companies, subsidiaries dan fellow subsidiaries);

2. Perusahaan asosiasi; 3. Perorangan yang memiliki, baik secara langsung maupun tidak langsung, suatu kepentingan

hak suara di perusahaan pelapor yang berpengaruh secara signifikan, dan anggota keluarga dekat dari perorangan tersebut (yang dimaksudkan dengan anggota keluarga dekat adalah mereka yang dapat diharapkan mempengaruhi atau dipengaruhi perorangan tersebut dalam transaksinya dengan perusahaan);

4. Karyawan kunci, yaitu orang-orang yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk

merencanakan, memimpin dan mengendalikan kegiatan Perusahaan yang meliputi anggota dewan komisaris, direksi dan manajer dari Perusahaan serta anggota keluarga dekat orang-orang tersebut; dan

5. Perusahaan di mana suatu kepentingan substansial dalam hak suara dimiliki baik secara

langsung maupun tidak langsung oleh setiap orang yang diuraikan dalam butir (3) atau (4), atau setiap orang tersebut mempunyai pengaruh signifikan atas perusahaan tersebut. Ini mencakup perusahaan-perusahaan yang dimiliki anggota dewan komisaris, direksi atau pemegang saham utama dari Perusahaan dan perusahaan-perusahaan yang mempunyai anggota manajemen kunci yang sama dengan Perusahaan.

- 13-

Semua transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa, baik yang dilakukan dengan atau tidak dengan, persyaratan dan kondisi yang sama dengan pihak ketiga diungkapkan dalam laporan keuangan konsolidasi.

f. Penggunaan Estimasi

Penyusunan laporan keuangan konsolidasi sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia mengharuskan manajemen membuat estimasi dan asumsi yang mempengaruhi jumlah aktiva dan kewajiban yang dilaporkan dan pengungkapan aktiva dan kewajiban kontinjensi pada tanggal laporan keuangan konsolidasi serta jumlah pendapatan dan beban selama periode pelaporan. Realisasi dapat berbeda dengan jumlah yang diestimasi.

g. Kas dan Setara Kas

Kas terdiri dari kas dan kas di bank. Setara kas adalah semua investasi yang bersifat jangka pendek dan sangat likuid yang dapat segera dikonversikan menjadi kas dengan jatuh tempo dalam waktu tiga bulan atau kurang sejak tanggal penempatannya dan yang tidak dijaminkan serta tidak dibatasi pencairannya.

h. Investasi

1. Giro

Rekening giro yang dijaminkan atau dibatasi pencairannya disajikan dalam bagian investasi. Rekening giro ini disajikan sebesar nilai nominal.

2. Deposito berjangka

Deposito berjangka yang jatuh temponya kurang dari tiga bulan pada saat penempatan namun dijaminkan atau telah dibatasi pencairannya atau deposito berjangka yang jatuh temponya lebih dari tiga bulan pada saat penempatan disajikan dalam bagian investasi. Deposito berjangka disajikan sebesar nilai nominal.

3. Penempatan pada efek

Efek terdiri dari surat sanggup (Promissory Notes dan efek hutang).

Efek diklasifikasikan berdasarkan tujuan manajemen pada saat perolehan, sebagai berikut:

a) Diperdagangkan (trading)

Termasuk dalam kelompok ini adalah efek yang dibeli dan dimiliki untuk dijual kembali dalam waktu dekat, yang biasanya ditunjukkan dengan frekuensi pembelian dan penjualan yang sering. Efek ini dimiliki dengan tujuan untuk menghasilkan laba dari perbedaan harga jangka pendek. Investasi dalam efek yang termasuk dalam kelompok ini diukur sebesar nilai wajarnya. Laba/rugi yang timbul dari kenaikan atau penurunan tersebut diakui pada laba rugi konsolidasi periode yang bersangkutan.

b) Dimiliki hingga jatuh tempo (held-to-maturity)

Investasi dalam efek hutang yang dimaksudkan untuk dimiliki hingga jatuh tempo diukur sebesar biaya perolehan yang disesuaikan dengan amortisasi premi atau diskonto yang belum diamortisasi.

c) Tersedia untuk dijual (available-for-sale)

Investasi dalam efek yang tidak memenuhi kriteria kelompok “diperdagangkan” dan yang “dimiliki hingga jatuh tempo” dinyatakan sebesar nilai wajarnya. Laba dan rugi yang belum

- 14-

direalisasi dari kenaikan atau penurunan nilai wajar atas kepemilikan efek ini disajikan sebagai komponen ekuitas, dan tidak diakui sebagai keuntungan atau kerugian sampai direalisasi.

Bila terjadi penurunan nilai yang bersifat permanen, maka biaya perolehan efek individual harus diturunkan hingga sebesar nilai wajarnya, dan jumlah penurunan nilai tersebut dibebankan pada laporan laba rugi konsolidasi periode berjalan.

Untuk menghitung laba atau rugi yang direalisasi, biaya perolehan efek ekuitas ditentukan berdasarkan metode rata-rata tertimbang, sedangkan biaya perolehan efek hutang yang dimiliki hingga jatuh tempo ditentukan berdasarkan metode identifikasi khusus.

4. Investasi jangka panjang dalam bentuk penyertaan saham yang nilai wajarnya tidak tersedia

Investasi dengan menggunakan Metode Biaya

Investasi dalam bentuk penyertaan saham dengan persentase kepemilikan kurang dari 20% dicatat dengan menggunakan metode biaya.

Menurut metode biaya, investasi dicatat sebesar biaya perolehan. Investor mengakui penghasilan hanya sebatas distribusi laba (dividen, kecuali dividen saham) yang diterima yang berasal dari laba bersih yang diakumulasikan oleh perusahaan asosiasi setelah tanggal perolehan. Penerimaan dividen yang melebihi laba tersebut dipandang sebagai pemulihan investasi dan dicatat sebagai pengurangan terhadap biaya investasi.

Investasi dalam bentuk saham dimana Perusahaan mempunyai pemilikan saham minimal 20%, tetapi tidak lebih dari 50% dicatat dengan menggunakan metode ekuitas, dimana biaya perolehan dari penyertaan ditambah atau dikurangi dengan bagian Perusahaan atas laba atau rugi bersih perusahaan asosiasi sejak tanggal perolehan sebesar persentase pemilikan serta dikurangi dengan pendapatan dividen. Bagian Perusahaan atas laba atau rugi bersih perusahaan asosiasi disesuaikan dengan amortisasi goodwill dengan menggunakan metode garis lurus selama 5 tahun.

Bila terjadi penurunan nilai yang bersifat permanen, nilai tercatatnya dikurangi untuk mengakui penurunan tersebut yang ditentukan untuk setiap investasi secara individu dan kerugiannya dibebankan pada laporan laba rugi konsolidasi periode berjalan.

Selisih Transaksi Perubahan Ekuitas Anak Perusahaan/Perusahaan Asosiasi Perubahan nilai investasi yang disebabkan oleh terjadinya perubahan nilai ekuitas anak perusahaan yang bukan merupakan transaksi antara Perusahaan dengan anak perusahaan diakui sebagai bagian dari ekuitas dalam akun “Selisih Transaksi Perubahan Ekuitas Anak Perusahaan/Perusahaan Asosiasi”, dan akan diakui sebagai pendapatan atau beban pada saat pelepasan investasi yang bersangkutan.

Selisih Nilai Transaksi Restrukturisasi Entitas Sepengendali

Transaksi restrukturisasi antara entitas sepengendali, berupa pengalihan aset, kewajiban, saham atau instrumen kepemilikan lainnya yang dilakukan dalam rangka reorganisasi entitas-entitas yang berada dalan suatu kelompok usaha yang sama, bukan merupakan perubahan kepemilikan dalam arti substansi ekonomi, sehingga transaksi demikian tidak dapat menimbulkan laba atau rugi bagi seluruh kelompok perusahaan ataupun bagi entitas individual dalam kelompok perusahaan tersebut. Karena transaksi restrukturisasi antara entitas sepengendali tidak mengakibat perubahan substansi ekonomi pemilikan atas aset, saham, kewajiban atau instrumen kepemilikan lainnya yang dipertukarkan, maka aset maupun kewajiban yang pemilikannya dialihkan (dalam bentuk hukumnya) harus dicatat sesuai dengan nilai buku.

- 15-

Selisih antara harga pengalihan dengan nilai buku setiap transaksi restrukturisasi antara entitas sepengendali dibukukan dalam akun “Selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali” dan disajikan sebagai dari Ekuitas. Saldo “Selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali” diakui sebagai laba atau rugi yang direalisasi dalam laporan keuangan konsolidasi pada saat (1) hilangnya status substansi sepengendalian antara entitas yang pernah bertransaksi, (2) pelepasan aset, kewajiban, saham atau instrumen kepemilikan lainnya yang mendasari terjadinya selisih transaksi restrukturisasi entitas sepengendali ke pihak lain yang tidak sepengendali. Sebaliknya, jika ada transaksi resiprokal antara entitas sepengendali yang sama maka saling hapus dilakukan antara saldo yang ada dengan yang baru, sehingga menimbulkan saldo “Selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali”, baru.

i. Piutang

Piutang dinyatakan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan setelah dikurangi dengan penyisihan piutang ragu-ragu, jika ada. Piutang yang tidak dapat ditagih dihapuskan.

j. Penyisihan Piutang Ragu-Ragu

Penyisihan piutang ragu-ragu dibentuk berdasarkan penelaahan manajemen terhadap masing-masing akun piutang akhir periode.

k. Persediaan

1. Persediaan Real Estat Persediaan real estat terdiri dari tanah dan bangunan (secara strata title) yang siap dijual, bangunan (secara strata title) yang sedang dikonstruksi dan tanah yang sedang dikembangkan dinyatakan berdasarkan nilai terendah antara biaya perolehan dan nilai realisasi bersih (the lower of cost and net realizable value). Nilai realisasi bersih merupakan estimasi harga jual dalam kegiatan usaha biasa dikurangi dengan estimasi biaya penyelesaian dan estimasi biaya penjualan. Biaya perolehan tanah yang sedang dikembangkan meliputi biaya perolehan tanah yang belum dikembangkan ditambah dengan biaya pengembangan langsung dan tidak langsung yang dapat diatribusikan pada kegiatan pengembangan real estat serta biaya pinjaman (beban bunga dan selisih kurs). Tanah yang sedang dikembangkan akan dipindahkan ke bangunan yang sedang dikonstruksi pada saat tanah tersebut selesai dikembangkan dengan menggunakan metode luas areal.

Biaya pengembangan tanah, termasuk tanah yang digunakan sebagai jalan dan prasarana atau area yang tidak dijual lainnya, dialokasikan ke proyek berdasarkan luas area yang dapat dijual. Biaya perolehan bangunan yang sedang dikonstruksi meliputi biaya-biaya konstruksi serta dipindahkan ke tanah dan bangunan yang siap dijual pada saat selesai dibangun. Biaya-biaya tersebut ditentukan dengan menggunakan metode identifikasi khusus.

Akumulasi biaya ke proyek pengembangan real estat tidak dihentikan walaupun realisasi pendapatan pada masa mendatang lebih rendah dari nilai tercatat proyek. Namun, dilakukan penyisihan secara periodik atas perbedaan tersebut. Jumlah penyisihan tersebut akan mengurangi nilai tercatat proyek dan dibebankan ke laba rugi konsolidasi periode berjalan. Estimasi dan alokasi biaya harus dikaji kembali pada setiap akhir periode pelaporan sampai proyek selesai secara substansial. Apabila telah terjadi perubahan mendasar pada estimasi kini, biaya direvisi dan direalokasi.

- 16-

Beban yang tidak berhubungan dengan proyek real estat dibebankan pada laporan laba rugi konsolidasi pada saat terjadinya.

2. Persediaan Hotel

Barang dan perlengkapan hotel terdiri dari makanan, minuman, perlengkapan teknik dan perlengkapan hotel. Persediaan tersebut dinyatakan sebesar nilai yang lebih rendah antara biaya perolehan, yang ditentukan dengan menggunakan metode rata-rata, dan nilai realisasi bersih.

l. Biaya Dibayar di muka

Biaya dibayar di muka diamortisasi selama manfaat masing-masing biaya dengan menggunakan metode garis lurus.

m. Properti Investasi Properti investasi diukur sebesar biaya perolehan, termasuk biaya transaksi, setelah dikurangi dengan akumulasi penyusutan dan kerugian penurunan nilai. Jumlah tercatat termasuk biaya penggantian untuk bagian tertentu dari properti investasi yang telah ada pada saat beban terjadi, jika kriteria pengakuan terpenuhi dan tidak termasuk biaya perawatan sehari-hari properti investasi. Properti investasi dihentikan pengakuannya (dikeluarkan dari neraca) pada saat pelepasan atau ketika properti investasi tersebut tidak digunakan lagi secara permanen dan tidak memiliki manfaat ekonomis di masa depan yang dapat diharapkan pada saat pelepasannya. Laba atau rugi yang timbul dari penghentian atau pelepasan properti investasi diakui dalam laporan laba rugi konsolidasi pada periode terjadinya penghentian atau pelepasan tersebut. Transfer ke properti investasi dilakukan jika, dan hanya jika, terdapat perubahan penggunaan, yang ditunjukkan dengan berakhirnya pemakaian oleh pemilik, dimulainya sewa operasi ke pihak lain atau pengembangan.

n. Aset Tetap

Aset tetap, kecuali tanah, dinyatakan berdasarkan biaya perolehan, tetapi tidak termasuk biaya perawatan sehari-hari, dikurangi akumulasi penyusutan serta akumulasi penurunan nilai aset, jika ada. Tanah tidak disusutkan dan dinyatakan berdasarkan biaya perolehan dikurangi akumulasi penurunan nilai, jika ada. Biaya perolehan awal aset tetap meliputi harga perolehan, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak boleh dikreditkan dan biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa aset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan sesuai dengan tujuan penggunaan yang ditetapkan. Beban-beban yang timbul setelah aset tetap digunakan, seperti beban perbaikan dan pemeliharaan, dibebankan ke laba rugi konsolidasi pada saat terjadinya. Apabila beban-beban tersebut menimbulkan peningkatan manfaat ekonomis di masa datang dan penggunaan aset tetap tersebut yang dapat melebihi kinerja normalnya, maka beban-beban tersebut dikapitalisasikan sebagai tambahan biaya perolehan aset tetap.

Semua aset tetap, kecuali tanah, disusutkan menggunakan metode garis lurus berdasarkan estimasi masa manfaat dari aset sebagai berikut:

- 17-

Tahun

Bangunan 20 – 40 Peralatan dan perabotan 2 – 10 Peralatan mekanis dan listrik 6 – 14 Kendaraan bermotor 2 – 8 Peralatan telekomunikasi 2 – 8 Partisi kantor 3 – 5

Nilai tercatat aset tetap ditelaah kembali dan dilakukan penurunan nilai apabila terdapat peristiwa atau perubahan kondisi tertentu yang mengindikasikan nilai tercatat tersebut tidak dapat dipulihkan sepenuhnya. Dalam setiap inspeksi yang signifikan, biaya inspeksi diakui dalam jumlah tercatat aset tetap sebagai suatu penggantian apabila memenuhi kriteria pengakuan. Biaya inspeksi signifikan yang dikapitalisasikan tersebut diamortisasi selama periode sampai dengan saat inspeksi signifikan berikutnya. Jumlah tercatat aset tetap dihentikan pengakuannya (derecognized) pada saat dilepaskan atau tidak ada manfaat ekonomis masa depan yang diharapkan dari penggunaan atau pelepasannya. Aset tetap yang dijual atau dilepaskan, dikeluarkan dari kelompok aset tetap berikut akumulasi penyusutan dan amortisasi serta akumulasi penurunan nilai yang terkait dengan aset tetap tersebut. Laba atau rugi yang timbul dari penghentian pengakuan aset tetap ditentukan sebesar perbedaan antara jumlah neto hasil pelepasan, jika ada, dengan jumlah tercatat dari aset tetap tersebut, dan diakui dalam laporan laba rugi konsolidasi pada periode terjadinya penghentian pengakuan. Nilai residu, umur manfaat, serta metode penyusutan dan amortisasi ditelaah setiap akhir periode dan dilakukan penyesuaian apabila hasil telah berbeda dengan estimasi sebelumnya. Aset dalam penyelesaian dinyatakan sebesar biaya perolehan dan tidak disusutkan. Akumulasi biaya perolehan akan dipindahkan ke masing-masing aset tetap yang bersangkutan pada saat selesai dan siap digunakan.

o. Sewa Sewa di mana Perusahaan dan anak perusahaan tetap mempertahankan secara substansial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan suatu aset diklasifikasikan sebagai sewa operasi. Biaya langsung awal yang dapat didistribusikan secara langsung dengan negoisasi dan pengaturan sewa operasi ditambahkan ke nilai tercatat aset sewaan dan diakui ke laba rugi konsolidasi periode berjalan selama masa sewa sesuai dengan dasar pengakuan pendapatan sewa.

p. Penurunan Nilai Aset

Manajemen menelaah ada atau tidaknya indikasi penurunan nilai aktiva pada tanggal neraca dan kemungkinan penyesuaian ke nilai yang dapat diperoleh kembali apabila terdapat keadaan yang mengindikasikan terjadinya penurunan nilai aset tersebut.

Kerugian penurunan nilai diakui jika nilai tercatat aset melebihi nilai yang dapat diperoleh kembali. Jumlah aset yang dapat diperoleh kembali dihitung berdasarkan nilai pakai atau harga jual bersih, mana yang lebih tinggi. Di lain pihak, pemulihan penurunan nilai diakui apabila terdapat indikasi bahwa penurunan nilai tersebut tidak lagi terjadi.

Penurunan (pemulihan) nilai aset diakui sebagai beban (pendapatan) pada laba rugi konsolidasi periode berjalan.

- 18-

q. Biaya Emisi Saham Biaya emisi saham disajikan sebagai pengurang akun tambahan modal disetor dan tidak diamortisasi.

r. Pendapatan Diterima Di Muka

Pendapatan diterima di muka ditangguhkan pengakuannya dan akan dibukukan sebagai pendapatan sesuai dengan masa manfaat pendapatan tersebut.

s. Penyisihan untuk Penggantian Peralatan Usaha

Penyisihan untuk penggantian peralatan usaha (barang dan perlengkapan hotel) dibebankan pada laba rugi konsolidasi berdasarkan taksiran nilai penggantian dari peralatan yang hilang atau rusak. Pembelian dibebankan pada akun “Penyisihan untuk penggantian peralatan usaha”.

t. Pengakuan Pendapatan dan Beban

(1) Pengakuan Pendapatan

Pendapatan dari penjualan persediaan real estat

Pendapatan atas penjualan bangunan kondominium, apartemen strata title, gedung perkantoran, pusat perbelanjaan dan bangunan sejenis lainnya serta unit dalam kepemilikan secara time sharing, diakui dengan menggunakan metode persentase penyelesaian (percentage-of-completion method) terhadap unit yang terjual, apabila seluruh persyaratan berikut terpenuhi: 1) Proses konstruksi telah melampaui tahap awal, yaitu fondasi bangunan telah selesai dan

semua persyaratan untuk memulai pembangunan telah dipenuhi.

2) Jumlah pembayaran oleh pembeli telah mencapai 20% dari harga jual yang telah disepakati dan jumlah tersebut tidak dapat diminta kembali oleh pembeli; dan

3) Jumlah pendapatan dari penjualan dan biaya unit bangunan dapat diestimasi dengan

andal. Jika semua kriteria yang disebutkan di atas tidak terpenuhi, maka pembayaran yang diterima dari pembeli harus diakui sebagai uang muka dengan metode deposit sampai seluruh kriteria terpenuhi.

Dengan metode persentase penyelesaian, jumlah pendapatan dan beban yang diakui untuk setiap periode akuntansi harus sesuai dengan tingkat atau persentase penyelesaian dari aset tersebut.

Tingkat atau persentase penyelesaian pengembangan real estat ditentukan berdasarkan biaya yang telah dikeluarkan sampai dengan tanggal tertentu dibandingkan dengan jumlah biaya yang harus dikeluarkan untuk pengembangan real estat tersebut.

Pendapatan atas penjualan apartemen strata title, konstruksi yang telah selesai pembangunannya, harus diakui dengan menggunakan metode akrual penuh.

Pendapatan sewa dan jasa pelayanan Pendapatan sewa ruangan pusat perbelanjaan dan kantor serta tanah diakui berdasarkan metode garis lurus sesuai dengan jangka waktu sewa dan pendapatan jasa pelayanan diakui pada saat jasa diserahkan.

- 19-

Pendapatan dari Hotel

Pendapatan hotel diakui pada saat barang atau jasa diberikan kepada tamu.

Lainnya

Pendapatan dari iuran keanggotaan klub diakui sesuai dengan periode keanggotaan.

Pendapatan dari jasa telekomunikasi diakui pada saat jasa telah diserahkan kepada pelanggan.

(2) Pengakuan Beban

Beban diakui sesuai dengan manfaatnya pada periode yang bersangkutan (accrual basis) pada saat terjadinya, kecuali beban pokok penjualan persediaan real estat yang di dalamnya termasuk taksiran biaya untuk pengembangan prasarana atas tanah yang terjual maupun yang sedang dikembangkan untuk penjualan di masa mendatang.

u. Restrukturisasi Hutang Bermasalah

Restrukturisasi hutang bermasalah diperlakukan berdasarkan Pernyataan Standar Akuntasi Keuangan (PSAK) No. 54, “Akuntansi untuk Restrukturisasi Hutang-Piutang Bermasalah”. Sesuai dengan PSAK No. 54, keuntungan dari restrukturisasi harus diakui jika nilai tercatat hutang yang diselesaikan, setelah dikurangi penyelesaian hutang melalui penyerahan saham (jika ada), lebih besar dari pembayaran kas masa depan tanpa memperhitungkan nilai tunainya. Seluruh biaya langsung yang terjadi dari restrukturisasi hutang bermasalah harus dikurangkan dalam penghitungan keuntungan restrukturisasi hutang bermasalah. Keuntungan dari restrukturisasi hutang bermasalah, diakui dan diklasifikasikan sebagai pos luar biasa dalam laporan laba rugi konsolidasi pada periode terjadinya restrukturisasi.

v. Biaya Pinjaman Biaya pinjaman merupakan bunga dan selisih kurs pinjaman yang diterima dalam mata uang asing dan biaya lainnya (amortisasi diskon/premium dari pinjaman diterima) yang terjadi sehubungan dengan peminjaman dana. Biaya pinjaman diakui sebagai beban pada saat terjadinya, kecuali biaya pinjaman atas pinjaman yang diperoleh untuk membiayai perolehan dan pengembangan aset real estat dan dapat secara langsung diatribusikan ke aktivitas pengembangan real estat, yang dikapitalisasi sebagai bagian dari biaya tanah yang belum dikembangkan dan/atau biaya pengembangan untuk proyek real estat. Apabila pinjaman secara spesifik dipergunakan untuk memperoleh dan mengembangkan proyek real estat, biaya pinjaman yang dikapitalisasi adalah seluruh biaya pinjaman yang terjadi selama periode pinjaman tersebut, dikurangkan dengan pendapatan bunga atas penempatan sementara dari dana pinjaman diterima yang belum digunakan. Kapitalisasi biaya pinjaman dihentikan jika dalam suatu periode yang cukup lama proyek pengembangan real estat ditangguhkan atau ditunda, sedangkan kapitalisasi biaya pinjaman tersebut diakhiri pada saat proyek pengembangan itu telah selesai dan siap untuk digunakan.

w. Imbalan Kerja Imbalan kerja jangka pendek Imbalan kerja jangka pendek merupakan upah, gaji, dan iuran jaminan sosial. Imbalan kerja jangka pendek diakui sebesar jumlah yang tak-terdiskonto sebagai kewajiban setelah dikurangi

- 20-

dengan jumlah yang telah dibayar pada neraca konsolidasi dan sebagai beban pada laba rugi konsolidasi periode berjalan. Imbalan pasca-kerja

Imbalan pasca-kerja Perusahaan merupakan manfaat pasti yang dibentuk dengan pendanaan khusus melalui program dana pensiun dan didasarkan pada masa kerja dan jumlah penghasilan karyawan pada saat pensiun, sedangkan untuk anak-anak perusahaan, imbalan pasca-kerja merupakan manfaat pasti yang dibentuk tanpa pendanaan khusus. Imbalan pasca-kerja tersebut keduanya didasarkan pada masa kerja dan jumlah penghasilan karyawan pada saat pensiun. Metode penilaian aktuarial yang digunakan untuk menentukan nilai kini cadangan imbalan pasti, beban jasa kini yang terkait dan beban jasa lalu adalah metode Projected Unit Credit. Beban jasa kini, beban bunga, beban jasa lalu yang telah menjadi hak karyawan, hasil yang diharapkan dari aset program, dan dampak kurtailmen atau penyelesaian (jika ada) diakui pada laba rugi konsolidasi periode berjalan. Keuntungan atau kerugian aktuarial (jika ada) dan beban jasa lalu yang belum menjadi hak karyawan bagi karyawan yang masih aktif bekerja diamortisasikan selama jangka waktu rata-rata sisa masa kerja karyawan.

Cadangan imbalan pasti pasca-kerja disajikan sebesar nilai bersih dari nilai kini cadangan imbalan pasti setelah memperhitungkan nilai wajar aset program keuntungan atau kerugian aktuarial yang tidak diakui.

Imbalan kerja jangka panjang lainnya

Imbalan kerja jangka panjang lainnya yang dibentuk oleh Perusahaan merupakan imbalan untuk karyawan yang telah bekerja lebih dari 15 tahun dan minimum berumur 40 tahun. Metode penilaian aktuarial yang digunakan untuk menentukan nilai kini cadangan imbalan pasti, beban jasa kini yang terkait dan beban jasa lalu adalah metode Projected Unit Credit. Baban jasa kini, beban bunga, hasil yang diharapkan dari aset program (jika ada), keuntungan atau kerugian aktuarial, beban jasa lalu serta dampak kuartailmen atau penyelesaian (jika ada) diakui pada laba rugi konsolidasi periode yang berjalan.

Kewajiban imbalan kerja jangka panjang lainnya disajikan bersih sebesar nilai kini kewajiban imbalan pasti setelah memperhitungkan nilai wajar aset program (jika ada).

x. Pajak Penghasilan

Pajak Penghasilan Final Sesuai dengan peraturan perundangan perpajakan, pendapatan yang telah dikenakan pajak penghasilan final tidak lagi dikenakan pajak penghasilan final tidak lagi dilaporkan sebagai pendapatan kena pajak, dan semua beban sehubungan dengan pendapatan yang telah dikenakan pajak penghasilan final tidak boleh dikurangkan. Di lain pihak, baik pendapatan maupun beban tersebut dipakai dalam perhitungan laba rugi menurut akuntasi. Oleh karena itu, tidak terdapat perbedaan temporer sehingga tidak diakui adanya aset atau kewajiban pajak tangguhan. Apabila nilai tercatat aset atau kewajiban yang berhubungan dengan pajak penghasilan final berbeda dari dasar pengenaan pajaknya, maka perbedaan tersebut tidak diakui sebagai aset atau kewajiban pajak tangguhan. Beban pajak atas pendapatan yang dikenakan pajak penghasilan final diakui secara proporsional dengan jumlah pendapatan menurut akuntansi yang diakui pada periode berjalan. Selisih antara jumlah pajak penghasilan final terhutang dengan jumlah yang dibebankan sebagai pajak kini pada perhitungan laba rugi diakui sebagai pajak dibayar di muka dan pajak yang masih harus dibayar.

- 21-

Pajak Penghasilan Tidak Final Beban pajak kini ditentukan berdasarkan laba kena pajak dalam periode yang bersangkutan yang dihitung berdasarkan tarif pajak yang berlaku.

Pajak tangguhan diukur dengan menggunakan tarif pajak yang berlaku atau secara substansial telah berlaku pada tanggal neraca. Pajak tangguhan dibebankan atau dikreditkan dalam laporan laba rugi konsolidasi, kecuali pajak tangguhan yang dibebankan atau dikreditkan langsung ke ekuitas.

Aset dan kewajiban pajak tangguhan diakui atas konsekuensi pajak periode mendatang yang timbul dari perbedaan jumlah tercatat aktiva dan kewajiban menurut laporan keuangan dengan dasar pengenaan pajak aset dan kewajiban. Kewajiban pajak tangguhan diakui untuk semua perbedaan temporer kena pajak dan aset pajak tangguhan diakui untuk perbedaan temporer yang boleh dikurangkan, sepanjang besar kemungkinan dapat dimanfaatkan untuk mengurangi laba kena pajak pada masa datang.

Aset dan kewajiban pajak tangguhan disajikan di neraca konsolidasi, kecuali aset dan kewajiban pajak tangguhan untuk entitas yang berbeda, atas dasar kompensasi sesuai dengan penyajian aset dan kewajiban pajak kini.

y. Laba (Rugi) Bersih Per Saham

Laba (rugi) bersih per saham dihitung dengan membagi laba (rugi) bersih konsolidasi dengan jumlah tertimbang saham yang ditempatkan dan disetor penuh selama periode yang bersangkutan.

z. Informasi Segmen

Informasi segmen disusun sesuai dengan kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan konsolidasi. Bentuk primer pelaporan segmen adalah segmen usaha sedangkan segmen sekunder adalah segmen geografis.

Segmen usaha adalah komponen Perusahaan yang dapat dibedakan dalam menghasilkan produk atau jasa (baik produk atau jasa individual maupun kelompok produk atau jasa terkait) dan komponen itu memiliki risiko dan imbalan yang berbeda dengan risiko dan imbalan segmen lain. Segmen geografis adalah komponen Perusahaan dan anak perusahaan yang dapat dibedakan dalam menghasilkan produk atau jasa pada lingkungan (wilayah) ekonomi tertentu dan komponen itu memiliki risiko dan imbalan yang berbeda dengan risiko dan imbalan pada komponen yang beroperasi pada lingkungan (wilayah) ekonomi lain.

- 22-

3. KAS DAN SETARA KAS Kas dan setara kas terdiri dari: 2009 2008 Kas

Rupiah Rp 463.320 Rp 786.580 Dollar AS dan mata uang asing lainnya (Catatan 37) 588.423 - Jumlah 1.051.743 786.580 Pihak yang mempunyai hubungan istimewa (lihat Catatan 36) Bank Rupiah PT Bank Artha Graha Internasional Tbk 10.855.559 7.630.395 Dolar Amerika Serikat PT Bank Artha Graha Internasional Tbk (US$ 2.181.628 pada tahun 2009 dan US$ 534.036 pada tahun 2008) 25.226.700 5.027.838 Deposito Rupiah PT Bank Artha Graha Internasional Tbk 35.055.842 30.671.609 Dolar Amerika Serikat PT Bank Artha Graha Internasional Tbk (US$ 1.659.992 pada tahun 2009 dan US$ 1.198.268 pada tahun 2008) 20.487.645 11.139.654 Jumlah 91.625.746 54.469.496

Pihak ketiga Bank Rupiah Deutsche Bank AG – cabang Jakarta 8.402.121 7.881.137

PT Bank Central Asia Tbk 817.182 7.161.832 PT Bank Mandiri (Persero) Tbk 634.778 438.330 PT Bank CIMB Niaga Tbk* 277.819 490.156 PT Bank Permata Tbk - 3.615.264 Dolar Amerika Serikat Deutsche Bank AG – cabang Singapura (US$ 1.007.389 pada tahun 2009 dan US$ 92.675 pada tahun 2008) 11.660.529 854.185 PT Bank Central Asia Tbk (US$ 539.112 pada tahun 2009 dan US$ 459.962 pada tahun 2008) 6.240.220 4.239.470 PT Bank CIMB Niaga Tbk* (US$ 387.479 pada tahun 2009 dan US$ 280.956 pada tahun 2008) 4.485.068 2.589.571 PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (US$ 77.189 pada tahun 2009 dan US$ 260.132 pada tahun 2008) 597.022 2.372.438 PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (US$ 741 pada tahun 2009) 8.566 - Citibank N.A. - cabang Jakarta (US$ 3.498 pada tahun 2009 dan US$ 3.635 pada tahun 2008) 40.485 33.500

- 23-

Lanjutan 2009 2008 Deposito berjangka Rupiah PT Bank Central Asia Tbk Rp 10.276.420 Rp 10.755.904 Dolar Amerika Serikat PT Bank Mega Tbk (US$ 1.000.000 pada tahun 2009) 11.575.000 - PT Bank Danamon Tbk (US$ 985.713 pada tahun 2009) 11.409.631 - Jumlah 66.424.840 40.431.787 Jumlah Rp 159.102.330 Rp 95.687.863

Suku bunga rata-rata deposito berjangka per tahun:

2009 2008 Rupiah 8,25% - 9,50% 8,00% - 8,25% Dolar Amerika Serikat 3,50% - 5,00% 3,75% - 4,25%

* Dahulu PT Bank Lippo Tbk sebelum bergabung dengan PT Bank Niaga Tbk pada tahun 2008. Transaksi dengan PT Bank Artha Graha Internasional Tbk, pihak yang mempunyai hubungan

istimewa, dilaksanakan dengan suku bunga, syarat dan kondisi yang sama sebagaimana bila dilaksanakan dengan pihak ketiga (Catatan 36).

4. INVESTASI 2009 2008 Penyertaan saham Rp 56.483.071 Rp 50.600.000 Deposito berjangka yang dibatasi pencairannya (Catatan 15) 22.899.792 22.691.451 Rekening giro yang dibatasi pencairannya (Catatan 15 dan 16) 773.493 614.992 Jumlah Rp 80.156.356 Rp 73.906.443

a. Penyertaan Saham

Penyertaan saham yang dicatat dengan menggunakan metode biaya adalah sebagai berikut:

Persentase Nilai Penyertaan

Kepemilikan 2009 2008

PT First Jakarta International (FJI) 9% Rp 45.600.000 Rp 45.600.000 PT Bina Mulia Unika (BMU) 20% 5.883.071 -

PT Graha Putranusa (GPN) 5% 5.000.000 5.000.000 Jumlah Rp 56.483.071 Rp 50.600.000

- 24-

FJI, adalah pemilik dari gedung perkantoran serbaguna yang dikenal sebagai Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) (dahulu Bursa Efek Jakarta sebelum bergabung dengan Bursa Efek Surabaya pada tahun 2007), yang berlokasi di Lot 2 KNTS. FJI memulai kegiatan usahanya pada tahun 1995. Pada tanggal 30 Oktober 2008, PT Citra Wiradaya (CW) (anak perusahaan PT Danayasa Arthatama Tbk) melakukan penyertaan saham pada PT Bina Mulia Unika (BMU) dengan kepemilikan sebesar 99,99%. Penyertaan saham tersebut dilakukan untuk tujuan pemilikan jangka pendek. Pada tanggal 23 Januari 2009, CW menjual penyertaan sahamnya dalam BMU kepada PT DMS International (sekarang PT Kingsland International) yang mengakibatkan persentase kepemilikan saham dalam BMU berkurang menjadi 20%, sehingga pada tanggal 31 Maret 2009 penyertaan saham tersebut dicatat dengan metode biaya. GPN didirikan dengan tujuan untuk membangun dan mengelola gedung perkantoran dan apartemen yang berlokasi di Lot 24 KNTS. Pada tahun 2004, GPN memulai pembangunan apartemen yang dikenal dengan nama “The Capital Residences” dan telah selesai pada tahun 2007.

Pada tahun 2009 dan 2008, tidak ada dividen kas yang diterima dari penyertaan saham tersebut. Tujuan utama penyertaan saham di atas adalah sesuai dengan tujuan utama Perusahaan, yaitu melakukan atau menjalankan kegiatan utama dalam bidang real estat termasuk, tetapi tidak terbatas pada aktivitas pengembangan. Manajemen berpendapat bahwa tidak terdapat penurunan nilai dari penyertaan saham tersebut di atas.

b. Deposito Berjangka yang Dibatasi Pencairannya

Pada tanggal 31 Maret 2009 dan 2008, PPJ memiliki deposito yang dibatasi pencairannya sebesar US$ 1.978.384 (ekuivalen sebesar Rp 22.899.792) dan US$ 2.461.913 (ekuivalen sebesar Rp 22.691.451) yang ditempatkan di Deutsche Bank AG, Cabang Singapura sehubungan dengan surat hutang yang diterbitkan PPJ (Catatan 15). Suku bunga deposito rata-rata per tahun adalah 0,13% pada tahun 2009 dan 2,42% pada tahun 2008.

c. Rekening Giro yang dibatasi pencairannya 2009 2008 Pihak ketiga Dolar Amerika Serikat (Catatan 37) Deutsche Bank AG, cabang Singapura Rp 689.460 Rp 548.060 PT Bank Windu Kentjana International Tbk (dahulu PT Bank Multicor Tbk) 84.033 66.932 Jumlah Rp 773.493 Rp 614.992

Perusahaan memiliki rekening giro yang dibatasi pencairannya di PT Bank Windu Kentjana International Tbk (dahulu PT Bank Multicor Tbk sebelum bergabung dengan PT Bank Windu Kentjana pada tahun 2008) yang digunakan sebagai rekening pembayaran hutang (debt-service account) berdasarkan Perjanjian Perubahan dengan sindikasi bank yang dikoordinasi oleh The Royal Bank of Scotland Plc (Catatan 16b). Selain itu, PT Pacific Place Jakarta (PPJ) memiliki rekening giro yang dibatasi pencairannya di Deutsche Bank AG, Cabang Singapura sehubungan dengan surat hutang yang diterbitkan oleh PPJ (Catatan 15).

- 25-

5. PIUTANG USAHA

2009 2008

Pihak yang mempunyai hubungan istimewa (lihat Catatan 36) Rupiah PT Mulia Sejahtera Abadi Rp 8.752.102 Rp 8.529.497 PT Arthagraha Sentral 4.240.682 4.438.939 PT Music Roomindo Sejati 1.781.926 1.234.457 Discovery Kartika Plaza Hotel 1.654.913 1.207.595 PT Buanagraha Arthaprima 121.000 206.052 Lain-lain 244.474 505.192 Jumlah Rp 16.795.097 Rp 16.121.732

Pihak ketiga Rupiah Real Estat Rp 77.132.047 Rp 79.553.348 Hotel Guest and city ledger 28.596.005 12.847.536 Kartu kredit 1.152.829 1.564.734 Jasa Telekomunikasi PT Indosat Tbk 1.029.146 480.523 PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk 718.549 637.695 PT Aplikanusa Lintasarta 299.152 347.242 Lain-lain 2.492.045 1.983.873 Lain-lain 21.009.004 5.695.805 Dolar Amerika Serikat (Catatan 37) Real Estat 8.477.418 2.072.919

Jasa Telekomunikasi Singapore Telecommunications Limited 868.020 20.515 Lain-lain - 9.399

Jumlah 141.774.215 105.213.589 Dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu ( 5.523.374 ) ( 4.316.597 )

Bersih Rp 136.250.841 Rp 100.896.992

Mutasi penyisihan piutang ragu-ragu adalah sebagai berikut:

2009 2008

Saldo awal periode Rp 5.117.540 Rp 3.909.385 Penambahan periode berjalan 405.834 407.212

Saldo akhir periode Rp 5.523.374 Rp 4.316.597

Pada tanggal 31 Maret 2009 dan 2008 masing-masing sebesar 40,92% dan 89,95% dari saldo piutang usaha digunakan sebagai jaminan untuk hutang bank dan surat hutang (Catatan 15 dan 16). Piutang real estat terutama merupakan piutang sewa “Pacific Place Mall” serta piutang atas penjualan unit apartemen “SCBD Suites” yang dibangun oleh PT Andana Utamagraha dan “Pacific Place Residences” yang dibangun oleh PT Pacific Place Jakarta, keduanya merupakan anak perusahaan.

- 26-

City Ledger, In House Guest and Store Rental merupakan tagihan kepada pelanggan hotel dan penyewa ruangan.

Termasuk di dalam piutang usaha – lain-lain adalah tagihan kepada perorangan - pihak ketiga. Rincian piutang usaha dihitung sejak tanggal faktur adalah sebagai berikut:

2009 2008 Sampai dengan 1 bulan Rp 57.894.219 Rp 47.744.405 > 1 bulan – 3 bulan 12.756.312 11.738.062 > 3 bulan – 6 bulan 10.219.152 11.351.098 > 6 bulan 77.699.629 50.501.756 Jumlah Rp 158.569.312 Rp 121.335.321

Manajemen berpendapat bahwa penyisihan piutang ragu-ragu adalah cukup untuk menutup kemungkinan kerugian atas tidak tertagihnya piutang usaha tersebut. Piutang usaha dalam mata uang asing adalah sebesar US$ 807.381 (ekuivalen sebesar Rp 9.345.438) dan US$ 2.695.013 (ekuivalen sebesar Rp 24.839.939) masing-masing pada tanggal 31 Maret 2009 dan 2008 (Catatan 37).

6. PIUTANG LAIN-LAIN

Akun ini terdiri dari: 2009 2008

Pihak yang mempunyai hubungan istimewa (Catatan 36) PT Cemerlang Pola Cahaya Rp 16.031.791 Rp 16.031.791 PT Ciptadaya Gema Puspita 1.600.000 3.685.000 Akademi Pariwisata Jakarta International Hotel 650.000 1.115.000 PT Bina Mulia Unika 590.375 - Lain-lain 313.113 570.124

Jumlah 19.185.279 21.401.915 Dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu ( 16.031.791 ) ( 16.031.791 )

Bersih 3.153.488 5.370.124

Pihak ketiga Piutang dari karyawan 155.058 219.797 Uang muka pengobatan karyawan 142.710 195.906 Lain-lain 5.986.000 5.610.320 Jumlah 6.283.768 6.026.023 Dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu ( 104.213 ) ( 104.213 )

Bersih 6.179.555 5.921.810 Jumlah – Bersih Rp 9.333.043 Rp 11.291.934

- 27-

Piutang dari PT Cemerlang Pola Cahaya (CPC) terkait dengan pengalihan penyertaan saham Omni Hotels Investment Limited dalam PT Majumakmur Arthasentosa (MAS) sebesar 10% kepada CPC pada tahun 1997. Sampai dengan saat ini, CPC masih mengalami kesulitan likuiditas, sehingga belum dapat menyelesaikan kewajibannya kepada DA. Manajemen berpendapat bahwa penyisihan piutang ragu-ragu adalah cukup untuk menutup kemungkinan kerugian atas tidak tertagihnya piutang lain-lain tersebut.

7. PERSEDIAAN 2009 2008

Persediaan real estat - bersih Rp 1.790.781.769 Rp 1.525.905.016

Barang dan perlengkapan hotel 5.239.259 4.353.638

Jumlah Rp 1.796.021.028 Rp 1.530.258.654

a. Persediaan real estat

2009 2008

Tanah yang sedang dikembangkan Rp 1.160.274.136 Rp 1.180.200.619 Bangunan yang sedang dikonstruksi 561.796.730 114.021.821 Tanah dan bangunan yang siap dijual 77.604.115 240.575.788

Jumlah 1.799.674.981 1.534.798.228 Dikurangi penyisihan penurunan nilai ( 8.893.212 ) ( 8.893.212 ) Bersih Rp 1.790.781.769 Rp 1.525.905.016

Pada tahun 2009 dan 2008, persediaan tanah dan bangunan yang siap dijual terdiri dari apartemen strata title “Pacific Place Residences”, “SCBD Suites” dan “Kusuma Candra”, serta tanah Lot 18 KNTS. Bangunan yang sedang dikonstruksi tahun 2009 dan 2008 termasuk akumulasi biaya proyek “Equity Tower” yang berlokasi di Lot 9 KNTS dan pembangunan hotel yang berlokasi di Lot-23A, sedangkan pada tanggal 31 Maret 2008 terdiri dari akumulasi biaya proyek yang berlokasi di Lot-23A dan Lot 18 KNTS). Persediaan tanah yang sedang dikembangkan terdiri dari tanah yang akan digunakan untuk mendirikan bangunan di masa yang akan datang. Pada tanggal 31 Maret 2009 dan 2008, masing-masing sebesar 2,94% dan 13,68% dari persediaan real estat digunakan sebagai jaminan untuk surat hutang (Catatan 15). Pada tanggal 31 Maret 2009, proyek “Equity Tower” telah diasuransikan kepada PT Arthagraha General Insurance (AGI), pihak yang mempunyai hubungan istimewa, berupa “Contractors all risks insurance” dengan jumlah pertanggungan sebesar US$ 85.000.000. Transaksi dengan AGI dilaksanakan dengan syarat dan kondisi yang sama sebagaimana dilaksanakan dengan pihak ketiga. Penyisihan penurunan nilai persediaan real estat dibentuk oleh anak-anak perusahaan, PT Andana Utamagraha sebesar Rp 2.885.612 dan PT Majumakmur Arthasentosa sebesar Rp 6.007.600 pada tanggal 31 Maret 2009 dan 2008.

- 28-

Manajemen berpendapat bahwa penyisihan penurunan nilai yang dibentuk adalah cukup untuk menutup kemungkinan kerugian atas penurunan nilai persediaan.

b. Barang dan Perlengkapan Hotel

2009 2008

Makanan dan minuman Rp 2.903.081 Rp 1.617.855 Perlengkapan teknik 1.828.152 1.567.263 Perlengkapan hotel 508.026 1.168.520

Jumlah Rp 5.239.259 Rp 4.353.638

Pada tanggal 31 Maret 2009 dan 2008 masing-masing sebesar 0,33% dan 0,24% dari barang dan perlengkapan hotel digunakan sebagai jaminan untuk hutang bank (Catatan 16). Perusahaan tidak mengasuransikan barang dan perlengkapan hotel pada tanggal 31 Maret 2009 dan 2008. Manajemen tidak membentuk penyisihan penurunan nilai barang dan perlengkapan hotel karena manajemen berpendapat bahwa tidak terdapat penurunan nilai atas persediaan tersebut pada tanggal 31 Maret 2009 dan 2008.

8. UANG MUKA Akun ini terdiri dari uang muka kepada/untuk:

2009 2008

Pihak ketiga Pemasok dan kontraktor Rp 13.969.787 Rp 19.806.419 Penyertaan Saham - 900.000

Jumlah Rp 13.969.787 Rp 20.706.419

Uang muka kepada pemasok dan kontraktor merupakan uang muka kepada pemasok hotel dan kontraktor sehubungan dengan pembelian yang dilakukan oleh Perusahaan dan anak perusahaan.

Pada tanggal 31 Maret 2008, uang muka penyertaan saham merupakan uang muka atas pembelian saham PT Graha Sampoerna (Catatan 1c).

Manajemen berpendapat bahwa tidak terdapat kemungkinan kerugian atas uang muka yang dimaksud, sehingga manajemen tidak membentuk penyisihan piutang ragu-ragu atas uang muka tersebut.

- 29-

9. PAJAK DIBAYAR DI MUKA Akun ini terdiri dari:

2009 2008

Pajak Pertambahan Nilai - bersih Rp 5.530.334 Rp 78.303.144 Pajak Penghasilan:

Pasal 4 ayat (2) (Final) 11.002.963 11.060.345 Pasal 22 2.469.735 2.462.094 Pasal 23 583.344 1.241.046 Pasal 25 260.172 464.735

Fiskal 71.000 23.500

Pajak Penghasilan Badan 30.000 932.176

Jumlah Rp 19.947.548 Rp 94.487.040

10. BIAYA DIBAYAR DI MUKA

Akun ini terdiri dari: 2009 2008

Pihak yang mempunyai hubungan istimewa (Catatan 36) Asuransi Rp 2.419.016 Rp 2.773.565 Sewa 23.138 20.525

Jumlah 2.442.154 2.794.090

Pihak ketiga Asuransi kesehatan 1.402.717 766.200 Registrasi saham 103.125 97.396 Lain-lain 415.708 366.195

Jumlah 1.921.550 1.229.791

Jumlah Rp 4.363.704 Rp 4.023.881

Transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa dilaksanakan dengan syarat dan kondisi yang sama sebagaimana bila dilaksanakan dengan pihak ketiga.

11. PROPERTI INVESTASI Pada tanggal 31 Maret 2009 dan 2008, properti investasi merupakan tanah dan bangunan “Pacific Place Mall” dan “One Pacific Place” yang dimiliki PT Pacific Place Jakarta (PPJ), anak perusahaan (melalui Delfina) dengan luas bangunan 83.041 m2 dan disewakan kepada pihak ketiga.

- 30-

2009: Perubahan selama periode berjalan

1 Januari 2009 Penambahan Pengurangan 31 Maret 2009 _______________ Biaya perolehan: Pacific Place Mall Rp 1.190.406.154 Rp 3.314.799 Rp - Rp 1.193.720.953 One Pacific Place 110.430.383 - - 110.430.383 _______________ Jumlah 1.300.836.537 3.314.799 - 1.304.151.336 _______________

Akumulasi Penyusutan: Pacific Place Mall 71.475.190 18.041.420 - 89.516.610 One Pacific Place 6.665.934 1.538.292 - 8.204.226 _______________ Jumlah 78.141.124 19.579.712 - 97.720.836 _______________ Bersih Rp 1.222.695.413 Rp 1.206.430.500

2008:

Perubahan selama periode berjalan

1 Januari 2008 Penambahan Pengurangan 31 Maret 2008 _ Biaya perolehan: Pacific Place Mall Rp 1.057.584.414 Rp 42.028.455 Rp - Rp 1.099.612.869 One Pacific Place 110.430.383 - - 110.430.383 _______________ Jumlah 1.168.014.797 42.028.455 - 1.210.043.252 _______________ Akumulasi Penyusutan: Pacific Place Mall 4.968.688 15.526.388 - 20.495.076 One Pacific Place 512.764 1.538.292 - 2.051.056 _______________ Jumlah 5.481.452 17.064.680 - 22.546.132 _______________ Bersih Rp 1.162.533.345 Rp 1.187.497.120

Akumulasi biaya pembangunan properti investasi sejak saat dimulainya pembangunan dicatat pada akun Aset Tetap (Catatan 12) sebagai aset dalam penyelesaian, setelah pembangunan properti telah selesai, akumulasi biaya pembangunan properti investasi tersebut telah ditransfer dari akun “Aset Tetap” ke akun “Properti Investasi”.

Pendapatan sewa properti investasi yang diakui di laporan laba rugi konsolidasi selama tahun 2009 dan 2008 masing-masing sebesar Rp 82.673.051 dan Rp 38.214.282 yang dilaporkan sebagai bagian dari “Pendapatan Usaha” (Catatan 30). Beban penyusutan properti investasi selama tahun 2009 dan 2008 masing-masing sebesar Rp 19.579.712 dan Rp 17.064.680 disajikan sebagai bagian dari “Beban Pokok Penjualan” pada laporan laba rugi konsolidasi (Catatan 31).

Pada tanggal 31 Maret 2009 dan 2008, Properti Investasi dijadikan jaminan atas Surat Hutang (Catatan 15).

Seluruh Properti Investasi diasuransikan secara gabungan dengan Aset Tetap (Catatan 12).

Nilai wajar Properti Investasi pada tanggal 31 Desember 2007 adalah sebesar Rp 2.361.000.000 yang ditentukan berdasarkan laporan penilai independen tertanggal 24 Maret 2008. Manajemen berpendapat bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan atas nilai wajar tersebut sejak tanggal laporan penilai independen sampai dengan tanggal 31 Maret 2009.

- 31-

12. ASET TETAP

Aset tetap terdiri dari: 2009:

Perubahan selama periode berjalan 1 Januari 2009 Penambahan Pengurangan 31 Maret 2009 _ Nilai Tercatat: Tanah Rp 439.267.574 Rp - Rp - Rp 439.267.574 Bangunan 811.391.988 513.748 - 811.905.736 Peralatan dan perabotan 522.029.658 2.938.302 856.088 524.111.872 Peralatan mekanis dan listrik 484.210.222 3.404.010 168.703 487.445.529 Kendaraan bermotor 12.219.134 1.356.551 375.399 13.200.286 Peralatan telekomunikasi 6.471.650 535.031 - 7.006.681 Partisi kantor 2.889.904 782.487 - 3.672.391 Aset dalam penyelesaian 17.367.028 6.759.278 - 24.126.306 _______________ Jumlah 2.295.847.158 16.289.407 1.400.190 2.310.736.375 _______________

Akumulasi Penyusutan dan Amortisasi: Tanah 1.013.580 - - 1.013.580 Bangunan 177.980.384 7.666.053 - 185.646.437 Peralatan dan perabotan 407.777.115 8.963.409 811.065 415.929.459 Peralatan mekanis dan listrik 286.194.980 10.324.585 144.560 296.375.005 Kendaraan bermotor 5.915.795 483.800 241.728 6.157.867 Peralatan telekomunikasi 4.210.943 178.227 - 4.389.170 Partisi kantor 2.490.388 18.909 - 2.509.297 _______________ Jumlah 885.583.185 27.634.983 1.197.353 912.020.815 _______________ Nilai Buku Rp 1.410.263.973 Rp 1.398.715.560

2008: Perubahan selama periode berjalan 1 Januari 2008 Penambahan Pengurangan 31 Maret 2008 Nilai Tercatat:

Tanah Rp 435.254.605 Rp - Rp - Rp 435.254.605 Bangunan 798.247.477 176.698 - 798.424.175 Peralatan dan perabotan 491.897.234 13.261.534 2.073.644 503.085.124 Peralatan mekanis dan listrik 476.605.454 7.071.922 323.071 483.354.305 Kendaraan bermotor 9.888.465 165.000 - 10.053.465 Peralatan telekomunikasi 4.629.892 141.439 - 4.771.331 Partisi kantor 2.498.445 - - 2.498.445 Jumlah 2.219.021.572 20.816.593 2.396.715 2.237.441.450 Akumulasi Penyusutan dan Amortisasi: Tanah 1.013.580 - - 1.013.580 Bangunan 147.901.322 2.400.310 - 150.301.632 Peralatan dan perabotan 377.770.688 7.687.628 2.073.644 383.384.672 Peralatan mekanis dan listrik 247.341.295 15.047.152 323.071 262.065.376 Kendaraan bermotor 6.017.360 331.422 - 6.348.782 Peralatan telekomunikasi 3.806.988 158.789 - 3.965.777 Partisi kantor 2.452.815 8.395 - 2.461.210 Jumlah 786.304.048 25.633.696 2.396.715 809.541.029 Nilai Buku Rp 1.432.717.524 Rp 1.427.900.421

Pada tahun 2008, PT Citra Wiradaya (CW), anak perusahaan, mereklasifikasikan tanah dengan nilai tercatat sebesar Rp 4.012.970 dari persediaan ke aset tetap, sehubungan dengan perjanjian antara CW dan PT DMS International (sekarang PT Kingsland International) atas tanah Lot 18, di mana CW akan memiliki Kavling A beserta gedung yang akan dibangun di atasnya. Aset dalam penyelesaian pada tanggal 31 Maret 2009 merupakan akumulasi biaya renovasi “Hotel Borobudur Jakarta” dan biaya pembangunan “18 SCBD Office Park” - Kavling A yang dimiliki oleh CW.

- 32-

Pembebanan penyusutan dialokasikan sebagai berikut: 2009 2008

Beban umum dan administrasi (Catatan 32) Rp 28.860.653 Rp 24.691.901 Beban pokok penjualan (Catatan 31) 19.579.712 17.064.680 Jumlah Rp 48.440.365 Rp 41.756.581

Penyusutan yang dibebankan pada usaha pada tanggal 31 Maret 2009 dan 2008 masing-masing berjumlah Rp 48.440.365 dan Rp 41.756.581, dicatat sebagai “Beban Pokok Penjualan”, dan “Beban Umum dan Administrasi”. Tanah merupakan hak atas tanah Perusahaan yang di atasnya terletak Hotel Borobudur Jakarta dengan Hak Guna Bangunan (HGB) No. 1062/Pasar Baru yang berlaku sampai tanggal 31 Mei 2023 dan hak atas tanah PPJ dengan Hak Guna Bangunan (HGB) No. 415 dan hak atas tanah CW dengan Hak Guna Bangunan (HGB) No. 629 yang masing-masing berlaku sampai tanggal 5 Juni 2015.

Pada tanggal 31 Maret 2009 dan 2008, Aset Tetap, Persediaan (Catatan 7), dan Properti Investasi (Catatan 11), yang terkait dengan proyek “One Pacific Place”, telah diasuransikan kepada PT Arthagraha General Insurance (AGI), pihak yang mempunyai hubungan istimewa, berupa “Property all risks insurance”, dengan jumlah pertanggungan sebesar US$ 438.885.000.

Selain asuransi tersebut, pada tanggal 31 Maret 2009 dan 2008, Perusahaan dan anak perusahaan mengasuransikan aset tetapnya, kecuali tanah kepada PT Asuransi Central Asia, pihak ketiga, dengan nilai pertanggungan masing-masing sebesar Rp 5.631.550 dan Rp 3.541.700. Pada tanggal 31 Maret 2009 dan 2008, Perusahaan juga mengasuransikan aset tetapnya, kecuali tanah kepada PT Arthagraha General Insurances, pihak yang mempunyai hubungan istimewa, dengan nilai pertanggungan masing-masing sebesar Rp 1.357.309.000 dan Rp 1.356.586.700. Manajemen berpendapat bahwa nilai pertanggungan tersebut cukup untuk menutup kemungkinan kerugian atas aset yang dipertanggungkan.

Transaksi dengan AGI, pihak yang mempunyai hubungan istimewa, dilaksanakan dengan syarat dan kondisi yang sama sebagaimana bila dilaksanakan dengan pihak ketiga.

Pada tanggal 31 Maret 2009 dan 2008 sebesar 86,25% dan 99,78% dari nilai tercatat aset tetap digunakan sebagai jaminan untuk hutang bank dan surat hutang kepada pihak tertentu (Catatan 15 dan 16). Manajemen berpendapat bahwa tidak terdapat penurunan nilai dari aset yang disebutkan di atas.

13. GOODWILL 2009 2008 ___________ _________________________

Harga perolehan Rp 244.540.229 Rp 176.032.951 Akumulasi amortisasi ( 119.038.652 ) ( 66.705.242 ) ___________ ________________________

Jumlah Rp 125.501.577 Rp 109.327.709

Akun ini merupakan goodwill yang timbul dari penyertaan saham PPJ dalam GS pada tahun 2008, penyertaan saham DA dalam GPS pada tahun 2006 dan transaksi penukaran saham PPJ, antara DA dan Delfina pada tahun 2005 (Catatan 1c).

- 33-

Jumlah amortisasi yang dibebankan pada laporan laba rugi konsolidasi untuk tiga bulan yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2009 dan 2008 masing-masing sebesar Rp 12.227.012 dan Rp 8.801.648.

14. ASET LAIN-LAIN

2009 2008 ___________ ________________________

Biaya proyek dalam pelaksanaan Rp 29.982.535 Rp - Hak guna kapasitas transmisi 17.722.808 - Biaya tangguhan 11.336.006 11.336.006 Peralatan usaha hotel 8.916.448 14.306.864 Setoran jaminan 6.228.952 4.403.077 Investasi dalam bentuk tanah 3.039.063 1.039.063 Uang muka kepada PLN 1.643.750 1.643.750 Uang muka pembelian tanah 500.000 500.000 Lainnya 747.551 2.142.605 ___________ ________________________

Jumlah Rp 80.117.113 Rp 35.371.365

Biaya proyek yang sedang dilaksanakan merupakan biaya atas pembelian bahan material, pembayaran kepada subkontraktor dan biaya overhead proyek sehubungan dengan kontrak pembangunan gedung perkantoran antara PT Citra Wiradaya, anak perusahaan, dengan PT DMS International (sekarang PT Kingsland International).

CW memiliki sebidang tanah yang terletak di Lot 18 (Kavling A, B, C, E dan F) KNTS. Pada tanggal 20 April 2008, CW mengadakan Perjanjian Pokok dengan DMS dimana CW akan menjual Kavling B, C, D dan E (BCDE) dengan luas 5.910 meter persegi kepada DMS, dan DMS akan menunjuk CW untuk membangun gedung perkantoran di BCDE. Perjanjian Pendahuluan juga menyatakan bahwa kedua belah pihak sepakat untuk mendirikan PT Bina Mulia Unika (BMU) yang akan memiliki tanah yang terletak di Kavling F seluas 477 meter persegi (melalui perikatan jual beli dengan CW) dan gedung perkantoran yang akan dibangun di atasnya. BMU ditunjuk sebagai pengelola gedung tunggal dari seluruh fasilitas di Lot 18 dan dapat mendelegasikan pengelolaan gedung kepada CW selama 5 tahun setelah Kavling BCDE dan F diserahkan masing-masing kepada DMS dan BMU, sedangkan Kavling A tetap dimiliki oleh CW. Pada tanggal 31 Maret 2009, proyek yang sedang dilaksanakan oleh CW tersebut telah diasuransikan kepada PT Arthagraha General Insurance (AGI), pihak yang mempunyai hubungan istimewa, berupa “Contractors All Risks Insurance” dengan jumlah pertanggungan sebesar Rp 180.000.000.

Transaksi dengan AGI, pihak yang mempunyai hubungan istimewa, dilaksanakan dengan syarat dan kondisi yang sama sebagaimana bila dilaksanakan dengan pihak ketiga.

Pada tanggal 31 Maret 2009, hak guna kapasitas transmisi merupakan hak penggunaan kapasitas transmisi kabel matrix yang diperoleh PT Artha Telekomindo, anak perusahaan.

Biaya ditangguhkan termasuk biaya-biaya sehubungan dengan rencana pembangunan Lot 6 KNTS oleh PT Grahamas Adisentosa, anak perusahaan.

Uang muka kepada PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) (PLN) merupakan uang muka pembelian daya listrik untuk KNTS. Aset lain-lain pada tanggal 31 Maret 2009 dan 2008 termasuk saldo dalam mata uang asing masing-masing sebesar US$ 69.446 (ekuivalen sebesar Rp 803.837) dan US$ 4.640 (ekuivalen sebesar Rp 42.767) (Catatan 37).

- 34-

15. SURAT HUTANG

Pada tanggal 4 Juli 2006, PT Pacific Place Jakarta (PPJ) menerbitkan Senior Secured Amortizing Notes (surat hutang) dengan nilai nominal US$ 80.000.000 dimana DB Trustees (Hong Kong) Limited bertindak sebagai Trustee and Security Trustee. Suku bunga surat hutang tersebut adalah LIBOR + 7,5% per tahun dan dibayar setiap triwulanan. Pada tanggal 31 Maret 2009 dan 2008, suku bunga yang dikenakan masing-masing 8,925% dan 12,15%. Jangka waktu surat hutang ini adalah 5 tahun dan akan jatuh tempo pada tanggal 4 Juli 2011. Surat hutang ini dijamin dengan piutang usaha, persediaan, properti investasi, aset tetap dan fiducia security over insurance (Catatan 5, 7 dan 12). PT Metropolitan Mulia Persada dan Delfina Group Holdings Limited juga menjaminkan penyertaan saham dalam PPJ masing-masing sebesar Rp 539.366.131 dan Rp 741.628.431. Surat hutang ini juga dijamin dengan jaminan tambahan dari beberapa perusahaan dan perorangan. PPJ juga memiliki rekening giro dan deposito berjangka yang dibatasi pencairannya, sehubungan dengan surat hutang tersebut (Catatan 4).

PPJ diwajibkan untuk memenuhi beberapa syarat perjanjian, diantaranya pembatasan PPJ untuk mengubah jadwal dan rencana konstruksi dan akta pendirian, melakukan penggabungan atau perolehan anak perusahaan, mewajibkan untuk memelihara beberapa rasio keuangan tertentu (debt-to-equity ratio dan debt-to-carrying value of assets under construction ratio).

Pembayaran pokok surat hutang selama tahun 2009 adalah sebesar US$ 5.000.000.

Pada tanggal 31 Maret 2009 dan 2008, saldo surat hutang masing-masing sebesar US$ 65.000.000

dan US$ 80.000.000 (masing-masing ekuivalen sebesar Rp 752.375.000 dan Rp 737.360.000) (Catatan 37).

Beban bunga surat hutang ini pada tanggal 31 Maret 2009 dan 2008 masing-masing sebesar

Rp 19.048.547 dan Rp 25.399.609 dan dicatat sebagai “Beban bunga dan beban keuangan lainnya”. Beban bunga yang belum dibayar sebesar US$ 1.304.491 (ekuivalen sebesar Rp 15.099.482) dan US$ 2.285.612 (ekuivalen sebesar Rp 21.066.483) masing-masing pada tanggal 31 Maret 2009 dan 2008, dan dicatat dalam akun “Biaya yang masih harus dibayar” (Catatan 20).

16. HUTANG BANK 2009 2008

Rupiah Pihak yang mempunyai hubungan istimewa (Catatan 36) PT Bank Artha Graha Internasional Tbk Rp - Rp 3.000.000 Dolar Amerika Serikat Pihak ketiga Hutang bank sindikasi - The Royal Bank of Scotland Plc (RBS) sebagai “Facility Agent” (US$ 85.987.587 pada tahun 2009 dan 2008) 995.306.317 792.547.588

Jumlah Rp 995.306.317 Rp 795.547.588

Pada tanggal 31 Maret 2008, saldo hutang bank kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah sebesar 0,09% dari jumlah kewajiban konsolidasi (Catatan 36).

- 35-

a. Pada tanggal 31 Maret 2008, PT Grahaputra Sentosa (GPS) memiliki fasilitas pinjaman dari PT Bank Artha Graha Internasional Tbk (BAGI) dengan jumlah pinjaman maksimal sebesar Rp 15.000.000. Pada bulan April 2008, pinjaman tersebut telah dilunasi.

b. Pada tahun 1995, Perusahaan memperoleh pinjaman sebesar US$ 70.000.000 dari bank sindikasi yang dikoordinasikan (arrange) oleh Schroders International Merchant Bankers Limited (yang kemudian sejak tahun 1999 digantikan oleh The Royal Bank of Scotland Plc (RBS)). Pinjaman tersebut digunakan untuk membiayai renovasi Hotel Borobudur Jakarta.

Sejak tahun 1998, Perusahaan tidak dapat membayar bunga atas pinjaman dan tidak berhasil memenuhi persyaratan rasio keuangan konsolidasi tertentu. Pada tanggal 17 Nopember 2000, Perusahaan memperoleh persetujuan dari kreditur untuk restrukturisasi hutang bank sindikasi. Berdasarkan Perjanjian Perubahan yang berlaku efektif mulai tanggal 22 Desember 2000, kreditur menyetujui hal-hal sebagai berikut: 1. Bunga yang belum dibayar sejumlah US$ 15.987.587 dijadikan sebagai bagian dari pokok

pinjaman dan pokok pinjaman yang baru menjadi sebesar US$ 85.987.587;

2. Sisa bunga yang masih harus dibayar sampai dengan tanggal 22 Desember 2000 sejumlah US$ 6.552.277 dihapuskan;

3. Jatuh tempo hutang bank sindikasi diperpanjang sampai bulan Desember 2005 dan masih

dapat diperpanjang untuk jangka waktu maksimal 2 tahun;

4. Pinjaman baru dikenakan tingkat bunga sebesar LIBOR ditambah marjin 3,5% untuk 5 tahun sampai dengan tanggal 17 Nopember 2006 dan LIBOR ditambah marjin 4% apabila pinjaman diperpanjang. Pembayaran bunga ditetapkan sebesar 4% per tahun mulai tanggal 17 Nopember 2000 yang meningkat sebesar 1% setiap tahun sampai dengan tanggal 17 Nopember 2003. Selisih antara tingkat bunga yang ditetapkan oleh bank dan bunga yang dibayarkan dikapitalisasi ke pokok; dan

5. Jaminan berupa pengalihan fidusia (fiduciary transfer) rekening bank (Catatan 4), piutang

usaha (Catatan 5), persediaan (Catatan 7), penyerahan (assignment) penggantian asuransi, pengalihan fidusia hak atas barang tidak bergerak dan hipotik pertama atas Hotel Borobudur Jakarta khususnya tanah yang terletak di Jalan Lapangan Banteng Selatan, Jakarta Pusat (Catatan 12).

Perjanjian Perubahan mencakup antara lain, persyaratan (covenants) dan pembatasan mengenai pembagian dividen, merger dan akuisisi, penawaran umum saham, penggunaan hasil penjualan aktiva, jaminan dan prosedur-prosedur yang harus dilaksanakan mengenai persyaratan keuangan (financial covenant). Pada tanggal 13 Juli 2001, 24 Januari 2002 dan 22 Agustus 2002, Perusahaan menerima surat pemberitahuan dari RBS bahwa, Perusahaan melanggar persyaratan dalam Perjanjian Perubahan. Berdasarkan konfirmasi dari RBS, saldo hutang bank pada tanggal 31 Maret 2009 dan 2008 adalah sebesar US$ 85.987.587. Berdasarkan perjanjian, jika Perusahaan gagal memenuhi persyaratan dalam perjanjian hutang sindikasi, bank sindikasi dapat menyatakan setiap saat seluruh jumlah hutang sindikasi yang telah direstrukturisasi, termasuk seluruh bunga masih harus dibayar atau beban dan jumlah lainnya yang terhutang, jatuh tempo segera dan harus dibayar. Sampai dengan tanggal 31 Maret 2009, Perusahaan tidak memperoleh pembebasan atas pelanggaran akibat terpenuhinya persyaratan tersebut. Sampai dengan tanggal penyelesaian laporan keuangan konsolidasi, Perusahaan sedang dalam proses negosiasi dengan para kreditur untuk merestrukturisasi pinjaman tersebut.

- 36-

Saldo hutang bank dan bunga yang masih harus dibayar dimaksud pada tanggal 31 Maret 2009 adalah sebesar US$ 85.987.587 dan US$ 18.780.104 (setara dengan Rp 995.306.317 dan Rp 217.379.706).

17. HUTANG OBLIGASI Obligasi, yang dikenal dengan “Obligasi I Jakarta International Hotels & Development Tahun 1997

dengan Tingkat Bunga Tetap”, diterbitkan dengan jumlah nominal sebesar Rp 600.000.000 melalui Penawaran Umum pada tahun 1997 dengan PT Bank Mandiri (persero) Tbk (dahulu PT Bank Dagang Negara).

Pada tahun 1997 dan 1998, Perusahaan memperoleh kembali obligasi sejumlah Rp 81.000.000. Berdasarkan Akta No. 27 tanggal 15 Desember 1999 dari Fathiah Helmi, S.H., notaris di Jakarta, Perjanjian Wali Amanat diubah untuk memperhitungkan obligasi yang diperoleh kembali sehingga saldo tercatat di neraca adalah sebesar Rp 519.000.000.

Berdasarkan Rapat Umum Pemegang Obligasi (RUPO) tanggal 11 Agustus 2004 yang telah didokumentasikan dalam Akta No. 6 dari Fathiah Helmi, S.H., notaris di Jakarta, 99,40% dari jumlah pemegang obligasi yang hadir atau 95,18% dari seluruh obligasi yang terhutang atau sama dengan Rp 494.000.000 menyetujui tawaran Perusahaan sebagai berikut: a. Penyelesaian kewajiban pokok sebesar Rp 494.000.000 dan tunggakan bunga yang

diperhitungkan sampai dengan tanggal 31 Desember 2003 dengan saham milik Perusahaan di anak perusahaan, PT Grahaputra Sentosa (GPS) dan PT Danayasa Arthatama Tbk (DA) masing-masing sebanyak 29.620.228 saham dan 484.322.097 saham.

b. Sehubungan dengan butir (a), pemegang obligasi setuju melepaskan haknya untuk menuntut

Wali Amanat dengan cara dan/atau bentuk apapun juga atas dasar ketentuan hukum yang berlaku sepanjang terkait dengan keputusan RUPO. Selain itu membebaskan Wali Amanat dari semua tuntutan dan/atau gugatan dalam bentuk dan/atau cara apapun juga dari siapapun juga termasuk Pemegang Obligasi yang tidak hadir dan/atau tidak diwakili dalam RUPO ini.

Sedangkan untuk pemegang obligasi Iainnya sebesar Rp 25.000.000 yang mewakili 4,82% dari seluruh obligasi yang terhutang, Perusahaan menawarkan penyelesaian kewajiban pokok dan seluruh tunggakan bunga yang diperhitungkan sampai dengan tanggal 31 Desember 2003 dengan cara penukaran sejumlah 31.156.381 saham yang dimiliki Perusahaan pada DA. Penawaran kepada pemegang obligasi tersebut telah dilakukan oleh Perusahaan dan Wali Amanat melalui surat kabar "Harian Ekonomi Neraca" tanggal 17 Desember 2004. Batas waktu penawaran tersebut adalah sampai dengan tanggal 31 Desember 2004. Dengan demikian, terhitung sejak tanggal 31 Desember 2004 hak tagih para pemegang obligasi ditujukan langsung kepada Perusahaan dan selanjutnya sejak tanggal 1 Januari 2005 tugas Wali Amanat dan Perjanjian Perwaliamanatan berakhir. Sampai dengan tanggal laporan keuangan, belum ada penyelesaian yang dilakukan oleh Perusahaan untuk sisa kewajiban obligasi tersebut.

Pada bulan Desember 2008, Perusahaan melakukan penyelesaian pokok hutang obligasi sebesar Rp 3.000.000 dengan harga penyelesaian sebesar Rp 750.000. Selain itu, tunggakan bunga sebesar Rp 5.644.714 (Catatan 20) dihapuskan. Perusahaan mengakui keuntungan sebesar Rp 7.894.714 atas penyelesaian hutang obligasi tersebut dan penghapusan tunggakan bunga dan keuntungan tersebut dicatat sebagai “Pos luar biasa” dalam laporan laba rugi konsolidasi tahun 2008.

- 37-

18. HUTANG USAHA 2009 2008

Pihak ketiga Rupiah PT Indalex Rp 34.348.390 Rp - PT Surya Pertiwi 7.554.127 7.926.439 PT Inti Listelindo 5.799.504 6.614.672 PT Jaya Readymix 5.645.915 - PT Hardi Agung Perkasa 3.253.166 25.245.552 PT Acset Indonusa 2.667.810 20.587.815 PT The Master Steel MFG. Co. 1.903.365 - PT Cigading Habeam Centre 1.764.182 2.740.720 PT Toshiba Elevator Utama 1.762.928 1.908.782 PT Megah Abadi Jaya 1.149.995 1.149.995 PT Wonderful Indah Jaya 705.945 783.619 PT Indoartha Surya Buana 675.434 845.097 CV Indonesia Toyo 622.512 - PT Multikon 575.435 - PT Kharisma Karmel Sejati 571.710 4.250.438 PT Sarana Cendekia Abadi 510.787 284.836 PT Caturgriya Lestari 472.171 322.816 PT Trigonomitra Anugrah 471.471 6.742.356 PT Aljo Karya Asri 363.089 804.959 PT Teknoglassindo Artanusa 325.757 807.327 PT Haman Rokko Enterprise 208.045 5.371.743 PT Pola Gondola 192.496 485.040 PT Lion Metal 178.461 930.718 PT Hadinovasi Wiramandiri 167.012 918.914 PT Roxy Prima Indoproducts 156.200 156.200 PT Citatah Tbk 144.512 1.486.282 PT Sapta Pusaka - 10.575.416 PT Star Delta Utama Sakti - 7.509.464 PT Gipsindo Grahatama - 5.714.156 PT Inpurema - 1.185.459 Pemasok hotel: PT Indoguna Utama 943.020 220.607 PT Sukanda Jaya 467.679 264.574 Maulana 277.665 277.996 CV Puran Jaya 198.954 190.946 Daya Persada Teknik 178.000 178.000 PT Causa Prima 125.338 324.387 PT Tirta Investama 124.289 63.991 PT Pluit Cold Storage 118.351 23.832 CV Tongkat Permata 111.541 103.632 CV Permata Laut 100.172 - Pemasok hotel – lain-lain (di bawah Rp 100.000) 13.749.881 2.321.177 Lain-lain 10.368.611 18.461.240

Sub Jumlah 98.953.920 137.779.197

- 38-

Lanjutan 2009 2008

Dollar Amerika Serikat PT Indalex Rp 20.978.098 Rp 27.187.541 PT Hamparan Anekagranit 10.551.645 6.273.721 PT NAP Info Lintas Nusa 9.855.000 - PT Haman Rokko Enterprise 9.209.046 7.739.333 PT Bika Parama Cipta 5.261.383 4.814.221 PT Caturgriya Lestari 3.538.037 5.365.386 PT Siemens Indonesia 3.418.982 3.457.332 PT Prima Setyamakmur 3.204.492 3.070.814 PT Hardi Agung Perkasa 2.781.347 3.127.155 PT Stella Mobili 1.616.009 1.815.178 PT Hadinovasi Wiramandiri 1.462.386 1.740.273 PT Moelya Kreasi Perdana 1.128.206 970.464 PT Draco International 986.246 - PT Mitra Citrajasa Konstruksi 417.852 359.429 PT GT Kabel Indonesia Tbk 386.213 332.214 PT Star Delta Utama Sakti 342.793 1.929.681 PT Bimatekno 306.764 353.133 PT Grand Kartech 300.362 1.049.811 PT Anekatara 296.231 258.763 PT Beca Internasional 278.582 97.231 CV Safira Karpet 228.171 196.269 Hirsch Bedner & Associates 207.829 - PT Prima Jagad Nusantara 202.620 - PT Sarana Cendekia Abadi 109.963 195.033 PT Sapta Pusaka Grahanusantara - 593.741 Lain-lain 268.029 1.329.237

Sub Jumlah 77.336.286 72.255.960

Jumlah Rp 176.290.206 Rp 210.035.157

Jumlah hutang usaha berdasarkan umur (bulan) dihitung sejak tanggal faktur adalah sebagai berikut:

2009 2008

Sampai dengan 1 bulan Rp 37.441.633 Rp 2.857.030 >1 bulan – 3 bulan 9.948.750 29.697.749 >3 bulan – 6 bulan 25.987.627 58.258.976 >6 bulan 102.912.196 119.221.402

Jumlah Rp 176.290.206 Rp 210.035.157

- 39-

19. HUTANG PAJAK 2009 2008

Pajak Penghasilan Pasal 21 Rp 1.342.293 Rp 857.311 Pasal 23 80.878 101.241 Pasal 25 2.535.271 9.986 Pasal 26 98.370 39.239 Pajak Bumi dan Bangunan 3.044.805 457.412

Pajak Pertambahan Nilai - Bersih 2.249.153 1.562.900 Pajak Pembangunan I 1.662.097 1.918.863 Pajak Penghasilan Final 522.340 - Pajak Penjualan Barang Mewah - 273.562

Jumlah Rp 11.535.207 Rp 5.220.514

Besarnya pajak penghasilan terhutang ditetapkan berdasarkan perhitungan pajak yang dilakukan

sendiri oleh wajib pajak (self-assessment). Berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 mengenai Perubahan ketiga atas Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Kantor pajak dapat melakukan pemeriksaan atas perhitungan pajak dalam jangka waktu 5 tahun (dari sebelumnya 10 tahun) setelah terhutangnya pajak, sedangkan untuk tahun pajak 2008 dan sebelumnya ketetapan tersebut berakhir paling lama pada akhir tahun pajak 2013.

20. BIAYA YANG MASIH HARUS DIBAYAR 2009 2008

Pihak ketiga Bunga Rp 278.273.759 Rp 386.451.531

Jasa profesional 25.013.384 15.664.838 Fasilitas umum dan sosial 23.588.125 23.588.125 Fasilitas utilitas kompleks perkantoran 16.324.680 - Beban karyawan 12.224.036 13.290.540 Listrik, air dan telepon 5.865.302 4.873.900 Biaya pemeliharaan taman 3.849.749 4.026.497 Lain-lain 10.698.408 4.052.653

Jumlah Rp 375.837.443 Rp 451.948.084 Jasa profesional pada tanggal 31 Maret 2009 termasuk biaya pemasaran untuk “Pacific Place

Residences”, “Pacific Place Mall” dan “18 SCBD Office Park”, sedangkan pada tanggal 31 Maret 2008 merupakan akumulasi biaya pemasaran untuk “Pacific Place Residences” dan “Pacific Place Mall”.

Biaya yang masih harus dibayar untuk fasilitas umum dan sosial merupakan tambahan kewajiban

DA sebagai pengembang yakni membangun beberapa fasilitas sosial dan fasilitas umum berdasarkan perjanjian penyelesaian kewajiban DA, dengan Pemerintah Propinsi Daerah Khusus Ibukota (PEMDA DKI) Jakarta tanggal 23 Juli 2004. Kewajiban tersebut diharapkan selesai akhir tahun 2005. Sampai dengan tanggal laporan keuangan, kewajiban tersebut masih belum terealisasi seluruhnya.

Saldo biaya yang masih harus dibayar pada tanggal 31 Maret 2009 dan 2008 dalam mata uang

asing masing-masing sebesar US$ 20.084.595 (Rp 232.479.187) dan US$ 41.928.125 (Rp 386.451.531) (Catatan 37).

- 40-

21. UANG MUKA PENJUALAN Pada tanggal 31 Maret 2009, akun ini merupakan uang muka penjualan unit gedung perkantoran

strata title “Equity Tower” yang diterima oleh PT Graha Sampoerna, anak perusahaan. 22. PENDAPATAN DITERIMA DI MUKA 2009 2008 Pihak ketiga

Sewa “Pacific Place Mall” Rp 97.455.058 Rp 93.378.736 Deposit dari pelanggan hotel 21.671.100 12.270.346 Jasa telekomunikasi 6.041.983 7.967.967 Sewa dan pengelolaan kawasan 3.562.245 2.471.788 Sewa “One Pacific Place” 3.437.459 2.207.694 Iuran keanggotaan “Klub Borobudur” 1.415.195 878.912 Penjualan “Pacific Place Residences” - 18.504.954 Lain-lain 3.814.178 3.151.488 Jumlah Rp 137.397.218 Rp 140.831.885

Pendapatan diterima di muka dari penyewa “Pacific Place Mall”, The Ritz-Carlton Pacific Place Residences” dan “One Pacific Place” merupakan sewa diterima di muka oleh PT Pacific Place Jakarta (PPJ) atas sewa ruang pusat perbelanjaan, apartemen servis dan ruang perkantoran.

Pendapatan diterima di muka “Sewa dan pengelolaan kawasan” merupakan uang muka yang

diterima oleh PT Danayasa Arthatama Tbk, anak perusahaan, atas sewa lahan dan pengelolaan KNTS.

Pendapatan diterima di muka “Jasa telekomunikasi” merupakan uang muka yang diterima oleh

PT Artha Telekomindo, anak perusahaan, atas sewa ruang radio, antena dan menara. Pada tanggal 31 Maret 2008, pendapatan diterima di muka “Pacific Place Residences” merupakan

selisih pembayaran yang diterima PPJ dengan pengakuan pendapatan atas penjualan apartemen. Pada tahun 2009, pendapatan diterima di muka tersebut telah diakui seluruhnya menjadi pendapatan dalam laba rugi konsolidasi.

23. HUTANG KEPADA PIHAK YANG MEMPUNYAI HUBUNGAN ISTIMEWA 2009 2008

PT Berkat Surya Sentrajaya Rp 15.007.045 Rp 11.949.886 PT Cemerlang Pola Cahaya 12.826.130 11.937.940 PT First Jakarta International 62.500 62.500 Lain-lain - 36.141

Jumlah Rp 27.895.675 Rp 23.986.467

Saldo hutang kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa pada tanggal 31 Maret 2009 dan 2008 termasuk hutang dalam mata uang asing sebesar US$ 1.524.745 (Catatan 37).

- 41-

24. TAKSIRAN KEWAJIBAN UNTUK PEMBANGUNAN PRASARANA

Merupakan taksiran kewajiban untuk biaya pembangunan prasarana disekitar Kawasan Niaga Terpadu Sudirman (KNTS). Pada tahun 2002, taksiran kewajiban tersebut telah dinilai kembali oleh surveyor independen dan konsultan manajemen PT Quantech Indonesia. Komponen utama dari biaya pembangunan prasarana ini meliputi jalan dan terowongan, jaringan telekomunikasi, lokasi pengolahan limbah, gardu listrik, pengalihan sungai dan penyediaan air. Tidak ada penilaian kembali untuk taksiran kewajiban untuk biaya pembangunan prasarana pada tahun 2009 dan 2008, karena tidak ada yang signifikan.

25. PENDAPATAN DITANGGUHKAN 2009 2008

PT First Jakarta International (FJI) Bagian laba penjualan tanah DA kepada FJI pada tahun 1993 (yang sahamnya dimiliki oleh Perusahaan sebesar 9%) Rp 16.083.369 Rp 16.083.369 PT Graha Putranusa (GPN) Bagian penggantian biaya pengembangan dan pematangan tanah dari GPN (yang sahamnya dimiliki oleh DA sebesar 5%) 1.468.449 1.468.449

Jumlah Rp 17.551.818 Rp 17.551.818

26. KEWAJIBAN LAIN – LAIN 2009 2008

Rupiah Uang muka penyewa “Pacific Place Mall” Rp 54.814.374 Rp 104.042.397 Hak guna kapasitas transmisi 4.927.500 - Instalasi jaringan telepon 4.711.592 2.758.764 Uang muka pembeli apartemen “SCBD Suites” 669.952 970.371 Setoran jaminan Pengguna jasa telekomunikasi 6.268.974 5.888.024 Sewa dan pengelolaan kawasan 1.933.908 1.443.128 Penyewa “Pacific Place Mall” 60.500.742 43.799.892 Lain-lain - 2.324.531 Lain-lain 125.289.543 31.512.329

Sub Jumlah Rp 259.116.585 Rp 192.739.436

- 42-

Lanjutan 2009 2008

Dolar Amerika Serikat (Catatan 37) Setoran dari pembeli “Equity Tower” Rp 316.761.881 Rp - Setoran dari pembeli apartemen “Pacific Place Residences” 59.455.088 101.925.162 Setoran dari penyewa “One Pacific Place” 5.468.356 1.010.767 Setoran jaminan Penyewa “One Pacific Place” 6.212.025 5.546.212 Pembeli “Pacific Place Residences” 8.981.618 5.441.733 Sewa dan pengelolaan kawasan 4.442.949 3.127.042 Instalasi jaringan telepon 3.925.965 3.126.188 Lain-lain - 2.950.591 Lain-lain Federal Investment Holdings Ltd. 115.750.000 92.170.000 PT Trireka Jasa Sentosa 43.639.023 34.749.104 Bicapital Ventura Invesment Ltd. 14.574.083 11.605.125 PT Honey Lady Utama 6.027.334 4.799.476 PT Karya Agung Pratama 2.355.455 1.875.613 Lain-lain 95.798.144 226.001.916 Sub Jumlah 683.391.921 494.328.929 Jumlah Rp 942.508.506 Rp 687.068.365

Lain-lain termasuk jumlah yang diterima PT Pacific Place Jakarta (PPJ) dari Sino-Landmark Development Limited (Sino), pihak ketiga. Berdasarkan “Option Agreement” tanggal 1 Juli 2005 yang ditandatangani oleh PPJ dan Sino, PPJ memberikan hak eksklusif kepada Sino untuk melakukan pemasaran dan penjualan atas seluruh apartemen yang akan dibangun PPJ dan sebagai imbalannya Sino akan memperoleh anggaran biaya pemasaran dari PPJ sejumlah tertentu. Selain itu, Sino juga memperoleh hak opsi untuk melakukan penyertaan saham dalam PPJ di masa mendatang. Pembayaran uang muka untuk penempatan saham dalam PPJ dari Sino pada tanggal 31 Maret 2009 sebesar US$ 6.568.960 (setara Rp 76.035.715) dan Rp 95.596.632 dan pada tanggal 31 Maret 2008 sebesar Rp 225.105.161. Kewajiban lain-lain dalam mata uang asing pada tanggal 31 Maret 2009 dan 2008 masing-masing sebesar US$ 59.040.339 (Rp 683.391.921) dan US$ 53.632.302 (Rp 494.328.929) (Catatan 37).

27. HAK MINORITAS PADA ANAK PERUSAHAAN 2009 2008

a. Hak minoritas atas aset bersih anak perusahaan: Delfina Group Holdings Limited Rp 293.359.770 Rp 484.084.384 PT Danayasa Arthatama Tbk 237.524.876 242.446.512 PT Majumakmur Arthasentosa 12.501.724 21.092.683 PT Andana Utamagraha 3.668.489 6.023.237 PT Dharma Harapan Raya 2.078.628 1.490.891 PT Panduneka Sejahtera 3.448 3.448 PT Pusatgraha Makmur 1.000 1.000 PT Adimas Utama 200 200 PT Adinusa Puripratama 200 200 PT Artharaya Unggul Abadi 200 200

- 43-

Lanjutan 2009 2008 PT Citra Adisarana Rp 200 Rp 200 PT Citra Wiradaya 200 200 PT Esagraha Puripratama 200 200 PT Grahamas Adisentosa 200 200 PT Grahaputra Sentosa 200 200 PT Intigraha Arthayasa 200 200 PT Graha Sampoerna 200 - PT Nusagraha Adicitra 200 200 PT Pandugraha Sejahtera 200 200 PT Trinusa Wiragraha 200 200 PT Panduneka Abadi 200 200 PT Primagraha Majumakmur 1 1 PT Artha Telekomindo 1 1 Jumlah Rp 549.140.737 Rp 755.144.757 b. Hak minoritas atas rugi (laba) bersih anak perusahaan: PT Danayasa Arthatama Tbk ( Rp 11.171.786 ) Rp 933.282 PT Dharma Harapan Raya ( 793.082 ) ( 278.687 ) PT Pacific Place Jakarta 34.744.145 7.913.163 Delfina Group Holdings Limited 19.837.414 7.913.725 PT Majumakmur Arthasentosa 1.988.722 ( 648.398 ) PT Andana Utamagraha 449.949 23.443 Jumlah Rp 45.055.362 Rp 15.856.528 28. MODAL SAHAM Susunan kepemilikan saham Perusahaan pada tanggal 31 Maret 2009 dan 2008 berdasarkan

laporan yang dibuat oleh PT Sirca Data Pro, Biro Administrasi Efek, adalah sebagai berikut: 2009

Jumlah Persentase Jumlah Saham Kepemilikan Modal Disetor

Pemegang Saham Indonesia Tn. Tomy Winata 306.243.700 15,87% Rp 153.121.850 Tn. Sugianto Kusuma 188.297.750 9,75 94.148.875 Pemegang saham Indonesia lainnya (masing-masing dengan persentase kepemilikan kurang dari 5%) 945.193.540 48,98 472.596.770

Sub-jumlah 1.439.734.990 74,60 719.867.495

Pemegang Saham Asing Pemegang saham asing lainnya (masing-masing dengan persentase kepemilikan kurang dari 5%) 490.304.210 25,40 245.152.105

Jumlah 1.930.039.200 100,00% Rp 965.019.600

- 44-

2008

Jumlah Persentase Jumlah Saham Kepemilikan Modal Disetor Pemegang Saham Indonesia Tn. Tomy Winata 306.243.700 15,87% Rp 153.121.850 Tn. Sugianto Kusuma 188.297.750 9,75 94.148.875 Pemegang saham Indonesia lainnya (masing-masing dengan persentase kepemilikan kurang dari 5%) 865.185.240 44,83 432.592.620

Sub-jumlah 1.359.726.690 70,45 679.863.345

Pemegang Saham Asing Pemegang saham asing lainnya (masing-masing dengan persentase kepemilikan kurang dari 5%) 570.312.510 29,55 285.156.255

Jumlah 1.930.039.200 100,00% Rp 965.019.600

Perusahaan telah mencatatkan seluruh sahamnya pada Bursa Efek Indonesia. 29. TAMBAHAN MODAL DISETOR – BERSIH 2009 2008

Agio modal saham yang berasal dari: Penawaran Umum Saham Perdana (1984) Rp 6.472.000 Rp 6.472.000 Penawaran Umum Saham Kedua (1988) 16.585.000 16.585.000 Pencatatan Saham Pendiri (1989) 2.026.000 2.026.000 Pencatatan Saham Private Placement (1991) 460.000 460.000 Pencatatan Saham Pendiri (1992) 653.998.355 653.998.355 Pencatatan Saham yang berasal dari Penukaran Waran (1992) 538.200.000 538.200.000 Penawaran Umum Terbatas I (1996) 275.030.586 275.030.586 Konversi tambahan modal disetor ke saham bonus (1994) ( 257.338.560 ) ( 257.338.560 ) Biaya emisi saham (Catatan 2p) ( 15.996.696 ) ( 15.996.696 )

Jumlah Rp 1.219.436.685 Rp 1.219.436.685

Biaya emisi saham merupakan biaya sehubungan dengan penerbitan hak memesan saham untuk pemegang saham Perusahaan yang dikapitalisasi pada bulan Juli 1996.

30. PENDAPATAN USAHA Rincian akun ini menurut bidang usahanya adalah sebagai berikut: 2009 2008

Real estat Rp 190.064.103 Rp 65.226.301 Usaha hotel 91.230.121 73.420.625 Jasa telekomunikasi 11.928.801 8.901.719 Jasa manajemen 1.363.228 540.975

Jumlah Rp 294.586.253 Rp 148.089.620

- 45-

Pada tanggal 31 Maret 2009, pendapatan real estat terutama berasal dari pendapatan sewa Pacific Place Mall, sewa gedung perkantoran “One Pacific Place” dan penjualan tanah serta jasa konstruksi “18 SCBD Office Park”, sedangkan pada tanggal 31 Maret 2008 terutama berasal dari pendapatan sewa “Pacific Place Mall” dan penjualan “Pacific Place Residences”.

Transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa dilaksanakan dengan syarat dan

kondisi yang sama sebagaimana bila dilaksanakan dengan pihak ketiga. 31. BEBAN POKOK PENJUALAN Rincian akun ini adalah sebagai berikut: 2009 2008

Real estat Rp 79.659.981 Rp 43.099.322 Usaha hotel 19.181.002 17.207.949

Jumlah Rp 98.840.983 Rp 60.307.271

32. BEBAN UMUM DAN ADMINISTRASI Rincian akun ini adalah sebagai berikut: 2009 2008

Real estat Rp 49.661.969 Rp 59.253.691 Usaha hotel 39.279.983 36.183.831 Jasa telekomunikasi 5.854.735 5.742.068 Jasa manajemen 1.548.017 1.324.940 Jumlah Rp 96.344.704 Rp 102.504.530

Sebesar Rp 3.680.039 (3,52%) dan Rp 3.578.406 (3,49%) dari beban umum dan administrasi pada

tahun 2009 dan 2008 dibayarkan kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa dengan syarat dan kondisi yang sama sebagaimana bila dilaksanakan dengan pihak ketiga (Catatan 36).

33. PENDAPATAN SEWA DAN PENGELOLAAN KAWASAN Rincian penyewa dengan nilai pendapatan bersih melebihi 5% dari pendapatan sewa adalah sebagai berikut : 2009 % 2008 %

PT Lucky Strategis Rp 1.723.702 19,65 Rp 1.747.846 25,37 PT Electronic City Indonesia 833.548 9,50 799.902 11,61 PT Auto Mall Indonesia 643.892 7,34 644.128 9,35 PT Prestasi Golf Andalan 477.609 5,45 452.794 6,57 Surya Dharma (Sari Kuring) 455.684 5,20 447.121 6,49 PT First Jakarta International 410.450 4,68 390.329 5,67 Lain-lain 4.225.703 48,18 2.407.090 34,94 Jumlah Rp 8.770.588 100,00 Rp 6.889.210 100,00

- 46-

Sebesar Rp 2.149.000 atau 24,55% dan Rp 1.131.214 atau 16,42% dari pendapatan sewa dan pengelolaan kawasan berasal dari transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa, masing-masing untuk tahun 2009 dan 2008 (Catatan 36).

34. PAJAK PENGHASILAN a. Beban (penghasilan) pajak Perusahaan dan anak perusahaan terdiri dari: 2009 2008

Pajak kini Rp 7.903.204 Rp 3.855.352 Pajak tangguhan 1.909.818 1.717.185 Jumlah Rp 9.813.022 Rp 5.572.537

b. Pajak Kini

Rekonsiliasi antara rugi sebelum pajak penghasilan menurut laporan laba rugi konsolidasi dengan akumulasi rugi fiskal untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Maret 2009 dan 2008 adalah sebagai berikut:

2009 2008

Rugi sebelum pajak berdasarkan laporan keuangan konsolidasi ( Rp 29.512.884 ) ( Rp 6.277.225 ) Rugi (laba) anak perusahaan sebelum pajak ( 54.011.724 ) 3.233.241 Laba (rugi) Perusahaan sebelum pajak ( 83.524.608 ) ( 3.043.984 )

Perbedaan temporer: Penyisihan piutang ragu-ragu 404.212 404.212 Perbedaan penyusutan antara fiskal dan komersial 3.436.178 2.481.789 Penyisihan untuk penggantian peralatan usaha hotel 137.756 62.886 Laba penjualan aktiva tetap ( 152.806 ) ( 89.650 ) Bersih 3.825.340 2.859.237

Perbedaan tetap: Kesejahteraan karyawan 1.913.050 1.695.029 Pendapatan bunga yang telah dikenakan pajak final ( 122.256 ) ( 10.440 ) Bersih 1.790.794 1.684.589

Laba kena pajak (rugi fiskal) ( 89.140.742 ) 1.499.842 Rugi fiskal tahun lalu 125.544.791 201.120.024 Akumulasi rugi fiskal Rp 214.685.533 Rp 199.620.182

Pada bulan September 2008, Undang-Undang No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan direvisi melalui penerbitan Undang-Undang No. 36 Tahun 2008. Undang-Undang revisi tersebut mengatur perubahan tarif progresif menjadi tarif tunggal sebesar 28% untuk tahun 2009 dan 25%

- 47-

untuk tahun 2010 dan seterusnya. Perusahaan dan anak perusahaan (PT Danayasa Arthatama Tbk dan PT Artha Telekomindo) telah menghitung dampak perubahan tarif pajak tersebut dalam perhitungan aset pajak tangguhan per 31 Desember 2008 yakni sebesar Rp 1.815.184 – bersih dan Rp 1.539.111 – bersih dan membukukannya sebagai bagian dari beban pajak pada laporan laba rugi konsolidasi. Pada bulan Nopember 2008, Pemerintah menerbitkan PP No. 71/2008 yang berlaku efektif tanggal 1 Januari 2009, mengatur pengenaan pajak bersifat final atas penghasilan yang berasal dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan, yang mana sebelum terbitnya peraturan ini, penghasilan tersebut dikenakan tarif pajak penghasilan badan progresif. Dengan pemberlakuan peraturan ini, manajemen berpendapat bahwa tidak terdapat keyakinan bahwa PT Majumakmur Arthasentosa, PT Grahaputra Sentosa, PT Pacific Place Jakarta dan PT Primagraha Majumakmur (anak-anak perusahaan) akan memperoleh laba kena pajak yang memadai untuk memungkinkan pemanfaatan aset pajak tangguhan dari perbedaan temporer sehingga aset pajak tangguhan dari perbedaan temporer dan rugi fiskal tahun berjalan tidak diakui, dan aset pajak tangguhan per 31 Desember 2007 sebesar Rp. 3.241.296 dihapuskan dan dibebankan sebagai bagian dari beban pajak dalam laporan laba rugi konsolidasi.

35. LABA BERSIH PER SAHAM Perhitungan laba bersih per saham dasar adalah sebagai berikut: 2009 2008 Laba bersih Rp 5.729.456 Rp 4.006.766

Jumlah 1.930.039.200 1.930.039.200

Laba bersih per saham dasar Rp 2,97 Rp 2,08

36. SIFAT DAN TRANSAKSI HUBUNGAN ISTIMEWA

Sifat Hubungan Istimewa Perusahaan yang pemegang saham atau sebagian pengurus atau manajemennya baik secara langsung maupun tidak langsung sama dengan Perusahaan dan anak perusahaan yaitu: • Akademi Pariwisata Jakarta International Hotel • PT Arthagraha General Insurance • PT Arthagraha Sentral • PT Bank Artha Graha Internasional Tbk

• PT Cemerlang Pola Cahaya • PT Cipta Daya Gemapuspita • Discovery Kartika Plaza Hotel • PT First Jakarta International

• PT Berkat Surya Sentrajaya • PT Bhakti Artha Reksa Sejahtera

• PT Graha Artha Sentosa Sejahtera • PT Graha Putranusa

• PT Bina Mulia Unika • PT Buanagraha Arthaprima

• PT Kharisma Arya Paksi

Transaksi Hubungan Istimewa

Dalam menjalankan usahanya, Perusahaan dan anak perusahaan melakukan transaksi-transaksi tertentu dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa. a. Rincian jenis transaksi yang signifikan dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah

sebagai berikut:

- 48-

2009 2008 Aset Kas dan setara kas

PT Bank Artha Graha Internasional Tbk Deposito berjangka Rp 55.543.487 Rp 41.811.263 Bank 36.082.259 12.658.233 Jumlah Rp 91.625.746 Rp 54.469.496

Penyertaan saham PT First Jakarta International (FJI) Rp 45.600.000 Rp 45.600.000 PT Bina Mulia Unika (BMU) 5.883.071 - PT Graha Putranusa (GPN) 5.000.000 5.000.000 Jumlah Rp 56.483.071 Rp 50.600.000

Piutang usaha PT Mulia Sejahtera Abadi Rp 8.752.102 Rp 8.529.497 PT Arthagraha Sentral 4.240.682 4.438.939 PT Music Roomindo Sejati 1.781.926 1.234.457 Discovery Kartika Plaza Hotel 1.654.913 1.207.595 PT Buanagraha Arthaprima 121.000 206.052 Lain-lain 244.474 505.192 Jumlah Rp 16.795.097 Rp 16.121.732

Piutang lain-lain

PT Cemerlang Pola Cahaya Rp 16.031.791 Rp 16.031.791 PT Cipta Daya Gemapuspita 1.600.000 3.685.000 Akademi Pariwisata Jakarta International Hotel 650.000 1.115.000 PT Bina Mulia Unika 590.375 - Lain-lain 313.113 570.124 Jumlah 19.185.279 21.401.915 Dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu ( 16.031.791 ) ( 16.031.791 ) Bersih Rp 3.153.488 Rp 5.370.124 Biaya dibayar di muka PT Arthagraha General Insurance Rp 2.419.016 Rp 2.773.565

PT Buanagraha Arthaprima 23.138 20.525 Jumlah Rp 2.442.154 Rp 2.794.090

Aktiva lain-lain PT Buanagraha Arthaprima Rp 2.003.411 Rp 1.192.266

- 49-

2009 2008

Kewajiban Hutang lain-lain PT Berkat Surya Sentrajaya Rp 15.007.045 Rp 11.949.886 PT Cemerlang Pola Cahaya 12.826.130 11.937.940 PT First Jakarta International 62.500 62.500 Lain-lain .- 36.141 Jumlah Rp 27.895.675 Rp 23.986.467

Pendapatan ditangguhkan PT First Jakarta International Rp 16.083.369 Rp 16.083.369 PT Graha Putranusa 1.468.449 1.468.449 Jumlah Rp 17.551.818 Rp 17.551.818

Beban umum dan administrasi PT Arthagraha General Insurance Rp 2.435.068 Rp 2.632.410 PT Buanagraha Arthaprima 1.244.971 945.996 Jumlah Rp 3.680.039 Rp 3.578.406

b. Perusahaan dan anak perusahaan melakukan transaksi perbankan dengan PT Bank Artha Graha Internasional Tbk (BAGI), sehubungan dengan aktivitas operasional dan kebutuhan modal kerja. Pendapatan bunga yang diperoleh dari BAGI sebesar Rp 1.226.041 pada tanggal 31 Maret 2009 (79,59% dari pendapatan bunga) dan sebesar Rp 458.758 pada tanggal 31 Maret 2008 (61,65% dari pendapatan bunga). Sedangkan beban bunga dibayarkan kepada BAGI sebesar Rp 464.380 (1,73% dari beban bunga dan beban keuangan lainnya) pada tanggal 31 Maret 2008. Transaksi dengan BAGI dilaksanakan dengan syarat dan kondisi yang sama sebagaimana bila dilaksanakan dengan pihak ketiga.

c. Pada tanggal 31 Maret 2009 dan 2008, Perusahaan dan anak perusahaan mengasuransikan

persediaan, properti investasi, dan aset tetap kecuali tanah, kepada PT Arthagraha General Insurance (AGI) (Catatan 7,12 dan 13).

d. PT Artha Telekomindo mengadakan perjanjian kerjasama di bidang telekomunikasi dengan

PT First Jakarta International, PT Buanagraha Arthaprima dan PT Graha Putranusa.

Transaksi-transaksi tersebut dilaksanakan dengan syarat dan kondisi yang sama sebagaimana bila dilaksanakan dengan pihak ketiga.

37. AKTIVA DAN KEWAJIBAN MONETER DALAM MATA UANG ASING

Saldo aktiva dan kewajiban moneter dalam mata uang Dolar Amerika Serikat pada tanggal 31 Maret 2009 dan 2008 adalah sebagai berikut:

- 50-

2009 2008

Ekuivalen Ekuivalen Dolar A.S. dalam Rupiah Dolar A.S. dalam Rupiah

Aktiva Kas dan setara kas Pihak yang mempunyai

hubungan istimewa 3.841.620 44.466.751 1.732.304 15.966.646 Pihak ketiga 4.001.121 46.312.977 1.097.360 10.114.367

Surat berharga 44.222.187 511.871.815 44.222.187 407.595.898 Investasi Pihak ketiga 2.045.208 23.673.285 2.528.638 23.306.456 Piutang usaha Pihak ketiga 807.381 9.345.435 2.695.013 24.839.939 Aktiva Lain-lain Pihak Ketiga 69.446 803.837 4.640 42.767

Jumlah Aktiva 54.986.963 636.474.100 52.280.142 481.866.073

Kewajiban

Surat hutang 65.000.000 752.375.000 80.000.000 737.360.000 Hutang bank Pihak ketiga 85.987.587 995.306.317 85.987.587 792.547.588 Hutang usaha Pihak ketiga 6.681.320 77.336.286 7.839.423 72.255.960 Biaya masih harus dibayar Pihak ketiga 20.084.595 232.479.187 41.928.125 386.451.531

Hutang kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa 1.524.745 17.648.923 1.524.745 14.053.575 Kewajiban lain-lain 59.040.339 683.391.921 53.632.302 494.328.929

Jumlah Kewajiban 238.318.586 2.758.537.634 270.912.182 2.496.997.583

Posisi Kewajiban Bersih 183.331.623 2.122.063.534 248.632.040 2.015.131.510

Kurs konversi yang digunakan pada tanggal 31 Maret 2009 dan 2008 adalah Rp 11.575 dan Rp 9.217 per US$1.

38. IKATAN, KONTINJENSI DAN PERKARA HUKUM

a. Perjanjian dengan PT Dharma Harapan Raya (DHR) Pada tahun 1999, Perusahaan menandatangani perjanjian pengoperasian dan pengelolaan hotel

dengan DHR untuk mengawasi, mengoperasikan, mengelola dan mengendalikan usaha Hotel Borobudur Jakarta. Sebagai kompensasinya, Perusahaan membayar imbalan jasa manajemen, teknis dan pemasaran kepada DHR. Perjanjian dengan DHR berlaku untuk periode sepuluh tahunan dimulai dari tanggal 1 Januari 1999, setelah perjanjian ini berakhir, kedua belah pihak dapat memperpanjang kembali perjanjian ini untuk jangka waktu dua periode lima tahunan.

- 51-

DHR akan menerima imbalan jasa manajemen dengan tarif setinggi-tingginya sebesar 8% dari laba usaha kotor seperti yang disebutkan dalam perjanjian. DHR juga memperoleh imbalan jasa teknis atas jasa-jasa yang diberikan, yang meliputi kegiatan usaha, keuangan, personalia, pembelian dan kendali mutu. Jumlah imbalan jasa akan dibayarkan sesuai persyaratan yang ditentukan dalam perjanjian.

DHR juga mengenakan jasa pemasaran untuk tahun pertama dan kedua yang dihitung sebesar

0,5% dari pendapatan usaha hotel, sedangkan untuk tahun berikutnya sebesar 1% dari pendapatan usaha Hotel.

Pada bulan Nopember 2008, Perusahaan dan DHR memperbaharui perjanjian atas

pengoperasian dan pengelolaan hotel yang berlaku untuk jangka waktu dua periode lima tahunan terhitung tanggal 1 Januari 2009. Di dalam perjanjian baru tersebut terdapat beberapa perubahan syarat dan kondisi, di antaranya, perubahan dasar perhitungan imbalan jasa manajemen, peningkatan jasa pemasaran menjadi sebesar 2% dari pendapatan usaha hotel dan imbalan jasa teknis sebesar US$ 600.000 per tahun.

Pendapatan DHR yang diperoleh dari Hotel telah dieliminasi dalam laporan keuangan

konsolidasi. b. Perjanjian dengan International Hotel Licensing Company (IHLC)

Pada tanggal 31 Maret 2006, PT Pacific Place Jakarta (PPJ) mengadakan perjanjian dengan International Hotel Licensing Company (IHLC) yang berlaku untuk jangka waktu 20 tahun terhitung sejak tanggal dimulainya kegiatan operasional dan dapat diperpanjang sampai 10 tahun.

c. Perjanjian dengan Conrad International Investment Corporation (Conrad) dan Perusahaan

Afiliasinya

Pada tahun 1994, PT Danayasa Arthatama Tbk (DA), dan Conrad menandatangani perjanjian dimana kedua belah pihak sepakat untuk membentuk perusahaan patungan dengan nama PT Jakarta International Artha (JIA), dimana JIA akan memperoleh secara unit strata, mengembangkan, memiliki dan mengoperasikan hotel internasional berbintang lima yang terletak di Lot 3 KNTS. Selanjutnya, pada tahun 1997 Conrad telah membayar uang muka pemesanan saham JIA sebesar USD 6.933.000. Berdasarkan Perjanjian Penghentian (Termination Agreement) tanggal 22 Juli 2005 yang dibuat oleh DA, Conrad dan JIA disepakati untuk menghentikan perjanjian kerjasama tersebut di atas. Selanjutnya, para pihak tersebut menyetujui untuk menyelesaikan pembayaran uang muka pemesanan saham dari Conrad kepada JIA sebesar US$ 6.993.000 dengan cara sebagai berikut: 1. Penyerahan saham yang dimiliki DA pada PT Majumakmur Arthasentosa (MAS) senilai

US$ 3.846.150 atau sebesar 10% dari jumlah saham yang ditempatkan dan disetor penuh MAS; dan

2. DA akan menyetorkan dana ke MAS untuk kepentingan Conrad sebesar US$ 3.146.850

sebagai pinjaman subordinasi dari Conrad kepada MAS (Pinjaman Subordinasi Conrad).

Apabila pengalihan saham yang dimiliki DA pada MAS kepada Conrad telah efektif dan DA telah menyetor Pinjaman Subordinasi Conrad kepada MAS, maka kewajiban JIA kepada Conrad akan dianggap tuntas.

d. Kontinjensi – Sengketa Lahan

PT Danayasa Arthatama Tbk (DA), (sebagai Tergugat) menghadapi beberapa perkara litigasi berkaitan ijin penggunaan lahan di Kawasan Niaga Terpadu Sudirman sebagai berikut:

- 52-

1. Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh Se-Indonesia (Penggugat)

Merupakan sengketa tanah seluas 3,5 ha di Jalan Jenderal Sudirman Kav. 52-53, Jakarta Selatan. Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia tanggal 30 Januari 2002 menyatakan eksepsi Tergugat tidak dapat diterima. Atas putusan tersebut pihak Penggugat telah mengajukan permohonan eksekusi ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tanggal 29 Juli 2002. Pada tanggal 12 Januari 2004 DA mengajukan keberatan terhadap dilaksanakannya eksekusi tersebut kepada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Berdasarkan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No. 64/PDT.BTH/2004 tanggal 19 Agustus 2004 menyatakan menerima sebagian gugatan DA antara lain eksekusi tidak dapat dilaksanakan. Putusan tersebut dikuatkan dengan Putusan Pengadilan Tinggi Jakarta No. 602/PDT/2004/PT.DKI tanggal 17 Mei 2005 pada tingkat banding. Putusan dari Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 1280 K/PDT/2006 jo No. 64/PDT.G/2004/PN.JKT.PST tanggal 23 Nopember 2006 menyatakan menolak kasasi yang diajukan Penggugat. Selain itu, Perusahaan dan DA (sebagai Tergugat) menghadapi perkara litigasi berkaitan ijin penggunaan lahan seluas 3,5 ha di Jalan Jenderal Sudirman Kav. 52-53 di Kawasan Sudirman dari Badan Hukum Masehi Advent Hari Ketujuh Se-Indonesia.

2. Yayasan Rumah Sakit Sari Asih/Ny Ratnasari Dewi Soekarno (Penggugat) Pada tanggal 5 Maret 2003, DA dan PPJ (dahulu PT Arthayasa Grahatama), anak-anak perusahaan, menghadapi perkara perdata yang diajukan oleh Penggugat pada Pengadilan Negeri Jakarta Selatan mengenai perkara sengketa tanah seluas + 72.954 m2 yang terletak di Jalan Jenderal Sudirman Kav. 52-53, Jakarta Selatan. Berdasarkan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan tanggal 26 September 2003 menyatakan tidak dapat menerima gugatan yang diajukan Penggugat dan menerima eksepsi Tergugat. Putusan tersebut dikuatkan oleh Putusan Pengadilan Tinggi Jakarta No. 203/PDT.G/2006/PT.DKI Jakarta tanggal 30 Juni 2005 pada tingkat banding. Dan Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 1974/K/PDT/2006 tanggal 15 Maret 2007 menolak permohonan kasasi dari Penggugat.

e. Perjanjian Kerjasama

PT Artha Telekomindo (AT), anak perusahaan, telah menandatangani perjanjian kerjasama dengan berbagai pihak berkaitan dengan sarana telekomunikasi.

f. Perjanjian antara PT Citra Wiradaya (CW) dengan PT DMS International (DMS) (sekarang PT Kingsland International) CW memiliki sebidang tanah yang terletak di Lot 18 (Kavling A, B, C, E dan F) KNTS. Pada tanggal 20 April 2008, CW mengadakan Perjanjian Pokok dengan DMS dimana CW akan menjual Kavling B, C, D dan E (BCDE) dengan luas 5.910 meter persegi kepada DMS, dan DMS akan menunjuk CW untuk membangun gedung perkantoran di BCDE. Perjanjian Pendahuluan juga menyatakan bahwa kedua belah pihak sepakat untuk mendirikan PT Bina Mulia Unika (BMU) yang akan memiliki tanah yang terletak di Kavling F seluas 477 meter persegi (melalui perikatan jual beli dengan CW) dan gedung perkantoran yang akan dibangun di atasnya. BMU ditunjuk sebagai pengelola gedung tunggal dari seluruh fasilitas di Lot 18 dan dapat mendelegasikan pengelolaan gedung kepada CW selama 5 tahun setelah Kavling BCDE dan F diserahkan masing-masing kepada DMS dan BMU, sedangkan Kavling A tetap dimiliki oleh CW.

- 53-

39. IMBALAN PASCA KERJA

Besarnya imbalan pasca-kerja dihitung berdasarkan peraturan yang berlaku, yakni KEP-150/MEN/2000 (KepMen 150) yang berlaku sejak tahun 2000 dan kemudian disesuaikan menjadi Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tanggal 25 Maret 2003. Program pensiun iuran pasti Imbalan pasca-kerja The-Ritz Carlton Pacific Place (RCPP) didanai melalui program dana iuran pasti. Dana tersebut dikelola oleh DPLK Manulife. Selama tahun 2008, iuran yang ditanggung oleh RCPP adalah sebesar Rp 788.325. Program pensiun manfaat pasti Imbalan pasca-kerja Perusahaan sebagian didanai melalui program dana pensiun manfaat pasti. Sedangkan untuk anak perusahaan, tidak diselenggarakan program dana pensiun. Dana Pensiun tersebut dikelola oleh Dana Pensiun Jakarta International Hotels & Development (DAPEN JIHD) yang pendiriannya telah disetujui oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia berdasarkan surat No. KEP-366/KM.17/2000 tanggal 2 Oktober 2000. Selama periode 31 Maret 2009 dan 2008, iuran pensiun yang ditanggung oleh Perusahaan adalah sebesar 9%, sedangkan yang ditanggung oleh karyawan adalah sebesar 6%, masing-masing dari gaji pokok bulanan karyawan. Perhitungan aktuaria terakhir atas dana pensiun dan kewajiban imbalan pasti pasca-kerja dilakukan oleh PT Prima Bhaksarana, aktuaris independen, tertanggal 7 Maret 2009. Jumlah karyawan yang berhak atas imbalan pasti pasca-kerja tersebut sebanyak 1.713 karyawan pada tanggal 31 Desember 2008, sedangkan pada tanggal 31 Maret 2009, Perusahaan tidak melakukan perhitungan aktuaria. Rekonsiliasi jumlah nilai kini cadangan imbalan pasti pasca-kerja yang didanai dan tidak didanai pada neraca konsolidasi adalah sebagai berikut:

2008

Nilai cadangan imbalan pasti yang didanai Rp 44.482.632 Nilai wajar aktiva program ( 27.198.600 )

17.284.032 Nilai kini cadangan imbalan pasti yang tidak didanai 11.257.631 Keuntungan (kerugian) aktuarial yang tidak diakui 14.706.922

Cadangan imbalan pasti pasca-kerja Rp 43.248.585 Berikut adalah rincian beban imbalan pasti pasca-kerja dan hasil aktual dari aset program: 2008

Beban jasa kini Rp 3.771.122 Beban bunga 5.487.333 Hasil yang diharapkan dari aktiva program 3.058.807 Kerugian (keuntungan) aktuarial bersih yang diakui pada periode berjalan ( 255.038 )

Jumlah beban imbalan pasti pasca-kerja Rp 13.633.039

- 54-

Mutasi cadangan imbalan pasti pasca-kerja adalah sebagai berikut: 2008

Cadangan imbalan pasti pasca-kerja awal tahun Rp 31.594.358 Beban imbalan pasti pasca-kerja periode berjalan 13.633.039 Pembayaran selama periode berjalan ( 1.978.812 )

Cadangan imbalan pasti pasca-kerja akhir tahun Rp 43.248.585 Asumsi-asumsi aktuarial utama yang digunakan dalam perhitungan imbalan pasti pasca-kerja:

2008

Tabel mortalita : CSO 1958 Modified, TM-2 Usia pensiun normal : 50 tahun – 55 tahun Tingkat diskonto jangka panjang : 8,8% - 12,0% per tahun Tingkat kenaikan gaji per tahun : 9,0% - 10.0% per tahun Tingkat kenaikan cacat : 10% x CSO 1958

40. INFORMASI SEGMEN Informasi segmen tentang Perusahaan dan anak perusahaan pada tanggal 31 Maret 2009 dan 2008

dan untuk tiga bulan yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut adalah sebagai berikut:

Segmen Primer Perusahaan dan anak perusahaan dikelola dan dikelompokkan dalam divisi usaha yang terdiri dari hotel, real estat, telekomunikasi dan jasa manajemen. Divisi usaha ini juga digunakan sebagai dasar pelaporan informasi segmen primer. Informasi bentuk segmen primer yang berupa segmen usaha Perusahaan dan anak perusahaan adalah sebagai berikut:

2009 2008

a. Aset Real estat Rp 4.532.436.203 Rp 3.881.687.849 Hotel 2.214.445.253 2.474.599.074 Jasa telekomunikasi 60.652.913 36.896.424 Jasa manajemen 5.696.826 4.967.367

Jumlah sebelum eliminasi 6.813.231.195 6.398.150.714 Eliminasi 1.246.926.016 1.266.655.596

Jumlah setelah eliminasi Rp 5.566.305.179 Rp 5.131.495.118

b. Pendapatan Real estat Rp 235.781.945 Rp 94.100.013 Hotel 44.862.445 44.275.835

Jasa telekomunikasi 12.681.147 9.254.690 Jasa manajemen 3.547.267 2.070.925

Jumlah sebelum eliminasi 296.872.804 149.701.463 Eliminasi 2.286.551 1.611.843

Jumlah setelah eliminasi Rp 294.586.253 Rp 148.089.620

- 55-

2009 2008

c. Laba (Rugi) Usaha Real estat Rp 40.367.170 (Rp 15.915.727 ) Hotel 10.191.464 ( 6.053.466 ) Jasa telekomunikasi 2.986.752 3.512.622 Jasa manajemen 1.893.445 664.092

Jumlah sebelum eliminasi 55.438.831 ( 17.792.479 ) Eliminasi - -

Jumlah setelah eliminasi Rp 55.438.831 ( Rp 17.792.479 )

Segmen Sekunder Bentuk sekunder pelaporan segmen Perusahaan dan anak perusahaan adalah segmen geografis yang ditentukan berdasarkan lokasi aset atau operasi Perusahaan dan anak perusahaan.

41. KELANGSUNGAN USAHA Pada tanggal 31 Maret 2009, Perusahaan memiliki saldo difisit sebesar Rp 528.844.654 yang terutama berasal dari akumulasi kerugian atas kurs mata uang asing pada saat terjadinya krisis moneter tahun 1998. Perusahaan juga mencatat laba bersih pada tanggal 31 Maret 2009 sebesar Rp 5.729.456. Sampai tanggal 31 Maret 2009 Perusahaan belum dapat melunasi hutang bank (Catatan 16) yang jatuh tempo pada tahun 2007. Untuk menghadapi kondisi tersebut di atas dan kondisi ekonomi yang memburuk sebagaimana diungkapkan pada Catatan 42, Perusahaan dan anak perusahaan akan melakukan langkah-langkah sebagai berikut: a. Tetap melanjutkan Program Pengembangan Usaha antara lain, pengembangan Usaha antara

lain, pengembangan gedung perkantoran strata title di Lot 9 yang akan selesai pada bulan Maret 2010 dan di Lot 18 yang akan selesai pada bulan Desember 2009.

b. Melakukan negosasi mengenai Program Restrukturisasi Keuangan dengan para kreditur atas

pinjaman yang telah jatuh tempo. c. Mengundang investor baru untuk memberikan pendanaan dan berpartisipasi dalam modal agar

pembangunan proyek yang telah direncanakan dapat segera dimulai dan berjalan sesuai rencana.

d. Melakukan program penghematan biaya dalam segala bidang. Manajemen berpendapat bahwa langkah-langkah tersebut di atas dapat dilaksanakan dan memungkinkan Perusahaan dan anak perusahaan untuk merealisasikan aset dan menyelesaikan kewajiban yang telah jatuh tempo.

42. KONDISI EKONOMI INDONESIA AKIBAT KRISIS KEUANGAN GLOBAL Krisis keuangan global yang dimulai dari Amerika Serikat telah mempengaruhi pasar modal dan

pasar keuangan di Indonesia, ditandai antara lain dengan melemahnya nilai tukar mata uang Rupiah, penurunan permintaan dan nilai pasar komoditas, penurunan nilai pasar saham dan surat berharga, serta kenaikan suku bunga. Kondisi tersebut telah mengakibatkan berkurangnya likuiditas, terbatasnya penyediaan kredit serta menurunnya pertumbuhan ekonomi. Memburuknya kondisi

- 56-

ekonomi tersebut diperkirakan akan berdampak lebih jauh di berbagai sektor industri dan sektor riil pada tahun 2009.

Memburuknya kondisi ekonomi berpotensi mempengaruhi rencana pengembangan proyek real estat

dan tingkat hunian properti yang disewakan serta hotel milik anak perusahaan, yang mana faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi pendapatan dan laba bersih Perusahaan dan anak perusahaan dimasa mendatang. Rencana pengembangan proyek real estat akan terpengaruh oleh tingkat permintaan pasar yang mungkin cenderung menurun. Selain itu, tingkat hunian properti yang disewakan akan terpengaruh oleh kemungkinan bahwa penyewa mengakhiri atau tidak memperpanjang lagi masa sewa karena kondisi usaha penyewa menurun. Kondisi tersebut juga dapat mengakibatkan penyewa tidak dapat memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo.

Untuk menghadapi kondisi ekonomi yang mungkin semakin memburuk pada tahun yang akan datang,

Perusahaan dan anak perusahaan telah melakukan dan akan meneruskan rencana dan tindakan sebagaimana diungkapkan pada Catatan 41.

Perbaikan dan pemulihan ekonomi tergantung pada beberapa faktor, antara lain kebijakan fiskal dan

moneter yang diupayakan oleh Pemerintah, suatu tindakan yang berada di luar kendali Perusahaan dan anak perusahaan, untuk mencapai pemulihan ekonomi, Dampak masa depan yang berasal dari kondisi ekonomi pada saat ini atas likuiditas serta pendapatan Perusahaan dan anak perusahaan, termasuk dampak masa depan terhadap investor, pelanggan dan pemasok, tidak dapat ditentukan.

43. INFORMASI LAINNYA Pada bulan Juli 2008, Pemerintah menerbitkan PP No. 51/2008 yang mengatur pengenaan pajak

bersifat final atas penghasilan yang berasal dari usaha jasa konstruksi, yang mana sebelum terbitnya peraturan ini, penghasilan tersebut dikenakan tarif pajak penghasilan yang progresif. Peraturan ini efektif berlaku tanggal 1 Januari 2008.

44. REKLASIFIKASI AKUN

Beberapa akun dalam laporan keuangan konsolidasi untuk tiga bulan yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2008 telah direklasifikasi agar sesuai dengan penyajian laporan keuangan konsolidasi untuk tiga bulan yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2009 sesuai dengan Surat Edaran Ketua Badan Pengawas Pasar Modal No. SE-02/PM/2004 tanggal 27 Desember 2004.